SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia
lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan
prestasi olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih
lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand
bahkan Vietnam baru-baru pada Seagames merupakan ancaman besar bagi
prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan
sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pemanduan
dan pengembangan atlet berbakat.
Program pemanduan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-
negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan
dukungan sumber-sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana
pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan
ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran
dan evaluasi dan ditemukannya instrumen yang dapat digunakan untuk
meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam
mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.
Disadari bahwa upaya mencapai prestasi dalam olahraga merupakan hal
yang kompleks, karena melibatkan banyak faktor, antara lain faktor internal
seperti: fisik dan mental atlet dan faktor eksternal seperti: lingkungan alam dan
peralatan. Faktor internal sesungguhnya bersumber dari kualitas atlet itu
2
sendiri, dimana atlet yang berkualitas berarti memiliki potensi bawaan (bakat)
yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga dan siap dikembangkan untuk
mencapai prestasi puncak. Pengalaman menunjukkan bahwa hanya atlet yang
berbakat dan mau latihan dengan baik dapat mencapai prestasi puncak (peack
performance). Prestasi puncak merupakan hasil dari seluruh usaha program
pembinaan dalam jangka waktu tertentu yang merupakan paduan dari proses
latihan yang dirancang secara sistematis, berjenjang, berkesinambungan,
berulang-ulang, dan makin lama makin meningkat.
Untuk membangun prestasi olahraga Nasional, arahan dalam GBHN
1993 menyebutkan antara lain bahwa: “Dalam upaya peningkatan prestasi
olahraga perlu dilaksanakan pembinaan olahraga sedini mungkin melalui
pencarian dan pembinaan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan
olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi olahraga
baik di tingkat pusat maupun daerah” (Ditjen Dikti Depdikbud, 1994: 144).
Program pengidentifikasian bakat anak diperlukan sebelum melakukan
suatu proses latihan yang berorientasi untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan anak berpotensi
pada salah satu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang dimiliki. Kenyataan
yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga tidak berdasarkan
pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang olahraga hanya
berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman bermain,
dorongan orang tua.
3
Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam
mengembangkan teknik, taktik, maupun strategi. Menurut Mochamad Sajoto
(1988: 57), kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan
dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan sebagai landasan titik
tolak suatu awalan olahraga prestasi. Setiap cabang olahraga mempnyai kondisi
fisik yang berbeda, contohnya, untuk cabang olahraga yang memerlukan tinggi
atau berat badan, seperti bola basket, bola voli, sepak bola, atau even-even
melempar pada cabang olahraga atletik, seleksi ilmiah menjadi penguat untuk
betul dipertimbangkan. Begitu pula, untuk olahraga yang didominasi oleh
unsur percepatan, seperti waktu reaksi, koordinasi, dan power. Misalnya, pada
lari cepat, silat, gulat, sepak bola, bola voli atau nomor-nomor lompat pada
olahraga atletik.
Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mengacu pada sistem
pemanduan bakat yang telah dilaksanakan di Australia. Pemanduan bakat ini
dimulai atas dasar Australia ditunjuk sebagai tuan rumah Olimpiade tahun
2000. Australia memiliki model pemanduan bakat secara khusus, atlet-atlet
potensial jauh-jauh hari dipersiapkan dalam Olimpiade Sydney tahun 2000,
terbukti atlet-atlet Australia mampu berprestasi dalam olimpiade tersebut.
Pemanduan bakat ini dinamakan “Sport Search” yang terdiri dari 10 macam
tes.
“Sport Search” sekarang digunakan oleh Indonesia untuk pemanduan
bakat para calon atlet-atletnya. Pemanduan bakat ala Australia ini diuji
cobakan di seluruh propinsi di Indonesia, sebagai cara untuk mendapatkan
4
data-data kemampuan anak-anak secara umum. Pemanduan bakat ini
memberikan wacana baru bagi olahraga prestasi Indonesia. Sebelumnya
pemanduan bakat dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat potensi anak
secara langsung dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pelatih dan
guru penjas.
Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing-
masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara tes umum dan spesialisasi
dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak dikombinasi
dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga
terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan
terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan
khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan
latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat
menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat
mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi.
Menurut pengamatan, selama ini banyak klub belum memperhatikan
tentang masalah identifikasi bakat ini secara seksama. Perekrutan atlet masih
berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan sistem pengidentifikasian
bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di klub masih jauh dari ilmu
kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu contoh proses evaluasi
dengan cara tes dan pengukuran masih jarang dilakukan.
5
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi
bakat, yaitu: kesehatan; kualitas biometrik; faktor hereditas; fasilitas, dan
iklim; serta tersedianya para ahli. Identifikasi calon atlet berbakat tidak dapat
dipecahkan hanya dengan satu usaha, tetapi memerlukan waktu beberapa tahun
yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: fase primer; fase kedua; dan fase
akhir. Instrumen pemanduan bakat harus bersifat spesifik dan disesuaikan
dengan cabang olahraga masing-masing, yang pengembangannya dilakukan
dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan
cara menyusun tes baterei, sedangkan pendekatan kedua dilakukan yang telah
dikembangkan para ahli. Salah satu tes baku terkenal adalah tes identifikasi
bakat dari Australian Sports Commision. Butir-butir tes terdiri dari: Tes tinggi
badan; Tes berat badan; Tes tinggi duduk; Tes rentang lengan; Tes lempar
tangkap bola; Tes lempar bola basket; Tes lompat tegak; Tes lari bolak-balik;
Tes lari 40 meter; dan Tes lari multitahap.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak, remaja, bahkan
orang dewasa banyak yang terlibat dalam kegiatan olahraga. Hampir di setiap
lapangan ataupun fasilitas umum yang ada, dipenuhi anak-anak sampai orang
dewasa untuk sekedar melakukan kegiatan olahraga. Dari fenomena yang ada
perlu disadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pecinta olahraga,
mempunyai tujuan berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga tidaklah aneh
jika menjumpai kegiatan olahraga yang sama, namun dilakukan dengan cara
dan dalam bentuk berbeda. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan tujuan
beraktivitas. Perbedaan bentuk aktivitas tersebut hendaknya tidak terlalu
6
dirisaukan, karena tidak jarang terjadi aktivitas profesional yang dilakukan oleh
para atlet, pada mulanya diawali dengan aktivitas yang bersifat hobi atau
amatir.
Bompa dalam Theory Methodology of Training menyatakan,
keterlibatan para remaja di negara barat dalam aktivitas olahraga sebagian
besar didasarkan pada tradisi, idealisme, popularitas cabang olahraga, desakan
orang tua, keterampilan yang dimiliki guru olahraga di sekolah, ketersediaan
alat dan fasilitas olahraga, dan sebagainya. Gambaran di atas terjadi beberapa
waktu yang lalu atau mungkin juga masih terjadi sampai saat ini (Bompa,
1990). Keadaan di atas tentunya akan mengecewakan hati para ahli teori
latihan, karena dalam kondisi tersebut seorang anak yang mungkin secara
alami berpotensi dalam cabang olahraga tertentu bisa berubah menjadi atlet
cabang olahraga lainnya, yang sebenarnya anak tersebut tidak mempunyai
potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang digelutinya. Hasil akhir
situasi di atas dapat diduga, bahwa anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
akan mendapatkan hambatan dalam upayanya untuk meraih prestasi puncak
yang diharapkan.
Permasalahan sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri,
memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang
memiliki bakat unggul dalam olahraga. Kemudian setelah kita menemukan
bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk selanjutnya dikembangkan
atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar
nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.
7
Perekrutan atlet masih berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan
sistem pengidentifikasian bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di
klub masih jauh dari ilmu kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu
contoh proses evaluasi dengan cara tes dan pengukuran masih jarang
dilakukan. Bertolak dari pemikiran tersebut maka, penulis memberikan judul
“Identifikasi Atribut Fisik Atlet”.
B. Rumusan Masalah
Karena begitu luasnya pembahasan, maka pembahasan pun dibatasi
dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses identifikasi bakat?
2. Apa saja metode identifikasi bakat?
3. Apa saja kriteria pemilihan atlet yang berbakat?
4. Apa saja dan bagaimana fase-fase identifikasi bakat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui proses identifikasi bakat.
2. Untuk mengetahui metode untuk mengidentifikasi bakat.
3. Untuk mengetahui kriteria pemilihan atlet yang berbakat.
4. Untuk mengetahui fase-fase mengidentifikasi bakat.
8
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pemahaman mengenai identifikasi fisik atlet.
2. Agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian ke depan,
khususnya bagi para pemerhati olahraga.

More Related Content

Similar to Bab i

Buku sumber ss form4
Buku sumber ss form4Buku sumber ss form4
Buku sumber ss form4YiLin Cheah
 
Bab i
Bab iBab i
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptxppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
TeguhIlhamLubis
 
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptxDr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Ryan654394
 
1 sk-kd-pjok-smp
1 sk-kd-pjok-smp1 sk-kd-pjok-smp
1 sk-kd-pjok-smp
efendi mahendra
 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
Reza safrullah
 
51 nota t4
51 nota t451 nota t4
51 nota t4Selvery
 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
RubenPanggalaha
 
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2atmocodwi
 
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
parlindungansitorus4
 
Bs ssukan t4_4
Bs ssukan t4_4Bs ssukan t4_4
Bs ssukan t4_4zimi fren
 
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdfSlaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
TeeCheer
 
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
andri5783
 
Organisasi kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaanOrganisasi kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaanAgung Djibran
 
Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011irdinasyitah
 
Rakorbinpres Litbang
Rakorbinpres LitbangRakorbinpres Litbang
Rakorbinpres Litbang
Ricky Muchtar
 
Ppt review jurnal
Ppt review jurnalPpt review jurnal
Ppt review jurnal
Asrilazis
 

Similar to Bab i (20)

Buku sumber ss form4
Buku sumber ss form4Buku sumber ss form4
Buku sumber ss form4
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptxppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
ppt kelompok 3pembinaan prestasi olaharaga.pptx
 
Amry
AmryAmry
Amry
 
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptxDr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
Dr._Raden_Isnanta_M.pd.pptx
 
1 sk-kd-pjok-smp
1 sk-kd-pjok-smp1 sk-kd-pjok-smp
1 sk-kd-pjok-smp
 
Persentase skripsi
Persentase skripsiPersentase skripsi
Persentase skripsi
 
51 nota t4
51 nota t451 nota t4
51 nota t4
 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
 
Sains sukan
Sains sukanSains sukan
Sains sukan
 
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2
Pembinaan olahraga prestasi cabang atletik usia dini(1) 2
 
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
9. PJOK.docx rpp pendidikan jasmani dan rohani
 
Bs ssukan t4_4
Bs ssukan t4_4Bs ssukan t4_4
Bs ssukan t4_4
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdfSlaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
Slaid Bidang1- Pengenalan Sains Sukan.pdf
 
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
1 pend karakter via olahraga_club OR_model_6.pptx
 
Organisasi kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaanOrganisasi kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaan
 
Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011Sains sukan tahap i 2011
Sains sukan tahap i 2011
 
Rakorbinpres Litbang
Rakorbinpres LitbangRakorbinpres Litbang
Rakorbinpres Litbang
 
Ppt review jurnal
Ppt review jurnalPpt review jurnal
Ppt review jurnal
 

More from Momonea Amrie

Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Momonea Amrie
 
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkMomonea Amrie
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
Momonea Amrie
 

More from Momonea Amrie (9)

Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
Skripsi cahyono wijayanto 08601247236
 
Skripsi 334
Skripsi 334Skripsi 334
Skripsi 334
 
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fkI%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
I%2 cii%2ciii%2cii 14-don.fk
 
6102910167
61029101676102910167
6102910167
 
936 2222-1-sm
936 2222-1-sm936 2222-1-sm
936 2222-1-sm
 
54. handi
54. handi54. handi
54. handi
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Bab i

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam baru-baru pada Seagames merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pemanduan dan pengembangan atlet berbakat. Program pemanduan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara- negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber-sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat. Disadari bahwa upaya mencapai prestasi dalam olahraga merupakan hal yang kompleks, karena melibatkan banyak faktor, antara lain faktor internal seperti: fisik dan mental atlet dan faktor eksternal seperti: lingkungan alam dan peralatan. Faktor internal sesungguhnya bersumber dari kualitas atlet itu
  • 2. 2 sendiri, dimana atlet yang berkualitas berarti memiliki potensi bawaan (bakat) yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga dan siap dikembangkan untuk mencapai prestasi puncak. Pengalaman menunjukkan bahwa hanya atlet yang berbakat dan mau latihan dengan baik dapat mencapai prestasi puncak (peack performance). Prestasi puncak merupakan hasil dari seluruh usaha program pembinaan dalam jangka waktu tertentu yang merupakan paduan dari proses latihan yang dirancang secara sistematis, berjenjang, berkesinambungan, berulang-ulang, dan makin lama makin meningkat. Untuk membangun prestasi olahraga Nasional, arahan dalam GBHN 1993 menyebutkan antara lain bahwa: “Dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu dilaksanakan pembinaan olahraga sedini mungkin melalui pencarian dan pembinaan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas organisasi olahraga baik di tingkat pusat maupun daerah” (Ditjen Dikti Depdikbud, 1994: 144). Program pengidentifikasian bakat anak diperlukan sebelum melakukan suatu proses latihan yang berorientasi untuk mencapai prestasi yang tinggi. Proses pengidentifikasian bakat dilakukan untuk menentukan anak berpotensi pada salah satu cabang olahraga, sesuai dengan talent yang dimiliki. Kenyataan yang ada, banyak anak menekuni salah satu cabang olahraga tidak berdasarkan pengidentifikasian bakat. Mereka menekuni salah satu cabang olahraga hanya berdasarkan pengaruh dari lingkungan sekitar, pengaruh teman bermain, dorongan orang tua.
  • 3. 3 Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dan menjadi dasar dalam mengembangkan teknik, taktik, maupun strategi. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 57), kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Setiap cabang olahraga mempnyai kondisi fisik yang berbeda, contohnya, untuk cabang olahraga yang memerlukan tinggi atau berat badan, seperti bola basket, bola voli, sepak bola, atau even-even melempar pada cabang olahraga atletik, seleksi ilmiah menjadi penguat untuk betul dipertimbangkan. Begitu pula, untuk olahraga yang didominasi oleh unsur percepatan, seperti waktu reaksi, koordinasi, dan power. Misalnya, pada lari cepat, silat, gulat, sepak bola, bola voli atau nomor-nomor lompat pada olahraga atletik. Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mengacu pada sistem pemanduan bakat yang telah dilaksanakan di Australia. Pemanduan bakat ini dimulai atas dasar Australia ditunjuk sebagai tuan rumah Olimpiade tahun 2000. Australia memiliki model pemanduan bakat secara khusus, atlet-atlet potensial jauh-jauh hari dipersiapkan dalam Olimpiade Sydney tahun 2000, terbukti atlet-atlet Australia mampu berprestasi dalam olimpiade tersebut. Pemanduan bakat ini dinamakan “Sport Search” yang terdiri dari 10 macam tes. “Sport Search” sekarang digunakan oleh Indonesia untuk pemanduan bakat para calon atlet-atletnya. Pemanduan bakat ala Australia ini diuji cobakan di seluruh propinsi di Indonesia, sebagai cara untuk mendapatkan
  • 4. 4 data-data kemampuan anak-anak secara umum. Pemanduan bakat ini memberikan wacana baru bagi olahraga prestasi Indonesia. Sebelumnya pemanduan bakat dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat potensi anak secara langsung dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pelatih dan guru penjas. Cabang-cabang olahraga memiliki karakter dan spesifikasi masing- masing, sehingga perlu adanya perpaduan antara tes umum dan spesialisasi dalam pemanduan bakat. Peranan alat test terasa kurang jika tidak dikombinasi dengan hasil pengamatan pelatih yang berpengalaman. Cabang olahraga terukur sering mengalami kesalahan dalam pemanduan bakat. Kesalahan terjadi sebagian besar karena anak-anak yang diukur sudah mendapat latihan khusus, sehingga hasilnya lebih baik dari anak yang belum mendapat sentuhan latihan. Peranan test umum dan khusus yang dikombinasikan diharapkan dapat menghasilkan anak-anak yang berbakat, sehingga pembinaan prestasi dapat mendapatkan hasil sampai prestasi tinggi. Menurut pengamatan, selama ini banyak klub belum memperhatikan tentang masalah identifikasi bakat ini secara seksama. Perekrutan atlet masih berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan sistem pengidentifikasian bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di klub masih jauh dari ilmu kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu contoh proses evaluasi dengan cara tes dan pengukuran masih jarang dilakukan.
  • 5. 5 Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi bakat, yaitu: kesehatan; kualitas biometrik; faktor hereditas; fasilitas, dan iklim; serta tersedianya para ahli. Identifikasi calon atlet berbakat tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu usaha, tetapi memerlukan waktu beberapa tahun yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: fase primer; fase kedua; dan fase akhir. Instrumen pemanduan bakat harus bersifat spesifik dan disesuaikan dengan cabang olahraga masing-masing, yang pengembangannya dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan cara menyusun tes baterei, sedangkan pendekatan kedua dilakukan yang telah dikembangkan para ahli. Salah satu tes baku terkenal adalah tes identifikasi bakat dari Australian Sports Commision. Butir-butir tes terdiri dari: Tes tinggi badan; Tes berat badan; Tes tinggi duduk; Tes rentang lengan; Tes lempar tangkap bola; Tes lempar bola basket; Tes lompat tegak; Tes lari bolak-balik; Tes lari 40 meter; dan Tes lari multitahap. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa banyak yang terlibat dalam kegiatan olahraga. Hampir di setiap lapangan ataupun fasilitas umum yang ada, dipenuhi anak-anak sampai orang dewasa untuk sekedar melakukan kegiatan olahraga. Dari fenomena yang ada perlu disadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh pecinta olahraga, mempunyai tujuan berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga tidaklah aneh jika menjumpai kegiatan olahraga yang sama, namun dilakukan dengan cara dan dalam bentuk berbeda. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan tujuan beraktivitas. Perbedaan bentuk aktivitas tersebut hendaknya tidak terlalu
  • 6. 6 dirisaukan, karena tidak jarang terjadi aktivitas profesional yang dilakukan oleh para atlet, pada mulanya diawali dengan aktivitas yang bersifat hobi atau amatir. Bompa dalam Theory Methodology of Training menyatakan, keterlibatan para remaja di negara barat dalam aktivitas olahraga sebagian besar didasarkan pada tradisi, idealisme, popularitas cabang olahraga, desakan orang tua, keterampilan yang dimiliki guru olahraga di sekolah, ketersediaan alat dan fasilitas olahraga, dan sebagainya. Gambaran di atas terjadi beberapa waktu yang lalu atau mungkin juga masih terjadi sampai saat ini (Bompa, 1990). Keadaan di atas tentunya akan mengecewakan hati para ahli teori latihan, karena dalam kondisi tersebut seorang anak yang mungkin secara alami berpotensi dalam cabang olahraga tertentu bisa berubah menjadi atlet cabang olahraga lainnya, yang sebenarnya anak tersebut tidak mempunyai potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang digelutinya. Hasil akhir situasi di atas dapat diduga, bahwa anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut akan mendapatkan hambatan dalam upayanya untuk meraih prestasi puncak yang diharapkan. Permasalahan sekarang adalah bagaimana cara untuk dapat menelusuri, memantau dan menemukan, atau mengidentifikasi terhadap atlet-atlet yang memiliki bakat unggul dalam olahraga. Kemudian setelah kita menemukan bibit-bibit atlet yang berbakat itu bagaimana untuk selanjutnya dikembangkan atau diadakan pembinaannya terhadap bibit-bibit atlet yang berbakat itu agar nantinya dapat menjadi atlet atau olahragawan yang berprestasi tinggi.
  • 7. 7 Perekrutan atlet masih berdasarkan seleksi alamiah, belum dilandasi dengan sistem pengidentifikasian bakat dengan menggunakan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses latihan yang dilakukan di klub masih jauh dari ilmu kepelatihan yang sesungguhnya. Sebagai salah satu contoh proses evaluasi dengan cara tes dan pengukuran masih jarang dilakukan. Bertolak dari pemikiran tersebut maka, penulis memberikan judul “Identifikasi Atribut Fisik Atlet”. B. Rumusan Masalah Karena begitu luasnya pembahasan, maka pembahasan pun dibatasi dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses identifikasi bakat? 2. Apa saja metode identifikasi bakat? 3. Apa saja kriteria pemilihan atlet yang berbakat? 4. Apa saja dan bagaimana fase-fase identifikasi bakat? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses identifikasi bakat. 2. Untuk mengetahui metode untuk mengidentifikasi bakat. 3. Untuk mengetahui kriteria pemilihan atlet yang berbakat. 4. Untuk mengetahui fase-fase mengidentifikasi bakat.
  • 8. 8 D. Manfaat Penulisan Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Menambah wawasan pemahaman mengenai identifikasi fisik atlet. 2. Agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian ke depan, khususnya bagi para pemerhati olahraga.