Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Biofilter - Perencanaan TeknisJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatJoy Irman
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RJoy Irman
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
Berikut ini merupakan sosialisasi PP 22/2021 tentang PPPLH yang disampaikan oleh KLHK. Berisi :
- Perubahan-perubahan
- Sistematika P3LH
- Struktur kerangka P3LH
- Persetujuan Lingkungan
-
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis MasyarakatJoy Irman
TPS 3R (Reduce, Reuse & Recycle) Berbasis Masyarakat dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RJoy Irman
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sosialisasi muatan PP 22 tahun 2021 (terkait pl)Heri Romansyah
Berikut ini merupakan sosialisasi PP 22/2021 tentang PPPLH yang disampaikan oleh KLHK. Berisi :
- Perubahan-perubahan
- Sistematika P3LH
- Struktur kerangka P3LH
- Persetujuan Lingkungan
-
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...NurdinUng
Provision of organic fertilizers was done as an alternative to reduce dependence on inorganic fertilizers, even though they were substantive in nature. Apart from being one of the solutions to the scarcity of subsidized fertilizers, it was also an effort to increase agricultural production, as well as protect the plant environment from pollution and maintain soil fertility. The production of organic fertilizers from local agricultural waste has been proven and successfully carried out by farmer groups based on visual criteria that are fine-textured, black in color and smell of soil. Testing of the nutritional content of organic fertilizers has been carried out and the results prove that the minimum technical requirements for solid organic fertilizers have been met, so that larger scale production can be carried out by farmer groups. To follow up on this activity, suggestions that need to be made include: (a) the potential for agricultural waste from sugarcane and oil palm plantations that has not been used in the manufacture of organic fertilizers can be used as raw material, so that it will enrich the nutritional content and the novelty of this organic fertilizer; (b) the need for licensing for the production of organic fertilizer for farmer groups requires assistance from the instant dan associated with these authority dan regulation; and (c) the need for good and attractive packaging, so that it will market-oriented.
Materi presentasi pengelolaan sampah warga. Kunci-kunci pengelolaan sampah: pemilahan sampah, pengomposan, dan edukasi yang terus menerus ke warga.
Dr. Isroi
http://isroi.com
Kinerja model pengembangan pertanian bioindustri mendiskusikan kondisi eksisting kegiatan pertanian bioindustri dengan segala persoalannya di lapangan. Model menjadi acuan, tetapi bukan satu-satunya pertimbangan yang ada. Masih ada hal lain yang perlu diperhatikan ketika kegiatan itu akan diaplikasikan di lapangan.
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Togar Simatupang
Bioekonomi merupakan peluang besar bagi masyarakat lokal dan regional.
Pertumbuhan pertanian sangat penting dalam pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan, dan satu peluang untuk pertumbuhan tersebut terletak pada peningkatan produk pertanian.
Potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi nabati berbasis sumber daya lokal sebagian besar masih belum dimanfaatkan.
Solusinya adalah mengembangkan opsi teknologi atau model bisnis untuk penerapan lokal.
Kegiatan peningkatan kesadaran, pengembangan pengetahuan (studi), pengelompokan, dan jejaring diperlukan untuk mendukung rantai nilai dan model bisnis berbasis nabati yang baru.
1. PAPARAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI
RAKYAT DALAM UPAYA MENGATASI DAMPAK COVID 19
DI KABUPATEN MURATARA
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
PEMENUHAN PAKAN TERNAK MELALUI
BUDIDAYA MAGOT BSF
TIM
DOSEN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSI RAWAS
Lubuklinggau, 08 Mei 2020
HP. 0812 7363 5969 Email : sutejodfd@gmail.com
2. Sampah yang dihasilkan per invidu setiap harinya
sebesar rerata 0,8 kilogram (Sani, 2014).
Logikanya, jika jumlah penduduk suatu kelurahan
3.000 jiwa maka produksi sampah setiap hari
dapat mencapai 2.400 kg.
SUMBER MAKANAN MAGOT
Jika 3.000 jiwa menghasilkan sampah organik
sebanyak 2.400 kg X 60 % = 1.440 kg per hari
3. Komposisi sampah adalah sbb
1. Organik 60 %,
2. Plastik 15 %,
3. Kertas 10 %,
4. Logam, Kaca, Kain, Kulit 15 %.
Sampah organik: degradable, sumber penyakit, memiliki
nutrien, menimbulkan bau, cerminan masyarakat.
PERMASALAH SAMPAH RT
4. Pengolahan Sampah Organik Berbasis Jasad Makro
Teknologi ini telah dikenal di Eropa sejak 30 sampai 40 tahun
yang silam, sedangkan di Indonesia baru dikenal beberapa
tahun saja.
Memanfaatkan ULAT ATAU MAGGOT yang berasal dari Black
Soldier Fly (BSF) yang lazim disebut Lalat Tentara Hitam
sebagai agen pengurai sampah.
Pemicu
1. Meningkatnya harga pakan ternak dan ikan
2. Produk Organik
5. Teknologi ini prinsipnya sangat sederhana yaitu dengan
meletakkan telur-telur BSF di atas tumpukan sampah organik
dan memeliharanya beberapa minggu maka akan diperoleh
kompos kering dan maggot.
Jika kadar air sampah organik cukup tinggi maka akan diperoleh
3 (tiga) produk yaitu :
1. Kompos
2. POC
3. Maggot = Protein
Pengolahan Sampah Organik Berbasis Jasad Makro
6. Telur-telur BSF dapat diperoleh melalui 3 cara
yaitu :
1. Tangkapan dari Alam
2. Membeli secara online
3. Hasil Budidaya
Pengolahan Sampah Organik
Berbasis Jasad Makro
7. • Konversi: 1 ton sampah + 70 g telur
= 100-120 kg magot dan,
= 100-120 kg pupuk organik
• Waktu konversi = 15 - 20 hari
• Wadah konversi 1 ton sampah = 9-10 m2
• Nilai jual produk konversi
• Magot = Rp 8.000 – 25.000/ kg
• Pupuk = Rp 500 - 1000 /kg Sumber : Melta Rini Fahmi, (2017)
KONVERSI SAMPAH ORGANIK
BERBASIS JASAD MAKRO
9. Efisiensi teknologi menurut Melta Rini Fahmi (2017)
Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH)
KOMPOSTING
1. Waktu : 3-4 bulan
2. Produk : pupuk organik
3. Harga pupuk : 500-600
rupiah/kg
BIOKONVERSI
1. Waktu : 3-4 pekan
2. Produk : Magot dan pupuk
organik
3. Harga Magot : 10-25 ribu/kg
4. Harga pupuk : 800-1000
(potensial sebagai pupuk
cair)
10. Magot Sebagai Agen Biokonversi
• Merupakan larva serangga Hermetia illucens atau Black Soldier Fly (BSF)
• BSF dewasa tidak makan, hanya bergantung pada nutrisi saat larva
• BSF serangga kosmopolitan memiliki penyebaran luas dan tidak dilaporkan sebagai vektor penyakit
Life Cycle
Dewasa Magot
Pupa
Telur
Sumber : Melta Rini Fahmi, (2017)
11. Kenapa Magot?
• Kandungan Nutrisi : Protein 40-48 %, Lemak 25-32%
• Investasi murah : Produksi magot tidak membutuhkan air, listrik dan
bahan kimia, dan infrastruktur sederhana
• Ramah Lingkungan : Mampu mendegradasi limbah organik menjadi
material nutrisi lainnya
• Teknologi sederhana : Teknologi produksi magot dapat diadopsi dengan
mudah oleh masyarakat
• Skala Industri : Magot dapat diproses menjadi tepung magot (Mag meal)
Sumber : Melta Rini Fahmi, (2017)
13. DAFTAR PUSTAKA
Sani, Rasio Ridho. 2014. Kementerian Lingkungan Hidup Media Briefing.
Kebon Nanas, Jakarta.
Fahmi, Melta Rini. 2017. Industri Biokonversi Limbah Organik
Menggunakan
Magot Sebagai Alternatif Bahan Baku Pakan Ikan. Balai Riset
Budidaya Ikan Hias (BRBIH). Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan
Sumber Daya Manusia Kelautan Perikanan-KKP
14. No. Rincian Harga (Rp)
1. RUMAH MAGOT UKURAN 4 X 6 M2 9.550.000,-
2. PERALATAN PENUNJANG 9.710.000,-
3. BAHAN-BAHAN 1.250.000,-
4. TENAGA PENDAMPING 10.000.000,-
Jumlah (Rp) 30.510.000,-
RAB Kegiatan Budidaya Magot BSF sebagai Pakan Ternak dan Ikan
Terbilang : Tiga Puluh Juta Lima Ratus Sepuluh Ribu Rupiah