SlideShare a Scribd company logo
PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT
HADHANAH (Hak Asuh Anak)
Pengertian hadhanah
Kata hadhanah adalah bentuk mashdar dari kata hadhnu ash-shabiy, atau mengasuh atau
memelihara anak. Mengasuh (hadhn) dalam pengertian ini tidak dimaksudkan dengan
menggendongnya dibagian samping dan dada atau lengan.
Secara terminologis, hadhanah adalah menjaga anak yang belum bisa mengatur dan
merawat dirinya sendiri, serta belum mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat
membahayakan dirinya. Hukum hadhanah inihanya dilaksanakan ketika pasangan suami istri
bercerai dan memiliki anak yang belum cukup umur untuk berpisah dari ibunya. Hal ini
diseabkan karena sianak masih perlu penjagaan, pengasuhan, pendidikan, perawatan dan
melakukan berbagai hal demi kemaslahatannya. Inilah yang dimaksu dengan perwalian
(wilayah).
Hukum Hadhanah
Hadhanah (pengasuhan anak) hukumnya wajib, karena anak yang masih memerlukan
pengasuhan ini akan mendapatkan bahaya jika tidak mendapatkan pengasuhan dan perawatan,
sehingga anak harus dijaga agar tidak sampai membahayakan. Selain itu ia juga harus tetap
diberi nafkah dan diselamatkan dari segala hal yang dapat merusaknya.
Hadhanah sangat terkait dengan tiga hak:
1. Hak wanita yang mengasuh.
2. Hak anak yang diasuh.
3. Hak ayah atau orang yang menempati posisinya.
Jika masing-masing hak ini dapat disatukan, maka itulah jalan yang terbaik dan harus
ditempuh. Jika masing-masing hak saling bertentangan, maka hak anak harus didahulukan
daripada yang lainnya. Terkait dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
pertama, pihak ibu terpaksa harus mengasuh anak jika kondisinya memang memaksa
demikian karena tidak ada orang lain selain dirinya yang dipandang pantas untuk menasuh anak.
kedua, si ibu tidak boleh dipaksa mengasuh anak jika kondisinya memang tidak
mengharuskan demikian. sebab mengasuh anak itu adalah haknya dan tidak ada mudharat yang
dimungkinkan akan menimpa sianak karena adanya mahram lain selain ibunya.
ketiga, seorang ayah tidak berhak merampas anak dari orang yang lebih berhak
mengasuhnya (baca: ibu) lalu memberikannya kepada wanita lain kecuali ada alsan syar’i yang
memperbolehkannya.
keempat, jika ada wanita yang bersedia menyusui selain ibu si anak, maka ia harus
menyusui bersama (tinggal serumah) dengan si ibu hingga tidak kehilangan haknya mengasuh
anak.
Urutan Orang yang Berhak Mengasuh Anak.
Mengingat bahwa wanita lebih memahami dan lebih mampu mendidik, disamping lebih
sabar, lebih lembut, lebih leluasa dan lebih sering berada bersama anak, maka ia lebih berhak
mendidik dan mengasuh anak dibandingkan laki-laki. Hal ini berlangsung hanya pada usia-usia
tertentu, namun pada fase-fase berikutnya laki-laki yang lebih mampu mendidik dan mengasuh
anak dibandingkan wanita.
Ibu adalah wanita yang paling berhak mengasuh anak
Jika wanita lebih berhak mendidik dan mengasuh anak daripada laki-laki, maka -sesuai
ijma ulama- ibu kandung sianak tentu lebih berhak mengasuh anaknya setelah terjadi perpisahan
(antara suami dan istrinya), baik karena talak, meninggalnya suami atau suami menikah dengan
wanita lain, karena ibu jauh memiliki kelembutan dan kasih sayang, kecuali jika ada penghalang
yang menghapuskan hak si ibu untuk mengasuh anak.
Diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dengan menukil dari ayahnya, dari kakeknya bahwa
ada seorang wanita yang mengadu kepada Rasulullah : “Wahai RAsulullah, anak ini dulu
pernah menjadikan perutku sebagai wadahnya, payudaraku sebagai sumber minumnya dan
kamarku sebagai rumahnya. Kini ayahnya telah menceraikanku dan ingin merampasnya
dariku.” Rasulullah  bersabda kepada wanita ini “Kamu lebih berhak terhadapnya selama kamu
belum menikah lagi“. (hasan HR Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi)
Urutan orang yang berhak mengasuh anak setelah ibu kandung
Ulama berbeda pendapat siapa yang paling berhak mengasuh anak setelah ibu kandung
atau urutan hak asuh anak jika ternyata ada penyebab yang menghalangi ibu kandung untuk
mendapatkan hak asuhnya. Perbedaan pendapat ini disebabkan tidak adanya dalil qath’i yang
secara tegas membahas masalah ini. Hanya saja ke-empat imam madzhab lebih mendahulukan
kalangan kerabat dari pihak ibu dibandingkan dari kalangan kerabat dari pihak ayah dalam
tingkat kerabatan yang sama (misalnya mendahulukan nenek dari pihak ibu dari pada nenek
pihak ayah).
Kalangan Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang palin berhak mengasuh
anak adalah:
1. Ibu kandungnya sendiri
2. Nenek dari pihak ibu
3. nenek dari pihak ayah
4. saudara perempuan (kakak perempuan)
5. bibi dari pihak ibu
6. anak perempuan saudara perempuan
7. anak perempuan saudara laki-laki
8. bibi dari pihak ayah
Kalangan Madzhab Maliki berpendapat bahwa urutan hak anak asuh dimulai dari:
1. Ibu kandung
2. nenek dari pihak ibu
3. bibi dari pihak ibu
4. nenek dari pihak ayah
5. saudara perempuan
6. bibi dari pihak ayah
7. anak perempuan dari saudara laki-laki
8. penerima wasiat
9. dan kerabat lain (ashabah) yang lebih utama
Kalangan Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa hak anak asuh dimulai dari:
1. Ibu kandung
2. nenek dari pihak ibu
3. nenek dari pihak ayah
4. saudara perempuan
5. bibi dari pihak ibu
6. anak perempuan dari saudara laki-laki
7. anak perempuan dari saudara perempuan
8. bibi dari pihak ayah
9. dan kerabat yang masih menjadi mahram bagi sianak yang mendapatkan bagian warisan
ashabah sesuai dengan urutan pembagian harta warisan. Pendapat Madzhab Syafi’i sama dengan
pendapat madzhab Hanafi.
Kalangan Madzhab Hanbali
1. ibu kandung
2. nenek dari pihak ibu
3. kakek dan ibu kakek
4. bibi dari kedua orang tua
5. saudara perempuan se ibu
6. saudara perempuan seayah
7. bibi dari ibu kedua orangtua
8. bibinya ibu
9. bibinya ayah
10. bibinya ibu dari jalur ibu
11. bibinya ayah dari jalur ibu
12. bibinya ayah dari pihak ayah
13. anak perempuan dari saudara laki-laki
14. anak perempuan dari paman ayah dari pihak ayah
15. kemudian kalangan kerabat dari urutan yang paling dekat.
SYARAT MENDAPATKAN HAK ASUH ANAK (HADHANAH)
Kalangan ahli fiqih menyebutkan sejumlah syarat untuk mendapatkan hak asuh anak
yang harus dipenuhi. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka hak asuh anak hilang, syarat-syarat
tersebut adalah:
Syarat pertama dan kedua, berakal dan telah baligh, sebab kelompok ini masih
memerlukan orang yang dapat menjadi wali atau bahkan mengasuh mereka. Jika mereka masih
membutuhkan wali dan membutuhkan pengasuha, maka merekpun tidak pantas untuk menjadi
pengasuh untuk orang lain.
Syarat kedua, Agama yang mengasuh haruslah sama dengan agama anak yang diasuh,
sehingga orang kafir tidak berhak mengasuh anak Muslim. Hal ini didasarkan pada dua hal:
1. Orang yang mengasuh pasti sangat ingin anak yang diasuhnya sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya. dan ini adalah bahaya terbesar yang dialami sianak. Dan telah
dijelaskan dalam sabda Rasulullah :“Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (suci),
maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia sebagai Yahudi, Nashrani atau
Majusi.” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini menunjukkan bahwa agama anak tidak
aman jika diasuh oleh orang kafir.
2. Hak asuh anak itu sama dengan perwalian. Allah  berfirman :
“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS Ani-Nisaa’:141)
Syarat ke empat, mampu mendidik, sehingga orang yang buta, sakit, terbelenggu dan hal-
hal lain yang dapat membahayakan atau anak disia-siakan maka tidak berhak mengasuh anak.
Syarat kelima, ibu kandung belum menikah lagi dengan lelaki yang lain, berdasarkan
sabda Nabi  : “Kamu lebih berhak dengannya selama kamu belum menikah lagi” (hasan.
ditakhrij oleh Abud Dawud 2244 dan An-Nasa’i 3495)
Berakhirnya Masa Pengasuhan dan Konsekuensinya.
Jika si anak sudah tidak lagi memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya sehari-hari, telah mencapai usia mumayyiz dan sudah dapat memenuhi
kebutuhandasarnya seperti makan, minum memakai pakaian dan lain-lainnya, maka masa
pengasuhan telah selesai.
Manakala masa pengasuhan ini telah berakhir, apakah yang harus dilakukan si anak ?
Jika kedua orang tua sepakat untuk mengikutkan anak tinggal bersama salah seorang dari kedua
orang tua, maka kesepakatan ini dapat dilaksanakan. tetapi jika kedua orangtua masih berselisih,
maka ada duahal yang harus diperhatikan:
Pertama, anak yang diasuh adalah laki-laki. Terkait dengan anak laki-laki yang telah
selesai masa pengasuhannya, muncul tiga pendapat dikalangan ulama:
1. Madzhab Hanafi, Ayah lebih berhak mengasuh si anak. dengan alasan bahwa jika
seorang anak laki-laki sudah bisa memnuhi kebutuhan dasarnya, maka yang ia butuhkan
adalah pendidikan dan perilaku seorang laki-laki. Dalam hal ini si ayah lebih mampu dan
lebih tepat.
2. Madzhab Maliki, Ibu lebih berhak selama si anak belum baligh.
3. Madzhab Asy-syafi’i dan Ahmad, Anak diberi kesempatan untuk memilih salah satu
diantara keduanya, berdasrkan hadits Abu Hurairah: Seorang perempuan datang
menghadap Nabi  dan berkata, “Wahai Rasulullah. suamiku ingin membawaserta
anakku dan anakku telah meminumiku dari sumur Abu Inabah serta memberi manfaat
padaku.” Rasulullah  bersabda: “Berundilah kalian berdua untuknya.” Si suami
menukas “Siapa yang lebih berhak daripada aku terhadap anakku?” Nabi  bersabda
pada sianak agar memilih, “Ini ayahmu dan ini Ibumu. Ambillah tangan salah satu dari
keduanya yang kamu suka” Ia meraih tangan ibunya, dan lantas si ibupun pergi dan
mebawanya. (Haduts shahih, ditakhrij oleh Abu Dawud 2277, An-Nasa’i 3496 dan At-
Tirmidzi 1357). Dari hadits diatas diketahui bahwa konsep pengundian (qur’ah) harus
didahulukan daripada memberikan kesempatan memilih. Akan tetapi dengan melihat apa
yang dilakukan oleh para khalifah, memberikan kesempatan memilih lebih didhalukan
daripada cara pengundian. Diriwayatkan bahwa ada orang yang mengadukan perselisihan
masalah anak kepada Umar . Ia menjawab, “Ia sebaiknya tinggal bersama ibunya
sampai ia pandai berbicara, kemudian ia diberi kesempatan untuk memilih.“(Sanad
shahih, ditakhrij oleh Abdurrazaq 12606 dan Sa’id bin Manshur 2263).
Diriwayatkan juga dari Imarah bin Ru’aibah bahwasannya Ali  telah memberikan kesempatan
kepadanya untuk memilih antara (ikut) dengan ibunya atau pamannya. Imarah lebih memilih ikut
ibunya. Ali berkata “Kamu dapat hidup bersama ibumu. Nanti jika saudaramu (baca:adikmu)
telah mencapai usia seperti usiamu saat ini, maka berikanlah kesempatan kepadanya untuk
memilih seperti yang kau lakukan ini.” Imarah berkata, “Ketika itu saya sudah beranjak remaja
(ghulam).” (Sanadnya Dha’if ditakhrij oleh Abdurrazaq 12609, Sa’id bin Manshur 2265 dan al-
Baihaqi 8/4).
Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa memberi kesempatan memilih dan mengundi hanya dapat
dilakukan apabila kedua cara ini memberikan kemaslahatan bagi si anak. Kalau memang ibu
dipandang lebih dapat melindungi anak dan lebih bermanfaat dibanding ayahnya, maka dalam
kasus ini merawat anak harus didahulukan tanpa harus mempertimbangkan cara mengundi dan
memilih.
Kedua, anak yang diasuh adalah anak perempuan. Para Ulama berbeda pendapat,
Kalangan Madzhab Maliki berpendapat bahwa anak tetaptinggal bersama ibunya hingga
anaka perempuan tersebut menikah dan telah berhubungan intim dengan suaminya. Dengan
mengacu padapendapat Imam Ahmad, kalangan madzhab Hanafi berpendapat bahwa manakala
telah mengalami menstruasi anak perempuan diserahkan kepada ayahnya. Kalangan Madzhab
Hanbali berpendapat bahwa anak diserahkan kepada ayahnya apabila telah mencapai usia 7
tahun.
Ketiga Imam madzhab sepakat bahwa anak ini tidak diberi kesempatan untuk
menentukan pilihan. Sementara itu Syafi’i berpendapat bahwa perempuan diberi kesempatan
menentukan pilihan seperti anak laki-laki dan dia berhak untuk hidup bersama orang yang
menjadi pilihannya (ayahnya atau ibunya).
Ibnu Taimiyyah lebih memilih berpendapat bahwa anak perempuan tidak diberi
kesempatan memilih. Ia bisa hidup bersama salah satu dari keduanya apabila orangtua yang ia
ikuti ini taat kepada Allah dalam mendidik anak. (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah) (Dalam
abiyazid.wordpres: syarat mendapatkan hak asuh anak hadhanah)

More Related Content

What's hot

Syariah poligami
Syariah poligamiSyariah poligami
Syariah poligami
Faizah Yahya
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
syafiqahharris
 
ZIHAR
ZIHARZIHAR
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
Angah Rahim
 
Hibah
HibahHibah
HibahUMT
 
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamTarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamYu Diey
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Zafirah Abdullah
 
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKAPEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
Aina Zambry
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujukan nur
 
Qawaid fiqh pt 3
Qawaid fiqh  pt 3Qawaid fiqh  pt 3
Qawaid fiqh pt 3
Amiruddin Ahmad
 
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Zafirah Abdullah
 
Waris KULIAH 2
Waris KULIAH 2Waris KULIAH 2
Waris KULIAH 2ezz_ally
 
Jual Beli - Khiyar
Jual Beli - KhiyarJual Beli - Khiyar
Jual Beli - Khiyarezz_ally
 
Qawaid fiqh koleksi pt 3
Qawaid fiqh koleksi pt 3Qawaid fiqh koleksi pt 3
Qawaid fiqh koleksi pt 3
Amiruddin Ahmad
 
Pengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalatPengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalat
Shahidan Aziz
 
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & ASHADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
Farra Shahirra
 

What's hot (20)

Syariah poligami
Syariah poligamiSyariah poligami
Syariah poligami
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
 
ZIHAR
ZIHARZIHAR
ZIHAR
 
fasakh
fasakhfasakh
fasakh
 
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete2.8.2012   konsep nasikh mansukh complete
2.8.2012 konsep nasikh mansukh complete
 
Hibah
HibahHibah
Hibah
 
Al ijarah
Al ijarahAl ijarah
Al ijarah
 
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islamTarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
Tarikh tasyri' nota sejarah perundangan islam
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
 
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKAPEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
PEMBAHAGIAAN HARTA PUSAKA
 
Iddah dan Rujuk
Iddah dan RujukIddah dan Rujuk
Iddah dan Rujuk
 
Qawaid fiqh pt 3
Qawaid fiqh  pt 3Qawaid fiqh  pt 3
Qawaid fiqh pt 3
 
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumudSejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
Sejarah Perundangan Islam :Zaman taklid dan jumud
 
Waris KULIAH 2
Waris KULIAH 2Waris KULIAH 2
Waris KULIAH 2
 
Hudud
HududHudud
Hudud
 
Jual Beli - Khiyar
Jual Beli - KhiyarJual Beli - Khiyar
Jual Beli - Khiyar
 
Qawaid fiqh koleksi pt 3
Qawaid fiqh koleksi pt 3Qawaid fiqh koleksi pt 3
Qawaid fiqh koleksi pt 3
 
Pengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalatPengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalat
 
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & ASHADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
 
Al hiwalah1
Al hiwalah1Al hiwalah1
Al hiwalah1
 

Similar to hadhanah

Rujuk dan hadhanah 2
Rujuk dan hadhanah 2Rujuk dan hadhanah 2
Rujuk dan hadhanah 2
Yaya Nicky
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Azwar Lawalata
 
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
SMAN 54 Jakarta
 
1299 2506-1-sm (1)
1299 2506-1-sm (1)1299 2506-1-sm (1)
1299 2506-1-sm (1)
agusyakusa
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreHellena Ifan
 
tugas bu martina.docx
tugas bu martina.docxtugas bu martina.docx
tugas bu martina.docx
muna231903
 
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
benimuhamad1
 
Suami suri rumah
Suami suri rumahSuami suri rumah
Suami suri rumah
hidayat07
 
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlamPAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
rahmaaeni667
 
Pro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU PoligamiPro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU Poligamiratusyamra
 
Summary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajreSummary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajrehabil184
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Sri Apriyanti Husain
 
Makalah mawaris
Makalah mawarisMakalah mawaris
Makalah mawaris
jamal din
 
Hadanah dalam Islam.pdf
Hadanah dalam Islam.pdfHadanah dalam Islam.pdf
Hadanah dalam Islam.pdf
aether20
 
fiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptxfiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptx
DzakyMutawaqil
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1ezz_ally
 
Isu Perkahwinan 09
Isu Perkahwinan 09Isu Perkahwinan 09
Isu Perkahwinan 09arizal
 

Similar to hadhanah (20)

Rujuk dan hadhanah 2
Rujuk dan hadhanah 2Rujuk dan hadhanah 2
Rujuk dan hadhanah 2
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
 
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
Masa idah, hadanah, dan rujuk 2
 
1299 2506-1-sm (1)
1299 2506-1-sm (1)1299 2506-1-sm (1)
1299 2506-1-sm (1)
 
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajreId 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
Id 05 summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre
 
tugas bu martina.docx
tugas bu martina.docxtugas bu martina.docx
tugas bu martina.docx
 
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
2.PENGHALANG PEWARISAN.pptx
 
Pendidikan anak
Pendidikan anakPendidikan anak
Pendidikan anak
 
Suami suri rumah
Suami suri rumahSuami suri rumah
Suami suri rumah
 
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlamPAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
PAI - indahnya mahligai pernikahan dalam ISlam
 
Tugas utama
Tugas utamaTugas utama
Tugas utama
 
Pro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU PoligamiPro dan Kontra UU Poligami
Pro dan Kontra UU Poligami
 
Summary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajreSummary of the islamic fiqh tuwajre
Summary of the islamic fiqh tuwajre
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
 
Makalah mawaris
Makalah mawarisMakalah mawaris
Makalah mawaris
 
Hadanah dalam Islam.pdf
Hadanah dalam Islam.pdfHadanah dalam Islam.pdf
Hadanah dalam Islam.pdf
 
fiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptxfiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptx
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1
 
Isu Perkahwinan 09
Isu Perkahwinan 09Isu Perkahwinan 09
Isu Perkahwinan 09
 
Kb dalam islam
Kb dalam islamKb dalam islam
Kb dalam islam
 

Recently uploaded

Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking PresentasiGames Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
RayAhmed5
 
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
Popi99
 
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling GacorPapilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
Papilo99
 
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin TerfavoritNila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
Nila88
 
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
Kodomo99
 
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
Tiaellyrosyita
 
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.pptVIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
MuhammadAmin350497
 
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
MuhammadRafi159661
 
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMaskep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
PUSKESMASPEKANHERAN1
 
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawaiTATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
trianandika
 
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdfDAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
AGUSABDULROHIM
 
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang MaxwinMelodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
Melodi99
 

Recently uploaded (12)

Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking PresentasiGames Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
Games Tebak Lagu Untuk Ice Breaking Presentasi
 
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
Popi99 Link Daftar Judi Slot Gacor RTP Maxwin Tertinggi Hari Ini 2024
 
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling GacorPapilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
Papilo99 Link Situs Judi Slot Online Server Thailand Terbaik Paling Gacor
 
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin TerfavoritNila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
Nila88 Situs Slot Gacor RTP Winrate Tertinggi Mudah Maxwin Terfavorit
 
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
Kodomo99 Daftar Situs Judi Slot Maxwin Server Thailand Hari Ini 2024
 
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
617147349-MODUL-9-DAN-10-PENDIDIKAN-SENI-DI-SD.pptx
 
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.pptVIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
VIII PENDAFTARAN DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH.ppt
 
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
PPT Chapter 11_Kelompok 5.pptx 234567890
 
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMaskep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
askep imunisasi.pdfNKOHIOPPKJHHG7IJLJMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
 
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawaiTATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
TATA CARA PENGISIAN PERILAKU KERJA pegawai
 
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdfDAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
DAFTAR KEHADIRAN KELAS PENGELOLAAN KINERJA GURU DI PMM.pdf
 
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang MaxwinMelodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
Melodi99 Link Daftar Situs Judi Slot Gacor Sensasional Gampang Maxwin
 

hadhanah

  • 1. PENGERTIAAN, DASAR HUKUM DAN SYARAT HADHANAH (Hak Asuh Anak) Pengertian hadhanah Kata hadhanah adalah bentuk mashdar dari kata hadhnu ash-shabiy, atau mengasuh atau memelihara anak. Mengasuh (hadhn) dalam pengertian ini tidak dimaksudkan dengan menggendongnya dibagian samping dan dada atau lengan. Secara terminologis, hadhanah adalah menjaga anak yang belum bisa mengatur dan merawat dirinya sendiri, serta belum mampu menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Hukum hadhanah inihanya dilaksanakan ketika pasangan suami istri bercerai dan memiliki anak yang belum cukup umur untuk berpisah dari ibunya. Hal ini diseabkan karena sianak masih perlu penjagaan, pengasuhan, pendidikan, perawatan dan melakukan berbagai hal demi kemaslahatannya. Inilah yang dimaksu dengan perwalian (wilayah). Hukum Hadhanah Hadhanah (pengasuhan anak) hukumnya wajib, karena anak yang masih memerlukan pengasuhan ini akan mendapatkan bahaya jika tidak mendapatkan pengasuhan dan perawatan, sehingga anak harus dijaga agar tidak sampai membahayakan. Selain itu ia juga harus tetap diberi nafkah dan diselamatkan dari segala hal yang dapat merusaknya. Hadhanah sangat terkait dengan tiga hak: 1. Hak wanita yang mengasuh. 2. Hak anak yang diasuh. 3. Hak ayah atau orang yang menempati posisinya. Jika masing-masing hak ini dapat disatukan, maka itulah jalan yang terbaik dan harus ditempuh. Jika masing-masing hak saling bertentangan, maka hak anak harus didahulukan daripada yang lainnya. Terkait dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
  • 2. pertama, pihak ibu terpaksa harus mengasuh anak jika kondisinya memang memaksa demikian karena tidak ada orang lain selain dirinya yang dipandang pantas untuk menasuh anak. kedua, si ibu tidak boleh dipaksa mengasuh anak jika kondisinya memang tidak mengharuskan demikian. sebab mengasuh anak itu adalah haknya dan tidak ada mudharat yang dimungkinkan akan menimpa sianak karena adanya mahram lain selain ibunya. ketiga, seorang ayah tidak berhak merampas anak dari orang yang lebih berhak mengasuhnya (baca: ibu) lalu memberikannya kepada wanita lain kecuali ada alsan syar’i yang memperbolehkannya. keempat, jika ada wanita yang bersedia menyusui selain ibu si anak, maka ia harus menyusui bersama (tinggal serumah) dengan si ibu hingga tidak kehilangan haknya mengasuh anak. Urutan Orang yang Berhak Mengasuh Anak. Mengingat bahwa wanita lebih memahami dan lebih mampu mendidik, disamping lebih sabar, lebih lembut, lebih leluasa dan lebih sering berada bersama anak, maka ia lebih berhak mendidik dan mengasuh anak dibandingkan laki-laki. Hal ini berlangsung hanya pada usia-usia tertentu, namun pada fase-fase berikutnya laki-laki yang lebih mampu mendidik dan mengasuh anak dibandingkan wanita. Ibu adalah wanita yang paling berhak mengasuh anak Jika wanita lebih berhak mendidik dan mengasuh anak daripada laki-laki, maka -sesuai ijma ulama- ibu kandung sianak tentu lebih berhak mengasuh anaknya setelah terjadi perpisahan (antara suami dan istrinya), baik karena talak, meninggalnya suami atau suami menikah dengan wanita lain, karena ibu jauh memiliki kelembutan dan kasih sayang, kecuali jika ada penghalang yang menghapuskan hak si ibu untuk mengasuh anak. Diriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dengan menukil dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ada seorang wanita yang mengadu kepada Rasulullah : “Wahai RAsulullah, anak ini dulu pernah menjadikan perutku sebagai wadahnya, payudaraku sebagai sumber minumnya dan kamarku sebagai rumahnya. Kini ayahnya telah menceraikanku dan ingin merampasnya
  • 3. dariku.” Rasulullah  bersabda kepada wanita ini “Kamu lebih berhak terhadapnya selama kamu belum menikah lagi“. (hasan HR Abu Daud, Ahmad dan Al-Baihaqi) Urutan orang yang berhak mengasuh anak setelah ibu kandung Ulama berbeda pendapat siapa yang paling berhak mengasuh anak setelah ibu kandung atau urutan hak asuh anak jika ternyata ada penyebab yang menghalangi ibu kandung untuk mendapatkan hak asuhnya. Perbedaan pendapat ini disebabkan tidak adanya dalil qath’i yang secara tegas membahas masalah ini. Hanya saja ke-empat imam madzhab lebih mendahulukan kalangan kerabat dari pihak ibu dibandingkan dari kalangan kerabat dari pihak ayah dalam tingkat kerabatan yang sama (misalnya mendahulukan nenek dari pihak ibu dari pada nenek pihak ayah). Kalangan Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang palin berhak mengasuh anak adalah: 1. Ibu kandungnya sendiri 2. Nenek dari pihak ibu 3. nenek dari pihak ayah 4. saudara perempuan (kakak perempuan) 5. bibi dari pihak ibu 6. anak perempuan saudara perempuan 7. anak perempuan saudara laki-laki 8. bibi dari pihak ayah Kalangan Madzhab Maliki berpendapat bahwa urutan hak anak asuh dimulai dari: 1. Ibu kandung 2. nenek dari pihak ibu 3. bibi dari pihak ibu 4. nenek dari pihak ayah 5. saudara perempuan
  • 4. 6. bibi dari pihak ayah 7. anak perempuan dari saudara laki-laki 8. penerima wasiat 9. dan kerabat lain (ashabah) yang lebih utama Kalangan Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa hak anak asuh dimulai dari: 1. Ibu kandung 2. nenek dari pihak ibu 3. nenek dari pihak ayah 4. saudara perempuan 5. bibi dari pihak ibu 6. anak perempuan dari saudara laki-laki 7. anak perempuan dari saudara perempuan 8. bibi dari pihak ayah 9. dan kerabat yang masih menjadi mahram bagi sianak yang mendapatkan bagian warisan ashabah sesuai dengan urutan pembagian harta warisan. Pendapat Madzhab Syafi’i sama dengan pendapat madzhab Hanafi. Kalangan Madzhab Hanbali 1. ibu kandung 2. nenek dari pihak ibu 3. kakek dan ibu kakek 4. bibi dari kedua orang tua 5. saudara perempuan se ibu 6. saudara perempuan seayah 7. bibi dari ibu kedua orangtua 8. bibinya ibu 9. bibinya ayah 10. bibinya ibu dari jalur ibu
  • 5. 11. bibinya ayah dari jalur ibu 12. bibinya ayah dari pihak ayah 13. anak perempuan dari saudara laki-laki 14. anak perempuan dari paman ayah dari pihak ayah 15. kemudian kalangan kerabat dari urutan yang paling dekat. SYARAT MENDAPATKAN HAK ASUH ANAK (HADHANAH) Kalangan ahli fiqih menyebutkan sejumlah syarat untuk mendapatkan hak asuh anak yang harus dipenuhi. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka hak asuh anak hilang, syarat-syarat tersebut adalah: Syarat pertama dan kedua, berakal dan telah baligh, sebab kelompok ini masih memerlukan orang yang dapat menjadi wali atau bahkan mengasuh mereka. Jika mereka masih membutuhkan wali dan membutuhkan pengasuha, maka merekpun tidak pantas untuk menjadi pengasuh untuk orang lain. Syarat kedua, Agama yang mengasuh haruslah sama dengan agama anak yang diasuh, sehingga orang kafir tidak berhak mengasuh anak Muslim. Hal ini didasarkan pada dua hal: 1. Orang yang mengasuh pasti sangat ingin anak yang diasuhnya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. dan ini adalah bahaya terbesar yang dialami sianak. Dan telah dijelaskan dalam sabda Rasulullah :“Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini menunjukkan bahwa agama anak tidak aman jika diasuh oleh orang kafir. 2. Hak asuh anak itu sama dengan perwalian. Allah  berfirman : “dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS Ani-Nisaa’:141) Syarat ke empat, mampu mendidik, sehingga orang yang buta, sakit, terbelenggu dan hal- hal lain yang dapat membahayakan atau anak disia-siakan maka tidak berhak mengasuh anak.
  • 6. Syarat kelima, ibu kandung belum menikah lagi dengan lelaki yang lain, berdasarkan sabda Nabi  : “Kamu lebih berhak dengannya selama kamu belum menikah lagi” (hasan. ditakhrij oleh Abud Dawud 2244 dan An-Nasa’i 3495) Berakhirnya Masa Pengasuhan dan Konsekuensinya. Jika si anak sudah tidak lagi memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sehari-hari, telah mencapai usia mumayyiz dan sudah dapat memenuhi kebutuhandasarnya seperti makan, minum memakai pakaian dan lain-lainnya, maka masa pengasuhan telah selesai. Manakala masa pengasuhan ini telah berakhir, apakah yang harus dilakukan si anak ? Jika kedua orang tua sepakat untuk mengikutkan anak tinggal bersama salah seorang dari kedua orang tua, maka kesepakatan ini dapat dilaksanakan. tetapi jika kedua orangtua masih berselisih, maka ada duahal yang harus diperhatikan: Pertama, anak yang diasuh adalah laki-laki. Terkait dengan anak laki-laki yang telah selesai masa pengasuhannya, muncul tiga pendapat dikalangan ulama: 1. Madzhab Hanafi, Ayah lebih berhak mengasuh si anak. dengan alasan bahwa jika seorang anak laki-laki sudah bisa memnuhi kebutuhan dasarnya, maka yang ia butuhkan adalah pendidikan dan perilaku seorang laki-laki. Dalam hal ini si ayah lebih mampu dan lebih tepat. 2. Madzhab Maliki, Ibu lebih berhak selama si anak belum baligh. 3. Madzhab Asy-syafi’i dan Ahmad, Anak diberi kesempatan untuk memilih salah satu diantara keduanya, berdasrkan hadits Abu Hurairah: Seorang perempuan datang menghadap Nabi  dan berkata, “Wahai Rasulullah. suamiku ingin membawaserta anakku dan anakku telah meminumiku dari sumur Abu Inabah serta memberi manfaat padaku.” Rasulullah  bersabda: “Berundilah kalian berdua untuknya.” Si suami menukas “Siapa yang lebih berhak daripada aku terhadap anakku?” Nabi  bersabda pada sianak agar memilih, “Ini ayahmu dan ini Ibumu. Ambillah tangan salah satu dari keduanya yang kamu suka” Ia meraih tangan ibunya, dan lantas si ibupun pergi dan mebawanya. (Haduts shahih, ditakhrij oleh Abu Dawud 2277, An-Nasa’i 3496 dan At-
  • 7. Tirmidzi 1357). Dari hadits diatas diketahui bahwa konsep pengundian (qur’ah) harus didahulukan daripada memberikan kesempatan memilih. Akan tetapi dengan melihat apa yang dilakukan oleh para khalifah, memberikan kesempatan memilih lebih didhalukan daripada cara pengundian. Diriwayatkan bahwa ada orang yang mengadukan perselisihan masalah anak kepada Umar . Ia menjawab, “Ia sebaiknya tinggal bersama ibunya sampai ia pandai berbicara, kemudian ia diberi kesempatan untuk memilih.“(Sanad shahih, ditakhrij oleh Abdurrazaq 12606 dan Sa’id bin Manshur 2263). Diriwayatkan juga dari Imarah bin Ru’aibah bahwasannya Ali  telah memberikan kesempatan kepadanya untuk memilih antara (ikut) dengan ibunya atau pamannya. Imarah lebih memilih ikut ibunya. Ali berkata “Kamu dapat hidup bersama ibumu. Nanti jika saudaramu (baca:adikmu) telah mencapai usia seperti usiamu saat ini, maka berikanlah kesempatan kepadanya untuk memilih seperti yang kau lakukan ini.” Imarah berkata, “Ketika itu saya sudah beranjak remaja (ghulam).” (Sanadnya Dha’if ditakhrij oleh Abdurrazaq 12609, Sa’id bin Manshur 2265 dan al- Baihaqi 8/4). Ibnu Qayyim menyebutkan bahwa memberi kesempatan memilih dan mengundi hanya dapat dilakukan apabila kedua cara ini memberikan kemaslahatan bagi si anak. Kalau memang ibu dipandang lebih dapat melindungi anak dan lebih bermanfaat dibanding ayahnya, maka dalam kasus ini merawat anak harus didahulukan tanpa harus mempertimbangkan cara mengundi dan memilih. Kedua, anak yang diasuh adalah anak perempuan. Para Ulama berbeda pendapat, Kalangan Madzhab Maliki berpendapat bahwa anak tetaptinggal bersama ibunya hingga anaka perempuan tersebut menikah dan telah berhubungan intim dengan suaminya. Dengan mengacu padapendapat Imam Ahmad, kalangan madzhab Hanafi berpendapat bahwa manakala telah mengalami menstruasi anak perempuan diserahkan kepada ayahnya. Kalangan Madzhab Hanbali berpendapat bahwa anak diserahkan kepada ayahnya apabila telah mencapai usia 7 tahun. Ketiga Imam madzhab sepakat bahwa anak ini tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan. Sementara itu Syafi’i berpendapat bahwa perempuan diberi kesempatan menentukan pilihan seperti anak laki-laki dan dia berhak untuk hidup bersama orang yang menjadi pilihannya (ayahnya atau ibunya).
  • 8. Ibnu Taimiyyah lebih memilih berpendapat bahwa anak perempuan tidak diberi kesempatan memilih. Ia bisa hidup bersama salah satu dari keduanya apabila orangtua yang ia ikuti ini taat kepada Allah dalam mendidik anak. (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah) (Dalam abiyazid.wordpres: syarat mendapatkan hak asuh anak hadhanah)