Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengkaji potensi lulusan SMK Kota Semarang melalui tiga variabel yaitu kesiapan lulusan bekerja, kesiapan lulusan berwirausaha, dan kesiapan lulusan studi lanjut.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan lulusan bekerja dan kesiapan lulusan berwirausaha berada pada kateg
1. Potensi Lulusan SMK Kota Semarang
Oleh: Suharto NIM 0101610005
PPs S-3 Manajemen Pendidikan Unnes
Abstrak:
Potensi lulusan SMK Kota Semarang dideskripsikan dalam tiga variabel: kesiapan lulusan
bekerja, kesiapan lulusan berwirausaha, dan kesiapan lulusan studi lanjut. Penelitian ini
dimulai dari bulan Agustus s.d Desember 2009. Kuesioner yang berisi indikator dan butir
tentang tiap variabel tersebut sebagai alat ukur dibagikan kepada para siswa kelas akhir SMK
sebagai sampel yang berjumlah 200 siswa. Mereka terdiri dari 30 siswa dari 4 SMK negeri
dan 170 siswa dari 28 SMK swasta di Kota Semarang yang terpilih secara acak dari 84 SMK
di Kota Semarang, Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, digunakan tryout
instrumen untuk 30 responden yang kemudian diuji validitas dan realibilitasnya dengan
bantuan SPSS. Hanya butir pertanyaan yang valid dan reliabel saja yang digunakan dalam
penelitian ini. Hasil kajian lulusan SMK menunjukkan bahwa, kesiapan lulusan bekerja, dan
kesiapan lulusan berwirausaha dapat dinyatakan baik, sedangkan kesiapan lulusan studi lanjut
masih menunjukkan keadaan kurang baik. Hal itu tercermin beban studi MIPA di SMK dan
uji coba kompetensi MIPA, kategori kurang baik walaupun kompetensi guru SMK dan
potensi lulusan studi lanjut kurang baik
Kata kunci: Kajian, Potensi, Lulusan SMK, Kota Semarang.
1. PENDAHULUAN
PP No.19/2005 Pasal 26 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan
tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Di tengah belum meratanya kualitas pendidikan sekolah menengah kejuruan atau
SMK di berbagai wilayah Indonesia, siswa SMK dalam berbagai ajang lomba keahlian
berstandar internasional mampu bersaing dengan pelajar dari pendidikan kejuruan dari
negara-negara lain. Pemerintah bertanggungjawab meningkatkan pembinaan kompetensi
siswa SMK berprestasi di tingkat nasional sehingga mampu mengharumkan nama
bangsa di tingkat dunia. Menurut Joko Sutrisno (2009), Direktur Pembinaan SMK
Depdiknas, dalam ASEAN Skill Competition yang sudah enam kali diikuti siswa SMK
Indonesia, prestasi Indonesia terus meningkat. Prestasi lain seperti pembuatan mobil
ESEMKA yang dikerjakan oleh Siswa SMK Negeri 1 Singosari Malang, SMK
Borobudur Magelang, SMK Negeri 4 Jakarta dan SMK Negeri 1 Cibinong dapat
1
2. meningkatkan citra SMK dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan
dan potensi SMK. Sudah ada beberapa perusahaan yang membuka kerja sama dengan
SMK-SMK seperti PT NEC Indonesia, PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Mustika Ratu,
PT Autocar Industri Komponen, PT Shigata Tool Indonesia dan PT Inti Kanzen Motor.
Minat masyarakat masuk SMK terkendala sikap masyarakat pada umumnya
yang masih membanggakan gelar kesarjanaan, yang peluangnya kecil bila mereka
masuk SMK. Bersekolah di SMK tidak favorit bagi lulusan sekolah menengah pertama,
citra SMK sebagai sekolah nomor dua membuat SMK tidak populer, dianggap hanya
cocok bagi kaum muda yang harus bekerja setelah lulus dari SMK. Citra buruk lainnya
seperti siswa SMK suka tawuran, tidak bergengsi, atau tidak keren, akhirnya, banyak
lulusan SMP yang lebih memilih masuk SMA. Jika ada yang memilih SMK, umumnya
karena tidak diterima di SMA favoritnya.
Persepsi masyarakat tersebut harus dapat dijawab melalui prestasi SMK dalam
mengembangkan karir lulusannya termasuk peluang masuk perguruan tinggi. Ketiga
harapan lulusan SMK berpeluang bekerja, menjadi wirausahawan dan melanjutkam ke
pendidikan tinggi tersebut telah dipromosikan lewat berbagai media. Oleh karena itu,
sebagai tindak lanjut hasilnya perlu dilakukan tracer study lulusan SMK baik yang
bekerja, menjadi wirausahawan, maupun melanjutkan di perguruan tinggi.
Di Kota Semarang terdapat 84 SMK semua jurusan (37 SMK Jurusan Teknologi
dan Industri; 32 SMK Jurusan Bisnis dan Manajemen, dan lainnya); 11 SMK status
Negeri dan lainnya status swasta. Apabila tiap SMK meluluskan 100 orang maka tidak
kurang dari 8400 orang lulusan SMK setiap tahun akan menentukan nasibnya. Kajian
lulusan SMK Kota Semarang ini disusun berdasarkan pendekatan sistem, dan mengingat
keterbatasan-keterbatasan yang ada dibatasi pada lingkungan internal, yang ditujukan
mendeskripsikan tiga variabel (1) kesiapan lulusan SMK bekerja, (2) kesiapan lulusan
SMK berwirausaha, dan (3) kesiapan lulusan SMK studi lanjut. Kajian atas variabel-
variabel tersebut tidak dimaksudkan menelusuri hubungan kausalitas di antaranya.
Terhadap harapan lulusan SMK memperoleh pekerjaan perlu
mempertimbangkan kompetensi tenaga kerja industri agar dapat dirumuskan profil
2
3. lulusan SMK. Profil lulusan SMK harus bersifat dinamis dan selalu menjadi dasar dalam
manajemen pembelajaran. Terhadap harapan lulusan SMK menjadi wirausahawan
sebaiknya langsung dikaitkan dengan pihak investor (Bank, lembaga keuangan). Sejak
masuk sekolah siswa SMK sudah mencanangkan keinginannya menjadi wirausahawan,
selanjutnya pihak Sekolah (Dinas Pendidikan, Pemerintah) memfasilitasi rancangan
permodalan pada saatnya sudah lulus. Pola pikir menjadi wirausahawan ini sudah
ditanamkan sejak masuk SMK, jangan hanya diharapkan setelah lulus dan dibiarkan
menjadi wirausahawan sendiri tanpa pendampingan. Terhadap harapan lulusan SMK
melanjutkan ke perguruan tinggi, perlu dikaji kembali tingkat ketercapaiannya. Hal ini
berkaitan dengan tingkat kemampuan kognitif SMK, khususnya ilmu-ilmu dasar seperti
matematika, fisika, dan kimia yang diperoleh di SMK diduga kurang memadai sebagai
bekal mengikuti pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Fattah (2000: 28), ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator
dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan, yaitu: (1) dapat tidaknya seorang
lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, (2) dapat tidaknya memperoleh
pekerjaan, (3) besarnya penghasilan (gaji) yang diterima, dan (4) sikap perilaku dalam
konteks sosial, budaya, dan politik. Setiap unsur input dan output serta outcome dan
dampak mengandung nilai baik secara ekonomi maupun non-ekonomi (tak berwujud).
Proses tersebut adalah transformasi atas input yang kemudian menghasilkan outcome
(hasil) sebagaimana dilukiskan Gambar 1.
3
4. Kajian lulusan SMK Kota Semarang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
kesiapan lulusan bekerja; (2) mendeskripsikan kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3)
mendeskripsikan kesiapan lulusan studi lanjut. Sedangkan manfaatnya adalah (1)
perumusan strategi promosi SMK kepada masyarakat; (2) perumusan Program
pendampingan terhadap lulusan SMK; dan (3) perumusan pola kerjasama strategis
SMK- Industri mitra/UKM. Definisi operasional tiap variabel sebagai berikut:
(1) Kesiapan lulusan bekerja: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal yang
telah ditetapkan yang meliputi pengetahuan bidang vokasional, keterampilan
operasional, dan kemampuan berkomunikasi dan kerjasama dengan indikator: (1)
kompetensi lulusan; (2) potensi memperoleh pekerjaan; (3) pengalaman praktek
kerja melalui joborder
(2) Kesiapan lulusan berwirausaha: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal
yang telah ditetapkan yang meliputi keterampilan manajerial, perencanaan produksi
dan pemasaran dan, dan pengelolaan keuangan dengan indikator: (1) kemampuan
kewirausahaan; (2) prediksi bidang usaha; dan (3) Potensi lulusan berusaha.
(3) Kesiapan lulusan studi lanjut: adalah terpenuhinya kompetensi standar minimal yang
telah ditetapkan yang meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa dengan
indikator: (1) beban studi MIPA di SMK; (2) uji coba kompetensi MIPA; (3)
kompetensi guru SMK; dan (4) Potensi lulusan studi lanjut.
Butir-butir pernyataan dirumuskan dengan menggunakan skor dan
pemaknaannya: skor 4 (sangat baik), skor 3 (baik), skor 2 (kurang baik) dan skor 1
(tidak baik).
Kajian lulusan SMK Kota Semarang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
kesiapan lulusan bekerja;(2) mendeskripsikan kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3)
mendeskripsikan kesiapan lulusan studi lanjut. Berdasarkan hasil kajian ini diharapkan
dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan strategis guna mewujudkan Kota Semarang
sebagai kota vokasi antara lain dalam pencapaian sasaran berikut: (1) perumusan strategi
promosi SMK kepada masyarakat; (2) perumusan Program pendampingan terhadap
lulusan SMK; dan (3) perumusan pola kerjasama strategis SMK – Industri mitra/UKM.
4
5. 2. METODE PENELITIAN
Lingkup kajian ini bersifat internal, karena mendasarkan penggalian data dalam
lingkungan penyelenggara pendidikan SMK yang tersebar di seluruh Kota Semarang. Kajian
ini menggunakan analisis deskriptif atas variabel-variabel yang diukur dengan menggunakan
skala Likert 1, 2, 3, dan 4. Besaran satu variabel tidak dihubungkan dengan variabel lainnya.
Deskripsi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran variabel melalui kusioner yang dibagikan
para responden, yaitu para siswa tingkat akhir pada SMK yang bersangkutan. Variabel Kajian
5
6. meliputi (1) kesiapan lulusan bekerja; (2) kesiapan lulusan berwirausaha; dan (3) kesiapan
lulusan studi lanjut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Variabel-Variabel
Hasil pengukuran skor variabel untuk mendeskripsikan secara umum keadaan variabel-
variabel penelitian ini dapat dilihat dari besarnya skor minimum, skor maksimum, rank, mean,
dan standar deviasi, seperti disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kesiapan lulusan SMK bekerja, Kesiapan lulusan SMK berwirausaha,
dan Kesiapan lulusan SMK studi lanjut
Kesiapan Lulusan Kesiapan Lulusan Kesiapan Lulusan
Skor SMK Bekerja SMK Berwirausaha SMK Studi lanjut
(X1) (X2) (X3)
Minimum 17 17 16
Maksimum 68 68 64
Rank 51 51 48
Mean 49,91 47,20 36,46
Standar
5,37 8,78 8,69
deviasi
Deskripsi variabel (1) Kesiapan lulusan bekerja, (2) Kesiapan lulusan berwirausaha, dan
(3) Kesiapan lulusan studi lanjut diuraikan berikut ini.
1. Variabel Kesiapan Lulusan Bekerja
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Bekerja
No Kategori Skala Frekuensi Persentase
1 Sangat baik 55,25-68,00 24 12,0
2 Baik 42,50-55,25 163 81,5
3 Kurang 29,75-42,50 12 6,0
4 Tidak 17,00-29,75 1 0,5
Jumlah 200 100,0
6
7. 2. Variabel Kesiapan Lulusan Berwirausaha
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Berwirausaha
No Kategori Interval Frekuensi Persentase
1 Sangat baik 55,25-68,00 39 19,5
2 Baik 42,50-55,25 97 48,5
3 Kurang baik 29,75-42,50 60 30,0
4 Tidak baik 17,00-29,75 4 2,0
Jumlah 200 100,0
3. Variabel Kesiapan Lulusan Studi Lanjut
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kesiapan Lulusan Studi Lanjut
No Kategori Interval Frekuensi Persentase
1 Sangat baik 52,00-64,00 5 2,5
2 Baik 40,00-52,00 56 28,0
3 Kurang baik 28,00-40,00 105 52,5
4 Tidak baik 16,00-28,00 34 17,0
Jumlah 200 100,0
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesiapan lulusan studi lanjut secara
umum kurang baik. Hal ini terungkap terdapat 105 responden memperoleh skor berada di
interval 28,00 – 40,00 dengan kategori kurang baik.
Tabel 4.5. Distribusi Skor Indikator Variabel Kesiapan Lulusan Studi Lanjut
Skor indikator
Indikator
Min. Maks. Rerata Persentase Keterangan
1. Beban Studi MIPA di
4 16 8,32 52,00 Kurang baik
SMK
2. Kompetensi Guru SMK 5 20 12,51 62,55 Baik
3. Uji Coba Kompetensi
4 16 7,78 48,63 Kurang baik
MIPA
4. Potensi Lulusan Studi
3 12 7,87 65,58 Baik
Lanjut
7
8. Sebagai standar pengukuran terhadap masing-masing variabel dilakukan dari
data ideal ke dalam kategori dentzan menggunakan formula sebagai berikut :
Skor total tertinggi − Skor total terendah 100% − 25%
Interval =
Kategori = 4 = 18.75%
KATEGORI SKOR
Sangat baik 81,75%≤skor≤100%
Baik 62,5%≤skor≤81,25%
Kurang Baik 43,75%≤skor≤62,5%
Tidak Baik 25%≤skor≤43,75%
Berdasarkan sebaran skor indikator-indikator variabel kesiapan lulusan studi
lanjut, indikator-indikator kompetensi guru SMK, dan potensi lulusan studi lanjut masuk
kategori baik sebagaimana dipersepsikan responden berturut-turut sebesar 62,55% dan
65,58%, sedangkan beban studi MIPA di SMK dan uji coba kompetensi MIPA ternyata
masih kurang baik sebagaimana dipersepsikan reponden berturut-turut 52% dan 48,63%.
4. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebagaimana dikemukakan di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
(1) Kesiapan bekerja bagi lulusan SMK dengan indikator kompetensi lulusan, potensi
memperoleh pekerjaan, dan pengalaman praktek kerja melalui joborder yang
merupakan aspek kompetensi keterampilan dan keahlian lulusan SMK sudah baik.
(2) Kesiapan berwirausaha bagi lulusan SMK dengan indikator kemampuan
berwirausaha, prediksi bidang usaha, dan potensi lulusan berwirausaha dapat
dinyatakan baik.
(3) Kesiapan studi lanjut bagi lulusan SMK dapat dinyatakan kurang baik dengan
indikator beban studi MIPA di SMK, uji coba kompetensi MIPA ternyata masih kurang
baik juga sedangkan kompetensi guru SMK, dan potensi lulusan studi lanjut kualitas
kurang baik.
8
9. Rekomendasi
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta simpulan kajian ini berikut ini
dikemukakan rekomendasi pengembangan SMK sebagai dasar kebijakan Dinas Pendidikan
Kota Semarang:
(1) Kesiapan lulusan SMK bekerja rata-rata dinyatakan baik. Namun demikian, kerja
sama dengan dunia usaha dan industri sebaiknya dijadikan program yang terintegrasi
secara kurikuler khususnya dalam kelompok mata pelajaran produktif yang di
dalamnya terdapat pengalaman praktek kerja melalui joborder. Perlu upaya terencana
mengembangkan mata pelajaran produktif dengan mengacu pada Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang mengarah pada pemberian sertifikat
kompetensi pada setiap lulusan SMK selain ijazah yang didasarkan pada hasil ujian
nasional.
(2) Kesiapan lulusan berwirausaha secara rata-rata dinyatakan baik ditandai kemampuan
kewirausahaan dan prediksi bidang usaha yang dapat dinyatakan baik. Namun
demikian, permasalahan klasik dalam kewirausahaan adalah kesiapan mental dan
modal untuk merintis usaha baru bagi lulusan SMK. Oleh karena itu perlu
direncanakan program pendampingan bagi siswa SMK (yang diseleksi berminat
berwirausaha setelah lulus) selama menjalankan praktek kewirausahaan, dan berlanjut
program pendampingan setelah lulus SMK.
(3) Kesiapan studi lanjut secara rata-rata kurang baik tercemin beban studi MIPA di SMK
dan uji coba kompetensi MIPA, ternyata masih kurang baik walaupun kompetensi guru
SMK dan potensi lulusan studi lanjut sudah baik. Studi lanjut ditentukan kemampuan
lulusan lolos seleksi masuk pendidikan tinggi yang utamanya tentang mata uji MIPA,
dan kemampuan pembiayaan selama studi. Dengan demikian, upaya peningkatan
kemampuan lulusan SMK melanjutkan studi harus tetap dijalankan agar SMK tetap
memiliki daya tarik bagi lulusan SMP untuk memasukinya. Beban studi MIPA di SMK
perlu ditingkatkan agar kompetensi materi MIPA setara dengan siswa SMA.
9
10. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum SMK. Jakarta: Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.
Dasuki, Achmad. 2009. Reformasi Guru Dan Tantangannya.Jakarta: Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Ghozalia, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP
Universitas Diponegoro.
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan-Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. P.T. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementas.
Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Sa’ud, Udin Syaefudin & Abin Syamsuddin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan: Suatu
Pendekatan Komprehensif. Program Pascasarjana UPI & PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
10