Teks tersebut membahas pendekatan vegetatif dalam upaya konservasi Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo khususnya Sub DAS Keduang. Sub DAS Keduang mengalami degradasi berat akibat erosi dan sedimentasi tinggi yang disebabkan pengelolaan sumber daya alam yang tidak tepat. Pendekatan konservasi dengan vegetatif diharapkan dapat menekan degradasi dengan menanam tanaman yang dapat mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas tanah s
1. Dokumen tersebut membahas tentang upaya pelestarian hutan dan sumber daya air. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan seperti deforestasi, eksploitasi sumber daya alam, dan kebijakan pemerintah daerah.
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatFuad Ramadhan
Tiga faktor utama yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air di Indonesia adalah kondisi sumber daya air yang variatif, pertambahan jumlah penduduk yang tidak merata, dan ketersediaan prasarana dan sarana penyediaan air yang masih minim terutama di perdesaan.
Krisis air bersih disebabkan oleh berkurangnya ketersediaan air bersih akibat pencemaran, perubahan tata guna lahan, dan dampak perubahan iklim. Upaya pemecahan masalahnya meliputi kampanye hemat air, pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, serta kerja sama antar sektor dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas program pelestarian mangrove di pesisir pantai Sambuli, Sulawesi Tenggara. Program ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian mangrove melalui identifikasi, penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan mangrove. Metode yang digunakan meliputi survey, penyuluhan kepada masyarakat, penanaman bibit mangrove, dan monitoring pertumbuhan mangrove. Hasil awal menunjukkan pertumbuhan mangrove dan kemb
1. Dokumen tersebut membahas tentang upaya pelestarian hutan dan sumber daya air. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan seperti deforestasi, eksploitasi sumber daya alam, dan kebijakan pemerintah daerah.
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatFuad Ramadhan
Tiga faktor utama yang berkaitan dengan permasalahan sumber daya air di Indonesia adalah kondisi sumber daya air yang variatif, pertambahan jumlah penduduk yang tidak merata, dan ketersediaan prasarana dan sarana penyediaan air yang masih minim terutama di perdesaan.
Krisis air bersih disebabkan oleh berkurangnya ketersediaan air bersih akibat pencemaran, perubahan tata guna lahan, dan dampak perubahan iklim. Upaya pemecahan masalahnya meliputi kampanye hemat air, pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, serta kerja sama antar sektor dan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas program pelestarian mangrove di pesisir pantai Sambuli, Sulawesi Tenggara. Program ini bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian mangrove melalui identifikasi, penyuluhan, penanaman dan pemeliharaan mangrove. Metode yang digunakan meliputi survey, penyuluhan kepada masyarakat, penanaman bibit mangrove, dan monitoring pertumbuhan mangrove. Hasil awal menunjukkan pertumbuhan mangrove dan kemb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat Rancangan Ide Pelayanan Home Care pada Rumah Sakit Swasta di Masa Depan, untuk membantu program rumah sakit pemerintah yang telah dijalankan selama ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan karya tulis ilmuah ini adalah bagaimana rancangan program pelayanan home care rumah sakit swasta di masa depan?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif dan efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara mandiri.
b. Meningkatkan kemandir
Makalah ini membahas tentang sedimentasi yang didefinisikan sebagai proses pengendapan material yang ditransport oleh air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Terdapat beberapa jenis sedimentasi seperti lithougenus, biogeneuos, hidreogenous, dan cosmogerous. Faktor yang mempengaruhi sedimentasi antara lain karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup, dan sifat fisik batuan.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan hidup di Indonesia. Ada beberapa masalah lingkungan hidup seperti pencemaran sungai, laut, dan tanah serta kerusakan hutan. Penyebab masalah tersebut adalah aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan hidup seperti penerapan teknologi ramah lingkungan dan keterlibatan masyar
Dokumen tersebut membahas kondisi pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Juga dibahas lima dimensi ketahanan air nasional dan hubungannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Goal 6 tentang air bersih dan sanitasi.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengelolaan kawasan sempadan danau di Indonesia. Ada beberapa masalah umum yang terjadi pada danau seperti peningkatan kadar limbah, pendangkalan akibat sedimentasi, hama eceng gondok, dan berkurangnya vegetasi. Diperlukan penanganan seperti pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, mengurangi beban limbah, revitalisasi ekologi sekitar danau, pemanfaatan eceng gond
Dokumen tersebut membahas latar belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon dan tujuan praktikum manajemen sumberdaya perairan. DAS Babon merupakan salah satu DAS penting bagi ekosistem Jawa Tengah karena menerima limbah rumah tangga dan industri yang mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Praktikum bertujuan memberikan pemahaman pengelolaan sumberdaya perairan pada ekosistem tersebut dari segi fisika, kimia
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
Diskusi kelompok membahas penataan sumber daya air untuk menghadapi perubahan iklim global dalam rangka ketahanan nasional. Kelompok ini menyarankan peningkatan pengelolaan sumber daya air, perencanaan antisipasi dampak perubahan iklim, dan budaya hemat air melalui regulasi dan sosialisasi.
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah TanggaOswar Mungkasa
diterbitkan pada majalah PERCIK Edisi 4 Tahun 2012. Percik diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Nasional secara berkala
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Alquran mengenai ekosistem, kerusakan lingkungan akibat campur tangan manusia seperti penebangan hutan dan intensifikasi pertanian, serta kewajiban melestarikan lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang keanekaragaman hayati, perubahan lingkungan, pemanasan global, dan dampaknya bagi ekosistem.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan sumber daya air. Ia menjelaskan pengertian sumber daya alam, air dan sumber daya air. Dokumen juga menjelaskan manfaat air, siklus hidrologi air, dan pencemaran air beserta penyebab dan penanggulangannya. Proses pembelajaran sumber daya air di sekolah dasar juga dijelaskan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain : Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat Rancangan Ide Pelayanan Home Care pada Rumah Sakit Swasta di Masa Depan, untuk membantu program rumah sakit pemerintah yang telah dijalankan selama ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan karya tulis ilmuah ini adalah bagaimana rancangan program pelayanan home care rumah sakit swasta di masa depan?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif dan efisien yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Memenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko- sosial- spiritual) secara mandiri.
b. Meningkatkan kemandir
Makalah ini membahas tentang sedimentasi yang didefinisikan sebagai proses pengendapan material yang ditransport oleh air, angin, es atau gletser di suatu cekungan. Terdapat beberapa jenis sedimentasi seperti lithougenus, biogeneuos, hidreogenous, dan cosmogerous. Faktor yang mempengaruhi sedimentasi antara lain karakteristik hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup, dan sifat fisik batuan.
Dokumen tersebut membahas tentang lingkungan hidup di Indonesia. Ada beberapa masalah lingkungan hidup seperti pencemaran sungai, laut, dan tanah serta kerusakan hutan. Penyebab masalah tersebut adalah aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan hidup seperti penerapan teknologi ramah lingkungan dan keterlibatan masyar
Dokumen tersebut membahas kondisi pengelolaan sumber daya air di Indonesia, termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Juga dibahas lima dimensi ketahanan air nasional dan hubungannya dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Goal 6 tentang air bersih dan sanitasi.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengelolaan kawasan sempadan danau di Indonesia. Ada beberapa masalah umum yang terjadi pada danau seperti peningkatan kadar limbah, pendangkalan akibat sedimentasi, hama eceng gondok, dan berkurangnya vegetasi. Diperlukan penanganan seperti pengembangan sumber daya air yang berkelanjutan, mengurangi beban limbah, revitalisasi ekologi sekitar danau, pemanfaatan eceng gond
Dokumen tersebut membahas latar belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Babon dan tujuan praktikum manajemen sumberdaya perairan. DAS Babon merupakan salah satu DAS penting bagi ekosistem Jawa Tengah karena menerima limbah rumah tangga dan industri yang mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Praktikum bertujuan memberikan pemahaman pengelolaan sumberdaya perairan pada ekosistem tersebut dari segi fisika, kimia
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalpariatmono
Diskusi kelompok membahas penataan sumber daya air untuk menghadapi perubahan iklim global dalam rangka ketahanan nasional. Kelompok ini menyarankan peningkatan pengelolaan sumber daya air, perencanaan antisipasi dampak perubahan iklim, dan budaya hemat air melalui regulasi dan sosialisasi.
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah TanggaOswar Mungkasa
diterbitkan pada majalah PERCIK Edisi 4 Tahun 2012. Percik diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Nasional secara berkala
Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Alquran mengenai ekosistem, kerusakan lingkungan akibat campur tangan manusia seperti penebangan hutan dan intensifikasi pertanian, serta kewajiban melestarikan lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang keanekaragaman hayati, perubahan lingkungan, pemanasan global, dan dampaknya bagi ekosistem.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan sumber daya air. Ia menjelaskan pengertian sumber daya alam, air dan sumber daya air. Dokumen juga menjelaskan manfaat air, siklus hidrologi air, dan pencemaran air beserta penyebab dan penanggulangannya. Proses pembelajaran sumber daya air di sekolah dasar juga dijelaskan.
Laporan praktikum ilmu tanah mendeskripsikan hasil pengamatan tanah di dua lokasi, Jumantono dan Jatikuwung. Di Jumantono, tanahnya berjenis Alluvisol dengan 4 lapisan. Sedangkan di Jatikuwung berjenis Vertisol dengan 3 lapisan. Kedua lokasi mendeskripsikan sifat fisika dan kimia tanah meliputi tekstur, struktur, pH dan kandungan hara.
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
Dokumen ini membahas penelitian tentang tingkat erosi permukaan pada lahan pertanian jagung di DAS Alo-Pohu, Gorontalo. Penelitian mengkaji tingkat erosi pada berbagai kemiringan lereng dan curah hujan. Hasilnya menunjukkan tingkat erosi berkisar antara 1,04-176,49 ton/ha/tahun tergantung kemiringan lereng."
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Ellyvia Trisnawati
Dokumen ini membahas tentang degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya degradasi lahan antara lain penebangan hutan, kerusakan lahan oleh manusia, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan kegagalan reklamasi lahan. Dampak degradasi lahan meliputi perubahan iklim, hilangnya spesies, sering terjadinya banjir dan kekeringan, tanah menjadi tandus dan tidak
Dokumen tersebut memberikan 7 cara yang akan gagal dalam melakukan bootstraping perusahaan, yaitu: 1) menunggu ada modal dulu, 2) menunggu ada partner tapi salah memilih partner, 3) tidak punya atau tidak fokus pada produk dan jasa yang fundamental, 4) tidak mampu berkomunikasi dengan baik, 5) malas belajar tentang keuangan dan manajemen, 6) menerima semua pekerjaan tanpa fokus, dan 7) tidak pernah memulai k
Dokumen tersebut membahas tentang degradasi sungai yang disebabkan oleh degradasi lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, Jawa Timur. Degradasi lahan menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi di sungai yang mengurangi kualitas ekosistem sungai. Studi kasus di DAS Brantas menunjukkan tingkat erosi yang tinggi akibat perubahan penggunaan lahan, sehingga menimbulkan ancaman degradasi lahan dan sungai.
Teknik konservasi tanah dan air pada dasAsier La Ode
Teknik konservasi tanah dan air pada das pulau-pulau kecil bertujuan menghasilkan paket informasi teknik konservasi dan dampaknya bagi masyarakat. Penelitian ini akan meninjau teknik yang sesuai dengan kondisi pulau-pulau kecil di Maluku dan manfaatnya bagi peningkatan pendapatan masyarakat. Hasilnya diharapkan dapat dimanfaatkan lembaga terkait untuk pengelolaan sumber daya alam di wilayah
1. Kekar adalah struktur rekahan pada batuan yang terbentuk karena tidak ada atau relatif tanpa pergeseran pada bidang rekahannya
2. Terdapat beberapa jenis kekar seperti kekar lembar, kekar pengerutan, dan kekar akibat tektonik
3. Kekar diklasifikasikan berdasarkan bentuknya seperti sistematik dan non sistematik, serta berdasarkan genesanya seperti kekar gerus dan kekar tarikan
Laporan praktikum ini membahas tentang kemantapan agregat tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain bahan penyemen, bentuk agregat, dan tingkat agregasi. Kemantapan agregat penting bagi tanah pertanian karena dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Dokumen tersebut membahas tentang degradasi tanah pertanian di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti erosi, penggunaan pupuk kimia, dan aktivitas pertambangan. Untuk mengatasinya, dianjurkan penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah yang benar, dan pola tanam bergilir.
Paragraf tersebut menjelaskan tentang lahan kritis dan faktor-faktor penyebab kerusakan lahan serta metode penetapan lahan kritis. Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang tidak produktif akibat pengelolaan tanah yang tidak memperhatikan konservasi. Faktor penyebabnya antara lain kesalahan pengelolaan lahan pertanian di hulu daerah aliran sungai. Penetapan lahan kritis didasarkan pada tingkat kerusakan fis
Dokumen tersebut membahas pentingnya konservasi daerah aliran sungai (DAS) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. DAS merupakan satu kesatuan ekosistem yang perlu dikelola secara terpadu dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dokumen tersebut juga menjelaskan berbagai permasalahan dan strategi pengelolaan sumber daya alam serta teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan
Dokumen tersebut membahas dampak perubahan iklim terhadap kawasan pertambakan di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Dampak tersebut antara lain berupa peningkatan banjir dan abrasi pantai yang mengakibatkan berkurangnya lahan tambak dan mangrove. Dokumen juga menyebutkan langkah adaptasi yang dapat dilakukan seperti penguatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan tanggap bencana serta sosialisasi informasi
Studi ini menganalisis perubahan tataguna lahan terhadap usia bendungan Tilong di DAS Tilong, Kupang, NTT. Hasil studi menunjukkan besarnya laju erosi dan sedimentasi di DAS Tilong akibat perubahan tata guna lahan, serta tingkat bahaya erosi yang sangat tinggi. Untuk mengurangi laju erosi, diperlukan arahan penggunaan lahan dan konservasi lahan melalui pembangunan dam pengendali serta kerjasama antara masyar
Ekosistem perairan tawar merupakan habitat penting bagi berbagai biota. Dokumen ini membahas tentang definisi ekosistem perairan tawar, fungsi dan manfaatnya dalam siklus hidrologi dan mitigasi bencana, serta dampak pembangunan terhadap ekosistem perairan seperti eutrofikasi dan perubahan habitat akibat pembendungan dan pelurusan sungai.
Tugas ini membahas tentang rangkuman video mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS dijelaskan sebagai wilayah yang dibatasi oleh penghubung bukit yang menampung air hujan dan mengalirkannya melalui saluran air. DAS memiliki berbagai komponen seperti hutan, lahan pertanian, dan pemukiman serta perlu dikelola dengan baik untuk mencegah kerusakan lingkungan. Pengelolaan DAS bertujuan untuk memperbaiki
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxJUMINTENSARI1
Makalah ini membahas tentang Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS didefinisikan sebagai daerah yang dibatasi oleh punggung gunung dimana air hujan akan mengalir melalui sungai-sungai kecil hingga ke sungai utama. Makalah ini juga membahas bentuk dan karakteristik DAS, pengelolaan DAS secara terpadu, serta permasalahan utama pada DAS seperti degradasi hutan, luasnya lahan kritis, erosi
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan status kesuburan perairan melalui pengukuran parameter kualitas air seperti klorofil-a dan fosfat. Ia menjelaskan cara mengklasifikasikan status trofik perairan menjadi oligotrofik, mesotrofik, dan eutrofik berdasarkan kandungan unsur hara. Dokumen ini juga memaparkan kondisi kesuburan perairan wilayah penelitian yang termasuk kategori eutrofik hingga
Makalah ini membahas tentang pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan pertanian. Dibahas pula penyebab, dampak, dan penanggulangan pencemaran air.
Makalah ini membahas tentang pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan pertanian. Dibahas pula penyebab, dampak, dan penanggulangan pencemaran air.
Laporan ini membahas upaya konservasi lahan yang dilakukan di Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Faktor utama erosi di wilayah tersebut adalah aktivitas pertanian yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip konservasi lahan serta kebakaran hutan. Bencana erosi berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan hilangnya sumber air. Teknik konservasi yang digunakan masyarakat seperti teras
Dokumen tersebut membahas prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis budidaya mangrove di Kabupaten Karawang. Mangrove memiliki fungsi ekologi penting sebagai habitat biota laut dan penyangga pantai, namun luasnya mengalami penurunan akibat konversi lahan dan eksploitasi berlebihan. Diperlukan pengelolaan berkelanjutan yang melestarikan mangrove serta memberdayakan masyarakat pesisir secara ekonomis.
1. Aktivitas pemanfaatan lahan oleh masyarakat seperti konversi lahan menjadi pertanian dan tambak udang dapat menyebabkan degradasi ekosistem mangrove yang berdampak pada penurunan hasil tangkapan perikanan.
2. Kerapatan vegetasi mangrove berhubungan positif dengan jumlah dan jenis hasil tangkapan perikanan, sehingga diperlukan upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove.
3. Degradasi mangrove akibat peman
Teks ini membahas pentingnya melestarikan hutan mangrove di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Hutan mangrove telah banyak dikonversi menjadi tambak udang dan ikan, menyebabkan berkurangnya luas hutan mangrove hingga 60%. Teks ini menyarankan pendekatan strategis untuk mengendalikan konversi hutan mangrove, seperti program pemulihan hutan mangrove.
Dokumen tersebut membahas pengendalian kerusakan ekosistem sungai. Topik utama yang dibahas adalah penyebab kerusakan sungai seperti perambahan hutan dan pencemaran, kriteria penilaian kondisi sungai, serta upaya pelestarian, pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan sungai yang dilakukan berbagai pihak.
Similar to Pendekatan vegetatif di begawan solo (20)
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Khairullah Khairullah
Pentingnya prediksi iklim di daerah rawan bencana untuk memahami risiko, mencegah kegagalan karena iklim ekstrem sebagai mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Pendekatan vegetatif di begawan solo
1. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 209
PENDEKATAN VEGETATIF DALAM UPAYA KONSERVASI DAS BENGAWAN SOLO
(Studi Kasus di Sub DAS Keduang)
Maridi
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP MIPA UNS
Email: maridi_uns@yahoo.co.id
ABSTRAK
Keduang merupakan Sub DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah Mungkur. Sub DAS
Keduang merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen. Tingkat sedimentasi dan erosi yang tinggi disebabkan karena
pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah
daerah aliran sungai (DAS) yang tidak tepat akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site)
dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site). Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi dengan pendekatan vegetatif untuk menekan
degradasi DAS.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga
memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS. Penelitian ini merupakan penelitian survey dan
pemodelan. Sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan di wilayah Sub DAS Keduang secara random. Data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk
menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang.
Kata kunci : Sub DAS Keduang, Degradasi DAS, Konservasi Pendekatan Vegetatif.
PENDAHULUAN
Air merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran vital bagi kehidupan organisme. Sumberdaya
air ini memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradaban di bumi. Semua
kegiatan hidup memanfaatkan jasa air. Oleh sebab itu ketersediaan air harus dijaga kualitas maupun
kuantitasnya.
Namun keberadaan air sejak beberapa dasawarsa terakhir ini mengalami krisis yang cukup
mengkhawatirkan. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di
Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara.
Berbagai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya air seperti pencemaran lingkungan, rusaknya
Daerah Aliran Sungai (DAS), minimnya ketersediaan air bersih hingga menurunnya kualitas air terjadi di
berbagai wilayah Indonesia. Menurut catatan Koordinator Environmental Parliament Watch (EPW) Simpul
Surakarta, Nugroho Widiarto, masalah itu muncul karena tidak adanya program pengelolaan lingkungan
yang baik, sehingga sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam (SDA) secara sewenang-wenang. Secara
umum, kerusakan itu akibat human error di sebagian kalangan pengusaha, eksekutif, legislatif, dan
masyarakat sendiri (Suara Merdeka, 11 Oktober 2004). Karena fungsinya yang begitu penting, maka
keberadaan air perlu dikelola dengan sebaik–baiknya.
Menurut Aldaya et.al (2009) dikenal ada dua macam air terkait langsung dengan kehidupan
organisme, yaitu: Virtual water dan Water foot print. Virtual water is defined in the volume of water use in the
production of a community, good or services, artinya jumlah air yang dipergunakan untuk kepentingan
produksi dan pelayanan masyarakat yang bagus, water foot print dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Blue
water foot print, yang merupakan air yang berasal dari penguapan global air tanah dan air permukaan,
Green water foot print yang merupakan air yang berasal dari air hujan yang tersimpan dalam tanah, dan
Grey water foot print yaitu air sisa kegiatan manusia yang telah tercemar.
Orientasi pembahasan dalam kajian ini ialah bagaimana mengelola dengan baik green water atau air
hujan yang tersimpan dalam tanah. Untuk kepentingan ini daerah tangkapan hujan (cathment area) perlu
dikondisikan, sehingga keberadaan air secara berkelanjutan, tetap dapat dipertahankan. Salah satu upaya
mencapai pengelolaan green water ialah dengan melakukan kegiatan konservasi di daerah hulu sungai
Bengawan Solo. Kegiatan konservasi ini mencakup dua kegiatan penting yaitu konservasi sipil teknis
(struktural) dan konservasi vegetatif (non struktural) yang berhubungan dengan masyarakat sebagai pelaku
yang mempunyai peran besar dalam mewujudkan kawasan hulu yang hijau untuk mewariskan mata air
kepada generasi mendatang.
Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai common good dalam arti kesejahteraan
semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan
ekologi. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran
C034
2. 210 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
sungai (DAS) akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site)
dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site).
Masalah komplek yang dihadapi dalam Pengelolaan DAS Solo, terutama berpangkal pada tekanan
penduduk yang sangat tinggi sehinga daya dukung lahan dan daya tampung lingkungan di DAS ini semakin
menurun jika tanpa didukung strategi pengelolaan DAS yang tepat, berdaya guna dan berhasil guna.
Tercatat telah terjadi beberapa kali banjir besar di Solo akibat meluapnya sungai/Bengawan Solo.
Keberlanjutan air sungai Bengawan Solo sangat dipengaruhi oleh kondisi kawasan hulu DAS, yaitu
kondisi ekosistem pada daerah tangkapan air. Kondisi ekosistem daerah tangkapan air DAS Bengawan Solo
terutama pada daerah hulu Sub DAS Keduang mengalami degradasi yang cukup parah. Jumlah sedimen
yang berasal dari Sub DAS Keduang ialah 1.218.580 m3/tahun dari total sedimen yang masuk ke waduk
Wonogiri yang berjumlah 3.178.510 m3/tahun (Minoru Ouchi, 2007). Dari data tersebut maka penanganan
dengan segera dan mendesak ditujukan untuk mengatasi masuknya sampah dari sungai Keduang.
Sub DAS Keduang didominasi oleh kawasan perbukitan dengan kemiringan > 30% berada pada
kawasan hujan tinggi, dipadu dengan jenis tanah latosol yang mudah mengalami erosi, dan buruknya
kecukupan/sarana konservasi baik sipil teknis maupun vegetatif di wilayah ini. Hal ini berdampak lebih lanjut
pada tingginya rata-rata kehilangan tanah yang mencapai 5.112 ton/tahun (Minoru Ouchi, 2007).
Keadaan tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan bencana sosial yang besar.
Kebijakan penanganan konservasi secara sipil teknis (struktural) tidak dapat menjamin masalah sedimentasi
dapat diatasi, demikian pula life time waduk Wonogiri. Rekayasa teknis dan vegetatif harus dilaksanakan
bersama-sama. Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan
sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata
air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997).
Bertolak dari paparan di atas, maka fokus permasalahan dalam kajian ini yaitu apakah konservasi
dengan pendekatan vegetatif efektif mengatasi permasalahan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS
Keduang ?
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey dan pemodelan. Populasi penelitian ini adalah
masyarakat yang berada di wilayah Sub DAS Keduang atau melewati jalur sungai DAS dan menjadi anggota
Kelompok Konservasi Tanah dan Air (KKTA) di wilayah Desa Gemawang Kecamatan Ngadirojo, Desa
Sambirejo Kecamatan Jatisrono, Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto, Desa Sukoboyo Kecamatan Slogohimo
dan Desa Sembukan Kecamatan Sidoharjo. Sedangkan sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan
tersebut secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
PEMBAHASAN
Keduang merupakan DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah
Mungkur. Secara geografis, Sub DAS Keduang terletak pada 7
o
42’-7
o
55’ LS dan 4
o
11’-4
o
24’ BT. Kondisi
alam di Sub DAS Keduang termasuk kedalam kelompok DAS dengan curah hujan tahunan yang tinggi yaitu
5404 mm/tahun dengan jumlah hujan 165 hari. (Proyek Penelitian dan Pengembangan DAS, 1998).
Luas Sub DAS keduang menurut Balai Teknologi Pengembangan DAS Surakarta (BPT DAS) adalh :
39700 Ha (397 km
2
) yang terdiri dari 42,6% sawah, 15,6% pemukiman, 15,1% hutan, dan 26,7% kebun
(Litbang Sumber Daya Air, 2005). Sub DAS Keduang yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
dan merupakan salah satu dari daerah tangkapan Waduk Gajah Mungkur. Areal pertanian yang ada di Sub
DAS keduang meliputi sawah dan tegalan. Jenis tanaman keras pada lahan tegalan ini adalah jati,
sonokeling, sengon laut, coklat mete, kelapa, lamtoro dan mangga. Sedangkan jenis tanaman semusim
pada lahan hutan hampir tidak ada. Vegetasi yang ada pada hutan meliputi pinus, jati, sonokeling, akasia
dan mete.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh PWBS perkiraan sedimen tahunan yang masuk ke waduk
Wonogiri dari tahun 1981 sampai dengan tahun 1987 DAS Tirtomoyo, Keduang dan Solo merupakan DAS
terbesar kontribusi tingkat sedimen ke waduk. Kemudian dari laporan BPTDAS tahun 2004 BPTDAS
3. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 211
melakukan kajian dari estimasi sedimen tahunan yang masuk ke waduk Wonogiri periode 1977 sampai
dengan 2004 dari ke 4 (empat) DAS yang dikaji Sub DAS keduang merupakan DAS terbesar kontribusi
tingkat sedimen. Dengan dasar tersebut penelitian ini lebih konsentrasi pada Sub DAS Keduang.
Sub DAS Keduang memiliki peran vital bagi masyarakat setempat. DAS dapat dipandang sebagai
common good dalam arti kesejahteraan semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu
DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan ekologi. Oleh sebab itu pengelolaan DAS yang tepat perlu dilakukan
untuk menekan degradasi (sedimentasi dan erosi) Sub DAS Keduang. Strategi konservasi DAS dengan
pendekatan vegetatif merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas Sub DAS Keduang.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan
sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata
air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997). Pendekatan vegetatif merupakan usaha pengendalian erosi dan atau
pengawetan tanah/air yang dilakukan dengan memanfaatkan peranan tanaman untuk mengurangi erosi dan
pengawetan tanah.
Pelaksanaan vegetatif dapat meliputi kegiatan-kegiatan penghutanan kembali (reboisasi) dan
penghijauan, penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman secara garis kontur, penanaman
tanaman dalam strip, penanaman tanaman secara bergilir, serta pemulsaan atau pemanfaatan serasah
tanaman. Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan.
Pendekatan vegetatif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menanam tanaman rumput
gajah, akar wangi, rumput setaria, rumput kolonjono dan rumput blembem di sekitar Sub DAS Keduang. Dari
data yang diambil secara random dari sampel penelitian diperoleh data sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Panjang Tunas
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa vegetasi yang ditanam, usia vegetasi berbanding lurus
dengan panjang tunas. Semakin bertambahnya usia vegetasi maka akan semakin bertambah pula panjang
tunas vegetasi tersebut. Hal ini berarti penanaman vegetasi memberikan kontribusi positif terhadap Sub DAS
Keduang, dimana tunas yang ada akan tumbuh menjadi batang dan daun yang nantinya akan berperan
menghalangi tumbukan-tumbukan langsung butir butir hujan kepada permukaan tanah, dengan peranannya
itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah. Disamping semakin bertambahnya usia vegetasi akan
menghasilkan tunas yang semakin banyak, ternyata semakin bertambahnya usia vegetasi juga akan
menghasilkan jumlah anakan vegetasi. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan jumlah anakan dapat
dilihat pada gambar 2 berikut.
4. 212 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Jumlah Anakan
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya usia vegetasi maka jumlah anakan
semakin bertambah. Seperti halnya peranan tunas bagi DAS, ternyata dengan semakin banyaknya jumlah
anakan vegetasi berarti luas tanah yang tertutup oleh tanaman akan semakin banyak. Hal ini memberikan
dampak positif yaitu laju erosi dan aliran permukaan di daerah DAS semakin berkurang.
Akar tanaman juga memberikan manfaat positif bagi konservasi DAS. Akar-akar tanaman berperan
memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, tunjangannya dalam meningkatkan aktivitas biota tanah yang akan
memperbaiki porositas, stabilisasi agregat serta sifat kimia tanah. Semakin banyak vegetasi akan semakin
banyak daya dukung akar tanaman untuk menekan degradasi DAS. Semakin bertambahnya usia vegetasi
berarti akan semakin bertambahnya panjang akar dan semakin bertambah pula tunjangannya dalam
meningkatkan aktivitas biota tanah. Hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar
Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi keperluan tumbuhnya
tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan (evaporasi) melalui daun-daunnya ke udara, pengambilan
atau pengisapan air oleh akar-akar ini dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian
sedikit atau banyak aliran dipermukaan dapat dikurangi (be reducted).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran
permukaan karena adanya pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat
intersepsi butir hujan oleh tajuk tanaman, pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat
meningkatnya kekasaran permukaan tanah, peningkatan aggregesi tanah serta porositasnya sebagai akibat
aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik, sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat, serta
peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat proses evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Efektivitas tanaman dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman
dan kontinuitas daun, kepadatan tanaman, dan sistem perakaran tanaman. Biasanya efektivitas pengaruh
tanaman terhadap erosi diukur dari produksi bahan kering tanaman (ku/ha) dan kemampuan tanaman dalam
menutup tanah (%). Kemudian kedua parameter tersebut dikalikan untuk mendapatkan “Indek Efektivitas”
tanaman.
0
50
100
2 4 6
Jumlahanakan(batang)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi
dengan Jumlah Anakan
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
0
50
100
2 4 6
PanjangAkar(cm)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi
dengan Panjang Akar
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
5. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 213
Telah diketahui bahwa tetes air yang jatuh dari tempat yang semakin tinggi kecepatannya semakin
besar ketika menumbuk permukaan tanah, yang dengan demikian akan mempunyai energi kinetik yang
semakin besar pula. Maka semakin tinggi suatu tanaman/pohon akan semakin besar energi kinetik tetes air
yang jatuh dari tanaman tersebut. Di samping itu, seperti diketahui pula bahwa semakin besar ukuran tetes
air akan semakin besar energi kinetiknya. Dengan demikian tetes air yang jatuh dari tanaman yang tinggi
dan berdaun lebar akan mempunyai energi kinetik yang semakin besar jika dibandingkan dari tanaman yang
rendah dan berdaun sempit/kecil. Sebab daun yang lebar akan berfungsi sebagai mangkuk pengumpul air
hujan.
Sistem perakaran tanaman juga sangat mempengaruhi erosi, karena sistem perakaran menentukan
aktivitas tanaman dalam membantu pembentukan dan pemantapan aggregat, yang berarti juga
meningkatkan porositas tanah. Seperti telah diuraikan di muka bahwa porositas tanah sangat menentukan
kapasitas dan laju infiltrasi. Sistem perakaran semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia vegetasi,
oleh sebab itu semakin bertambahnya usia vegetasi maka daya cengkeram tanaman akan semakin tinggi.
Hal ini berarti laju erosi akan semakin ditekan. Hubungan usia vegetasi dengan daya cengkeram dapat
dilihat pada gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 4. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan daya cengkeram
Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan di Sub DAS Keduang. Seperti
telah dikemukakan di muka bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran permukaan karena adanya :
1. Pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat intersepsi butir hujan oleh
tajuk tanaman.
2. Pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat meningkatnya kekerasan permukaan tanah.
3. Peningkatan agregasi tanah sebagai akibat aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik,
sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat.
4. Peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Konservasi dengan pendekatan Vegetatif di Sub DAS Keduang ini dapat memelihara kestabilan
struktur tanah melalui sistem perakaran dan penutupan lahan sehingga dapat meningkatkan infiltrasi dan
mencegah terjadinya erosi, memperbaiki hara tanah serta memiliki nilai ekonomi. Sehingga dengan
pendekatan vegetatif ini sedimentasi dari Sub DAS Keduang akan semakin berkurang.
KESIMPULAN
Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk
menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang. Teknologi ini direkomendasikan untuk
pengelolaan SDA berkelanjutan yang selain dapat meningkatkan kualitas tanah dan air juga memiliki nilai
ekonomi.
0
20
40
60
80
2 4 6
DayaCengkeram(kg)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan
Daya Cengkeram
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
6. 214 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
DAFTAR PUSTAKA
Aldaya, M. T. Martinez. 2009. Incorporating the Water Foot Print and Virtual Water.
Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds).
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Minoru Ouchi. 2007. The Study on Countermeasures for Sedimentation in the Wonogiri Multipurpose DAM
Reservoir in the Republic of Indonesia. Indonesia : Directorate General of Water Resources Ministry
of Public Works The Republic of Indonesia
Suara Merdeka. Rusak, Lingkungan DAS Bengawan Solo. Edisi Senin 11 Oktober 2004.