SlideShare a Scribd company logo
HUBUNGAN PENDEKATAN LATIHAN MASSED PRACTICE DAN
DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KETEPATAN PUKULAN LOB
PEMAIN BULUTANGKIS
Arie Asnaldi
Metode penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi esperimental).
Populasi penelitian ini berjumlah 47 orang, sedangkan sampel ditetapkan
secara purposive sampling, yaitu: 26 orang pemain putra. Tes yang
digunakan adalah tes ketepatan pukulan lob. Sedangkan analisis data
yang digunakan adalah uji-t.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Pendekatan latihan Massed
Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob , hasil
yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 26,98 > 1,782. 2) Pendekatan latihan
Distributed Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan
lob, hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 8,40 > 1,782. 3) Pendekatan
latihan Massed Practice lebih berpengaruh dibandingkan dengan
Pendekatan latihan Distributed Practice untuk meningkatkan ketepatan
pukulan lob, dimana hasil yang diperoleh thitung >ttabel =(13,66) < (1,796).
PENDAHULUAN
Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk
mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani,
dan sosial ( Sistem keolahragaan nasional, 2005:4). Melihat pengertian
olahraga diatas, jelas bahwa kegiatan olahraga yang ingin dikembangkan
harus dilakukan secara sistematis, terukur, dan terarah. Sehingga dapat
mendorong siswa atau atlet untuk melakukan aktifitas olahraga yang
dapat membina karakter yang lebih baik dan mampu mengembangkan
potensi jasmani dan rohani serta berjiwa sosial.
Seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi dewasa ini yang berlangsung dengan cepat, banyak
menyebabkan pergeseran nilai-nilai kehidupan, baik itu nilai sosial,
budaya, ekonomi, politik bahkan tanpa terkecuali nilai-nilai olahraga itu
sendiri. Olahraga yang dahulunya hanya bertujuan sebagai usaha
peningkatan kualitas jasmani, telah berkembang menjadi multi tujuan, baik
untuk kepentingan prestasi olahraga itu sendiri, ekonomi maupun politik.
Bahkan dewasa ini olahraga telah menjadi suatu industri yang jika
dikemas sedemikian rupa mampu menjadi suatu komoditi yang
mempunyai nilai jual yang cukup tinggi Salah satu langkah maju yang
dibuat bangsa Indonesia adalah dengan dilahirkannya Undang-Undang no
3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Tujuan pemerintah
dalam bidang olahraga terdapat dalam bab 2 pasal 4 yang berbunyi :
ā€œKeolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkokoh ketahanan nasional, serta meningkatkan harkat,
martabat dan kehormatan bangsaā€.
Berdasarkan ketentuan di atas, dijelaskan bahwa salah satu bidang
pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah
munculnya prestasi-prestasi nasional diberbagai cabang olahraga. Seperti
cabang bulutangkis Indonesia sudah banyak mengukir prestasi di cabang
ini, salah satu contoh prestasi internasional yaitu tradisi mendali emas
pada Olimpiade dari tahun 1992 (Alan Budikusuma dan Susi Susanti),
tahun 1996 (Riky Subagja/Rexy Mainaky), tahun 2000 (Candra
Wijaya/Toni Gunawan), tahun 2004 (Taufik Hidayat), tahun 2008 (Markis
Kido/Hendra Setiawan).
Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang populer di
Indonesia, dari dahulu sampai sekarang. Hal ini dapat kita lihat dengan
banyaknya prestasi yang pernah diraih oleh pemain bulutangkis kita,
sehingga tidak jarang bulutangkis disebut primadonanya Indonesia yang
sering membawa harum nama bangsa di tingkat Internasional.
Sesungguhnya perkembangan bulutangkis di Indonesia, tidak bisa
dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia secara keseluruhan baik
masa lampau maupun masa sekarang ini. Hal ini tertuang dalam
mukadimah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PBSI yang
dibentuk pada tanggal 5 Mei 1951 di kota Bandung yang berbunyi
ā€pembangunan olahraga bulutangkis adalah bagian dari pembangunan
bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan bangsaā€
(PBSI dalam Zarwan 2011).
Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, prestasi atlet bulutangkis
Indonesia mengalami penurunan. Pada pertandingan terakhir, seperti:
Kejuaraan Bulutangkis Cina Open, Indonesian Open, India Open,
Malaysia Open, Japan open, Korea open, Denmark open, maupun pada
olimpiade terakhir dimana Indonesia tanpa gelar satupun yang diraihnya.
Penurunan prestasi bulutangkis Indonesia menjadi keprihatinan bersama
bagi pemerintah, pengurus, pelatih serta masyarakat. Untuk itu, perlu
mencari solusi dari penurunan prestasi yang memprihatinkan ini yang
tentu saja akan terkait erat dengan pola pembinaan bulutangkis secara
nasional yang terkoordinir dan terkontrol termasuk ujung tombak
pembinaan prestasi itu sendiri yaitu klub-klub Bulutangkis yang sudah
cukup banyak berkembang di Indonesia. Salah satu diantara klub-klub
tersebut adalah PB Andalas Jaya yang berada di pusat kota Padang
Karakteristik permainan bulutangkis dimainkan oleh dua orang dan
empat orang, dengan masing-masing terdiri dari pemain tunggal putra-
putri, pasangan ganda putra-putri dan pasangan ganda campuran.
Permainan bulutangkis dimulai dengan penyajian bola atau servis dari
salah seorang pemain kepada lawannya secara diagonal atau jalannya
bola menyilang. Jika servis ini diterima oleh penerima servis maka
terjadilah permainan (rally) yakni saling memukul shuttlecocks melewati
atas net hingga terjadi bola tidak dalam permainan (mati).
Bila dimainkan oleh pemain yang ahli, permainan ini dianggap
sebagai permainan olahraga lapangan yang paling cepat. Namun
permainan pada partai tunggal dapat dikontrol untuk memenuhi kebutuhan
individual pada aktivitas fisik mereka. Ketika melakukan teknik, unsur-
unsur fisik seperti kelincahan, kekuatan, dan daya tahan sangat
mendukung. Selain itu pemain harus memiliki mental yang bagus. Jika
semua dikolaborasikan dengan baik, seorang pemain akan mampu
menjalankan permainan dengan baik dalam usaha untuk memenangkan
pertandingan.
Secara ideal pemain bulutangkis haruslah memiliki teknik dasar
yang baik diiringi kondisi fisik dan mental yang baik juga, seperti Lin Dan
ia memiliki postur yang ideal sebagai seorang atlet bulutangkis, disamping
itu ia memiliki smash yang kencang, netting yang tipis, akurasi ketepatan
lob yang bagus, jarang melakukan kesalahan dalam servis, dan memiliki
mental bertanding yang bagus. Karena dengan modal itulah Lin Dan
memilki prestasi yang luar biasa yaitu 2 kali juara olimpiade dan 5 kali
juara dunia.
Pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga yang direncanakan
dengan matang dan terprogram akan mempengaruhi prestasi bulutangkis
seperti yang diharapakan. Namun, prestasi tidak semudah membalikan
telapak tangan. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi. Syafruddin (1996:22) menyatakan bahwa:
Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam meraih suatu prestasi,
faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal antara lain: fisik, teknik, taktik, dan mental (psikis) atlet, dan
faktor eksternal adalah yang timbul dari luar dari diri atlet seperti:
pelatih, sarana dan prasarana, guru olahraga, keluarga, metode
latihan, organisasi, iklim, cuaca, makanan yang bergizi dan lain
sebagainya.
Kemampuan teknik, taktik, dan mental atlet yang baik akan menjadi
sia-sia jika tidak didukung oleh kemampuan fisiknya, permainan tidak
akan dapat berlangsung lama dalam pertandingan, karena akan
mengalami kelelahan sehingga akan mengganggu kemampuan teknik.
Jika fisik dan teknik terganggu, maka taktik apapun yang diterapkan
pelatih akan sia-sia dan mental pantang menyerah pun akan menjadi
percuma, sehingga penampilan dan prestasi menjadi kurang optimal. Hal
ini berarti bahwa keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang
saling menentukan dalam mencapai prestasi secara maksimal.
Provinsi Sumbar merupakan salah satu daerah yang tidak pernah
absen mengirim atletnya pada kejuaraan tingkat wilayah maupun
nasional. Sebagai buktinya dimana pada tahun 2012 atlet bulutangkis
Provinsi Sumbar lolos pekan Olahraga Nasional di Riau. Kota Padang
adalah salah satu kota di Provinsi Sumbar yang mempunyai peran aktif
dalam kemajuan prestasi bulutangkis. Di Kota Padang sendiri telah
banyak berdiri PB (Persatuan Bulutangkis) salah satu diantaranya adalah
PB Andalas Jaya yang berada di pusat kota Padang. PB Andalas jaya
Kota Padang berlatih dilapangan indor dengan jadwal latihan lima kali
dalam satu minggu.
Namun demikian, dalam hal prestasi altet bulutangkis PB Andalas
Jaya Padang belum dapat menunjukkan prestasi yang terbaik, artinya
masih minim prestasi, sebagai bukti diantaranya pada kejuaraan daerah
tahun 2013 hanya mendapat 1 mendali perak dan 2 perunggu (Pengurus
PB Andalas Jaya Kota Padang). Atlet yang tergabung dalam klub PB
Andalas Jaya Padang memiliki umur berkisar 13-16 tahun, yang rata-rata
atletnya sudah berlatih di atas 1 tahun.
Berdasarkan pengamatan yang selama ini peneliti lakukan, pada
saat pemain PB Andalas jaya Kota Padang melakukan pertandingan dan
saat latihan terlihat kemampuan teknik dasar yang masih belum dikuasai
dengan baik seperti teknik pukulan smash, drive, dropshot, lob, servis, net
play, olah kaki dan pola-pola pukulan sehingga pemain tidak bisa
menampilkan permainan terbaiknya. Yang jelas menonjol adalah pada
pukulan lob, mengingat pukulan lob merupakan salah satu teknik pukulan
yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. Lob merupakan
pukulan melambung shuttle cock yang diarahkan tinggi kebelakang
wilayah lawan. Pukulan lob ini bertujuan untuk mendesak posisi lawan,
agar posisi lawan yang stabil berubah menjadi kacau sehingga serangan
selanjutnya bisa menerobos pertahanan lawan, selain itu pukulan lob juga
dapat sebagai pukulan untuk bertahan atau lazim disebut defensive lob.
Pukulan lob tidak selalu merupakan pukulan bertahan, tetapi juga
dapat digunakan untuk menyerang. Perbedaanya terletak pada trayek
lambungan bola yang lebih rendah dan jalanya bola yang lebih cepat atau
lazim disebut lob menyerang (Attack lob), pukulan ini menjadi senjata
yang ampuh merusak atau menipu lawan.
Kemampuan lob pemain PB Andalas Jaya Kota Padang masih
kurang maksimal, banyak diantaranya pukulan yang dilakukan sangat
lemah atau terlalu keras atau tidak sempurna sehingga menguntungkan
bagi lawan, dengan tujuan menjatuhkan shuttlecock di lapangan depan
lawan sering kali shuttlecock menyangkut di net atau tidak melewati net
dan sering juga laju shuttlecock terlalu tinggi di atas net sehingga
menguntungkan bagi lawan. Di dalam bulutangkis, setiap pukulan
memerlukan serangkaian koordinasi gerak tubuh yang kompleks begitu
juga dengan pukulan lob. Faktor-faktor kondisi fisik penunjang pukulan lob
juga harus diperhatikan diantaranya daya ledak otot lengan, kelentukan
dan koordinasi dengan tujuan pukulan ini dapat dilakukan dengan
sempurna dan dapat meraih prestasi yang lebih baik.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi untuk mendapatkan
kemampuan lob yang baik diantaranya seperti teknik pukulan, kekuatan
genggaman tangan, strategi permainan, koordinasi, program latihan, tinggi
badan, kecepatan, kekuatan fisik, daya ledak dan kelentukan, metode
latihan, seperti contoh: Pendekatan latihan analisis-sintesis, global,
elementer, massed practice dan distributed practice .
Pendekatan latihan diatas, tentunya sangat tergantung dari
karakteristik atletnya, karena tidak semua pendekatan latihan yang
diterapkan memiliki dampak yang sama untuk atlet, artinya antara atlet
satu dengan yang lain nya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ini
merupakan hal yang menarik untuk diteliti khususnya keberhasilan dalam
menempatkan setiap pukulan lob dalam permainan bulutangkis
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment).
Tujuannya adalah untuk menemukan ada tidaknya pengaruh perlakuan
antara sebab dengan akibat antara variable-variabel yang dikontrol
(Suharto, dkk, 2004 : 38). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat
pengaruh hasil latihan terhadap penyampaian materi latihan dengan
menggunakan pendekatan dengan metode latihan massed practice dan
distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis.
Rancangan penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel dengan
proses penelitian yang dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu:
melaksanakan tes awal (pretest) yang bertujuan memperoleh data awal
tentang ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang.
Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan cara ordinlly
matched pairing agar kedua sampel bisa homogen. Selanjutnya dilakukan
penentuan kelompok mana yang akan diberikan perlakuan (treatment)
pendekatan metode latihan massed practice dan distributed practice.
Tahap selanjutnya dapat dilakukan tes akhir (post test). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pre test (tes
awal)
Teknik
pembagian
kelompok
Perlakuan (Treatment)
Post test
(tes
akhir)
T1
Ordinary
matched pairing
Massed practice
T2
Distributed practice
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pre test dan Post test ketepatan lob pemain bulutangkis PB
Andalas Jaya Padang pada kelompok Massed Practice.
Berdasarkan analisis data test awal (pre test) kelompok Massed
Practice dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh skor tertinggi 14, skor
terendah 7, rata-rata (mean) 10,15, dan standard deviasi (SD) 1,99.
Selanjutnya dari analisis test akhir (post test) setelah 16 kali perlakuan
didapat skor tertinggi 19 skor terendah 13 rata-rata 15,31, dan standard
deviasi (SD) 1,80.
2. Hasil Pre test dan Post test ketepatan lob pemain bulutangkis PB
Andalas Jaya Padang pada kelompok Distributed Practice.
Berdasarkan analisis data test awal (pre test) kelompok
Distributed Practice dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh skor
tertinggi 14, skor terendah 7, rata-rata (mean) 10,31, dan standard deviasi
(SD) 1,93. Selanjutnya dari analisis test akhir (post test) setelah 16 kali
perlakuan didapat skor tertinggi 17 skor terendah 8 rata-rata 11,85, dan
standard deviasi (SD) 2,38.
Pembahasan
Melihat masalah pada pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang
yaitu kurangnya ketepatan pukulan lob pada pemain, maka perlu
dilakukan latihan untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob tersebut.
Dalam hal ini latihan yang diberikan adalah dengan Massed Practice dan
Distibuted Practice. Dari penggunaan kedua kelompok ini akan dilihat
apakah ada pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob.
Sebelum eksperimen diberikan kepada sampel, terlebih dahulu
dilakukan tes awal (pre test) guna memperoleh data awal. Setelah data
awal didapatkan lalu kelompok telah dibagi berdasarkan maching setelah
itu diberikan latihan sebanyak 16 kali pertemuan, banyaknya hari latihan
dalam seminggu adalah tiga kali yaitu pada hari senin, rabu, jumat,
minggu, lama latihan dalam satu kali pertemuan adalah 90 menit, senin,
rabu dan jumā€™at pukul 16.00-17.30 dan hari minggu pukul 08.00-09.30.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka perlu kiranya
dilakukan pengkajian tentang metodologi dan kajian teori yang
mendukung terhadap suatu penelitian. Dengan menggunakan pendekatan
ilmiah dan dibuat berdasarkan teori tertentu serta dilakukan dalam suatu
metode yang sistematis dengan langkah-langkah maupun prosedur yang
benar, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat diterima kebenarannya.
1. Pendekatan latihan massed practice memberikan pengaruh
terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas
jaya Padang.
Pada hasil post test kelompok Massed Practice terhadap ketepatan
pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang dari tes awal
dan tes akhir dari skor rata-rata 10,15 pada pre test menjadi 15,31 pada
post test. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang mengatakan Massed
Practie berpengaruh terhadap ketepatan pukulan lob dapat diterima
kebenarannya. Terjadi peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh
adaptasi teknik dari Massed Practice ini pemain dituntut sangat aktif untuk
melakukan gerakan yang di instruksikan pelatih.
Massed practice adalah bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk
gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Massed Practice
adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara percobaan relative
pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila dibandingkan dengan
panjang atau lamanya percobaan (latihan).
Proses belajar teknik tidak boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam
waktu yang lama antara setiap satuan latihan, karena dapat mengurangi
efekitifitas latihan. Dengan demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah
latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa terputus-putus
sehingga akan menciptakan otomatisasi pada setiap gerakan yang
dilakukan.
Massed practice selalu diartikan sebagai latihan yang dilakukan
beberapa menit sampai beberapa jam atau sejumlah bentuk latihan yang
dilakukan puluhan bahkan ratusan kali percobaan untuk setiap unit
latihannya. Bila dilihat dari kegiatan yang dilakukan, maka massed
practice memiliki ciri yang sama dengan kekuatan yang bersumber energi
aerobik, karena untuk setiap kegiatan yang dilakukan tidak diselingi
dengan masa waktu istirahat. Ini berati bahwa untuk jumlah satu tugas
dilaksanakan sekaligus, kegiatan ini memiliki konsekuensi lain yaitu
terkurasnya glikogen alat sebagai cadangan energi yang menimbulkan
rasa lelah.
Unjuk kerja dibawah kondisi Massed Practice lebih jelek dibandingkan
dengan distributed practice. Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa
sesi unjuk kerja menjadi rusak dibawah Massed practice, ini disebabkan
karena kelelahan yang dialami pada saat latihan yang dilakukan. Namun
dilihat dari unjuk kerja yang diberikan pada pemain yang terlatih dan
mempunyai motivasi yang tinggi, kelompok massed practice lebih baik
dibandingkan distributed practice. Pada kelompok massed practice lebih
baik ketika tingkat keterampilan pemain tinggi dan ketika kinerja puncak
pada belajar keterampilan lebik baik digunakan. Massed practice lebih
disukai bila keterampilan sangat bermakna, ketika motivasi tinggi, dan bila
ada dukungan dari tugas gerak yang baru. Sejauh gerak tugas yang lama
bias diimbangi tanpa mengurangi jumlah pembelajaraan, efisinsi dari sesi
latihan dapat ditingkatkan. Massed Practice lebih tepat digunakan diawal
sesi latihan dan bagi pemain yang terlatih. Dimana pada massed practice
ini akan tercipta satu keterbiasaan terhadap tugas gerak yang dilakukan
karena kegiatanya dilakukan secara terus menerus dang berulang-ulang.
2. Pendekatan latihan distributed practice memberikan pengaruh
terhadap ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas jaya
Padang.
Pada hasil post test kelompok Distributed Practice terhadap ketepatan
pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang dari tes awal
dan tes akhir dari skor rata-rata 10,31 pada pre test menjadi 11,85 pada
post test. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang mengatakan Distributed
Practie berpengaruh terhadap ketepatan pukulan lob dapat diterima
kebenarannya. Terjadi peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh
adaptasi teknik dari Distributed Practice ini pemain diberikan waktu
jeda/istirahat setelah melakukan sebuah gerakan.
Distributed practice adalah Praktek yang diselingi dengan istirahat.
Distributed Practice adalah memperaktekan gerakan yang dipelajari
dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktek dan waktu
istirahat. Distributed Practice adalah kegiatan latihan dengan alokasi
jumlah istirahat yang relatif lama setiap percobaan dibandingkan dengan
lamanya percobaan yang dilakukan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan bahwa distributed
practice adalah suatu kegiatan atau praktek latihan yang dilakukan
dengan alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan istirahat
dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan). Sehingga pada
distributed Practice ada pengaturan giliran melakukan gerakan berapa
kali, kemudian istirahat dan setelah itu melkukan gerakan kembali. Bentuk
unjuk rasa ini sama dengan bentu latihan interval training guna untuk
meningkatkan daya tahan anaerobik.
Pengaturan waktu latihan erat hubungannya dengan perhitungan
beberapa kali sebaiknya setiap pemain mengulang-ulang melakukan
gerakan keterampilan yang dipelajari agar hasil belajarnya yang berupa
penguasaan gerakan bisa memadai. Mengenai banyaknynya ulangan,
secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang-
ngulang maka gerakan semakin bisa dikuasai. Misalnya pada saat pemain
mempelajari pukulan lob bulutangkis, semakin banyak mengulangi maka
gerakanya nya semakin dikuasai dan ketepatan lob bulutangkis nya pun
meningkat.
Beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran motorik yang
menggunakan bentuk tersebut, menyebutkan tidak semua kemampuan
motorik sesuai dengan cara tersebut, distributed practice kelihatanya lebih
sesuai dengan gerakan yang bersifat fine motorik. Subjek yang berlatih
dengan memamfaatkan priode istirahat satu menit atau satu hari dalam
masa percobaan, menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik setelah 20 kali
mencoba dibandingkan dengan latihan secara terus menerus. Sedangkan
apabila dikaitkan dengan intelegensi motorik (koordinasi gerak) tinggi,
Distributed practice merupakan pilihan yang paling sesuai dengan belajar
motorik. Artinya apabila dikaitkan dengan system energy atau tenaga,
distributed practice lebih cocok apabila energi yang dibutuhkan dari tugas
gerak ini tinggi, rumit, tugas dilakukan dalam waktu yang relative lama,
tugas ini memberikan arti khusus dan motivasi pembelajar rendah.
3. Pendekatan latihan massed practice lebih berpengaruh dari pada
distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain
bulutangkis PB Andalas Jaya Padang.
Pada hasil post test kelompok Massed Practice dan kelompok
Distributed Practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis
PB Andalas Jaya Padang dengan skor rata-rata 15,31 pada kelompok
Massed Practice sedangkan pada kelompok Distributed practice dengan
nilai rata-rata 11,85 dan dengan hasil penghitungan hipotesis thitung (13,66)
ļ¹„ttabel (1,796) itu artinya hipotesis diterima. Hal ini berarti hipotesis
penelitian yang mengatakan Massed Practice lebih berpengaruh dari pada
Distributed Practice diterima dan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya
Padang. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa secara
keseluruhan, skor kelompok Massed Practice lebih tinggi dari pada yang
diberikan Distributed practice. Kelompok Massed Practice lebih baik dari
kelompok Distributed practice. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
statistik dengan selisih mean Massed practice 15,31 dan Distributed
Practice 11,85, ini berarti memberikan latihan dengan menggunakan
Massed Practice memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan
dengan Distributed Practice.
Massed practice adalah bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk
gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Massed Practice
adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara percobaan relative
pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila dibandingkan dengan
panjang atau lamanya percobaan (latihan). Proses belajar teknik tidak
boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam waktu yang lama antara setiap
satuan latihan, karena dapat mengurangi efekitifitas latihan. Dengan
demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah latihan yang dilakukan
secara terus menerus tanpa terputus-putus sehingga akan menciptakan
otomatisasi pada setiap gerakan yang dilakukan.
Distributed Practice adalah suatu kegiatan atau praktek latihan yang
dilakukan dengan alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan
istirahat dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan).
Sehingga pada distributed Practice ada pengaturan giliran melakukan
gerakan berapa kali, kemudian istirahat dan setelah itu melkukan gerakan
kembali. Bentuk unjuk rasa ini sama dengan bentu latihan interval training
guna untuk meningkatkan daya tahan anaerobik.
Pengaturan waktu latihan erat hubungannya dengan perhitungan
beberapa kali sebaiknya setiap pemain mengulang-ulang melakukan
gerakan keterampilan yang dipelajari agar hasil belajarnya yang berupa
penguasaan gerakan bisa memadai. Mengenai banyaknynya ulangan,
secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang-
ngulang maka gerakan semakin bisa dikuasai. Misalnya pada saat pemain
mempelajari pukulan lob bulutangkis, semakin banyak mengulangi maka
gerakanya nya semakin dikuasai dan ketepatan lob bulutangkis nya pun
meningkat.
Kedua metode di atas disusun berdasarkan kesamaan intensitas,
dan durasi atau lamanya waktu latihan. Berdasarkan hasil penelitian
Massed Practice lebih baik dari pada Distributed Practice. Dalam proses
latihan Massed Practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara
terus menerus tanpa jeda/waktu istirahat. Dalam latihan ketepatan
pukulan lob pemain diberikan latihan secara terus menrus agar pemain
mampu menguasai apa yang diberikan pelatih dengan cepat pula.
Salah satu cara untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob adalah
dengan Massed Practice. Dengan adanya metode Massed Practice ini
maka sangat dianjurkan kepada pemain untuk meningkatkan ketepatan
pukulan lobnya. Agar mampu menguasai ketepatan pukulan lob secara
maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisi data dan pembahasan yang telah dipaparkan
terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pendekatan latihan Massed Practice memberikan pengaruh terhadap
ketepatan pukulan lob , hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 26,98 >
1,782.
2. Pendekatan latihan Distributed Practice memberikan pengaruh
terhadap ketepatan pukulan lob, hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel =
8,40 > 1,782.
3. Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh dibandingkan
dengan Pendekatan latihan Distributed Practice untuk meningkatkan
ketepatan pukulan lob, dimana hasil yang diperoleh thitung >ttabel
=(13,66) < (1,796).
IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan bahwa
pendekatan Pendekatan latihan Massed Practice dan Pendekatan latihan
Distributed Practice dapat meningkatkan ketepatan pukulan lob. Artinya
kedua gaya ini dapat dipergunakan untuk latihan dalam meningkatkan
ketepatan pukulan lob.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pendekatan latihan
Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh jika dibandingkan
dengan pendekatan latihan Pendekatan latihan Distributed Practice.
Apabila diterapkan kepada pemain ternyata Pendekatan latihan Massed
Practice lebih efektif jika dibandingkan dengan Pendekatan latihan
Distributed Practice. Hal ini dapat diungkapkan berdasarkan hasil
penelitian yang peneliti temukan, dimana hasil akhir menunjukan bahwa
Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh jika dibandingkan
dengan Pendekatan latihan Distributed Practice terhadap ketepatan
pukulan lob.
Implikasi pertama temuan penelitian ini diharapkan pada pelatih dalam
meningkatkan ketepatan pukulan lob, melatih dengan Pendekatan latihan
Massed Practice yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan ketepatan
pukulan lob, dalam pelaksanaannya Pendekatan latihan Massed Practice
lebih menekankan kepada bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk
gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Pendekatan
latihan Massed Practice adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara
percobaan relative pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila
dibandingkan dengan panjang atau lamanya percobaan (latihan). Proses
belajar teknik tidak boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam waktu yang
lama antara setiap satuan latihan, karena dapat mengurangi efekitifitas
latihan. Dengan demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah latihan yang
dilakukan secara terus menerus tanpa terputus-putus sehingga akan
menciptakan otomatisasi pada setiap gerakan yang dilakukan.
Selain itu ketepatan pukulan lob sangat dibutuhkan agar pemain
mampu melakukan ketepatan pukulan lob dengan baik saat berlatih.
Begitu juga dengan Pendekatan latihan Distributed Practice yang
menekankan pada alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan
istirahat dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan).
Sehingga pada pendekatan latihan Distributed Practice ada pengaturan
giliran melakukan gerakan berapa kali, kemudian istirahat dan setelah itu
melkukan gerakan kembali. Bentuk unjuk rasa ini sama dengan bentu
latihan interval training guna untuk meningkatkan daya tahan anaerobik.
Implikasi kedua temuan penelitian berdampak pada pemain dalam
mengikuti latihan agar menyukai pendekatan latihan Massed Practice.
Motivasi pemain dalam mengikuti latihan lebih tinggi, sehingga hasil
latihan yang diperoleh juga lebih baik. Pemain antusias mengikuti
pendekatan pendekatan latihan Massed Practice dalam melatih
meningkatkan ketepatan pukulan lob. Motivasi ini dapat diberikan oleh
pelatih melalui pendekatan kepada pemain ataupun informasi tentang
manfaat dari ketepatan pukulan lob yang baik sehingga pemain
termotivasi untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob.
Kedua pendekatan latihan di atas, disusun atas dasar kesamaan
gerakan untuk setiap bentuk, khususnya dalam kegiatan latihan.
Perbedaan keberhasilan dari peningkatan ketepatan pukulan lob antara
pendekatan latihan Massed Practice dan pendekatan latihan Distributed
Practice secara keseluruhan, menunjukan bahwa pendekatan latihan
Massed Practice lebih berpengaruh dari pada pendekatan latihan
Distributed Practice. Dilihat dari perhitungan rata-rata angka yang
diperoleh maupun signifikansi perbedaan antara kedua bentuk
pendekatan di atas terhadap ketepatan pukulan lob.
Dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pendekatan
latihan Massed Practice lebih bagus digunakan untuk meningkatkan
ketepatan pukulan lob dibandingkan dengan pendekatan latihan
Distributed Practice. Tetapi hal sebaliknya bisa saja terjadi apabila
pendekatan latihan latihan dalam pendekatan ini digunakan pada
penelitian lain, cabang olahraga lain dan dengan sampel yang berbeda.
SARAN
Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada pelatih/pembina bulutangkis untuk dapat memberikan latihan
ketepatan pukulan lob dengan pendekatan latihan pendekatan latihan
Massed Practice karena bisa meningkatkan ketepatan pukulan lob
pemain bulutangkis.
2. Kepada atlet untuk dapat berlatih pukulan lob dengan pendekatan
latihan pendekatan latihan Massed Practice karena bisa meningkatkan
ketepatan pukulan lob.
DAFTAR RUJUKAN
Donie. 2009. Pembinaan Bulutangkis Prestasi. Wineka Media. Padang
Khairuddin. 2001. Pedoman Permainan Bulutangkis. Padang: UNP.
Stevan R. Murray, D.A., and Brian E. Uderman. 2003. Massed Versus
Distributed Practice : Which is Better?. (Online), Vol. 28, NO. 1 (
www. Cahperd journal.com. Diakses 9 maret 2014).
Syafruddin. 1996. Pengantar Ilmu Melatih. Padang: FPOK IKIP.
Syahara, Sayuti. 1999. Ketepatan Latihan Melempar Sasaran. Disertasi.
Jakarta: Program Pascasarjana UNJ.
Tohar. 1992. Olahraga pilihan Bulutangkis. Jakarta :Debdikbud, Dirjen
Dikti P2TK.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005. 2005.
Himpunan Peraturan Perundang ā€“ undangan Republik Idonesia
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Nuansa Aulia.
Yanuar kiram. 1992. Belajar motorik. Jakarta: Depdikbud-Dikti-P2TP.
Zarwan. 2010. Bulutangkis. Padang: Sukabina Press.
Pendekatan  latihan massed practice  dan distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob bulutangkis

More Related Content

What's hot

Pjpk rpt 2014 f2
Pjpk rpt 2014 f2Pjpk rpt 2014 f2
Pjpk rpt 2014 f2
Azam RQ
Ā 
Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011irdinasyitah
Ā 
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Nas Lin
Ā 
Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011Hishamuddin Salim
Ā 
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) Stpm
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) StpmTajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) Stpm
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) StpmShaker Ahmad
Ā 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
Reza safrullah
Ā 
Olahraga sekolah menengah
Olahraga sekolah menengahOlahraga sekolah menengah
Olahraga sekolah menengah
Sun Lam
Ā 
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Nas Lin
Ā 
Etika dan peranan instruktor
Etika dan peranan instruktorEtika dan peranan instruktor
Etika dan peranan instruktorAwatif Atif
Ā 
Pengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmaniPengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmani
ahmad fathoni
Ā 
Rancangan tahunan PJK T2
Rancangan tahunan PJK T2Rancangan tahunan PJK T2
Rancangan tahunan PJK T2
Fatin Izzaty
Ā 
Modul bola sepak spts
Modul bola sepak sptsModul bola sepak spts
Modul bola sepak sptsJimmy Siow
Ā 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
RubenPanggalaha
Ā 
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppjMuhammad Huffaz
Ā 
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-4
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-41 konsep-sains-sukan-tingkatan-4
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-4Mohamad Ihtifazuddin
Ā 
bola tampar 2014
bola tampar 2014bola tampar 2014
bola tampar 2014ivodan
Ā 
15 kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan
15   kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan15   kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan
15 kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasanJimmy Siow
Ā 
Dsk pendidikan jasmani thn 4
Dsk pendidikan jasmani thn 4Dsk pendidikan jasmani thn 4
Dsk pendidikan jasmani thn 4FREE FILE DOWNLOAD
Ā 

What's hot (20)

17 dsp pjk ting 2 6 feb 2013
17 dsp pjk ting 2   6 feb 201317 dsp pjk ting 2   6 feb 2013
17 dsp pjk ting 2 6 feb 2013
Ā 
Pjpk rpt 2014 f2
Pjpk rpt 2014 f2Pjpk rpt 2014 f2
Pjpk rpt 2014 f2
Ā 
Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011
Ā 
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan2
Ā 
Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011Laporan kajian tindakan 2011
Laporan kajian tindakan 2011
Ā 
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) Stpm
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) StpmTajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) Stpm
Tajuk 1 ( Penghantar Sains Sukan ) Stpm
Ā 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
Ā 
Sp sainsukan
Sp sainsukanSp sainsukan
Sp sainsukan
Ā 
Olahraga sekolah menengah
Olahraga sekolah menengahOlahraga sekolah menengah
Olahraga sekolah menengah
Ā 
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Pppmpendidikanjasmanidankesihatan tingkatan3
Ā 
Etika dan peranan instruktor
Etika dan peranan instruktorEtika dan peranan instruktor
Etika dan peranan instruktor
Ā 
Pengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmaniPengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmani
Ā 
Rancangan tahunan PJK T2
Rancangan tahunan PJK T2Rancangan tahunan PJK T2
Rancangan tahunan PJK T2
Ā 
Modul bola sepak spts
Modul bola sepak sptsModul bola sepak spts
Modul bola sepak spts
Ā 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
Ā 
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj
94136240 nota-ringkas-pjm-3112-ppj
Ā 
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-4
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-41 konsep-sains-sukan-tingkatan-4
1 konsep-sains-sukan-tingkatan-4
Ā 
bola tampar 2014
bola tampar 2014bola tampar 2014
bola tampar 2014
Ā 
15 kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan
15   kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan15   kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan
15 kssr-pj-tahun4 - modul kecergasan - komponen kecergasan
Ā 
Dsk pendidikan jasmani thn 4
Dsk pendidikan jasmani thn 4Dsk pendidikan jasmani thn 4
Dsk pendidikan jasmani thn 4
Ā 

Similar to Pendekatan latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob bulutangkis

Sukan tradisional
Sukan tradisionalSukan tradisional
Sukan tradisionalAmirul Azaman
Ā 
Artikel Banisy
Artikel BanisyArtikel Banisy
Artikel Banisy
Baniula Syech Yulshob
Ā 
8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf
LaUcil
Ā 
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
Ā 
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptxDr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Ryan654394
Ā 
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
WisnuBayuMurti2
Ā 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Afk Banggai
Ā 
Kajian tindakan..hehe
Kajian tindakan..heheKajian tindakan..hehe
Kajian tindakan..heheamir hebat
Ā 
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdfSlaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
TeeCheer
Ā 
PPT PENJASKES (11).pptx
PPT PENJASKES (11).pptxPPT PENJASKES (11).pptx
PPT PENJASKES (11).pptx
galangpandu4
Ā 
Laporan PSSI Final
Laporan PSSI FinalLaporan PSSI Final
Laporan PSSI FinalIrviene Maretha
Ā 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
Candra Purnadi
Ā 
01-Pengantar.ppt
01-Pengantar.ppt01-Pengantar.ppt
01-Pengantar.ppt
NurApriliaWijayanti
Ā 
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1Newsletter o2 sn 2013 edisi 1
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1Wahidi Wahid
Ā 
Badmintonsr 111021125948-phpapp02
Badmintonsr 111021125948-phpapp02Badmintonsr 111021125948-phpapp02
Badmintonsr 111021125948-phpapp02Roselind Mayew
Ā 
Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013
Renol Doang
Ā 
Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013
Renol Doang
Ā 
Kertas Kerja MPP Exco Sukan
Kertas Kerja MPP Exco SukanKertas Kerja MPP Exco Sukan
Kertas Kerja MPP Exco Sukan
Azizi Ahmad
Ā 
Olahraga Pendidikan
Olahraga PendidikanOlahraga Pendidikan
Olahraga Pendidikan
Ani Mahisarani
Ā 

Similar to Pendekatan latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob bulutangkis (20)

Sukan tradisional
Sukan tradisionalSukan tradisional
Sukan tradisional
Ā 
Artikel Banisy
Artikel BanisyArtikel Banisy
Artikel Banisy
Ā 
8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf8133-24083-1-PB.pdf
8133-24083-1-PB.pdf
Ā 
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN KETEPATAN...
Ā 
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptxDr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Ā 
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
PPT Sidang skripsi wisnu Tingkat kebugaran jasmani atlet pencak silat persaud...
Ā 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Ā 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Ā 
Kajian tindakan..hehe
Kajian tindakan..heheKajian tindakan..hehe
Kajian tindakan..hehe
Ā 
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdfSlaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Ā 
PPT PENJASKES (11).pptx
PPT PENJASKES (11).pptxPPT PENJASKES (11).pptx
PPT PENJASKES (11).pptx
Ā 
Laporan PSSI Final
Laporan PSSI FinalLaporan PSSI Final
Laporan PSSI Final
Ā 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
Ā 
01-Pengantar.ppt
01-Pengantar.ppt01-Pengantar.ppt
01-Pengantar.ppt
Ā 
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1Newsletter o2 sn 2013 edisi 1
Newsletter o2 sn 2013 edisi 1
Ā 
Badmintonsr 111021125948-phpapp02
Badmintonsr 111021125948-phpapp02Badmintonsr 111021125948-phpapp02
Badmintonsr 111021125948-phpapp02
Ā 
Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013
Ā 
Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013Pedoman o2 sn_2013
Pedoman o2 sn_2013
Ā 
Kertas Kerja MPP Exco Sukan
Kertas Kerja MPP Exco SukanKertas Kerja MPP Exco Sukan
Kertas Kerja MPP Exco Sukan
Ā 
Olahraga Pendidikan
Olahraga PendidikanOlahraga Pendidikan
Olahraga Pendidikan
Ā 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
Ā 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
Ā 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
Ā 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
Ā 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
Ā 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
Ā 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
Ā 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
Ā 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
Ā 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
Ā 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
Ā 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
Ā 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
Ā 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
Ā 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Ā 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Ā 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
Ā 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Ā 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Ā 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Ā 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
Ā 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Ā 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Ā 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Ā 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
Ā 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Ā 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
Ā 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Ā 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Ā 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Ā 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Ā 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
Ā 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Ā 

Pendekatan latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob bulutangkis

  • 1. HUBUNGAN PENDEKATAN LATIHAN MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KETEPATAN PUKULAN LOB PEMAIN BULUTANGKIS Arie Asnaldi Metode penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi esperimental). Populasi penelitian ini berjumlah 47 orang, sedangkan sampel ditetapkan secara purposive sampling, yaitu: 26 orang pemain putra. Tes yang digunakan adalah tes ketepatan pukulan lob. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Pendekatan latihan Massed Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob , hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 26,98 > 1,782. 2) Pendekatan latihan Distributed Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob, hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 8,40 > 1,782. 3) Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh dibandingkan dengan Pendekatan latihan Distributed Practice untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob, dimana hasil yang diperoleh thitung >ttabel =(13,66) < (1,796). PENDAHULUAN Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial ( Sistem keolahragaan nasional, 2005:4). Melihat pengertian olahraga diatas, jelas bahwa kegiatan olahraga yang ingin dikembangkan harus dilakukan secara sistematis, terukur, dan terarah. Sehingga dapat mendorong siswa atau atlet untuk melakukan aktifitas olahraga yang dapat membina karakter yang lebih baik dan mampu mengembangkan potensi jasmani dan rohani serta berjiwa sosial. Seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi dewasa ini yang berlangsung dengan cepat, banyak
  • 2. menyebabkan pergeseran nilai-nilai kehidupan, baik itu nilai sosial, budaya, ekonomi, politik bahkan tanpa terkecuali nilai-nilai olahraga itu sendiri. Olahraga yang dahulunya hanya bertujuan sebagai usaha peningkatan kualitas jasmani, telah berkembang menjadi multi tujuan, baik untuk kepentingan prestasi olahraga itu sendiri, ekonomi maupun politik. Bahkan dewasa ini olahraga telah menjadi suatu industri yang jika dikemas sedemikian rupa mampu menjadi suatu komoditi yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi Salah satu langkah maju yang dibuat bangsa Indonesia adalah dengan dilahirkannya Undang-Undang no 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Tujuan pemerintah dalam bidang olahraga terdapat dalam bab 2 pasal 4 yang berbunyi : ā€œKeolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan bangsaā€. Berdasarkan ketentuan di atas, dijelaskan bahwa salah satu bidang pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah munculnya prestasi-prestasi nasional diberbagai cabang olahraga. Seperti cabang bulutangkis Indonesia sudah banyak mengukir prestasi di cabang ini, salah satu contoh prestasi internasional yaitu tradisi mendali emas pada Olimpiade dari tahun 1992 (Alan Budikusuma dan Susi Susanti), tahun 1996 (Riky Subagja/Rexy Mainaky), tahun 2000 (Candra Wijaya/Toni Gunawan), tahun 2004 (Taufik Hidayat), tahun 2008 (Markis Kido/Hendra Setiawan).
  • 3. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang populer di Indonesia, dari dahulu sampai sekarang. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya prestasi yang pernah diraih oleh pemain bulutangkis kita, sehingga tidak jarang bulutangkis disebut primadonanya Indonesia yang sering membawa harum nama bangsa di tingkat Internasional. Sesungguhnya perkembangan bulutangkis di Indonesia, tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia secara keseluruhan baik masa lampau maupun masa sekarang ini. Hal ini tertuang dalam mukadimah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PBSI yang dibentuk pada tanggal 5 Mei 1951 di kota Bandung yang berbunyi ā€pembangunan olahraga bulutangkis adalah bagian dari pembangunan bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan bangsaā€ (PBSI dalam Zarwan 2011). Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, prestasi atlet bulutangkis Indonesia mengalami penurunan. Pada pertandingan terakhir, seperti: Kejuaraan Bulutangkis Cina Open, Indonesian Open, India Open, Malaysia Open, Japan open, Korea open, Denmark open, maupun pada olimpiade terakhir dimana Indonesia tanpa gelar satupun yang diraihnya. Penurunan prestasi bulutangkis Indonesia menjadi keprihatinan bersama bagi pemerintah, pengurus, pelatih serta masyarakat. Untuk itu, perlu mencari solusi dari penurunan prestasi yang memprihatinkan ini yang tentu saja akan terkait erat dengan pola pembinaan bulutangkis secara nasional yang terkoordinir dan terkontrol termasuk ujung tombak
  • 4. pembinaan prestasi itu sendiri yaitu klub-klub Bulutangkis yang sudah cukup banyak berkembang di Indonesia. Salah satu diantara klub-klub tersebut adalah PB Andalas Jaya yang berada di pusat kota Padang Karakteristik permainan bulutangkis dimainkan oleh dua orang dan empat orang, dengan masing-masing terdiri dari pemain tunggal putra- putri, pasangan ganda putra-putri dan pasangan ganda campuran. Permainan bulutangkis dimulai dengan penyajian bola atau servis dari salah seorang pemain kepada lawannya secara diagonal atau jalannya bola menyilang. Jika servis ini diterima oleh penerima servis maka terjadilah permainan (rally) yakni saling memukul shuttlecocks melewati atas net hingga terjadi bola tidak dalam permainan (mati). Bila dimainkan oleh pemain yang ahli, permainan ini dianggap sebagai permainan olahraga lapangan yang paling cepat. Namun permainan pada partai tunggal dapat dikontrol untuk memenuhi kebutuhan individual pada aktivitas fisik mereka. Ketika melakukan teknik, unsur- unsur fisik seperti kelincahan, kekuatan, dan daya tahan sangat mendukung. Selain itu pemain harus memiliki mental yang bagus. Jika semua dikolaborasikan dengan baik, seorang pemain akan mampu menjalankan permainan dengan baik dalam usaha untuk memenangkan pertandingan. Secara ideal pemain bulutangkis haruslah memiliki teknik dasar yang baik diiringi kondisi fisik dan mental yang baik juga, seperti Lin Dan ia memiliki postur yang ideal sebagai seorang atlet bulutangkis, disamping
  • 5. itu ia memiliki smash yang kencang, netting yang tipis, akurasi ketepatan lob yang bagus, jarang melakukan kesalahan dalam servis, dan memiliki mental bertanding yang bagus. Karena dengan modal itulah Lin Dan memilki prestasi yang luar biasa yaitu 2 kali juara olimpiade dan 5 kali juara dunia. Pembinaan dan peningkatan prestasi olahraga yang direncanakan dengan matang dan terprogram akan mempengaruhi prestasi bulutangkis seperti yang diharapakan. Namun, prestasi tidak semudah membalikan telapak tangan. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Syafruddin (1996:22) menyatakan bahwa: Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam meraih suatu prestasi, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: fisik, teknik, taktik, dan mental (psikis) atlet, dan faktor eksternal adalah yang timbul dari luar dari diri atlet seperti: pelatih, sarana dan prasarana, guru olahraga, keluarga, metode latihan, organisasi, iklim, cuaca, makanan yang bergizi dan lain sebagainya. Kemampuan teknik, taktik, dan mental atlet yang baik akan menjadi sia-sia jika tidak didukung oleh kemampuan fisiknya, permainan tidak akan dapat berlangsung lama dalam pertandingan, karena akan mengalami kelelahan sehingga akan mengganggu kemampuan teknik. Jika fisik dan teknik terganggu, maka taktik apapun yang diterapkan pelatih akan sia-sia dan mental pantang menyerah pun akan menjadi percuma, sehingga penampilan dan prestasi menjadi kurang optimal. Hal ini berarti bahwa keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang saling menentukan dalam mencapai prestasi secara maksimal.
  • 6. Provinsi Sumbar merupakan salah satu daerah yang tidak pernah absen mengirim atletnya pada kejuaraan tingkat wilayah maupun nasional. Sebagai buktinya dimana pada tahun 2012 atlet bulutangkis Provinsi Sumbar lolos pekan Olahraga Nasional di Riau. Kota Padang adalah salah satu kota di Provinsi Sumbar yang mempunyai peran aktif dalam kemajuan prestasi bulutangkis. Di Kota Padang sendiri telah banyak berdiri PB (Persatuan Bulutangkis) salah satu diantaranya adalah PB Andalas Jaya yang berada di pusat kota Padang. PB Andalas jaya Kota Padang berlatih dilapangan indor dengan jadwal latihan lima kali dalam satu minggu. Namun demikian, dalam hal prestasi altet bulutangkis PB Andalas Jaya Padang belum dapat menunjukkan prestasi yang terbaik, artinya masih minim prestasi, sebagai bukti diantaranya pada kejuaraan daerah tahun 2013 hanya mendapat 1 mendali perak dan 2 perunggu (Pengurus PB Andalas Jaya Kota Padang). Atlet yang tergabung dalam klub PB Andalas Jaya Padang memiliki umur berkisar 13-16 tahun, yang rata-rata atletnya sudah berlatih di atas 1 tahun. Berdasarkan pengamatan yang selama ini peneliti lakukan, pada saat pemain PB Andalas jaya Kota Padang melakukan pertandingan dan saat latihan terlihat kemampuan teknik dasar yang masih belum dikuasai dengan baik seperti teknik pukulan smash, drive, dropshot, lob, servis, net play, olah kaki dan pola-pola pukulan sehingga pemain tidak bisa menampilkan permainan terbaiknya. Yang jelas menonjol adalah pada
  • 7. pukulan lob, mengingat pukulan lob merupakan salah satu teknik pukulan yang sangat penting dalam permainan bulutangkis. Lob merupakan pukulan melambung shuttle cock yang diarahkan tinggi kebelakang wilayah lawan. Pukulan lob ini bertujuan untuk mendesak posisi lawan, agar posisi lawan yang stabil berubah menjadi kacau sehingga serangan selanjutnya bisa menerobos pertahanan lawan, selain itu pukulan lob juga dapat sebagai pukulan untuk bertahan atau lazim disebut defensive lob. Pukulan lob tidak selalu merupakan pukulan bertahan, tetapi juga dapat digunakan untuk menyerang. Perbedaanya terletak pada trayek lambungan bola yang lebih rendah dan jalanya bola yang lebih cepat atau lazim disebut lob menyerang (Attack lob), pukulan ini menjadi senjata yang ampuh merusak atau menipu lawan. Kemampuan lob pemain PB Andalas Jaya Kota Padang masih kurang maksimal, banyak diantaranya pukulan yang dilakukan sangat lemah atau terlalu keras atau tidak sempurna sehingga menguntungkan bagi lawan, dengan tujuan menjatuhkan shuttlecock di lapangan depan lawan sering kali shuttlecock menyangkut di net atau tidak melewati net dan sering juga laju shuttlecock terlalu tinggi di atas net sehingga menguntungkan bagi lawan. Di dalam bulutangkis, setiap pukulan memerlukan serangkaian koordinasi gerak tubuh yang kompleks begitu juga dengan pukulan lob. Faktor-faktor kondisi fisik penunjang pukulan lob juga harus diperhatikan diantaranya daya ledak otot lengan, kelentukan
  • 8. dan koordinasi dengan tujuan pukulan ini dapat dilakukan dengan sempurna dan dapat meraih prestasi yang lebih baik. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi untuk mendapatkan kemampuan lob yang baik diantaranya seperti teknik pukulan, kekuatan genggaman tangan, strategi permainan, koordinasi, program latihan, tinggi badan, kecepatan, kekuatan fisik, daya ledak dan kelentukan, metode latihan, seperti contoh: Pendekatan latihan analisis-sintesis, global, elementer, massed practice dan distributed practice . Pendekatan latihan diatas, tentunya sangat tergantung dari karakteristik atletnya, karena tidak semua pendekatan latihan yang diterapkan memiliki dampak yang sama untuk atlet, artinya antara atlet satu dengan yang lain nya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti khususnya keberhasilan dalam menempatkan setiap pukulan lob dalam permainan bulutangkis METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment). Tujuannya adalah untuk menemukan ada tidaknya pengaruh perlakuan antara sebab dengan akibat antara variable-variabel yang dikontrol (Suharto, dkk, 2004 : 38). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh hasil latihan terhadap penyampaian materi latihan dengan menggunakan pendekatan dengan metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis.
  • 9. Rancangan penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel dengan proses penelitian yang dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu: melaksanakan tes awal (pretest) yang bertujuan memperoleh data awal tentang ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang. Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok dengan cara ordinlly matched pairing agar kedua sampel bisa homogen. Selanjutnya dilakukan penentuan kelompok mana yang akan diberikan perlakuan (treatment) pendekatan metode latihan massed practice dan distributed practice. Tahap selanjutnya dapat dilakukan tes akhir (post test). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Pre test (tes awal) Teknik pembagian kelompok Perlakuan (Treatment) Post test (tes akhir) T1 Ordinary matched pairing Massed practice T2 Distributed practice HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pre test dan Post test ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang pada kelompok Massed Practice. Berdasarkan analisis data test awal (pre test) kelompok Massed Practice dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh skor tertinggi 14, skor terendah 7, rata-rata (mean) 10,15, dan standard deviasi (SD) 1,99. Selanjutnya dari analisis test akhir (post test) setelah 16 kali perlakuan didapat skor tertinggi 19 skor terendah 13 rata-rata 15,31, dan standard deviasi (SD) 1,80.
  • 10. 2. Hasil Pre test dan Post test ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang pada kelompok Distributed Practice. Berdasarkan analisis data test awal (pre test) kelompok Distributed Practice dengan jumlah sampel 13 orang diperoleh skor tertinggi 14, skor terendah 7, rata-rata (mean) 10,31, dan standard deviasi (SD) 1,93. Selanjutnya dari analisis test akhir (post test) setelah 16 kali perlakuan didapat skor tertinggi 17 skor terendah 8 rata-rata 11,85, dan standard deviasi (SD) 2,38. Pembahasan Melihat masalah pada pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang yaitu kurangnya ketepatan pukulan lob pada pemain, maka perlu dilakukan latihan untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob tersebut. Dalam hal ini latihan yang diberikan adalah dengan Massed Practice dan Distibuted Practice. Dari penggunaan kedua kelompok ini akan dilihat apakah ada pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob. Sebelum eksperimen diberikan kepada sampel, terlebih dahulu dilakukan tes awal (pre test) guna memperoleh data awal. Setelah data awal didapatkan lalu kelompok telah dibagi berdasarkan maching setelah itu diberikan latihan sebanyak 16 kali pertemuan, banyaknya hari latihan dalam seminggu adalah tiga kali yaitu pada hari senin, rabu, jumat, minggu, lama latihan dalam satu kali pertemuan adalah 90 menit, senin, rabu dan jumā€™at pukul 16.00-17.30 dan hari minggu pukul 08.00-09.30.
  • 11. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka perlu kiranya dilakukan pengkajian tentang metodologi dan kajian teori yang mendukung terhadap suatu penelitian. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah dan dibuat berdasarkan teori tertentu serta dilakukan dalam suatu metode yang sistematis dengan langkah-langkah maupun prosedur yang benar, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat diterima kebenarannya. 1. Pendekatan latihan massed practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas jaya Padang. Pada hasil post test kelompok Massed Practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang dari tes awal dan tes akhir dari skor rata-rata 10,15 pada pre test menjadi 15,31 pada post test. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang mengatakan Massed Practie berpengaruh terhadap ketepatan pukulan lob dapat diterima kebenarannya. Terjadi peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh adaptasi teknik dari Massed Practice ini pemain dituntut sangat aktif untuk melakukan gerakan yang di instruksikan pelatih. Massed practice adalah bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Massed Practice adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara percobaan relative pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila dibandingkan dengan panjang atau lamanya percobaan (latihan). Proses belajar teknik tidak boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam waktu yang lama antara setiap satuan latihan, karena dapat mengurangi
  • 12. efekitifitas latihan. Dengan demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa terputus-putus sehingga akan menciptakan otomatisasi pada setiap gerakan yang dilakukan. Massed practice selalu diartikan sebagai latihan yang dilakukan beberapa menit sampai beberapa jam atau sejumlah bentuk latihan yang dilakukan puluhan bahkan ratusan kali percobaan untuk setiap unit latihannya. Bila dilihat dari kegiatan yang dilakukan, maka massed practice memiliki ciri yang sama dengan kekuatan yang bersumber energi aerobik, karena untuk setiap kegiatan yang dilakukan tidak diselingi dengan masa waktu istirahat. Ini berati bahwa untuk jumlah satu tugas dilaksanakan sekaligus, kegiatan ini memiliki konsekuensi lain yaitu terkurasnya glikogen alat sebagai cadangan energi yang menimbulkan rasa lelah. Unjuk kerja dibawah kondisi Massed Practice lebih jelek dibandingkan dengan distributed practice. Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa sesi unjuk kerja menjadi rusak dibawah Massed practice, ini disebabkan karena kelelahan yang dialami pada saat latihan yang dilakukan. Namun dilihat dari unjuk kerja yang diberikan pada pemain yang terlatih dan mempunyai motivasi yang tinggi, kelompok massed practice lebih baik dibandingkan distributed practice. Pada kelompok massed practice lebih baik ketika tingkat keterampilan pemain tinggi dan ketika kinerja puncak pada belajar keterampilan lebik baik digunakan. Massed practice lebih
  • 13. disukai bila keterampilan sangat bermakna, ketika motivasi tinggi, dan bila ada dukungan dari tugas gerak yang baru. Sejauh gerak tugas yang lama bias diimbangi tanpa mengurangi jumlah pembelajaraan, efisinsi dari sesi latihan dapat ditingkatkan. Massed Practice lebih tepat digunakan diawal sesi latihan dan bagi pemain yang terlatih. Dimana pada massed practice ini akan tercipta satu keterbiasaan terhadap tugas gerak yang dilakukan karena kegiatanya dilakukan secara terus menerus dang berulang-ulang. 2. Pendekatan latihan distributed practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan lob pemain bulutangkis PB Andalas jaya Padang. Pada hasil post test kelompok Distributed Practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang dari tes awal dan tes akhir dari skor rata-rata 10,31 pada pre test menjadi 11,85 pada post test. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang mengatakan Distributed Practie berpengaruh terhadap ketepatan pukulan lob dapat diterima kebenarannya. Terjadi peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh adaptasi teknik dari Distributed Practice ini pemain diberikan waktu jeda/istirahat setelah melakukan sebuah gerakan. Distributed practice adalah Praktek yang diselingi dengan istirahat. Distributed Practice adalah memperaktekan gerakan yang dipelajari dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktek dan waktu istirahat. Distributed Practice adalah kegiatan latihan dengan alokasi jumlah istirahat yang relatif lama setiap percobaan dibandingkan dengan lamanya percobaan yang dilakukan.
  • 14. Berdasarkan pendapat diatas dapat diartikan bahwa distributed practice adalah suatu kegiatan atau praktek latihan yang dilakukan dengan alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan istirahat dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan). Sehingga pada distributed Practice ada pengaturan giliran melakukan gerakan berapa kali, kemudian istirahat dan setelah itu melkukan gerakan kembali. Bentuk unjuk rasa ini sama dengan bentu latihan interval training guna untuk meningkatkan daya tahan anaerobik. Pengaturan waktu latihan erat hubungannya dengan perhitungan beberapa kali sebaiknya setiap pemain mengulang-ulang melakukan gerakan keterampilan yang dipelajari agar hasil belajarnya yang berupa penguasaan gerakan bisa memadai. Mengenai banyaknynya ulangan, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang- ngulang maka gerakan semakin bisa dikuasai. Misalnya pada saat pemain mempelajari pukulan lob bulutangkis, semakin banyak mengulangi maka gerakanya nya semakin dikuasai dan ketepatan lob bulutangkis nya pun meningkat. Beberapa hasil penelitian tentang pembelajaran motorik yang menggunakan bentuk tersebut, menyebutkan tidak semua kemampuan motorik sesuai dengan cara tersebut, distributed practice kelihatanya lebih sesuai dengan gerakan yang bersifat fine motorik. Subjek yang berlatih dengan memamfaatkan priode istirahat satu menit atau satu hari dalam masa percobaan, menghasilkan unjuk kerja yang lebih baik setelah 20 kali
  • 15. mencoba dibandingkan dengan latihan secara terus menerus. Sedangkan apabila dikaitkan dengan intelegensi motorik (koordinasi gerak) tinggi, Distributed practice merupakan pilihan yang paling sesuai dengan belajar motorik. Artinya apabila dikaitkan dengan system energy atau tenaga, distributed practice lebih cocok apabila energi yang dibutuhkan dari tugas gerak ini tinggi, rumit, tugas dilakukan dalam waktu yang relative lama, tugas ini memberikan arti khusus dan motivasi pembelajar rendah. 3. Pendekatan latihan massed practice lebih berpengaruh dari pada distributed practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang. Pada hasil post test kelompok Massed Practice dan kelompok Distributed Practice terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang dengan skor rata-rata 15,31 pada kelompok Massed Practice sedangkan pada kelompok Distributed practice dengan nilai rata-rata 11,85 dan dengan hasil penghitungan hipotesis thitung (13,66) ļ¹„ttabel (1,796) itu artinya hipotesis diterima. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang mengatakan Massed Practice lebih berpengaruh dari pada Distributed Practice diterima dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis PB Andalas Jaya Padang. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa secara keseluruhan, skor kelompok Massed Practice lebih tinggi dari pada yang diberikan Distributed practice. Kelompok Massed Practice lebih baik dari kelompok Distributed practice. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
  • 16. statistik dengan selisih mean Massed practice 15,31 dan Distributed Practice 11,85, ini berarti memberikan latihan dengan menggunakan Massed Practice memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan Distributed Practice. Massed practice adalah bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Massed Practice adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara percobaan relative pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila dibandingkan dengan panjang atau lamanya percobaan (latihan). Proses belajar teknik tidak boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam waktu yang lama antara setiap satuan latihan, karena dapat mengurangi efekitifitas latihan. Dengan demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa terputus-putus sehingga akan menciptakan otomatisasi pada setiap gerakan yang dilakukan. Distributed Practice adalah suatu kegiatan atau praktek latihan yang dilakukan dengan alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan istirahat dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan). Sehingga pada distributed Practice ada pengaturan giliran melakukan gerakan berapa kali, kemudian istirahat dan setelah itu melkukan gerakan kembali. Bentuk unjuk rasa ini sama dengan bentu latihan interval training guna untuk meningkatkan daya tahan anaerobik. Pengaturan waktu latihan erat hubungannya dengan perhitungan beberapa kali sebaiknya setiap pemain mengulang-ulang melakukan
  • 17. gerakan keterampilan yang dipelajari agar hasil belajarnya yang berupa penguasaan gerakan bisa memadai. Mengenai banyaknynya ulangan, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang- ngulang maka gerakan semakin bisa dikuasai. Misalnya pada saat pemain mempelajari pukulan lob bulutangkis, semakin banyak mengulangi maka gerakanya nya semakin dikuasai dan ketepatan lob bulutangkis nya pun meningkat. Kedua metode di atas disusun berdasarkan kesamaan intensitas, dan durasi atau lamanya waktu latihan. Berdasarkan hasil penelitian Massed Practice lebih baik dari pada Distributed Practice. Dalam proses latihan Massed Practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa jeda/waktu istirahat. Dalam latihan ketepatan pukulan lob pemain diberikan latihan secara terus menrus agar pemain mampu menguasai apa yang diberikan pelatih dengan cepat pula. Salah satu cara untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob adalah dengan Massed Practice. Dengan adanya metode Massed Practice ini maka sangat dianjurkan kepada pemain untuk meningkatkan ketepatan pukulan lobnya. Agar mampu menguasai ketepatan pukulan lob secara maksimal. KESIMPULAN Berdasarkan analisi data dan pembahasan yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  • 18. 1. Pendekatan latihan Massed Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob , hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 26,98 > 1,782. 2. Pendekatan latihan Distributed Practice memberikan pengaruh terhadap ketepatan pukulan lob, hasil yang diperoleh thitung ļ¹„ ttabel = 8,40 > 1,782. 3. Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh dibandingkan dengan Pendekatan latihan Distributed Practice untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob, dimana hasil yang diperoleh thitung >ttabel =(13,66) < (1,796). IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan bahwa pendekatan Pendekatan latihan Massed Practice dan Pendekatan latihan Distributed Practice dapat meningkatkan ketepatan pukulan lob. Artinya kedua gaya ini dapat dipergunakan untuk latihan dalam meningkatkan ketepatan pukulan lob. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pendekatan latihan Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh jika dibandingkan dengan pendekatan latihan Pendekatan latihan Distributed Practice. Apabila diterapkan kepada pemain ternyata Pendekatan latihan Massed Practice lebih efektif jika dibandingkan dengan Pendekatan latihan Distributed Practice. Hal ini dapat diungkapkan berdasarkan hasil
  • 19. penelitian yang peneliti temukan, dimana hasil akhir menunjukan bahwa Pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh jika dibandingkan dengan Pendekatan latihan Distributed Practice terhadap ketepatan pukulan lob. Implikasi pertama temuan penelitian ini diharapkan pada pelatih dalam meningkatkan ketepatan pukulan lob, melatih dengan Pendekatan latihan Massed Practice yang lebih berpengaruh dalam meningkatkan ketepatan pukulan lob, dalam pelaksanaannya Pendekatan latihan Massed Practice lebih menekankan kepada bentuk pembelajaran motorik, dimana bentuk gerakan yang dipelajari akan dilakukan tanpa berhenti. Pendekatan latihan Massed Practice adalah kegiatan dengan alokasi istirahat diantara percobaan relative pendek atau tanpa istirahat sama sekali apabila dibandingkan dengan panjang atau lamanya percobaan (latihan). Proses belajar teknik tidak boleh terhenti-henti (terputus-putus) dalam waktu yang lama antara setiap satuan latihan, karena dapat mengurangi efekitifitas latihan. Dengan demikian latihan tekhnik yang baik itu adalah latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa terputus-putus sehingga akan menciptakan otomatisasi pada setiap gerakan yang dilakukan. Selain itu ketepatan pukulan lob sangat dibutuhkan agar pemain mampu melakukan ketepatan pukulan lob dengan baik saat berlatih. Begitu juga dengan Pendekatan latihan Distributed Practice yang menekankan pada alokasi istirahat diantara percobaan diselingi dengan istirahat dalam suatu rangkaian gerakan atau percobaan (Latihan).
  • 20. Sehingga pada pendekatan latihan Distributed Practice ada pengaturan giliran melakukan gerakan berapa kali, kemudian istirahat dan setelah itu melkukan gerakan kembali. Bentuk unjuk rasa ini sama dengan bentu latihan interval training guna untuk meningkatkan daya tahan anaerobik. Implikasi kedua temuan penelitian berdampak pada pemain dalam mengikuti latihan agar menyukai pendekatan latihan Massed Practice. Motivasi pemain dalam mengikuti latihan lebih tinggi, sehingga hasil latihan yang diperoleh juga lebih baik. Pemain antusias mengikuti pendekatan pendekatan latihan Massed Practice dalam melatih meningkatkan ketepatan pukulan lob. Motivasi ini dapat diberikan oleh pelatih melalui pendekatan kepada pemain ataupun informasi tentang manfaat dari ketepatan pukulan lob yang baik sehingga pemain termotivasi untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob. Kedua pendekatan latihan di atas, disusun atas dasar kesamaan gerakan untuk setiap bentuk, khususnya dalam kegiatan latihan. Perbedaan keberhasilan dari peningkatan ketepatan pukulan lob antara pendekatan latihan Massed Practice dan pendekatan latihan Distributed Practice secara keseluruhan, menunjukan bahwa pendekatan latihan Massed Practice lebih berpengaruh dari pada pendekatan latihan Distributed Practice. Dilihat dari perhitungan rata-rata angka yang diperoleh maupun signifikansi perbedaan antara kedua bentuk pendekatan di atas terhadap ketepatan pukulan lob.
  • 21. Dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pendekatan latihan Massed Practice lebih bagus digunakan untuk meningkatkan ketepatan pukulan lob dibandingkan dengan pendekatan latihan Distributed Practice. Tetapi hal sebaliknya bisa saja terjadi apabila pendekatan latihan latihan dalam pendekatan ini digunakan pada penelitian lain, cabang olahraga lain dan dengan sampel yang berbeda. SARAN Sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada pelatih/pembina bulutangkis untuk dapat memberikan latihan ketepatan pukulan lob dengan pendekatan latihan pendekatan latihan Massed Practice karena bisa meningkatkan ketepatan pukulan lob pemain bulutangkis. 2. Kepada atlet untuk dapat berlatih pukulan lob dengan pendekatan latihan pendekatan latihan Massed Practice karena bisa meningkatkan ketepatan pukulan lob. DAFTAR RUJUKAN Donie. 2009. Pembinaan Bulutangkis Prestasi. Wineka Media. Padang Khairuddin. 2001. Pedoman Permainan Bulutangkis. Padang: UNP. Stevan R. Murray, D.A., and Brian E. Uderman. 2003. Massed Versus Distributed Practice : Which is Better?. (Online), Vol. 28, NO. 1 ( www. Cahperd journal.com. Diakses 9 maret 2014).
  • 22. Syafruddin. 1996. Pengantar Ilmu Melatih. Padang: FPOK IKIP. Syahara, Sayuti. 1999. Ketepatan Latihan Melempar Sasaran. Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana UNJ. Tohar. 1992. Olahraga pilihan Bulutangkis. Jakarta :Debdikbud, Dirjen Dikti P2TK. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005. 2005. Himpunan Peraturan Perundang ā€“ undangan Republik Idonesia Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Nuansa Aulia. Yanuar kiram. 1992. Belajar motorik. Jakarta: Depdikbud-Dikti-P2TP. Zarwan. 2010. Bulutangkis. Padang: Sukabina Press.