SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH HIDROLOGI PERTANIAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI
Dosen Pengampu :
Dr.Ir.T.Edy Sabli,M.Si
Disusun Oleh :
JUMINTEN SARI
NPM . 21.411.0136
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala, yang mana atas
ridho dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada matakuliah
hidrologi pertanian dengan judul materi “Daerah Aliran Sungai” dengan tepat waktu. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Bapak Dr.Ir.T.Edy
Sabli,M.Si dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Diharapkan tulisan ini menambah pengetahuan dan pemahaman kepada dikalangan
mahasiswa dan pembaca tentang Daerah Aliran Sungai. Saya menyadari bahwa penulisan
dalam makalah ini masih jauh dari katas empurna, oleh sebab itu dengan tangan terbuka saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Demikian makalah ini saya susun, bila
ada kata-kata yang salah dalam penyusunan makalah ini, Saya memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Pekanbaru, Desember 2022
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yangunsur-unsur
utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia
memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat
tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi
belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian
tanah longsor,erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap
kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun
hilir demikian besarnya.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya
kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan
terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS
ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat
erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Pengelolaan DAS
terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan, penentuan sasaran dan
tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah direncanakan serta monitoring dan
evaluasi hasil kegiatan secara terpadu.
Pengelolaan DAS terpadu selain mempertimbangkan faktor biofisik darihulu sampai
hilir juga perlu mempertimbangkan faktor sosial-ekonomi,kelembagaan, dan hukum. Dengan
kata lain, pengelolaan DAS terpadu diharapkan dapat melakukan kajian integratif dan
menyeluruh terhadap permasalahan yang ada, upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya
alam skala DAS secara efektif dan efisien.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian DAS?
2. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai terpadu?
3. Apa saja permasalahan Daerah Aliran Sungai?
4. Teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengelolaan DAS?
1.3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian DAS.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan DAS secara terpadu,landasan
hukum, tujuan, konsep, dan ruanglingkup.
3. Mengetahui hal-hal yang menjadi permasalahan DAS.
4. Mengetahui teknologi pengelolaan DAS.
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung- punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akanditampung oleh punggung
gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995).
Menurut PP no.37 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pasal 1:Daerah Aliran
Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratanyang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari curahhujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisahtopografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan
yang masihterpengaruh aktivitas daratan.
Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun, DAS
harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan
pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka
sasaran pengembangan DASakan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut :
1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan
2. harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat
mendukungkehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.
3. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS
4. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.(Agus, dkk., 2007).
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengankuantitas dan
kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih gunalahan hutan menjadi lahan
pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitastata air pada DAS yang akan lebih
dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir.
Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konversi hutan menjadilahan pertanian
mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air,mencegah banjir, longsor dan
erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam
ekosistem DAS (Noordwijk danFarida, 2004).
2.2. Bentuk dan Karakteristik DAS
Dalam DAS, jalur-jalur sungai dengan tanpa cabang pada ujung pengalirannya disebut
orde pertama sungai. Penggabungan dua orde pertama sungai membentuk order kedua, dua
orde kedua sungai membentuk orde ketigadan seterusnya. Aliran sungaidi kawasan hutan
dalam DAS secara umum pada orde yang lebih rendah. Bentuk DAS akan mempengaruhi debit
pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat diIndonesia
secara skematis .
1. berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri
kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini
mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi berlangsung
relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda.
2. berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik
dimana anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan
karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik
pertemuan anak-anak sungai,
3. berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana
dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik
demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik pertemuan
sungai. Disamping bentuk dan karakteristik DAS tersebut diatas,debit pengaliran,
pola banjir dan debit banjir juga ditentukan oleh faktor iklim,topografi, vegetasi dan
jenis tanah di dalam DAS itu sendiri.
Gambar 1. Keempat Orde Aliran Sungai
Gambar 2. Bentuk DAS (Daerah Aliran Sungai)
2.3. Pengelolaan DAS Terpadu
Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,misalnya hutan,
lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi
sehingga perlu dikelola.
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan olehmasyarakat, petani
dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di
dalam suatu DAS.
Pengelolaan DAS terpadu adalah proses formulasi dan implementasi suatu kegiatan
yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu DAS dengan
mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan didalam dan sekitar DAS
termasuk untuk mencapai tujuan sosial tertentu.
Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah
pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga tidak
membahayakan lingkungan lokal, regional, nasionaldan bahkan global.
Landasan hukum pengelolaan DAS:
1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3
2. UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
3. UU No 5 tahun 1990 tentang Konsevasi Alam Hayati dan Ekosistemnya
4. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
6. UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
7. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
8. PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsdi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
9. PP No 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
10. PP No 3 tahun 2008 tentang Perubahan atas PP No 6 tahun 2007
11. PP No 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
12. Kep.Menhut o 52 tahun 2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan
DAS
Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan DAS:
1. Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :
2. Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan,
pembangunan,perlindungan dan pengendalian sumberdaya alam DAS.
3. Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas keterpaduan, kelestarian,
kemanfaatan, keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.
4. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
5. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan
memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi :
a) Penatagunaan Lahan
b) Pengelolaan Sumber Daya Air
c) Pengelolaan lahan dan vegetasi
d) Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Buatan
e) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan
Sebelum mengelola DAS perlu diketahui beberapa hal:
1. Apa yang ada di dalam DAS (apa potensi DAS)?
2. Apa masalah yang ada di dalam DAS?
3. Apa yang kita inginkan dari pengelolaan DAS?
4. Apa yang bisa diperbaiki/dirubah?
5. Bagaimana cara memperbaikinya?
6. Apa dampak perbaikan tersebut terhadap masyarakat yang ada di dalam DAS?
Dengan menjawab pertanyaan tersebut di atas, akan terbentuk ‘visi (pandangan ke
depan) tentang pengelolaan DAS. Tanpa memahami ‘visi’, maka tujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas DAS menjadi tidak jelas.
2.4.Permasalahan pada DAS
Permasalahan pada DAS pada umumnya sangat serius di negara-negara berkembang,
karena laju pertambahan penduduk memberikan tekananyangsangat besar terhadap sumber
daya lahan.
Kerusakan kondisi hidrologis DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya
dan pemukiman yang tidak terkendali, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah
dan air seringkali menjadi penyebab peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan
produktivitas lahan, percepatan degradasi lahan, dan banjir. Selain itu, terjadi penurunan
jumlah curah hujan secara luas di Jawa dan beberapa wilayah lain di Indonesia pada waktu
setengah abad sebelumnya yang berbanding lurus dengan penurunan luas hutan.
Beberapa masalah DAS yang tercatat antara lain:
1. Degradasi hutan akibat illegal logging dan perambahan hutan tidak terkendali untuk
permukiman, pertanian, industry, dan sebagainya.
2. Luasnya lahan kritis akibat intensitas penggunaan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip
konservasi tanah dan air
3. Erosi, longsor dan sedimentasi yang mengancam pendangkalan sungai, situ dan waduk
4. Pencemaran air akibat limbah industry dan domestic
5. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hulu DAS dan sekitar bantaran sungai
pada umumnya masih rendah.
6. Masih tumpang tindihnya peraturan perundangan antar sector
7. Koordinasi dan sinergitas kebijakan, program dan kegiatan antar lembaga yang belum
berjalan baik
8. Belum adanya master plan pengelolaan DAS sebagai pedoman
9. Belum adanya system informasi terpadu dalam pengelolaan DAS
10. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS
11. Keterbatasan anggaran dalam pelaksanaan konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan
sarana dan prasarana pengairan
Pertambahan penduduk mengakibatkan peningkatan penyediaan kebutuhan sandang,
papan dan pangan, termasuk air. Jumlah masyarakat petani semakin bertambah, di sisi lain
lapangan kerja terbatas, sehingga pemilikan dan luas lahan garapan semakin sempit, sehingga
tekanan penduduk terhadap lahan untuk pertanian semakin berat. Tekanan berat tercermin dari
pemanfaatan lahan yang melampaui batas kemampuannya. Akibat lebih lanjut adalah
keseimbangan alam juga terganggu.
2.5. Teknologi Pengolahan DAS
Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan
degradasi lahan, kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan
pendangkalan sungai, danau atau waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan DAS
tergantung pada sifat DAS yang mencakup tanah, iklim, sungai, bukit dan masyarakat
yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu tidak ada resep umum yang bisa diberikan dalam
memecahkan permasalahan DAS.
Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran konservasi
lahan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Berikut ini
disampaikan prinsip-prinsip tindakan yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan DAS
sehingga masyarakat dapat memilih teknologi yang sesuai:
 Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan bersangkutan.
Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%, tidak aman bila
digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun praktis kriteria kesesuaian
lahan diberikan di dalam buku Djaenuddin et al. (2003). Di dalam buku tersebut
diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tertentu.
 Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup, karena
dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin terlindung permukaan
tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk jaringan penyaring erosi.
 Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air tersebut jatuh,
sehingga mengurangi aliran permukaan.
 Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke kolam-kolam
penampung untuk digunakan kemudian.
 Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat) dengan
sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk mengendalikan erosi dan
pengisian kembali air tanah
 Memaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan per satuan
volume air.
 Meningkatkan intensitas pertanaman dengan tanaman sela dan menata pola pergiliran
tanaman.
 Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama terjadinya
penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).
 Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran distribusi,
pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.
 Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan
penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di
permukaan tanah melalui pembuatan sumur, rorak atau embung penampung air.
 Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya
dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.
 Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi setempat
(misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah tangga). Tindakan
konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberi keuntungan
jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan,
terutama untuk petani yang status penguasaan lahannya tidak tetap.
 Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani dengan
fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk kegiatan yang
akan dilakukan pada lahan mereka.
 Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah yang akan
dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut.
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang
menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
a. Kuantitas (jumlah) air

o Banjir dan kekeringan
o Menurunnya tinggi muka air tanah
o Tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.
b. Kualitas air

o Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
o Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
o Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)
Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS.
Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk
menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon
secara intensif tidak akan mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan
terdahulu, pohon-pohonan mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman pertanian semusim dan tajuk pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air
hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum mencapai permukaan tanah.
Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir maka
teknik yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak
meresap ke dalam tanah di hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh
dengan menanam pohon dan/atau dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti
pembuatan sumur resapan, rorak dan sebagainya.
Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai
maka pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki
fungsi filter dari DAS.
Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar,
dan pohon pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap).
Apabila menggunakan metode vegetatif, maka penempatan tanaman di dalam suatu
DAS menjadi penting. Penanaman tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja dari
luas DAS, mungkin sudah sangat efektif dalam mengurangi sedimentasi ke sungai
asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat yang benar-benar menjadi masalah,
misalnya pada zone riparian (zone penyangga di kiri kanan sungai).
Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air
DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh lebih
penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali lahan gundul
dengan pohonpohonan.
Lagipula apabila penanaman pohon dipilih sebagai metode pengatur tata air
DAS, penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya
20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak
nyata.
Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu
memberikan arti dalam menurunkan sedimentasi. Gambar berikut memberikan
ringkasan masalah DAS dan alternatif teknologi yang dapat dipilih untuk
mengatasinya.
Permasalahan pokok yang dijumpai dalam DAS adalah:
1. degradasi lahan (erosi)
2. penurunan kualitas air
3. kekeringan dan banjir
4. pendangkalan sungai, danau atau (perubahan debit sungai) waduk oleh sedimen
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan wilayah yang utuh merupakan
konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan
air) Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang
mengakibatkan buruk seperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan
pendekatan pembangunan wilayah berbasis pengelolaan DAS secara terpadu dan
berkelanjutan,maka diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan
berwawasan lingkunan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan
dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya
dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan bahwa pengelolaan DAS
secara berkelanjutan maka di perlukan perencanaan terpadu dan berkelanjutan dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan DAS sebagai unit pengelaan yang meliputi dari
daerah hulu sampai hilir.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Kehutanan dan Konservasi sumberdaya Air Kajian model pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air Kebijakan Penyusunan Master Plan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Daerah.
Sumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004). “Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian
Lahan Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 26-28
Sumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004). “Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian
Lahan Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 6 -7

More Related Content

Similar to TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx

Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
denotsudiana
 
3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan dasZaidil Firza
 
pwp
pwppwp
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Cahya Panduputra
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
Nurul Aulia
 
Nilai hidrologi
Nilai hidrologiNilai hidrologi
Nilai hidrologiBP4K
 
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
nesyaazzura
 
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan newPengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
EdiSuryadi12
 
Presentation by Tropenbos
Presentation by TropenbosPresentation by Tropenbos
Presentation by Tropenbos
GPFLR
 
Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Oky Febrianti
 
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptxppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
NazsywaNurfatiha
 
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
adetriputra3
 
Pendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan soloPendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan solo
Syarifah Nisa
 
Bab i konserling
Bab i konserlingBab i konserling
Bab i konserling
fajartanjung007
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisirAry Ajo
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Regional Development Planning Agency of DKI Jakarta (BAPPEDA DKI Jakarta)
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
Narda Dwizanu Permatasari
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Siti Sahati
 
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidupSUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
YeSi YeStri CatMafis
 

Similar to TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx (20)

Kebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan dasKebijakan pengelolaan das
Kebijakan pengelolaan das
 
3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das3.kerangka pikir pengelolaan das
3.kerangka pikir pengelolaan das
 
pwp
pwppwp
pwp
 
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
Pengelolaan Sumberdaya Air - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cib...
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Nilai hidrologi
Nilai hidrologiNilai hidrologi
Nilai hidrologi
 
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
 
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan newPengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
Pengelolaan lingkungan berkelanjutan dalam perspektif pendidikan new
 
Presentation by Tropenbos
Presentation by TropenbosPresentation by Tropenbos
Presentation by Tropenbos
 
Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das Kuliah ii pengel das
Kuliah ii pengel das
 
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptxppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
 
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
(SAPPK ITB MSP) Pembangunan Pesisir Potensi Kawasan Wisata Raja Ampat
 
Pendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan soloPendekatan vegetatif di begawan solo
Pendekatan vegetatif di begawan solo
 
Bab i konserling
Bab i konserlingBab i konserling
Bab i konserling
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidupSUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
SUMBER DAYA ALAM pendidikan lingkungan hidup
 

TUGAS AKHIR MAKALAH HIDROLOGI JUMINTEN SARI.docx

  • 1. MAKALAH HIDROLOGI PERTANIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Dosen Pengampu : Dr.Ir.T.Edy Sabli,M.Si Disusun Oleh : JUMINTEN SARI NPM . 21.411.0136 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2022
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala, yang mana atas ridho dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada matakuliah hidrologi pertanian dengan judul materi “Daerah Aliran Sungai” dengan tepat waktu. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Bapak Dr.Ir.T.Edy Sabli,M.Si dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan tulisan ini menambah pengetahuan dan pemahaman kepada dikalangan mahasiswa dan pembaca tentang Daerah Aliran Sungai. Saya menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari katas empurna, oleh sebab itu dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Demikian makalah ini saya susun, bila ada kata-kata yang salah dalam penyusunan makalah ini, Saya memohon maaf yang sebesar- besarnya. Pekanbaru, Desember 2022 Penulis
  • 3. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yangunsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor,erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya. Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program yang telah direncanakan serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara terpadu. Pengelolaan DAS terpadu selain mempertimbangkan faktor biofisik darihulu sampai hilir juga perlu mempertimbangkan faktor sosial-ekonomi,kelembagaan, dan hukum. Dengan kata lain, pengelolaan DAS terpadu diharapkan dapat melakukan kajian integratif dan menyeluruh terhadap permasalahan yang ada, upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam skala DAS secara efektif dan efisien.
  • 4. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian DAS? 2. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan Daerah Aliran Sungai terpadu? 3. Apa saja permasalahan Daerah Aliran Sungai? 4. Teknologi apa saja yang dapat digunakan untuk pengelolaan DAS? 1.3. Tujuan Masalah 1. Mengetahui pengertian DAS. 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengelolaan DAS secara terpadu,landasan hukum, tujuan, konsep, dan ruanglingkup. 3. Mengetahui hal-hal yang menjadi permasalahan DAS. 4. Mengetahui teknologi pengelolaan DAS.
  • 5. II. PEMBAHASAN 2.1. Pengertian DAS Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung- punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akanditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). Menurut PP no.37 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Pasal 1:Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratanyang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curahhujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisahtopografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masihterpengaruh aktivitas daratan. Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DASakan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut : 1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan 2. harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukungkehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya. 3. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS 4. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.(Agus, dkk., 2007). Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengankuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih gunalahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitastata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konversi hutan menjadilahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air,mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS (Noordwijk danFarida, 2004).
  • 6. 2.2. Bentuk dan Karakteristik DAS Dalam DAS, jalur-jalur sungai dengan tanpa cabang pada ujung pengalirannya disebut orde pertama sungai. Penggabungan dua orde pertama sungai membentuk order kedua, dua orde kedua sungai membentuk orde ketigadan seterusnya. Aliran sungaidi kawasan hutan dalam DAS secara umum pada orde yang lebih rendah. Bentuk DAS akan mempengaruhi debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir. Beberapa bentuk DAS yang terdapat diIndonesia secara skematis . 1. berbentuk bulu burung, disebut demikian karena jalur anak sungai di kiri kanan sungai utama langsung mengalir ke sungai utama. DAS seperti ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil, namun banjir yang terjadi berlangsung relatif lama. Hal ini karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda. 2. berbentuk menyebar (radial). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana anak-anak sungai terkonsentrasi ke suatu titik secara radial. DAS dengan karakteristik demikian, berpotensi menyebabkan banjir besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai, 3. berbentuk sejajar (pararel). Bentuk ini mempunyai karakteristik dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian hilir. DAS dengan karakteristik demikian, jika terjadi banjir maka akan terjadi di bagian hilir titik-titik pertemuan sungai. Disamping bentuk dan karakteristik DAS tersebut diatas,debit pengaliran, pola banjir dan debit banjir juga ditentukan oleh faktor iklim,topografi, vegetasi dan jenis tanah di dalam DAS itu sendiri. Gambar 1. Keempat Orde Aliran Sungai
  • 7. Gambar 2. Bentuk DAS (Daerah Aliran Sungai) 2.3. Pengelolaan DAS Terpadu Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola. Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan olehmasyarakat, petani dan pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di dalam suatu DAS. Pengelolaan DAS terpadu adalah proses formulasi dan implementasi suatu kegiatan yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan manusia dalam suatu DAS dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan didalam dan sekitar DAS termasuk untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasionaldan bahkan global. Landasan hukum pengelolaan DAS: 1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3 2. UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan 3. UU No 5 tahun 1990 tentang Konsevasi Alam Hayati dan Ekosistemnya 4. UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 5. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
  • 8. 6. UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air 7. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 8. PP No 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsdi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 9. PP No 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan 10. PP No 3 tahun 2008 tentang Perubahan atas PP No 6 tahun 2007 11. PP No 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 12. Kep.Menhut o 52 tahun 2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS Prinsip-prinsip dasar Pengelolaan DAS: 1. Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah : 2. Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pembangunan,perlindungan dan pengendalian sumberdaya alam DAS. 3. Pengelolaan DAS berlandaskan pada azas keterpaduan, kelestarian, kemanfaatan, keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas. 4. Pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 5. Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan berdasarkan prinsip satu DAS, satu rencana, satu sistem pengelolaan dengan memperhatikan sistem pemerintahan yang desentralisasi sesuai jiwa otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
  • 9. Ruang lingkup pengelolaan DAS meliputi : a) Penatagunaan Lahan b) Pengelolaan Sumber Daya Air c) Pengelolaan lahan dan vegetasi d) Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Buatan e) Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Sebelum mengelola DAS perlu diketahui beberapa hal: 1. Apa yang ada di dalam DAS (apa potensi DAS)? 2. Apa masalah yang ada di dalam DAS? 3. Apa yang kita inginkan dari pengelolaan DAS? 4. Apa yang bisa diperbaiki/dirubah? 5. Bagaimana cara memperbaikinya? 6. Apa dampak perbaikan tersebut terhadap masyarakat yang ada di dalam DAS? Dengan menjawab pertanyaan tersebut di atas, akan terbentuk ‘visi (pandangan ke depan) tentang pengelolaan DAS. Tanpa memahami ‘visi’, maka tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas DAS menjadi tidak jelas. 2.4.Permasalahan pada DAS Permasalahan pada DAS pada umumnya sangat serius di negara-negara berkembang, karena laju pertambahan penduduk memberikan tekananyangsangat besar terhadap sumber daya lahan. Kerusakan kondisi hidrologis DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya dan pemukiman yang tidak terkendali, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali menjadi penyebab peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, percepatan degradasi lahan, dan banjir. Selain itu, terjadi penurunan jumlah curah hujan secara luas di Jawa dan beberapa wilayah lain di Indonesia pada waktu setengah abad sebelumnya yang berbanding lurus dengan penurunan luas hutan.
  • 10. Beberapa masalah DAS yang tercatat antara lain: 1. Degradasi hutan akibat illegal logging dan perambahan hutan tidak terkendali untuk permukiman, pertanian, industry, dan sebagainya. 2. Luasnya lahan kritis akibat intensitas penggunaan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air 3. Erosi, longsor dan sedimentasi yang mengancam pendangkalan sungai, situ dan waduk 4. Pencemaran air akibat limbah industry dan domestic 5. Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hulu DAS dan sekitar bantaran sungai pada umumnya masih rendah. 6. Masih tumpang tindihnya peraturan perundangan antar sector 7. Koordinasi dan sinergitas kebijakan, program dan kegiatan antar lembaga yang belum berjalan baik 8. Belum adanya master plan pengelolaan DAS sebagai pedoman 9. Belum adanya system informasi terpadu dalam pengelolaan DAS 10. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS 11. Keterbatasan anggaran dalam pelaksanaan konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan prasarana pengairan Pertambahan penduduk mengakibatkan peningkatan penyediaan kebutuhan sandang, papan dan pangan, termasuk air. Jumlah masyarakat petani semakin bertambah, di sisi lain lapangan kerja terbatas, sehingga pemilikan dan luas lahan garapan semakin sempit, sehingga tekanan penduduk terhadap lahan untuk pertanian semakin berat. Tekanan berat tercermin dari pemanfaatan lahan yang melampaui batas kemampuannya. Akibat lebih lanjut adalah keseimbangan alam juga terganggu.
  • 11. 2.5. Teknologi Pengolahan DAS Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan degradasi lahan, kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan pendangkalan sungai, danau atau waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan DAS tergantung pada sifat DAS yang mencakup tanah, iklim, sungai, bukit dan masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu tidak ada resep umum yang bisa diberikan dalam memecahkan permasalahan DAS. Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran konservasi lahan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Berikut ini disampaikan prinsip-prinsip tindakan yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan DAS sehingga masyarakat dapat memilih teknologi yang sesuai:  Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan bersangkutan. Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%, tidak aman bila digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun praktis kriteria kesesuaian lahan diberikan di dalam buku Djaenuddin et al. (2003). Di dalam buku tersebut diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tertentu.  Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup, karena dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin terlindung permukaan tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk jaringan penyaring erosi.  Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air tersebut jatuh, sehingga mengurangi aliran permukaan.  Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke kolam-kolam penampung untuk digunakan kemudian.  Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat) dengan sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk mengendalikan erosi dan pengisian kembali air tanah  Memaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan per satuan volume air.  Meningkatkan intensitas pertanaman dengan tanaman sela dan menata pola pergiliran tanaman.  Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama terjadinya penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).  Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran distribusi, pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.
  • 12.  Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di permukaan tanah melalui pembuatan sumur, rorak atau embung penampung air.  Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.  Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi setempat (misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah tangga). Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberi keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan pendapatan, terutama untuk petani yang status penguasaan lahannya tidak tetap.  Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani dengan fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk kegiatan yang akan dilakukan pada lahan mereka.  Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah yang akan dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut. Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi: a. Kuantitas (jumlah) air  o Banjir dan kekeringan o Menurunnya tinggi muka air tanah o Tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar. b. Kualitas air  o Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai o Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya o Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi) Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon secara intensif tidak akan mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan tajuk pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali ke udara sebelum mencapai permukaan tanah.
  • 13. Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir maka teknik yang dapat ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke dalam tanah di hulu dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan sebagainya. Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka pilihan teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki fungsi filter dari DAS. Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar, dan pohon pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap). Apabila menggunakan metode vegetatif, maka penempatan tanaman di dalam suatu DAS menjadi penting. Penanaman tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS, mungkin sudah sangat efektif dalam mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman tersebut ditanam pada tempat yang benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zone riparian (zone penyangga di kiri kanan sungai). Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air DAS akan memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh lebih penting dari pada membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali lahan gundul dengan pohonpohonan. Lagipula apabila penanaman pohon dipilih sebagai metode pengatur tata air DAS, penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30% dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak nyata. Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu memberikan arti dalam menurunkan sedimentasi. Gambar berikut memberikan ringkasan masalah DAS dan alternatif teknologi yang dapat dipilih untuk mengatasinya.
  • 14. Permasalahan pokok yang dijumpai dalam DAS adalah: 1. degradasi lahan (erosi) 2. penurunan kualitas air 3. kekeringan dan banjir 4. pendangkalan sungai, danau atau (perubahan debit sungai) waduk oleh sedimen
  • 15. III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan wilayah yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air) Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan buruk seperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan pendekatan pembangunan wilayah berbasis pengelolaan DAS secara terpadu dan berkelanjutan,maka diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkunan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. 3.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan bahwa pengelolaan DAS secara berkelanjutan maka di perlukan perencanaan terpadu dan berkelanjutan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan DAS sebagai unit pengelaan yang meliputi dari daerah hulu sampai hilir.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Kehutanan dan Konservasi sumberdaya Air Kajian model pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air Kebijakan Penyusunan Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) Daerah. Sumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004). “Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 26-28 Sumber: Fahmudin Agus dan Widianto (2004). “Petunjuk Praktik Konservasi Tanah Pertanian Lahan Kering “. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 6 -7