Dokumen tersebut membahas tentang ilmu Jarh wa Ta'dil yang merupakan ilmu yang mempelajari kondisi para perawi hadis. Dokumen tersebut menjelaskan konsep, dasar hukum, objek penelitian, tingkat-tingkat lafaz dalam Jarh wa Ta'dil, serta ketentuan hukum yang berlaku untuk hadis-hadis yang direkomendasikan oleh para perawi setelah dilakukan Jarh wa Ta'dil.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ilmu al-jarh wa ta'dil yang mempelajari etika dan aturan dalam menilai kelemahan (al-jarh) dan kelebihan (ta'dil) para periwayat hadis. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis agar dapat digunakan sebagai hujjah atau tidak. Landasannya adalah ayat Al-Quran dan hadis yang menganjurkan meneliti kebenaran berita, terut
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadits shahih dan hasan merupakan dua kategori hadits yang memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga dapat digunakan sebagai hujjah. Hadits shahih memiliki sanad yang bersambung dan rawi yang adil serta dhabit sempurna, sedangkan hadits hasan memiliki rawi yang adil meski kedhabitannya kurang sempurna. Kebanyakan ulama sepakat menggunakan keduanya sebagai hujjah, meski ada pendapat yang mensyarat
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ilmu al-jarh wa ta'dil yang mempelajari etika dan aturan dalam menilai kelemahan (al-jarh) dan kelebihan (ta'dil) para periwayat hadis. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas sanad dan matan hadis agar dapat digunakan sebagai hujjah atau tidak. Landasannya adalah ayat Al-Quran dan hadis yang menganjurkan meneliti kebenaran berita, terut
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadits shahih dan hasan merupakan dua kategori hadits yang memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga dapat digunakan sebagai hujjah. Hadits shahih memiliki sanad yang bersambung dan rawi yang adil serta dhabit sempurna, sedangkan hadits hasan memiliki rawi yang adil meski kedhabitannya kurang sempurna. Kebanyakan ulama sepakat menggunakan keduanya sebagai hujjah, meski ada pendapat yang mensyarat
Dokumen tersebut merangkum istilah-istilah penting dalam ilmu hadis seperti sanad, matan, rawi, musnad, musnid, muhaddis, hafiz, dan hakim. Juga dijelaskan definisi dan pengertian masing-masing istilah tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai generasi periwayatan hadis seperti sahabat, tabi'in, dan al-mutaqoddimun.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Dokumen tersebut membahas tentang syariat yang ada sebelum syariat Islam. Terdapat beberapa poin penting yang diangkat, yaitu:
1. Pengertian syariat yang ada sebelum syariat Islam (syara' man qablana) dan contoh-contohnya.
2. Pandangan ulama tentang syara' man qablana, apakah masih berlaku atau tidak untuk umat Islam.
3. Kesimpulan bahwa pandangan yang lebih kuat menyatakan bahwa syara' man q
Dokumen tersebut membahas pengertian, sejarah perkembangan, dan macam-macam metode penafsiran Alquran. Beberapa metode penafsiran yang dijelaskan antara lain tafsir bil ma'tsur, tafsir bil ra'y, tafsir al-fiqhi, tafsir al-falsafi, serta tafsir berdasarkan tema tertentu seperti surat Al-Fath atau Yasin.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum bacaan Qalqalah, Lam, dan Ra dalam ilmu tajwid. Qalqalah adalah hukum bacaan untuk beberapa huruf hijaiyah yang dibaca mati dengan bunyi memantul. Terdapat dua jenis Qalqalah yaitu Qalqalah Sugra dan Qalqalah Kubra. Sedangkan hukum bacaan Lam terbagi menjadi Lam Tafkhim yang dibaca tebal dan Lam Tarqiq yang dibaca tipis
Dokumen tersebut membahas tentang konsep al-Muhkam dan al-Mutasyabih dalam Al-Quran. Al-Muhkam adalah ayat-ayat yang jelas maknanya sedangkan al-Mutasyabih adalah ayat-ayat yang memerlukan penjelasan dan interpretasi untuk memahami maknanya."
Presentasi ini membahas tiga ilmu yang berkaitan dengan perkembangan riwayat hadis, yaitu ilmu rijalul hadits, ilmu tarikh ar-ruwah, dan ilmu thabaqoh. Ilmu-ilmu ini bertujuan mengetahui kualitas para perawi hadis dan menilai keotentikan sanad hadis.
Hadits dha'if dan maudhu merupakan dua jenis hadits yang lemah. Hadits dha'if adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hasan karena kelemahan sanad atau matannya, sedangkan hadits maudhu adalah hadits palsu yang sengaja diciptakan oleh pendusta untuk mengarang kata-kata Nabi. Kedua jenis hadits ini memiliki berbagai macam dan ciri khas, serta ulama telah berupaya melawan pemalsuan dengan
Dokumen tersebut membahas tentang maksud dan hukum taubat, ciri-ciri orang yang diterima taubatnya, cara bertaubat, tingkatan taubat, dan hikmah taubat. Selanjutnya membahas maksud istighfar, bentuk lafaz istighfar, hukum istighfar, dan kekuatan serta hikmah istighfar. Dokumen diakhiri dengan kesimpulan bahwa dengan beristighfar kita dapat memperoleh keampunan dosa d
Dokumen tersebut membahas tentang Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Quran. Muhkam adalah ayat yang maknanya jelas sedangkan Mutasyabih membutuhkan penafsiran. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang kriteria dan pembagian ayat Muhkam dan Mutasyabih. Ada hikmah dalam adanya kedua jenis ayat tersebut yaitu untuk menguji iman dan menghindari taklid buta.
Ilmu rijal hadis membahas keadaan para perawi hadis dari segi aktivitas mereka meriwayatkan hadis dan diterima atau tidaknya periwayatan mereka. Ilmu jarh dan ta'dil membedah keadaan para perawi dari segi ada atau tidaknya cacat yang mempengaruhi kredibilitas mereka. Ulama menjadikan dalil-dalil Alquran dan hadis dalam menilai perawi. Metode penilaian meliputi pertimbangan karakter perawi, isi hadis, dan konsensus ul
Dokumen tersebut membahas tentang makna syahadatain dan tauhid. Secara ringkas, syahadatain merupakan pengakuan bahwa tidak ada ilah (yang disembah) kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya. Tauhid membahas tiga aspek yaitu tauhid rububiyah (mengakui Allah sebagai pencipta), tauhid asma' dan sifat (mengakui nama dan sifat Allah), serta tauhid uluhiyah (mengakui Allah sebag
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas hadis apakah bisa dijadikan hujah agama atau tidak. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta kaidah untuk menentukan status hadis. Cabang-cabangnya antara lain membahas sanad, rawi, matan, serta kaidah untuk menilai status hadis.
1. Dokumen ini membahas tentang pengertian, dasar hukum, syarat, macam-macam, dan gugurnya hak mahar menurut pandangan Islam.
2. Mahar merupakan hak istri yang diatur secara jelas dalam Al-Quran dan hadis, dengan dasar ayat-ayat tertentu dan ijma' ulama.
3. Mahar dapat berupa barang berharga yang halal, milik sendiri, dan jelas bentuk serta jumlahnya. Ada dua macam mahar y
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hadis dha'if menurut bahasa dan ulama, klasifikasi hadis dha'if berdasarkan sanad dan matannya, sebab-sebab tertolaknya hadis, jenis-jenis hadis dha'if, dan pemakaian hadis dha'if menurut beberapa mazhab ulama.
Dokumen tersebut merangkum istilah-istilah penting dalam ilmu hadis seperti sanad, matan, rawi, musnad, musnid, muhaddis, hafiz, dan hakim. Juga dijelaskan definisi dan pengertian masing-masing istilah tersebut. Selain itu, dibahas pula mengenai generasi periwayatan hadis seperti sahabat, tabi'in, dan al-mutaqoddimun.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Dokumen tersebut membahas tentang syariat yang ada sebelum syariat Islam. Terdapat beberapa poin penting yang diangkat, yaitu:
1. Pengertian syariat yang ada sebelum syariat Islam (syara' man qablana) dan contoh-contohnya.
2. Pandangan ulama tentang syara' man qablana, apakah masih berlaku atau tidak untuk umat Islam.
3. Kesimpulan bahwa pandangan yang lebih kuat menyatakan bahwa syara' man q
Dokumen tersebut membahas pengertian, sejarah perkembangan, dan macam-macam metode penafsiran Alquran. Beberapa metode penafsiran yang dijelaskan antara lain tafsir bil ma'tsur, tafsir bil ra'y, tafsir al-fiqhi, tafsir al-falsafi, serta tafsir berdasarkan tema tertentu seperti surat Al-Fath atau Yasin.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum bacaan Qalqalah, Lam, dan Ra dalam ilmu tajwid. Qalqalah adalah hukum bacaan untuk beberapa huruf hijaiyah yang dibaca mati dengan bunyi memantul. Terdapat dua jenis Qalqalah yaitu Qalqalah Sugra dan Qalqalah Kubra. Sedangkan hukum bacaan Lam terbagi menjadi Lam Tafkhim yang dibaca tebal dan Lam Tarqiq yang dibaca tipis
Dokumen tersebut membahas tentang konsep al-Muhkam dan al-Mutasyabih dalam Al-Quran. Al-Muhkam adalah ayat-ayat yang jelas maknanya sedangkan al-Mutasyabih adalah ayat-ayat yang memerlukan penjelasan dan interpretasi untuk memahami maknanya."
Presentasi ini membahas tiga ilmu yang berkaitan dengan perkembangan riwayat hadis, yaitu ilmu rijalul hadits, ilmu tarikh ar-ruwah, dan ilmu thabaqoh. Ilmu-ilmu ini bertujuan mengetahui kualitas para perawi hadis dan menilai keotentikan sanad hadis.
Hadits dha'if dan maudhu merupakan dua jenis hadits yang lemah. Hadits dha'if adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hasan karena kelemahan sanad atau matannya, sedangkan hadits maudhu adalah hadits palsu yang sengaja diciptakan oleh pendusta untuk mengarang kata-kata Nabi. Kedua jenis hadits ini memiliki berbagai macam dan ciri khas, serta ulama telah berupaya melawan pemalsuan dengan
Dokumen tersebut membahas tentang maksud dan hukum taubat, ciri-ciri orang yang diterima taubatnya, cara bertaubat, tingkatan taubat, dan hikmah taubat. Selanjutnya membahas maksud istighfar, bentuk lafaz istighfar, hukum istighfar, dan kekuatan serta hikmah istighfar. Dokumen diakhiri dengan kesimpulan bahwa dengan beristighfar kita dapat memperoleh keampunan dosa d
Dokumen tersebut membahas tentang Muhkam dan Mutasyabih dalam Al-Quran. Muhkam adalah ayat yang maknanya jelas sedangkan Mutasyabih membutuhkan penafsiran. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang kriteria dan pembagian ayat Muhkam dan Mutasyabih. Ada hikmah dalam adanya kedua jenis ayat tersebut yaitu untuk menguji iman dan menghindari taklid buta.
Ilmu rijal hadis membahas keadaan para perawi hadis dari segi aktivitas mereka meriwayatkan hadis dan diterima atau tidaknya periwayatan mereka. Ilmu jarh dan ta'dil membedah keadaan para perawi dari segi ada atau tidaknya cacat yang mempengaruhi kredibilitas mereka. Ulama menjadikan dalil-dalil Alquran dan hadis dalam menilai perawi. Metode penilaian meliputi pertimbangan karakter perawi, isi hadis, dan konsensus ul
Dokumen tersebut membahas tentang makna syahadatain dan tauhid. Secara ringkas, syahadatain merupakan pengakuan bahwa tidak ada ilah (yang disembah) kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya. Tauhid membahas tiga aspek yaitu tauhid rububiyah (mengakui Allah sebagai pencipta), tauhid asma' dan sifat (mengakui nama dan sifat Allah), serta tauhid uluhiyah (mengakui Allah sebag
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas hadis apakah bisa dijadikan hujah agama atau tidak. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta kaidah untuk menentukan status hadis. Cabang-cabangnya antara lain membahas sanad, rawi, matan, serta kaidah untuk menilai status hadis.
1. Dokumen ini membahas tentang pengertian, dasar hukum, syarat, macam-macam, dan gugurnya hak mahar menurut pandangan Islam.
2. Mahar merupakan hak istri yang diatur secara jelas dalam Al-Quran dan hadis, dengan dasar ayat-ayat tertentu dan ijma' ulama.
3. Mahar dapat berupa barang berharga yang halal, milik sendiri, dan jelas bentuk serta jumlahnya. Ada dua macam mahar y
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian hadis dha'if menurut bahasa dan ulama, klasifikasi hadis dha'if berdasarkan sanad dan matannya, sebab-sebab tertolaknya hadis, jenis-jenis hadis dha'if, dan pemakaian hadis dha'if menurut beberapa mazhab ulama.
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
Makalah ini membahas tentang pembagian hadis berdasarkan kualitasnya menjadi shahih dan hasan. Hadis shahih didefinisikan sebagai hadis dengan sanad yang muttashil dan diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dhabit tanpa kejanggalan dan cacat. Hadis dibagi menjadi shahih li dhatihi dan shahih li ghairihi. Kitab-kitab hadis shahih utama adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadis hasan memiliki
Dokumen tersebut membahas tentang hukum dan syarat-syarat penggunaan hadis dha'if. Ia menjelaskan pendapat para ulama tentang diperbolehkannya penggunaan hadis dha'if dalam konteks keutamaan beramal, dengan ketentuan memenuhi 3 syarat yakni kelemahan hadis tidak berat, sejalan dengan prinsip-prinsip agama, dan tidak dijadikan ukuran kepastian. Dokumen ini juga menekankan pentingnya menge
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, ilmu hadits, sejarah penghimpunan hadits, kedudukan hadits, pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas periwayatan, serta signifikansi hadits dalam kehidupan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang konsep dan perkembangan ilmu hadits serta peranannya dalam kehidupan umat Islam.
Makalah ini membahas tentang hadist, termasuk pengertian hadist, kedudukan dan fungsi hadist terhadap Al-Qur'an, serta macam-macam hadist seperti shahih, hasan, dan dhaif.
Dokumen tersebut membahas pendekatan yang dilakukan oleh ahli hadits dan ahli fiqh dalam menghadapi hadits-hadits shahih yang tampak saling bertentangan. Terdapat beberapa pendekatan yang ditempuh seperti al-tarjih (analisis), al-jam'u (kompromi), al-nasikh wa al-mansukh (pembatalan), dan al-taufiq (menunggu petunjuk lain). Para ahli berbeda pendapat dalam urutan pendekatan yang digunakan, namun
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, jenis-jenis hadits berdasarkan periwayatannya dan kriteria keabsahannya, serta beberapa kitab hadits shahih seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadits dibedakan menjadi shahih, hasan, dan dha'if berdasarkan kriteria sanad dan matannya. Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dianggap sebagai karya rujukan utama dalam ilmu hadits.
Hadis diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya menjadi tiga, yaitu shahih (sah), hasan (baik), dan dha'if (lemah). Hadis shahih memenuhi lima syarat termasuk sanad yang kuat dan berkelanjutan, sedangkan hasan memenuhi syarat tetapi sanadnya kurang kuat. Hadis dha'if tidak memenuhi syarat hadis shahih maupun hasan. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan derajat keabsahan
Tajuk: "Himpunan Status Facebook : 91 Faedah Hadith"
Penulis: Muhammad Fathi `Ali al-Sakandary (http://ansarul-hadis.blogspot.com/)
Disemak oleh: Mohd `Adlan bin Mohd Shariffuddin ad-Diyari (http://ad-diyari.com/)
Edisi: Ogos 2011M / Ramadhan 1432H
Jumlah Halaman: 30 halaman termasuk kulit
Hak Cipta: Buku ini adalah waqaf penulis kepada seluruh umat Islam, tiada hak cipta mana-mana syarikat percetakan, dianjurkan untuk menyebarkannya dan mencetaknya dengan sebarang alat percetakan, dilarang plagiat sama sekali, dan dilarang meniagakannya tanpa izin bertulis daripada penulis terlebih dahulu.
>> http://ansarul-hadis.blogspot.com/
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Pertemuan ke-13: ilmu Jarh wa Ta'dil
1. Ilmu Jarh Wa Ta’dil
Ditulis kembali Oleh :
Hamba Allah
2. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa-
mahasiswi mampu :
Menguasai, Menjelaskan dan Menganalisis
Konsep Imu Jarh wa Ta’dil, Dasar Hukum,
Obyek Pentajrihan, Lafadz yang digunakan,
Teori yang digunakan bila terjadi Ta’arudl
Baina Tajrih wa Ta’dil dan Kitab-kitab Mu’tabar
dalam Ilmu Jarh Wa Ta’dil
3. Indikator
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa-
mahasiswi diharapkan mampu :
1. menjelaskan Konsep Dasar Jarh Wa Ta’dil
2. menjelaskan Dasar Hukum Jarh Wa Ta’dil
3. menjelaskan Obyek Pentajrihan Perawi
4. menjelaskan Lafadz Jarh Wa Ta’dil
5. Menjelaskan Ta’arudl Baina Tajrih-Ta’dil
4. 1. Konsep Jarh wa Ta’dil
2. Dasar Hukum Jarh wa Ta’dil
3. Obyek Pentajrihan Perawi
4. Lafadz dan Peringkat Jarh wa Ta’dil
5. Ta’arudl Penilaian Ta’dil vs Tajrih
Materi Pokok
6. Jarh : Proses yang dilakukan oleh seorang
kritikus hadis di dalam meneliti dan mengkaji
nilai kualitas intelektual dan kelurusan moral
seorang perawi dengan cara Membuka ‘Aib
dan Kejelekan serta kekurangan yang terdapat
padanya. Keaiban dan Kecacatan yang nampak
pada diri seseorang berakibat pada ditolaknya
hadis yang disampaikan olehnya
7. Ta’dil adalah pemberian pujian baik oleh
seorang atau beberapa kritikus hadis yang
ditujukan pada seorang penyampai hadis,
sehingga hadis yang diriwayatkan oleh orang
yang dita’dil bisa dijadikan sebagai hadis shohih
8. Kriteria Ulama Ahli Kritik
al Mutasadidun, yakni suatu kelompok ulama yang
amat ketat dalam meneliti dan teguh memegang
prinsip-prinsip verifikasi jarh wa ta’dil
al Mutawasithun, yakni kelompok yang agak
moderat, tidak kaku dan longgar di dalam
menggunakan persyaratan hadis-hadis shahih
al Mutasahilun, yaitu suatu kelompok ulama yang
agak longgar di dalam menerapkan prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan syarat-syarat penerimaan
hadis shahih
9. Persyaratan Ahli Kritik Perawi
1. Harus memiliki keahlian dalam Ulumul Hadis
2. Harus tahu hal-hal yang mencacatkan Rawi
3. Memiliki pengetahuan yang luas dalam Qaidah
dan Ushul al Hadis
4. Memiliki Integritas Keilmuan dan Ketaqwaan
5. Mencukupkan diri dalam mengkritik Perawi
6. Harus melakukan Rihlah dan penelitian Rawi
7. Memiliki reputasi yang luas dalam bidang
Ilmu Jarh Wa Ta’dil
8. Menjauhi sikap Ta’ashub (Fanatik Mazhab)
10. DASAR HUKUM
• Surat al Hujurat ayat 6 berikut ini :
•يأيهاتصي أن فتبينوا بنباء فاسق جاءكم إن امنوا الذينقوما بوا
نادمين فعلتم ما على فتصبحوا بجهالة(الحجرات:6)
• artinya ;”Hai orang-orang yang beriman jika
datang kepadamu orang fasiq membawa suatu
berita maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu (al Hujurat :6).
11. •
•فرج رجلين يكونا لم فإن رجالكم من شهيدين واستشهدوال
ترضون ممن وامراتانمنفتذكر إهداهما تضل أن الشهداء
األخرى إحداهما(البقرة:282)
• artinya :”Dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi dari orang-orang lelaki (diantaramu) jika
tidak ada dua orang lelaki maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridlai supaya jika seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya ( Q.S al Baqarah
:282).
12. Obyek / Ruang Lingkup Jarh Ta’dil
Bid’ah.
Pelaku bid’ah dikategorikan dalam dua hal : yang
berakibat pada Kekafiran dan Kefasikan. Ada
yang melakukan bid’ah untuk amalannya sendiri
dan ada pula yang dia sebarkan kepada orang
lain.
13. Mukhalafah
Mukhalafah
Maksudnya adalah Seorang perawi yang
meriwayatkan sebuah hadis dan apa yang
diriwayatkannya itu bertentangan dengan
mayoritas umum periwayatan perawi yang lebih
Tsiqah darinya. Ada dua kemungkinan hadisya
menjadi Hadis Syadz atau menjadi Hadis
Matruk.
14. Ghalat
Ghalath
Maksudnya Kualitas hafalan seorang perawi
yang tidak pasti kevalidannya. Kadang sering
mengalami kekeliruan dalam hafalan dan
kadangkala hanya sedikit saja kesalahan
hafalannya. Ada kekeliruan hafalan yag bisa
merusak ma’na al- Hadis ada juga kekeliruan
periwayatan tapi tidak sampai merusak ma’na al
Hadis
15. Jahalatul Hal
Jahalatul Hal
Maksudnya adalah Ketidakjelasan Identitas atau
Keadaan si Perawi, baik menyangkut keserupaan
nama, ketidakjelasan nama, penggunaan laqab
dan kuniyah yang tidak pada tempatnya atau
karena adanya kesulitan memastikan identitas si
Perawi
16. Da’wa al ‘Inqitha’
Da’wa al ‘Inqitha’
Maksudnya adalah sebuah periwayatan hadis
yang diduga dalam hadis tersebut terdapat
keterputusan sanad atau ketidaksambungan
antar perawinya. Baik bisa dipastikan
keterputusan sanad karena sudah diketahui
identitas perawinya atau masih berupa dugaan
berdasarkan penggunaan Lafadz dalam proses
Tahammulu Wa ‘Ada’ul Hadisnya
17. Tingkatan Lafadh Ta’dil
Tingkatan Pertama ialah ta’dil dengan
menggunakan ‘ibarah atau ungkapan yang
menunjukkan Mubalaghah dalam menta’dil
dengan menggunakan sighat Af’al at Tafdlil dan
sebangsanya
اوثق فالنالناس
اثبت فالنالناس
الثقة في المنتهى إليه
18. Tingkatan Kedua, cirinya perawi diberi gelar
dengan kalimah yang bermakna Adil dan Dhabit
akan tetapi tidak menggunakan sighat Af’al at
Tafdlil. Sighat yang digunakan adalah pemberian
sifat adil dan dhabit dengan disertai adanya
Taukid baik Taukid Lafdhiy maupun Taukid
Ma’nawiy.
ثقة فالنثقة
ثقةضابط
حجة حافظ ثقة
19. Tingkatan Ketiga ini mengindikasikan adanya
sifat kecerdasan akal berupa kuat dan kokohnya
hafalan seorang perawi akan tetapi tidak
tergambar pada lafaz tersebut adanya sifat adil
yang harus terdapat pada seorang perawi
Tsiqah.
فالنضابط
فالنحافظ
متقن فالن
20. Tingkatan Keempat adalah Lafaz-lafaz yang
menggunakan sighat dan memberi pengertian
seorang perawi tersebut adalah Adil, akan tetapi
tidak mengindikasikan adanya sifat
dlabit/cerdas pada diri sang perawi tersebut.
فالنصدوق
فالنمأمون
بأس ال فالنبه
بأس به ليس فالن
21. Tingkatan Kelima adalah Lafaz ta’dil dengan
yang memberi pengertian bahwa Perawinya
adalah seorang yang adil akan tetapi tidak
dhabit. Maksudnya adalah seorang perawi yang
dari segi moral berkualitas baik akan tetapi dari
segi kecerdasan intelektual kurang memadai.
محله فالنالصدق
رووا فالنعنه
فالنوسط
الحديث جيد فالن
22. Martabat Keenam ini adalah ta’dil dengan
menggunakan lafaz-lafaz yang memberi
pengertian perawi adalah seorang yang Adil
akan tetapi kualitas keadilannya tidak
meyakinkan. Artinya Keadilanya tidak sampai
pada derajat yang menjadikannya sebagai
seorang perawi yang bisa diterima hadisnya.
صدوق فالنإنشأهللا
البأس أن ارجوابه
صويلح
مقبول
23. KETENTUAN HUKUM
Kesimpulan :
Perawi yang di Ta’dil dengan lafaz yang berada di
peringkat 1 - 4 hadisnya Diterima sebagai hadis
shahih / hasan.
Akan tetapi bagi perawi yang di ta’dil dengan lafaz
pada peringkat ke 5-6 hadisnya tdk langsung
diterima juga tidak langsung ditolak, akan tetapi
harus dilakukan penelitian lebih lanjut melalui
metode al I’tibar ( Hadis Syawahid dan Hadis
Mutabi’ )
24. Tingkatan Lafadh Tajrih
Tingkatan Pertama dari lafaz tajrih dengan
menggunakan ibarah yang menunjukkan
Mubalaghah dalam mentajrih yaitu dengan
menggunakan sighat Af’al at Tafdlil dan
sebangsanya.
اكذب فالنالناس
اوضع فالنالناس
الوضع في المنتهى إليه
25. Tingkatan Kedua adalah lafaz tajrih dengan
menggunakan ibarah yang menunjukkan
mubalaghah juga akan tetapi dengan
menggunakan lafaz-lafaz di bawah lafaz-lafaz
tingkat pertama.
هوكذاب
هووضاع
دجال هو
26. Tingkatan Ketiga ini adalah lafaz-lafaz tajrih
dengan menggunakan lafaz-lafaz yang memberi
pengertian perawi adalah seorang yang
tertuduh dusta atau memalsukan hadis, seorang
yang diabaikan hadisnya atau yang ditinggalkan
hadisnya.
متهم فالنبالكذب
با متهم فالنللوضع
الحديث متروك فالن
27. Tingkatan Keempat ini adalah tajrih dengan
menggunakan lafaz-lafaz yang memberi
pengertian bahwa perawi bahwa perawi adalah
seorang yang sangat lemah kualitasnya sehingga
ulama melakukan penolakan terhadap hadisnya.
القوا فالنحديثه
مطروخ فالنالحديث
حديثه ردوا فالن
28. Tingkatan Kelima ini adalah lafaz-lafaz
yang oleh para ulama dipandang sebagai
hadis yang berkualitas rendah dan kacau
hafalannya dan sebagainya.
يحتج ال فالنبه
فالنواه
الحديث منكر فالن
29. Tingkatan Keenam adalah Tingkatan atau
martabah yang lafaz-lafaz nya dipandang
sebagai hadis yang berkualitas rendah atau dhaif
tanpa menyebutkan letak atau sebab kedhaifan
hadis tersebut.
فيه فالنضعيف
حديثه في فالنضعف
يعرف و ينكر فالن
30. KETENTUAN HUKUM
Kesimpulan :
Perawi yang di Tajrih dengan lafaz yang berada
di peringkat 1 - 4 hadisnya langsung Ditolak
sebagai hadis.
Sedangkan bagi perawi yang di tajrih dengan
lafaz pada peringkat ke 5-6 hadisnya tdk
langsung ditolak, akan tetapi harus dilakukan
penelitian lebih lanjut melalui metode al I’tibar
( Hadis Syawahid dan Hadis Mutabi’ )
31. TA’ARUDL PENILAIAN
Jika terjadi penilaian yang berbeda
dalam menilai Kecacatan dan
Keadilan perawi, maka penilaian
manakah yang lebih didahulukan?
32. Bila ada seorang kritikus menilai
tercela (jarh) terhadap kualitas pribadi
seorang perawi tertentu, sementara
itu pada saat yang sama sang perawi
justru di puji (ta’dil) oleh kritikus yang
lainnya , maka yang dianggap benar
adalah kritikan yang berupa celaan
(jarh)
33. maksudnya adalah jika terdapat seorang kritikus
hadis menilai jarh atau mencela kualitas seorang
perawi sementara oleh ahli kritik yang lainnya
sang perawi justru dipuji atau dita’dil, maka yang
dianggap benar adalah pendapat yang memuji
atau menta’dil sang perawi, sehingga dengan
demikian hadis orang yang diperselisihkan
kualitas perawi sanadnya maka yang dianggap
valid adalah penilaian yang bersifat memuji
34. Bila terjadi perbedaan pendapat dalam
mengkritik dan memuji seorang
perawi, maka yang dimenangkan
adalah penilaian yang berisi pujian
kecuali jika kritikan itu disertai
penjelasan yang terperinci tentang
alasan-alasan kritikan tersebut
35. Jika Ulama Pengkritik yang mengemukakan
ketercelaan perawi itu adalah termasuk orang
yang dla’if, maka kritikannya terhadap orang
yang Tsiqah tidak dapat diterima.
Tidak mungkin orang yang lemah kualitas
keadilannya dianggap kredibel menilai perawi
yang kualitas keadilannya lebih baik.
36. Kritikan atau Penilaian negatif pada seorang
perawi yang belum jelas identitasnya akan
ditolak kecuali sudah bisa dipastikan bahwa
perawi yang dinilai itu tidak salah sasaran.
Sebab perawi seringkali dikenal tidak
berdasarkan namanya sendiri melainkan
berdasarkan nama Laqab, Kuniyah atau sebutan
yang populer baginya
37. • maksudnya adalah penilaian yang bersifat ketercelaan
terhadap seorang perawi jika itu adalah disebabkan oleh
adanya bentuk permusuhan dan pertikaian yang terjadi
diantara kedua perawi dan ahli kritik tersebut, maka
penilaian itu tidak bisa diperhitungkan sebagai kritik yang
valid.
• Dengan alasan bahwa hasil kritikan yang demikian ini
pastilah tidak didasarkan pada suatu kejujuran ilmiah dari
para pengkritiknya. Kebencian dan permusuhan yang
meliputi suasana hati sang pengkritik dan sang perawi tidak
akan bisa memunculkan suatu penilain yang bersifat
obyektif dan penuh raa tanggungjawab baik tanggungjawab
secara ilmiah amaupun yang bersifat keagamaan.