Ini adalah presentasi saya dan sejawat saya dr. Valentina Dian Juwitawati dalam acara penyegaran kompetensi dokter jaga bangsal dan IGD RS Panti Rapih, 23 Januari 2012.
Ini adalah presentasi saya dan sejawat saya dr. Valentina Dian Juwitawati dalam acara penyegaran kompetensi dokter jaga bangsal dan IGD RS Panti Rapih, 23 Januari 2012.
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen). Pembimbing : dr. David R. Christanto, Sp.OG, KFM., M.Kes. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lamanya kala III adalah ≤ 30 menit
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen). Pembimbing : dr. David R. Christanto, Sp.OG, KFM., M.Kes. Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan postpartum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Persalinan Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Lamanya kala III adalah ≤ 30 menit
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit glomerular yang ditandai dengan edema, proteinuria masif >3,5 gram/hari, hipoalbunemia <3,5 gram/hari, hiperkolesterolemia
1. Laporan Kasus
Pneumonia komunitas + Laringomalasia + GDD
Oleh:
Nasywa Maharani Yudiantara
NIM. 2130912320016
Supervisor:
Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A (K)
BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Juli, 2022
2. Pendahuluan
• Pneumonia merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan
balita di dunia dan juga Indonesia.
• Prevalensi pneumonia di Kalimantan Selatan mengalami penurunan pada tahun 2013
sebesar 6% menjadi 4% pada tahun 2018.
• Pneumonia ditandai dengan gejala batuk, kesulitan bernafas seperti nafas cepat dan
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
• Faktor risiko mortalitas pneumonia anak balita di negara berkembang adalah
pneumonia pada masa bayi, bayi berat lahir rendah, tidak mendapat imunisasi, tidak
mendapat Air Susu Ibu (ASI) adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, prevalensi
kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan pajanan terhadap polusi udara.
• Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2018.
• Ashraf H, Ahmed T, Hossain MI, AlamNH, Mahmud R, Kamal SM, et al. Day-caremanagement of children withseveremalnutrition in an urban health clinic in Dhaka, Bangladesh. J Trop Pediatr.
2007;53:171-8.
• Ashraf H, Jahan SA, Alam NH, Mahmud R, Kamal SM, Salam MA, et al. Day-care management of severe and very severe pneumonia, without associated comorbidities such as severe malnutrition,
in an urban health clinic in Dhaka, Bangladesh. Arch Dis Child. 2008; 93:490-4
• Ebell MH. Clinical diagnosis of pneumonia in Children. Am Fam Physician. 2010; 82(2):192-193
3. Pendahuluan
• Laringomalasia merupakan kelainan kongenital yang menggambarkan kolapsnya
struktur supraglotis laring selama inspirasi sehingga mengakibatkan
menyempitnya aliran udara selama inspirasi.
• Laringomalasia adalah penyebab tersering stridor pada neonatus dan bayi,
terhitung sekitar 60-70% kasus.
• Laringomalasia juga dikaitkan dengan sejumlah gejala yang berkaitan dengan
gangguan makan, seperti batuk, tersedak, regurgitasi, muntah, makan lambat dan
atau tidak efisien.
• Elfianto, Novialdi. Diagnosis dan penatalaksaan laringomalasia. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(2):119-25.
• Ni’mah, Khoirun, Nadhiroh SR. Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia. 2015. 10(1); 13–19.
• Thorne MC, Garetz SL. Laryngomalacia: review and summary of current clinical practice in 2015. Paediatr Respir Rev. 2016;17:3-8.
4. Pendahuluan
• Global developmental delay (GDD) merupakan suatu keadaan ditemukannya
keterlambatan yang bermakna lebih atau sama dengan 2 domain perkembangan
antara lain, motorik halus, motorik kasar, bahasa/berbicara, personal
sosial/interaksi sosial, kognitif, dan aktivitas sehari-hari.
• Angka kejadian keterlambatan perkembangan secara umum sekitar 10% anak-anak
di seluruh dunia. Sedangkan angka kejadian GDD diperkirakan 1%-3% pada anak-
anak berumur < 5 tahun.
• Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RS. Profil klinis dan etiologi pasien keterlambatan perkembangan global di Rumah sSakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari
Pediatri. 2008. 10(4);255-261.
• Ni’mah, Khoirun, Nadhiroh SR. Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia. 2015. 10(1); 13–19.
5. Identitas Pasien Identitas Orang Tua Pasien
Nama : By. Lisa Akmalina
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Banjarmasin, 22-12-2021
Umur : 6 bulan 12 hari
MRS : 26 Juni 2022
Nama Ayah : Tn. IM
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Usia : 25 tahun
Nama Ibu : Ny. J
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Usia : 23 tahun
Alamat: Jl. Veteran gg. H. Asmuni
6. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin (26 Juni 2022) dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS. Demam
naik turun dengan suhu demam tertinggi yang diukur 39,8⁰C, kejang (-), menggigil (-). Demam turun setelah minum
Paracetamol drop 0,6 ml namun kembali naik setelah 3-4 jam konsumsi obat. Saat anamnesis pasien tidak demam. Pasien
juga mengeluhkan batuk 2 hari SMRS. Batuk muncul tidak terkait waktu, dahak (+) berwarna kuning, kental, sulit
dikeluarkan, darah (-). Batuk disertai sesak dan napas yang berbunyi grok-grok sejak 2 hari SMRS, yang semakin lama
bunyinya semakin kencang. Jika pasien tenang tidak terdengar grok-grok. Munculnya sesak tidak dipengaruhi cuaca,
aktivitas, dan waktu. Pasien belum diberikan obat untuk mengatasi batuk dan sesak. Pasien juga tersedak saat minum susu
dan muntah dua kali sehari sesaat setelah batuk dua hari SMRS. Muntah berisi susu sekitar 50cc, lendir (-), darah (-). Pasien
biasa minum susu 8x sehari 75cc sekali minum. Minum berkurang semenjak demam. BAB cair, berdarah disangkal, dan
BAK tidak ada keluhan. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat. Pasien 2 minggu yang lalu dirawat inap
selama 7 hari di rumah sakit dengan diagnosis pneumonia, laringomalasia, hipotiroid kongenital, dan riwayat kejang sekitar
15 menit.
Saat ini keluhan batuk sudah berkurang, pasien kembali menyusu sebanyak biasanya, namun demam masih naik turun.
Keluhan utama: Demam
7. Anamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien 2 minggu yang lalu dirawat inap selama 7 hari dengan diagnosis pneumonia,
laringomalasia, hipotiroid kongenital serta riwayat kejang sekitar 15 menit sekali kejang.
Pasien mendapatkan obat Phenobarbital, Euthyrax, Paracetamol, Vitamin E. Tidak ada
riwayat alergi sebelumnya. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak pernah mempunyai keluhan demam tak kunjung turun, batuk disertai
sesak, dan sering tersedak saat masih bayi. Ayah pasien memiliki riwayat kejang saat bayi.
Nenek dari ayah pasien memiliki riwayat kejang pada saat bayi. Tidak ada anggota
keluarga dengan riwayat tranfusi darah rutin. Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat
penyakit keganasan sebelumnya.
8. Riwayat Keluarga
No. Nama Umur L/P
Jelaskan : Sehat,
sakit
1. Nenek 43 tahun P
Sehat, Riwayat
kejang
2. Tn. IM 25 tahun L
Sehat, Riwayat
kejang
3. Ny. J 23 tahun P Sehat
4. An. LA 6 bln 12 hari P
Sakit, Riwayat
kejang
: Laki-laki
: Riwayat kejang
saat bayi
: Perempuan
: Sakit
Kesimpulan : Terdapat
riwayat keluarga dengan
keluhan kejang.
9. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat antenatal
Ibu rutin melakukan kontrol kehamilan dan
melakukan pemeriksaan USG ke dokter kandungan.
Ibu mengalami ketuban pecah dini lebih dari 24 jam.
Riwayat natal
Lahir SC, cukup bulan, dibantu oleh dokter spesialis
kandungan di Rumah Sakit. BBL 2.460 gr, PBL 46
cm, LK 32 cm. Riwayat kelahiran bayi tidak
menangis, kulit membiru, dan gerakan cukup.
Riwayat neonatal
Bayi di rawat di NICU selama 3 hari setelah
dilahirkan
Kesimpulan: Riwayat antenatal baik, riwayat natal dan riwayat neonatal kurang baik.
10. Riwayat Perkembangan:
Tiarap : 5 bulan Merangkak : -
Duduk : - Berdiri : -
Berjalan : -
Saat ini : Pasien saat ini dapat membalikkan badan dalam posisi
tengkurap namun tidak bisa kembali sendiri. Pasien belum mampu mengangkat
kepalanya.
Kesimpulan : Perkembangan tidak sesuai dengan usianya
Riwayat Imunisasi:
Nama
Dasar
(Umur dalam
hari/bulan)
Ulangan
(umur dalam bulan )
BCG 1 -
Polio 0 2 - - -
Hepatitis B 0 - - -
DPT 2 - - -
HiB - - - -
MR - -
Kesimpulan : Imunisasi
anak tidak lengkap
berdasarkan KEMENKES
2020
11. Riwayat Nutrisi:
• ASI : diberikan usia 0-4 bulan tanpa MPASI. Pemberian ASI dilanjutkan bersamaan dengan susu
formula sejak usia 5 bulan-sekarang. Minum ASI berkurang sejak minum susu formula.
• Susu formula : diberikan sejak usia 6 bulan sampai sekarang, kurang lebih 8x sehari sebanyak 75
cc/sekali pemberian, 3 sendok takar per sekali seduh.
Kesimpulan : Intake nutrisi baik secara kualitas dan kuantitas
Riwayat Sosial Lingkungan:
• Pasien merupakan anak pertama, tinggal bersama
kedua orang tua. Ayah bekerja sebagai pedagang
dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
• Rumah 500 m dari sungai, jauh dari pabrik,
tambang, atau tempat pembakaran sampah.
• Keluarga minum menggunakan air galon isi ulang,
untuk mandi menggunakan air PDAM.
• Dirumah tidak menggunaan obat nyamuk bakar.
• Pasien memiliki 4 botol susu dan 4 dot.
Setiap habis dipakai dicuci di air
mengalir dengan sabun dan tidak disiram
air panas ataupun direbus.
• Ayah tidak merokok dan tidak ada orang
sekitar yang merokok.
Kesimpulan: Tidak terdapat faktor risiko
infeksi
12. Pemeriksaan Fisik (4/7/2022)
Keadaan Umum Tampak sakit sedang
Kesadaran Compos Mentis, GCS E4V5M6
TD -
Nadi 131x /menit, kuat angkat, regular
RR 40x/menit
Temp 37 °C (axilla)
SpO2 95% RA
Kulit
Kuning langsat, sianosis (-), hemangioma (-), turgor cepat
kembali, kelembaban cukup, pucat (-) ptekie(-) Xerosis(-)
Kepala Normosefali, UUB dan UUK terbuka
Mata
Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik(-), reflex pupil
normal, gerakan mata normal, mata cekung (-/-), produksi
air mata (+), Edem palpebra (-)
Telinga Normotia, sekret (-), serumen minimal, nyeri tragus (-)
Hidung
Pernafasan cuping hidung (-), Sekret (-) epistaksis (-),
deviasi septum (-)
Mulut
Mukosa bibir lembab (+), hiperemis (-), pseudomembran
(-)
Leher
Pembesaran tiroid tidak ada, pembesaran KGB leher tidak ada,
kaku kuduk tidak ada
Thorax
I : Simetris, iga gambang (-), retraksi (-),
P : Pengembangan dada simetris (+/+)
P : Sonor seluruh lapang paru
Paru :Suara nafas vesikuler (+++/+++), Rhonki (---/---),
Wheezing (---/---)
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Perut cembung, distensi (-), venektasi (-)
A : BU (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (-) , H/L/M tidak teraba,
P : Timpani seluruh regio abdomen
Genitalia Perempuan.
Anus Ada, hemoroid (-), massa (-)
Ekstremitas
akral hangat (+), pucat (-), pitting edema pada kaki (-/-), edema
pada tangan (-/-), CRT < 2 detik , spoon nails (-),
13. Pemeriksaan Fisik
Status Neurologis
Meningeal sign (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), Kernig (-)
Motorik 5555 | 5555 Sensorik (+) Refleks Fisiologis (biceps, triceps,
5555 | 5555 patella, achilles) +2/+2
Refleks patologi (Babinski, Chaddock, Oppenheim, Hoffman Tromner) -/-
Spastic (-) clonus (-) Muscle tone (-) Atrophy on extremities muscle (-)
Nervus kranialis
N. I sulit dievaluasi
N. II refleks pupil (+/+)
N III, IV, VI gerak bola mata (+), strabismus (-)
N V refleks kornea (+)
N VII wajah simetris
N VIII sulit di evaluasi
N IX/ X sulit di evaluasi
N. XI sulit di evaluasi
N. XII deviasi lidah (-)
Kesan: tidak ada defisit neurologis
14. Perempuan,
6 Bulan 12 hari
BB: 4,9 kg
PB: 60 cm
LK: 36 cm (Normal)
LiLA: 13 cm (Normal)
HA: 3 bulan
BBI: 5,8 kg
WA: 7 minggu
BB/U: Z < -3 SD (Severly underweight)
PB/U: -3 < Z < -2 SD (stunting)
BB/PB: -1 < Z < 0 SD (Gizi baik)
WA < HA < CA
WA
Status
Gizi
18. Diagnosis Kerja
Pneumonia komunitas + Laringomalasia + GDD
Prognosis
● Ad Vitam : dubia et bonam
● Ad Functionam : dubia et bonam
● Ad Sanationam : dubia et bonam
Usul
● Chest fisioterapi
● Observasi tanda vital
● Edukasi ibu dan keluarga tentang
pentingnya pemberian ASI
● Edukasi ibu dan keluarga pentingya
imunisasi dan vaksinasi pada anak
Tatalaksana
● IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24 jam
● IV Ampisilin-sulbactam 3x250 mg
● IV paracetamol 50 mg (k/p demam)
● Inj. Omeprazole 1x5 mg
● PO. Ambroxol 2,5 mg
● PO. Salbutamol 0,5 mg
● Nebul ventolin 1 resp/8 jam
19. S O A P
- Batuk berdahak (+)
- suara napas berbunyi
- demam (-)
- minum kuat
- sesak (-)
- muntah(-)
- diare(-)
- Kesadaran : CM
- TD : -
- N : 129 x/menit
- RR : 39 x/menit
- T : 36.4℃
- SpO2 : 97% room air
- K/L : Konj. Anemis (-), skleraikterik (-),
sekret hidung (-), faring hiperemis (-)
-Thoraks:Simetris, retraksi (-)
- Paru :Vesikuler, rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop
(-)
- Abd : Cembung, supel, BU(+)8x/menit,
hepatosplenomegali (-)
- Ekstr : Akral hangat, CRT < 2”, lemak
subkutis minimal
- Status neurologis : Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-) Refleks palmar grasp
(+) ,Refleks moro (+), Rooting refleks (+),
Sucking refleks (+), refleks patologis (-),
klonus (-), spastik (-), flaccid (-)
• CAP
• Laringomalasia
• GDD
• IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24
jam
• IV Ampisilin-Sulbactam
3x250 mg
• IV Paracetamol 50 mg (k/p
demam)
• PO. Ambroxol 2,5 mg
• PO. Salbutamol 0,5 mg
• Nebulizer ventolin 1 resp/
8 jam
• Chest fisioterapi
• Observasi tanda vital
• Edukasi ibu dan keluarga
tentang pentingnya
pemberian ASI
• Edukasi ibu dan keluarga
pentingya imunisasi dan
vaksinasi pada anak
Tangal pemeriksaan : 05/07/2022 jam 14.40 WITA
20. S O A P
- Batuk berdahak (-)
- suara napas berbunyi
(+)
- demam (+) semalam
38℃
-sesak (-)
-muntah (-)
-diare (-)
-BAB dan BAK normal
- Kesadaran : CM
- TD : -
- N : 103 x/menit
- RR : 32 x/menit
- T : 36.7℃
- SpO2 : 96% room air
- K/L : Konj. Anemis (-), skleraikterik (-), sekret
hidung (-), faring hiperemis (-)
-Thoraks: Simetris, retraksi (-)
- Paru : Vesikuler, rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abd : Cembung, supel, BU(+)8x/menit,
hepatosplenomegali (-)
- Ekstr : Akral hangat, CRT < 2”, lemak subkutis
minimal
- Status neurologis : Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-) Refleks palmar grasp (+)
,Refleks moro (+), Rooting refleks (+), Sucking
refleks (+)refleks patologis (-), klonus (-), spastik
(-), flaccid (-)
• CAP
• Laringomalasia
• GDD
• IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24
jam
• IV Ampisilin-Sulbactam
3x250 mg
• IV Paracetamol 50 mg (k/p
demam)
• PO. Ambroxol 2,5 mg
• PO. Salbutamol 0,5 mg
• Nebulizer ventolin 1 resp/
8 jam
• Chest fisioterapi
• Observasi tanda vital
• Edukasi ibu dan keluarga
tentang pentingnya
pemberian ASI
• Edukasi ibu dan keluarga
pentingya imunisasi dan
vaksinasi pada anak
Tangal pemeriksaan : 06/07/2022 jam 14.50 WITA
21. S O A P
- Demam semalam (+)
T: 38℃
- batuk (-)
- pilek (-)
- sesak (-)
- muntah (-)
- diare (-)
- BAB dan BAK normal
- Kesadaran : CM
- TD : -
- N : 120 x/menit
- RR : 36 x/menit
- T : 36.4℃
- SpO2 : 98% room air
- K/L : Konj. Anemis (-), skleraikterik (-), sekret
hidung (-), faring hiperemis
(-)
-Thoraks:Simetris, retraksi (-)
- Paru :Vesikuler, rhonki(-), wheezing(-)
- Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abd : Cembung, supel, BU(+)8x/menit,
hepatosplenomegali (-)
- Ekstr : Akral hangat, CRT < 2”, lemak subkutis
minimal
- Status neurologis : Meningeal sign (-), kaku
kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-),
Kernig (-), pupil isokor 3mm/3mm, RC +/+,
parese n. kranialis (-) Refleks palmar grasp (+)
,Refleks moro (+), Rooting refleks (+), Sucking
refleks (+)refleks patologis (-), klonus (-), spastik
(-), flaccid (-)
• CAP
• Laringomalasia
• GDD
• IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24
jam
• IV Ampisilin-Sulbactam
3x250 mg
• IV Paracetamol 50 mg (k/p
demam)
• PO. Ambroxol 2,5 mg
• PO. Salbutamol 0,5 mg
• Nebulizer ventolin 1 resp/
8 jam
• Chest fisioterapi
• Observasi tanda vital
• Edukasi ibu dan keluarga
tentang pentingnya
pemberian ASI
• Edukasi ibu dan keluarga
pentingya imunisasi dan
vaksinasi pada anak
Tangal pemeriksaan : 07/07/2022 jam 14.40 WITA
22. Teori Kasus
Dari anamnesis, gejala pneumonia bisa berupa
gejala infeksi umum seperti demam >38⁰C,
sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, dan diare. Sedangkan
gangguan respiratori bisa berupa batuk, sesak
napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping
hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
Pasien mengeluhkan
demam dengan suhu
tertinggi 39,8⁰C, sesak
napas, dan batuk berdahak.
Muntah setelah batuk dan
minum susu berkurang
semenjak demam.
Pembahasan
• Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
• Sotianingsih, Samsirun, Syauqi A. Gambaran klinis dan laboratorium pada pasien pneumonia di ICU RSUD Raden
Mattaher Jambi. JMJ. 2019. 7(2); 238-244.
23. Teori Kasus
Diagnosis pasti pneumonia ditegakkan jika pada foto
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh > 38⁰C (aksila) /riwayat demam
d. Pemeriksaan fisik: ditemukan tanda-tanda
konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500
Telah dilakukan foto thorax
dan tampak infiltrat di lapang
tengah kanan dengan kesan
radiologis bronkopneumonia.
Pasien mengeluhkan demam
dengan suhu tertinggi 39,8⁰C,
sesak napas, dan batuk
berdahak. Pada pemeriksaan
lab didapatkan leukositosis.
Pembahasan
Nurjanah, Sofira N, Anwar S. Profil pneumonia pada anak di rsud dr. Zainoel abidin, studi
retrospektif. Sari Pediatri. 2012. 13(5); 324-328
24. Teori Kasus
Pada pasien pneumonia, pemeriksaan lab
biasanya didapatkan leukosit normal hingga
leukositosis dan trombosit menunjukkan
trombositopeni hingga trombositosis. Pada
pneumonia akibat bakteri, sering terjadi
peningkatan jumlah leukosit sebagai respon
terhadap peradangan akut.
Pada hasil pemeriksaan
lab pasien didapatkan
anemia mikrositik
hipokromik,
trombositosis, dan
leukositosis
Pembahasan
• Sotianingsih, Samsirun, Syauqi A. Gambaran klinis dan laboratorium pada pasien pneumonia di ICU RSUD Raden
Mattaher Jambi. JMJ. 2019. 7(2); 238-244
• Dewi SW, Subanada IB, Purniti PS, Ariawati K. Trombositosis pada pneumonia. J IKA. 2012. 1(1); 18-24
25. Teori Kasus
Penumonia dapat dibagi menjadi Walking
Pneumonia, Community-Acquired Pneumonia
(CAP), dan Hospital-Acquired Pneumonia(HAP).
CAP mengacu pada infeksi paru akut pada individu
yang sebelumnya sehat diperoleh di masyarakat atau
<48 jam SMRS (sebagai lawan dari hospital-acquired
pneumonia atau nosokomial pneumonia).
Pada pasien ini, diagnosa
pneumonia sudah muncul
kurang dari 48 jam setelah
di rawat di rumah sakit.
Pembahasan
Gereige RS, Laufer PM. Pneumonia. Pediatrics in Review. 2013. 34(10); 438-456.
26. Teori Kasus
Pada pemeriksaan fisik biasanya
didapatkan pekak perkusi, suara
napas melemah, dan terdengar
ronki, retraksi dada, dan
pernapasan cuping hidung.
Pada pasien ini tidak didapatkan kelainan pada
pemeriksaan fisik namun batuk masih ada. Hal
ini diduga karena pasien yang dirawat di RSUD
Ulin sejak 26 Juni 2022 sudah mengalami
perbaikan saat pasien diperiksa pada tanggal 4
Juli 2022. Saat ini gejala batuk pada pasien
sudah menghilang sejak 6 Juli 2022 dan
diperbolehkan pulang pada tanggal 7 Juli
2022.
Pembahasan
Khairiyadi. Bab VI Sub Bagian Respirologi. Dalam: Ari Yunanto. Panduan Praktik Klinis Pediatri. Cetakan 3.
Banjarmasin: Oceana Press; 2017. p.155-61
27. Teori Kasus
Penatalaksanaan umum dapat berupa pemberian oksigen
melalui nasal kanul, masker, atau sungkup oksigen pada
bayi. Oksigen untuk mempertahankan saturasi >92%
dipantau setiap 4 jam. Lalu pemberian cairan yang adekuat.
Nebulisasi agonis β-2 dan/atau NaCl 0,9% dapat diberikan
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance,
namun bukan merupakan terapi yang rutin diberikan.
Pengobatan kausal dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotik pilihan utama yaitu Ampisilin untuk terapi
penyakit pneumonia akibat mikroorganisme. Ampisilin
merupakan antibiotik lini pertama yang diberikan pada anak
usia > 3 bulan yang sudah diimunisasi dengan pneumonia
tanpa komplikasi.
• IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24
jam
• IV Ampisilin-sulbactam
3x250 mg
• IV paracetamol 50 mg (k/p
demam)
• Inj. Omeprazole 1x5 mg
• PO. Ambroxol 2,5 mg
• PO. Salbutamol 0,5 mg
• Nebul ventolin 1 resp/8 jam
Pembahasan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
28. Teori Kasus
Laringomalasia dapat didiagnosis dengan
didapatkan gejala khas berupa stridor inspirasi
yang memburuk saat makan/minum, menangis,
posisi berbaring terlentang dan agitasi. Gejala
lain dapat berupa sering muntah, batuk,
tersedak, dan regurgitasi saat makan. Stridor
memberat ketika pasien gelisah, menangis,
menyusu, makan/minum, dan tidur terlentang.
Gejala kesulitan makan termasuk muntah,
batuk/tersedak saat makan, dan sesak juga
sering didapatkan.
Napas pasien berbunyi grok-
grok sejak 2 hari SMRS,
yang semakin lama
bunyinya semakin kencang.
Jika pasien tenang tidak
terdengar grok-grok. Pasien
juga tersedak saat minum
susu dan muntah dua kali
sehari sesaat setelah batuk
dua hari SMRS. Muntah
berisi susu sekitar 50cc
tanpa lendir dan darah.
Pembahasan
• Elfianto, Novialdi. Diagnosis dan penatalaksaan laringomalasia. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(2):119-25.
• Landry AM, Thompson DM. Congenital laryngomalacia: disease spectrum and management. International
Journal of Pediatrics. 2012; 1:51-7.
29. Teori Kasus
Interpretasi pada KPSP dilihat dari jawaban
“ya”.
9-10: Sesuai (S)
7-8: Meragukan (M)
<= 6: Penyimpangan (P)
Pada pemeriksaan tersebut
didapatkan pasien hanya
memiliki jawaban “ya”
sebanyak satu dari semua poin
kuisioner tersebut. Pasien
kemudian didiagnosis dengan
global developmental delay.
GDD adalah salah satu bentuk
keterlambatan perkembangan.
Pembahasan
• IDAI Cabang DKI Jakarta. Update in child neurology Everything you should know about motor and movement
problem in children. Jakarta. 2017.
30. Penutup
Telah dilaporkan sebuah kasus an. LA perempuan
berusia 6 bulan 12 hari yang di rawat di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan diagnosis pneumonia komuitas,
laringomalasia, dan GDD. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan terakhir yang
diberikan adalah IVFD D5 ¼ Ns 400 ml/24 jam, IV
Ampisilin-Sulbactam 3x250 mg, IV Paracetamol 50 mg,
PO. Ambroxol 2,5 mg, PO. Salbutamol 0,5 mg, nebulizer
ventolin 1 resp/1 jam. Pasien telah di rawat di ruang anak
RSUD Ulin sejak tanggal 26 Juni 2022 dan pulang pada
tanggal 7 Juli 2022.