Dokumen tersebut membahas tentang sistem peradilan di Indonesia, termasuk jenis-jenis peradilan seperti peradilan umum, agama, militer, dan tata usaha negara serta pengaturan dan fungsi lembaga peradilan di bawahnya seperti pengadilan tinggi, negeri, agama, dan lainnya.
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
1. Berdasarkan kekuasaan absolut yang berada dibawah Mahkamah agung ada beberapa lingkungan peradilan, sebut dan jelaskan?
2. Didalam penyelesain perkara perdata ada beberapa tahap sebutkan? Serta jelaskan tahapan aministratif dalam perkara perdata?
3. Menurut KUHPerdata alat-alat bukti dalam hokum acara perdata terdiri atas, sebut dan jelaskan?
4. Menurut golongannya suatu putusan pengadilan dikenal dua macam pengolongan putusan, sebut dan jelaskan?
5. Sebut dan jelaskan Macam Upaya hokum dan macam Eksekusi menurut sifatnya? Serta buat skema hokum acara perdata di pengadilan?
Ini merupakan salah satu tugas saya mengenai Keputusan Tata Usaha Negara dimana merupakan tugas untuk mata kuliah Hukum Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
Materi pembelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) kelas XI SMA terkait sistem peradilan atau lembaga yudikatif di negara Indonesia antara lain Mahkamah Agung dan lembaga peradilan di dalamnya serta Mahkamah Konstitusi
Perkembangan teknologi di era globalisasi memberikan dampak yang posistif maupun negatif dalam segala bidang,baik bidang ilmu pengetahuan pada umumnya maupun pada pengetahuan dalam ilmu hukum.Perkembangan dalam ilmu hukum ini mampu mempengaruhi dinamika dalam hukum pidana,perdata maupum hukum-hukum lainnya. Dalam hal hukum pidana sudah pasti akan berakibat pada aturan pada pasalnya atau pada segi penerapannya.Perkembangan ini diakibatkan selain pada perubahan teknologi yang berdampak pada ilmu pengetahuan juga berdampak pada kultur suatu masyarakat tersebut. Sehingga dalam penerapan pada pasal- pasal tersebut tentu bisa mengalami perubahan yang diakibatkan oleh perubahan kultur dalam masyarakat.
Anggota Tentara Negara Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan yang diatur dalam Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Tentara adalah mereka yang berikatan dinas secara sukarela pada Angkatan Perang, yang wajib berada dalam dinas secara terus menerus dalam tenggang waktu ikatan dinas tersebut (Pasal 46 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1997 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM))( ).Sebagai anggota militer apabila perbuatan atau tindak pidananya itu tergolong sebagai tindak pidana militer yang pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) UU No. 31 Tahun 1997,maka anggota militer tersebut akan diperiksa dan diadili sesuai dengan acara pemeriksaan yang terdapat dalam UU No. 31 Tahun 1997, namun tak jarang terjadi bahwa anggota militer menjadi turut tersangka dalam tindak pidana yang dilakukannya secara bersama dengan orang sipil yang tunduk pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
Dalam ilmu hukum pidana,Hukum Militer adalah “lek specialis” ,karena pelaku maupun objek prbuatannya khusus ditunjukkan kepada yang bersatus militer.Oleh karena itu dalam pelaksanaannyaterdapat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer dan Hukum Acara Pidana Militer.Di samping itu ada kekhususan lain yaitu adanya Hukum Disiplin Militer.Adanya kepentingan hukum yang hendak dilindungi selain kepentingan hukum yang terdapat dalam KUHP juga kepentingan militer itu sendiri.Serta adanya atasan yang berhak menghukum yang selanjutnya disebut Ankum.Yaitu atasan yang oleh atau atas dasar Undang-Undang diberi kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin kepada prajurit TNI yang berada di bawah wewenang komandonya( ).
1. JELASKAN BEBERAPA POKOK PIKIRAN YANG BERKAITAN PEMBENTUKAN PERADILAN HAM.
2. ADA BEBERAPA NILAI NILAI YANG TERDAPAT PADA UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 TENTANG PERADILAN HAM, JELASKAN.
3. APAKAH ICC DAPAT MENGADILI LAGI KASUS PELANGGARAN HAM YANG BERAT YANG SUDAH NE BIS IN IDEM , JELASKAN ALASANNYA.
4. APAKAH PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, PENUNTUTAN,, PEMERIKSAAN DIPERSIDANGAN DALAM PERKARA PELANGGARAN HAM YANG BERAT BISA DITERAPKAN UU NO 8 TAHUN 1981 ? JELASKAN.
5. URAIKAN PERBEDAAN PENYELIDIK DALAM UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000, DIBANDINGKAN DENGAN PENYELIDIK DALAM UNDANG UNDANG NO 8 TAHUN 1981.
6. URAIKAN APA SAJA WEWENANG PENYELIDIK DALAM PASAL 19 UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 ?
7. BAGAIMANA PENDAPAT PENYIDIK SETELAH MENERIMA KESIMPULAN HASIL PENYELIDIKAN YANG DILAKUKAN OLEH KOMNAS HAM ?
8. APAKAH UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 MENGATUR TENTANG PENYIDIK ? JELASKAN.
9. LEMBAGA MANA YANG BERWENANG MELAKUKAN FUNGSI PENYIDIK DALAM PERKARA PELANGGARAN HAM YANG BERAT ? JELASKAN DAN PASAL YANG YANG MENGATURNYA.
10. LEMBAGA MANA YANG YANGB BERWENANG MEMBERIKAN PERPANJANGAN PENYIDIKAN SERTA BERAPA LAMA TOTAL WAKTU YANG DIBERIKAN PENYIDIK UNTUK MELAKUKAN PENYIDIKAN.
UAS Hukum Acara Perdata Lanjut (Fenti Anita Sari)Fenti Anita Sari
1. Berdasarkan kekuasaan absolut yang berada dibawah Mahkamah agung ada beberapa lingkungan peradilan, sebut dan jelaskan?
2. Didalam penyelesain perkara perdata ada beberapa tahap sebutkan? Serta jelaskan tahapan aministratif dalam perkara perdata?
3. Menurut KUHPerdata alat-alat bukti dalam hokum acara perdata terdiri atas, sebut dan jelaskan?
4. Menurut golongannya suatu putusan pengadilan dikenal dua macam pengolongan putusan, sebut dan jelaskan?
5. Sebut dan jelaskan Macam Upaya hokum dan macam Eksekusi menurut sifatnya? Serta buat skema hokum acara perdata di pengadilan?
Ini merupakan salah satu tugas saya mengenai Keputusan Tata Usaha Negara dimana merupakan tugas untuk mata kuliah Hukum Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
Sudikno Mertokusumo
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yg mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim.
Retnowulan Sutantio
Hukum Acara Perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yg menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yg diatur dalam hukum perdata materiil
Materi pembelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) kelas XI SMA terkait sistem peradilan atau lembaga yudikatif di negara Indonesia antara lain Mahkamah Agung dan lembaga peradilan di dalamnya serta Mahkamah Konstitusi
Perkembangan teknologi di era globalisasi memberikan dampak yang posistif maupun negatif dalam segala bidang,baik bidang ilmu pengetahuan pada umumnya maupun pada pengetahuan dalam ilmu hukum.Perkembangan dalam ilmu hukum ini mampu mempengaruhi dinamika dalam hukum pidana,perdata maupum hukum-hukum lainnya. Dalam hal hukum pidana sudah pasti akan berakibat pada aturan pada pasalnya atau pada segi penerapannya.Perkembangan ini diakibatkan selain pada perubahan teknologi yang berdampak pada ilmu pengetahuan juga berdampak pada kultur suatu masyarakat tersebut. Sehingga dalam penerapan pada pasal- pasal tersebut tentu bisa mengalami perubahan yang diakibatkan oleh perubahan kultur dalam masyarakat.
Anggota Tentara Negara Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk mengabdikan diri dalam dinas keprajuritan yang diatur dalam Pasal 21 UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Tentara adalah mereka yang berikatan dinas secara sukarela pada Angkatan Perang, yang wajib berada dalam dinas secara terus menerus dalam tenggang waktu ikatan dinas tersebut (Pasal 46 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1997 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM))( ).Sebagai anggota militer apabila perbuatan atau tindak pidananya itu tergolong sebagai tindak pidana militer yang pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) UU No. 31 Tahun 1997,maka anggota militer tersebut akan diperiksa dan diadili sesuai dengan acara pemeriksaan yang terdapat dalam UU No. 31 Tahun 1997, namun tak jarang terjadi bahwa anggota militer menjadi turut tersangka dalam tindak pidana yang dilakukannya secara bersama dengan orang sipil yang tunduk pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum.
Dalam ilmu hukum pidana,Hukum Militer adalah “lek specialis” ,karena pelaku maupun objek prbuatannya khusus ditunjukkan kepada yang bersatus militer.Oleh karena itu dalam pelaksanaannyaterdapat Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer dan Hukum Acara Pidana Militer.Di samping itu ada kekhususan lain yaitu adanya Hukum Disiplin Militer.Adanya kepentingan hukum yang hendak dilindungi selain kepentingan hukum yang terdapat dalam KUHP juga kepentingan militer itu sendiri.Serta adanya atasan yang berhak menghukum yang selanjutnya disebut Ankum.Yaitu atasan yang oleh atau atas dasar Undang-Undang diberi kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin kepada prajurit TNI yang berada di bawah wewenang komandonya( ).
1. JELASKAN BEBERAPA POKOK PIKIRAN YANG BERKAITAN PEMBENTUKAN PERADILAN HAM.
2. ADA BEBERAPA NILAI NILAI YANG TERDAPAT PADA UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 TENTANG PERADILAN HAM, JELASKAN.
3. APAKAH ICC DAPAT MENGADILI LAGI KASUS PELANGGARAN HAM YANG BERAT YANG SUDAH NE BIS IN IDEM , JELASKAN ALASANNYA.
4. APAKAH PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, PENUNTUTAN,, PEMERIKSAAN DIPERSIDANGAN DALAM PERKARA PELANGGARAN HAM YANG BERAT BISA DITERAPKAN UU NO 8 TAHUN 1981 ? JELASKAN.
5. URAIKAN PERBEDAAN PENYELIDIK DALAM UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000, DIBANDINGKAN DENGAN PENYELIDIK DALAM UNDANG UNDANG NO 8 TAHUN 1981.
6. URAIKAN APA SAJA WEWENANG PENYELIDIK DALAM PASAL 19 UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 ?
7. BAGAIMANA PENDAPAT PENYIDIK SETELAH MENERIMA KESIMPULAN HASIL PENYELIDIKAN YANG DILAKUKAN OLEH KOMNAS HAM ?
8. APAKAH UNDANG UNDANG NO 26 TAHUN 2000 MENGATUR TENTANG PENYIDIK ? JELASKAN.
9. LEMBAGA MANA YANG BERWENANG MELAKUKAN FUNGSI PENYIDIK DALAM PERKARA PELANGGARAN HAM YANG BERAT ? JELASKAN DAN PASAL YANG YANG MENGATURNYA.
10. LEMBAGA MANA YANG YANGB BERWENANG MEMBERIKAN PERPANJANGAN PENYIDIKAN SERTA BERAPA LAMA TOTAL WAKTU YANG DIBERIKAN PENYIDIK UNTUK MELAKUKAN PENYIDIKAN.
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaFRANKLYN_SS
Hasil kerja kelompok pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, Spesialisasi Kebendaharaan Negara, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2014 tentang HAKIKAT PENEGAKAN HUKUM, APARAT PENEGAKAN HUKUM, DAN FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
5. Pasal 24 UUD 1945 tentang kekuasaan kehakiman
Peradilan umum( UU No 2 Tahun1986)
Peradilan agama ( UU No 7 Tahun1989)
Peradilan Militer( UU No 5 Tahun1950 UU No 7 Tahun1989 )
Peradilan Tata Usaha Negara ( UU No 5 Tahun1986)
Kebebasan kehakiman, bersifat menunggu (pasif), dengan itu apabila tidak ada perkara (Pasal
6 UU No.4 tahun 2004)
Pengadilan pengendali menurut hukum tanpa membedakan status seseorang. Pengadilan tidak
hanya mengadili berdasarkan undang-undang, tetapi mengadili menurut hukum. Kekuasaan
ini memberi kebebasan lebih besar kepada hakim (Pasal 5 ayat 1 UU No.4 Tahun 2004).
Selain peradilan negara, tidak dibolehkan ada peradilan-peradilan yang bukan di lakukan oleh
badan peradilan negara (Pasal 3 UU No.4 Tahun 2004).
6.
7. Mahkamah Agung
Peradilan Umum
Pengadilan Tinggi
Pengadilan
Negeri
Peradilan Khusus
Peradilan
Agama
Pengadilan
Tinggi Agama
Pengadilan
Agama
Peradilan
Syariah Islam
Peradilan Tata Usaha
Negara
Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha
Negara
Peradilan
Militer
Pengadilan
Militer
Pengadilan
tinggi militer
Pengadilan militer
utama
Pengadilan Militer
pertempuran
Lembaga Peradilan Nasional
8. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indonesia (disingkat MA RI atau MA)
adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang
kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkunganperadilan tata usaha negara
Daerah hukum MA meliputi seluruh Indonesia dan kewajiban
utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-
tindakan segala pengadilan lainnya diseluruh Indonesia, dan
menjaga/menjamin agar hukum dilaksanakan dengan sepatutnya
9. Tugas atau Fungsi Mahkamah Agung :
• Melakukan pengawasan tertinggi thd penyelenggaraan
• peradilan di semua lingkungan peradilan dlm menjalankan
kekuasaan kehakiman.
• Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para Hakim disemua lingku-
ngan peradilan dalam menjalankan tugasnya.
• Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim
di semua lingkungan peradilan.
• Untuk kepentingan negara dan keadilan Mahkamah Agung memberi
peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik
dengan surat tersendiri, maupun dengan surat edaran.
Dalam hal kasasi, yg menjadi wewenang MA,dikarenakan :
• Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang,
• Salah menerapkan atau karena melanggar hukum yang berlaku,
• Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
10. Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung yang menjalankan
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
pada umumnya. Saat ini peradilan umum diatur
berdasarkan UU No.2 tahun 1986 (Lembaran Negara
No. 20 tahun 1986). Adapun kekuasaan kehakiman di
lingkungan peradilan umum dilaksanakan
oleh Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri
11. Pengadilan Tinggi (biasa disingkat: PT) merupakan sebuah
lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Umum yang
berkedudukan di ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan
Tingkat Banding terhadap perkara-perkara yang diputus
olehPengadilan Negeri.
Pengadilan Tinggi juga merupakan Pengadilan tingkat
pertama dan terakhir mengenai sengketa kewenangan
mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.
Susunan Pengadilan Tinggi dibentuk berdasarkan Undang-
Undang dengan daerah hukum meliputi wilayah Provinsi.
Pengadilan Tinggi terdiri atas Pimpinan (seorang Ketua PT
dan seorang Wakil Ketua PT), Hakim Anggota, Panitera,
dan Sekretaris.
13. Tugas dan Wewenang
Menyatakan sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,penghentian penyelidikan, atau
penghentian tuntutan
Tentang ganti kerugian dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan pada
tingkat penyidikan atau penuntutan
Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instasi pemerintah
di daerahnya, apabila diminta (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986)
Mengadakan pelaksanaan atau pengawasan tugas dan tingkah laku hakim, panitera, sekretaris,
dan juru sita di daerah hukumnya
Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan dan menjaga agar peradilan di
selenggarakan dengan seksama dan sewajarnya
Memberikan teguran dan peringatan yang dipandang perlu tanpa mengurangi kepuasan hakim
dalam memeriksa dan memutus perkara
Melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah hukumnya, dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada ketua pengadilan tinggi, ketua mahkamah agung, dan menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya meliputi jabatan notaris
14.
15. PERADILAN KHUSUS
Peradilan khusus aadalah lingkungan peradilan dibawah
Mahkamah Agung yang berwenang untuk menangani kasus-
kasus tertentu
Peradilan khusus dibagi menjadi lingkungan Peradilan
Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer
16. PERADILAN AGAMA
• Peradilan Agama Islam
• Bertugas memeriksa dna
memutus perkara-perkara
yang timbul antara orang-
orang Islam mengenai
bidang hukum perdata
yang diputus berdasarkan
syariat Islam
• Contoh: thalaq,
pernikahan, waris
17. DASAR HUKUM
UU No. 7 thn 1989 tentang Peradilan Agama
Menurut UU no. 7 thn 1989, ruang lingkup Peradilan Agama terdiri
atas:
Pengadilan Agama: Badan peradilan tingkat pertama yang
bertempat kedudukan sama dengan Pengadilan Negeri
Pengadilan Tinggi Agama: Badan peradilan tingkat banding,
berkedudukan sama dengan daerah Pengadilan Tinggi
18. Lembaga peradilan di lingkungan peradilan agama, tingkat pertama
Berkedudukan di ibukota Kabupaten atau Kota.
Tugas dan wewenang:
Memeriksa, memutuskan, menyelesaikan perkara-perkara antara
orang beragama Islam di bidang:
Perkawinan
Wasiat, warisan, hibah
Wakaf atau shodaqoh
Ekonomi Syariah
Pengadilan Agama menyelesaikan perkara-
perkara di atas menurut syariah Islam
19. Lembaga pengadilan di lingkungan peradilan agama
Berkedudukan di ibukota probinsi
Pengadilan tingkat banding/akhir
Tugas dan wewenang:
Megadili perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama dalam tingkat banding
Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antar Pengadilan Agama di daerah
hukum
22. Ketua:
memimpin dan bertanggung jawab atas
terselenggaranya pelaksanaan tugas Pengadilan
Tinggi Agama
Membagi tugas dan menentukan penanggung
jawab kegiatan
Wakil Ketua:
Melaksanakan tugas Ketua bila Ketua berhalangan
dan membantu menyusun program kerja
Melakukan pengawasan terhadap pelakasaan tugas
Hakim, pejabat, Kepaniteraan dan Kesekretariatan
23. Hakim
Memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan dalam
tingkat banding
Melakukan pembinaan dan pengawasan yang ditugaskan
oleh pimpinan
Panitera
Membantu hakim dalam membuat berita acara pemeriksaan
dalam proses persidangan
Bertugas pada bagian administrasi pengadilan, membuat
berita acara, dan tindakan administrasi lainnya
Dalam bertugas dibantu oleh panitera pengganti dan panitera
muda
SUSUNAN
PENGADILAN TINGGI
AGAMA
24. Lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman bagi
rakyat pencari keadilan
terhadap sengketa Tata
Usaha Negara
Mengadili sengketa Tata
Usaha Negara, contoh
kepegawaian antara
badan/pejabat Tata Usaha
Negara atau administrasi
negara dengan seseorang
atau badan hukum perdata
(PT, Yayasan)
25. LANDASAN HUKUM
PENGADILAN TATA USAHA
NEGARA
-Undang-undang no 5 tahun
1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara
-Undan-Undang no 51 tahun
2009 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 5 tahun
1986
26. TUJUAN DAN FUNGSI
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
Tujuan:
Memberi perlindungan terhadap ha-hak rakyat yang
bersumber dari hak individu
Memberi perlindungan yang didasarkan kepentikan
bersaing individu yang hidup dalam masyarakat
tersebut
Fungsi:
Menyelesaikan konflik antara pemerintahan dengan
rakyat
27. Lembaga peradilan di
lingkungan peradilan tata
usaha negara yang
berkedudukan di ibukota
kabupaten atau kota.
Tugas Pokok dan fungsi:
Menerima, memeriksa,
memutus, menyelesaikan
sengketa yang timbul di dalam
bidang Tata Usaha Negara
antara orang atau badan
hukum perdata dengan badan
atau pejabat (pemerintah) baik
di pusat maupun daerah
28. PENGADILAN TINGGI
TATA USAHA NEGARA
Lembaga peradilan di lingkungan peradilan
Tata Usaha yang berkedudukan di ibukota
provinsi
Tugas dan wewenang:
Memeriksa dan memutus sengketa Tata
Usaha Negara tingkat banding
Memeriksa dan memutus di tingkat pertama
dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antara PTUN di daerah hukuman
29. Peradilan syariah Islam sebagai bagian dari struktur
hukum syariah tidak terpisahkan dari sistem hukum
syariah Islam yang juga mengalami perkembangan
sejalan dengan perkembangan budaya hukumnya.
Prinsip-prinsip dasar peradilan syariah Islam, yaitu:
1. Dibentuk dan diselenggarakan berdasarkan
perintah syariah Islam;
2. Kedudukannya merupakan bagian dari system
kekuasaan Negara;
3. Kelembagaanya merupakan symbol syariah
Islam;
4. Dilakukan oleh aparat hukum yang beragama
Islam sebagai bagian dari pengamalan syariah Islam
dan symbol syariah Islam;
5. Berfungsi member pelayanan hukum dan
keadilan berdasarkan syariah Islam, mengawal dan
menegakkan serta mengembangkan syariah Islam;
30. Peradilan militer adalah lingkungan
peradilan di bawah mahkamah agung yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman mengenai
kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak
pidana militer.
Peradilan militer meliputi
1. Pengadilan Militer
2. Pengadilan Militer Tinggi
3. Pengadilan Militer Utama
4. Pengadilan Militer Pertempuran
31. a. Pengadilan Militer
Pengadilan militer (Dilmil)
adalah pengadilan yang
bertugas untuk memeriksa dan
memutuskan pada tingkat
pertama perkara pidana dan
sengketa Tata Usaha Militer
sebagaimana ditentukan dalam
pasal 40 Undang-Undang
Republik Indonesia no. 31
tahun 1997 yakni prajurit yang
berpangkat kapten ke bawah.
32. Pengadilan Militer Tinggi (Dimilti) adalah pengadilan
yang bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat
pertama perkara pidana dah sengketa Tata Usaha Militer
sebagaimana ditentukan dalam pasal 41 UU RI no. 31 tahun
1997 yakni prajurit yang berpangkat mayor ke atas.
Selain itu, pengadilan militer tinggi juga memeriksa
dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang
telah diputus oleh pengadilan militer dalam daerah
hukumnya yang dimintakan banding.
33. C. PENGADILAN MILITER UTAMA
Pengadilan Militer Utama (Dilmiltama) memeriksa dan
memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa tata usaha
militer yang telah diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan militer
tinggi yang dimintakan banding, memutus pada tingkat pertama dan
terakhir semua sengketa tentang wewenang mengadili antar pengadilan
militer, pengadilan militer tinggi. Hal ini dicantumkan dalam pasal 42
dan pasal 43 UU Republik Indonesia tahun 1997.
34. Pengadilan Militer Pertempuran merupakan badan
pelaksna kekuasaan kehakiman di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama
dan terakhir perkara pidana yang dilakukan oleh prajurit di
medan pertempuran.
Karena berkedudukan di suatu medan pertempuran
sebagai daerah hukumnya, pengadilan militer pertempuran
bersifat mobil atau selalu mengikuti kemana gerak pasukan
pada saat pertempuran tersebut berlangsung.
35. PROSES PERADILAN PIDANA DI INDONESIA
I. PENYELIDIKAN
Merupakan suatu rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya penyidikan lebih lanjut.
II. PENYIDIKAN
Suatu rangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan
barang bukti, dengan bukti tersebut membuat terang tentang kejahatan atau
pelanggaran yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
III.PENUNTUTAN
Tindakan JPU untuk melimpahkan perkara pidana ke PN yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana dengan
permintaan supaya diperiksa oleh hakim di sidang pengadila
36. IV. SIDANG Di PENGADILAN
1. DAKWAAN
Dakwaan adalah Tuntutan perkara atau tuduhan yang diajukankepada
hakim oleh seseorang terhadap orang lain
2. EKSEPSI/TANGKISAN/KEBERATAN
Eksepsi adalah Tangkisan, keberatan,atau sanggahan mengenai
formalitas surat dakwaaan/gugatan/permohonan dan tidak
mnyinggung materi pokok perkara
3. PEMERIKSAAN ALAT BUKTI:
4. REQUISITOIR / TUNTUTAN JAKSA
suatu pembuktian tentang terbukti atau tidaknya surat dakwaan
5. PLEDOI / PEMBELAAN
ledoii adalah pembelaan dari terdakwa/penasehat hukumnya terhadap
tuntutan yang diajukan oleh JPU, berdasarkan semua keterangan dalam
proses pembuktian yang menguntungkan pihak terdakwa
37. 6. REPLIK JPU
Adalah jawaban penggugat baik tertulis maupun lisan terhadap jawaban
tergugat atas gugatannya
7. DUPLIK TERDAKWA / PENASEHAT HUKUM
Adalah jawban tergugat terhadap replik yang diajukan penggugat
8. PUTUSAN MAJELIS HAKIM
Menurut KUHAP ada 3 (tiga) macam putusan pengadilan, yaitu :
· Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa (vrijspraak)
· Putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan
hukum (onstlag van rechtvervolging)
· Putusan yang mengandung penghukuman terdakwa
38. Upaya Hukum Biasa
1. Naik Banding (revisi) ke Pengadilan Tinggi (PT)
2. Kasasi (Pembatalan) ke Mahkamah Agung (MA)
Upaya Hukum Luar Biasa
1. Kasasi Demi Kepentingan Hukum
2. Peninjauan Kembali (PK) Putusan Pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap