Dokumen tersebut membahas tantangan yang dihadapi pemuda Indonesia di era globalisasi, termasuk tingginya pengangguran, penyebaran narkoba, turunnya nasionalisme, dan pergeseran nilai-nilai keagamaan. Pemuda dituntut untuk menjadi agen perubahan namun saat ini kesadaran nasionalisme dan religius mereka semakin melemah akibat pengaruh globalisasi.
1. PEMUDA DALAM TANTANGAN GLOBAL
AGUS ARIANTO
Mahasiswa S1 Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tak bisa kita pungkiri bahwa keberadaan pemuda
sangat strategis dalam keberlangsungan kehidupan
bangsa indonesia. Sejarah mencatat pemuda memiliki
peran andil yang besar dalam perjalanan bangsa ini
sejak masa pra kemerdekaan,kemerdekaan,orde
lama,orde baru dan orde reformasi saat ini. Maka tak
salah pemuda disematkan dalam retorika merupakan
generasi harapan bangsa,generasi penerus harapan
bangsa dan generasi pewaris bangsa.
Peranan sentral pemuda tidak hanya sebatas sebagai
harapan bangsa yang diharapkan mampu meneruskan
tampuk kepemimpinan untuk membawa bangsa ini ke
arah lebih baik. Namun pemuda juga ditasbihkan
menjadi agent of control terhadap segala bentuk
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Pemuda harus bisa memposisikan diri sebagai garda
terdepan dalam mengawasi dan mengontrol terhadap
segala kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
pemerintah yang tentunya demi kemaslahatan bersama.
Bilamana pemerintah mengambil kebijakan kurang
sesuai dengan realita masyarakat, maka pemuda
dituntut sebagai kelompok yang paling kritis dalam
menilai kebijakan sehingga perevisian kebijakan pun
bisa diwujudkan
Tetapi,seiring dengan pesatnya kemajuan zaman yang
mengubah semua tatanan kehidupan telah
menguburkan peran sentral pemuda sebagai agent of
change,pewaris kursi tahta kepemimpinan dan sebagai
tulang punggung bangsa. Indonesia sebagai negara
berkembang tentunya terus berbenah diri dalam proses
pembangunan,modernisasi,industrialisasi dan kontak-
kontak budaya global akibat terperangkapnya dalam
era globalisasi. Masyarakat Indonesia pada umumnya
dan pemuda pada khususnya tak pelak menghadapi
persoalan krusial era globalisasi. Terdapat banyak
persoalan yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita
semua yang secara imperatively functional harus
diatasi oleh masyarakat Indonesia yang berkaitan
dengan generasi muda termasuk kelompok pemudanya.
Dari aspek ekonomi
Tingginya angka pengangguran di Indonesia akibat
dari minimnya penyerapan tenaga kerja dan sekaligus
diperparah dengan rusaknya sistem perekonomian
bangsa. Sebagai imbasnya kondisi kemiskinan terus
menghantui nasib generasi yang akan datang. Kondisi
ini merupakan dampak secara langsung maupun tidak
langsung dari pertumbuhan demografik yang sangat
pesat yang tidak diiringi dengan pertumbuhan ekonomi
yang seimbang dan penyediaan lapangan kerja yang
memadai seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam konteks ini, pemuda menjadi korban dari
pengangguran karena sekita 80% daripada penganggur
muda merupakan pencari kerja pertama kali.
Disamping itu juga faktor internal juga ikut
2. mempengaruhi dalam meningkatnya pengangguran
seperti suburnya praktik-praktik deviatif seperti
korupsi dan sebangsanya disamping “work-skills”
tenaga kerja yang kurang kompetitif.
Sosial budaya
Penggunaaan narkoba yang semakin mengkhawatirkan
dikalangan generasi muda Indonesia sebagai potret
hitam pesatnya pertumbuhan dan perkembangan era
globalisasi yang sulit terelakkan dan tak ada sekat
untuk membatasi era global tersebut. Penyebaran dan
peredaran narkoba saat ini bukan lagi berbicara dalam
ruang lingkup wilayah Indonesia saja. Tetapi sudah
melewati lintas negara dari belahan dunia manapun.
Kondisi era global yang acap kali disebut sebagai
“kebebasan tanpa batas” sebagai salah satu pemicu
fenomena kenakalan dan kriminalitas kaum muda
(juvenile delinquency an criminality). Kenakalan
remaja dengan berbagai modus operandinya
seperti:kebut-kebutan,mabuk
mabukkan,pemerkosaan,kriminalitas,penggunaan obat-
obatan terlarang,free sex dan perilaku demoral lainnya
merupakan contoh bagaimana pemuda mengalami
“disorientasi normative” dan “disorientasi kultural
pada skala sangat memprihatinkan.
Disamping terjadinya demoralisasi pada pemuda ada
sesuatu hal yang tak kalah penting untuk dibahas dan
dipahami bersama. Tanpa kita sadari atau tidak rasa
nasionalisme terhadap bangsa Indonesia pada diri
pemuda kian luntur. Kondisi ini secara sosiologik
merupakan dampak dari kondisi sosial ekonomi dan
sosial budaya yang “memprihatinkan” dan
“deprivatif”. Rasa kebanggaan akan kehebatan dan
keunguulan historik bangsanya mulai lepas dari
kepribadian pemuda. Sebaliknya sikap “apatisme
sosial”, social ignorance”, “kecuekan sosial”, “masa
bodoh”,tumbuh subur dan mengarah pada
denasionalisme dan disorientasi politis generasi muda.
Fred Halliday dalam artikelnya “Nationalism”
menggaris bawahi beberapa faktor menggeser
semangat nasionalisme dalam diri pemuda. Salah
satunya adalah ancaman global yang tiap waktu akan
selalu datang dan tanpa mengenal siapapun. Ancaman
global merupakan manifestasi dampak era globalisasi.
Sebagai gambaran dimana pemuda saat ini dengan
bangganya menginternalisasi nilai-nilai budaya luar
dibandingkan dengan budaya lokal sendiri.
Sosial keagamaan
Dalam kenyataannnya ,telah terjadi pergeseran kualitas
pada pemuda terhadap nilai-nilai keagamaan. Patut kita
amini bahwa telah terjadinya perilaku sekuler pada
sebagian kaum muda. Agama kerap kali dipisahkan
dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Nilai dan norma
agama kerap kali dipersepsikan sekedar persoalan
akhirat saja. Lambang-lambang keagamaan,lebih jauh,
seperti ungkapan-ungkapan religius,model busana,dan
life style lainnya seringkali difungsikan hanya sebagai
mode tradisi yang meng-arus (current tradition).
Ssebagai contoh ketika bulan Ramadhan datang
sebagian pemuda baik pria atau wanita menggunakan
pakaian-pakaian sehari-hari sesuai tuntunan syari’at
silam sehingga terlihat anggun dan islami. Namun
ketika diluar aktivitas keagamaan,mereka kembali
menggunakan pakaian seronok,transparan, vulgar yang
tidak sesuai dengan ajaran agama.
Akhirnya,melakukan internalisasi terhadap nilai-nilai
religius yang terkandung dalam ideologi Pancasila
3. kepada pemuda dapat menguatkan pemuda terhadap
berbagai ancaman global sekaligus sebagai filter
terhadap segala bentuk intrik-intrik globalisasi.
Peningkatan wawasan dan kesadaran generasi muda
terhadap adanya sifat multikultural bangsa Indonesia
sebagai salah satu pemahaman fundamental bagi
pemuda agar pemuda dapat memilah dan memilih
mana yang baik dan buruk terhadap arus globalisasi.