Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat atau kurang:
Teknik ISM diterapkan untuk merumuskan kebijakan pengembangan industri kakao di Indonesia dengan mempertimbangkan kinerja rantai pasokannya. Metode ISM digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja rantai pasokan dan merumuskan kebijakan. Hasil studi menunjukkan bahwa kebijakan insentif p
Bali memang tidak terpisahkan dari pariwisata. Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Dengan berbagai persoalan yang serba kompleks, seperti misalnya peningkatan jumlah penduduk yang membawa dampak buruk, seperti misalnya melambungnya harga tanah yang liar tak terkendali sampai enam kali lipat harga semula, banyaknya pengangguran, merebaknya pekerja sektor informal, dan PKL, juga permasalahan lalu lintas yang belum dapat diselesaikan oleh pihak Pemda Kota Denpasar.
Dari data tahun 2001, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Denpasar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (34,36%), kemudian diikuti oleh sektor keuangan (15,19%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,66%), sektor industri pengolahan (12,24%). Sedangkan sektor lainnya (24,55%) meliputi sektor pertambangan, jasa-jasa, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 5-6%.
Pada tahun 2000, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ber-kunjung mencapai 1.413.513 pada pelabuhan Benoa dan bandara internasional Ngurah Rai. Bulan Juli dan Agustus merupakan bulan sibuk sementara bulan Desember dan Januari merupakan bulan sepi. Kunjungan ke Bali menunjukkan peningkatan yang kuat pada kurun waktu 1997 -1998 ketika masalah dalam negeri dan krisis melanda Asia pada umumnya. Keamanan wilayah Bali merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Angka wisatawan mancanegara terbesar berdasarkan negara asal pada tahun 2000, yaitu wisatawan Jepang 362.270, Australia 231.739, Taiwan 157.608, Eropa 107.181, Inggris dan 83.349, dan Amerika 79.462. Kurang dari 50.000 pengunjung datang dari negara ASEAN seperti Singapore and Malaysia. Ikut pula mendongkrak ekonomi Denpasar adalah produksi barang kerajinan yang berupa barang kerajinan yang berupa cinderamata, seperti ukiran dan patung. Produksi industri kerajinan mencapai 72,69 juta dollar pada tahun 2000. Usaha industry kerajinan yang ada mencapai 1.272 unit usaha dengan 2.691 tenaga kerja.
Dokumen tersebut membahas empat jenis fungsi ekosistem, yaitu fungsi penyediaan, pengaturan, budaya, dan pendukung. Fungsi penyediaan meliputi pangan, air, serat, bahan bakar, dan sumberdaya genetik. Fungsi pengaturan mencakup iklim, air, bencana, air bersih, limbah, udara, penyerbukan, dan pengendalian hama. Fungsi budaya terkait tempat tinggal, rekreasi, dan estetika. Fungs
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan klimatologi dari zaman pra-sejarah hingga abad ke-20 serta beberapa isu iklim penting seperti pemanasan global, lubang ozon, hujan asam, dan kebakaran hutan. Dokumen ini juga menjelaskan empat aspek pemanfaatan meteorologi di bidang pertanian yaitu penyesuaian, modifikasi, substitusi, dan peramalan.
Tugas Mata Kuliah Pembangunan Tanah dari Bapak Dr. Ir. Priyono Nugroho, MS
Dari berbagai sumber
Email yanto_budisusanto@yahoo.com atau yanto_b@geodesy.its.ac.id untuk permintaan file
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian perubahan, alasan dilakukannya perubahan, sasaran perubahan, karakteristik perubahan, dan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan perubahan seperti resistensi dan penyebab kegagalan perubahan."
Bali memang tidak terpisahkan dari pariwisata. Kota Denpasar merupakan kota terpadat di Bali. Dengan berbagai persoalan yang serba kompleks, seperti misalnya peningkatan jumlah penduduk yang membawa dampak buruk, seperti misalnya melambungnya harga tanah yang liar tak terkendali sampai enam kali lipat harga semula, banyaknya pengangguran, merebaknya pekerja sektor informal, dan PKL, juga permasalahan lalu lintas yang belum dapat diselesaikan oleh pihak Pemda Kota Denpasar.
Dari data tahun 2001, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Denpasar yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (34,36%), kemudian diikuti oleh sektor keuangan (15,19%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,66%), sektor industri pengolahan (12,24%). Sedangkan sektor lainnya (24,55%) meliputi sektor pertambangan, jasa-jasa, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 5-6%.
Pada tahun 2000, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ber-kunjung mencapai 1.413.513 pada pelabuhan Benoa dan bandara internasional Ngurah Rai. Bulan Juli dan Agustus merupakan bulan sibuk sementara bulan Desember dan Januari merupakan bulan sepi. Kunjungan ke Bali menunjukkan peningkatan yang kuat pada kurun waktu 1997 -1998 ketika masalah dalam negeri dan krisis melanda Asia pada umumnya. Keamanan wilayah Bali merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Angka wisatawan mancanegara terbesar berdasarkan negara asal pada tahun 2000, yaitu wisatawan Jepang 362.270, Australia 231.739, Taiwan 157.608, Eropa 107.181, Inggris dan 83.349, dan Amerika 79.462. Kurang dari 50.000 pengunjung datang dari negara ASEAN seperti Singapore and Malaysia. Ikut pula mendongkrak ekonomi Denpasar adalah produksi barang kerajinan yang berupa barang kerajinan yang berupa cinderamata, seperti ukiran dan patung. Produksi industri kerajinan mencapai 72,69 juta dollar pada tahun 2000. Usaha industry kerajinan yang ada mencapai 1.272 unit usaha dengan 2.691 tenaga kerja.
Dokumen tersebut membahas empat jenis fungsi ekosistem, yaitu fungsi penyediaan, pengaturan, budaya, dan pendukung. Fungsi penyediaan meliputi pangan, air, serat, bahan bakar, dan sumberdaya genetik. Fungsi pengaturan mencakup iklim, air, bencana, air bersih, limbah, udara, penyerbukan, dan pengendalian hama. Fungsi budaya terkait tempat tinggal, rekreasi, dan estetika. Fungs
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan klimatologi dari zaman pra-sejarah hingga abad ke-20 serta beberapa isu iklim penting seperti pemanasan global, lubang ozon, hujan asam, dan kebakaran hutan. Dokumen ini juga menjelaskan empat aspek pemanfaatan meteorologi di bidang pertanian yaitu penyesuaian, modifikasi, substitusi, dan peramalan.
Tugas Mata Kuliah Pembangunan Tanah dari Bapak Dr. Ir. Priyono Nugroho, MS
Dari berbagai sumber
Email yanto_budisusanto@yahoo.com atau yanto_b@geodesy.its.ac.id untuk permintaan file
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem mangrove di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing mangrove ecosystem in Indonesia
This session discusses what are the opportunities and challenges in mangrove management, especially from the policy aspects. One of the highlights of this session is the urgency of mangrove economic valuation along the line of one-map policy. This session also discusses the issue faced by the government at the national and sub national levels to perform good mangrove management practices. The need to involve scientists and NGO in supporting the government to implement the mangrove management strategy is also suggested.
Speaker: Victor Nikijuluw, Marine Program Director, Conservation International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian perubahan, alasan dilakukannya perubahan, sasaran perubahan, karakteristik perubahan, dan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan perubahan seperti resistensi dan penyebab kegagalan perubahan."
Dokumen tersebut membahas berbagai kebutuhan air baku, termasuk kebutuhan air domestik, non-domestik, industri, peternakan, perikanan, pemeliharaan sungai, dan irigasi."
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan sistem dalam manajemen organisasi yang kompleks dengan fokus pada prinsip-prinsip holistik, teleologik, dan dialektika. Prinsip-prinsip ini membantu memahami elemen, atribut, dan hubungan antar bagian sistem untuk mencapai tujuan secara optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, tujuan, azas, unsur-unsur, dan teknik-teknik Quality Control (QC) dalam suatu kelompok kecil yang bekerja secara sukarela untuk meningkatkan mutu produk dan proses.
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
Dokumen tersebut membahas tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), yang meliputi monitoring debit air, sedimentasi, dan kualitas air guna mengetahui perkembangan tata air DAS. Dokumen ini juga menjelaskan kriteria dan indikator untuk menilai kinerja pengelolaan DAS dalam aspek tata air, sedimen, dan kualitas air.
This document discusses Kelompok 3 which consists of 6 students: Abid Adora, Arida Natasya Maura, Hanifah Rahma Wati, Pradipta Satya Wibawa, Qorry Indira Devina, and Renita Ayu Agustin. The group's theme for their art project is Seni Rupa Murni.
Laporan ini membahas tentang analisis sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Nganjuk Kecamatan Ngluyu. Mencakup latar belakang masalah keterbatasan air bersih, tujuan analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku, serta tinjauan pustaka mengenai komponen sistem distribusi air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air.
Dokumen tersebut membahas tiga tahap perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit, yaitu tahap investigasi lahan dan persiapan, pembangunan dan konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan. Tahap investigasi lahan meliputi survey lahan, studi kawasan, iklim, tanah, dan perencanaan tata ruang kebun. Parameter-parameter ini diperlukan untuk memastikan kesesuaian lahan dari segi lingkungan dan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas manajemen kunci pada sistem kriptografi simetri, meliputi pembangkitan, distribusi, penyimpanan, penggunaan, perubahan, dan penghancuran kunci. Secara garis besar manajemen kunci bertujuan menjaga keamanan dan integritas kunci selama siklus hidupnya.
Standar ini mengatur tentang tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air yang mencakup kriteria perencanaan, kapasitas instalasi, unit operasi, dan persyaratan lainnya untuk menghasilkan unit paket instalasi pengolahan air yang optimal dengan kapasitas hingga 50 L/detik.
Manpower planning menggambarkan pendekatan rasional dalam upaya forecasting apakah ada ketidak sesuaian antara supply dan demand tenaga kerja, serta merencanakan penyesuaian kebijakan yang paling tepat.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Jurnal ini membahas hubungan antara investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi. Ada pendapat yang mendukung dampak positif FDI terhadap pertumbuhan melalui transfer teknologi, tetapi ada juga yang berpendapat FDI dapat menimbulkan dampak negatif seperti mengganggu investasi domestik. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bertentangan dan dipengaruhi faktor spesifik negara dan industri. Secara umum, dampak FDI
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...Mutiara Bunda Ulil Albab
Dokumen tersebut merupakan tugas akhir yang membahas pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kecamatan Astanaanyar Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh 94,09% terhadap kinerja pegawai."
Analisis literature review determinasi kinerja sistem informasigiatamaistian1
Artikel ini merupakan review literatur mengenai pengaruh keterlibatan pengguna, manajemen puncak, dan pendidikan terhadap kinerja sistem informasi. Berdasarkan studi literatur sebelumnya, ditemukan bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi. Keterlibatan pengguna dan dukungan dari manajemen puncak penting untuk meningkatkan kinerja sistem, sedangkan pendidikan yang memadai juga berperan dalam men
Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan skripsi yang membahas latar belakang pembangunan kawasan industri perkapalan terpadu di Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian adalah mengetahui indeks iklim teknologi kabupaten tersebut dan menentukan prioritas industri pendukung yang potensial di kawasan tersebut dengan menggunakan pendekatan iklim teknologi dan metode ELECTRE II.
Dokumen tersebut membahas berbagai kebutuhan air baku, termasuk kebutuhan air domestik, non-domestik, industri, peternakan, perikanan, pemeliharaan sungai, dan irigasi."
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan sistem dalam manajemen organisasi yang kompleks dengan fokus pada prinsip-prinsip holistik, teleologik, dan dialektika. Prinsip-prinsip ini membantu memahami elemen, atribut, dan hubungan antar bagian sistem untuk mencapai tujuan secara optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, tujuan, azas, unsur-unsur, dan teknik-teknik Quality Control (QC) dalam suatu kelompok kecil yang bekerja secara sukarela untuk meningkatkan mutu produk dan proses.
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
Dokumen tersebut membahas tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), yang meliputi monitoring debit air, sedimentasi, dan kualitas air guna mengetahui perkembangan tata air DAS. Dokumen ini juga menjelaskan kriteria dan indikator untuk menilai kinerja pengelolaan DAS dalam aspek tata air, sedimen, dan kualitas air.
This document discusses Kelompok 3 which consists of 6 students: Abid Adora, Arida Natasya Maura, Hanifah Rahma Wati, Pradipta Satya Wibawa, Qorry Indira Devina, and Renita Ayu Agustin. The group's theme for their art project is Seni Rupa Murni.
Laporan ini membahas tentang analisis sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Nganjuk Kecamatan Ngluyu. Mencakup latar belakang masalah keterbatasan air bersih, tujuan analisis kebutuhan dan ketersediaan air baku, serta tinjauan pustaka mengenai komponen sistem distribusi air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air.
Dokumen tersebut membahas tiga tahap perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit, yaitu tahap investigasi lahan dan persiapan, pembangunan dan konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan. Tahap investigasi lahan meliputi survey lahan, studi kawasan, iklim, tanah, dan perencanaan tata ruang kebun. Parameter-parameter ini diperlukan untuk memastikan kesesuaian lahan dari segi lingkungan dan produktivitas.
Dokumen tersebut membahas manajemen kunci pada sistem kriptografi simetri, meliputi pembangkitan, distribusi, penyimpanan, penggunaan, perubahan, dan penghancuran kunci. Secara garis besar manajemen kunci bertujuan menjaga keamanan dan integritas kunci selama siklus hidupnya.
Standar ini mengatur tentang tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air yang mencakup kriteria perencanaan, kapasitas instalasi, unit operasi, dan persyaratan lainnya untuk menghasilkan unit paket instalasi pengolahan air yang optimal dengan kapasitas hingga 50 L/detik.
Manpower planning menggambarkan pendekatan rasional dalam upaya forecasting apakah ada ketidak sesuaian antara supply dan demand tenaga kerja, serta merencanakan penyesuaian kebijakan yang paling tepat.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Jurnal ini membahas hubungan antara investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi. Ada pendapat yang mendukung dampak positif FDI terhadap pertumbuhan melalui transfer teknologi, tetapi ada juga yang berpendapat FDI dapat menimbulkan dampak negatif seperti mengganggu investasi domestik. Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bertentangan dan dipengaruhi faktor spesifik negara dan industri. Secara umum, dampak FDI
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kecamatan Astanaanyar Ban...Mutiara Bunda Ulil Albab
Dokumen tersebut merupakan tugas akhir yang membahas pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kecamatan Astanaanyar Bandung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh 94,09% terhadap kinerja pegawai."
Analisis literature review determinasi kinerja sistem informasigiatamaistian1
Artikel ini merupakan review literatur mengenai pengaruh keterlibatan pengguna, manajemen puncak, dan pendidikan terhadap kinerja sistem informasi. Berdasarkan studi literatur sebelumnya, ditemukan bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi. Keterlibatan pengguna dan dukungan dari manajemen puncak penting untuk meningkatkan kinerja sistem, sedangkan pendidikan yang memadai juga berperan dalam men
Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan skripsi yang membahas latar belakang pembangunan kawasan industri perkapalan terpadu di Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian adalah mengetahui indeks iklim teknologi kabupaten tersebut dan menentukan prioritas industri pendukung yang potensial di kawasan tersebut dengan menggunakan pendekatan iklim teknologi dan metode ELECTRE II.
Intellectual capital performance with IT-strategy integration Haryo Gondomono, CEP
1. Ringkasan dokumen menjelaskan pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan pada bank-bank di Indonesia dengan memoderasi integrasi strategi TI dan tata kelola perusahaan.
2. Penelitian menggunakan model VAICTM untuk mengukur modal intelektual dan ROA untuk mengukur kinerja dengan data 33 bank tahun 2013-2014.
3. Hasil menunjukkan bahwa VAHU berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan integrasi strateg
Dokumen ini membahas sistem informasi akuntansi pendidikan dari perspektif pengguna dan organisasi. Ia menjelaskan pentingnya sistem ini untuk menjamin akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan menganalisis realitas pengembangan sistem informasi akuntansi keuangan di perguruan tinggi Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dokumen ini juga membahas berbagai teori terkait penerimaan teknologi dan pengetahuan organisasi yang re
STRUKTUR JARINGAN DALAM ADOPSI INOVASI: STUDI KONSEPTUALAn Nisbah
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas bagaimana teori jaringan sosial dapat digunakan untuk menjelaskan adopsi inovasi dengan fokus pada karakteristik struktur jaringan dan pengaruhnya terhadap keputusan adopsi akibat perilaku imitasi dan aktor inovatif. Dokumen tersebut juga membandingkan beberapa model difusi inovasi seperti model Rogers dan Bass serta menjelaskan
Teks tersebut merupakan proposal penelitian yang membahas pengaruh partisipasi dan kepuasan pemakai terhadap kinerja sistem informasi. Proposal ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Analisis pentingnya si terintegrasi pada ptBuhori Muslim
Teks tersebut merangkum analisis sistem informasi yang terintegrasi di perguruan tinggi dengan studi kasus STT Pagar Alam. Teks menjelaskan pentingnya integrasi sistem informasi untuk meningkatkan efisiensi layanan mahasiswa, keuangan, dan akademik serta mendukung proses bisnis perguruan tinggi secara efektif.
Review Artikel “A FINANCIAL INCLUSION INDEX FOR INDONESIA”Hilman Hanivan dan Nasrudin NasrudinBulletin of Monetary Economics and Banking, Vol. 22, No. 3 (2019), pp. 351 - 366
Reviewer : Indika Farhatunnada, S.E
Artikel ini memberikan informasi tentang index inklusi keuangan untuk Indonesia dengan menggunakan dimensi penelitian yaitu Akses (Access), Pemakaian (Usage), dan Ketersediaan (Availability) dengan menggunakan metode pendeketan PCA dua tahap.
- Studi ini berkaitan dengan inklusifitas keuangan Indonesia. Beberapa upaya telah dilakukan untuk membangun indeks inklusifitas finansial untuk Indonesia; namun, Peneliti mempertanyakan bobot yang sama yang diberikan pada semua dimensi inklusivitas dan mengusulkan memperkirakan bobot spesifik secara empiris, berdasarkan data. Oleh karena itu peneliti membuat indeks inklusifitas keuangan Indonesia.
- Analisis peneliti menunjukkan bahwa di luar Usage, Access, dan Availability (tiga dimensi yang secara populer dipertimbangkan dalam literatur ini) dengan bobot sekitar 37%. Peneliti menyimpulkan dengan mengembangkan koneksi antara indeks dan data ekonomi makro lainnya
- Peneliti menunjukkan bahwa korelasi antara indeks dan ukuran kemiskinan (tingkat kemiskinan dan rasio Gini) bersifat negatif, dan antara indeks dan ukuran pendapatan / pembangunan bersifat positif, semua secara statistik berbeda dari nol. Secara keseluruhan, ada dukungan yang menunjukkan bahwa inklusivitas keuangan memiliki hubungan ekonomi dengan seluruh perekonomian.
- Penliti menyimpulkan bahwa IFI adalah ukuran inklusifitas finansial yang cukup bagus.
TB 2 sim artikel literature review manajemen keuangan analisis sistem informa...DwiputroAdiLaksono
Artikel ini melakukan tinjauan literatur mengenai pengaruh sistem informasi, sistem manajemen sumber daya manusia, dan kompetensi terhadap manajemen keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap manajemen keuangan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Dokumen tersebut membahas perencanaan strategis teknologi informasi pada Politeknik Negeri Jakarta. Ia menganalisis lingkungan bisnis internal dan eksternal politeknik tersebut untuk menentukan kebutuhan sistem dan teknologi informasinya guna mendukung rencana strategisnya. Metode yang digunakan adalah analisis kritis faktor keberhasilan, model five forces Porter, dan proses strategi Ward dan Peppard."
Similar to Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao jurnal bppt (20)
Policy brief Menciptakan Ekosistem Technopreneurship yang kondusifYudiwid
Teknologi dan sistem inovasi BPPT menganalisis tantangan pengembangan ekosistem teknopreneur di Indonesia, termasuk komersialisasi hasil riset, kondisi inkubator, SDM, dan pembiayaan. Diskusi menghasilkan empat rekomendasi, yakni penguatan komersialisasi, penyempurnaan regulasi inkubator, pengembangan SDM teknopreneur, dan diversifikasi pembiayaan.
Pembiayaan merupakan bagian penting dalam ekosistem technopreneurship. Karena pembiayaan adalah unsur utama mengalirnya “energi” antar aktor baik untuk membangun kapasitas, menjamin permodalan dan biaya operasional perusahaan pemula berbasis teknologi.
Khusus untuk teknoprener non digital membutuhkan pembiayaan yang relatif lebih tinggi karena jenis produk yang diusahakan menuntut bahan baku dan proses produksi secara fisik yang juga memiliki risiko kegagalan yang tinggi pula. Sudah ada instansi pemerintah dan swasta yang memberikan bantuan, insentif atau hibah mendukung pengembangan wirausaha secara umum, namun untuk wirausaha di bidang produk berbasis manufaktur relatif jarang, serta tidak mencakup seluruh tahapan perkembangan start up. Maka dibutuhkan skema pembiayaan yang lengkap pada setiap siklus hidup start up untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan teknoprener.
Paparan Webinar Kebijakan Covid 30 juli 2020Yudiwid
Kebijakan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia membutuhkan perbaikan berdasarkan evaluasi implementasi, dengan mempertimbangkan perkembangan pandemi, dampak krisis, dan peran teknologi. Studi ini akan menganalisis implementasi kebijakan, tantangan, dan peluang untuk meningkatkan penanganan Covid-19 di masa depan.
Analisis rantai pasok kakao untuk pengembangan industri pengolahan kakao di ...Yudiwid
Makalah ini merupakan bagian dari Disertasi Yudi Widayanto yang berjudul "“Model Perumusan Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri Kakao Berbasis Kinerja Driver Rantai Pasok”
Sebagai provinsi penghasil biji kakao terbesar di Indonesia, Sulawesi Selatan belum menikmati nilai tambah yang layak karena sebagian besar kakao diekspor atau dikirim ke industri pengolahan di Pulau Jawa. Pengembangan industri kakao sebagai upaya peningkatan nilai tambah perlu kajian yang menyeluruh. Pendekatan rantai pasok yang mengintegrasikan seluruh pelaku untuk menghasilkan produk secara efisien sangat tepat untuk melihat kemungkinan pengembangan industri kakao di Sulawesi Selatan. Penelitian pada bagian ini bertujuan menganalisis rantai pasok kakao dalam pengembangan industri pengolahan kakao di Sulawesi Selatan. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan mempelajari fenomena lapangan mengenai rantai pasok kakao. Analisis yang dilakukan meliputi: identifikasi anggota rantai pasok, pemetaan struktur dan hubungan antar pelaku serta upaya perbaikan manajemen rantai pasok. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perluasan kemitraan industri dan petani, perbaikan infrastruktur jalan ke sentra produksi, pengawasan perdagangan akan mengatasi hambatan aliran barang. Perluasan akses informasi, penguatan kelompok tani akan memperlancar aliran Informasi. Sementara perluasan akses modal petani akan memperbaiki aliran uang. Secara umum pengembangan kemitraan antara industri dan petani akan mendorong perkembangan industri pengolahan kakao di Sulawesi Selatan.
Permasalahan dan kebijakan perkakaoan indonesiaYudiwid
Makalah ini merupakan bagian dari Disertasi Yudi Widayanto berjudul “Model Perumusan Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri Kakao Berbasis Kinerja Driver
Rantai Pasok”
Abstrak:
Pengembangan industri kakao di Indonesia masih menemui banyak permasalahan.Kondisi di sektor hulu (kebun kakao), perdagangan, hingga industri pengolahan masih banyak mengalami hambatan. Kebijakan dari berbagai sektor telah digulirkan untuk memperbaiki keadaan dan mempercepat peningkatan nilai tambah bagi perekonomian. Namun, perkembangan industri belum mencapai besaran yang dikehendaki. Penelitian pada bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebijakan perkakaoan Indonesia. Metode Analisis Kebijakan digunakan untuk memperoleh rumusan masalah dan pemahaman yang mendalam akan kebijakan perkakaoan. Hasil analisis menunjukkan bahwa permasalahan utama perkakaoan Indonesia di antaranya:produktivitas kebun masih rendah, mutu biji belum standar, konsumsi coklat rendah, dukungan infrastruktur jalan dan pasokan energi untuk industri. Kebijakan sektor keuangan masih mendominasi peranan sektor dalam pengembangan idnsutri kakao.
Paparan knowledge sharing kebijakan publik 12 juni 2019Yudiwid
Proses kebijakan publik terdiri dari beberapa tahapan mulai dari penetapan agenda kebijakan, perumusan kebijakan, penetapan kebijakan, hingga pelaksanaan kebijakan. Dokumen ini membahas definisi kebijakan publik, jenis kebijakan publik, aktor yang terlibat dalam kebijakan publik, serta proses pembentukan kebijakan publik.
Bagi penyusun Renstra terkadang mengalami kesulitan mengetahui gambar besar Sistematika Renstra Perangkat Daerah. Maka dengan memahami relasi antar unsur dalam dokumen renstra akan memudahkan penyusun untuk memfinalisasi dokumen resntranya.
Peran universitas dalam menguatkan sistem inovasi daerah dr zulkieflimansyahYudiwid
Konsep SID ini mendapat perhatian sejak awal 1990an sebagai cara pandang yang menjanjikan dalam memahami isu inovasi
Hal ini sejalan dengan berkembangnya kegiatan industri di wilayah geografis tertentu.
Skala geografi daerah dipandang ukuran yang paling sesuai untuk mengembangkan ekonomi berbasis inovasi
RPK atau Ruang Publik Kreatif dibangun di Universitas Teknologi Sumbawa untuk memfasilitasi aktivitas kreatif mahasiswa dan masyarakat serta menjaga keseimbangan lingkungan kampus. RPK ini memberikan manfaat akademik, sosial, kreativitas, kesehatan, dan ekologi bagi penggunanya. Diharapkan RPK Sumbawa dapat menjadi contoh pengembangan taman kota yang dirancang berdasarkan kebutuhan komunitas setempat
Perumusan Visi Misi Sesuai Permendagri 86/2017Yudiwid
Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Buku ini membahas tentang database teknologi untuk pengembangan daerah cerdas. Terdiri dari 3 bab yang membahas tentang latar belakang, tujuan, dan metode pengumpulan data database teknologi, konsep daerah cerdas, serta teknologi-teknologi yang dapat mendukung pengembangan daerah cerdas berdasarkan 6 dimensinya.
Buku ini akan mengulas dan menghadirkan kembali sebuah pendekatan pembangunan daerah yang sebenarnya sudah cukup lama berkembang, namun karena dia lahir di jaman keterbatasan” informasi, sehingga minim peminat dan kurang dikenal di daerah. Pendekatan itu bernama “pembangunan daerah berbasis teknologi” atau technology based regional development. Pendekatan ini akan membekali Anda pemahaman yang cukup setidaknya untuk bisa berkata “iya saya mau!” atau “tidak nanti dulu!” untuk sebuah investasi pembangunan berbasis Teknologi semacam Smart City.
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Rapat koordinasi penguatan kolaborasi_7 Juni 2024sent.pptx
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao jurnal bppt
1. PENERAPAN TEKNIK ISM UNTUK PERUMUSAN
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO
Yudi Widayanto1)
, Machfud2)
, Erliza Hambali2)
, Sukardi 2)
1)
Pusat Kebijakan Peningkatan Daya Saing – Gedung BPPT Jl. MH.Thamrin 8, Jakarta 10340
2)
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor - Kampus IPB, Bogor 16002
y_widayanto@yahoo.com
Abstract
The development of the cocoa processing industry needs to consider many aspects.
Because cocoa was a global commodity with complex supply chain networks, the
performance of the supply chain was an important consideration for investors and
industry players to develop their industry. Apart from industry, government was also
concerned to develop the cocoa industry as an attempt to capture the added value of
the potential commodity. The aims of this study were to apply the Interpretive
Structural Modeling (ISM) method in the policy formulation of cocoa industry
development. The elements of the policies formulated were the policy implications of
the measurement of cocoa industry supply chain performance. The study suggests
that tax incentive policies and support for energy supply were the main development
of the cocoa industry performance improvement.
Keywords: policy formulation, cocoa industry, supply chain performance, ISM
Pendahuluan
Setelah hampir dua dekade sebagai pemasok
utama biji kakao dunia, saat ini Indonesia sedang
berupaya mengambil nilai tambah dari komoditi
potensial ini dengan pengembangan industri
kakao nasional. Berbagai kebijakan dan program
telah dikeluarkan untuk mencapai pertumbuhan
sektor hilir kakao yang seimbang dengan
pertumbuhan di sektor hulu. Namun,
perkembangan industri kakao dalam negeri masih
belum optimal mengingat sebagian besar kakao
diekspor dalam bentuk mentah dan belum diolah
sehingga nilai tambah yang dihasilkan masih
rendah (Kemenperin 2011).
Kompleksitas permasalahan pengembangan
industri membuat tidak mudah merumuskan
kebijakan yang efektif. Beckett (2011) mereview
bahwa pengembangan kakao sangat erat dengan
persoalan mutu, keamanan pangan, traceability
dan keberlanjutan rantai pasok. Banyak faktor
yang berpengaruh dalam pengembangan industri
kakao. Suprihatini et al. (2004) mengajukan paling
tidak ada sepuluh faktor berpengaruh dalam
pengembangan industri hilir perkebunan termasuk
kakao di antaranya manajemen rantai pasok dan
infrastruktur. Dengan demikian, rantai pasokan
merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan industri
Rantai pasok menjadi pertimbangan penting
dalam pengembangan indutri kakao di Indonesia,
karena secara geografis kegiatan agroindustri
kakao tersebar di berbagai pulau di wilayah
Indonesia. Jauhnya jarak lokasi bahan baku,
kompleksnya pelaku yang terlibat serta
banyaknya kendala perdagangan, membuat
pelaku industri harus cermat memperhitungkan
aspek-aspek logistik untuk dapat menjaga
keberlangsungan industrinya.
Aspek logistik, seperti kapasitas fasilitas,
inventori, dan transportasi, serta aspek lintas
fungsi seperti informasi dan cara pengadaan akan
menjadi pertimbangan yang mempengaruhi
pengembangan industri. Aspek-aspek tersebut
oleh Chopra dan Meindl (2007) dan Hugos (2010)
disebut sebagai driver (faktor penggerak) yang
akan menentukan kinerja dari rantai pasok.
Dengan kinerja yang tinggi, suatu perusahaan
akan terpacu untuk meningkatkan produksinya
atau melakukan perluasan (ekspansi).
Untuk mengetahui kinerja rantai pasok
diperlukan sistem pengukuran yang mampu
mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik
(Pujawan 2005). Selama ini telah berkembang
pengukuran kinerja pada level perusahaan, di
antaranya metode SCOR (Supply Chain Council
2006) dan Balance Score Card (Brewer dan Speh
2000). Sedangkan untuk kinerja rantai pasok
antar perusahaan--yang dibutuhkan pemerintah
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan-
perusahaan di dalam suatu industri belum banyak
dilakukan. Atas dasar evaluasi kinerja rantai
pasok level industri inilah pemerintah dapat
mengetahui kondisi yang dihadapi industri dalam
upaya meningkatkan kinerja rantai pasoknya.
Dengan demikian, dalam perumusan kebijakan
pengembangan industri kakao di Indonesia
diperlukan suatu model perumusan kebijakan
yang berbasis pada hasil pengukuran kinerja
rantai pasok pada level industri (antar perusahaan
industri kakao) yang mampu mendukung peran
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
2. pemerintah dalam menciptakan iklim yang lebih
kondusif bagi berkembangnya industri kakao.
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
metode ISM untuk perumusan kebijakan
pengembangan industri kakao. Industri kakao
dalam penelitian ini dibatasi pada industri
pengolahan biji kakao yang menghasilkan cocoa
cake, cocoa liquor, cocoa butter, dan cocoa
powder (kakao olahan).
Metode
Penerapan metode ISM dalam studi ini
merupakan studi lanjutan dari proses pengukuran
kinerja rantai pasok industri kakao. Kerangka pikir
studi ini (Gambar 1) didasari oleh alasan bahwa
sejumlah alternatif kebijakan yang dihasilkan dari
proses sebelumnya kurang dapat menjawab
rumusan kebijakan. Secara teori alternatif
kebijakan yang akan distrukturkan bisa diperoleh
melalui sejumlah cara seperti: brainstorming,FGD,
studi literatur (Eriyatno 2003). Pada studi ini
pembahasan tentang bagaimana memperoleh
Implikasi kebijakan tidak dibahas.
Gambar 1 Kerangka pikir penerapan ISM
Metodologi ISM
ISM adalah sebuah teknik permodelan yang
dikembangkan untuk perencanaan kebijakan
strategis. Menurut Eriyatno (2003) ISM adalah
proses pengkajian kelompok (group learning
process) di mana model-model struktural
dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks
dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang
secara seksama dengan menggunakan grafis
serta kalimat.
Metode ISM telah luas digunakan, terutama
untuk menganalisis struktural elemen-elemen
berdasarkan hubungan kontekstual-nya (Saxena
et al. 1992; Eriyatno 2003; Machfud 2001 dan
Marimin 2004). ISM bersangkut paut dengan
interpretasi dari suatu obyek yang utuh atau
perwakilan sistem melalui aplikasi teori grafis
secara sistematis dan iteratif Metode ISM telah
luas digunakan, terutama untuk menganalisis
struktural elemen-elemen berdasarkan hubungan
kontekstual-nya (Saxena et al. 1992).
ISM dapat digunakan untuk mengembangkan
beberapa tipe struktur, termasuk struktur
pengaruh (misalnya: dukungan atau pengabaian),
struktur prioritas (misalnya: ‘lebih penting dari’
atau ‘sebaiknya dipelajari sebelumnya’), dan
kategori ide (misalnya: ‘termasuk dalam kategori
yang sama dengan’).
Langkah perumusan kebijakan memerlukan
penentuan hubungan kontekstual yang kemudian
dikonversi menjadi suatu hubungan matematik
(Rm) di antara alternatif implikasi kebijakan yang
ada. Hubungan antar elemen tersebut dinyatakan
dalam perkalian Cartesian. Matrik tersebut harus
memenuhi sifat reflexive dan transitive (Machfud
2001). Berdasarkan hubungan kontekstual
tersebut, maka disusun Structural Self Interaction
Matrix (SSIM). Menurut Jaya et al. (2010),
Eriyatno (2003) dan Marimin (2004), langkah-
langkah permodelan dengan menggunakan ISM
mencakup:
1) Identifikasi elemen: Elemen sistem
diidentifikasi dan didaftar. Identifikasi elemen
dapat diperoleh melalui penelitian atau
diskusi curah pendapat.
2) Hubungan kontekstual: Sebuah hubungan
kontekstual antar elemen dibangun
berdasarkan pada tujuan dari permodelan.
3) Matriks interaksi tunggal terstruktur
(Structural Self Interaction Matrix SSIM).
Matriks ini mewakili elemen persepsi
responden terhadap hubungan elemen yang
dituju. Empat simbol yang digunakan untuk
mewakili tipe hubungan yang terdapat antar dua
elemen dari sistem yang dikaji adalah:
V ..hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, dan
tidak sebaliknya
A .. hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, dan
tidak sebaliknya
X .. hubungan interrelasi antara Ei dan Ej, dan
dapat sebaliknya
O .. menunjukkan bahwa Ei dan Ej tidak
berkaitan
Matriks Reachability (Reachability Matrix--RM):
Sebuah RM yang dipersiapkan kemudian
mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah
matriks biner. Konversi SSIM menjadi RM
menggunakan aturan-aturan berikut,
Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam
SSIM maka elemen Eij = 1 dan Eji = 0
dalam RM.
Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam
SSIM maka elemen Eij = 0 dan Eji = 1
dalam RM.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
3. Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam
SSIM maka elemen Eij = 1 dan Eji = 1
dalam RM.
Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam
SSIM maka elemen Eij = 0 dan Eji = 0
dalam RM.
RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan
seluruh direct dan indirect reachability, yaitu jika
Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1. Tingkat
partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi
elemen-elemen dalam level-level yang berbeda
dari struktur ISM. Untuk tujuan ini, dua perangkat
diasosiasikan dengan tiap elemen Ei dari sistem:
Reachability set (Ri) adalah sebuah set dari
seluruh elemen yang dapat dicapai dari elemen
Ei, dan Antecedent Set (Ai) adalah sebuah set
dari seluruh elemen dimana elemen Ei dapat
dicapai. Pada iterasi pertama seluruh elemen,
dimana Ri = Ri ∩ Ai adalah elemen-elemen level
1. Pada iterasi-iterasi berikutnya elemen-elemen
diidentifikasi seperti elemen-elemen level dalam
iterasi-iterasi sebelumnya dihilangkan, dan
elemen-elemen baru diseleksi untuk level-level
berikutnya dengan menggunakan aturan yang
sama. Selanjutnya, seluruh elemen-elemen
sistem dikelompokkan ke dalam level-level yang
berbeda.
Matriks Canonnical: Pengelompokan elemen-
elemen dalam level yang sama mengembangkan
matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian
besar dari elemen-elemen triangular yang lebih
tinggi adalah 0 dan terendah 1. Matriks ini
selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan
digraph.
Digraph adalah konsep yang berasal dari
Directional Graph, yaitu sebuah grafik dari
elemen-elemen yang saling berhubungan secara
langsung dan level hierarki. Digraph awal
dipersiapkan dalam basis matriks canonical.
Graph awal tersebut selanjutnya dipotong dengan
memindahkan semua komponen yang transitif
untuk membentuk digraph akhir.
Interpretative Structural Model:
ISM dibangkitkan dengan memindahkan
seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen
aktual. Oleh sebab itu ISM memberikan gambaran
yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem dan
alur hubungannya.
Eriyatno (2003) menyatakan bahwa metode
dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu
penyusunan hierarki dan klasifikasi sub elemen.
Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di
dalam suatu sistem yang memberikan nilai
manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara
efektif dan untuk pengambilan keputusan yang
lebih baik. Struktur dari suatu sistem yang
berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan
pemahaman tentang perihal yang dikaji.
Menentukan jenjang dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan, namun harus memenuhi
kriteria: a) kekuatan pengikat dalam dan antar
kelompok atau tingkat, b) frekuensi relatif dari
oksilasi dimana tingkat yang lebih rendah lebih
cepat terguncang dari yang diatas, c) konteks
dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada
jangka waktu yang lebih lambat daripada ruang
yang lebih luas, d) liputan dimana tingkat yang
lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah,
dan e) hubungan fungsional, dimana tingkat yang
lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang
mempengaruhi peubah cepat tingkat dibawahnya.
Teknik ISM dapat memberikan basis analisis
program dimana informasi yang dihasilkan sangat
berguna dalam formulasi kebijakan dan
perencanaan strategis.
Selanjutnya, Saxena et al. (1992) menyatakan
bahwa penggunaan ISM dalam analisis, program
dapat dibagi menjadi sembilan elemen utama:
1) Sektor masyarakat yang terpengaruh
2) Kebutuhan dari program
3) Kendala utama program
4) Perubahan yang diinginkan
5) Tujuan dari program
6) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan
7) Aktivitas yang dibutuhkan guna
perencanaan tindakan
8) Ukuran aktivitas untuk mengevaluasi hasil
yang dicapai setiap aktivitas
9) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan
program
Dalam menyusun elemen perihal dapat pula
ditetapkan menurut Sharma (1994), yaitu:
1) Pernyataan atas tujuan
2) Usulan proyek atau pilihan
3) Parameter ekonomi
4) Tolok ukur dasar pembinaan suatu sistem
5) Nilai
6) Permasalahan, peluang, penyebab
7) Aktivitas, kejadian (events).
Untuk setiap elemen dari program yang dikaji,
selanjutnya dijabarkan menjadi sejumlah sub-
elemen. Kemudian ditetapkan hubungan
kontekstual antara sub-elemen yang mengandung
adanya suatu pengarahan pada perbandingan
berpasangan. Hubungan kontekstual pada teknik
ISM selalu dinyatakan dalam terminologi sub-
ordinat yang menuju pada perbandingan
berpasangan antar sub-elemen yang
mengandung suatu arahan pada hubungan
tersebut. Menurut Eriyatno (2003) hubungan
kontekstual dapat bersifat kualitatif atau
kuantitatif. Keterkaitan antar sub-elemen dapat
meliputi berbagai jenis hubungan seperti disajikan
pada Tabel 1. Berdasarkan hubungan kontekstual
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
4. tersebut, maka disusun Structural Self Interaction
Matrix dengan menggunakan simbol:
V jika eij = 1 dan eji = 0
A jika eij = 0 dan eji = 1
V jika eij = 1 dan eji = 1
V jika eij = 0 dan eji = 0
Tabel 1 Hubungan kontekstual antar sub-elemen
pada teknik ISM
No
Jenis
Hubungan
Interpretasi
1 Pembandingan
(comparative)
A lebih penting/besar/indah dari B
A 20% lebih berat dari B
2 Pernyataan
(definitive)
A adalah atribut B
A termasuk di dalam B
A mengartikan B
3 Pengaruh
(influence)
A menyebabkan B
A adalah sebagian penyebab B
A mengembangkan B
A menggerakkan B
A meningkatkan B
4 Keruangan
(spatial)
A adalah selatan/utara B
A diatas B
A sebelah kiri B
5 Kewaktuan
(temporal/time
scale)
A mendahului B
A mengikuti B
A mempunyai prioritas lebih dari B
Sumber: Eriyatno (2003)
Nilai eij = 1 berarti ada hubungan kontekstual
antara elemen ke-i dan elemen ke-j, sedangkan
eij = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual
antara elemen ke-i dan elemen ke-j. Hasil
penilaian ini kemudian dibuat dalam Structural
Self Interaction Matrix yang berbentuk tabel
Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A,
X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks RM
selanjutnya dikoreksi sampai menjadi matriks
tertutup yang memenuhi kaidah transitivitas.
Matriks RM yang telah memenuhi kaidah
transitivitas kemudian diolah untuk mendapatkan
nilai Driver-Power (DP) dan nilai Dependence
(D) untuk menentukan klasifikasi sub elemen.
Eriyatno (2003) menyebutkan bahwa untuk
mengetahui peran masing-masing sub elemen,
sub elemen dikelompokkan ke dalam 4 sektor:
Sektor 1: Weak driver-weak dependent
variables (Autonomous), sub elemen yang
berada pada sektor ini umumnya tidak berkaitan
dengan sistem, mungkin mempunyai hubungan
yang sedikit walaupun hubungan tersebut bisa
saja kuat.
Sektor 2: Weak driver-strongly dependent
variables (Dependent), sub elemen yang berada
pada sektor ini umumnya sub elemen yang tidak
bebas atau dipengaruhi oleh sub elemen lain.
Sektor 3: Strong driver-strongly dependent
variables (Linkage), sub elemen yang berada
pada sektor ini perlu dikaji secara hati-hati sebab
hubungan antar sub elemen tidak stabil. Setiap
tindakan pada sub elemen tersebut akan
memberikan dampak terhadap peubah lain dan
umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar
dampak.
Sektor 4: Strong driver-weak dependent
variables (Independent), sub elemen yang
berada pada sektor ini umumnya merupakan sub
elemen bebas yang memiliki kekuatan penggerak
yang besar terhadap sub elemen lain dalam
sistem
Tatalaksana
Pengumpulan Data
Data sekunder terkait dengan jenis kebijakan
yang ada tentang perkakaoan, sedangkan proses
akuisisi pengetahuan dilakukan melalui
wawancara mendalam dengan para pakar
(responden). Penetapan responden sebagai
seorang pakar berdasarkan atas (1) reputasi,
kedudukan dan kredibilitasnya yang sesuai pada
topik kajian; (2) memiliki pengalaman dibidang
yang tekuni; (3) bersedia untuk diwawancara
secara mendalam. Berdasarkan kriteria tersebut
maka dipilih pakar yaitu pakar kebijakan industri
dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Penentuan sub-elemen diambil dari implikasi
kebijakan yang merupakan hasil pengukuran
kinerja rantai pasok industri kakao.
Yang dimaksud dengan data pada teknik ISM
adalah kumpulan pendapat dari pakar sewaktu
mereka menjawab tentang keterkaitan antar
elemen yang dibandingkan.
Pengolahan Data
Berdasarkan hasil pengukuran indeks kinerja
rantai pasok industri kakao telah dihasilkan
implikasi kebijakan untuk pengembangan indsutri
kakao. Setelah hasil implikasi kebijakan tersebut
dikonsultasikan dengan para pakar dan interview
mendalam diperoleh 13 sub elemen untuk
alternatif kebijakan seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sub Elemen alternatif kebijakan
pengembangan industri kakao
No Kebijakan dan Program Pemerintah
1 Penerapan SNI Wajib biji kakao
2
Revitalisasi penyuluh pertanian (khususnya
perkebunan )
3
Program peningkatan produktivitas melalui
rehabilitasi/revitalisasi kebun kakao
4
Pemerintah bekerjasama dengan industri dalam
penyuluhan dan pendamping petani
5 Pembinaan petani membentuk kelompok/koperasi
6
Penghapusan hambatan perdagangan antar
daerah (retribusi/pungutan liar)
7
Pembangunan kawasan pergudangan yang
terjangkau
8
Pemberian insentif fiskal (perpajakan) terhadap
pembangunan/pengembangan industri
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
5. 9
Pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam
rangka penanaman modal
10
Pasokan energi listrik dan gas yang memadai di
kawasan industri
11
Perluasan Infrastruktur telekomunikasi di daerah
sentra produksi kakao
12
Perbaikan manajemen dan fasilitas pelabuhan
untuk pelayanan lebih cepat
13
Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan
fasilitas pelabuhan
Pengolahan data menggunakan ISM dengan
Metode ISM-VAXO dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Penyusunan Matrik SSIM
Dari sub elemen untuk satu elemen yang telah
disepakati, disiapkan kuesioner penilaian pakar.
Pada pemodelan dengan ISM pendapat atau
penilaian hubungan kontekstual elemen
dinyatakan dalam bentuk huruf V, A, X, O yang
menunjukkan bahwa:
V : sub-elemen ke-i mempunyai hubungan
dengan sub-elemen ke-j dan sub-elemen
ke-j tidak mempunyai hubungan dengan
sub elemen ke-i.
A : sub-elemen ke-j mempunyai hubungan
dengan sub-elemen ke-i dan sub-elemen
ke-i tidak mempunyai hubungan dengan
sub elemen ke-j.
X : sub-elemen ke-i mempunyai hubungan
timbal balik dengan sub-elemen ke-j.
O : sub-elemen ke-i tidak mempunyai
hubungan timbal balik dengan sub-
elemen ke-j.
Hasil penilaian pakar sebagaimana berupa
matrik SSIM awal sebagaimana Gambar 2
berikut.
Gambar 2 Structural Self Interaction Matrix
(SSIM) awal sub elemen alternatif kebijakan
pengembangan industri kakao
Transformasi Matrik SSIM menjadi Matriks
Reachability
Hubungan kontekstual antar sub-elemen
dalam bentuk matrik yang selnya dalam bentuk
huruf (VAXO) ditransformasi menjadi matriks
Reachability bilangan biner dengan aturan seperti
di atas. Hasil transformasi menjadi matriks
Reachability sebagaimana Gambar 3.
Gambar 3 Matriks Reachability
Pengujian dan Transformasi Matrik
Reachability
Matrik bersifat Reachability jika dengan
operasi Boolean memenuhi syarat reflexive dan
transitif, jika tidak maka dilakukan penyesuaian
dengan melakukan operasi recursive
multiplication sehingga terbentuk kondisi matrik
tertutup (causal looping). Setelah dilakukan
proses pengecekan dengan aturan transitivity
sampai didapatkan final SSIM (Gambar 4) dan
final RM (Gambar 5).
Gambar 4 Revisi SSIM Final (memenuhi syarat
transitivity rule)
Gambar 5 Hasil Matriks Reachability Final dan
interpretasinya
Keterangan:
D = dependence; DP = driver power; R = rangking (yang
bertanda * merupakan elemen kunci); L = level/hierarki
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 A V V A X V X A X X A A
2 X V V A V V V X V V X
3 V V V A V V V V V V
4 V V V A X V X A X
5 A V V A X V X A
6 X V V A V V V
7 A V V A X V
8 X A A A A
9 V A V A
10 X V V
11 A X
12 X
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
4 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
5 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
7 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
9 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
12 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
13 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 A X X A X X X A X X A A
2 X X X A X X X X V X X
3 X V V A V V V X V X
4 X V V A X V X A X
5 X X X X X X X A
6 X X X X X X X
7 X X X X X X
8 X X X X A
9 X X X X
10 X X X
11 X X
12 X
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 DP R
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 8 5
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 2
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 2
4 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10 4
5 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 4
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1*
7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2
8 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 4
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1*
11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 3
12 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 3
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 1*
D 13 11 5 10 13 10 13 13 12 9 13 13 12
L 1 3 6 4 1 4 1 1 2 5 1 1 2
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
6. Interpretasi Output ISM
Output ISM berupa rangking masing-masing
sub elemen dan plot masing-masing sub elemen
ke dalam empat sektor beserta koordinatnya.
Berdasarkan rangking masing-masing sub elemen
dapat dibuat hierarki setiap sub elemen di mana
seb elemen dengan rangking lebih tingggi akan
berada pada hierarki yang lebih rendah. Letak
koordinar masing-masing menunjukkan plot
masing-masing sub elemen ke dalam empat
sektor. Berdasarkan hasil perhitungan di atas
dapat digambarkan hierarki dan plot ke dalam
empat sektor sebagaimana Gambar 6.
Gambar 6 Matriks Driver Power – Dependence
untuk elemen alternatif kebijakan pengembangan
industri kakao
Dari gambar 6 terlihat dari 13 alternatif
kebijakan pengembangan industri kakao terbagi
menjadi 2 sektor yaitu sektor II (Dependent) dan
sektor III (Linkage). Tidak ada elemen alternatif
kebijakan yang berada pada sektor I (Autonous)
maupun sektor IV (Independent). Hal ini dapat
dijelaskan bahwa hampir seluruh sub elemen
kebijakan yang ada memiliki keterkaitan satu dan
lainnya untuk berhasilnya pengembangan industri
kakao. Hanya satu kebijakan yaitu pembinaan
petani membentuk kelompok/koperasi (5) yang
memiliki ketergantungan relatif rendah. Kebijakan
pembinaan petani agar termotivasi membentuk
kelompok atau koperasi merupakan kebijakan
pendukung dari program kemitraan yang
pemegang kuncinya ada pada pelaku Industri.
Dengan demikian, program pembinaan petani
untuk berkelompok memang tidak langsung
berkaitan dengan kebijakan lain kecuali hanya
mendukung dari sisi non teknis kesiapan dan
pembiasaan petani untuk bisa bekerjasama dan
saling membantu.
Untuk dapat memperoleh keterangan lebih
mendalam tentang bagaimana keterkaitan antar
elemen alternatif kebijakan ini berperan, dapat
dilihat kembali pada rangking daya dorong (driver
power). Dari Gambar 5 terlihat ada 3 kebijakan
yang menjadi elemen kunci berhasilnya
pengembangan industri kakao yaitu elemen
alternatif kebijakan Pembangunan infrastruktur
jalan, jembatan dan fasilitas pelabuhan (13),
Pasokan energi listrik dan gas yang memadai di
kawasan industri (10), dan Penghapusan
hambatan perdagangan antar daerah (seperti
retribusi/pungutan liar) (6).
Hal ini menjawab permasalahan besar
terhadap kurang efisien dan responsifnya rantai
pasok industri kakao selama ini. Selain itu,
pasokan energi baik listrik maupun gas dipandang
menjadi kunci yang memiliki daya ungkit besar,
karena langsung berkaitan dengan peningkatan
kapasitas industri akibat dari pengembangan
industri existing maupun pembangunan industri
baru. Sedangkan kebijakan penghapusan
hambatan perdagangan antar daerah telah lama
menjadi tuntutan industri dan sekaligus pelaku
rantai pasok di bawahnya untuk dapat mencapai
efisiensi dari perdagangan biji kakao yang
dihasilkan petani.
Keterangan:
Artinya lebih penting
Gambar 7 Diagram Model Struktural dari elemen
alternatif kebijakan pengembangan industri kakao.
Pada Gambar 7 terlihat level/hierarki setiap
alternatif kebijakan yang ditentukan melalui
pemisahan tingkatnya dalam RM. Hasil dari studi
ini didapatkan enam tingkat hierarki dimana sub
elemen 3 yaitu Program peningkatan produktivitas
melalui rehabilitasi/revitalisasi kebun kakao
menempati tingkat pertama. Disusul pada tingkat
kedua adalah sub elemen 10 yang juga
merupakan salah satu elemen kunci berhasilnya
program yaitu Pasokan energi listrik dan gas yang
memadai di kawasan industri.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015
7. Dari diagram pada Gambar 7 dapat dilihat
bahwa alternatif kebijakan seperti: Penerapan SNI
Wajib biji kakao (1), Pembinaan petani
membentuk kelompok/koperasi (5),
Pembangunan kawasan pergudangan yang
terjangkau (7), Pemberian insentif fiskal
(perpajakan) terhadap
pembangunan/pengembangan industri (8),
Perluasan Infrastruktur telekomunikasi di daerah
sentra produksi kakao (11), dan Perbaikan
manajemen dan fasilitas pelabuhan untuk
pelayanan lebih cepat (12) adalah termasuk
kebijakan yang berada pada tingkat paling akhir
dimana menurut level kepentingannya.
Sementara itu, dua kebijakan yaitu
Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan
fasilitas pelabuhan (13) dan kebijakan
pembebasan bea masuk atas impor mesin dalam
rangka penanaman modal (9) merupakan
kebijakan pengait antara kebijakan dasar dengan
kebijakan di tingkat lebih tinggi.
Kesimpulan
Pengukuran indeks kinerja rantai pasok
industri kakao menuntut dilaksanakannya
(implikasi) kebijakan yang dapat memperbaiki
kinerja dan sekaligus mencapai daya saing yang
tinggi untuk dapat berkembang. Studi ini
mendapatkan 13 alternatif kebijakan
pengembangan industri kakao.
Dengan teknik ISM, alternatif kebijakan
pengembangan industri kakao yang sebelumnya
tidak diketahui strukturnya dapat dirumuskan
menjadi kebijakan yang memiliki struktur
keterkaitan atau ketergantungan yang jelas.
Dengan rechability matrix dapat ditentukan
rangking alternatif kebijakan yang ada sehingga
akan diketahui kebijakan-kebijakan apa yang
menjadi kunci keberhasilan program.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebijakan
Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan dan
fasilitas pelabuhan, Pasokan energi listrik dan gas
yang memadai di kawasan industri, dan
Penghapusan hambatan perdagangan antar
daerah (seperti retribusi/pungutan liar) merupakan
tiga kebijakan yang menjadi kunci keberhasilan
pengembangan industri kakao.
Saran
Disarankan untuk memperoleh tingkat
penggambaran rumusan kebijakan yang lebih
komprehensif, disarankan untuk melakukan
penambahan pakar atau menggabungkannya
dalam suatu forum konsensus yang lebih
transparan. Sementara untuk pengembangan
atau tindak lanjut hasil penelitian ini dapat
difokuskan pada upaya pemetaan atau
penelusuran substansi kebijakan atau program
yang ada pada berbagai instansi yang berkaitan
dengan perkakaoan dengan orientasi pada
pengembangan industri kakao.
Daftar Pustaka
Beckett S.T. 2011. Industrial Chocolate
Manufacture and Use. Wiley.
Brewer P.C, Speh TW. 2000. Using the balanced
scorecard to measure supply chain
performance. J Bus Logist. 21:75
Chopra S, Meindl P. 2007. Supply Chain
Management: Strategy, Planning and
Operations. Ed ke-3. Upper Saddle River, N.J:
Pearson Prentice Hall.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu
dan Efektivitas Manajemen. Ed ke-3. Bogor:
IPB-Press.
Hugos M.H. 2010. Essentials of Supply Chain
Management. 2nd Ed. New Jersey: J Wiley.
Jaya R, Machfud, Ismail M. 2011. Aplikasi Teknik
Ism Dan Me-Mcdm Untuk Identifikasi Posisi
Pemangku Kepentingan Dan Alternatif
Kegiatan Untuk Perbaikan Mutu Kopi Gayo. J.
Tek. Ind. Pert 21(1):1-8
[Kemenperin]. Kementerian Perindustrian. 2011.
Publikasi Data Industri. Jakarta: Humas
Kementerian Perindustrian.
Machfud. 2001. Rekayasa Model Penunjang
Keputusan Kelompok Dengan Fuzzy-Logic
untuk Sistem Pengembangan Agroindustri
Minyak Atsiri. [disertasi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta:
Grasindo.
Pujawan I.N. 2005. Supply Chain Management.
Ed ke-1. Surabaya: Penerbit Guna Widya.
Saxena J.J.P. et al. 1992. Hiearchy and
Classification of Program Plan Elements Using
Interpretive Structural Modelling. System
Practice 5(6):651-670.
Supply Chain Council. 2006. Supply Chain
Operations Reference Model Version 8.0.
Dictionary. United States and Canada.
Suprihatini R. 2004. Rancang Bangun Sistem
Produksi dalam Agroindustri Teh
Indonesia.[disertasi]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia (JSTI) Vol. 17, No. 3, Agustus 2015