SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
PENEMUAN HUKUM
WAHYU SAPUTRA, M.H.LI
LATAR
BELAKANG
Pada dasarnya tujuan ilmu pengetahuan termasuk ilmu
pengetahuan hukum adalah untuk problem solving atau
memecahkan masalah. Menurut Mertokusumo (2010: 42),
dalam masyarakat terdapat banyak masalah sosial.
Berbagai masalah sosial tersebut idealnya harus mampu
menemukan dan menseleksi masalah hukumnya untuk
kemudian dirumuskan dan dipecahkan. Kemampuan dan
ketrampilan untuk menseleksi dan kemudian merumuskan
masalah hukum harus dikuasai dengan berbekal ilmu
hukum yang diperoleh. Setelah selesai diseleksi maka
masalah hukumnya harus dirumuskan. Contoh adalah pada
saat hakim memeriksa perkara.
PENGERTIAN
SISTEM PENEMUAN
HUKUM
Menurut Mertokusumo (2010: 53), sistem penemuan hukum pada
dasarnya dibagi atas dua yakni otonom dan heterenom. Sistem
penemuan hukum otonom hakim terikat pada putusan hakim yang
telah dijatuhkan mengenai perkara sejenis dengan yang akan diputus
hakim yang bersangkutan. Sementara sistem penemuan hukum
heteronom yakni hakim mendasarkan pada peraturan-peraturan di
luar dirinya, hakim tidak mandiri karena harus tunduk pada undang-
undang.
Penemuan hukum bukan semata-mata hanya penerapan peraturan-
peraturan hukum terhadap peristiwa kongkrit, tetapi sekaligus juga
menerapkan penciptaan dan pembentukan hukum.
SISTEM PENEMUAN
HUKUM
Lebih lanjut Mertokusumo (2010: 58), menyatakan antara penemuan
hukum yang heteronom dan otonom tidak ada batas yang tajam.
Dalam praktek penemuan hukum dijumpai kedua unsur tersebut
heteronom dan otonom. Praktek penemuan hukum di Indonesia
mengenal penemuan hukum heteronom sepanjang hakim terikat
pada undang-undang, tetapi penemuan hukum ini juga mempunyai
unsur-unsur otonom yang kuat, karena hakim seringkali harus
menjelaskan atau melengkapi undang-undang menurut
pandangannya sendiri.
SUMBER PENEMUAN
HUKUM
Sumber penemuan hukum tidak lain adalah sumber atau tempat
Sumber penemuan hukum tidak lain adalah sumber atau tempat
terutama bagi hakim dapat menemukan hukumnya (Mertokusumo
terutama bagi hakim dapat menemukan hukumnya (Mertokusumo
(2010: 63). Sumber utama penemuan hukum adalah peraturan
(2010: 63). Sumber utama penemuan hukum adalah peraturan
perundang-undangan, kemudian hukum kebiasaan, yurisprudensi,
perundang-undangan, kemudian hukum kebiasaan, yurisprudensi,
perjanjian internasioal dan doktrin. Dalam ajaran penemuan hukum
perjanjian internasioal dan doktrin. Dalam ajaran penemuan hukum
undang-undang diprioritaskan atau didahulukan dari sumber-sumber
undang-undang diprioritaskan atau didahulukan dari sumber-sumber
hukum yang lain. Undang-undang merupakan sumber hukum yang
hukum yang lain. Undang-undang merupakan sumber hukum yang
penting dan utama. Undang-undang dan hukum sesungguhnya tidak
penting dan utama. Undang-undang dan hukum sesungguhnya tidak
identik. Undang-undang merupakan
identik. Undang-undang merupakan sebagian dari hukum.
sebagian dari hukum. artinya
artinya
di luar undang-undang masih ada yang lain misalnya kebiasaan yang
di luar undang-undang masih ada yang lain misalnya kebiasaan yang
termasuk sebagai hukum.
termasuk sebagai hukum.
METODE PENEMUAN HUKUM
01 02 03
Penafsiran Gramatikal Penafsiran Historis Penafsiran Sistemik
Menafsirkan undang-undang
menurut arti perkataan (istilah)
atau biasa disebut penafsiran
gramatikal, yaitu antara bahasa
dengan hukum terdapat
hubungan yang erat sekali.
Bahasa merupakan alat salah
satunya yang dipakai pembuat
undang-undang untuk
menyatakan kehendaknya.
Menafsirkan undang-undang
menurut sejarah atau
penafsiran historis, yaitu setiap
ketentuan perundang-
undangan mempunyai
sejarahnya. Dari sejarah
peraturan perundang
undangan hakim dapat
mengetahui maksud
pembuatnya.
Menafsirkan undang-undang
menurut sistem yang ada di
dlam hukum atau biasa disebut
dengan penafsiran sistematik,
yaitu perundang-undangan
suatu negara merupakan
kesatuan, artinya tidak sebuah
pun dari peraturan tersebut
dapat ditafsirkan seolaholah
berdiri sendiri.
METODE PENEMUAN HUKUM
04 05 06
Penafsiran sosiologis Penafsiran Otentik Penafsiran Sistemik
Menafsirkan undang-undang
menurut cara tertentu sehingga
undang-undang itu dapat
dijalankan sesuai dengan
keadaan sekarang yang ada di
dalam masyarakat, atau biasa
disebut dengan penafsiran
sosiologis atau penafsiran
teleologis.
Penafsiran otentik atau penafsiran
secara resmi, yaitu adakalanya
pembuat undang-undang itu sendiri
memberikan tafsiran tentang arti
atau istilah yang digunakannya di
dalam perundangan yang dibuatnya.
Hakim tidak diperkenankan
melakukan penafsiran dengan cara
lain selain dari apa yang telah
ditentukan pengertiannya
di dalam undang-undang itu sendiri.
Penafsiran interdisipliner yaitu
penafsiran yang dilakukan
dalam suatu analisis masalah
yang menyangkut berbagai
disiplin ilmu hukum. Disini
digunakan logika lebih dari satu
cabang ilmu hukum.
THANK
YOU

More Related Content

Similar to PENEMUAN HUKUM.pdf

Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
R Maulana
 
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdfSemester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
JhonatanTelaumbanua
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
Uzix Moch
 
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
KukuhDt
 
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
Yori Feriyandi
 
pengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomipengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomi
amanda lubis
 

Similar to PENEMUAN HUKUM.pdf (20)

Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
Sosiologi hukum (soerjono soekanto)
 
Shi
ShiShi
Shi
 
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdfSemester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
Semester Ganjil TA 2020-2021-Hukum Tata Negara-Perkuliahan 03revisi,.pdf
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Pengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukumPengantar ilmu hukum
Pengantar ilmu hukum
 
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
05 definisi,tujuan,fungsi,pokok2hukum
 
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realismLatar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
Latar belakang munculnya sociological jurisprudence dan legal realism
 
Keadilan bangsa indonesia
Keadilan bangsa indonesiaKeadilan bangsa indonesia
Keadilan bangsa indonesia
 
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber   sumber hukumPengantar ilmu hukum sumber   sumber hukum
Pengantar ilmu hukum sumber sumber hukum
 
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
PENGANTAR ILMU HUKUM PERTEMUAN 1
 
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).pptMATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
MATERI-KULIAH-SOSKUM-kelas-A-C-ba-desi (4).ppt
 
PHI-FH_2.pptx
PHI-FH_2.pptxPHI-FH_2.pptx
PHI-FH_2.pptx
 
PHI-FH_2.pptx
PHI-FH_2.pptxPHI-FH_2.pptx
PHI-FH_2.pptx
 
Norma Kaidah
Norma KaidahNorma Kaidah
Norma Kaidah
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
tugas ke 1.bustami jasri.pptx
 tugas ke 1.bustami jasri.pptx tugas ke 1.bustami jasri.pptx
tugas ke 1.bustami jasri.pptx
 
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
1. htn bentuk bentuk sumber hukum berdasarkan sumber formil
 
pengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomipengertian hukum dan hukum ekonomi
pengertian hukum dan hukum ekonomi
 
ppkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesiappkn tentang : Hukum di indonesia
ppkn tentang : Hukum di indonesia
 
Jenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan HukumJenis Jenis lapangan Hukum
Jenis Jenis lapangan Hukum
 

Recently uploaded

UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 

Recently uploaded (10)

BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docxpdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
pdf-makalah-manusia-nilai-moral-hukum.docx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 

PENEMUAN HUKUM.pdf

  • 2. LATAR BELAKANG Pada dasarnya tujuan ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan hukum adalah untuk problem solving atau memecahkan masalah. Menurut Mertokusumo (2010: 42), dalam masyarakat terdapat banyak masalah sosial. Berbagai masalah sosial tersebut idealnya harus mampu menemukan dan menseleksi masalah hukumnya untuk kemudian dirumuskan dan dipecahkan. Kemampuan dan ketrampilan untuk menseleksi dan kemudian merumuskan masalah hukum harus dikuasai dengan berbekal ilmu hukum yang diperoleh. Setelah selesai diseleksi maka masalah hukumnya harus dirumuskan. Contoh adalah pada saat hakim memeriksa perkara.
  • 4. SISTEM PENEMUAN HUKUM Menurut Mertokusumo (2010: 53), sistem penemuan hukum pada dasarnya dibagi atas dua yakni otonom dan heterenom. Sistem penemuan hukum otonom hakim terikat pada putusan hakim yang telah dijatuhkan mengenai perkara sejenis dengan yang akan diputus hakim yang bersangkutan. Sementara sistem penemuan hukum heteronom yakni hakim mendasarkan pada peraturan-peraturan di luar dirinya, hakim tidak mandiri karena harus tunduk pada undang- undang. Penemuan hukum bukan semata-mata hanya penerapan peraturan- peraturan hukum terhadap peristiwa kongkrit, tetapi sekaligus juga menerapkan penciptaan dan pembentukan hukum.
  • 5. SISTEM PENEMUAN HUKUM Lebih lanjut Mertokusumo (2010: 58), menyatakan antara penemuan hukum yang heteronom dan otonom tidak ada batas yang tajam. Dalam praktek penemuan hukum dijumpai kedua unsur tersebut heteronom dan otonom. Praktek penemuan hukum di Indonesia mengenal penemuan hukum heteronom sepanjang hakim terikat pada undang-undang, tetapi penemuan hukum ini juga mempunyai unsur-unsur otonom yang kuat, karena hakim seringkali harus menjelaskan atau melengkapi undang-undang menurut pandangannya sendiri.
  • 6. SUMBER PENEMUAN HUKUM Sumber penemuan hukum tidak lain adalah sumber atau tempat Sumber penemuan hukum tidak lain adalah sumber atau tempat terutama bagi hakim dapat menemukan hukumnya (Mertokusumo terutama bagi hakim dapat menemukan hukumnya (Mertokusumo (2010: 63). Sumber utama penemuan hukum adalah peraturan (2010: 63). Sumber utama penemuan hukum adalah peraturan perundang-undangan, kemudian hukum kebiasaan, yurisprudensi, perundang-undangan, kemudian hukum kebiasaan, yurisprudensi, perjanjian internasioal dan doktrin. Dalam ajaran penemuan hukum perjanjian internasioal dan doktrin. Dalam ajaran penemuan hukum undang-undang diprioritaskan atau didahulukan dari sumber-sumber undang-undang diprioritaskan atau didahulukan dari sumber-sumber hukum yang lain. Undang-undang merupakan sumber hukum yang hukum yang lain. Undang-undang merupakan sumber hukum yang penting dan utama. Undang-undang dan hukum sesungguhnya tidak penting dan utama. Undang-undang dan hukum sesungguhnya tidak identik. Undang-undang merupakan identik. Undang-undang merupakan sebagian dari hukum. sebagian dari hukum. artinya artinya di luar undang-undang masih ada yang lain misalnya kebiasaan yang di luar undang-undang masih ada yang lain misalnya kebiasaan yang termasuk sebagai hukum. termasuk sebagai hukum.
  • 7. METODE PENEMUAN HUKUM 01 02 03 Penafsiran Gramatikal Penafsiran Historis Penafsiran Sistemik Menafsirkan undang-undang menurut arti perkataan (istilah) atau biasa disebut penafsiran gramatikal, yaitu antara bahasa dengan hukum terdapat hubungan yang erat sekali. Bahasa merupakan alat salah satunya yang dipakai pembuat undang-undang untuk menyatakan kehendaknya. Menafsirkan undang-undang menurut sejarah atau penafsiran historis, yaitu setiap ketentuan perundang- undangan mempunyai sejarahnya. Dari sejarah peraturan perundang undangan hakim dapat mengetahui maksud pembuatnya. Menafsirkan undang-undang menurut sistem yang ada di dlam hukum atau biasa disebut dengan penafsiran sistematik, yaitu perundang-undangan suatu negara merupakan kesatuan, artinya tidak sebuah pun dari peraturan tersebut dapat ditafsirkan seolaholah berdiri sendiri.
  • 8. METODE PENEMUAN HUKUM 04 05 06 Penafsiran sosiologis Penafsiran Otentik Penafsiran Sistemik Menafsirkan undang-undang menurut cara tertentu sehingga undang-undang itu dapat dijalankan sesuai dengan keadaan sekarang yang ada di dalam masyarakat, atau biasa disebut dengan penafsiran sosiologis atau penafsiran teleologis. Penafsiran otentik atau penafsiran secara resmi, yaitu adakalanya pembuat undang-undang itu sendiri memberikan tafsiran tentang arti atau istilah yang digunakannya di dalam perundangan yang dibuatnya. Hakim tidak diperkenankan melakukan penafsiran dengan cara lain selain dari apa yang telah ditentukan pengertiannya di dalam undang-undang itu sendiri. Penafsiran interdisipliner yaitu penafsiran yang dilakukan dalam suatu analisis masalah yang menyangkut berbagai disiplin ilmu hukum. Disini digunakan logika lebih dari satu cabang ilmu hukum.