SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Download to read offline
LAPORAN
PENELITIAN TENTANG KETERKAITAN PENDIDIKAN
      DAN PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA
              DI JAWA TENGAH




   BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
          PROVINSI JAWA TENGAH
                   2008
ABSTRAK

        Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: (1)
Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa
PELMO; (2) Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan
kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi
PELMO; (4) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang
berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; serta (5)
Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP).
        Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK
di Jawa Tengah rata-rata menggunakan sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan
tidak sepenuhnya model blok atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. (2)
Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai dengan
100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja yang cocok
dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,; masa tunggu
mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya melanjutkan ke
Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya; (3) Lulusan SMK
PELMO yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin perkakas manual,
operator mesin CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam serta telematika atau ICT,
di samping itu di butuhkan soft skill berupa ketekunan, komitmen, disiplin, serta
kemampuan bekerjasama (team work); (4) Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan
swasta di Jawa Tengah diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas
Akhir (PTA), serta uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari
pelaksanaan Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai
pelengkap Ujian Nasional. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan
bekal tambahan siswa dalam rangka melamar pekerjaan.
        Rekomendasi yang dapat diberikan : (1) Penyelarasan kurikulum (2) Tugas
Akhir (TA) disusun di tempat prakerin dengan mengamati salah satu permasalahan di
industri dan diuji dengan melibatkan pihak industri (3) Komunikasi antara BKK,
Disnakertrans dan Dinas Pendidikan perlu ditingkatkan kembali. Rekomendasi untuk
sekolah : (1) bahwa penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan
dilaksnakan secara fleksibel, tidak perlu mengikuti kelaziman, untuk mengoptimalkan
pemanfaatan bengkel (2) Model magang untuk SMK Negeri dapat menggunakan block
release modifikasi (3) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama
dengan industri dan asosiasi yang kompeten; (4) Memberdayakan semua komponen
sekolah kearah pencapaian visi dan misi sekolah. Rekomendasi untuk pemerintah (1)
Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri (2)
Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam bidang
keterampilan produktif.


Kata kunci : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); PELMO; Penyerapan Tenaga Kerja




                                                                                     1
BAB I
                                PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
          Penyelenggaraan pendidikan kejuruan, termasuk Sekolah Menengah
   Kejuruan (SMK) saat ini memasuki fase penting, yaitu fase lulusan pendidikan
   kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah
   regional Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun
   Asean Free Labor Association (AFLA). Untuk ini upaya yang harus dilakukan
   adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal mungkin dalam sektor
   pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan program
   pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,
   pengembangan evaluasi serta sertifikasi (Suryadi,1999 )
          Isu penting yang harus selalu dikedepankan dalam konteks ini adalah
   seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) sejalan dan relevan
   dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha
   maupun industri. Dalam bahasa yang populer, seberapa besar dan kuat “link and
   match” antara keduanya. Jika pertanyaan mendasar ini terjawab, maka pada
   dasarnya bentuk pendidikan kejuruan apapun akan sangat ”matching” dan
   mendukung kebutuhan dunia usaha atau industri, khususnya dalam penyediaan
   lulusan yang terampil.
          Fakta di lapangan saat ini mengindikasikan bahwa penyelenggaraan
   pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya sendiri, di sisi lain
   dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa kualitas tenaga
   (lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan. Gejala
   “mismatch” antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia
   usaha/industri, pada akhirnya melahirkan lulusan “underqualified”. Keadaan seperti
   ini sudah cukup lama terjadi, bahkan sampai saat ini (Samsudi, 2004).
          Gejala “mismatch” antara program keahlian SMK di Jawa Tengah dengan
   dunia usaha/industri saat ini masih juga dirasakan, termasuk program keahlian
   Perkayuan, Elektronika dan Listrik, Mesin, serta Otomotif (Samsudi, 2004).,




                                                                                   2
Program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah merupakan unggulan, hal ini
dibuktikan dengan ditetapkannya program keahlian ini sebagai Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) oleh Depdiknas. Gejala di atas memperlihatkan
adanya paradoks antara penetapan program keahlian unggulan dengan fakta adanya
“mismatch”, sehingga muncul pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya kualitas
penyelenggaraan pendidikan program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah?.
         Data program keahlian yang menjadi unggulan SMK di Jawa Tengah seperti
tersaji dalam Tabel I.1 di bawah ini.
      Tabel I.1 Data program keahlian unggulan SMK RSBI Tahun 2007
    No     Propinsi         Kab. / Kota       SMK          Program Unggulan
    1.     Jawa Tengah      Kota Salatiga     SMKN 2        a. Mekanik Otomotif
                                              Salatiga      b. Elektronika Industri
                                                            c. Perkayuan
    2.     Jawa Tengah      Kabupaten Tegal   SMKN 1       Mekanik otomotif
                                              Adiwerna
                                              Tegal
    3.     Jawa Tengah      Kota Surakarta    SMKN 5       Mesin Perkakas
                                              Surakarta
    4.     Jawa Tengah      Kabupaten         SMK Muh.     a. Otomotif
                            Kudus             Kudus        b. TKJ
    5.     Jawa Tengah      Kabupaten         SMK Muh. I   Otomotif
                            Sukoharjo         Sukoharjo
   Sumber: Depdiknas 2007


         Keterkaitan antara pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan
kerja di industri merupakan kombinasi pengaruh antara variabel-variabel pengatur,
peserta pendidikan, penyelenggara pendidikan serta dunia kerja. Keterkaitan antar
variabel-variabel itu bersifat timbal balik, dan masing-masing berpengaruh terhadap
variabel yang lain. Ketimpangan partisipasi atau keterlibatan secara aktif di salah
satu variabel, misalnya variabel penyelenggara pendidikan dapat menyebabkan
sistem tidak bekerja optimal yang akan mengakibatkan hubungan antara pendidikan
dan dunia kerja tidak harmonis, artinya secara fisik akan terjadi pengangguran
secara berkelanjutan. Hubungan timbal balik diantara keempat variabel-variabel itu
disajikan dalam Gambar 1 di bawah ini.




                                                                                      3
Gambar 1. Hubungan timbal balik antar empat variabel relevansi
                         pendidikan kejuruan (SMK) dan dunia kerja




         Sumber : Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2006


          Merujuk uraian di atas, maka penelitian tentang ”Keterkaitan pendidikan
   dan Penyediaan lapangan Kerja di Jawa Tengah” penting untuk dilaksanakan.


B. Masalah Penelitian
          Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa
   permasalahan sebagai berikut:
   1.   Bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan
        (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
        Otomotif (PELMO) dilakukan untuk mempersiapkan lulusan yang terampil?
   2.   Bagaimanakah implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilakukan
        oleh Dinas Pendidikan terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa
        pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif
        (PELMO)?
   3.   Bagaimanakah jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa
        pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif
        (PELMO)?
   4.   Bagaimanakah kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
        Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
        otomotif (PELMO)?



                                                                                 4
5.   Bagaimanakah sertifikasi yang dilakukan sehingga diperoleh tenaga terlatih
        yang standar?
   6.   Bagaimanakah kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan
        dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika,
        Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?
   7.   Bagaimanakah kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan
        dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika,
        Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)?


C. Tujuan
          Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah
   menyediakan informasi tentang:
   1.   Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Rekayasa
        pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif
        (PELMO);
   2.   Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah
        Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan,
        Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);
   3.   Jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang
        studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);
   4.   Kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada
        bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO);
   5.   Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi
        Profesi (LSP);
   6.   Kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan
        SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
        Otomotif (PELMO);
   7.   Kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan
        SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan
        Otomotif (PELMO)?




                                                                                    5
D. Manfaat
          Manfaat hasil penelitian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pendidikan
   Propinsi Jawa Tengah mengenai kondisi (1) penyelenggaraan pendidikan di SMK
   Rekayasa pada bidang studi PELMO; (2) implementasi kebijakan ”link and match”
   yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada
   bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan SMK Rekayasa pada
   bidang studi PELMO; (4) pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan
   Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); (5) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga
   kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang
   studi PELMO; dengan demikian dapat segera mengambil kebijakan operasional
   dalam rangka mengurangi kelima persoalan tersebut.


E. Hasil yang Diharapkan
          Adanya data dan kajian hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai
   rekomendasi mengenai upaya menjembatani antara dunia pendidikan (SMK)
   dengan lapangan kerja di industri, terutama pada bidang Perkayuan, Elektronika,
   Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO) termasuk kesesuaian kompetensi kebutuhan
   oleh industri, peluang kerja dan pengajaran di sekolah dan industri.


F. Lokasi Penelitian
          Lokasi penelitian meliputi sepuluh wilayah yang memiliki SMK yang telah
   mampu menerapkan program ”Link and Match” diantaranya :
   1. Kota Magelang
   2. Kota Surakarta
   3. Kota Salatiga
   4. Kabupaten Klaten
   5. Kabupaten Kudus
   6. Kabupaten Pati
   7. Kabupaten Tegal
   8. Kabupaten Banyumas
   9. Kabupaten Cilacap
   10. Kabupaten Kendal




                                                                                    6
G. Definisi Operasional
          Pendidikan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
   khususnya untuk kategori atau kelompok teknologi, yang berada di Jawa Tengah.
   Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15
   diuraikan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan             menengah yang
   mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam
   PP 29/1990, pendidikan kejuruan dijelaskan pada tiga tempat. Pasal 1 Ayat 3
   menyatakan "pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang
   pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa
   untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu". Sementara itu, pada Pasal 3 Ayat 2
   disebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa
   untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
   Kemudian, pada Pasal 7 diatur syarat-syarat pendirian sekolah menengah kejuruan.
   Di samping itu definisi SMK merujuk kepada Keputusan Mendikbud No.
   323/U/1997. Keputusan ini isinya lebih lengkap dibanding PP 29/90 yang meliputi
   komponen-komponen dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda, yang
   terdiri dari ketentuan umum, tujuan, penyelenggaraan, program, kerjasama, peserta,
   instruktur, Majelis Pertimbangan Kejuruan, penilaian dan sertifikasi, pengelolaan,
   pengawasan, insentif, serta pengembangan dan peningkatan mutu.
          Lapangan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri atau
   perusahaan yang berpasangan dengan SMK PELMO di Jawa Tengah maupun di
   luar Jawa Tengah sekaligus merekrut lulusannya. Hal ini dikarenakan tidak semua
   lulusan SMK PELMO di Jawa Tengah dapat diserap oleh industri di provinsi ini,
   sehingga lapangan kerja mencakup industri di tingkat nasional yang berada di
   Jakarta, misalnya PT. KOMATSU, PT. Hanken, PT. United Tracktor, serta PT.
   Karya Hidup Sentoso yang berada di Yogyakarta.




                                                                                   7
H. Kerangka Pikir
   Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
                       Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian


                        Guru dan Tenaga
                         Kependidikan                             Diklat
                                                                 Industri




          Siswa                Proses             Kualitas
          SMK               Pembelajaran
                                                  Lulusan       Disnaker




                            Sarana dan                              - Industri
                             prasarana                            - Wirausaha




                            Dinas
                          Pendidikan




                                                                                 8
BAB II
                               KAJIAN PUSTAKA




A. Fase Penting Pendidikan Kejuruan
      Pada awal millenium ketiga ini dunia pendidikan Indonesia khususnya
  pendidkan kejuruan, dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu tantangan global,
  internal, dan praksis pendidikan kejuruan itu sendiri. Dengan berlakunya pasar bebas
  pada tingkat regional Asia melalui AFTA yang dimulai pada tahun 2003 dan tingkat
  dunia pada tahun 2020, berimplikasi pada terjadinya interaksi antar negara dalam
  investasi, bisnis barang dan jasa, sehingga memperketat dan mempertajam
  persaingan (Suryadi, 1999). Di samping itu pendidikan kejuruan di Indonesia juga
  berhadapan dengan tantangan internal seperti terjadinya pergeseran struktur ekonomi
  sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kalau pada dekade 1970
  hingga menjelang akhir tahun 1990-an struktur ekonomi bergeser dari sektor
  pertanian menuju pada sektor industri manufakturing dan jasa, kini tengah
  mengalami distorsi dan mulai ada kecenderungan untuk dikembangkan kearah
  “resourse based”, dan itu akan mengalami “set back” (Sidi, 2002).
      Sementara itu dari praksis pendidikan kejuruan yang berkembang selama ini
  belum mampu memenuhi harapan masyarakat dan para pengguna lulusan. Hal ini
  dapat dibaca dari setidaknya tiga hal, yaitu; (1) tamatan SMK masih sering dikritik
  kurang mampu mengikuti perubahan, karena kurang memperoleh bekal keterampilan
  dasar untuk belajar – “basic learning tools” (Indra Djati Sidi,2002); (2) system
  pendidikan di sekolah kejuruan sering kurang sesuai dengan tuntutan dunia
  usaha/industri, masih ada mismatch antara keluaran sistem pendidikan dan kebutuhan
  dunia kerja (Sukamto, 1998), dan (3) masih banyak kebiasaan salah yang dilakukan
  oleh guru SMK yang tidak disadari, misalnya; tidak mengajarkan pelajaran praktek
  dasar sesuai dengan prinsip dasar yang benar, membiarkan siswa menghasilkan karya
  asal jadi, bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan, serta tanpa memperhatikan
  keselamatan kerja (Sidi,2002).
      Sementara itu dipertajam pendapat dalam banyak hal misalnya, aspek
  pendidikan seperti pengelolaan dan pelayanan pendidikan. Menurut Tilaar yang




                                                                                    9
dikutip oleh Suryadi (1991) proses menuju masyarakat industri modern bergerak
dalam suatu jalinan beberapa poros transformasi seperti globalisasi, perubahan
struktur ekonomi, pemantapan kehidupan politik dan ideologi bangsa, kebudayaan
nasional, termasuk pendidikan nasional. Pendidikan nasional dalam hal ini berfungsi
untuk mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia untuk kehidupan masa kini
dan masa mendatang, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang kontinum.
Lebih lanjut, Tilaar yang dikutip oleh Suryadi (1991) menyatakan bahwa pendidikan
nasional kini mengalami beberapa krisis yang bersumber pada (1) kualitas
pendidikan yang masih rendah, (2) pendidikan yang belum relevan dengan
kebutuhan pembangunan akan tenaga terampil, (3) pendidikan yang masih bersifat
elitisme serta (4) manajemen pendidikan yang belum ditata secara efisien.
    Berdasar sumber krisis tersebut, ada beberapa indikator yang dapat
dipergunakan sebagai rambu-rambu untuk mengukur kualitas pendidikan dan
pelatihan, misalnya mutu pengajar yang masih rendah serta alat bantu mengajar
(buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai). Dalam
hal relevansi diklat atau efisiensi eksternal suatu sistem diklat dapat diukur dengan
”sampai sejauh mana sistem diklat dapat memasok kebutuhan tenaga-tenaga terampil
dalam jumlah yang memadai yang diperlukan oleh berbagai sektor-sektor
pembangunan?” Khusus dalam hal masalah tidak relevansinya diklat kejuruan, bukan
saja disebabkan oleh adanya kesenjangan antara ”supply ” dan ”demand” semata,
namun bisa jadi disebabkan oleh isi kurikulum kurang mengacu pada kompetensi
keterampilan serta kurang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan Iptek
dan perkembangan ekonomi.
    Secara umum keberhasilan dalam melaksanakan program latihan kejuruan tidak
hanya tergantung pada kurikulum, namun faktor lain yang terkait seperti kualitas dan
jumlah tenaga pengajar/instruktur, sarana dan prasarana praktek yang memadai serta
efektivitas penggunaan jam mengajar di kelas/laboratorium/bengkel yang dapat
mempengaruhi.




                                                                                  10
B. Arah Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Sekolah Menengah Kejuruan
  (SMK)
         Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan
  umum, baik ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, maupun
  lulusannya. Kriteria yang melekat pada sistem pendidikan kejuruan menurut Finch
  dan Crunkilton (1984: 12-13) antara lain (1) orientasi pendidikan dan pelatihan; (2)
  justifikasi untuk eksistensi dan legitimasi; (3) fokus pada isi kurikulum; (4) kriteria
  keberhasilan pembelajaran; (5) kepekaan terhadap perkembangan masyarakat; dan 6)
  hubungan kerjasama dengan masyarakat. Nolker (1983), menyatakan bahwa dalam
  memilih substansi pelajaran, pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti
  perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu, dan lapangan
  kerja. Karakteristik di atas menegaskan bahwa pendidikan kejuruan harus dirancang
  dan dikelola sesuai dengan visi dan orientasi yang jelas, terutama berkaitan dengan
  kebutuhan individu, masyarakat dan perkembangan IPTEK.
  Arah baru pengembangan pendidikan kejuruan merujuk kepada rumusan
  ”Kompetensi Menjelang 2020” seperti yang tergambarkan oleh Tabel II.1 di bawah
  ini.
                          Tabel II.1 Kompetensi menjelang 2020
                                  Keterampilan menjelang 2020
   No.                   Masa lalu                         Masa Depan
    1.       Supply driven                     Demand driven
    2.       Berbasis sekolah                  Berbasis kompetensi
    3.       Alur dan proses kaku              Alur lentur dan prinsip ”multy entry
                                               dan multy exit”
     4.      Tidak mengakui keterampilan       Mengakui kemampuan sebelumnya
             sebelumnya
     5.      Orientasi program studi           Diklat mengacu kepada profesi dan
                                               keterampilan kejuruan
     6.      Pendidikan dan pelatihan          Diklat berfokus pada sektor formal
             berfokus pada sektor formal       dan informal
     7.      Pemisahan antara pendidikan dan Mengintegerasikan pendidikan dan
             pelatihan                         pelatihan
     8.      Sistem pengelolaan terpusat       Pengelolaan terdesentralisasi
 Sumber: Depdiknas 1999, Keterampilan Menjelang 2020
         Untuk menghadapi persaingan keahlian tenaga kerja pada era persaingan bebas,
  pendidikan kejuruan melalui SMK dituntut meningkatkan kualitas pendidikan serta
  mengembangkan konsep pembelajaran yang memberikan hasil signifikan terhadap




                                                                                      11
peningkatan keahlian atau kompetensi. SMK, sebagai salah satu satuan pelaksana
  pendidikan, perlu melakukan pembenahan dalam proses pembelajaran atau diklat.
  Salah satu aspek pokok yang perlu dilakukan pembenahan secara dinamik adalah
  kurikulum dan pembelajaran. Beberapa pembenahan sampai saat ini memang telah
  dilakukan, namun baru dapat dijangkau oleh sebagian kecil sekolah. Hal ini akibat
  kendala   struktural   dan   kultural,   sebagian   besar   SMK     belum    dapat
  mengimplementasikan perbaikan dalam kurikulum maupun pembelajaran.


C. Kurikulum SMK dan Diklat berbasis Kompetensi
      Kompetensi, secara substansial mengandung beberapa ciri dan cakupan yang
  bersifat spesifik. Seperti dijelaskan Syaodih (1997:6), bahwa kompetensi setidaknya
  ditunjukkan oleh tiga ciri sebagai berikut: (1) menunjukkan kebiasaan, kemampuan
  nyata, tindakan aktivitas dan performansi dalam bidang atau keahlian tertentu; (2)
  dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (TPU) yang harus dikuasai atau ditampilkan
  peserta didik setelah selesai proses pembelajaran; (3) dirumuskan dalam kalimat
  yang terdiri atas kata kerja/verb dan obyek seperti, melakukan pemetaan wilayah,
  menganalisis masalah lingkungan, serta menyusun rencana kerja.
      Lingkup dan cakupan kompetensi (profesional) dijelaskan oleh Burke (1995:13)
  sebagai berikut: (1) kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan
  formulasi teoritis tanggungjawab profesional; (2) kompetensi menjelaskan hasil
  belajar yang ditunjukkan oleh kinerja (performansi) yang ditunjukkan secara
  profesional; (3) aspek kompetensi menjelaskan kriteria penilaian; (4) kompetensi
  diciptakan sebagai prediktor tentatif tentang keefektifan profesional dan mengarah
  kepada prosedur validasi.
      Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi secara substansial berimplikasi
  terhadap pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Implikasi ini secara tegas
  menyebut bahwa perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung proses
  pendidikan dan pelatihan serta memberikan kontribusi terhadap hasil pembelajaran
  siswa. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam rangka competency based
  education and training (CBET), setidaknya akan menyentuh prinsip relevansi dan
  fleksibilitas. Prinsip relevansi menjadi demikian penting dalam kurikulum
  pendidikan kejuruan berbasis kompetensi, karena menyangkut kesesuaian isi




                                                                                  12
kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau industri, serta kesesuaian mutu
  lulusan dengan standar pengguna. Prinsip ini sejalan dengan arah pembaharuan
  pendidikan kejuruan yang bersifat demand driven dan market driven. Fleksibilitas
  atau kelenturan kurikulum pendidikan kejuruan sangat perlu diwujudkan, terutama
  dalam kaitan melayani keragaman kebutuhan pengguna (dunia usaha/industri), serta
  kelenturan dalam melayani perbedaan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
  Prinsip fleksibilitas akan memberikan arahan untuk melahirkan beberapa program
  pembelajaran yang sesuai, misalnya pola multyentry-multyexit, program eklektif,
  serta pembelajaran bervariasi.
      Kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, kompetensi lebih
  spesifik mengarah kepada ukuran-ukuran kinerja dan performansi lulusan dalam
  menghadapi tugas profesionalnya. National training board Australia (1995)
  mendeskripsikan bahwa Competency based Educational and Training (CBET)
  adalah pendidikan dan pelatihan yang menitikberatkan pada penguasaan suatu
  pengetahuan dan keterampilan khusus serta penerapannya di lapangan kerja.
  Pengetahuan dan keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar
  industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang
  di dalam suatu kelompok. Pengukuran keberhasilannya menggunakan ”criterion
  referenced” bukan ”norm referenced”.


D. Kompetensi Produktif dalam Pengembangan Kurikulum SMK
      Penerapan prinsip pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, memiliki
  konsekuensi adanya pengembangan kurikulum SMK dengan menggunakan beberapa
  pendekatan. Dua diantaranya yang pokok adalah pendekatan kompetensi dan
  pendekatan produktif. Dalam pelaksanaannya, kedua pendekatan ini pada dasarnya
  terintegerasi menjadi satu dalam bentuk paket keahlian produktif, terutama diberikan
  pada kelas 3 SMK. Bentuk pembelajaran dalam pendekatan ini adalah pelatihan
  keahlian yang mengarah pada pencapaian kompetensi lulusan, dengan memberikan
  pengalaman produksi (pada lini produksi) bagi siswa, baik dalam praktik kerja
  industri, maupun pengembangan unit produksi sekolah. Integrasi pendekatan di atas,
  memerlukan kemampuan dan sikap proaktif sekolah (SMK) terutama dalam




                                                                                   13
menggalang kerjasama dengan stakeholders untuk bersama-sama menyelaraskan
kurikulum yang akan diimplementasikan di sekolah.
    Kompetensi produktif dengan demikian adalah pendekatan pendidikan dan
pelatihan yang merujuk kepada kriteria keahlian dunia usaha/industri yang
pencapaiannya melalui pelatihan pada proses produksi atau menggunakan proses
produksi sebagai wahana pembelajaran, Pelatihan ini dapat berlangsung di industri,
melalui keterlibatan langsung siswa dalam proses produksi, atau di sekolah melalui
keterlibatan siswa dalam proses produksi di unit produksi.
    Untuk mencapai sasaran pendekatan di atas, diperlukan rancangan program
(kurikulum) yang sinkron dan relevan, sebagai panduan dan pedoman pembelajaran.
Upaya-upaya sinkronisasi kurikulum memerlukan model yang teruji, baik secara
konsepsional maupun operasional, sehingga dapat menjadi acuan bagi sebagian besar
SMK, yang ternyata sampai dengan saat ini belum memiliki pola yang efektif dan
efisien.
    Salah satu kelemahan pelaksanaan pendidikan menengah kejuruan sampai saat
ini masih berkisar pada relevansi dan fleksibilitas isi program kurikulum. Studi
Samsudi (1999) menemukan bahwa sering program atau kurikulum pendidikan dan
pelatihan masih disusun sepihak oleh penyelenggara, belum melibatkan dunia usaha
atau industri. Penelitian Sudana (1998) menyimpulkan bahwa (1) dalam hal
implementasi kurikulum, SMK masih bersifat sentralistik, artinya masih bertumpu
pada kurikulum nasional, belum banyak terjadi pengembangan kurikulum di
lapangan yang melibatkan DU/DI; (2) SMK masih memiliki penafsiran yang
bervariasi tentang pola sinkronisasi kurikulum pembelajaran; (3) SMK belum
memiliki pola yang efektif dan efisien dalam pengembangan kurikulum, khususnya
dalam bersinergi dengan dunia usaha/industri
    Dua studi di atas setidaknya menggambarkan betapa sinkronisasi kurikulum
yang melibatkan stakeholders (DU/DI) belum banyak dilakukan oleh kalangan SMK.
Walaupun dalam penelitian Sudana disebutkan ada satu dua SMK yang melakukan
sinkronisasi, namun belum secara intens melibatkan DU/Di. Dikemukakan bahwa
kendala yang menyolok adalah pemahaman pihak sekolah yang masih mengambang,
di samping rasa kurang percaya diri, terutama karena terbatasnya peralatan SMK jika
harus menyelaraskan program pembelajarannya dengan DU/DI.




                                                                                14
E. Model Sinkronisasi Kurikulum SMK dengan Industri
       Secara eksplisit perancangan kurikulum SMK edisi 1999 dan kurikulum SMK
  2004 memberikan arahan perlunya dilakukan penyelarasan terhadap kurikulum
  sebagai program pembelajaran atau mata diklat. Arahan itu memberikan pengertian
  bahwa kurikulum, sebagai suatu program pembelajaran/diklat, untuk dapat
  diimplementasikan di lapangan, perlu dilakukan penyelarasan dengan kondisi dan
  kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja. Dengan demikian penyelarasan
  kurikulum pada dasarnya merupakan bagian dari proses pengembangan kurikulum
  SMK sehingga menjadi kurikulum yang siap dilaksanakan. Dalam hubungan ini
  dapat dikatakan bahwa penyelarasan kurikulum memiliki kaitan yang erat dengan
  konsepsi model pengembangan kurikulum , seperti yang dikenal dalam berbagai
  literatur.
       Dalam beberapa literatur (Syaodih, 1997:161-170), dapat dijelaskan bahwa
  model pengembangan kurikulum pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua
  kelompok besar, yaitu pertama, model pengembangan yang berkaitan dengan sistem
  pendidikan/pengelolaan kurikulum yang diterapkan. Dalam hubungan ini dikenal tiga
  model, yaitu (a) the administrative/line staff model; (b) the demonstrative model.
       Line staff atau administrative model pada umumnya diterapkan pada sistem
  pendidikan yang bersifat sentralistik. Dalam model ini inisiatif dan gagasan
  pengembangan datang dari para administratur pendidikan dan menggunakan
  prosedur administrasi. Dengan wewenang adminsitrasinya, administratur pendidikan
  membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Tugas tim ini
  adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijakan dan strategi
  utama dalam pengembangan kurikulum.
        Sebaliknya, grass-root dan The demonstration model pada umumnya
  diterapkan pada sistem pendidikan yang bersifat desentralistik. Dalam model ini
  seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan
  upaya-upaya pengembangan kurikulum. Penyempurnaan dan pengembangan
  kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh
  komponen kurikulum. Kedua, model pengembangan kurikulum yang berkaitan
  dengan fokus isi atau substansi kurikulum. Dalam hubungan ini dikenal beberapa
  model yaitu: (a) Subject academic curriculum, yang terfokus pada bahan pelajaran




                                                                                  15
yang berasal dari disiplin ilmu; (b) humanistic curriculum, yang menekankan
  kebutuhan pribadi, serta kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa; (3)
  technological/competence based curriculum, menekankan penguasaan kompetensi,
  dan dalam proses pembelajaran/diklat dibantu dengan alat-alat teknologi; dan (4)
  social reconstruction curriculum, yang berfokus pada masalah sosial dan dalam
  pembelajarannya menekankan belajar kelompok.
      Mendasarkan penjelasan di atas, maka penyelarasan kurikulum SMK berbasis
  kompetensi produktif, dipandang dari sistem pendidikan/pengelolaan kurikulum,
  pada dasarnya merupakan Grass-root model, serta dipandang dari sisi fokus
  isi/substansi merupakan competence-based curriculum. Ciri grass root model, karena
  dalam penyelarasan kurikulum SMK diterapkan semangat kolaborasi dengan
  lapangan, komite sekolah dan dunia industri, khususnya dalam menyepakati
  rumusan-rumusan kurikulum yang siap dilaksanakan di depan kelas. Demikian juga
  ciri competence-based, ditunjukkan oleh kesesuaiannya dengan karakteristik
  kurikulum SMK yang berbasis kompetensi.


F. Penyerapan Dunia Industri terhadap Lulusan SMK
         Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai
  investasi jangka panjang. Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan
  ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen
  pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-
  ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis
  merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya
  pendidikan    dapat   membantu    siswa   untuk   mendapatkan    pengetahuan    dan
  keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang
  kompetitif.
         Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
  pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang
  berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
  Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang
  diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh
  pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah




                                                                                   16
kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang
dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang
yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar,
master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan
lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang
sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan
perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta
rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.
       Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang
lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah
perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan
dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki
dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai
balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik
yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi
pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %.
Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang
terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan
menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi.
       Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain
fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi
budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada
kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada
berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan
membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
       Kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui
kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan
ekonomi tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang
memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan
pekerjaan baru, sejalan dengan perubahan struktur ekonomi dan lapangan kerja (The




                                                                                     17
World Bank, 1991). Sementara itu, Hicks (1991), dengan menggunakan data dari
Bank Dunia, menyimpulkan bahwa, negara-negara dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, memiliki tingkat income yang lebih tinggi pula.
       Hicks (1991) menjelaskan bagaimana memahami kontribusi pendidikan
dalam pertumbuhan ekonomi, dengan cara mengetahui sebab-sebab pertumbuhan
serta proses pertumbuhan itu sendiri. Menurut Hicks, para ahli ekomomi
mengidentifikasikan tiga faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal.
Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lahan diasumsikan tidak mengalami
perubahan. Sehingga, dua faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga
kerja dan modal.
       Pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di
sekolah menengah kejuruan (SMK) namun sejauh ini daya serap lapangan kerja
terhadap lulusan SMK masih relatif rendah. Dosen Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang (Unnes) Dr. Samsudi dalam pidato Dies Natalis ke-43 Unnes,
mengatakan, idealnya secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki
dunia kerja sekitar 80-85%, sedangkan selama ini yang terserap baru 61%. Ia
menyebutkan, pada tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang,
sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun
2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. "Jumlah ini belum ideal, harus
diupayakan peningkatan daya serap untuk memasuki lapangan kerja maupun
menciptakan peluang kerja," kata Samsudi. Menurutnya, daya serap ideal lulusan
SMK seharusnya mencapai 80-85%, sedangkan sekitar 15-20% lulusan SMK lainnya
dimungkinkan       melanjutkan   studi   ke   perguruan    tinggi.   Ia   menjelaskan,
kecenderungan daya serap lapangan kerja menurut program keahlian sejak tahun
2000 hingga 2007 berubah-ubah, menyesuaikan dengan kondisi lapangan kerja pada
waktu tertentu. Pada tahun 2000, misalnya, lulusan Jurusan Teknik Elektronika daya
serapnya 87% namun melorot menjadi 50,5% pada 2006 sebelum akhirnya sedikit
naik menjadi 62%. Daya serap lulusan Jurusan Teknik Mesin juga mengalami nasib
sama, dari 84,86% pada tahun 2000 melorot daya serapnya pada tahun 2007 tinggal
76,52%. Daya serap tinggi ditunjukkan lulusan Jurusan Teknik Perkapalan, yang
mencapai 94,69%. Ia memperkirakan, daya serap lulusan Jurusan Teknologi
Informasi dan Komunikasi masih cukup tinggi. Kebutuhan SDM di bidang teknologi




                                                                                   18
komunikasi dan informasi (ICT) di berbagai jenjang, mulai dari menengah, ahli,
hingga profesional, menurut dia, terus membengkak di masa mendatang. Mengutip
data Aizirman Djusan, kebutuhan tenaga ICT pada tahun 2008 diperkirakan
mencapai 32,6 juta orang, sedangkan tenaga ICT yang tersedia hanya 19,8 juta atau
baru terisi 61%.




                                                                              19
BAB III
                           METODOLOGI PENELITIAN




A. Metode Penelitian
            Penelitian ini bersifat deskriptif, induktif, lebih menonjolkan proses dan
   makna, serta laporan dirancang dalam bentuk narasi, dan mendalam. Namun
   demikian penelitian ini juga menggunakan data-data yang sifatnya kuantitatif,
   misalnya dalam bentuk nilai-nilai statistik serta tabel-tabel silang. Dengan demikian
   penelitian ini menggunakan metode kualitatif.


B. Sumber dan Informan Penelitian
            Sumber data penelitian ini dapat berupa orang, dokumen, atau laboratorium.
   Dokumen dapat berupa teks, gambar, film, cetakan, ataupun sketsa. Laboratorium
   dapat berupa ruang praktek, praktikum berserta kelengkapan yang ada di dalamnya.
   Laboratorium dapat berada di sekolah, industri, atapun bengkel-bengkel yang
   digunakan praktik magang oleh siswa dan guru praktik.
            Informan adalah sumber data yang berupa orang, yaitu orang yang
   diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau
   memperjelas jawaban subyek penelitian. Pada penelitian ini informan kadang-
   kadang juga bertindak sebagai subyek penelitian. Keabsahan informasi tidak cukup
   jika hanya berasal dari satu informan saja, oleh karena itu, informasi digali dari
   beberapa informan yang memahami secara luas dan dalam subyek penelitian.
            Subyek penelitian ini adalah keterkaitan antara pendidikan dengan
   ketenagakerjaan. Oleh karena itu, subyek penelitian ini adalah sekolah dan industri
   beserta pengelola yang ada di dalamnya. Jika subyek penelitian ini adalah
   kurikulum maka informan yang berkaitan dengan hal ini adalah Kepala Sekolah,
   Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK)
   serta guru-guru yang ada di sekolah itu. Jika subyek penelitian adalah laboratorium,
   maka informan yang kompeten adalah Kepala Bengkel, guru praktik, foreman, serta
   siswa.




                                                                                     20
C. Langkah-langkah Penelitian
                       Gambar 3. Langkah-langkah penelitian



                                   Pengumpulan
                                       Data




    Dinas Pendidikan                                             - Disnaker
                                     Sekolah                - Industri/Wirausaha




                                     Diklat dan
                                     Produksi




                                      Seminar




                                 Penyusunan Laporan




D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
           Fakta dan data yang akan digali dalam penelitian ini bermacam-macam,
   oleh karena itu dibutuhkan metode dan alat pengumpul data (instrument) yang
   bervariasi juga, misalnya adalah teknik dan lembar wawancara, teknik dan lembar
   observasi, check list, serta dokumentasi dan dokumen. Uraian detil masing-masing
   metode dan alat pengumpulan data yang digunakan seperti tersaji di bawah ini.



                                                                                   21
a. Wawancara
     Wawancara adalah percakapan yang mempunyai maksud tertentu, percakapan
     ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
     pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan.
     Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak
     terstruktur atau wawancara bebas terpimpin.
   b. Obeservasi
     Penelitian ini menerapkan metode observasi langsung, yaitu di sekolah, industri,
     Dinas Pendidikan, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pengamatan
     dilakukan sendiri menggunakan lembar pengamatan secara langsung ditempat
     subyek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan.
   c. Dokumentasi
     Metode dokumentasi adalah cara memperoleh informasi mengenai hal-hal yang
     berwujud catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
     paper, lagger, serta agenda. Metode ini digunakan karena beberapa alasan (1)
     dokumen merupakan sumber yang stabil dan kaya, (2) berguna sebagai bukti
     untuk suatu pengujian, (3) sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sebab
     mempunyai sifat alamiah, dan (4) hasil pengkajian isi akan membuka
     kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap subyek yang diteliti.
     Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan adalah semua yang berkaitan
     dengan kebijakan Dinas Pendidikan terhadap SMK, proses pembelajaran di
     SMK, proses magang di industri, serta kemampuan lulusan SMK dalam bekerja
     di industri.


E. Pengecekan Keabsahan Data
         Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir
   penelitian, oleh sebab itu, teknik untuk memeriksa keabsahan data adalah
   memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan atau perbandingan
   atas data yang telah dikoleksi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa
   dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Trianggulasi ini berarti
   membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
   diperoleh melalui waktu dan alat yang berlainan. Hal ini dapat dicapai dengan




                                                                                   22
langkah (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2)
   membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
   dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
   tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
   membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang sebagai
   rakyat biasa, orang-orang yang berpendidikan, orang kaya, pemerintah, serta (5)
   membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
          Pada proses pengumpulan data, keikutsertaan peneliti menjadi suatu hal
   yang sangat penting dan menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan
   peneliti membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tujuan agar data yang digali
   menjadi jenuh. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
   penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini dilakukan
   maka akan membatasi (1) gangguan peneliti terhadap konteks, (2) bias, (3) dari
   kejadian-kejadian yang tidak lazim atau sesat.


F. Analisis Data
           Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu
   (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) penarikan
   kesimpulan atau verifikasi data. Keempat tahapan itu digambarkan dalam bagan di
   bawah ini.
                        Gambar 4. Alur teknik analisis data

                                  Pengumpulan Data




                Reduksi Data                              Sajian Data Emik
                                                               dan Etik



                         Verifikasi Data dan
                        Penarikan Kesimpulan




                                                                                 23
F. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
  1.   Fokus (substansi)
       Penelitian ini difokuskan kepada relevansi atau keterkaitan pendidikan dengan
       kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri, yang lebih khusus pada
       bidang    Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO).
       Kesesuaian kompetensi kebutuhan oleh industri, peluang kerja dan pengajaran
       di sekolah dan industri.


  2.   Lokasi
       Penelitian ini dilakukan di sekolah, industri, serta lembaga pemerintah yang
       berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan. Sekolah yang dijadikan populasi
       adalah SMK bidang rekayasa, terutama untuk program studi Perkayuan,
       Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif. Penentuan lokasi mendasarkan pada
       asumsi bahwa memiliki SMK yang maju serta didukung oleh adanya industri-
       industri yang selaras dengan program studi PELMO, meliputi 10 lokasi di
       Jawa Tengah. Industri yang dijadikan populasi penelitian bisa berada di Jawa
       Tengah maupun di luar Jateng. Lembaga pemerintah dalam penelitian ini
       adalah   Disnakertrans     dan   Dinas   Pendidikan   baik   propinsi   maupun
       kabupaten/kota serta Kota tertentu pusat industri penampung lulusan SMK.




                                                                                   24
BAB IV
                  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN




A. HASIL PENELITIAN
  1. PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN SMK DI JAWA TENGAH
          Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk
    peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan
    sebagai mahkluk individu maupun mahkluk sosial baik sebagai warga negara
    Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program ini berisi mata diklat yang lebih
    menitikberatkan pada norma sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan
    dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan
    keterampilan di dalamnya. Mata diklat pada kelompok normatif berlaku sama
    untuk semua program keahlian.
          Pada penelitian ini disajikan contoh untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
    Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan untuk mendidik siswa agar dapat
    bersikap positif, bertutur bahasa yang halus serta menghargai orang lain. Bersikap
    positif adalah bersikap yang mempunyai manfaat untuk kepentingan orang lain
    dan terbuka untuk menerima masukan atau kritik yang membangun. Bertutur
    bahasa yang halus adalah bertutur kata yang tidak menyinggung perasaan orang
    lain yang sedang kita ajak bicara.
          Media yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran bahasa
    Indonesia adalah buku cetak, CD pembelajaran, papan tulis, kapur dan penghapus.
    Buku cetak adalah buku yang yang berisi materi pelajaran Bahasa Indonesia guna
    menunjang proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. CD pembelajaran
    untuk Bahasa Indonesia berisi materi pembelajaran yang ditampilkan dalam
    bentuk materi-materi inti, yang penjelasannya akan disampaikan oleh guru.
    Contoh materi yang disampaikan adalah cara pembuatan surat permohonan atau
    surat ijin melaksanakan Prakerin di industri.
          Di samping media pembelajaran di atas, dalam proses pembelajaran bahasa
    Indonesia juga disiapkan ruang perpustakaan. Di dalam perpustakaan selain
    menyediakan fasilitas peminjaman buku teks dan buku paket juga disediakan satu




                                                                                   25
ruangan yang dilengkapi dengan televisi untuk menanyangkan CD pembelajaran
yang akan disampaikan guru.
     Metode yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran mata
diklat Bahasa Indonesia adalah ceramah, diskusi, serta penugasan. Sifat
penugasan adalah mandiri, kelompok serta tugas yang harus diselesaikan di
rumah. Metode ceramah digunakan oleh guru dalam menjelaskan suatu materi,
sifatnya searah, yaitu siswa mendengarkan terlebih dahulu materi yang
disampaikan. Metode diskusi digunakan pada saat setelah materi disampaikan
oleh guru, yang selanjutnya dibuka tanya jawab, atau guru memberikan
pertanyaan kepada dan siswa memberikan tanggapan. Guru akan meluruskan
jawaban yang diberikan siswa jika jawaban siswa masih belum lengkap atau
menyimpang. Pemberian tugas dilakukan agar siswa secara berkelompok atau
sendiri memperdalam pemahaman materi yang disajikan pada hari itu. Tugas
rumah diberikan agar siswa mempunyai pemahaman yang lebih dalam terhadap
permasalahan-permasalahan yang kompleks.
     Evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan pada akhir pertemuan
pada setiap pokok bahasan, hal ini tergantung dari sempit dan luasnya materi yang
ada. Di samping itu evaluasi dilakukan pada akhir semester yang berbentuk tes
tertulis dalam bentuk pilihan ganda serta tes uraian. Kadang-kadang tes dilakukan
secara lesan, yaitu dalam bentuk tes tanya jawab secara langsung antara guru dan
siswa secara individual. Nilai minimal yang harus diperoleh siswa adalah 7,00,
jika kurang maka guru memberikan tugas tambahan kepada siswa yang belum
dapat mencapainya. Siswa yang belum mencapai nilai minimal dianggap belum
tuntas dalam mengikuti mata diklat Bahasa Indonesia. Tugas tambahan lazim
disebut sebagai remedial.
     Program adaftif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk
peserta didik sebagai individu agar mempunyai dasar pengetahuan yang luas serta
kuat dalam menyesuaikan diri atau mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan
diri serta beradaftasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya, di samping
itu mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Program
adaftif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan




                                                                              26
kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep/prinsip dasar ilmu
serta teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
     Program adaftif diberikan agar siswa tidak hanya memahami dan menguasai
”apa” dan ”bagaimana” suatu pekerjaan itu dilakukan, tetapi juga memberikan
pemahaman dan penguasaan tentang ”mengapa”. Program adaftif terdiri dari
kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata
diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing program keahlian.
     Dalam penelitian ini diberikan contoh mata diklat Keterampilan Komputer
dan Pengolahan Informasi (KKPI). Mata diklat ini mempunyai tujuan untuk
membekali siswa agar dapat menggunakan teknologi komputer dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki kemampuan aplikasi komputer sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang permesinan.
     Media yang dipakai dalam pembelajaran ini berupa buku cetak, kapur,
papan tulis, modul, serta seperangkat komputer. Modul diberikan oleh guru
sebagai panduan saat pelaksanaan pembelajaran, yang mana berisi cara
pengoperasian komputer. Buku penunjang mata diklat ini tersedia di
perpustakaan, sedangkan komputer tersedia di laboratorium. Pembelajaran
langsung dilakukan di dalam laboratorium yang sudah dilengkapi dengan audio
visual, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara optimal.
     Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata diklat KKPI ini adalah
ceramah, diskusi, serta tugas mandiri. Metode ceramah digunakan pada saat guru
menjelaskan langkah-langkah pengoperasian komputer, metode ini dilengkapi
dengan media audio visual yang telah tersedia. Metode diskusi dilakukan
lazimnya pada saat siswa menemukan hambatan dalam mengoperasikan kompuetr
atau perangkat lunak yang diajarkan, di samping itu jika pada saat ceramah oleh
guru ada beberapa materi yang dirasakan belum jelas. Tugas mandiri diterapkan
setelah pokok bahasa tertentu selesai, hal ini mempunyai tujuan agar siswa
memahami materi dan terampil dalam mengoperasikan perangkat lunak yang
diajarkan oleh guru.
     Mata diklat ini bersifat keterampilan, sehingga evaluasi yang dilakukan
adalah berupa praktik mengoperasikan piranti lunak yang diajarkan. Evaluasi




                                                                            27
dilakukan dengan cara melihat tugas yang telah dikerjakan, untuk kemudian
 diberikan penilaian. Di samping itu pada akhir semester dilakukan ujian yang
 berupa penugasan, yaitu guru memberikan soal yang selanjutnya diselesaikan oleh
 siswa. Siswa yang mempunyai nilai minimal 7,00 dianggap telah mencapai tugas
 ketuntasan mata diklat KKPI, bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal akan
 diberikan tugas tambahan oleh guru untuk dikerjakan di rumah.


2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINK AND MATCH SMK DI JAWA
 TENGAH
 a. Prosedur Penyelarasan Kurikulum SMK Negeri dan Swasta di Jawa
   Tengah
         Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi
   membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar
   Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif bersifat melayani
   permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia industri
   atau asosiasi profesi. Program produktif diajharkan secara spesifik sesuai
   dengan kebutuhan tiap program keahlian.
         Evaluasi dalam pembelajaran produktif ini dilakukan pada setiap satu
   pokok bahasan atau setiap jenis pekerjaan yang diberikan selesai dikerjakan
   dengan tujuan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa telah
   menguasai    bidang    keahlian   yang    diajarkan   sesuai   dengan   target
   kelulusan.Lazimnya nilai yang menjadi patokan adalah 7,00, jika kurang dari
   nilai ini maka siswa yang bersangkutan diwajibkan untuk melakukan remidial.
   Waktu remidial lazimnya dilakukan pada saat liburan semester, sehingga
   nilainya menjadi 70.
         Kurikulum yang digunakan untuk mata diklat produktif ini disusun
   bersama antara sekolah dan industri. Kegiatan ini lazimnya diwadahi dalam
   bentuk kegiatan berupa In House Training (IHT), yaitu suatu wadah untuk
   mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan keterampilan yang sama di
   industri, sehingga ditemukan suatu kurikulum terstandar. Kurikulum inilah
   yang biasanya digunakan untuk pembelajaran produktif.




                                                                              28
Gambar 5. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif
          SMK Negeri di Jawa Tengah


                           KELOMPOK GURU
                         PRODUKTIF PROGRAM
                       KEAHLIAN MESIN PERKAKAS




          KTSP MAPEL                             KONDISI DAN
          ADAFTIF DAN                            KEBUTUHAN
           PRODUKTIF                              INDUSTRI

                      IN HOUSE TRAINING (IHT)



 KEPALA                                                        INDUSTRI
SEKOLAH                                                       PASANGAN
                              KURIKULUM
                              ALTERNATIF




                                WAKA
                               SEKOLAH




                                               KURIKULUM
                                           TERSTANDAR YANG
                                             DILAKSANAKAN




                                                                          29
Gambar 6. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif
             di SMK Mikail Surakarta



                              KELOMPOK GURU
                            PRODUKTIF PROGRAM
                          KEAHLIAN MESIN PERKAKAS




     KTSP MAPEL                     ATMI                     INDUSTRI
     ADAFTIF DAN                 SURAKARTA                     MILIK
      PRODUKTIF                                              YAYASAN
                                                               MIKAIL




KUNJUNGAN
KE INDUSTRI                                                   KEPALA
PERMESINAN                   KURIKULUM                       SEKOLAH
                             ALTERNATIF




                                 WAKA
                                SEKOLAH




                                 KURIKULUM TERSTANDAR
                                   YANG DILAKSANAKAN




                                                                             30
b. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Beberapa SMK Negeri
  di Jawa Tengah
  1) Kasus SMK Mikail Surakarta
          Di SMK Mikael, pengembangan kurikulum tidak dilakukan dengan
     industri di luar kampus. Artinya sinkronisasi kurikulum dilakukan secara
     internal bersama-sama dengan ATMI. Di kampus ini, sekolah mempunyai
     perusahaan atau industri, lazim disebut juga sebagai ”unit produksi”. Unit
     produksi yang sifatnya sudah pabrikasi ini mengerjakan order dari luar.
     Pekerjaaanya   berkisar pada    produk-produk mesin industri beserta
     komponen-komposekolah secara otomatis dapat langsung terserap, sehingga
     SMK Mikael tidak harus membutuhkan masukan dari industri di luar unit
     produksinya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, SMK Mikael
     melakukan sinkronisasi secara tidak langsung yaitu pada saat mereka
     berkunjung di Pabrik Rokok Gudang Garam, yaitu bahwa siswa-siswa
     mereka seharusnya belajar juga mengenai kelistrikan industri. Masukan ini
     diakomodasikan di dalam kurikulum, yang saat ini sudah diajarkan di SMK
     Mikael.
          SMK Mikael Solo memiliki unit produksi yang terintegrasi dengan
     pembelajaran mata pelajaran produktif di sekolah. Sejak 2002 sekolah
     memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Standar Internasional ISO
     9001-2000. Sekolah juga dipercaya menjadi Sister dari Indonesian German
     Institute (IGI) untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia di
     Indonesia melalui Program Pendidikan SMK dan Social Grassroot Training
     Center (SGTC). Di samping itu sekolah memiliki tim penjamin mutu, yaitu
     Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI). SMK yang mempunyai kerjasama
     dengan dunia usaha dan industri, unit produksi, sistem manajemen mutu
     standar internasional ISO
          Siswa SMK Mikael tidak ada pemagangan layaknya SMK negeri atau
     swasta yang lain. Saat ini pemagangan disebut sebagai kegiatan Prakerin
     (Praktik Kerja Industri). Siswa SMK Mikael melaksanakan Prakerin di unit
     produksi sekolah yang mekanismenya adalah 5 siswa dikirim ke unit
     produksi selama tiga minggu, setelah itu ganti kelompok berikutnya sebesar




                                                                            31
5 siswa juga selama tiga minggu. Pelaksanaan Prakerin seperti ini disebut
  sebagai sistem blok, yaitu 3 minggu di unit produksi dan selanjutnya di
  kelas teori.


2) Kasus SMK Cilacap, Pati, Tegal, Magelang dan Kudus
        Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Cilacap,
  SMKN 2 Pati, SMKN 2 Slawi , keahlian otomotif di SMKN 1 Magelang
  dan SMKN 2 Kudus di lakukan pada semester pertama di kelas tiga selama
  tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua
  tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan
  tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan
  jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri.
        Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
  pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di
  sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman
  kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa
  pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,
  keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan
  dilaksanakan selama dua hari.
        Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke
  industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat
  prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. PERMIKO Cilacap, PT.
  Karya Hidup Sentosa (KHS) Yogyakarta, PT. Saka Nusantara Cilacap, CV.
  Sederhana Cilacap, bengkel bubut Prima Teknik Cilacap, PT. Safari Jaya
  Cilacap, CV. Bubut Batas Jaya Cilacap, PT. Katshiro Indonesia jakarta, PT.
  Sinar Pratama CilacapBengkel bubut Men Jaya Purbalingga, PT. Daihatsu
  Motor Pati, PT. NIKOO MAS Cikarang, PT. Komatsu Cikarang, PT.
  Polytron Kudus, Pabrik Kacang Garuda Pati, pabrik pengecoran logam di
  Adiwerna Kabupaten Tegal, dan Karoseri New Armada Magelang
  Di bawah ini disajikan Gambar IV.4 tentang pola pelaksanaan Prakerin yang
  diterapkan di SMKN 2 Cilacap, SMKN 2 Pati dan SMKN 2 Slawi, SMKN 1
  Magelang dan SMKN 2 Kudus.




                                                                             32
Gambar 7. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK N 2 Cilacap,
          SMK N 2 Pati, SMK N 2 Slawi, SMKN 1 Magelang dan SMKN
          2 Kudus tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008
               I           II          III
                (1)          (1)          (3c)
                (2)          (2)
                (3a)         (3a)         (1)
                (3b)         (3b)         (2)


         Pada tahun ajaran 2008/2009, khusus untuk SMKN 2 Cilacap pola
   pelaksanaan prakerin diubah menjadi empat gelombang, yaitu gelombang
   pertama pada tanggal 30 Juni 2008 sampai dengan 27 September 2008,
   gelombang kedua 29 September 2008 sampai dengan 27 Desember 2008,
   gelombang ketiga 29 Desember 2008 sampai dengan Maret 2009, serta
   gelombang keempat 30 Maret 2009 sampai dengan 27 Juni 2009. Pola
   penyelenggaraannya seperti tersaji dalam Gambar 8. di bawah ini.
Gambar 8. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Cilacap
          tahun ajaran 2008/2009
                  I          II           III
                (1)          (3c)         (1)
                (2)          (3c)         (2)
                (3a)         (1)          (3a)
                (3b)         (2)          (3b)


         Prakerin dilaksanakan sejak kelas dua, yaitu pada bulan Desember
   sampai dengan bulan Juni bergantian, artinya diadakan dua gelombang yaitu
   Desember sampai dengan Maret dan Maret sampai dengan Juni. Prakerin
   dibimbing oleh tiga sampai dengan empat guru pembimbing, yaitu satu
   koordinator dan dua atau tiga gur pembimbing yang berasal dari kelompok
   Kerja PSG (Pendidikan Sistem Ganda).
         Guru pembimbing melaksanakan monitoring lazimnya dilakukan dua
   kali, untuk tempat prakerin yang jauh, misalnya Jakarta dan Yogyakarta
   dilakukan sekali. Monitoring dilakukan untuk mengamati permasalahan
   siswa di industri, hal in lebih ke permasalahan mental dan psikologis siswa.



                                                                            33
Evaluasi kemampuan siswa di industri diserahkan langsung kepada
  pembimbing lapangan. Dalam hal ini industri atau perusahaan sudah
  mempunyai format penilaian masing-masing yang tidak jauh dari tuntutan
  sekolah. Bagi industri yang belum memiliki format penilaian, biasanya
  menggunakan format yang dimiliki oleh sekolah yang merujuk kepada buku
  panduan penyelenggraan prakerin dari Direktorat pendidikan Menengah
  Kejuruan.


3) Kasus SMKN 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal
          Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik perkayuan SMKN 2
  Salatiga dan SMKN 2 Kendal di lakukan pada semester pertama di kelas
  tiga selama tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan
  dalam dua tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan
  September; dan tahap kedua bulan November sampai dengan Januari.
  Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara
  sekolah dengan industri.
          Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
  pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di
  sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman
  kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa
  pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,
  keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan
  dilaksanakan selama dua hari.
          Pelaksanaan prakerin di SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal untuk
  program keahlian teknik perkayuan menggunakan sistem blok. Artinya
  siswa selama tiga bulan berada di industri perkayuan, tidak ada kegiatan
  pembalajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri, lazimnya adalah
  kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang diperoleh di industri
  tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah, sehingga diharapkan
  keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah masa tiga bulan terpenuhi
  siswa    dikembalikan ke    sekolah.   Di   bawah ini    disajikan model




                                                                          34
penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian teknik
    perkayuan SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal.
         Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali
    selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses
    pembelajaran di industri. Di samping itu pembimbing dari sekolah biasanya
    menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri, ada
    permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah menanyak
    hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya mengalami
    permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru pembimbing
    tidak mempunyai wewenang membarikan penilaian keterampilan siswa.
    Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri.
Gambar 9. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Salatiga
          dan SMKN 2 Kendal program keahlian Teknik Perkayuan
                  I            II          III
                 (1)          (1)         (3c)
                 (2)          (2)          (1)
                 (3a)        (3a)          (2)
                (3b)         (3b)       (3a) dan
                                          (3b)


         Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan
    dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi.
    Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di
    industri. Misalnya untuk industri yang bergerak di bidang permebelan,
    kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa menggunakan
    kerja bangku dan mesin. Di samping itu diberikan juga penilaian mengenai
    menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini
    dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan
    kepada sekolah.
         Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat
    laporan pelaksanaan prakerin di industri. Setelah laporan jadi, selanjutnya
    siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa memperoleh
    hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa merupakan



                                                                            35
rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari
  pembimbing lapangan.


4) Kasus di SMK TELKOM Sandhy Putra Purwokerto
       Berdasarkan naskah perjanjian kerjasama yang tertuang dalam
  perjanjian kerjasama antara PT. TELKOM dengan Yayasan Sandhykara
  Putra Telkom (YSPT) No. Tel.518/PD000/SDM-23/1999 dan nomor:
  01/PDD/DPP-YSPT, tanggal 2 November 1999, tentang Pelaksanaan
  Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yang mana PT. TELKOM sebagai salah
  satu institusi pasangan dan telah sepakat mengikat diri untuk membantu
  penyelenggaraan/pengelolaan    pendidikan    SMK    TELKOM,       sehingga
  pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan cara Praktik kerja
  Industri dapat terwujud.
       Tujuan Umum PSG di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto
  adalah: (1) menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian profesional yaitu
  lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos kerjasama
  dengan tuntutan lapangan kerja yang makin kompetitif; (2) keterkaitan dan
  kesepadanan (Link and Match) antara sekolah dengan dunia usaha atau
  industri dapat tercapai; (3) meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
  pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional; dan
  (4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
  sebagai bagian dari proses pendidikan.
       Tujuan khusus adalah (1) mempersiapkan siswa untuk belajar, bekerja
  mandiri, bekerjasama dalam bentuk tim dan mengembangkan potensi dan
  kreativitas sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing; (2)
  meningkatkan status dan kepribadian siswa sehingga mampu berorientasi,
  berkomunikasi dan meiliki rasa tanggungjawab serta disiplin yang tinggi;
  dan (3) memberi kesempatan bagi siswa yang berpotensi untuk menjadi
  tenaga terampil dan produktif berdasarkan pengakuan standar profesi.
       Kerjasama antara SMK dengan dunia industri dan usaha dilaksanakan
  dalam prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk
  keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan PSG akan




                                                                          36
memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, seperti
dijelaskan beberapa paragraf di bawah ini.
        Nilai tambah bagi industri atau perusahaan adalah (1) industri dapat
mengenal kualitas peserta PSG yang belajar dan bekerja di perusahaannya;
(2) pada umumnya peserta PSG telah mengikuti proses produksi secara
aktif, sehingga pada penegertian tertentu peserta PSG adalah tenaga kerja
yang memberikan keuntungan; (3) selama proses pendidikan melalui kerja
di industri, peserta PSG lebih mudah diatur dalam al disiplin berupa
kepatuhan terhadap aturan industri, karena itu sokap peserta PSG dapat
dibentuk sesuai ciri khas tertentu dari perusahaan yang mana peserta
melaksanakan PSG; (4) industri dapat memberi tugas kepada peserta PSG
untuk mencari pengetahuan dan teknologi (sekolah) untuk kepentingan
perusahaan; dan (5) memberikan kepuasan bagi industri atau perusahaan
karena diakui ikut serta menentukan hari depan bangsa, melalui PSG.
        Nilai tambah bagi sekolah adalah (1) tujuan pendidikan untuk
memberi      keahlian     profesional   bagi    peserta   didik   lebih     terjamin
pencapaiannya; (2) terdapat kesesuaian yang lebih tinggi antara program
pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, hal ini sesuai dengan prinsip
link and match; (3) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan atau
sekolah karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang
bermakna, baik untuk kepentingan tamatan, industri, serta bangsa.
        Nilai tambah bagi peserta praktik PSG adalah (1) hasil belajar peserta
di industri akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul
memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf
hidup     dan   sebagai     bekal   untuk      mengembangkan      dirinya    secara
berkelanjutan; dan (2) keahlian profesional yang diperoleh dapat
mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan yang selanjutnya akan
mendorong siswa untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat
yang lebih tinggi.
        Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik informatika dan teknik
jaringan di lakukan pada semester pertama di kelas dua selama dua bulan
penuh di industri (Bulan Januari sampai dengan Februari). Prakerin lanjutan




                                                                                 37
dilaksanakan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh (Juli, Agustus, dan
          September). Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan
          antara sekolah dengan industri.
                Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
          pembekalan dari sekolah dan industri (PT. TELKOM). Biasanya kegiatan
          ini dilakukan di sekolah. Industri (PT. TELKOM) didatangkan ke sekolah
          untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka,
          serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu,
          disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan
          Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama tiga hari. Di bawah ini disajikan
          Tabel IV. 1. tentang materi pembekalan dalam rangka PSG di PT.
          TELKOM
        Tabel IV.1 Materi pembekalan dalam rangka PSG di PT. TELKOM
 No.      Hari ke-        Materi                                 Petugas
 1.       Pertama         1. Teknik pelaksanaan PSG              Sekolah
                          2. Pengantar umum tentang Teknik       PT. TELKOM
                             Jaringan dan Akses Pelanggan;
                          3. Pengantar umum tentang Teknik
                              Komputer Jaringan.                 PT. TELKOM
 2.       Kedua           1. Penyampaian project work untuk      Sekolah
                             proyek tugas akhir;
                          2. Etika pergaulan dan penyesuaian     Psikolog
                             diri di lingkungan kerja;
                          3. Penyampaian format penilaian PSG
                             dan pembagian surat pengantar       Sekolah
                             PSG
 3.       Ketiga          1. Pengarahan pelaksanaan PSG;         Kepala Sekolah
                          2. Pengenalan PT. TELKOM;              PT. TELKOM
                          3. Pembagian dan pengambilan surat     Sekolah
                             pengantar PSG.
Sumber: Program PSG SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto


                Pelaksanaan prakerin SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto untuk
          program keahlian teknik jaringan menggunakan sistem semi blok.
          Penyelenggaraan prakerin dibagi menjadi dua tahapan, yaitu yang pertama
          dilaksanakan pada kelas dua, di samping itu diadakan juga pada kelas tiga.
          Kelas dua dilaksanakan selama dua bulan, sedangkan kelas tiga
          dilaksanakan selama tiga bulan. Semi blok disini merupakan bentuk dari



                                                                                  38
pelaksanaan PSG tipe blok yang dimodifikasi, jika sistem blok pelaksanaan
   PSG dilakukan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh, maka semi blok
   merupakan modifikasinya. Dalam hal ini pada tahap pertama yang
   dilakukan di kelas dua siswa selama dua bulan berada di PT. TELKOM,
   tidak ada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri,
   lazimnya adalah kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang
   diperoleh di industri tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah,
   sehingga diharapkan keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah
   masa dua bulan terpenuhi siswa dikembalikan ke sekolah. Kegiatan ini
   diulangi lagi pada saat siswa kelas tiga, bahkan waktunya lebih lama lagi
   yaitu selama tiga bulan penuh di PT. TELKOM. Di bawah ini disajikan
   model penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian
   teknik jaringan di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto.


Gambar 10. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK Telkom
           Sandy Putra Purwokerto
            Klas I          Klas II         Klas III
                  (1)           (3c)              (1)
                                (3c)
                                 (1)
                  (2)            (2)             (2)
                 (3a)            (3a)            (3c)
                                                 (3c)
                                                 (3c)
                 (3b)            (3b)       (3a) dan (3b)

         Tata tertib siswa yang melaksanakan PSG di lingkungan Divre IV
   Jawa Tegah dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah (1) hari dan jam kerja
   praktik siswa disesuaikan dengan jam kerja pegawai yaitu untuk hari Senin
   sampai dengan Kamis mulai pukul 07.30 sampai dengan 17.00 WIB,
   sedangkan hari Jumat mulai pukul 08.00 sampai dengan 16.00, hari Sabtu
   libur; (2) siswa diharuskan memakai pakaian seragam OSIS atau pakaian
   kerja lapangan dan tidak diperkenankan memakai pakaian lain di luar
   pakain tersebut; (3) siswa diwajibkan menyerahkan laporan PSG dalam
   bentuk makalah, dibuat rangkap tiga; (4) siswa dilarang menyebarkan hasil




                                                                            39
laporan atau penelitiannya kepada pihak lain; (5) siswa di lokasi PSG harus
menandatangani surat pernyataan di atas materai Rp. 6000,-; (6)
menyerahkan dua lembar pas foto hitam putih ukuran 3x4; (7)
melaksanakan dan mengisi daftar hadir setiap hari serta diparaf oleh Kepala
Unit kerja atau pembimbing lapangan; (8) menjaga nama abaik sekolah,
selalu bersikap santun dan ramah terhadap sesama; dan (9) dilarang
menggunakan fasilitas atau sarana PT. TELKOM tanpa ijin, seperti telepon,
foto copy, komputer untuk kepentingan pribadi.
     Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali
selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses
pembelajaran di PT. TELKOM. Di samping itu pembimbing dari sekolah
biasanya menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri,
ada permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah
menanyakan hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya
mengalami permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru
pembimbing     tidak   mempunyai     wewenang     memberikan      penilaian
keterampilan siswa. Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri.
     Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan
dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi.
Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di
industri. Misalnya untuk PT. TELKOM yang bergerak di bidang jaringan,
kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa dalam bidang
sistem penyambungan kabel. Di samping itu diberikan juga penilaian
mengenai menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini
dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan
kepada sekolah.
     Aspek yang dinilai dalam laporan kemajuan siswa peserta PSG di PT.
TELKOM seperti tersaji dalam Tabel IV. 2 di bawah ini.




                                                                        40
Tabel IV.2. Aspek penilaian PSG siswa SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto
No.        Aspek yang                     Kriteria Penilaian                  Bobot
             Dinilai
1.      Disiplin             a. Ketentuan jam kerja                         40
                             b. Penggunaan pakaian seragam dan              30
                                atribut;
                             c. Sikap sopan santun                          30
                                 Sub Total                                  100
2.      Kerjasama            a. Kemampuan bekerjasama;                      40
                             b. Penyesuaian pendapat;                       30
                             c. Pertimbangan dan penerimaan usul            30
                                orang lain
                                 Sub Total                                  100
3.      Inisiatif            a. Mencari tata kerja baru;                    25
                             b. Pemberian saran yang baik;                  25
                             c. Mampu mengemukakan pendapat                 50
                                 Sub Total                                  100
4.      Kerajinan            a. Mempelajari setiap hal baru;                40
                             b. Membentu        pelaksanaan       tugas     30
                                kelompok;
                             c. Membantu        pelaksanaan       tugas     30
                                pembimbing
                                 Sub Total                                  100
5.      Tanggungjawab        a. Memelihara barang milik perusahaan;         40
                             b. Penyelesaian tugas sampai tuntas;           30
                             c. Tidak melempar tanggungjawab                30
                                 Sub Total                                  100
6.      Sikap                a. Keiklasan dalam melaksanakan tugas;         30
                             b. Penghargaan terhadap bidang tugas
                                orang lain;                                 30
                             c. Jujur dan bertanggungjawab                  40
                                 Sub Total                                  100
7.      Prestasi             a. Kesungguhan;                                30
                             b. Kecakapan;                                  30
                             c. Hasil kerja                                 40
                                 Sub Total                                  100
Sumber: Program PSG SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto


                Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat
         laporan pelaksanaan prakerin di PT. TELKOM Setelah laporan jadi,
         selanjutnya siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa
         memperoleh hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa
         merupakan rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari
         pembimbing lapangan.



                                                                                      41
5).Kasus SMKN 2 Klaten
       Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Klaten
  di lakukan pada semester kedua di kelas tiga selama tiga bulan penuh di
  industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
  pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan tahap kedua bulan
  November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan jam kerja
  disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri.
       Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN 2 Klaten dirancang
  dalam empat tahun. Klas satu sampai dengan klas tiga muatan kurikulumnya
  sama dengan Program Keahlian Mesin Perkakas di SMK tiga tahun. Pada
  kelas empat siswa melaksanakan prakerin di industri selama satu tahun, di
  samping Prakerin yang diadakan di kelas tiga. Pada siswa yang tidak
  memperoleh tempat Prakerin, atau mengikuti Prakerin tetapi sebelum masa
  satu tahun sudah selesai, maka SMK membekali mereka dengan praktik
  produktif hingga mencapai satu tahun. Pada akhir semester delapan siswa
  yang memiliki keterampilan kategori sangat baik, didaftarkan mengikuti
  ujian kompetensi di ATMI Surakarta. Biasanya jumlah peserta yang
  diikutsertakan ujian kompetensi sekiutar 10 siswa. Hal ini dilakukan, karena
  biaya untuk ujian kompetensi sangat besar untuk ukuran sekolah, yaitu per
  peserta adalah 1,5 juta rupiah. Jika pihak panitia ujian kompetensi dalam hal
  ini ATMI Surakarta meminta sekolah menyediakan mesin ujinya, maka
  jumlah pesertanya menjadi berkurang, karena jumlah mesin yang memenuhi
  syarat untuk ujian kompetensi hanya tiga unit. Pada tahun 2007 jumlah
  siswa yang lulus ujian kompetensi adalah tiga orang.
       Siswa yang mengikuti Prakerin selama di kelas empat di PT. KHS,
  biasanya memperoleh sertifikat yang setara dengan hasil ujian kompetensi.
  Namun demikian menurut guru SMKN 2 Klaten Program Keahlian Mesin
  Perkakas, kualitas sertifikat dari PT. KHS masih di bawah sertifikat yang
  diperoleh dari ATMI Surakarta. Selanjutnya dikatakan bahwa, nilai rata-rata
  hasil uji kompetensi dari ATMI sebesar 5,5 lebih dihargai dibanding nilai
  delapan atau sembilan yang diperoleh dari PT. KHS. Hal ini disebabkan




                                                                            42
industri tempat Prakerin merasa “hutang budi” kepada siswa karena sudah
   dibantu, sehingga ketika memberikan nilai dalam sertifikat cenderung tinggi
   yaitu antara delapan sampai dengan sembilan.
         Siswa yang melaksanakan Prakerin di sekolah juga memperoleh
   sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah. Hal ini sangat dimungkinkan,
   karena salah satu guru Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN2 Klaten
   telah memiliki sertifikat asesor sebagai penguji ujian kompetensi.
   Meskipun kualitas sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah masih kurang
   dihargai, namun dirasakan sangat berarti bagi siswa.
         Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
   pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di
   sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman
   kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa
   pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,
   keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan
   dilaksanakan selama dua hari.
         Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke
   industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat
   prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. Karya Hidup Sentosa
   (KHS) Yogyakarta, PT. Katshiro Indonesia jakarta. Pada tahun 2006, 2007
   siswa diberangkatkan dalam dua gelombang secara bersama-sama, namun
   pada tahun 2008 ini jumlah gelombang lebih banyak lagi, semua itu
   tergantung kepada industri pasangan. Di bawah ini disajikan gambar tentang
   pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMKN2 Klaten.
Gambar 11. Prakerin Model 1 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin
           di PT. KHS Gelombang pertama
            I        II           III         IV
            (1)      (1)          (1)         (3c)
            (2)      (2)          (2)
            (3a)     (3a)         (3c)
            (3b)     (3b)         (3b)




                                                                           43
Gambar 12. Prakerin Model 2 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin
                 di PT. KHS Gelombang kedua
                  I        II           III         IV
                  (1)      (1)          (1)         (3c)
                  (2)      (2)          (2)
                  (3a)     (3a)         (3b)
                  (3b)     (3b)         (3c)

 Gambar 13. Prakerin Model 3 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah
             dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah
                  I         II          III         IV
                  (1)       (1)         (1)         (3c)
                   (2)      (2)         (2)
                   (3a)     (3a)        (3c)
                   (3b)     (3b)        (3b)



  Gambar 14. Prakerin Model 4 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah
              dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah
                   I         II          III         IV
                   (1)       (1)         (1)         (3c)
                    (2)      (2)         (2)
                    (3a)     (3a)        (3b)
                    (3b)     (3b)        (3c)



Keterangan:
              :    Prakerin di industri


              :    Ujian kompetensi dengan ATMI atau dengan SMK 3


              :    Prakerin di industri atau di sekolah


                  Pada saat kelas tiga, semua siswa mengikuti Ujian Nasional (UN).
          Jadi UN tidak dilaksanakan pada klas empat. Pada kelas tiga itulah siswa
          memperoleh ijasah atau STTB, namun demikian mereka belum dianggap
          tamat, sebab masih ada waktu satu tahun untuk menyelesaikan studi di
          Program Keahlian Mesin perkakas. Pada tahun keempat itulah mereka
          melaksanakan Prakerin yang kedua, sedapat mungkin sampai memperoleh




                                                                                    44
sertifikat kompetensi dari industri ataupun dari lembaga tempat uji
      kompetensi, misalnya ATMI Surakarta.


3. JUMLAH DAN KEMAMPUAN LULUSAN SMK DI JAWA TENGAH
 a. Kasus SMK St. Mikail Surakarta
        Di SMK Mikael Solo tingkat angka mengulang kelas sebesar 0,8% dan
   terjadi pada tahun pelajaran 2005/2006, sedangkan pada tahun pelajaran
   2004/2005 dan 2006/2007 angka mengulang kelas nol persen. Nilai rerata UN
   Bahasa Inggris tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007)
   berturut-turut 6,82; 8,04; dan 8,29. Nilai rerata UN untuk mata pelajaran
   Matematika tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007)
   berturut-turut 7,75; 7,68; dan 8,23. Persentase lulusan empat tahun terakhir
   (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-turut 95%; 97,5%; 100%; dan 100%.
   Dengan demikian angka pengulang kelas, jumlah DO, nilai UN, dan jumlah
   lulusan yang demikian di kedua sekolah tersebut menjadi salah satu good
   practice dan ciri keberhasilan pengelolaan SMK bertaraf internasional.
        Di SMK Mikael Solo jumlah lulusan empat tahun terakhir (2004, 2005,
   2006, dan 2007) yang mengisi kesempatan kerja sesuai dengan program
   studinya berturut-turut sebanyak 43 orang, 57 orang, 59 orang, 60 orang.
   Sisanya lebih kurang 50% lulusan dari tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007
   melanjutkan ke perguruan tinggi. Mayoritas ke Akademik Teknik Mesin dan
   Industri (ATMI) Solo, Universitas Sanata Dharma, Atmajaya Yogyakarta, dan
   sejumlah perguruan tinggi negeri. Masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan
   pertama maksimal 1-3 bulan. Di samping itu permintaan tenaga kerja oleh
   industri selama empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-
   turut 42 orang, 50 orang, 43 orang, dan 50 orang. Dari permintaan tersebut
   hanya dapat dipenuhi sebanyak 10 orang, 16 orang, 13 orang, dan 15 orang,
   sehingga terdapat surplus permintaan sebesar 32 orang, 34 orang, 30 orang,
   dan 35 orang tenaga kerja. Dengan demikian banyaknya lulusan yang terserap
   oleh dunia kerja, surplus permintaan tenaga kerja, dan masa tunggu yang relatif
   pendek untuk mendapatkan pekerjaan pertama merupakan good practice
   pengelolaan SMK bertaraf internasional.




                                                                               45
b. Kasus SMKN 2 Cilacap
              Gambaran kemampuan lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap dapat diprediksi
        dari data lulusan, serta status kelulusannya. Di bawah ini disajikan Tabel IV.
        Tentang data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005;
        2005/2006; dan 2006/2007.
    Tabel IV.3. Data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005;
                2005/2006; dan 2006/2007
  No.      Tahun        Jumlah     Jumlah              Status Pekerjaan
         Pelajaran      Peserta    Lulusan    Dikontrak     Bekerja    Tidak tahu
                         Ujian                 sebelum      Setelah
                                                 lulus       Lulus
 1.    2004/2005       395       393 (99,5) 116 (29,5) 132 (33,6) 145
 2.      2005/2006        400          396 (99)        67 (16,9)   101 (25,5)   228
 3.      2006/2007        397          394             97 (24,6)   2 (0,5)      295
                                       (99,25)
Sumber: Data lulusan SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2007
              Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah lulusan berturut-turut
        mulai tahun 2004 sampai dengan 2007 adalah 99,5%; 99% dan 99,25%, ini
        berarti bahwa terdapat fluktuasi prosentase jumlah lulusan, meskipun
        fluktuasinya sangat kecil. Meskipun demikian prosentase jumlah siswa yang
        lulus dibandingkan angka kelulusan Propinsi Jawa Tengah adalah lebih besar,
        sebab tahun 2005/2006 (99%>87,46%), serta tahun pelajaran 2006/2007
        (99,25%>91,88%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di
        SMK Negeri 2 Cilacap relatif baik.
              Berdasarkan tabel di atas nampak juga bahwa prosentase siswa yang
        dikontrak bekerja di industri terjadi fluktuasi yaitu naik turun antara tahun
        2004 sampai dengan 2007. Secara agregatif nampak bahwa pada tahun
        2004/2005 lulusan yang dikontrak bekerja di industri sebesar 29,5%, sementara
        lulusan tahun pelajaran 2005/2006 menurun menjadi 16,9% serta pada tahun
        pelajaran 2006/2007 naik lagi menjadi 24,6%. Hal ini selaras dengan kondisi
        industri di bidang rekayasa yang berfluktuatif antara tahun 2004 sampai dengan
        2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan sekolah dalam
        berkomunikasi dengan industri terjadi cukup baik, sehingga belum lulus pun
        siswa sudah banyak yang dikontrak oleh industri.




                                                                                      46
Secara kasus per kasus, di alinea di bawah ini akan disajikan dinamika
perekrutan tenaga kerja yang dilakukan oleh BKK SMK Negeri 2 Cilacap.
Sebanyak 310 siswa kelas III Bidang Keahlian Teknik Mesin dan Listrik dari
SMK negeri dan SMK swasta di Kabupaten Cilacap mengikuti seleksi calon
karyawan yang diselenggarakan perusahaan shock absorber PT Showa
Indonesia MFG Industri.Seleksi yang berlangsung di aula SMK Negeri 2 Jl
Budi Utomo 8, Cilacap itu dilaksanakan secara ketat. Setiap siswa harus
mengikuti ujin tertulis sesuai dengan bidang keahliannya, tes fisik, sikap
mental, dan penampilan. Selain itu, setiap peserta juga harus memenuhi
persyaratan bebas narkoba, tidak bertato, dan tidak ada lubang tindik di
telinganya. Seleksi berlangsung selama dua hari dan baru berakhir Rabu petang
31 Maret 2008. Selain diikuti 310 siswa kelas III, proses seleksi calon
karyawan PT Showa Indonesia MG Industri juga diikuti 28 alumni SMK
Negeri 2 Cilacap. Peserta sebanyak itu yang dinyatakan lolos seleksi 106 anak.
''Mereka sekarang hanya tinggal mengikuti medical test. Dalam usianya yang
masih muda, saya kira mereka akan lolos medical test semua,'' kata
Koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 2 Cilacap, Sudirman
SPd.
       Sampai tahun 2008 sudah ada lima perusahaan yang mengadakan seleksi
calon karyawan bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 2. Yaitu, PT Paraso,
PT Astra Motor, PT Berjaya Bintang Samudera, PT Kinoria Gayu Mukti, dan
PT Showa Indonesia MFG Industri. Jumlah siswa yang telah berhasil direkrut
sebagai karyawan di perusahaan tersebut sebanyak 414 anak yang terdiri atas
243 siswa kelas III yang belum lulus dan 171 alumni. ''Lima orang yang lulus
seleksi yang diadakan oleh PT Berjaya Bintang Samudera akan dipekerjakan di
Jepang. Mereka seluruhnya berasa dari Program Keahlian Nautika Perikanan
Laut,'' katanya.
       BKK SMK Negeri 2 Cilacap, mulai melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga dalam hal penyaluran lulusan SMK sejak 2001. Sampai saat ini jumlah
lulusan SMK, baik negeri maupun swasta, yang telah berhasil ditempatkan di
sejumlah industri di Jakarta 1.913 orang. Dari jumlah itu, 782 di antaranya dari
SMK Negeri 2 Cilacap. Kepala SMK Negeri 2 Drs H Kisyamto MM




                                                                             47
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA
PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA

More Related Content

What's hot

Artikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetArtikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetSiti Hany
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalHayati Mustaffa
 
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalPeranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalSherly Jewinly
 
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...Mohamed Nazul Ismail
 
13 (KV Sandakan Pendidikan TVET untuk Pembangunan Negara)
13 (KV Sandakan Pendidikan  TVET untuk Pembangunan Negara)13 (KV Sandakan Pendidikan  TVET untuk Pembangunan Negara)
13 (KV Sandakan Pendidikan TVET untuk Pembangunan Negara)Mohamed Nazul Ismail
 
Review Jurnal Pendidikan Kejuruan
Review Jurnal Pendidikan KejuruanReview Jurnal Pendidikan Kejuruan
Review Jurnal Pendidikan KejuruanNandar Asnandar
 
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015 seminar um magelang
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015  seminar um magelangPendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015  seminar um magelang
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015 seminar um magelangKemdikbud
 
Program Teaching Factory SMK
Program Teaching Factory SMKProgram Teaching Factory SMK
Program Teaching Factory SMKThe World Bank
 
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compress
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compressKebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compress
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compressThe World Bank
 
Pusat Kecemerlangan Teknik & Vokasional
Pusat Kecemerlangan Teknik & VokasionalPusat Kecemerlangan Teknik & Vokasional
Pusat Kecemerlangan Teknik & VokasionalMohamed Nazul Ismail
 
Kebijakan pembinaan smk 2017 (rakor lsp, 140317)
Kebijakan pembinaan smk  2017  (rakor lsp, 140317)Kebijakan pembinaan smk  2017  (rakor lsp, 140317)
Kebijakan pembinaan smk 2017 (rakor lsp, 140317)The World Bank
 
CERAMAH PROFESIONAL PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL
CERAMAH PROFESIONAL  PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL CERAMAH PROFESIONAL  PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL
CERAMAH PROFESIONAL PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL Mohamed Nazul Ismail
 

What's hot (19)

Artikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvetArtikel multimedia dlm tvet
Artikel multimedia dlm tvet
 
42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi
 
Teknik & vokasional
Teknik & vokasionalTeknik & vokasional
Teknik & vokasional
 
Transformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasionalTransformasi pendidikan vokasional
Transformasi pendidikan vokasional
 
Outreach Kemasukan ke Kolej Vokasional
Outreach Kemasukan ke Kolej VokasionalOutreach Kemasukan ke Kolej Vokasional
Outreach Kemasukan ke Kolej Vokasional
 
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan VokasionalPeranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
Peranan dan Fungsi Pendidikan Teknik dan Vokasional
 
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...PENDIDIKAN DAN LATIHAN  TEKNIK AL DAN VOKASIONAL  (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
PENDIDIKAN DAN LATIHAN TEKNIK AL DAN VOKASIONAL (TVET) DAN IPGK TEKNIK DIPE...
 
13 (KV Sandakan Pendidikan TVET untuk Pembangunan Negara)
13 (KV Sandakan Pendidikan  TVET untuk Pembangunan Negara)13 (KV Sandakan Pendidikan  TVET untuk Pembangunan Negara)
13 (KV Sandakan Pendidikan TVET untuk Pembangunan Negara)
 
Penerangan Kolej Vokasional 2011
Penerangan Kolej Vokasional 2011Penerangan Kolej Vokasional 2011
Penerangan Kolej Vokasional 2011
 
Review Jurnal Pendidikan Kejuruan
Review Jurnal Pendidikan KejuruanReview Jurnal Pendidikan Kejuruan
Review Jurnal Pendidikan Kejuruan
 
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015 seminar um magelang
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015  seminar um magelangPendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015  seminar um magelang
Pendidikan vokasi meenjelang diberlakukannya mea 2015 seminar um magelang
 
Spekrum Agustus 2016
Spekrum Agustus 2016 Spekrum Agustus 2016
Spekrum Agustus 2016
 
PAV
PAVPAV
PAV
 
Program Teaching Factory SMK
Program Teaching Factory SMKProgram Teaching Factory SMK
Program Teaching Factory SMK
 
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compress
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compressKebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compress
Kebijakan pengembangan pendidikan kejuruan (its, 23 nov 2016) compress
 
Proposal smk
Proposal smkProposal smk
Proposal smk
 
Pusat Kecemerlangan Teknik & Vokasional
Pusat Kecemerlangan Teknik & VokasionalPusat Kecemerlangan Teknik & Vokasional
Pusat Kecemerlangan Teknik & Vokasional
 
Kebijakan pembinaan smk 2017 (rakor lsp, 140317)
Kebijakan pembinaan smk  2017  (rakor lsp, 140317)Kebijakan pembinaan smk  2017  (rakor lsp, 140317)
Kebijakan pembinaan smk 2017 (rakor lsp, 140317)
 
CERAMAH PROFESIONAL PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL
CERAMAH PROFESIONAL  PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL CERAMAH PROFESIONAL  PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL
CERAMAH PROFESIONAL PROGRAM PERSEDIAAN SKM 4/SKM 5 PENSYARAH KOLEJ VOKASIONAL
 

Viewers also liked

Contoh laporan prakerin tkj
Contoh laporan prakerin tkjContoh laporan prakerin tkj
Contoh laporan prakerin tkjALI FIKRI
 
Mpkk1 pengetahuan dan paradigma
Mpkk1 pengetahuan dan paradigmaMpkk1 pengetahuan dan paradigma
Mpkk1 pengetahuan dan paradigmadantihp
 
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb v
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb vBuku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb v
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb vYgrex Thebygdanns
 
Analisis Kinerja
Analisis KinerjaAnalisis Kinerja
Analisis KinerjaIgor Wijaya
 
Absensi kerja praktek
Absensi kerja praktekAbsensi kerja praktek
Absensi kerja praktekAkbar Aska
 
Panduan Penilaian untuk SMK
Panduan Penilaian untuk SMKPanduan Penilaian untuk SMK
Panduan Penilaian untuk SMKAKHMAD SUDRAJAT
 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkKhotibul Umam
 
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014SMK YZA 2 KOTA BOGOR
 
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 Randudongkal
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 RandudongkalPedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 Randudongkal
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 RandudongkalYosi M. Giri
 
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015Syahfiral Syamsuar
 
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekLaporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekElis Wahyuni
 
Sk panitia prakerin 2016
Sk panitia prakerin 2016Sk panitia prakerin 2016
Sk panitia prakerin 2016SMK
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...dian haryanto
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahWARGA SALAPAN
 
Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Andi Suhandi
 
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)Karina Natallia
 

Viewers also liked (20)

Contoh laporan prakerin tkj
Contoh laporan prakerin tkjContoh laporan prakerin tkj
Contoh laporan prakerin tkj
 
Sertifikat prakerin
Sertifikat prakerinSertifikat prakerin
Sertifikat prakerin
 
Mpkk1 pengetahuan dan paradigma
Mpkk1 pengetahuan dan paradigmaMpkk1 pengetahuan dan paradigma
Mpkk1 pengetahuan dan paradigma
 
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb v
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb vBuku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb v
Buku pedoman pkl smmk terpadu lampang 2 colom wb v
 
Analisis Kinerja
Analisis KinerjaAnalisis Kinerja
Analisis Kinerja
 
Absensi kerja praktek
Absensi kerja praktekAbsensi kerja praktek
Absensi kerja praktek
 
Panduan Penilaian untuk SMK
Panduan Penilaian untuk SMKPanduan Penilaian untuk SMK
Panduan Penilaian untuk SMK
 
Sistem penilaian smk
Sistem penilaian smkSistem penilaian smk
Sistem penilaian smk
 
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smkPanduan penilaian kurikulum 2013 smk
Panduan penilaian kurikulum 2013 smk
 
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014
Instrumen pendukung akreditasi tkr smk yza 2 bogor 2014
 
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 Randudongkal
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 RandudongkalPedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 Randudongkal
Pedoman Laporan Prakerin SMK PGRI 3 Randudongkal
 
Susunan proposl-pkpkm-13-fix
Susunan proposl-pkpkm-13-fixSusunan proposl-pkpkm-13-fix
Susunan proposl-pkpkm-13-fix
 
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 pada SMK sesuai Permendikbud No 53 Thn 2015
 
Laporan Kerja Praktek
Laporan Kerja PraktekLaporan Kerja Praktek
Laporan Kerja Praktek
 
Sk panitia prakerin 2016
Sk panitia prakerin 2016Sk panitia prakerin 2016
Sk panitia prakerin 2016
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI JURUSAN MESIN PRODUKSI SMKN 2 PEKANBARU T.A 20...
 
Penilaian praktek kerja industri
Penilaian praktek kerja industriPenilaian praktek kerja industri
Penilaian praktek kerja industri
 
Contoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen SekolahContoh Manajemen Sekolah
Contoh Manajemen Sekolah
 
Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015Laporan Prakerin 2014 2015
Laporan Prakerin 2014 2015
 
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)
Laporan Prakerin Kelompok 7 (Vers. 1)
 

Similar to PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA

42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi8flames
 
13 kumpul abstrak pkj-s2-2
13 kumpul abstrak pkj-s2-213 kumpul abstrak pkj-s2-2
13 kumpul abstrak pkj-s2-2Eko Wijayanto
 
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_pptDavid Sigalingging
 
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDwiMaulanaKristantod
 
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptxBsIsmail1
 
bahan PT pendamping SMK PK.pptx
bahan PT pendamping SMK PK.pptxbahan PT pendamping SMK PK.pptx
bahan PT pendamping SMK PK.pptxssuser82aac4
 
Potensi lulusan smk kota semarang 2009
Potensi lulusan smk kota semarang 2009Potensi lulusan smk kota semarang 2009
Potensi lulusan smk kota semarang 2009dewi1995
 
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smk
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smkAnalisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smk
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smkBudi Setiawan
 
Growth mindset change.pptx
Growth mindset change.pptxGrowth mindset change.pptx
Growth mindset change.pptxssuser89d628
 
Teknik pemenfaatan tenaga listrik
Teknik pemenfaatan tenaga listrikTeknik pemenfaatan tenaga listrik
Teknik pemenfaatan tenaga listrikdianekaputra
 
Proposal penguji ukk
Proposal penguji ukkProposal penguji ukk
Proposal penguji ukktyaswahyu
 
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2Fakli Anrawansyah
 
PROGRAM LINK AND MATCH.docx
PROGRAM LINK AND MATCH.docxPROGRAM LINK AND MATCH.docx
PROGRAM LINK AND MATCH.docxDEWINOVIYATI1
 
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah unWinarto Winartoap
 
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah unWinarto Winartoap
 
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.doc
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.docProposal bantuan pemerintahKelas Industri.doc
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.docMikoKeefe1
 

Similar to PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA (20)

42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi42961737 2-2-edi
42961737 2-2-edi
 
13 kumpul abstrak pkj-s2-2
13 kumpul abstrak pkj-s2-213 kumpul abstrak pkj-s2-2
13 kumpul abstrak pkj-s2-2
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt
39 178 edi_fakhri_s.s_m.sos_ppt
 
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptxDWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
DWI MAULANA K_Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.pptx
 
PIMA(MBK)
PIMA(MBK)PIMA(MBK)
PIMA(MBK)
 
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx
1. SMK PUSAT KEUNGGULAN.pptx
 
bahan PT pendamping SMK PK.pptx
bahan PT pendamping SMK PK.pptxbahan PT pendamping SMK PK.pptx
bahan PT pendamping SMK PK.pptx
 
Potensi lulusan smk kota semarang 2009
Potensi lulusan smk kota semarang 2009Potensi lulusan smk kota semarang 2009
Potensi lulusan smk kota semarang 2009
 
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smk
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smkAnalisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smk
Analisis kebutuhan dalam perencanaan atau pengembangan bengkel otomotif di smk
 
Growth mindset change.pptx
Growth mindset change.pptxGrowth mindset change.pptx
Growth mindset change.pptx
 
Teknik pemenfaatan tenaga listrik
Teknik pemenfaatan tenaga listrikTeknik pemenfaatan tenaga listrik
Teknik pemenfaatan tenaga listrik
 
Proposal penguji ukk
Proposal penguji ukkProposal penguji ukk
Proposal penguji ukk
 
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2
Tek pemanf-tenaga-lstrk-jilid-2
 
PROGRAM LINK AND MATCH.docx
PROGRAM LINK AND MATCH.docxPROGRAM LINK AND MATCH.docx
PROGRAM LINK AND MATCH.docx
 
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
 
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
33 dk-2014 penggandaan dan pengiriman naskah un
 
Jurnal antony baru
Jurnal antony baruJurnal antony baru
Jurnal antony baru
 
Pivote ivan
Pivote ivanPivote ivan
Pivote ivan
 
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.doc
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.docProposal bantuan pemerintahKelas Industri.doc
Proposal bantuan pemerintahKelas Industri.doc
 

PENDIDIKAN DAN LAPANGAN KERJA

  • 1. LAPORAN PENELITIAN TENTANG KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN PENYEDIAAN LAPANGAN KERJA DI JAWA TENGAH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TENGAH 2008
  • 2. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: (1) Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa PELMO; (2) Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (4) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; serta (5) Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK di Jawa Tengah rata-rata menggunakan sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan tidak sepenuhnya model blok atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. (2) Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai dengan 100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja yang cocok dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,; masa tunggu mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya; (3) Lulusan SMK PELMO yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin perkakas manual, operator mesin CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam serta telematika atau ICT, di samping itu di butuhkan soft skill berupa ketekunan, komitmen, disiplin, serta kemampuan bekerjasama (team work); (4) Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas Akhir (PTA), serta uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari pelaksanaan Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai pelengkap Ujian Nasional. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan bekal tambahan siswa dalam rangka melamar pekerjaan. Rekomendasi yang dapat diberikan : (1) Penyelarasan kurikulum (2) Tugas Akhir (TA) disusun di tempat prakerin dengan mengamati salah satu permasalahan di industri dan diuji dengan melibatkan pihak industri (3) Komunikasi antara BKK, Disnakertrans dan Dinas Pendidikan perlu ditingkatkan kembali. Rekomendasi untuk sekolah : (1) bahwa penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan dilaksnakan secara fleksibel, tidak perlu mengikuti kelaziman, untuk mengoptimalkan pemanfaatan bengkel (2) Model magang untuk SMK Negeri dapat menggunakan block release modifikasi (3) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan industri dan asosiasi yang kompeten; (4) Memberdayakan semua komponen sekolah kearah pencapaian visi dan misi sekolah. Rekomendasi untuk pemerintah (1) Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri (2) Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam bidang keterampilan produktif. Kata kunci : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); PELMO; Penyerapan Tenaga Kerja 1
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan kejuruan, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini memasuki fase penting, yaitu fase lulusan pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah regional Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun Asean Free Labor Association (AFLA). Untuk ini upaya yang harus dilakukan adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal mungkin dalam sektor pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan program pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan, pengembangan evaluasi serta sertifikasi (Suryadi,1999 ) Isu penting yang harus selalu dikedepankan dalam konteks ini adalah seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) sejalan dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha maupun industri. Dalam bahasa yang populer, seberapa besar dan kuat “link and match” antara keduanya. Jika pertanyaan mendasar ini terjawab, maka pada dasarnya bentuk pendidikan kejuruan apapun akan sangat ”matching” dan mendukung kebutuhan dunia usaha atau industri, khususnya dalam penyediaan lulusan yang terampil. Fakta di lapangan saat ini mengindikasikan bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya sendiri, di sisi lain dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa kualitas tenaga (lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan. Gejala “mismatch” antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia usaha/industri, pada akhirnya melahirkan lulusan “underqualified”. Keadaan seperti ini sudah cukup lama terjadi, bahkan sampai saat ini (Samsudi, 2004). Gejala “mismatch” antara program keahlian SMK di Jawa Tengah dengan dunia usaha/industri saat ini masih juga dirasakan, termasuk program keahlian Perkayuan, Elektronika dan Listrik, Mesin, serta Otomotif (Samsudi, 2004)., 2
  • 4. Program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah merupakan unggulan, hal ini dibuktikan dengan ditetapkannya program keahlian ini sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) oleh Depdiknas. Gejala di atas memperlihatkan adanya paradoks antara penetapan program keahlian unggulan dengan fakta adanya “mismatch”, sehingga muncul pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya kualitas penyelenggaraan pendidikan program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah?. Data program keahlian yang menjadi unggulan SMK di Jawa Tengah seperti tersaji dalam Tabel I.1 di bawah ini. Tabel I.1 Data program keahlian unggulan SMK RSBI Tahun 2007 No Propinsi Kab. / Kota SMK Program Unggulan 1. Jawa Tengah Kota Salatiga SMKN 2 a. Mekanik Otomotif Salatiga b. Elektronika Industri c. Perkayuan 2. Jawa Tengah Kabupaten Tegal SMKN 1 Mekanik otomotif Adiwerna Tegal 3. Jawa Tengah Kota Surakarta SMKN 5 Mesin Perkakas Surakarta 4. Jawa Tengah Kabupaten SMK Muh. a. Otomotif Kudus Kudus b. TKJ 5. Jawa Tengah Kabupaten SMK Muh. I Otomotif Sukoharjo Sukoharjo Sumber: Depdiknas 2007 Keterkaitan antara pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri merupakan kombinasi pengaruh antara variabel-variabel pengatur, peserta pendidikan, penyelenggara pendidikan serta dunia kerja. Keterkaitan antar variabel-variabel itu bersifat timbal balik, dan masing-masing berpengaruh terhadap variabel yang lain. Ketimpangan partisipasi atau keterlibatan secara aktif di salah satu variabel, misalnya variabel penyelenggara pendidikan dapat menyebabkan sistem tidak bekerja optimal yang akan mengakibatkan hubungan antara pendidikan dan dunia kerja tidak harmonis, artinya secara fisik akan terjadi pengangguran secara berkelanjutan. Hubungan timbal balik diantara keempat variabel-variabel itu disajikan dalam Gambar 1 di bawah ini. 3
  • 5. Gambar 1. Hubungan timbal balik antar empat variabel relevansi pendidikan kejuruan (SMK) dan dunia kerja Sumber : Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2006 Merujuk uraian di atas, maka penelitian tentang ”Keterkaitan pendidikan dan Penyediaan lapangan Kerja di Jawa Tengah” penting untuk dilaksanakan. B. Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO) dilakukan untuk mempersiapkan lulusan yang terampil? 2. Bagaimanakah implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)? 3. Bagaimanakah jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)? 4. Bagaimanakah kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)? 4
  • 6. 5. Bagaimanakah sertifikasi yang dilakukan sehingga diperoleh tenaga terlatih yang standar? 6. Bagaimanakah kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)? 7. Bagaimanakah kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO)? C. Tujuan Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah menyediakan informasi tentang: 1. Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO); 2. Implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO); 3. Jumlah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO); 4. Kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan otomotif (PELMO); 5. Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); 6. Kondisi kebutuhan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO); 7. Kondisi penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO)? 5
  • 7. D. Manfaat Manfaat hasil penelitian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah mengenai kondisi (1) penyelenggaraan pendidikan di SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; (2) implementasi kebijakan ”link and match” yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; (4) pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); (5) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; dengan demikian dapat segera mengambil kebijakan operasional dalam rangka mengurangi kelima persoalan tersebut. E. Hasil yang Diharapkan Adanya data dan kajian hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai rekomendasi mengenai upaya menjembatani antara dunia pendidikan (SMK) dengan lapangan kerja di industri, terutama pada bidang Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO) termasuk kesesuaian kompetensi kebutuhan oleh industri, peluang kerja dan pengajaran di sekolah dan industri. F. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian meliputi sepuluh wilayah yang memiliki SMK yang telah mampu menerapkan program ”Link and Match” diantaranya : 1. Kota Magelang 2. Kota Surakarta 3. Kota Salatiga 4. Kabupaten Klaten 5. Kabupaten Kudus 6. Kabupaten Pati 7. Kabupaten Tegal 8. Kabupaten Banyumas 9. Kabupaten Cilacap 10. Kabupaten Kendal 6
  • 8. G. Definisi Operasional Pendidikan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya untuk kategori atau kelompok teknologi, yang berada di Jawa Tengah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15 diuraikan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam PP 29/1990, pendidikan kejuruan dijelaskan pada tiga tempat. Pasal 1 Ayat 3 menyatakan "pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu". Sementara itu, pada Pasal 3 Ayat 2 disebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Kemudian, pada Pasal 7 diatur syarat-syarat pendirian sekolah menengah kejuruan. Di samping itu definisi SMK merujuk kepada Keputusan Mendikbud No. 323/U/1997. Keputusan ini isinya lebih lengkap dibanding PP 29/90 yang meliputi komponen-komponen dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda, yang terdiri dari ketentuan umum, tujuan, penyelenggaraan, program, kerjasama, peserta, instruktur, Majelis Pertimbangan Kejuruan, penilaian dan sertifikasi, pengelolaan, pengawasan, insentif, serta pengembangan dan peningkatan mutu. Lapangan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri atau perusahaan yang berpasangan dengan SMK PELMO di Jawa Tengah maupun di luar Jawa Tengah sekaligus merekrut lulusannya. Hal ini dikarenakan tidak semua lulusan SMK PELMO di Jawa Tengah dapat diserap oleh industri di provinsi ini, sehingga lapangan kerja mencakup industri di tingkat nasional yang berada di Jakarta, misalnya PT. KOMATSU, PT. Hanken, PT. United Tracktor, serta PT. Karya Hidup Sentoso yang berada di Yogyakarta. 7
  • 9. H. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Guru dan Tenaga Kependidikan Diklat Industri Siswa Proses Kualitas SMK Pembelajaran Lulusan Disnaker Sarana dan - Industri prasarana - Wirausaha Dinas Pendidikan 8
  • 10. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Fase Penting Pendidikan Kejuruan Pada awal millenium ketiga ini dunia pendidikan Indonesia khususnya pendidkan kejuruan, dihadapkan pada tiga tantangan utama, yaitu tantangan global, internal, dan praksis pendidikan kejuruan itu sendiri. Dengan berlakunya pasar bebas pada tingkat regional Asia melalui AFTA yang dimulai pada tahun 2003 dan tingkat dunia pada tahun 2020, berimplikasi pada terjadinya interaksi antar negara dalam investasi, bisnis barang dan jasa, sehingga memperketat dan mempertajam persaingan (Suryadi, 1999). Di samping itu pendidikan kejuruan di Indonesia juga berhadapan dengan tantangan internal seperti terjadinya pergeseran struktur ekonomi sebagai akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kalau pada dekade 1970 hingga menjelang akhir tahun 1990-an struktur ekonomi bergeser dari sektor pertanian menuju pada sektor industri manufakturing dan jasa, kini tengah mengalami distorsi dan mulai ada kecenderungan untuk dikembangkan kearah “resourse based”, dan itu akan mengalami “set back” (Sidi, 2002). Sementara itu dari praksis pendidikan kejuruan yang berkembang selama ini belum mampu memenuhi harapan masyarakat dan para pengguna lulusan. Hal ini dapat dibaca dari setidaknya tiga hal, yaitu; (1) tamatan SMK masih sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan, karena kurang memperoleh bekal keterampilan dasar untuk belajar – “basic learning tools” (Indra Djati Sidi,2002); (2) system pendidikan di sekolah kejuruan sering kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri, masih ada mismatch antara keluaran sistem pendidikan dan kebutuhan dunia kerja (Sukamto, 1998), dan (3) masih banyak kebiasaan salah yang dilakukan oleh guru SMK yang tidak disadari, misalnya; tidak mengajarkan pelajaran praktek dasar sesuai dengan prinsip dasar yang benar, membiarkan siswa menghasilkan karya asal jadi, bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan, serta tanpa memperhatikan keselamatan kerja (Sidi,2002). Sementara itu dipertajam pendapat dalam banyak hal misalnya, aspek pendidikan seperti pengelolaan dan pelayanan pendidikan. Menurut Tilaar yang 9
  • 11. dikutip oleh Suryadi (1991) proses menuju masyarakat industri modern bergerak dalam suatu jalinan beberapa poros transformasi seperti globalisasi, perubahan struktur ekonomi, pemantapan kehidupan politik dan ideologi bangsa, kebudayaan nasional, termasuk pendidikan nasional. Pendidikan nasional dalam hal ini berfungsi untuk mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang kontinum. Lebih lanjut, Tilaar yang dikutip oleh Suryadi (1991) menyatakan bahwa pendidikan nasional kini mengalami beberapa krisis yang bersumber pada (1) kualitas pendidikan yang masih rendah, (2) pendidikan yang belum relevan dengan kebutuhan pembangunan akan tenaga terampil, (3) pendidikan yang masih bersifat elitisme serta (4) manajemen pendidikan yang belum ditata secara efisien. Berdasar sumber krisis tersebut, ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan sebagai rambu-rambu untuk mengukur kualitas pendidikan dan pelatihan, misalnya mutu pengajar yang masih rendah serta alat bantu mengajar (buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai). Dalam hal relevansi diklat atau efisiensi eksternal suatu sistem diklat dapat diukur dengan ”sampai sejauh mana sistem diklat dapat memasok kebutuhan tenaga-tenaga terampil dalam jumlah yang memadai yang diperlukan oleh berbagai sektor-sektor pembangunan?” Khusus dalam hal masalah tidak relevansinya diklat kejuruan, bukan saja disebabkan oleh adanya kesenjangan antara ”supply ” dan ”demand” semata, namun bisa jadi disebabkan oleh isi kurikulum kurang mengacu pada kompetensi keterampilan serta kurang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan Iptek dan perkembangan ekonomi. Secara umum keberhasilan dalam melaksanakan program latihan kejuruan tidak hanya tergantung pada kurikulum, namun faktor lain yang terkait seperti kualitas dan jumlah tenaga pengajar/instruktur, sarana dan prasarana praktek yang memadai serta efektivitas penggunaan jam mengajar di kelas/laboratorium/bengkel yang dapat mempengaruhi. 10
  • 12. B. Arah Pengembangan Pendidikan Kejuruan dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendidikan umum, baik ditinjau dari kriteria pendidikan, substansi pelajaran, maupun lulusannya. Kriteria yang melekat pada sistem pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984: 12-13) antara lain (1) orientasi pendidikan dan pelatihan; (2) justifikasi untuk eksistensi dan legitimasi; (3) fokus pada isi kurikulum; (4) kriteria keberhasilan pembelajaran; (5) kepekaan terhadap perkembangan masyarakat; dan 6) hubungan kerjasama dengan masyarakat. Nolker (1983), menyatakan bahwa dalam memilih substansi pelajaran, pendidikan kejuruan harus selalu mengikuti perkembangan IPTEK, kebutuhan masyarakat, kebutuhan individu, dan lapangan kerja. Karakteristik di atas menegaskan bahwa pendidikan kejuruan harus dirancang dan dikelola sesuai dengan visi dan orientasi yang jelas, terutama berkaitan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan perkembangan IPTEK. Arah baru pengembangan pendidikan kejuruan merujuk kepada rumusan ”Kompetensi Menjelang 2020” seperti yang tergambarkan oleh Tabel II.1 di bawah ini. Tabel II.1 Kompetensi menjelang 2020 Keterampilan menjelang 2020 No. Masa lalu Masa Depan 1. Supply driven Demand driven 2. Berbasis sekolah Berbasis kompetensi 3. Alur dan proses kaku Alur lentur dan prinsip ”multy entry dan multy exit” 4. Tidak mengakui keterampilan Mengakui kemampuan sebelumnya sebelumnya 5. Orientasi program studi Diklat mengacu kepada profesi dan keterampilan kejuruan 6. Pendidikan dan pelatihan Diklat berfokus pada sektor formal berfokus pada sektor formal dan informal 7. Pemisahan antara pendidikan dan Mengintegerasikan pendidikan dan pelatihan pelatihan 8. Sistem pengelolaan terpusat Pengelolaan terdesentralisasi Sumber: Depdiknas 1999, Keterampilan Menjelang 2020 Untuk menghadapi persaingan keahlian tenaga kerja pada era persaingan bebas, pendidikan kejuruan melalui SMK dituntut meningkatkan kualitas pendidikan serta mengembangkan konsep pembelajaran yang memberikan hasil signifikan terhadap 11
  • 13. peningkatan keahlian atau kompetensi. SMK, sebagai salah satu satuan pelaksana pendidikan, perlu melakukan pembenahan dalam proses pembelajaran atau diklat. Salah satu aspek pokok yang perlu dilakukan pembenahan secara dinamik adalah kurikulum dan pembelajaran. Beberapa pembenahan sampai saat ini memang telah dilakukan, namun baru dapat dijangkau oleh sebagian kecil sekolah. Hal ini akibat kendala struktural dan kultural, sebagian besar SMK belum dapat mengimplementasikan perbaikan dalam kurikulum maupun pembelajaran. C. Kurikulum SMK dan Diklat berbasis Kompetensi Kompetensi, secara substansial mengandung beberapa ciri dan cakupan yang bersifat spesifik. Seperti dijelaskan Syaodih (1997:6), bahwa kompetensi setidaknya ditunjukkan oleh tiga ciri sebagai berikut: (1) menunjukkan kebiasaan, kemampuan nyata, tindakan aktivitas dan performansi dalam bidang atau keahlian tertentu; (2) dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (TPU) yang harus dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah selesai proses pembelajaran; (3) dirumuskan dalam kalimat yang terdiri atas kata kerja/verb dan obyek seperti, melakukan pemetaan wilayah, menganalisis masalah lingkungan, serta menyusun rencana kerja. Lingkup dan cakupan kompetensi (profesional) dijelaskan oleh Burke (1995:13) sebagai berikut: (1) kompetensi didasarkan pada analisis peran profesional dan formulasi teoritis tanggungjawab profesional; (2) kompetensi menjelaskan hasil belajar yang ditunjukkan oleh kinerja (performansi) yang ditunjukkan secara profesional; (3) aspek kompetensi menjelaskan kriteria penilaian; (4) kompetensi diciptakan sebagai prediktor tentatif tentang keefektifan profesional dan mengarah kepada prosedur validasi. Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi secara substansial berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Implikasi ini secara tegas menyebut bahwa perlu dikembangkan kurikulum yang mendukung proses pendidikan dan pelatihan serta memberikan kontribusi terhadap hasil pembelajaran siswa. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran dalam rangka competency based education and training (CBET), setidaknya akan menyentuh prinsip relevansi dan fleksibilitas. Prinsip relevansi menjadi demikian penting dalam kurikulum pendidikan kejuruan berbasis kompetensi, karena menyangkut kesesuaian isi 12
  • 14. kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau industri, serta kesesuaian mutu lulusan dengan standar pengguna. Prinsip ini sejalan dengan arah pembaharuan pendidikan kejuruan yang bersifat demand driven dan market driven. Fleksibilitas atau kelenturan kurikulum pendidikan kejuruan sangat perlu diwujudkan, terutama dalam kaitan melayani keragaman kebutuhan pengguna (dunia usaha/industri), serta kelenturan dalam melayani perbedaan kemampuan dan pengalaman peserta didik. Prinsip fleksibilitas akan memberikan arahan untuk melahirkan beberapa program pembelajaran yang sesuai, misalnya pola multyentry-multyexit, program eklektif, serta pembelajaran bervariasi. Kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, kompetensi lebih spesifik mengarah kepada ukuran-ukuran kinerja dan performansi lulusan dalam menghadapi tugas profesionalnya. National training board Australia (1995) mendeskripsikan bahwa Competency based Educational and Training (CBET) adalah pendidikan dan pelatihan yang menitikberatkan pada penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan khusus serta penerapannya di lapangan kerja. Pengetahuan dan keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang di dalam suatu kelompok. Pengukuran keberhasilannya menggunakan ”criterion referenced” bukan ”norm referenced”. D. Kompetensi Produktif dalam Pengembangan Kurikulum SMK Penerapan prinsip pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, memiliki konsekuensi adanya pengembangan kurikulum SMK dengan menggunakan beberapa pendekatan. Dua diantaranya yang pokok adalah pendekatan kompetensi dan pendekatan produktif. Dalam pelaksanaannya, kedua pendekatan ini pada dasarnya terintegerasi menjadi satu dalam bentuk paket keahlian produktif, terutama diberikan pada kelas 3 SMK. Bentuk pembelajaran dalam pendekatan ini adalah pelatihan keahlian yang mengarah pada pencapaian kompetensi lulusan, dengan memberikan pengalaman produksi (pada lini produksi) bagi siswa, baik dalam praktik kerja industri, maupun pengembangan unit produksi sekolah. Integrasi pendekatan di atas, memerlukan kemampuan dan sikap proaktif sekolah (SMK) terutama dalam 13
  • 15. menggalang kerjasama dengan stakeholders untuk bersama-sama menyelaraskan kurikulum yang akan diimplementasikan di sekolah. Kompetensi produktif dengan demikian adalah pendekatan pendidikan dan pelatihan yang merujuk kepada kriteria keahlian dunia usaha/industri yang pencapaiannya melalui pelatihan pada proses produksi atau menggunakan proses produksi sebagai wahana pembelajaran, Pelatihan ini dapat berlangsung di industri, melalui keterlibatan langsung siswa dalam proses produksi, atau di sekolah melalui keterlibatan siswa dalam proses produksi di unit produksi. Untuk mencapai sasaran pendekatan di atas, diperlukan rancangan program (kurikulum) yang sinkron dan relevan, sebagai panduan dan pedoman pembelajaran. Upaya-upaya sinkronisasi kurikulum memerlukan model yang teruji, baik secara konsepsional maupun operasional, sehingga dapat menjadi acuan bagi sebagian besar SMK, yang ternyata sampai dengan saat ini belum memiliki pola yang efektif dan efisien. Salah satu kelemahan pelaksanaan pendidikan menengah kejuruan sampai saat ini masih berkisar pada relevansi dan fleksibilitas isi program kurikulum. Studi Samsudi (1999) menemukan bahwa sering program atau kurikulum pendidikan dan pelatihan masih disusun sepihak oleh penyelenggara, belum melibatkan dunia usaha atau industri. Penelitian Sudana (1998) menyimpulkan bahwa (1) dalam hal implementasi kurikulum, SMK masih bersifat sentralistik, artinya masih bertumpu pada kurikulum nasional, belum banyak terjadi pengembangan kurikulum di lapangan yang melibatkan DU/DI; (2) SMK masih memiliki penafsiran yang bervariasi tentang pola sinkronisasi kurikulum pembelajaran; (3) SMK belum memiliki pola yang efektif dan efisien dalam pengembangan kurikulum, khususnya dalam bersinergi dengan dunia usaha/industri Dua studi di atas setidaknya menggambarkan betapa sinkronisasi kurikulum yang melibatkan stakeholders (DU/DI) belum banyak dilakukan oleh kalangan SMK. Walaupun dalam penelitian Sudana disebutkan ada satu dua SMK yang melakukan sinkronisasi, namun belum secara intens melibatkan DU/Di. Dikemukakan bahwa kendala yang menyolok adalah pemahaman pihak sekolah yang masih mengambang, di samping rasa kurang percaya diri, terutama karena terbatasnya peralatan SMK jika harus menyelaraskan program pembelajarannya dengan DU/DI. 14
  • 16. E. Model Sinkronisasi Kurikulum SMK dengan Industri Secara eksplisit perancangan kurikulum SMK edisi 1999 dan kurikulum SMK 2004 memberikan arahan perlunya dilakukan penyelarasan terhadap kurikulum sebagai program pembelajaran atau mata diklat. Arahan itu memberikan pengertian bahwa kurikulum, sebagai suatu program pembelajaran/diklat, untuk dapat diimplementasikan di lapangan, perlu dilakukan penyelarasan dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja. Dengan demikian penyelarasan kurikulum pada dasarnya merupakan bagian dari proses pengembangan kurikulum SMK sehingga menjadi kurikulum yang siap dilaksanakan. Dalam hubungan ini dapat dikatakan bahwa penyelarasan kurikulum memiliki kaitan yang erat dengan konsepsi model pengembangan kurikulum , seperti yang dikenal dalam berbagai literatur. Dalam beberapa literatur (Syaodih, 1997:161-170), dapat dijelaskan bahwa model pengembangan kurikulum pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pertama, model pengembangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan/pengelolaan kurikulum yang diterapkan. Dalam hubungan ini dikenal tiga model, yaitu (a) the administrative/line staff model; (b) the demonstrative model. Line staff atau administrative model pada umumnya diterapkan pada sistem pendidikan yang bersifat sentralistik. Dalam model ini inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administratur pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang adminsitrasinya, administratur pendidikan membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijakan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Sebaliknya, grass-root dan The demonstration model pada umumnya diterapkan pada sistem pendidikan yang bersifat desentralistik. Dalam model ini seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya-upaya pengembangan kurikulum. Penyempurnaan dan pengembangan kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Kedua, model pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan fokus isi atau substansi kurikulum. Dalam hubungan ini dikenal beberapa model yaitu: (a) Subject academic curriculum, yang terfokus pada bahan pelajaran 15
  • 17. yang berasal dari disiplin ilmu; (b) humanistic curriculum, yang menekankan kebutuhan pribadi, serta kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa; (3) technological/competence based curriculum, menekankan penguasaan kompetensi, dan dalam proses pembelajaran/diklat dibantu dengan alat-alat teknologi; dan (4) social reconstruction curriculum, yang berfokus pada masalah sosial dan dalam pembelajarannya menekankan belajar kelompok. Mendasarkan penjelasan di atas, maka penyelarasan kurikulum SMK berbasis kompetensi produktif, dipandang dari sistem pendidikan/pengelolaan kurikulum, pada dasarnya merupakan Grass-root model, serta dipandang dari sisi fokus isi/substansi merupakan competence-based curriculum. Ciri grass root model, karena dalam penyelarasan kurikulum SMK diterapkan semangat kolaborasi dengan lapangan, komite sekolah dan dunia industri, khususnya dalam menyepakati rumusan-rumusan kurikulum yang siap dilaksanakan di depan kelas. Demikian juga ciri competence-based, ditunjukkan oleh kesesuaiannya dengan karakteristik kurikulum SMK yang berbasis kompetensi. F. Penyerapan Dunia Industri terhadap Lulusan SMK Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis- ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif. Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah 16
  • 18. kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar, master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah. Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi. Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan pekerjaan baru, sejalan dengan perubahan struktur ekonomi dan lapangan kerja (The 17
  • 19. World Bank, 1991). Sementara itu, Hicks (1991), dengan menggunakan data dari Bank Dunia, menyimpulkan bahwa, negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memiliki tingkat income yang lebih tinggi pula. Hicks (1991) menjelaskan bagaimana memahami kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi, dengan cara mengetahui sebab-sebab pertumbuhan serta proses pertumbuhan itu sendiri. Menurut Hicks, para ahli ekomomi mengidentifikasikan tiga faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal. Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lahan diasumsikan tidak mengalami perubahan. Sehingga, dua faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja dan modal. Pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di sekolah menengah kejuruan (SMK) namun sejauh ini daya serap lapangan kerja terhadap lulusan SMK masih relatif rendah. Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Dr. Samsudi dalam pidato Dies Natalis ke-43 Unnes, mengatakan, idealnya secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar 80-85%, sedangkan selama ini yang terserap baru 61%. Ia menyebutkan, pada tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang, sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun 2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. "Jumlah ini belum ideal, harus diupayakan peningkatan daya serap untuk memasuki lapangan kerja maupun menciptakan peluang kerja," kata Samsudi. Menurutnya, daya serap ideal lulusan SMK seharusnya mencapai 80-85%, sedangkan sekitar 15-20% lulusan SMK lainnya dimungkinkan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Ia menjelaskan, kecenderungan daya serap lapangan kerja menurut program keahlian sejak tahun 2000 hingga 2007 berubah-ubah, menyesuaikan dengan kondisi lapangan kerja pada waktu tertentu. Pada tahun 2000, misalnya, lulusan Jurusan Teknik Elektronika daya serapnya 87% namun melorot menjadi 50,5% pada 2006 sebelum akhirnya sedikit naik menjadi 62%. Daya serap lulusan Jurusan Teknik Mesin juga mengalami nasib sama, dari 84,86% pada tahun 2000 melorot daya serapnya pada tahun 2007 tinggal 76,52%. Daya serap tinggi ditunjukkan lulusan Jurusan Teknik Perkapalan, yang mencapai 94,69%. Ia memperkirakan, daya serap lulusan Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi masih cukup tinggi. Kebutuhan SDM di bidang teknologi 18
  • 20. komunikasi dan informasi (ICT) di berbagai jenjang, mulai dari menengah, ahli, hingga profesional, menurut dia, terus membengkak di masa mendatang. Mengutip data Aizirman Djusan, kebutuhan tenaga ICT pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 32,6 juta orang, sedangkan tenaga ICT yang tersedia hanya 19,8 juta atau baru terisi 61%. 19
  • 21. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, induktif, lebih menonjolkan proses dan makna, serta laporan dirancang dalam bentuk narasi, dan mendalam. Namun demikian penelitian ini juga menggunakan data-data yang sifatnya kuantitatif, misalnya dalam bentuk nilai-nilai statistik serta tabel-tabel silang. Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode kualitatif. B. Sumber dan Informan Penelitian Sumber data penelitian ini dapat berupa orang, dokumen, atau laboratorium. Dokumen dapat berupa teks, gambar, film, cetakan, ataupun sketsa. Laboratorium dapat berupa ruang praktek, praktikum berserta kelengkapan yang ada di dalamnya. Laboratorium dapat berada di sekolah, industri, atapun bengkel-bengkel yang digunakan praktik magang oleh siswa dan guru praktik. Informan adalah sumber data yang berupa orang, yaitu orang yang diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau memperjelas jawaban subyek penelitian. Pada penelitian ini informan kadang- kadang juga bertindak sebagai subyek penelitian. Keabsahan informasi tidak cukup jika hanya berasal dari satu informan saja, oleh karena itu, informasi digali dari beberapa informan yang memahami secara luas dan dalam subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah keterkaitan antara pendidikan dengan ketenagakerjaan. Oleh karena itu, subyek penelitian ini adalah sekolah dan industri beserta pengelola yang ada di dalamnya. Jika subyek penelitian ini adalah kurikulum maka informan yang berkaitan dengan hal ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK) serta guru-guru yang ada di sekolah itu. Jika subyek penelitian adalah laboratorium, maka informan yang kompeten adalah Kepala Bengkel, guru praktik, foreman, serta siswa. 20
  • 22. C. Langkah-langkah Penelitian Gambar 3. Langkah-langkah penelitian Pengumpulan Data Dinas Pendidikan - Disnaker Sekolah - Industri/Wirausaha Diklat dan Produksi Seminar Penyusunan Laporan D. Metode dan Alat Pengumpulan Data Fakta dan data yang akan digali dalam penelitian ini bermacam-macam, oleh karena itu dibutuhkan metode dan alat pengumpul data (instrument) yang bervariasi juga, misalnya adalah teknik dan lembar wawancara, teknik dan lembar observasi, check list, serta dokumentasi dan dokumen. Uraian detil masing-masing metode dan alat pengumpulan data yang digunakan seperti tersaji di bawah ini. 21
  • 23. a. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang mempunyai maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak terstruktur atau wawancara bebas terpimpin. b. Obeservasi Penelitian ini menerapkan metode observasi langsung, yaitu di sekolah, industri, Dinas Pendidikan, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pengamatan dilakukan sendiri menggunakan lembar pengamatan secara langsung ditempat subyek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berwujud catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, paper, lagger, serta agenda. Metode ini digunakan karena beberapa alasan (1) dokumen merupakan sumber yang stabil dan kaya, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sebab mempunyai sifat alamiah, dan (4) hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap subyek yang diteliti. Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan adalah semua yang berkaitan dengan kebijakan Dinas Pendidikan terhadap SMK, proses pembelajaran di SMK, proses magang di industri, serta kemampuan lulusan SMK dalam bekerja di industri. E. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir penelitian, oleh sebab itu, teknik untuk memeriksa keabsahan data adalah memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan atau perbandingan atas data yang telah dikoleksi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Trianggulasi ini berarti membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berlainan. Hal ini dapat dicapai dengan 22
  • 24. langkah (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang sebagai rakyat biasa, orang-orang yang berpendidikan, orang kaya, pemerintah, serta (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pada proses pengumpulan data, keikutsertaan peneliti menjadi suatu hal yang sangat penting dan menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan peneliti membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tujuan agar data yang digali menjadi jenuh. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini dilakukan maka akan membatasi (1) gangguan peneliti terhadap konteks, (2) bias, (3) dari kejadian-kejadian yang tidak lazim atau sesat. F. Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Keempat tahapan itu digambarkan dalam bagan di bawah ini. Gambar 4. Alur teknik analisis data Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Emik dan Etik Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan 23
  • 25. F. RUANG LINGKUP PEKERJAAN 1. Fokus (substansi) Penelitian ini difokuskan kepada relevansi atau keterkaitan pendidikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri, yang lebih khusus pada bidang Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO). Kesesuaian kompetensi kebutuhan oleh industri, peluang kerja dan pengajaran di sekolah dan industri. 2. Lokasi Penelitian ini dilakukan di sekolah, industri, serta lembaga pemerintah yang berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan. Sekolah yang dijadikan populasi adalah SMK bidang rekayasa, terutama untuk program studi Perkayuan, Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif. Penentuan lokasi mendasarkan pada asumsi bahwa memiliki SMK yang maju serta didukung oleh adanya industri- industri yang selaras dengan program studi PELMO, meliputi 10 lokasi di Jawa Tengah. Industri yang dijadikan populasi penelitian bisa berada di Jawa Tengah maupun di luar Jateng. Lembaga pemerintah dalam penelitian ini adalah Disnakertrans dan Dinas Pendidikan baik propinsi maupun kabupaten/kota serta Kota tertentu pusat industri penampung lulusan SMK. 24
  • 26. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN SMK DI JAWA TENGAH Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai mahkluk individu maupun mahkluk sosial baik sebagai warga negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program ini berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada norma sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan keterampilan di dalamnya. Mata diklat pada kelompok normatif berlaku sama untuk semua program keahlian. Pada penelitian ini disajikan contoh untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan untuk mendidik siswa agar dapat bersikap positif, bertutur bahasa yang halus serta menghargai orang lain. Bersikap positif adalah bersikap yang mempunyai manfaat untuk kepentingan orang lain dan terbuka untuk menerima masukan atau kritik yang membangun. Bertutur bahasa yang halus adalah bertutur kata yang tidak menyinggung perasaan orang lain yang sedang kita ajak bicara. Media yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran bahasa Indonesia adalah buku cetak, CD pembelajaran, papan tulis, kapur dan penghapus. Buku cetak adalah buku yang yang berisi materi pelajaran Bahasa Indonesia guna menunjang proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. CD pembelajaran untuk Bahasa Indonesia berisi materi pembelajaran yang ditampilkan dalam bentuk materi-materi inti, yang penjelasannya akan disampaikan oleh guru. Contoh materi yang disampaikan adalah cara pembuatan surat permohonan atau surat ijin melaksanakan Prakerin di industri. Di samping media pembelajaran di atas, dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia juga disiapkan ruang perpustakaan. Di dalam perpustakaan selain menyediakan fasilitas peminjaman buku teks dan buku paket juga disediakan satu 25
  • 27. ruangan yang dilengkapi dengan televisi untuk menanyangkan CD pembelajaran yang akan disampaikan guru. Metode yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran mata diklat Bahasa Indonesia adalah ceramah, diskusi, serta penugasan. Sifat penugasan adalah mandiri, kelompok serta tugas yang harus diselesaikan di rumah. Metode ceramah digunakan oleh guru dalam menjelaskan suatu materi, sifatnya searah, yaitu siswa mendengarkan terlebih dahulu materi yang disampaikan. Metode diskusi digunakan pada saat setelah materi disampaikan oleh guru, yang selanjutnya dibuka tanya jawab, atau guru memberikan pertanyaan kepada dan siswa memberikan tanggapan. Guru akan meluruskan jawaban yang diberikan siswa jika jawaban siswa masih belum lengkap atau menyimpang. Pemberian tugas dilakukan agar siswa secara berkelompok atau sendiri memperdalam pemahaman materi yang disajikan pada hari itu. Tugas rumah diberikan agar siswa mempunyai pemahaman yang lebih dalam terhadap permasalahan-permasalahan yang kompleks. Evaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan pada akhir pertemuan pada setiap pokok bahasan, hal ini tergantung dari sempit dan luasnya materi yang ada. Di samping itu evaluasi dilakukan pada akhir semester yang berbentuk tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda serta tes uraian. Kadang-kadang tes dilakukan secara lesan, yaitu dalam bentuk tes tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa secara individual. Nilai minimal yang harus diperoleh siswa adalah 7,00, jika kurang maka guru memberikan tugas tambahan kepada siswa yang belum dapat mencapainya. Siswa yang belum mencapai nilai minimal dianggap belum tuntas dalam mengikuti mata diklat Bahasa Indonesia. Tugas tambahan lazim disebut sebagai remedial. Program adaftif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar mempunyai dasar pengetahuan yang luas serta kuat dalam menyesuaikan diri atau mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri serta beradaftasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya, di samping itu mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Program adaftif berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan 26
  • 28. kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep/prinsip dasar ilmu serta teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Program adaftif diberikan agar siswa tidak hanya memahami dan menguasai ”apa” dan ”bagaimana” suatu pekerjaan itu dilakukan, tetapi juga memberikan pemahaman dan penguasaan tentang ”mengapa”. Program adaftif terdiri dari kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian. Dalam penelitian ini diberikan contoh mata diklat Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI). Mata diklat ini mempunyai tujuan untuk membekali siswa agar dapat menggunakan teknologi komputer dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kemampuan aplikasi komputer sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang permesinan. Media yang dipakai dalam pembelajaran ini berupa buku cetak, kapur, papan tulis, modul, serta seperangkat komputer. Modul diberikan oleh guru sebagai panduan saat pelaksanaan pembelajaran, yang mana berisi cara pengoperasian komputer. Buku penunjang mata diklat ini tersedia di perpustakaan, sedangkan komputer tersedia di laboratorium. Pembelajaran langsung dilakukan di dalam laboratorium yang sudah dilengkapi dengan audio visual, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara optimal. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata diklat KKPI ini adalah ceramah, diskusi, serta tugas mandiri. Metode ceramah digunakan pada saat guru menjelaskan langkah-langkah pengoperasian komputer, metode ini dilengkapi dengan media audio visual yang telah tersedia. Metode diskusi dilakukan lazimnya pada saat siswa menemukan hambatan dalam mengoperasikan kompuetr atau perangkat lunak yang diajarkan, di samping itu jika pada saat ceramah oleh guru ada beberapa materi yang dirasakan belum jelas. Tugas mandiri diterapkan setelah pokok bahasa tertentu selesai, hal ini mempunyai tujuan agar siswa memahami materi dan terampil dalam mengoperasikan perangkat lunak yang diajarkan oleh guru. Mata diklat ini bersifat keterampilan, sehingga evaluasi yang dilakukan adalah berupa praktik mengoperasikan piranti lunak yang diajarkan. Evaluasi 27
  • 29. dilakukan dengan cara melihat tugas yang telah dikerjakan, untuk kemudian diberikan penilaian. Di samping itu pada akhir semester dilakukan ujian yang berupa penugasan, yaitu guru memberikan soal yang selanjutnya diselesaikan oleh siswa. Siswa yang mempunyai nilai minimal 7,00 dianggap telah mencapai tugas ketuntasan mata diklat KKPI, bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal akan diberikan tugas tambahan oleh guru untuk dikerjakan di rumah. 2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINK AND MATCH SMK DI JAWA TENGAH a. Prosedur Penyelarasan Kurikulum SMK Negeri dan Swasta di Jawa Tengah Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajharkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Evaluasi dalam pembelajaran produktif ini dilakukan pada setiap satu pokok bahasan atau setiap jenis pekerjaan yang diberikan selesai dikerjakan dengan tujuan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai bidang keahlian yang diajarkan sesuai dengan target kelulusan.Lazimnya nilai yang menjadi patokan adalah 7,00, jika kurang dari nilai ini maka siswa yang bersangkutan diwajibkan untuk melakukan remidial. Waktu remidial lazimnya dilakukan pada saat liburan semester, sehingga nilainya menjadi 70. Kurikulum yang digunakan untuk mata diklat produktif ini disusun bersama antara sekolah dan industri. Kegiatan ini lazimnya diwadahi dalam bentuk kegiatan berupa In House Training (IHT), yaitu suatu wadah untuk mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan keterampilan yang sama di industri, sehingga ditemukan suatu kurikulum terstandar. Kurikulum inilah yang biasanya digunakan untuk pembelajaran produktif. 28
  • 30. Gambar 5. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif SMK Negeri di Jawa Tengah KELOMPOK GURU PRODUKTIF PROGRAM KEAHLIAN MESIN PERKAKAS KTSP MAPEL KONDISI DAN ADAFTIF DAN KEBUTUHAN PRODUKTIF INDUSTRI IN HOUSE TRAINING (IHT) KEPALA INDUSTRI SEKOLAH PASANGAN KURIKULUM ALTERNATIF WAKA SEKOLAH KURIKULUM TERSTANDAR YANG DILAKSANAKAN 29
  • 31. Gambar 6. Prosedur Penyelarasan Kurikulum Program Adaftif dan Produktif di SMK Mikail Surakarta KELOMPOK GURU PRODUKTIF PROGRAM KEAHLIAN MESIN PERKAKAS KTSP MAPEL ATMI INDUSTRI ADAFTIF DAN SURAKARTA MILIK PRODUKTIF YAYASAN MIKAIL KUNJUNGAN KE INDUSTRI KEPALA PERMESINAN KURIKULUM SEKOLAH ALTERNATIF WAKA SEKOLAH KURIKULUM TERSTANDAR YANG DILAKSANAKAN 30
  • 32. b. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Beberapa SMK Negeri di Jawa Tengah 1) Kasus SMK Mikail Surakarta Di SMK Mikael, pengembangan kurikulum tidak dilakukan dengan industri di luar kampus. Artinya sinkronisasi kurikulum dilakukan secara internal bersama-sama dengan ATMI. Di kampus ini, sekolah mempunyai perusahaan atau industri, lazim disebut juga sebagai ”unit produksi”. Unit produksi yang sifatnya sudah pabrikasi ini mengerjakan order dari luar. Pekerjaaanya berkisar pada produk-produk mesin industri beserta komponen-komposekolah secara otomatis dapat langsung terserap, sehingga SMK Mikael tidak harus membutuhkan masukan dari industri di luar unit produksinya. Namun demikian, pada akhir-akhir ini, SMK Mikael melakukan sinkronisasi secara tidak langsung yaitu pada saat mereka berkunjung di Pabrik Rokok Gudang Garam, yaitu bahwa siswa-siswa mereka seharusnya belajar juga mengenai kelistrikan industri. Masukan ini diakomodasikan di dalam kurikulum, yang saat ini sudah diajarkan di SMK Mikael. SMK Mikael Solo memiliki unit produksi yang terintegrasi dengan pembelajaran mata pelajaran produktif di sekolah. Sejak 2002 sekolah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Mutu Standar Internasional ISO 9001-2000. Sekolah juga dipercaya menjadi Sister dari Indonesian German Institute (IGI) untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia melalui Program Pendidikan SMK dan Social Grassroot Training Center (SGTC). Di samping itu sekolah memiliki tim penjamin mutu, yaitu Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI). SMK yang mempunyai kerjasama dengan dunia usaha dan industri, unit produksi, sistem manajemen mutu standar internasional ISO Siswa SMK Mikael tidak ada pemagangan layaknya SMK negeri atau swasta yang lain. Saat ini pemagangan disebut sebagai kegiatan Prakerin (Praktik Kerja Industri). Siswa SMK Mikael melaksanakan Prakerin di unit produksi sekolah yang mekanismenya adalah 5 siswa dikirim ke unit produksi selama tiga minggu, setelah itu ganti kelompok berikutnya sebesar 31
  • 33. 5 siswa juga selama tiga minggu. Pelaksanaan Prakerin seperti ini disebut sebagai sistem blok, yaitu 3 minggu di unit produksi dan selanjutnya di kelas teori. 2) Kasus SMK Cilacap, Pati, Tegal, Magelang dan Kudus Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Cilacap, SMKN 2 Pati, SMKN 2 Slawi , keahlian otomotif di SMKN 1 Magelang dan SMKN 2 Kudus di lakukan pada semester pertama di kelas tiga selama tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri. Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama dua hari. Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. PERMIKO Cilacap, PT. Karya Hidup Sentosa (KHS) Yogyakarta, PT. Saka Nusantara Cilacap, CV. Sederhana Cilacap, bengkel bubut Prima Teknik Cilacap, PT. Safari Jaya Cilacap, CV. Bubut Batas Jaya Cilacap, PT. Katshiro Indonesia jakarta, PT. Sinar Pratama CilacapBengkel bubut Men Jaya Purbalingga, PT. Daihatsu Motor Pati, PT. NIKOO MAS Cikarang, PT. Komatsu Cikarang, PT. Polytron Kudus, Pabrik Kacang Garuda Pati, pabrik pengecoran logam di Adiwerna Kabupaten Tegal, dan Karoseri New Armada Magelang Di bawah ini disajikan Gambar IV.4 tentang pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMKN 2 Cilacap, SMKN 2 Pati dan SMKN 2 Slawi, SMKN 1 Magelang dan SMKN 2 Kudus. 32
  • 34. Gambar 7. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK N 2 Cilacap, SMK N 2 Pati, SMK N 2 Slawi, SMKN 1 Magelang dan SMKN 2 Kudus tahun ajaran 2006/2007 dan 2007/2008 I II III (1) (1) (3c) (2) (2) (3a) (3a) (1) (3b) (3b) (2) Pada tahun ajaran 2008/2009, khusus untuk SMKN 2 Cilacap pola pelaksanaan prakerin diubah menjadi empat gelombang, yaitu gelombang pertama pada tanggal 30 Juni 2008 sampai dengan 27 September 2008, gelombang kedua 29 September 2008 sampai dengan 27 Desember 2008, gelombang ketiga 29 Desember 2008 sampai dengan Maret 2009, serta gelombang keempat 30 Maret 2009 sampai dengan 27 Juni 2009. Pola penyelenggaraannya seperti tersaji dalam Gambar 8. di bawah ini. Gambar 8. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Cilacap tahun ajaran 2008/2009 I II III (1) (3c) (1) (2) (3c) (2) (3a) (1) (3a) (3b) (2) (3b) Prakerin dilaksanakan sejak kelas dua, yaitu pada bulan Desember sampai dengan bulan Juni bergantian, artinya diadakan dua gelombang yaitu Desember sampai dengan Maret dan Maret sampai dengan Juni. Prakerin dibimbing oleh tiga sampai dengan empat guru pembimbing, yaitu satu koordinator dan dua atau tiga gur pembimbing yang berasal dari kelompok Kerja PSG (Pendidikan Sistem Ganda). Guru pembimbing melaksanakan monitoring lazimnya dilakukan dua kali, untuk tempat prakerin yang jauh, misalnya Jakarta dan Yogyakarta dilakukan sekali. Monitoring dilakukan untuk mengamati permasalahan siswa di industri, hal in lebih ke permasalahan mental dan psikologis siswa. 33
  • 35. Evaluasi kemampuan siswa di industri diserahkan langsung kepada pembimbing lapangan. Dalam hal ini industri atau perusahaan sudah mempunyai format penilaian masing-masing yang tidak jauh dari tuntutan sekolah. Bagi industri yang belum memiliki format penilaian, biasanya menggunakan format yang dimiliki oleh sekolah yang merujuk kepada buku panduan penyelenggraan prakerin dari Direktorat pendidikan Menengah Kejuruan. 3) Kasus SMKN 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik perkayuan SMKN 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal di lakukan pada semester pertama di kelas tiga selama tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri. Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama dua hari. Pelaksanaan prakerin di SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal untuk program keahlian teknik perkayuan menggunakan sistem blok. Artinya siswa selama tiga bulan berada di industri perkayuan, tidak ada kegiatan pembalajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri, lazimnya adalah kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang diperoleh di industri tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah, sehingga diharapkan keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah masa tiga bulan terpenuhi siswa dikembalikan ke sekolah. Di bawah ini disajikan model 34
  • 36. penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian teknik perkayuan SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal. Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses pembelajaran di industri. Di samping itu pembimbing dari sekolah biasanya menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri, ada permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah menanyak hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya mengalami permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru pembimbing tidak mempunyai wewenang membarikan penilaian keterampilan siswa. Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri. Gambar 9. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK 2 Salatiga dan SMKN 2 Kendal program keahlian Teknik Perkayuan I II III (1) (1) (3c) (2) (2) (1) (3a) (3a) (2) (3b) (3b) (3a) dan (3b) Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi. Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di industri. Misalnya untuk industri yang bergerak di bidang permebelan, kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa menggunakan kerja bangku dan mesin. Di samping itu diberikan juga penilaian mengenai menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan kepada sekolah. Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat laporan pelaksanaan prakerin di industri. Setelah laporan jadi, selanjutnya siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa memperoleh hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa merupakan 35
  • 37. rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari pembimbing lapangan. 4) Kasus di SMK TELKOM Sandhy Putra Purwokerto Berdasarkan naskah perjanjian kerjasama yang tertuang dalam perjanjian kerjasama antara PT. TELKOM dengan Yayasan Sandhykara Putra Telkom (YSPT) No. Tel.518/PD000/SDM-23/1999 dan nomor: 01/PDD/DPP-YSPT, tanggal 2 November 1999, tentang Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yang mana PT. TELKOM sebagai salah satu institusi pasangan dan telah sepakat mengikat diri untuk membantu penyelenggaraan/pengelolaan pendidikan SMK TELKOM, sehingga pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dengan cara Praktik kerja Industri dapat terwujud. Tujuan Umum PSG di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto adalah: (1) menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian profesional yaitu lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan etos kerjasama dengan tuntutan lapangan kerja yang makin kompetitif; (2) keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara sekolah dengan dunia usaha atau industri dapat tercapai; (3) meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional; dan (4) memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Tujuan khusus adalah (1) mempersiapkan siswa untuk belajar, bekerja mandiri, bekerjasama dalam bentuk tim dan mengembangkan potensi dan kreativitas sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing; (2) meningkatkan status dan kepribadian siswa sehingga mampu berorientasi, berkomunikasi dan meiliki rasa tanggungjawab serta disiplin yang tinggi; dan (3) memberi kesempatan bagi siswa yang berpotensi untuk menjadi tenaga terampil dan produktif berdasarkan pengakuan standar profesi. Kerjasama antara SMK dengan dunia industri dan usaha dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan PSG akan 36
  • 38. memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, seperti dijelaskan beberapa paragraf di bawah ini. Nilai tambah bagi industri atau perusahaan adalah (1) industri dapat mengenal kualitas peserta PSG yang belajar dan bekerja di perusahaannya; (2) pada umumnya peserta PSG telah mengikuti proses produksi secara aktif, sehingga pada penegertian tertentu peserta PSG adalah tenaga kerja yang memberikan keuntungan; (3) selama proses pendidikan melalui kerja di industri, peserta PSG lebih mudah diatur dalam al disiplin berupa kepatuhan terhadap aturan industri, karena itu sokap peserta PSG dapat dibentuk sesuai ciri khas tertentu dari perusahaan yang mana peserta melaksanakan PSG; (4) industri dapat memberi tugas kepada peserta PSG untuk mencari pengetahuan dan teknologi (sekolah) untuk kepentingan perusahaan; dan (5) memberikan kepuasan bagi industri atau perusahaan karena diakui ikut serta menentukan hari depan bangsa, melalui PSG. Nilai tambah bagi sekolah adalah (1) tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik lebih terjamin pencapaiannya; (2) terdapat kesesuaian yang lebih tinggi antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, hal ini sesuai dengan prinsip link and match; (3) memberi kepuasan bagi penyelenggara pendidikan atau sekolah karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermakna, baik untuk kepentingan tamatan, industri, serta bangsa. Nilai tambah bagi peserta praktik PSG adalah (1) hasil belajar peserta di industri akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidup dan sebagai bekal untuk mengembangkan dirinya secara berkelanjutan; dan (2) keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan yang selanjutnya akan mendorong siswa untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih tinggi. Pelaksanaan Prakerin pada keahlian teknik informatika dan teknik jaringan di lakukan pada semester pertama di kelas dua selama dua bulan penuh di industri (Bulan Januari sampai dengan Februari). Prakerin lanjutan 37
  • 39. dilaksanakan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh (Juli, Agustus, dan September). Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri. Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh pembekalan dari sekolah dan industri (PT. TELKOM). Biasanya kegiatan ini dilakukan di sekolah. Industri (PT. TELKOM) didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama tiga hari. Di bawah ini disajikan Tabel IV. 1. tentang materi pembekalan dalam rangka PSG di PT. TELKOM Tabel IV.1 Materi pembekalan dalam rangka PSG di PT. TELKOM No. Hari ke- Materi Petugas 1. Pertama 1. Teknik pelaksanaan PSG Sekolah 2. Pengantar umum tentang Teknik PT. TELKOM Jaringan dan Akses Pelanggan; 3. Pengantar umum tentang Teknik Komputer Jaringan. PT. TELKOM 2. Kedua 1. Penyampaian project work untuk Sekolah proyek tugas akhir; 2. Etika pergaulan dan penyesuaian Psikolog diri di lingkungan kerja; 3. Penyampaian format penilaian PSG dan pembagian surat pengantar Sekolah PSG 3. Ketiga 1. Pengarahan pelaksanaan PSG; Kepala Sekolah 2. Pengenalan PT. TELKOM; PT. TELKOM 3. Pembagian dan pengambilan surat Sekolah pengantar PSG. Sumber: Program PSG SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto Pelaksanaan prakerin SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto untuk program keahlian teknik jaringan menggunakan sistem semi blok. Penyelenggaraan prakerin dibagi menjadi dua tahapan, yaitu yang pertama dilaksanakan pada kelas dua, di samping itu diadakan juga pada kelas tiga. Kelas dua dilaksanakan selama dua bulan, sedangkan kelas tiga dilaksanakan selama tiga bulan. Semi blok disini merupakan bentuk dari 38
  • 40. pelaksanaan PSG tipe blok yang dimodifikasi, jika sistem blok pelaksanaan PSG dilakukan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh, maka semi blok merupakan modifikasinya. Dalam hal ini pada tahap pertama yang dilakukan di kelas dua siswa selama dua bulan berada di PT. TELKOM, tidak ada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri, lazimnya adalah kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang diperoleh di industri tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah, sehingga diharapkan keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah masa dua bulan terpenuhi siswa dikembalikan ke sekolah. Kegiatan ini diulangi lagi pada saat siswa kelas tiga, bahkan waktunya lebih lama lagi yaitu selama tiga bulan penuh di PT. TELKOM. Di bawah ini disajikan model penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian teknik jaringan di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Gambar 10. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK Telkom Sandy Putra Purwokerto Klas I Klas II Klas III (1) (3c) (1) (3c) (1) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3c) (3c) (3c) (3b) (3b) (3a) dan (3b) Tata tertib siswa yang melaksanakan PSG di lingkungan Divre IV Jawa Tegah dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah (1) hari dan jam kerja praktik siswa disesuaikan dengan jam kerja pegawai yaitu untuk hari Senin sampai dengan Kamis mulai pukul 07.30 sampai dengan 17.00 WIB, sedangkan hari Jumat mulai pukul 08.00 sampai dengan 16.00, hari Sabtu libur; (2) siswa diharuskan memakai pakaian seragam OSIS atau pakaian kerja lapangan dan tidak diperkenankan memakai pakaian lain di luar pakain tersebut; (3) siswa diwajibkan menyerahkan laporan PSG dalam bentuk makalah, dibuat rangkap tiga; (4) siswa dilarang menyebarkan hasil 39
  • 41. laporan atau penelitiannya kepada pihak lain; (5) siswa di lokasi PSG harus menandatangani surat pernyataan di atas materai Rp. 6000,-; (6) menyerahkan dua lembar pas foto hitam putih ukuran 3x4; (7) melaksanakan dan mengisi daftar hadir setiap hari serta diparaf oleh Kepala Unit kerja atau pembimbing lapangan; (8) menjaga nama abaik sekolah, selalu bersikap santun dan ramah terhadap sesama; dan (9) dilarang menggunakan fasilitas atau sarana PT. TELKOM tanpa ijin, seperti telepon, foto copy, komputer untuk kepentingan pribadi. Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses pembelajaran di PT. TELKOM. Di samping itu pembimbing dari sekolah biasanya menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri, ada permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah menanyakan hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya mengalami permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru pembimbing tidak mempunyai wewenang memberikan penilaian keterampilan siswa. Kegiatan penilaian dilakukan sepenuhnya oleh industri. Bentuk penilaian yang dilakukan oleh industri adalah berkaitan dengan kinerja siswa dalam menyelesaikan bahan menjadi produk jadi. Penilaian dilakukan sesuai dengan kompetensi yang ditempuh siswa di industri. Misalnya untuk PT. TELKOM yang bergerak di bidang jaringan, kompetensi yang dinilai antara lain adalah hasil kerja siswa dalam bidang sistem penyambungan kabel. Di samping itu diberikan juga penilaian mengenai menegenai sikap, etika, semangat kerja, yang mana penilaian ini dimasukkan dalam jurnal harian, yang nantinya dari industri diberikan kepada sekolah. Aspek yang dinilai dalam laporan kemajuan siswa peserta PSG di PT. TELKOM seperti tersaji dalam Tabel IV. 2 di bawah ini. 40
  • 42. Tabel IV.2. Aspek penilaian PSG siswa SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto No. Aspek yang Kriteria Penilaian Bobot Dinilai 1. Disiplin a. Ketentuan jam kerja 40 b. Penggunaan pakaian seragam dan 30 atribut; c. Sikap sopan santun 30 Sub Total 100 2. Kerjasama a. Kemampuan bekerjasama; 40 b. Penyesuaian pendapat; 30 c. Pertimbangan dan penerimaan usul 30 orang lain Sub Total 100 3. Inisiatif a. Mencari tata kerja baru; 25 b. Pemberian saran yang baik; 25 c. Mampu mengemukakan pendapat 50 Sub Total 100 4. Kerajinan a. Mempelajari setiap hal baru; 40 b. Membentu pelaksanaan tugas 30 kelompok; c. Membantu pelaksanaan tugas 30 pembimbing Sub Total 100 5. Tanggungjawab a. Memelihara barang milik perusahaan; 40 b. Penyelesaian tugas sampai tuntas; 30 c. Tidak melempar tanggungjawab 30 Sub Total 100 6. Sikap a. Keiklasan dalam melaksanakan tugas; 30 b. Penghargaan terhadap bidang tugas orang lain; 30 c. Jujur dan bertanggungjawab 40 Sub Total 100 7. Prestasi a. Kesungguhan; 30 b. Kecakapan; 30 c. Hasil kerja 40 Sub Total 100 Sumber: Program PSG SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto Setelah penarikan, siswa biasanya diminta sekolah untuk membuat laporan pelaksanaan prakerin di PT. TELKOM Setelah laporan jadi, selanjutnya siswa diuji oleh pembimbing yang berasal dari sekolah. Siswa memperoleh hasil nilai prakerin dari sekolah, yang mana nilai dari siswa merupakan rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari pembimbing lapangan. 41
  • 43. 5).Kasus SMKN 2 Klaten Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Klaten di lakukan pada semester kedua di kelas tiga selama tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri. Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN 2 Klaten dirancang dalam empat tahun. Klas satu sampai dengan klas tiga muatan kurikulumnya sama dengan Program Keahlian Mesin Perkakas di SMK tiga tahun. Pada kelas empat siswa melaksanakan prakerin di industri selama satu tahun, di samping Prakerin yang diadakan di kelas tiga. Pada siswa yang tidak memperoleh tempat Prakerin, atau mengikuti Prakerin tetapi sebelum masa satu tahun sudah selesai, maka SMK membekali mereka dengan praktik produktif hingga mencapai satu tahun. Pada akhir semester delapan siswa yang memiliki keterampilan kategori sangat baik, didaftarkan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta. Biasanya jumlah peserta yang diikutsertakan ujian kompetensi sekiutar 10 siswa. Hal ini dilakukan, karena biaya untuk ujian kompetensi sangat besar untuk ukuran sekolah, yaitu per peserta adalah 1,5 juta rupiah. Jika pihak panitia ujian kompetensi dalam hal ini ATMI Surakarta meminta sekolah menyediakan mesin ujinya, maka jumlah pesertanya menjadi berkurang, karena jumlah mesin yang memenuhi syarat untuk ujian kompetensi hanya tiga unit. Pada tahun 2007 jumlah siswa yang lulus ujian kompetensi adalah tiga orang. Siswa yang mengikuti Prakerin selama di kelas empat di PT. KHS, biasanya memperoleh sertifikat yang setara dengan hasil ujian kompetensi. Namun demikian menurut guru SMKN 2 Klaten Program Keahlian Mesin Perkakas, kualitas sertifikat dari PT. KHS masih di bawah sertifikat yang diperoleh dari ATMI Surakarta. Selanjutnya dikatakan bahwa, nilai rata-rata hasil uji kompetensi dari ATMI sebesar 5,5 lebih dihargai dibanding nilai delapan atau sembilan yang diperoleh dari PT. KHS. Hal ini disebabkan 42
  • 44. industri tempat Prakerin merasa “hutang budi” kepada siswa karena sudah dibantu, sehingga ketika memberikan nilai dalam sertifikat cenderung tinggi yaitu antara delapan sampai dengan sembilan. Siswa yang melaksanakan Prakerin di sekolah juga memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah. Hal ini sangat dimungkinkan, karena salah satu guru Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN2 Klaten telah memiliki sertifikat asesor sebagai penguji ujian kompetensi. Meskipun kualitas sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah masih kurang dihargai, namun dirasakan sangat berarti bagi siswa. Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama dua hari. Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. Karya Hidup Sentosa (KHS) Yogyakarta, PT. Katshiro Indonesia jakarta. Pada tahun 2006, 2007 siswa diberangkatkan dalam dua gelombang secara bersama-sama, namun pada tahun 2008 ini jumlah gelombang lebih banyak lagi, semua itu tergantung kepada industri pasangan. Di bawah ini disajikan gambar tentang pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMKN2 Klaten. Gambar 11. Prakerin Model 1 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di PT. KHS Gelombang pertama I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3c) (3b) (3b) (3b) 43
  • 45. Gambar 12. Prakerin Model 2 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di PT. KHS Gelombang kedua I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3b) (3b) (3b) (3c) Gambar 13. Prakerin Model 3 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3c) (3b) (3b) (3b) Gambar 14. Prakerin Model 4 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah I II III IV (1) (1) (1) (3c) (2) (2) (2) (3a) (3a) (3b) (3b) (3b) (3c) Keterangan: : Prakerin di industri : Ujian kompetensi dengan ATMI atau dengan SMK 3 : Prakerin di industri atau di sekolah Pada saat kelas tiga, semua siswa mengikuti Ujian Nasional (UN). Jadi UN tidak dilaksanakan pada klas empat. Pada kelas tiga itulah siswa memperoleh ijasah atau STTB, namun demikian mereka belum dianggap tamat, sebab masih ada waktu satu tahun untuk menyelesaikan studi di Program Keahlian Mesin perkakas. Pada tahun keempat itulah mereka melaksanakan Prakerin yang kedua, sedapat mungkin sampai memperoleh 44
  • 46. sertifikat kompetensi dari industri ataupun dari lembaga tempat uji kompetensi, misalnya ATMI Surakarta. 3. JUMLAH DAN KEMAMPUAN LULUSAN SMK DI JAWA TENGAH a. Kasus SMK St. Mikail Surakarta Di SMK Mikael Solo tingkat angka mengulang kelas sebesar 0,8% dan terjadi pada tahun pelajaran 2005/2006, sedangkan pada tahun pelajaran 2004/2005 dan 2006/2007 angka mengulang kelas nol persen. Nilai rerata UN Bahasa Inggris tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007) berturut-turut 6,82; 8,04; dan 8,29. Nilai rerata UN untuk mata pelajaran Matematika tiga tahun terakhir (2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007) berturut-turut 7,75; 7,68; dan 8,23. Persentase lulusan empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut-turut 95%; 97,5%; 100%; dan 100%. Dengan demikian angka pengulang kelas, jumlah DO, nilai UN, dan jumlah lulusan yang demikian di kedua sekolah tersebut menjadi salah satu good practice dan ciri keberhasilan pengelolaan SMK bertaraf internasional. Di SMK Mikael Solo jumlah lulusan empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) yang mengisi kesempatan kerja sesuai dengan program studinya berturut-turut sebanyak 43 orang, 57 orang, 59 orang, 60 orang. Sisanya lebih kurang 50% lulusan dari tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 melanjutkan ke perguruan tinggi. Mayoritas ke Akademik Teknik Mesin dan Industri (ATMI) Solo, Universitas Sanata Dharma, Atmajaya Yogyakarta, dan sejumlah perguruan tinggi negeri. Masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama maksimal 1-3 bulan. Di samping itu permintaan tenaga kerja oleh industri selama empat tahun terakhir (2004, 2005, 2006, dan 2007) berturut- turut 42 orang, 50 orang, 43 orang, dan 50 orang. Dari permintaan tersebut hanya dapat dipenuhi sebanyak 10 orang, 16 orang, 13 orang, dan 15 orang, sehingga terdapat surplus permintaan sebesar 32 orang, 34 orang, 30 orang, dan 35 orang tenaga kerja. Dengan demikian banyaknya lulusan yang terserap oleh dunia kerja, surplus permintaan tenaga kerja, dan masa tunggu yang relatif pendek untuk mendapatkan pekerjaan pertama merupakan good practice pengelolaan SMK bertaraf internasional. 45
  • 47. b. Kasus SMKN 2 Cilacap Gambaran kemampuan lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap dapat diprediksi dari data lulusan, serta status kelulusannya. Di bawah ini disajikan Tabel IV. Tentang data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005; 2005/2006; dan 2006/2007. Tabel IV.3. Data lulusan SMKN Negeri 2 Cilacap tahun ajaran 2004/2005; 2005/2006; dan 2006/2007 No. Tahun Jumlah Jumlah Status Pekerjaan Pelajaran Peserta Lulusan Dikontrak Bekerja Tidak tahu Ujian sebelum Setelah lulus Lulus 1. 2004/2005 395 393 (99,5) 116 (29,5) 132 (33,6) 145 2. 2005/2006 400 396 (99) 67 (16,9) 101 (25,5) 228 3. 2006/2007 397 394 97 (24,6) 2 (0,5) 295 (99,25) Sumber: Data lulusan SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2007 Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah lulusan berturut-turut mulai tahun 2004 sampai dengan 2007 adalah 99,5%; 99% dan 99,25%, ini berarti bahwa terdapat fluktuasi prosentase jumlah lulusan, meskipun fluktuasinya sangat kecil. Meskipun demikian prosentase jumlah siswa yang lulus dibandingkan angka kelulusan Propinsi Jawa Tengah adalah lebih besar, sebab tahun 2005/2006 (99%>87,46%), serta tahun pelajaran 2006/2007 (99,25%>91,88%). Hal ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di SMK Negeri 2 Cilacap relatif baik. Berdasarkan tabel di atas nampak juga bahwa prosentase siswa yang dikontrak bekerja di industri terjadi fluktuasi yaitu naik turun antara tahun 2004 sampai dengan 2007. Secara agregatif nampak bahwa pada tahun 2004/2005 lulusan yang dikontrak bekerja di industri sebesar 29,5%, sementara lulusan tahun pelajaran 2005/2006 menurun menjadi 16,9% serta pada tahun pelajaran 2006/2007 naik lagi menjadi 24,6%. Hal ini selaras dengan kondisi industri di bidang rekayasa yang berfluktuatif antara tahun 2004 sampai dengan 2007. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan sekolah dalam berkomunikasi dengan industri terjadi cukup baik, sehingga belum lulus pun siswa sudah banyak yang dikontrak oleh industri. 46
  • 48. Secara kasus per kasus, di alinea di bawah ini akan disajikan dinamika perekrutan tenaga kerja yang dilakukan oleh BKK SMK Negeri 2 Cilacap. Sebanyak 310 siswa kelas III Bidang Keahlian Teknik Mesin dan Listrik dari SMK negeri dan SMK swasta di Kabupaten Cilacap mengikuti seleksi calon karyawan yang diselenggarakan perusahaan shock absorber PT Showa Indonesia MFG Industri.Seleksi yang berlangsung di aula SMK Negeri 2 Jl Budi Utomo 8, Cilacap itu dilaksanakan secara ketat. Setiap siswa harus mengikuti ujin tertulis sesuai dengan bidang keahliannya, tes fisik, sikap mental, dan penampilan. Selain itu, setiap peserta juga harus memenuhi persyaratan bebas narkoba, tidak bertato, dan tidak ada lubang tindik di telinganya. Seleksi berlangsung selama dua hari dan baru berakhir Rabu petang 31 Maret 2008. Selain diikuti 310 siswa kelas III, proses seleksi calon karyawan PT Showa Indonesia MG Industri juga diikuti 28 alumni SMK Negeri 2 Cilacap. Peserta sebanyak itu yang dinyatakan lolos seleksi 106 anak. ''Mereka sekarang hanya tinggal mengikuti medical test. Dalam usianya yang masih muda, saya kira mereka akan lolos medical test semua,'' kata Koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 2 Cilacap, Sudirman SPd. Sampai tahun 2008 sudah ada lima perusahaan yang mengadakan seleksi calon karyawan bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 2. Yaitu, PT Paraso, PT Astra Motor, PT Berjaya Bintang Samudera, PT Kinoria Gayu Mukti, dan PT Showa Indonesia MFG Industri. Jumlah siswa yang telah berhasil direkrut sebagai karyawan di perusahaan tersebut sebanyak 414 anak yang terdiri atas 243 siswa kelas III yang belum lulus dan 171 alumni. ''Lima orang yang lulus seleksi yang diadakan oleh PT Berjaya Bintang Samudera akan dipekerjakan di Jepang. Mereka seluruhnya berasa dari Program Keahlian Nautika Perikanan Laut,'' katanya. BKK SMK Negeri 2 Cilacap, mulai melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal penyaluran lulusan SMK sejak 2001. Sampai saat ini jumlah lulusan SMK, baik negeri maupun swasta, yang telah berhasil ditempatkan di sejumlah industri di Jakarta 1.913 orang. Dari jumlah itu, 782 di antaranya dari SMK Negeri 2 Cilacap. Kepala SMK Negeri 2 Drs H Kisyamto MM 47