SlideShare a Scribd company logo
Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 209
PENDEKATAN VEGETATIF DALAM UPAYA KONSERVASI DAS BENGAWAN SOLO
(Studi Kasus di Sub DAS Keduang)
Maridi
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP MIPA UNS
Email: maridi_uns@yahoo.co.id
ABSTRAK
Keduang merupakan Sub DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah Mungkur. Sub DAS
Keduang merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen. Tingkat sedimentasi dan erosi yang tinggi disebabkan karena
pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah
daerah aliran sungai (DAS) yang tidak tepat akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site)
dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site). Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi dengan pendekatan vegetatif untuk menekan
degradasi DAS.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga
memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS. Penelitian ini merupakan penelitian survey dan
pemodelan. Sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan di wilayah Sub DAS Keduang secara random. Data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk
menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang.
Kata kunci : Sub DAS Keduang, Degradasi DAS, Konservasi Pendekatan Vegetatif.
PENDAHULUAN
Air merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran vital bagi kehidupan organisme. Sumberdaya
air ini memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradaban di bumi. Semua
kegiatan hidup memanfaatkan jasa air. Oleh sebab itu ketersediaan air harus dijaga kualitas maupun
kuantitasnya.
Namun keberadaan air sejak beberapa dasawarsa terakhir ini mengalami krisis yang cukup
mengkhawatirkan. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di
Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara.
Berbagai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya air seperti pencemaran lingkungan, rusaknya
Daerah Aliran Sungai (DAS), minimnya ketersediaan air bersih hingga menurunnya kualitas air terjadi di
berbagai wilayah Indonesia. Menurut catatan Koordinator Environmental Parliament Watch (EPW) Simpul
Surakarta, Nugroho Widiarto, masalah itu muncul karena tidak adanya program pengelolaan lingkungan
yang baik, sehingga sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam (SDA) secara sewenang-wenang. Secara
umum, kerusakan itu akibat human error di sebagian kalangan pengusaha, eksekutif, legislatif, dan
masyarakat sendiri (Suara Merdeka, 11 Oktober 2004). Karena fungsinya yang begitu penting, maka
keberadaan air perlu dikelola dengan sebaik–baiknya.
Menurut Aldaya et.al (2009) dikenal ada dua macam air terkait langsung dengan kehidupan
organisme, yaitu: Virtual water dan Water foot print. Virtual water is defined in the volume of water use in the
production of a community, good or services, artinya jumlah air yang dipergunakan untuk kepentingan
produksi dan pelayanan masyarakat yang bagus, water foot print dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Blue
water foot print, yang merupakan air yang berasal dari penguapan global air tanah dan air permukaan,
Green water foot print yang merupakan air yang berasal dari air hujan yang tersimpan dalam tanah, dan
Grey water foot print yaitu air sisa kegiatan manusia yang telah tercemar.
Orientasi pembahasan dalam kajian ini ialah bagaimana mengelola dengan baik green water atau air
hujan yang tersimpan dalam tanah. Untuk kepentingan ini daerah tangkapan hujan (cathment area) perlu
dikondisikan, sehingga keberadaan air secara berkelanjutan, tetap dapat dipertahankan. Salah satu upaya
mencapai pengelolaan green water ialah dengan melakukan kegiatan konservasi di daerah hulu sungai
Bengawan Solo. Kegiatan konservasi ini mencakup dua kegiatan penting yaitu konservasi sipil teknis
(struktural) dan konservasi vegetatif (non struktural) yang berhubungan dengan masyarakat sebagai pelaku
yang mempunyai peran besar dalam mewujudkan kawasan hulu yang hijau untuk mewariskan mata air
kepada generasi mendatang.
Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai common good dalam arti kesejahteraan
semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan
ekologi. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran
C034
210 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
sungai (DAS) akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site)
dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site).
Masalah komplek yang dihadapi dalam Pengelolaan DAS Solo, terutama berpangkal pada tekanan
penduduk yang sangat tinggi sehinga daya dukung lahan dan daya tampung lingkungan di DAS ini semakin
menurun jika tanpa didukung strategi pengelolaan DAS yang tepat, berdaya guna dan berhasil guna.
Tercatat telah terjadi beberapa kali banjir besar di Solo akibat meluapnya sungai/Bengawan Solo.
Keberlanjutan air sungai Bengawan Solo sangat dipengaruhi oleh kondisi kawasan hulu DAS, yaitu
kondisi ekosistem pada daerah tangkapan air. Kondisi ekosistem daerah tangkapan air DAS Bengawan Solo
terutama pada daerah hulu Sub DAS Keduang mengalami degradasi yang cukup parah. Jumlah sedimen
yang berasal dari Sub DAS Keduang ialah 1.218.580 m3/tahun dari total sedimen yang masuk ke waduk
Wonogiri yang berjumlah 3.178.510 m3/tahun (Minoru Ouchi, 2007). Dari data tersebut maka penanganan
dengan segera dan mendesak ditujukan untuk mengatasi masuknya sampah dari sungai Keduang.
Sub DAS Keduang didominasi oleh kawasan perbukitan dengan kemiringan > 30% berada pada
kawasan hujan tinggi, dipadu dengan jenis tanah latosol yang mudah mengalami erosi, dan buruknya
kecukupan/sarana konservasi baik sipil teknis maupun vegetatif di wilayah ini. Hal ini berdampak lebih lanjut
pada tingginya rata-rata kehilangan tanah yang mencapai 5.112 ton/tahun (Minoru Ouchi, 2007).
Keadaan tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan bencana sosial yang besar.
Kebijakan penanganan konservasi secara sipil teknis (struktural) tidak dapat menjamin masalah sedimentasi
dapat diatasi, demikian pula life time waduk Wonogiri. Rekayasa teknis dan vegetatif harus dilaksanakan
bersama-sama. Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan
sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata
air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997).
Bertolak dari paparan di atas, maka fokus permasalahan dalam kajian ini yaitu apakah konservasi
dengan pendekatan vegetatif efektif mengatasi permasalahan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS
Keduang ?
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survey dan pemodelan. Populasi penelitian ini adalah
masyarakat yang berada di wilayah Sub DAS Keduang atau melewati jalur sungai DAS dan menjadi anggota
Kelompok Konservasi Tanah dan Air (KKTA) di wilayah Desa Gemawang Kecamatan Ngadirojo, Desa
Sambirejo Kecamatan Jatisrono, Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto, Desa Sukoboyo Kecamatan Slogohimo
dan Desa Sembukan Kecamatan Sidoharjo. Sedangkan sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan
tersebut secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
PEMBAHASAN
Keduang merupakan DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah
Mungkur. Secara geografis, Sub DAS Keduang terletak pada 7
o
42’-7
o
55’ LS dan 4
o
11’-4
o
24’ BT. Kondisi
alam di Sub DAS Keduang termasuk kedalam kelompok DAS dengan curah hujan tahunan yang tinggi yaitu
5404 mm/tahun dengan jumlah hujan 165 hari. (Proyek Penelitian dan Pengembangan DAS, 1998).
Luas Sub DAS keduang menurut Balai Teknologi Pengembangan DAS Surakarta (BPT DAS) adalh :
39700 Ha (397 km
2
) yang terdiri dari 42,6% sawah, 15,6% pemukiman, 15,1% hutan, dan 26,7% kebun
(Litbang Sumber Daya Air, 2005). Sub DAS Keduang yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
dan merupakan salah satu dari daerah tangkapan Waduk Gajah Mungkur. Areal pertanian yang ada di Sub
DAS keduang meliputi sawah dan tegalan. Jenis tanaman keras pada lahan tegalan ini adalah jati,
sonokeling, sengon laut, coklat mete, kelapa, lamtoro dan mangga. Sedangkan jenis tanaman semusim
pada lahan hutan hampir tidak ada. Vegetasi yang ada pada hutan meliputi pinus, jati, sonokeling, akasia
dan mete.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh PWBS perkiraan sedimen tahunan yang masuk ke waduk
Wonogiri dari tahun 1981 sampai dengan tahun 1987 DAS Tirtomoyo, Keduang dan Solo merupakan DAS
terbesar kontribusi tingkat sedimen ke waduk. Kemudian dari laporan BPTDAS tahun 2004 BPTDAS
Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 211
melakukan kajian dari estimasi sedimen tahunan yang masuk ke waduk Wonogiri periode 1977 sampai
dengan 2004 dari ke 4 (empat) DAS yang dikaji Sub DAS keduang merupakan DAS terbesar kontribusi
tingkat sedimen. Dengan dasar tersebut penelitian ini lebih konsentrasi pada Sub DAS Keduang.
Sub DAS Keduang memiliki peran vital bagi masyarakat setempat. DAS dapat dipandang sebagai
common good dalam arti kesejahteraan semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu
DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan ekologi. Oleh sebab itu pengelolaan DAS yang tepat perlu dilakukan
untuk menekan degradasi (sedimentasi dan erosi) Sub DAS Keduang. Strategi konservasi DAS dengan
pendekatan vegetatif merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas Sub DAS Keduang.
Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan
sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata
air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997). Pendekatan vegetatif merupakan usaha pengendalian erosi dan atau
pengawetan tanah/air yang dilakukan dengan memanfaatkan peranan tanaman untuk mengurangi erosi dan
pengawetan tanah.
Pelaksanaan vegetatif dapat meliputi kegiatan-kegiatan penghutanan kembali (reboisasi) dan
penghijauan, penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman secara garis kontur, penanaman
tanaman dalam strip, penanaman tanaman secara bergilir, serta pemulsaan atau pemanfaatan serasah
tanaman. Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan.
Pendekatan vegetatif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menanam tanaman rumput
gajah, akar wangi, rumput setaria, rumput kolonjono dan rumput blembem di sekitar Sub DAS Keduang. Dari
data yang diambil secara random dari sampel penelitian diperoleh data sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Panjang Tunas
Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa vegetasi yang ditanam, usia vegetasi berbanding lurus
dengan panjang tunas. Semakin bertambahnya usia vegetasi maka akan semakin bertambah pula panjang
tunas vegetasi tersebut. Hal ini berarti penanaman vegetasi memberikan kontribusi positif terhadap Sub DAS
Keduang, dimana tunas yang ada akan tumbuh menjadi batang dan daun yang nantinya akan berperan
menghalangi tumbukan-tumbukan langsung butir butir hujan kepada permukaan tanah, dengan peranannya
itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah. Disamping semakin bertambahnya usia vegetasi akan
menghasilkan tunas yang semakin banyak, ternyata semakin bertambahnya usia vegetasi juga akan
menghasilkan jumlah anakan vegetasi. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan jumlah anakan dapat
dilihat pada gambar 2 berikut.
212 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Jumlah Anakan
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya usia vegetasi maka jumlah anakan
semakin bertambah. Seperti halnya peranan tunas bagi DAS, ternyata dengan semakin banyaknya jumlah
anakan vegetasi berarti luas tanah yang tertutup oleh tanaman akan semakin banyak. Hal ini memberikan
dampak positif yaitu laju erosi dan aliran permukaan di daerah DAS semakin berkurang.
Akar tanaman juga memberikan manfaat positif bagi konservasi DAS. Akar-akar tanaman berperan
memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, tunjangannya dalam meningkatkan aktivitas biota tanah yang akan
memperbaiki porositas, stabilisasi agregat serta sifat kimia tanah. Semakin banyak vegetasi akan semakin
banyak daya dukung akar tanaman untuk menekan degradasi DAS. Semakin bertambahnya usia vegetasi
berarti akan semakin bertambahnya panjang akar dan semakin bertambah pula tunjangannya dalam
meningkatkan aktivitas biota tanah. Hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar
Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi keperluan tumbuhnya
tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan (evaporasi) melalui daun-daunnya ke udara, pengambilan
atau pengisapan air oleh akar-akar ini dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian
sedikit atau banyak aliran dipermukaan dapat dikurangi (be reducted).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran
permukaan karena adanya pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat
intersepsi butir hujan oleh tajuk tanaman, pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat
meningkatnya kekasaran permukaan tanah, peningkatan aggregesi tanah serta porositasnya sebagai akibat
aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik, sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat, serta
peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat proses evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Efektivitas tanaman dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman
dan kontinuitas daun, kepadatan tanaman, dan sistem perakaran tanaman. Biasanya efektivitas pengaruh
tanaman terhadap erosi diukur dari produksi bahan kering tanaman (ku/ha) dan kemampuan tanaman dalam
menutup tanah (%). Kemudian kedua parameter tersebut dikalikan untuk mendapatkan “Indek Efektivitas”
tanaman.
0
50
100
2 4 6
Jumlahanakan(batang)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi
dengan Jumlah Anakan
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
0
50
100
2 4 6
PanjangAkar(cm)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi
dengan Panjang Akar
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 213
Telah diketahui bahwa tetes air yang jatuh dari tempat yang semakin tinggi kecepatannya semakin
besar ketika menumbuk permukaan tanah, yang dengan demikian akan mempunyai energi kinetik yang
semakin besar pula. Maka semakin tinggi suatu tanaman/pohon akan semakin besar energi kinetik tetes air
yang jatuh dari tanaman tersebut. Di samping itu, seperti diketahui pula bahwa semakin besar ukuran tetes
air akan semakin besar energi kinetiknya. Dengan demikian tetes air yang jatuh dari tanaman yang tinggi
dan berdaun lebar akan mempunyai energi kinetik yang semakin besar jika dibandingkan dari tanaman yang
rendah dan berdaun sempit/kecil. Sebab daun yang lebar akan berfungsi sebagai mangkuk pengumpul air
hujan.
Sistem perakaran tanaman juga sangat mempengaruhi erosi, karena sistem perakaran menentukan
aktivitas tanaman dalam membantu pembentukan dan pemantapan aggregat, yang berarti juga
meningkatkan porositas tanah. Seperti telah diuraikan di muka bahwa porositas tanah sangat menentukan
kapasitas dan laju infiltrasi. Sistem perakaran semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia vegetasi,
oleh sebab itu semakin bertambahnya usia vegetasi maka daya cengkeram tanaman akan semakin tinggi.
Hal ini berarti laju erosi akan semakin ditekan. Hubungan usia vegetasi dengan daya cengkeram dapat
dilihat pada gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 4. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan daya cengkeram
Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan di Sub DAS Keduang. Seperti
telah dikemukakan di muka bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran permukaan karena adanya :
1. Pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat intersepsi butir hujan oleh
tajuk tanaman.
2. Pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat meningkatnya kekerasan permukaan tanah.
3. Peningkatan agregasi tanah sebagai akibat aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik,
sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat.
4. Peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Konservasi dengan pendekatan Vegetatif di Sub DAS Keduang ini dapat memelihara kestabilan
struktur tanah melalui sistem perakaran dan penutupan lahan sehingga dapat meningkatkan infiltrasi dan
mencegah terjadinya erosi, memperbaiki hara tanah serta memiliki nilai ekonomi. Sehingga dengan
pendekatan vegetatif ini sedimentasi dari Sub DAS Keduang akan semakin berkurang.
KESIMPULAN
Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk
menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang. Teknologi ini direkomendasikan untuk
pengelolaan SDA berkelanjutan yang selain dapat meningkatkan kualitas tanah dan air juga memiliki nilai
ekonomi.
0
20
40
60
80
2 4 6
DayaCengkeram(kg)
Umur (bulan)
Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan
Daya Cengkeram
Rumput gajah
Akar wangi
Rumput Setaria
Kolonjono
Rumput blembem
214 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter
DAFTAR PUSTAKA
Aldaya, M. T. Martinez. 2009. Incorporating the Water Foot Print and Virtual Water.
Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds).
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Minoru Ouchi. 2007. The Study on Countermeasures for Sedimentation in the Wonogiri Multipurpose DAM
Reservoir in the Republic of Indonesia. Indonesia : Directorate General of Water Resources Ministry
of Public Works The Republic of Indonesia
Suara Merdeka. Rusak, Lingkungan DAS Bengawan Solo. Edisi Senin 11 Oktober 2004.

More Related Content

What's hot

Liiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
LiiistiiiiiiiiiiiiiiiiiiLiiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
Liiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
Nurul Aulia
 
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase JepangStudi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
Nyak Nisa Ul Khairani
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
Operator Warnet Vast Raha
 
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Biotani & Bahari Indonesia
 
Pengelolaan Kawasan Perairan
Pengelolaan Kawasan PerairanPengelolaan Kawasan Perairan
Pengelolaan Kawasan Perairan
Fretty Aigawati Sianturi
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
AnwarRosyid2
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)
MTR
 
Pendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdpPendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdp
Renny Diah Permatasari
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
pariatmono
 
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah TanggaPengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
Oswar Mungkasa
 
Ketersediaan Sumber Daya Air
Ketersediaan Sumber Daya AirKetersediaan Sumber Daya Air
Ketersediaan Sumber Daya Air
afifahfitri
 
Kerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkunganKerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkungan
Sekar Ciptaning Anindya
 
Oumh1603
Oumh1603Oumh1603
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
Andrew Hidayat
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
Bab i konserling
Bab i konserlingBab i konserling
Bab i konserling
fajartanjung007
 

What's hot (19)

Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis airPengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
Pengaruh penggundulan hutan terhadap krisis air
 
Liiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
LiiistiiiiiiiiiiiiiiiiiiLiiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
Liiistiiiiiiiiiiiiiiiiii
 
Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
 
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase JepangStudi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
Studi Kasus PSDAT Sungai Watarase Jepang
 
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkunganPencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan
 
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
Air selintas info di nusantara pada Hari Air Sedunia, 220317
 
Pengelolaan Kawasan Perairan
Pengelolaan Kawasan PerairanPengelolaan Kawasan Perairan
Pengelolaan Kawasan Perairan
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
EKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docxEKOHIDROLOGI.docx
EKOHIDROLOGI.docx
 
Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)Geografi XI Sosial (SDA)
Geografi XI Sosial (SDA)
 
Pendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdpPendahuluan lap msdp
Pendahuluan lap msdp
 
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim globalPengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
Pengelolaan Sumber Daya Air dalam menghadapi dampak perubahan iklim global
 
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah TanggaPengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
Pengelolaan Kebutuhan AIr. Upaya Konservasi Air Skala Rumah Tangga
 
Ketersediaan Sumber Daya Air
Ketersediaan Sumber Daya AirKetersediaan Sumber Daya Air
Ketersediaan Sumber Daya Air
 
Kerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkunganKerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkungan
 
Oumh1603
Oumh1603Oumh1603
Oumh1603
 
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
Andrew hidayat pendekatan multi dimensional scaling untuk evaluasi keberlanju...
 
SDA (Air) Presentasi
SDA (Air) PresentasiSDA (Air) Presentasi
SDA (Air) Presentasi
 
Bab i konserling
Bab i konserlingBab i konserling
Bab i konserling
 

Viewers also liked

Strategi rehab lahan limboto
Strategi rehab lahan  limbotoStrategi rehab lahan  limboto
Strategi rehab lahan limboto
Asier La Ode
 
Makalah vegetasi dan karakteristik
Makalah vegetasi dan karakteristikMakalah vegetasi dan karakteristik
Makalah vegetasi dan karakteristik
Niakhairani
 
Laporan iltan
Laporan iltanLaporan iltan
Laporan iltan
aurynsativaa
 
Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)Nurul Wulandari
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpsNovita Lessy
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
zulfikar fahmi
 
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Ellyvia Trisnawati
 
Startups Bootstraping
Startups BootstrapingStartups Bootstraping
Startups Bootstraping
Dony Riyanto
 
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk PetaniFishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
Dony Riyanto
 
Sungai Terdegradasi
Sungai TerdegradasiSungai Terdegradasi
Sungai Terdegradasi
Rizka Chairunnisa
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Asier La Ode
 
Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1
Risfandi Setyawan
 
Kekar
KekarKekar
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Rizki Chairunnisya
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & airdenotsudiana
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
mahviro vivi
 
degradasi tanah
degradasi tanahdegradasi tanah
degradasi tanah
destiwuland
 
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan flmodul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
Mohd. Yunus
 

Viewers also liked (20)

Tkw 1
Tkw 1Tkw 1
Tkw 1
 
Strategi rehab lahan limboto
Strategi rehab lahan  limbotoStrategi rehab lahan  limboto
Strategi rehab lahan limboto
 
Makalah vegetasi dan karakteristik
Makalah vegetasi dan karakteristikMakalah vegetasi dan karakteristik
Makalah vegetasi dan karakteristik
 
Laporan iltan
Laporan iltanLaporan iltan
Laporan iltan
 
Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)Degradasi lahan(presentasi)
Degradasi lahan(presentasi)
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)
 
Startups Bootstraping
Startups BootstrapingStartups Bootstraping
Startups Bootstraping
 
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk PetaniFishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
Fishackathon-Rekayasa Teknologi untuk Petani
 
Sungai Terdegradasi
Sungai TerdegradasiSungai Terdegradasi
Sungai Terdegradasi
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada das
 
Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1
 
Kekar
KekarKekar
Kekar
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
degradasi tanah
degradasi tanahdegradasi tanah
degradasi tanah
 
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan flmodul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
modul pelatihan konservasi tanah dan air - panduan pelatihan bagi cbo dan fl
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 

Similar to Pendekatan vegetatif di begawan solo

Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
Abhy Taridala
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
Wayan Susanto
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiaDhytha Asyidiq
 
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
Analyst of Water Resources Management
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
Mauritsius Gareta
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Yosie Andre Victora
 
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Tugas psda1   kelompok 1 a2Tugas psda1   kelompok 1 a2
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Aswar Amiruddin
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
vandamustika
 
Tugas psda1 kelompok 3 a2
Tugas psda1   kelompok 3 a2Tugas psda1   kelompok 3 a2
Tugas psda1 kelompok 3 a2
Aswar Amiruddin
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
JUMINTENSARI1
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
AbdullahFaqih26
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
TIRASBALYO
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
TIRASBALYO
 
Laporan krl
Laporan krlLaporan krl
Laporan krl
Yoga Hepta Gumilar
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Regional Development Planning Agency of DKI Jakarta (BAPPEDA DKI Jakarta)
 
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdfRudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
RudyHaryanto21
 
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
Analyst of Water Resources Management
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
Nova DiLa
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
alokasiair
 
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Kreasi Sungai Putat (KSP)
 

Similar to Pendekatan vegetatif di begawan solo (20)

Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesia
 
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
RUSAKNYA EKOSISTEM TAMBAK AKIBAT BANJIR ROB DI KAWASAN MINAPOLITAN KECAMATAN ...
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
 
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawarPikp modul04 sub sistem perairan tawar
Pikp modul04 sub sistem perairan tawar
 
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Tugas psda1   kelompok 1 a2Tugas psda1   kelompok 1 a2
Tugas psda1 kelompok 1 a2
 
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdfmateri kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
materi kuliah PSDA-banjir-dan-kekeringan.pdf
 
Tugas psda1 kelompok 3 a2
Tugas psda1   kelompok 3 a2Tugas psda1   kelompok 3 a2
Tugas psda1 kelompok 3 a2
 
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docxTUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx
 
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docxBAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
BAB I & II KUALITAS AIR Kel 9 (1).docx
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
 
Laporan krl
Laporan krlLaporan krl
Laporan krl
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdfRudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
Rudy Haryanto - Degradasi Mangrove.pdf
 
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
 
Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013Restorasi sungai jangkok 2013
Restorasi sungai jangkok 2013
 
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
Hermono: Pengendalian Kerusakan Sungai
 

Recently uploaded

WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptxWEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
unofficialmiyamura
 
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTICP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
adrianusmafea07
 
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptxMATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
diahyulan
 
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdfMateri Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
rega39
 
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptxPAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
Wahyudi Sardi
 
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Khairullah Khairullah
 

Recently uploaded (6)

WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptxWEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
WEBINAR KLHS 2024 PASCA UU CIPTA KERJA.pptx
 
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTICP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
CP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI
 
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptxMATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
MATERI TERKAIT LIMA PILAR STBM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT .pptx
 
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdfMateri Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
Materi Sosialisasi Pedoman Pelaksanaan STBM.pdf
 
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptxPAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
PAPARAN MANAJEMEN RISIKO DAN KEDARURATAN BENCANA UI.pptx
 
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
Prediksi Iklim di Daerah Rawan Bencana sebagai Langkah Awal Antisipasi Iklim ...
 

Pendekatan vegetatif di begawan solo

  • 1. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 209 PENDEKATAN VEGETATIF DALAM UPAYA KONSERVASI DAS BENGAWAN SOLO (Studi Kasus di Sub DAS Keduang) Maridi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP MIPA UNS Email: maridi_uns@yahoo.co.id ABSTRAK Keduang merupakan Sub DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah Mungkur. Sub DAS Keduang merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen. Tingkat sedimentasi dan erosi yang tinggi disebabkan karena pengelolaan sumberdaya alam yang tidak tepat. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang tidak tepat akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site) dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site). Oleh sebab itu perlu dilakukan konservasi dengan pendekatan vegetatif untuk menekan degradasi DAS. Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS. Penelitian ini merupakan penelitian survey dan pemodelan. Sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan di wilayah Sub DAS Keduang secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang. Kata kunci : Sub DAS Keduang, Degradasi DAS, Konservasi Pendekatan Vegetatif. PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya alam yang memiliki peran vital bagi kehidupan organisme. Sumberdaya air ini memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradaban di bumi. Semua kegiatan hidup memanfaatkan jasa air. Oleh sebab itu ketersediaan air harus dijaga kualitas maupun kuantitasnya. Namun keberadaan air sejak beberapa dasawarsa terakhir ini mengalami krisis yang cukup mengkhawatirkan. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water Forum II di Denhaag tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Berbagai kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumberdaya air seperti pencemaran lingkungan, rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS), minimnya ketersediaan air bersih hingga menurunnya kualitas air terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Menurut catatan Koordinator Environmental Parliament Watch (EPW) Simpul Surakarta, Nugroho Widiarto, masalah itu muncul karena tidak adanya program pengelolaan lingkungan yang baik, sehingga sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam (SDA) secara sewenang-wenang. Secara umum, kerusakan itu akibat human error di sebagian kalangan pengusaha, eksekutif, legislatif, dan masyarakat sendiri (Suara Merdeka, 11 Oktober 2004). Karena fungsinya yang begitu penting, maka keberadaan air perlu dikelola dengan sebaik–baiknya. Menurut Aldaya et.al (2009) dikenal ada dua macam air terkait langsung dengan kehidupan organisme, yaitu: Virtual water dan Water foot print. Virtual water is defined in the volume of water use in the production of a community, good or services, artinya jumlah air yang dipergunakan untuk kepentingan produksi dan pelayanan masyarakat yang bagus, water foot print dibagi menjadi tiga macam, yaitu : Blue water foot print, yang merupakan air yang berasal dari penguapan global air tanah dan air permukaan, Green water foot print yang merupakan air yang berasal dari air hujan yang tersimpan dalam tanah, dan Grey water foot print yaitu air sisa kegiatan manusia yang telah tercemar. Orientasi pembahasan dalam kajian ini ialah bagaimana mengelola dengan baik green water atau air hujan yang tersimpan dalam tanah. Untuk kepentingan ini daerah tangkapan hujan (cathment area) perlu dikondisikan, sehingga keberadaan air secara berkelanjutan, tetap dapat dipertahankan. Salah satu upaya mencapai pengelolaan green water ialah dengan melakukan kegiatan konservasi di daerah hulu sungai Bengawan Solo. Kegiatan konservasi ini mencakup dua kegiatan penting yaitu konservasi sipil teknis (struktural) dan konservasi vegetatif (non struktural) yang berhubungan dengan masyarakat sebagai pelaku yang mempunyai peran besar dalam mewujudkan kawasan hulu yang hijau untuk mewariskan mata air kepada generasi mendatang. Daerah aliran sungai (DAS) dapat dipandang sebagai common good dalam arti kesejahteraan semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan ekologi. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran C034
  • 2. 210 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter sungai (DAS) akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat (on-site) dan kerugian lain di wilayah hilirnya (off-site). Masalah komplek yang dihadapi dalam Pengelolaan DAS Solo, terutama berpangkal pada tekanan penduduk yang sangat tinggi sehinga daya dukung lahan dan daya tampung lingkungan di DAS ini semakin menurun jika tanpa didukung strategi pengelolaan DAS yang tepat, berdaya guna dan berhasil guna. Tercatat telah terjadi beberapa kali banjir besar di Solo akibat meluapnya sungai/Bengawan Solo. Keberlanjutan air sungai Bengawan Solo sangat dipengaruhi oleh kondisi kawasan hulu DAS, yaitu kondisi ekosistem pada daerah tangkapan air. Kondisi ekosistem daerah tangkapan air DAS Bengawan Solo terutama pada daerah hulu Sub DAS Keduang mengalami degradasi yang cukup parah. Jumlah sedimen yang berasal dari Sub DAS Keduang ialah 1.218.580 m3/tahun dari total sedimen yang masuk ke waduk Wonogiri yang berjumlah 3.178.510 m3/tahun (Minoru Ouchi, 2007). Dari data tersebut maka penanganan dengan segera dan mendesak ditujukan untuk mengatasi masuknya sampah dari sungai Keduang. Sub DAS Keduang didominasi oleh kawasan perbukitan dengan kemiringan > 30% berada pada kawasan hujan tinggi, dipadu dengan jenis tanah latosol yang mudah mengalami erosi, dan buruknya kecukupan/sarana konservasi baik sipil teknis maupun vegetatif di wilayah ini. Hal ini berdampak lebih lanjut pada tingginya rata-rata kehilangan tanah yang mencapai 5.112 ton/tahun (Minoru Ouchi, 2007). Keadaan tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan bencana sosial yang besar. Kebijakan penanganan konservasi secara sipil teknis (struktural) tidak dapat menjamin masalah sedimentasi dapat diatasi, demikian pula life time waduk Wonogiri. Rekayasa teknis dan vegetatif harus dilaksanakan bersama-sama. Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997). Bertolak dari paparan di atas, maka fokus permasalahan dalam kajian ini yaitu apakah konservasi dengan pendekatan vegetatif efektif mengatasi permasalahan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang ? METODE Penelitian ini merupakan penelitian survey dan pemodelan. Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah Sub DAS Keduang atau melewati jalur sungai DAS dan menjadi anggota Kelompok Konservasi Tanah dan Air (KKTA) di wilayah Desa Gemawang Kecamatan Ngadirojo, Desa Sambirejo Kecamatan Jatisrono, Desa Pingkuk Kecamatan Jatiroto, Desa Sukoboyo Kecamatan Slogohimo dan Desa Sembukan Kecamatan Sidoharjo. Sedangkan sampel data vegetasi diambil dari 5 kecamatan tersebut secara random. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. PEMBAHASAN Keduang merupakan DAS terluas antara enam DAS yang menjadi catchment area waduk Gajah Mungkur. Secara geografis, Sub DAS Keduang terletak pada 7 o 42’-7 o 55’ LS dan 4 o 11’-4 o 24’ BT. Kondisi alam di Sub DAS Keduang termasuk kedalam kelompok DAS dengan curah hujan tahunan yang tinggi yaitu 5404 mm/tahun dengan jumlah hujan 165 hari. (Proyek Penelitian dan Pengembangan DAS, 1998). Luas Sub DAS keduang menurut Balai Teknologi Pengembangan DAS Surakarta (BPT DAS) adalh : 39700 Ha (397 km 2 ) yang terdiri dari 42,6% sawah, 15,6% pemukiman, 15,1% hutan, dan 26,7% kebun (Litbang Sumber Daya Air, 2005). Sub DAS Keduang yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dan merupakan salah satu dari daerah tangkapan Waduk Gajah Mungkur. Areal pertanian yang ada di Sub DAS keduang meliputi sawah dan tegalan. Jenis tanaman keras pada lahan tegalan ini adalah jati, sonokeling, sengon laut, coklat mete, kelapa, lamtoro dan mangga. Sedangkan jenis tanaman semusim pada lahan hutan hampir tidak ada. Vegetasi yang ada pada hutan meliputi pinus, jati, sonokeling, akasia dan mete. Dari hasil kajian yang dilakukan oleh PWBS perkiraan sedimen tahunan yang masuk ke waduk Wonogiri dari tahun 1981 sampai dengan tahun 1987 DAS Tirtomoyo, Keduang dan Solo merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen ke waduk. Kemudian dari laporan BPTDAS tahun 2004 BPTDAS
  • 3. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 211 melakukan kajian dari estimasi sedimen tahunan yang masuk ke waduk Wonogiri periode 1977 sampai dengan 2004 dari ke 4 (empat) DAS yang dikaji Sub DAS keduang merupakan DAS terbesar kontribusi tingkat sedimen. Dengan dasar tersebut penelitian ini lebih konsentrasi pada Sub DAS Keduang. Sub DAS Keduang memiliki peran vital bagi masyarakat setempat. DAS dapat dipandang sebagai common good dalam arti kesejahteraan semua pihak saling tergantung atas jasa yang diberikan oleh suatu DAS yaitu sebagai fungsi hidrologi dan ekologi. Oleh sebab itu pengelolaan DAS yang tepat perlu dilakukan untuk menekan degradasi (sedimentasi dan erosi) Sub DAS Keduang. Strategi konservasi DAS dengan pendekatan vegetatif merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas Sub DAS Keduang. Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al.,1997). Pendekatan vegetatif merupakan usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah/air yang dilakukan dengan memanfaatkan peranan tanaman untuk mengurangi erosi dan pengawetan tanah. Pelaksanaan vegetatif dapat meliputi kegiatan-kegiatan penghutanan kembali (reboisasi) dan penghijauan, penanaman tanaman penutup tanah, penanaman tanaman secara garis kontur, penanaman tanaman dalam strip, penanaman tanaman secara bergilir, serta pemulsaan atau pemanfaatan serasah tanaman. Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan. Pendekatan vegetatif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menanam tanaman rumput gajah, akar wangi, rumput setaria, rumput kolonjono dan rumput blembem di sekitar Sub DAS Keduang. Dari data yang diambil secara random dari sampel penelitian diperoleh data sebagai berikut. Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Panjang Tunas Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa vegetasi yang ditanam, usia vegetasi berbanding lurus dengan panjang tunas. Semakin bertambahnya usia vegetasi maka akan semakin bertambah pula panjang tunas vegetasi tersebut. Hal ini berarti penanaman vegetasi memberikan kontribusi positif terhadap Sub DAS Keduang, dimana tunas yang ada akan tumbuh menjadi batang dan daun yang nantinya akan berperan menghalangi tumbukan-tumbukan langsung butir butir hujan kepada permukaan tanah, dengan peranannya itu tercegahlah penghancuran agregat-agregat tanah. Disamping semakin bertambahnya usia vegetasi akan menghasilkan tunas yang semakin banyak, ternyata semakin bertambahnya usia vegetasi juga akan menghasilkan jumlah anakan vegetasi. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan jumlah anakan dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
  • 4. 212 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Jumlah Anakan Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa semakin bertambahnya usia vegetasi maka jumlah anakan semakin bertambah. Seperti halnya peranan tunas bagi DAS, ternyata dengan semakin banyaknya jumlah anakan vegetasi berarti luas tanah yang tertutup oleh tanaman akan semakin banyak. Hal ini memberikan dampak positif yaitu laju erosi dan aliran permukaan di daerah DAS semakin berkurang. Akar tanaman juga memberikan manfaat positif bagi konservasi DAS. Akar-akar tanaman berperan memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, tunjangannya dalam meningkatkan aktivitas biota tanah yang akan memperbaiki porositas, stabilisasi agregat serta sifat kimia tanah. Semakin banyak vegetasi akan semakin banyak daya dukung akar tanaman untuk menekan degradasi DAS. Semakin bertambahnya usia vegetasi berarti akan semakin bertambahnya panjang akar dan semakin bertambah pula tunjangannya dalam meningkatkan aktivitas biota tanah. Hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan panjang akar Akar-akar tanaman berperan dalam pengambilan atau pengisapan air bagi keperluan tumbuhnya tanaman yang selanjutnya sebagian diuapkan (evaporasi) melalui daun-daunnya ke udara, pengambilan atau pengisapan air oleh akar-akar ini dapat meningkatkan daya isap tanah akan air, dan dengan demikian sedikit atau banyak aliran dipermukaan dapat dikurangi (be reducted). Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran permukaan karena adanya pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat intersepsi butir hujan oleh tajuk tanaman, pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat meningkatnya kekasaran permukaan tanah, peningkatan aggregesi tanah serta porositasnya sebagai akibat aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik, sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat, serta peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat proses evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering. Efektivitas tanaman dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan kontinuitas daun, kepadatan tanaman, dan sistem perakaran tanaman. Biasanya efektivitas pengaruh tanaman terhadap erosi diukur dari produksi bahan kering tanaman (ku/ha) dan kemampuan tanaman dalam menutup tanah (%). Kemudian kedua parameter tersebut dikalikan untuk mendapatkan “Indek Efektivitas” tanaman. 0 50 100 2 4 6 Jumlahanakan(batang) Umur (bulan) Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Jumlah Anakan Rumput gajah Akar wangi Rumput Setaria Kolonjono Rumput blembem 0 50 100 2 4 6 PanjangAkar(cm) Umur (bulan) Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Panjang Akar Rumput gajah Akar wangi Rumput Setaria Kolonjono Rumput blembem
  • 5. Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi 213 Telah diketahui bahwa tetes air yang jatuh dari tempat yang semakin tinggi kecepatannya semakin besar ketika menumbuk permukaan tanah, yang dengan demikian akan mempunyai energi kinetik yang semakin besar pula. Maka semakin tinggi suatu tanaman/pohon akan semakin besar energi kinetik tetes air yang jatuh dari tanaman tersebut. Di samping itu, seperti diketahui pula bahwa semakin besar ukuran tetes air akan semakin besar energi kinetiknya. Dengan demikian tetes air yang jatuh dari tanaman yang tinggi dan berdaun lebar akan mempunyai energi kinetik yang semakin besar jika dibandingkan dari tanaman yang rendah dan berdaun sempit/kecil. Sebab daun yang lebar akan berfungsi sebagai mangkuk pengumpul air hujan. Sistem perakaran tanaman juga sangat mempengaruhi erosi, karena sistem perakaran menentukan aktivitas tanaman dalam membantu pembentukan dan pemantapan aggregat, yang berarti juga meningkatkan porositas tanah. Seperti telah diuraikan di muka bahwa porositas tanah sangat menentukan kapasitas dan laju infiltrasi. Sistem perakaran semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia vegetasi, oleh sebab itu semakin bertambahnya usia vegetasi maka daya cengkeram tanaman akan semakin tinggi. Hal ini berarti laju erosi akan semakin ditekan. Hubungan usia vegetasi dengan daya cengkeram dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut. Gambar 4. Grafik hubungan antara usia vegetasi dengan daya cengkeram Metode vegetatif dalam strategi konservasi tanah dan air adalah pengelolaan tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran permukaan di Sub DAS Keduang. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa tanaman dapat memperkecil erosi dan aliran permukaan karena adanya : 1. Pengurangan pukulan butir hujan terhadap permukaan tanah sebagai akibat intersepsi butir hujan oleh tajuk tanaman. 2. Pengurangan kecepatan aliran permukaan sebagai akibat meningkatnya kekerasan permukaan tanah. 3. Peningkatan agregasi tanah sebagai akibat aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik, sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat. 4. Peningkatan kehilangan air tanah sebagai akibat evapotranspirasi, sehingga tanah cepat kering. Konservasi dengan pendekatan Vegetatif di Sub DAS Keduang ini dapat memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dan penutupan lahan sehingga dapat meningkatkan infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi, memperbaiki hara tanah serta memiliki nilai ekonomi. Sehingga dengan pendekatan vegetatif ini sedimentasi dari Sub DAS Keduang akan semakin berkurang. KESIMPULAN Pengelolaan secara vegetatif merupakan teknologi konservasi tanah dan air yang efektif untuk menekan degradasi (erosi dan sedimentasi) di Sub DAS Keduang. Teknologi ini direkomendasikan untuk pengelolaan SDA berkelanjutan yang selain dapat meningkatkan kualitas tanah dan air juga memiliki nilai ekonomi. 0 20 40 60 80 2 4 6 DayaCengkeram(kg) Umur (bulan) Grafik Hubungan Antara Usia Vegetasi dengan Daya Cengkeram Rumput gajah Akar wangi Rumput Setaria Kolonjono Rumput blembem
  • 6. 214 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya Menuju Pembangunan Karakter DAFTAR PUSTAKA Aldaya, M. T. Martinez. 2009. Incorporating the Water Foot Print and Virtual Water. Hamilton, L.S. dan P.N.King, 1997. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika (Tropical Forested Watersheds). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Minoru Ouchi. 2007. The Study on Countermeasures for Sedimentation in the Wonogiri Multipurpose DAM Reservoir in the Republic of Indonesia. Indonesia : Directorate General of Water Resources Ministry of Public Works The Republic of Indonesia Suara Merdeka. Rusak, Lingkungan DAS Bengawan Solo. Edisi Senin 11 Oktober 2004.