Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
1 Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak.pptxPolisiBahasa
Language acquisition adalah proses manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi.
Komponen dan jenis
Komponen: Jenis:
Sintaksis Fonologi Lisan
Morfologi Semantik Isyarat
Kosa kata Tulis
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Perkembangan danPerkembangan dan
Pemerolehan BahasaPemerolehan Bahasa
Pada AnakPada Anak
Bagaimana anak memperoleh danBagaimana anak memperoleh dan
mengembangkan kemampuanmengembangkan kemampuan
berbahasa-nya?berbahasa-nya?
2. Perkembangan BahasaPerkembangan Bahasa
Manusia terlahir dalam keadaanManusia terlahir dalam keadaan
blm bs berbicarablm bs berbicara
Bahasa anak diperoleh dariBahasa anak diperoleh dari
bahasa ibunya.bahasa ibunya.
Ada 2 aspek anak memperolehAda 2 aspek anak memperoleh
bahasa ibu: (1) pemahaman danbahasa ibu: (1) pemahaman dan
pelahiran, (2) kompetensi.pelahiran, (2) kompetensi.
3. Usia Tahap Perkembangan Bahasa
0-5 bulan Tahap pralinguistik pertama
5 bulan - 1 tahun Tahap pralinguistik kedua
1 thn - 2 thn Tahap linguistik pertama ( kalimat satu kata)
2 thn - 3 thn Tahap linguistik kedua (kalimat dua kata)
3 thn - 4 thn Tahap linguistik ketiga ( pengembangan tata bahasa)
4 thn – 5 thn Tahap linguistik keempat ( tata bahasa pra-dewasa)
5 thn - Tahap linguistik kelima (kompetensi penuh)
4. Pada tahap ini, selama bulan-bulan awal
kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut,
mendenguk, menjerit, dan tertawa
Bunyi-bunyian seperti itu dapat ditemui dalam
segala bahasa di dunia.
Pada tahap ini dapat disimpulkan bahwa anak
berkomunikasi dengan cara menoleh,
tersenyum,menganis, tertawa dll.
Tahap pra-linguistik pertama
5. Tahap pra-linguistik keduaTahap pra-linguistik kedua
Anak mulai aktif berkomunikasi
Mengenal makna kata (nama diri sendiri, ibu,
maupun ayah)
Mengenal makna kalimat larangan,perintah,dan
ajakan.
Pada tahap ini, anak sudah mampu mengkobinasikan
vokal dengan konsonan,misal ma-ma-ma, pa-pa-
pa,da-da-da
6. Tahap linguistik pertamaTahap linguistik pertama
Tahap ini adalah tahap dimana anak
sudah mulai mengucapkan satu kata.
Ucapan satu kata tsb disebut holofrase
Contoh: kata “oti” (maksudnya roti)
maksudnya bisa, dia ingin makan roti,
dia sudah makan roti, atau roti ini tidak
enak.
7. lanjutan….lanjutan….
Pada tahap ini gerak fisik seperti menyentuh,
menunjuk,mengangkat, dikombinasikan pada satu kata.
Sering mengucapkan kata pertama dari objek yang dia
lihat.
Misalnya: pipis, mamam atau maem, dadah (sambil
melambaikan tangan)
Kesulitan mengucapkan bunyi tertentu, misal “R”.
8. Tahap linguistik kedua
Anak sudah mampu mengucapkan holofrase, misalnya:
mama masak,papa pigi (papa pergi), kakak makan.
Sudah mampu berkomunikasi dengan bertanya dan
meminta, adapun kata yang sering diucapkan: sini, sana,
lihat, mau, dan minta.
Mampu melontarkan kombinasi informasi lama dan
kombinasi baru.
9. Tahap linguistik ketigaTahap linguistik ketiga
Pada tahap ini anak sudah mampu
menggunakan elemen tata bahasa
yang lebih rumit.
Anak sudah bisa membedakan
kata benda, dan kata kerja.
Sudah bisa menggunakan kata
ganti (aku, saya, kamu)
Sudah bisa menggunakan kata
bantu ( tidak,bukan, sudah)
10. Anak sudah mampu menerapkan struktur
tata bahasa, misal kalimat majemuk
sederhana.
Contoh kalimat majemuk sederhana: aku
disini, kakak disana.
Pada tahap ini anak akan
mempergunakan kata yang menurutnya
bermakna.
Tahap linguistik keempat
11. Tahap linguistik kelima
Anak telah menguasai elemen-elemen
sintaksis bahasa ibunya.
Pada tahap memasuki sekolah dasar
anak dihadapkan dengan bahasa tulis.
Bahasa yang diperoleh dalam tahap ini
adalah bahasa yang ditulis oleh penutur
bahasa ataupun guru.
12. Pemerolehan Bahasa Anak
Proses anak mengenal komunikasi dengan
lingkungannya scr verbal disebut
pemerolehan bahasa anak.
Pada masa pemerolehan, bahasa anak lebih
mengarah pada fungsi komunikasi dari
pada bentuk struktur bahasa.
14. Pemerolehan Bahasa Kedua
Dimaknai saat anak memperoleh bahasa
lain, setelah bahasa pertamanya (bahasa
ibu)
Bahasa pertama berwujud bahasa daerah,
bahasa kedua berwujud bahasa Indonesia
atau asing.
15. Perbedaan Pemerolehan bahasa pertama
dan kedua
Bahasa pertama
Belajar tidak disengaja
Berlangsung sejak lahir
Lingkungan yg mendukung
Motivasi krn kebutuhan
Bnyk wktu mencoba bhsa
Kesempatan berkomunikasi
Bahasa Kedua
Belajar bahasa disengaja
Berlangsung di sekolah
Lingkungan sekolah yg
mendukung
Motivasi tdk sekuiat bhs
pertama
Wktu belajar terbatas
Kurangnya kesempatan
mempraktikan bahasa
16. Perkembangan Pragmatik pada anak
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa
merupakan hal penting, dibanding aspek bahasa yang
lain.
Ada 7 faktor penentu perkembangan pragmatik anak
yaitu: (1) kepada siapa berbicara, (2) untuk tujuan apa,
(3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan
jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa.
17. Perkembangan Semantik
Dalam proses perkembangan bahasa, anak-
anak harus belajar mengerti dari kata-kata
baru yang dia dapat.
Misalnya: doggie (anjing) mengacu
pada objek yg bergerak,berkaki empat,
mempunyai kepala dan ekor.
18. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif adalah penggunaan kata
secara imajinatif, serta tidak secara literal.
Misalnya ungkapan,metefora,kiasan, dan
peribahasa.
Adapun contohnya: Rumah makan, kamar
kecil, makan hati, kepala batu, dan ringan
tangan.
19. Perkembangan Sintaksis
Dalam perkembangan sintaksis, banyak anak
yang sering mengalami kesulitan untuk
membedakan bentuk kalimat aktif dan pasif.
Anak-anak lebih sering menggunakan bentuk
pasif yang bisa dibalik.
Padahal tdk semua bentuk pasif bisa dibalik.
Ada 3 jenis bentuk pasif (1) dapat dibalik, (2) tdk
dpt dibalik yg pelakunya instrumen, (3) tdk dpt
dibalik yg pelakunya manusia.
20. Perkembangan Morfologi
Morfologi adalah imu yg mengkaji satuan-
satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal.
Pada tahap ini anak sudah bisa
menggunakan frase nomina dan verba.
Dalam frase nomina,anak sudah
mempelajari penggunaan kata ganti dan
sifat.
21. Perkembangan Fonologis
Hasil penelitan Budiasih dan Zuhdi (1997)
menunjukkan bahwa pd anak kls dua dan
tiga sekolah dasar, sering melakukan
kesalahan pengucapan “f”, “sy”, dan “ks”
diucapkan “p”, “s”, “k”.
22. Perkembangan membaca
Membaca untuk mengerti bunyi
Misal: ibu dianalisis menjadi i-b-u
Membaca untuk memahami arti
Misal ibu guru dianalisis menjadi i-b-u g-
u-r-u
23. Perkembangan menulis
Anak-anak memulai dengan menggambar
lalu menulis “cakar ayam” barulah
membuat bentuk-bentuk huruf.
Anak mencoba menggunakan aturan dalam
menulis dengan mencocokan bunyi dengan
tulisan.