2. LANDASANHUKUM
• Undang – Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Undang – Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
• Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Perizinan Berusaha Berbasis Resiko
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.68/Menlhk/Setjen/Kum.I/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.4/Menlhk/Setjen/Kum.1/1/2020 tentang Pengangkutan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.12/Menlhk/Setjen/PLB.3/5/2020 tentang Penyimpanan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 3 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Lingkungan Hidup dan Kehutanan
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan
Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 11 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Emisi Mesin dengan Pembakaran
Dalam
• Permen LH No. 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. 4
PENGAWASAN
1. DOKUMEN LINGKUNGAN
2. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
3. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
4. PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN B3
5. PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 DAN
SAMPAH
1. TAAT
2. TIDAK TAAT
SANKSI ADMINISTRATIF
(Pasal 76)
1. TEGURAN TERTULIS
2. PAKSAAN PEMERINTAH
3. DENDA ADMINISTRATIF
4. PEMBEKUAN PERIZINAN
BERUSAHA
5. PENCABUTAN PERIZINAN
BERUSAHA
Pasal 82C
5. Dokumen Lingkungan
1. Penapisan jenis dokumen lingkungan (PermenLHK No.4 Tahun 2021)
2. Perubahan kewenangan penerbitan perizinan berusaha (Usaha kegiatan telah
beroperasional/usaha kegiatan dalam tahap perencanaan). (PP No.5 Tahun 2021)
SE No.2/Menlhk/2021 huruf G point 1)
1. Terdapat kegiatan yang sudah dilaksanakan belum terakomodir dalam persetujuan lingkungan
(penambahan kapasitas atau kegiatan yang belum terakomodir). (Pasal 89)
2. Terdapat rencana penambahan kegiatan/kapasitas produksi. (Pasal 89)
3. Terdapat ketidaksesuaian kewajiban dalam dokumen lingkungan dengan peraturan perundang-
undangan ex. Jangka waktu pemantauan (air limbah, emisi udara, dll). (Pasal 89)
4. Perubahan identitas penanggung jawab. (Pasal 89)
5. Penciutan luas izin usaha dan kegiatan. (Pasal 89)
6. Pemanfaatan lahan gambut atau mangrove Lampiran II P.5 2021 Hal. 144-145, 197.
7. Perubahan wilayah administrasi. (Pasal 89)
8. DELH/DPLH (Pasal 86) 5
6. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
1. Sudah memiliki IPLC akan tetapi habis masa berlaku sebelum/setelah PP 22 Tahun 2021 (SE
No.2/Menlhk/2021 huruf E point 3 dan 4).
2. Belum memiliki IPLC sampai saat ini (Pasal 3 P.5 Tahun 2021).
3. Sudah memiliki IPLC akan tetapi terdapat perubahan ketentuan teknis (kapasitas, titik
penaatan, dll) (Pasal 53 Ayat 2 P.5 Tahun 2021).
4. Muatan IPLC tidak spesifik/detail terhadap acuan tertentu (tidak ada masa berlaku izin, tidak
ada acuan peraturan perundang-undangan, parameter kualitas air/limbah cair) (Pasal 53 Ayat 2
P.5 Tahun 2021).
5. Sudah memiliki IPLC akan tetapi kewajibannya tidak sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku (Pasal 53 Ayat 2 P.5 Tahun 2021).
6. Sudah memiliki IPLC dan masih berlaku masih saat ini apakah wajib membuat pertek (Pasal 53
Ayat 1 P.5 Tahun 2021)
7. Pergantian acuan dalam pelaksanaan pemantauan dalam PPA (PermenLH No. 5 Tahun 2014
pasal 16) (PP No.22 Tahun 2021 Pasal 529 dan 528). (Pasal 54 Ayat 2 P.5 Tahun 2021).
6
7. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
1. Memiliki sumber emisi tidak bergerak (dampak emisi tinggi) yang digunakan sebagai sumber
utama kegiatan (Pasal 191 Ayat 3 PP No. 22 Tahun 2021.
2. Memiliki sumber emisi tidak bergerak yang berfungsi sebagai cadangan/back up, Jam
opersional sumber emisi dibawah 1000 jam per tahun/kapasitas (Pasal 200 PP No. 22 Tahun
2021). (Pasal 28 dan 30 P.5 Tahun 2021)
3. Pemantauan kualitas udara ambien tidak sesuai dengan jumlah titik penaatan, periode dan
lokasi yang diwajibkan dalam dokumen lingkungan. (Pasal 6 PermenLH No. 7 Tahun 2007),
Pasal 8 P.11 Tahun 2021.
4. Tungku bakar.
5. Pergantian acuan dalam pelaksanaan pemantaun dalam PPU (Pasal 40 dan 41 P.5 Tahun 2021).
7
8. PENGELOLAAN LIMBAH B3
1. Sudah memiliki Izin TPS Limbah B3 dan habis masa berlaku (SE No.2/Menlhk/2021 huruf E
point 3 dan 9).
2. Sudah memiliki izin TPS limbah B3 dan masih berlaku (PP No. 22 Tahun 2021 Pasal 527).
3. Belum memiliki izin TPS limbah B3 (PP No. 22 Tahun 2021 Pasal 285). Pasal 51 P.6 Tahun 2021
4. Terdapat jenis limbah B3 yang belum terakomodir dalam Izin (PP No. 22 Tahun 2021 Pasal 296).
Pasal 53 P.6 Tahun 2021
5. Perubahan kategori jenis limbah B3 menjadi limbah non-B3 (SE No.2/Menlhk/2021 huruf E point
10 dan 11), Pasal 452, 455-458 PP No. 22 Tahun 2021, Pasal 235 P.6 Tahun 2021
6. Muatan Izin tidak spesifik/detail terhadap acuan tertentu (tidak ada masa berlaku izin, tidak ada
acuan peraturan perundang-undangan, masa simpan, dll) (PP No. 22 Tahun 2021 Pasal 296),
Pasal 79 P.6 Tahun 2021
8
9. KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PP 22 NOMOR TAHUN 2021
PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB X.
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
10. G A K K U M K L H K
G A K K U M K L H K G A K K U M _ K L H K
D I T J E N G A K K U M . K L H K G A K K U M . M E N L H K . G O . I D
Bupati / Wali Kota
Masyarakat
Penanggung jawab Usaha dan atau
Kegiatan yang Persetujuan
lingkungan ditetapkan oleh
gubernur; dan
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
Melakukan pembinaan terhadap:
11. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
forum bimbingan
dan/atau
konsultasi teknis penyuluhan penelitian
pemberian
penghargaan;
dan/atau
bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
pengembangan
Evaluasi Kinerja
Pemerintah
Daerah
kabupaten/kota
diseminasi
peraturan
perundang-
undangan
bimbingan
teknis
Bantuan
sarana dan
prasarana
Program
percontohan
Pendidikan
dan
pelatihan
Instrumen Pembinaan oleh Gubernur
12. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
Dalam hal gubernur belum melakukan pembinaan, Menteri
melakukan pembinaan kepada pemerintah Daerah
kabupaten/kota setelah berkoordinasi dengan gubernur.
PASAL 491 AYAT (4)
14. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
K
J
I
H
G
Bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
pemberian penghargaan;
dan/atau
Pengembangan
Penelitian
A
B
C
D
E
Diseminasi peraturan perundang-
undangan
Bimbingan teknis
Pendidikan dan pelatihan
Bantuan sarana dan prasarana
Program percontohan
F Forum bimbingan dan/atau
konsultasi teknis
Penyuluhan
INSTRUMEN PEMBINAAN OLEH BUPATI/
WALI KOTA
15. Definisi Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung
atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(PPLH) untuk mengetahui dan/atau menetapkan tingkat ketaatan
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah serta peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
16. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup
yang selanjutnya disebut Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan
dan/atau penegakan hukum Lingkungan Hidup.
PEJABAT
PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP
(PPLH)
19. Perizinan Berusaha terkait persetujuan
lingkungan
Peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Persetujuan Pemerintah terkait persetujuan
lingkungan
Menteri, Gubernur, Bupati / Walikota
sesuai kewenangannya wajib
melakukan pengawasan terhadap:
KEWENANGAN
20. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
Contents
Contents Contents
BUPATI /WALIKOTA
GUBERNUR
MENTERI
Kewenangan
Pengawasan oleh
Menteri, Gubernur dan
Bupati/Walikota
Perizinan Berusaha dan Persetujuan
Pemerintah untuk persetujuan
lingkungan yg diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat
Perizinan Berusaha dan Persetujuan
Pemerintah untuk persetujuan
lingkungan yg diterbitkan oleh
Pemerintah Provinsi
Perizinan Berusaha dan Persetujuan
Pemerintah untuk persetujuan
lingkungan yg diterbitkan oleh
Kab/Kota
21. Real Estate
Kewenangan Pengawasan oleh Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota
Pengawasan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, gubernur, bupati/wali
kota sesuai kewenangan
Analisis mengenai dampak lalu lintas
Pengawasan dilakukan terhadap kewajiban lainnya dalam
Persetujuan Lingkungan
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan mensyaratkan SLO dan belum
dipenuhi
PENGECUALIAN
22. KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
01
02
03
Pendelegasian Kewenangan
Dalam pengawasan kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggung
jawab di bidang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Penetapan PPLH
Menetapkan Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup yang merupakan
pejabat fungsional
Peraturan Penetapan PPLH
Sesuai peraturan perundang-undangan
yang mengatur jabatan fungsional
PPLH
Menteri, Gubernur, Bupati /
Walikota
23. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
Membuat rekaman audio visual
Melakukan Pemantauan
Mengambil sampel
Meminta keterangan
Memeriksa instalasi dan/atau alat
transportasi; dan/atau
Membuat salinan dokumen
dan/atau membuat catatan yang
diperlukan
Menghentikan pelanggaran
tertentu
Memasuki tempat tertentu
Memeriksa peralatan
Memotret
PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP
KEWENANGAN
(Pasal 495 PP 22 Tahun 2021)
Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil.
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.
24. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PELAKSANAAN PENGAWASAN
Pengawasan Insidental
a. Adanya indikasi pelanggaran berulang dan indikasi
pelanggaran yang terdeteksi
b. Adanya pengaduan masyarakat terkait dugaan
Pencemaran LH dan/atau kerusakan LH
c. Adanya laporan dari pengelola kawasan atas
pelanggaran pelaksanaan RKL-RPL rinci oleh Pelaku
Usaha dalam kawasan
Pengawasan Regular
Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan setiap
tahun berdasarkan Perizinan Berusaha atau
Persetujuan Pemerintah terkait Persetujuan
Lingkungan
Hasil Pengawasan Tidak Langsung
Hasil pengawasan tidak langsung menunjukkan
pelanggaran berulang atau mengindikasikan
timbulnya ancaman serius terhadap Lingkungan
Hidup, PPLH melakukan pengawasan
PENGAWASAN LANGSUNG
Dilakukan dengan mendatangi
lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
PENGAWASAN TIDAK
LANGSUNG
Dilakukan melalui penelaahan data laporan
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dan/atau
dari Sistem Informasi Lingkungan Hidup
Pasal 496 PP 22 Tahun 2021
25. 1. PERENCANAAN
• Inventarisasi dan identifikasi Perizinan
Berusaha, Persetujuan Pemerintah dan
informasi lainnya.
• Penetapan prioritas Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan diawasi
2. PELAKSANAAN
• Persiapan pengawasan
• Pemeriksaan ketaatan
• Tindak lanjut hasil pengawasan
3. PERENCANAAN
• Mengukur tingkat keberhasilan antara
perencanaan dan pelaksanaan untuk
perbaikan kualitas pengawasan
TAHAPAN PENGAWASAN
REGULER
26. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PENGHENTIAN PELANGGARAN TERTENTU
Dilakukan apabila Usaha dan/atau Kegiatan telah menimbulkan ancaman serius
TUJUAN UNTUK
MENCEGAH
a. Dampak yang lebih besar dan
lebih luas jika tidak segera
dihentikan Pencemaran
Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup
b. Kerugian yang lebih besar bagi
LH jika tidak segera dihentikan
Pencemaran Lingkungan
Hidup dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup
Dilakukan oleh
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Contoh Penghentian Pelanggaran
Tertentu :
a. Penutupan saluran
pembuangan Air Limbah
b. Pembongkaran saluran
pembuangan Air Limbah
c. Penghentian operasi
sumber Emisi Udara
d. Penutupan lokasi
pembuangan imbah
e. Upaya lainnya yang
bertujuan untuk
menghentikan pelanggaran
tertentu
Penghentian pelanggaran tertentu
melalui pemasangan plang
penghentian pelanggaran tertentu
dan/atau pemasangan garis PPLH
dan membuat berita acara
penghentian pelanggaran tertentu.
27. Muatan Berita Acara Penghentian Pelanggaran Tertentu
Identitas penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan
Jenis Pelanggaran
Lokasi dan titik koordinat pelanggaran
Waktu penghentian pelanggaran
Bentuk tindakan penghentian pelanggaran tertentu
28. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Berita Acara Pengawasan : memuat fakta
lapangan dan temuan hasil pengawasan
berdasarkan ketentuan Perizinan Berusaha
atau Persetujuan Pemerintah terkait
Persetujuan Lingkungan dan Peraturan per
Undang-undangan
Laporan Hasil Pengawasan:
menyatakan status ketaatan
Usaha dan/atau Kegiatan
berdasarkan analisis yuridis
terhadap pelanggaran yang
ditemukan saat pengawasan.
Status Tidak Taat: Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup memberikan
rekomendasi tindak lanjut penegakan
hukum yang meliputi : administratif,
perdata, dan/atau pidana.
Status Tidak Taat pengawasan tidak langsung dari data
pelaporan melalui Sistem Informasi Lingkungan Hidup
secara otomatis, terus menerus dan dalam jaringan:
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup memberikan
rekomendasi tindak lanjut penegakan hukum kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
kewenangannya.
Hasil Pengawasan Oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Dituangkan dalam Berita Acara Pengawasan dan Laporan Hasil Pengawasan
30. PERTANGGUNGJAWABAN
MUTLAK
Pertanggungjawaban Mutlak sebagai instrument penegakan hukum perdata. Pembuktian
dengan prinsip pertanggungjawaban mutlak dimintakan oleh penggugat dan termuat dalam
surat gugatan
Diberlakukan kepada penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan
yang tindakannya:
| MENGGUNAKAN B3 |
| MENGHASILKAN LIMBAH B3 DAN/ATAU MENGELOLA
LIMBAH B3 |
| MENIMBULKAN ANCAMAN SERIUS |
31. DITJENGAKKUM.KLHK GAKKUM.MENLHK.GO.ID
GAKKUMKLHK GAKKUM_KLHK GAKKUM KLHK
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang Perizinan Berusahanya diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah, jika :
01
• Terjadi pelanggaran serius
• Gubernur dan/atau bupati/wali kota tidak melakukan pengawasan
Pelanggaran serius :
02
• Tindakan melanggar hukum yang mengakibatkan pencemaran
Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup;
• Menimbulkan keresahan masyarakat → pengaduan masyarakat
dan/atau informasi yang meluas di publik.
PENGAWASAN LAPIS KEDUA
35. Perubahan Persetujuan Lingkungan
Pemegang
Persetujuan
Lingkungan
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Perubahan
Persetujuan
Lingkungan
Pelaksanaan Perubahan
Usaha dan/atauKegiatan
1. Perubahan yang berpengaruh terhadap
LH (ada 9 Kriteria)
2. Rencana Usaha/Kegiatan tidak
dilaksanakan setelah 3 Tahun Izin
Lingkungan diterbitkan
3. Perubahan Pengelolaan Lingkungan
yang merubah Persetujuan Teknis
Dengan melalui penyusunan dokumen
LH
a. Wajib Amdal: Amdal Baru
(Pengembangan) atau Adendum
Andal & RKL-RPL;
b. UKL-UPL: UKL-UPL Baru
Pengembangan atau Amdal Baru
Pengembangan
Perubahan Usaha
dan/atau kegiatan
tidak dapat dilakukan
sebelum
diterbitkannya
perubahan
Persetujuan
Lingkungan
PENGECUALIAN :
1. Perubahan (Kepemilikan,
Pemisahan/penggabungan,
Penanggungjawab, nama kegiatan, wilayah
administrasi);
2. Penciutan/pengurangan;
3. Perubahan Dampak/Risiko LH (Audit LH atau
ARLH) yang diwajibkan;
35
36. AMDAL
BARU
Adendum
Andal &
RKL-RPL
Perubahan Berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup
Kata kunci “ BERPENGARUH” → Hanya rencana
perubahan usaha dan/atau kegiatan yang
BERPENGARUH terhadap lingkungan yang wajib
mengajukan perubahan Persetujuan Lingkungan.
Kriteria
Perubahan
yang lebih
detail
1. Alat-alat Produksi
2. Kapasitas Produksi
3. Spesifikasi teknik
4. Sarana Usaha dan/atau kegiatan
5. Perluasan Lahan dan Bangunan
6. Waktu dan Durasi Operasi
7. Usaha dan/atau Kegiatan dalam
Kawasan yang belum dilingkup
8. Perubahan Kebijakan Pemerintah
9. Perubahan LH yang mendasar akibat
peristiwa alam atau akibat lain
a b
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Sumber: Pasal 103 RPP Tindak Lanjut UU CK Bidang PPLH
• Definisi;
• Besaran/Skala
• dll
UKL-UPL
BARU
c
36
37. Persetujuan Teknis dan SLO
Integrasi kajian
dampak dalam
dokumen Amdal
atau UKL-UPL
Persetujuan
Teknis
Penyimpanan,
pengumpulan,
pemanfaatan
pengolahan dan
penimbunan LB3
Persetujuan
Teknis
Pembuangan
air limbah ke
laut
Persetjuan
Teknis
Pembuangan air
limbah ke
sumber air
Persetujuan
Teknis
Membuang
emisi ke
udara
Persetujuan
Teknis
Pemanfaatan
air limbah
untuk aplikasi
ke tanah
c
b
a
e
37
Surat Layak
Operasi Untuk
Operasional
kegiatannya
d
38. MUATAN
PERSETUJUAN TEKNIS
Pertek Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
1. Standar teknis pemenuhan BMAL
2. Standar kompetensi SDM
3. Sistem Manajemen Lingkungan
4. Periode waktu uji coba sistem IPAL dan/atau fasilitas injeksi
Persetujuan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII PermenLHK 5/2021
39. Integrasi Persetujuan Lingkungan ke dalam
Perizinan Berusaha
39
AMDAL
UKL-UPL
SPPL
Perizinan Berusaha :
• Izin
• Sertifikat
Standar
• NIB
Pengawasan
Penegakan
Hukum:
• Administrasi
(Psl. 77, UU CK)
Persyarata
n penerbitan
Perizinan
Berusaha
• Gubernur dan Bupati/Walikota berhak melakukan pengawasan
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Perizinan Berusaha;
• Menteri berhak melakukan pengawasan jika dianggap terjadi
pelanggaran serius terhadap Perizinan yang seharusnya dilakukan
pengawasan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
• Pemerintah Pusat menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, jika hasil pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap Perizinan Berusaha.
(Psl. 72 & 76, UU CK)
Persetujuan
Lingkungan
SKKL
PKPLH
NIB
Dokumen
Lingkungan
Matrik RKL-RPL
TERMUAT dalam
Perizinan Berusaha
(Psl 1 angka 11 &
12, UU CK)
(Psl. 24 ayat (5),
UU CK)
(Psl. 1, angka 35, UU CK)
(Psl. 63, UU CK)
40. Perubahan Persetujuan Lingkungan
Pemegang
Persetujuan
Lingkungan
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Perubahan
Persetujuan
Lingkungan
Pelaksanaan Perubahan
Usaha dan/atauKegiatan
Jenis perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan merujuk
pada ketentuan Pasal
89 ayat (2), PP
22/2021
Dengan melalui penyusunan dokumen LH
a. Wajib Amdal: Amdal Baru
(Pengembangan) atau Adendum Andal
& RKL-RPL;
b. UKL-UPL: UKL-UPL Baru
Pengembangan atau Amdal Baru
Pengembangan
tidak dapat dilakukan
sebelum diterbitkannya
perubahan Persetujuan
Lingkungan
PENGECUALIAN :
1. Perubahan (Kepemilikan,
Pemisahan/penggabungan,
Penanggungjawab, nama kegiatan, wilayah
administrasi);
2. Penciutan/pengurangan;
3. Perubahan Dampak/Risiko LH (Audit LH atau
ARLH) yang diwajibkan;
40
41. Tanpa Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup baru
AMDAL
BARU
Adendum
Andal &
RKL-RPL
Perubahan Persetujuan Lingkungan
Kriteria
Perubahan
yang lebih
detail
1. Perubahan Spesifikasi Teknik;
2. Penambahan Kapasitas Produksi;
3. Perluasan lahan usaha dan/atau kegiatan;
4. Perubahan waktu atau durasi operasi;
5. Perubahan Kebijakan Pemerintah;
6. Perubahan LH yang mendasar akibat
peristiwa alam atau akibat lain;
7. Tidak dilaksanakannya kegiatan dalam
jangka waktu 3 tahun sejak diterbitkan
keputusan Persetujuan Lingkungan;
8. Perubahan identitas penanggung jawab
kegiatan;
9. Perubahan wilayah administrasi
pemerintahan
10. Perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan;
11. Perubahan SLO yang lebih ketat dari
Persetujuan Lingkungan yang dimiliki;
12. Penciutan/pengurangan luas areal usaah
dan/atau kegiatan;
13. Perubahan dampak dan/atau risiko
lingkungan berdasarkan hasil analislis risiko
dan/atau audit lingkungan yang diwajibkan.
a b
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Sumber: Pasal 89 dan 90, PP 22 Tahun 2021
UKL-UPL
BARU
c
41
42. Pengaturan Peralihan (1)
a. Dengan terbitnya PP 22/2021 maka Izin Lingkungan tidak lagi diterbitkan.
b. Penilaian Amdal, atau pemeriksaan Formulir UKL-UPL dan pengajuan Izin PPLH yang sedang
dalam proses, dilanjutkan sampai dengan terbitnya Persetujuan Lingkungan;
c. Proses penilaian Amdal atau pemeriksaan Formulir UKL-UPL berdasarkan permohonan
penerbitan Izin Lingkungan yang diajukan dan dinyatakan telah lengkap administrasi sebelum
tanggal 2 Februari 2021, dilaksanakan oleh Komisi Penilai Amdal atau instansi lingkungan hidup
berdasarkan pengaturan kewenangan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun
2013, sampai dengan diterbitkan Persetujuan Lingkungan dengan format sebagaimana diatur
dalam pasal 49 ayat (6) dan Pasal 63 PP 22/2021;
d. Proses penilaian Amdal, pemeriksaan Formulir UKL-UPL atau Proses Izin PPLH terkait baku mutu
lingkungan hidup dan pengelolaan Limbah B3 berdasarkan permohonan yang diajukan setelah
tanggal 2 Februari 2021, pemohon diminta untuk mengajukan kembali permohonannya sesuai PP
22/2021, kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangan penerbitan
Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah;
43. PengaturanPeralihan (2)
e. Proses Izin PPLH terkait baku mutu lingkungan hidup dan Pengelolaan Limbah B3
berdasarkan permohonan yang diajukan dan dinyatakan telah lengkap administrasi
sebelum tanggal 2 Februari 2021, diterbitkan Persetujuan Teknis yang selanjutnya
dimasukkan dalam Persetujuan Lingkungan melalui perubahan Persetujuan Lingkungan
karena perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai Pasal 89 ayat (2)
huruf j PP 22/2021.
g. Lisensi yang telah dimiliki Komisi Penilai Amdal dinyatakan tetap berlaku dan
dapat diperpanjang sampai dengan terbentuknya Tim Uji Kelayakan Lingkungan
Hidup.
f. Komisi Penilai Amdal tetap melaksanakan penilaian Amdal sampai dengan
terbentuknya Tim Uji Kelayakan Lingkungan Hidup di Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 531 huruf b, PP 22/2021.
h. Sertifikasi profesi dari lembaga sertifikasi profesi yang dimiliki oleh penyusun
Amdal tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku sertifikasi dan
dapat diperpanjang sampai terbentuknya lembaga sertifikasi kompetensi.
45. Bagaimana Status Perizinan Eksisting?...
PP 22/2021
PERIZINAN
EKSISTING
dinyatakan
TETAP BERLAKU
Pengaturan dalam Pasal 73, PP 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan yang menyatakan
“Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku dan
dipersamakan sebagai Izin Lingkungan”
Sejalan Pengaturan PP 27/2012
46. KetentuanPeralihan
a. IL, IPPLH, SKKLH, rekom UKL-UPL atau dokumen LH →
sudah mdpt persetujuan sebelum PP ini berlaku →
dinyatakan tetap berlaku dan menjadi prasyarat serta termuat
dlm PB atau PP;
b. Penilaian Amdal atau pemeriksaan formulir UKL-UPL dan
pengajuan izin PPLH yg sdg proses → dilanjutkan s.d. terbit
Perset. Lingk;
c. Lisensi yg dimiliki komisi penilai Amdal tetap berlaku dan dpt
diperpanjang smpai terbentuknya Tim Uji Kelayakan LH;
d. Komisi penilai Amdal tetap melaksanakan tugas melakukan Uji
Kelayakan Amdal s.d. terbentuknya Tim Uji Kelayakan LH;
e. Sertifikasi profesi dr lembaga sertifikasi profesi yg dimiliki
oleh penyusun Amdal tetap berlaku s.d brakhirnya masa
berlaku sertifikasi dan dpt diperpanjang smpai terbentuknya
lembaga sertifikasi kompetensi; dan
f. Dalam hal Pemerintah atau Pemda belum menetapkan Baku
Mutu Air pada badan air permukaan, menggunakan Baku
Mutu Air kelas 2 sbgmn tercantum dlm Lampiran VI.
Pasal 527
47. KetentuanPenutup
Semua peraturan pelaksanaan dari:
a. PP 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut;
b. PP 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara;
c. PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air;
d. PP27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
e. PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan LB3,
tetap berlaku sepanjang tdk bertentangan dengan Peraturan
ini.
Pasal 528
48. KetentuanPenutup
Saat PP 22 berlaku maka:
a. PP 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut;
b. PP 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara;
c. PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
d. PP27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
e. PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan LB3,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 529
49. PEMERIKSAANLOKASI/FASILITAS
Fasilitas Pengelolaan B3 (B3 yang digunakan,
dokumen pembelian B3, MSDS B3, gudang
penyimpanan B3 dan pengangkutan B3,
penanganan B3 kadaluarsa, tanggap darurat,
pencatatan dan pelaporan, housekeeping,
SDM.
4.
3.
1.
Fasilitas Proses Produksi (Ruang Produksi, Gudang Bahan
Baku, Gudang Produk), Ruangan Pabrik Pendukung
Produksi Utama, Proses-proses yang menghasilkan emisi
dan/atau limbah, saluran sumber air bersih dan air limbah,
house keeping
2.
Fasilitas Pengendalian Pencemaran Air (Sumber-sumber air
limbah, saluran atau perpipaan dari proses produksi dan unit
yang menghasilkan air limbah yang masuk ke IPAL dan cek
saluran/pipa yang menuju outlet/outfall, proses pengolahan air
limbah (cek layout), kapasitas IPAL dengan kapasitas riil, unit
pendukung pada IPAL seperti oil catcher dll, flowmeter, debit
harian, titik penaatan dan data swapantau, kesesuaian fasilitas
PPA dan pelaksanaan kerwajiban dalam Pertek BMAL/IPLC,
tanggap darurat, SDM).
Fasilitas Pengendalian Pencemaran Udara
Isumber-sumber emisi dari produksi utama dan
pendukung, jumlah cerobong emisi, ketentuan
teknis cerobong/sarana sampling udara, CEMS,
alat PPU seperti dust collector dll, data
swapantau, tanggap darurat, SDM).
5.
Fasilitas Pengelolaan LB3 (Bahan-bahan yang menghasilkan LB3,
Ketentuan Teknis Kondisi TPS LB3, Ketentuan Teknis
Penyimpananan yakni kemasan, label, simbol, masa simpan dll,
kerjasama pihak ketiga untuk pengangkutan, pemenuhan
ketentuan TPS LB3 dalam dokumen dan persetujuan lingkungan
atau Izin TPS LB3. CONTOH FOTO PEMERIKSAAN LOKASI
50. PENGAMBILANFOTO, VIDEO DAN DATA DRONE
1. Pengambilan gambar/foto/video/rekaman suara dilakukan
dengan persetujuan pihak Usaha dan/atau Kegiatan. Apabila
Usaha dan/atau Kegiatan menyetujui maka dibuat Berita
Acara Pengambilan gambar/foto/video/rekaman suara dan
apabila Usaha dan/atau Kegiatan tidak menyetujui maka
dibuatkan Berita Acara Penolakan
2. Obyek yang diambil gambar/foto/video harus
menggambarkan kondisi senyatanya;
3. Menghindari pengambilan foto/video di lokasi-lokasi
berbahaya (eksplosif/bertegangan tinggi), gunakan kamera
dan video pada tempat-tempat yang aman untuk
mengoperasikannya;
4. Menggunakan alat yang dapat menyimpan foto, video dan
data yang dilengkapi dengan informasi lokasi (koordinat),
tanggal dan waktu pengambilan data.
5. Pembuatan peta menggunakan data drone atau membuat
sketsa lokasi pengawasan.
6. Menggabungkan (overlay) letak dan posisi dengan sampel,
foto dan dokumen lain untuk mendapatkan barang bukti
yang akurat....
7. CONTOH FOTO DAN PETA DRONE
51. PENGAMBILAN SAMPEL
1. Pengambilan gambar/foto/video/rekaman suara
dilakukan dengan persetujuan pihak Usaha
dan/atau Kegiatan. Apabila Usaha dan/atau
Kegiatan menyetujui maka dibuat Berita Acara
Pengambilan Sampel dan apabila Usaha dan/atau
Kegiatan tidak menyetujui maka dibuatkan Berita
Acara Penolakan
2. Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh PPLH
dan/atau petugas laboratorium yang telah
bersertifikasi.
3. Catat data insitu, lokasi (koordinat) dan waktu
pengambilan sampel
52. PEMBUATAN BERITA ACARA PENGAWASAN
1. Setelah kegiatan pemeriksaan dokumen dan lapangan selesai, Pengawas
Lingkungan Hidup harus menyusun Berita Acara Pengawasan berdasarkan
fakta dan temuan yang ada.
2. Berita Acara Pengawasan wajib ditandatangani oleh Tim Pengawas
Lingkungan Hidup, Saksi-Saksi dan pihak Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Berita Acara Memuat:
• Waktu pelaksanaan Pengawasan
• Tim Pengawas
• Identitas Perusahaan
• Informasi Umum
• Fakta Administratif
• Fakta Lapangan (Temuan lapangan, pemenuhan ketentuan teknis,
pemenuhan kewajiban dalam dokumen lingkungan, persetujuan
lingkungan dan persetujuan teknis, status ketaatan)
• Tandatangan para pihak (Tim pengawas dan pihak perusahaan)
• CONTOH BA/FORMAT BA DI SOP PENGAWASAN
53. Pasal 499 ayat (3) PP
22 Tahun 2021
Penghentian pelanggaran tertentu yang
dilakukan oleh PPLH dapat berupa:
•Penutupan saluran pembuangan air limbah;
•Pembongkaran saluran pembuangan air
limbah;
•Penghentian operasi sumber emisi;
•Penutupan lokasi pembuangan limbah;
dan/atau
•Upaya lainnya yang bertujuan untuk
menhentikan pelanggaran tertentu.
TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
Penghentian
Pelanggaran Tertentu
Pasal 499 ayat (1) PP 22 Tahun 2021
Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan
telah menimbulkan ancaman serius
terhadap Lingkungan Hidup, PPLH
melakukan penghentian pelanggaran
tertentu sebagaimana dimaksud dalam
pasal 495 ayat (1) huruf j
Pasal 499 ayat (4) PP
22 Tahun 2021
Penghentian pelanggaran tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan melalui pemasangan plang
penghentian pelanggaran tertentu
dan/atau garis Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup
FOTO PEMASANGAN PLANG PAPAN
LARANGAN
54. Laporan Hasil Pengawasan dan RekomendasiTindak Lanjut
Pasal 500 ayat (1) PP22 Tahun 2021
Pasal 500 ayat (3) PP 22 Tahun 2021
Hasil pengawasan yang dilakukan
oleh pejabat pengawas
Lingkungan Hidup dituangkan
dalam berita acara pengawasan
dan laporan hasil pengawasan
Dalam hal kesimpulan laporan hasil
pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dinyatakan tidak taat, Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup memberikan
rekomendasi tindak lanjut penegakan
hukum yang meliputi;
1. Administrasi
2.Perdata; dan/atau
3.Pidana.
Kepada Menteri, gubernur, atau bupati/
wali kota sesuai dengan kewenangannya.
56. Pasal 508 ayat (1) PP22 Tahun 2021
(1) Sanksi Administratif berupa:
Tegurantertulis
Paksaan pemerintah
Denda administratif
Pembekuan perizinan berusaha
Pencabutanperizinan berusaha
Sanksi
Administratif
Pasal 509 ayat (1) PP22 Tahun 2021
(1) Sanksi Administratif diterapkan
berdasarkan atas:
Berita Acara Pengawasan; dan
Laporan Hasil Pengawasan
57. 01 02 03
Preventif
Adanya pengawasan
sebagai upaya preventif
atau pencegahan
Represif
Pengekangan yang
dibuktikan dengan
menerapkan Sanksi
Administratif
Non-Yustisial
Tanpa melalui proses
pengadilan
Sanksi Administratif
02 Pasal 508 ayat (1) PP22 Tahun 2021
59. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Perizinan Berusaha dan
Persetujuan Pemerintah yg
diterbitkan oleh Pemerintah
Pusat
Perizinan Berusaha dan
Persetujuan Pemerintah yg
diterbitkan oleh Pemerintah
Provinsi
Perizinan Berusaha dan
Persetujuan Pemerintah yg
diterbitkan oleh Kab/Kota
01 MENTERI
02
03
GUBERNUR
BUPATI /WALIKOTA
KEWENANGAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF
Menteri, gubernur atau
bupati/walikota dalam
pengenaan sanksi
administratif dapat
mendelegasikan
kewenangannya kepada
pejabat/instansi teknis yang
membidangi penegakan
hukum atau perangkat
daerah yang membidangi
lingkungan hidup
60. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
01
Wewenang SA
WEWENANG PENERAPAN SANKSI
ADIMINISTRATIF
02
Pendelegasian
Dalam Hal Belum Memiliki SLO dan PL
diterbitkan Pemda, SA oleh Pemda
Menteri
Gubernur
Bupati/Walikota
Menteri
Gubernur
Bupati/Walikota
Pejabat yg membidangi
Penegakan Huk/LH
DiaturKepmen/Kepgub/Kep
Bupati/Walikota
62. Diterapkan terhadap pelanggaran ketentuan
Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah atau Persetujuan Pemerintah
Daerah terkait Persetujuan Lingkungan dan
peraturan perundang-undangan di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang bersifat administratif.
TEGURAN TERTULIS
63. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PAKSAAN PEMERINTAH ->
ADMINISTRATIVE COERCION
Diterapkan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak melaksanakan
perintah dalam teguran tertulis dalam
jangka waktu yang ditetapkan.
Dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran tertulis
apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan :
• Melaksanakan pelanggaran terhadap
kewajiban PB atau Perset. Pem terkait PL dan
PUU
• Ancaman yang sangat serius bagi manusia
dan LH
• Dampak lebih besar dan lebih luas jika tidak
segera dihentikan pencemaran LH dan/atau
keruskan LH
• Kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak
segera dihentikan pencemaran dan/atau
kerusakannya.
SIFAT
MEMULIHKAN
64. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Penghentian sementara kegiatan produksi
01
02
03
04
05
06
07
08
PENGHENTIAN
PEMINDAHAN
PENUTUPAN
PEMBONGKARAN
PENYITAAN
PENGHENTIAN SEMENTARA
PENYUSUNAN
TINDAKAN LAIN
Pemindahan sarana produksi.
Penutupan saluran pembuangan air
limbah atau emisi
Penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi menimbulkan pelanggaran
Penghentian sementara Sebagian atau
seluruh Usaha dan/atau Kegiatan
Kewajiban Menyusun DELH atau DPLH
Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan
pelanggaran dan Tindakan memulihkan fungsi LH
BENTUK
PAKSAAN
PEMERINTAH
65. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PENCABUTAN
PERIZINAN
BERUSAHA
PEMBEKUAN
PERIZINAN
BERUSAHA
a) Tidak melaksanakan kewajiban dalam
paksaan pemerintah
b) Memindahkan Perizinan Berusaha kepada
pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari
pemberi Perizinan Berusaha
c) Tidak membayar denda administratif
d) Tidak membayar denda atas keterlambatan
pelaksanaan paksaan pemerintah
e) Tidak melaksanakan kewajiban dalam
pembekuan Perizinan Berusaha dan/atau
Persetujuan Pemerintah; dan/atau
f) Melakukan pencemaran LH dan/atau
kerusakan LH yang tidak dapat ditanggulangi
atau sulit dipulihkan.
Penanggung jawab usaha dan/kegiatan
yang tidak melaksanakan paksaan
pemerintah, tidak membayar denda
administratif dan/atau tidak membayar
denda setiap keterlambatan atas paksaan
pemerintah
67. BeritaAcarasebagaiDasarPenerapanSANKSIADMINISTRATIF
Dikecualikan: berita acara
dan laporan hasil
pengawasan →
Perusahaan tidak
beroperasi, penanggung
jawab Usaha dan/atau
Kegiatan tidak dapat
dikenai Sanksi
Administratif.
Berita Acara dan Laporan Hasil
Pengawasan
Berita acara yang bersumber dari
SPARING dan/atau SPURING.
Berita acara verifikasi sengketa
lingkungan hidup; dan/atau
Berita acara hasil pengumpulan
bahan keterangan.
68. PENETAPANJANGKAWAKTUPELAKSANAANSANKSI
ADMINISTRATIF
Pertimbangan antara lain:
■ kapasitas penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan;
○ jenis dan bentuk pelanggarannya;
○ kondisi alam;
○ teknologi;
● ketersediaan sumber daya manusia;
● dampak yang ditimbulkan;
● risiko yang ditimbulkan;
● kemampuan pengendalian;
● penentuan untuk penerapan jenis sanksi lainnya; dan/atau
● keadaan lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
70. Berdasarkan hasil
pengawasan lapis
kedua
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam hal
Menteri menganggap Pemerintah Daerah secara
sengaja tidak menerapkan sanksi administratif
terhadap pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF LAPIS KEDUA
71. PermohonanPerpanjanganJangkaWaktuPelaksanaan
SanksiAdministratif
Dapat disetujui dalam hal terjadinya keadaan di luar kendali
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan, keadaan memaksa,
dan/atau keadaan lainnya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Permohonan perpanjangan jangka waktu diajukan paling lambat 14 hari sebelum
berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
Keadaan antara lain namun tidak terbatas pada:
a. bencana alam;
b. bencana non alam; dan/atau
c. perubahan kebijakan atau hapus atau dikeluarkannya kebijakan baru yang
berdampak pada kewajiban penaatan Sanksi Administratif.
72. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
SA yang diterbitkan
oleh Menteri
SA yang diterbitkan
oleh Gubernur
SA yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota
01 MENTERI
02
03
GUBERN
UR
BUPATI /
WALIKOTA
WEWENANG MENTERI, GUBERNUR, DAN BUPATI/WALIKOTA DALAM
PENGAWASAN SA
Jika hasil pengawasan SA menunjukkan
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan sebagian
atau seluruh kewajiban dalam sanksi
administratif, Menteri, gubernur atau
bupati/walikota dapat menerapkan
sanksi administratif yang lebih berat
Menteri dapat melakukan pengawasan
pelaksanaan sanksi administratif yang
diterbitkan oleh gubernur atau
bupati/walikota, apabila tidak
dilakukan pengawasan oleh gubernur
atau bupati/walikota dan/atau
menimbulkan keresahan masyarakat
04
05
73. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
PENCABUTAN SANKSI ADMINISTRATIF
Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya, melakukan pencabutan keputusan sanksi
administratif apabila berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan
sanksi administratif penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
telah mentaati dan melaksanakan seluruh kewajiban dalam
sanksi administratif
74. Ditindaklanjuti dengan penyerahan
rekomendasi kepada pejabat
berwenang.
PEMBERATAN SANKSI
Dalam hal penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan tidak
melaksanakan Sanksi Administratif dan/atau ditemukan pelanggaran
selain yang tertuang dalam keputusan Sanksi Administratif, pejabat
berwenang dapat melakukan pemberatan sanksi meliputi:
▪ Penyelesaian Sengketa Lingkungan; dan/atau
▪ Pidana
75. PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF
PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF
Dalam hal keadaan tertentu penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
yang dikenai teguran tertulis, paksaan pemerintah atau pembekuan
perizinan berusaha (pencabutan?), dapat diberikan penghapusan Sanksi
Administratif
Keadaan tertentu ditentukan berdasarkan:
• Usaha dan/atau Kegiatan mengalami keadaan kahar atau Force
Majeure; dan/atau
• Usaha dan /atau Kegiatan telah dibubarkan atau ditutup.
76. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KRITERIA DENDA ADMINISTRATIF
Tidak memiliki Persetujuan
Lingkungan namun telah
memiliki Perizinan
Berusaha;
01
Tidak memiliki Persetujuan
Lingkungan dan Perizinan
Berusaha;
02
Melaksanakan perbuatan yang
melebihi baku mutu air limbah, baku
mutu emisi sesuai dengan perizinan
berusaha;
03
Tidak melaksanakan kewajiban
dalam Perizinan Berusaha terkait
Persetujuan Lingkungan;
04
Menyusun AMDAL tanpa
sertifikat kompetensi
penyusun Amdal;
05
Karena kelalaiannya, melaksanakan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan,
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang
tidak sesuai dengan Perizinan Berusaha terkait
Persetujuan Lingkungan yang dimilikinya; dan/atau
06
Melaksanakan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, di
mana perbuatan tersebut dilakukan karena kelalaian dan
tidak mengakibatkan bahaya kesehatan manusia
dan/atau luka dan/atau luka berat, dan/atau matinya
orang,
07
77. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NO KRITERIA BESARAN DENDA ADMINISTRATIF
1 Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan namun telah memiliki
Perizinan Berusaha
2,5% (dua koma lima persen) dikali nilai investasi
Usaha dan/atau Kegiatan diterapkan paling banyak
Rp 3 Milyar
2 Tidak memiliki Persetujuan Lingkungan dan tidak memiliki
Perizinan Berusaha
5% (lima persen) dari nilai investasi Usaha
dan/atau Kegiatan dan paling banyak Rp 3 Milyar
3 Melaksanakan perbuatan yang melebihi baku mutu air limbah
dan/atau baku mutu emisi sesuai dengan perizinan berusaha
• Dihitung berdasarkan unit beban pencemar
yang melebihi BMAL dan/atau BME sumber
tidak bergerak
• Dihitung berdasarkan selisi konsentrasi actual
Air Limbah atau emisi dengan konsentrasi
baku mutu dikali dengan debit/laju alir dan
lamanya waktu pelanggaran.
• Dihitung secara akumulasi setiap parameter
yang dilampaui BMAL/BME diterapkan paling
banyak Rp 3 Milyar
4 Tidak melaksanakan kewajiban dalam Perizinan Berusaha
untuk Persetujuan Lingkungan
• Ringan Rp 1 juta – Rp 5 juta
• Sedang Rp 10 juta – Rp 15 juta
• Berat Rp 20 juta – Rp 25 juta
78. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
NO KRITERIA BESARAN DENDA ADMINISTRATIF
5 Menyusun AMDAL tanpa sertifikat kompetensi penyusun
Amdal
10% dari biaya penyusunan Amdal atau UKL-UPL
6 Karena kelalaiannya, melaksanakan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, baku mutu gangguan, dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang tidak sesuai
dengan Perizinan Berusaha untuk Persetujuan Lingkungan
yang dimilikinya
Paling banyak Rp 3 Milyar
7 Melaksanakan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup, di mana perbuatan
tersebut dilakukan karena kelalaian dan tidak mengakibatkan
bahaya kesehatan manusia, dan/atau luka dan/atau luka
berat, dan/atau matinya orang,
Paling banyak Rp 3 Milyar
79. wajib dicantumkan dalam
keputusan sanksi administratif
paksaan pemerintah
Denda Keterlambatan Pelaksanaan Paksaan
Pemerintah
Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota
sesuai dengan kewenangannya dapat
mengenakan denda kepada penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang terlambat
melaksanakan paksaan pemerintah
80. MekanismedanPerhitunganDendaKeterlambatanPelaksanaanPaksaan
Pemerintah
Penghitungan jumlah denda keterlambatan
pelaksanaan paksaan pemerintah dilakukan untuk
setiap jenis kewajiban yang tidak dilaksanakan oleh
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Dalam hal keputusan sanksi administratif paksaan
pemerintah mencantumkan lebih dari satu perintah
dengan jangka waktu yang berbeda, penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan dikenai denda setiap kali terjadi
pelanggaran batas waktu
81. INOVATIF
INTEGRITAS RESPONSIF
PROFESIONAL KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
DAPAT MENUNJUK PIHAK KETIGA
Untuk melakukan pemulihan fungsi lingkungan
hidup akibat pencemaran lingkungan hidup
dan/atau kerusakan lingkungan hidup
MEMAKSA PENANGGUNG JAWAB USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN
Untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup
akibat pencemaran lingkungan hidup dan/atau
kerusakan lingkungan hidup
PEMULIHAN FUNGSI LINGKUNGAN
MENTERI, GUBERNUR, ATAU BUPATI WALI KOTA
82. Ketentuan Pidana
Pasal 98 UU 32 Tahun 2009 (tidak mengalami perubahan pada UUCK)
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu
air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
Pasal 99 UU 32 Tahun 2009 (tidak mengalami perubahan pada UUCK)
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
83. Pasal 100 UU 32 Tahun 2009 (tidak mengalami perubahan pada UUCK)
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi,
atau baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak
dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.
Pasal 103 UU 32 Tahun 2009 (tidak mengalami perubahan pada UUCK)
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan
pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
KetentuanPidana
84. Pasal 109 UUCK (perubahan pasal UU 32/2009)
01 (1) Setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan tanpa memiliki:
a. Perizinan Berusaha atau persetujuan
Pemerintah Pusat, atau Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 24 ayat (5), pasal 34 ayat (3), pasal
59 ayat (1) atau pasal 59 ayat (4);
SECOND section here
02
b. Persetujuan dari Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)
huruf b; atau
THIRD section here
03
c. Persetujuan dari Pemerintah
Pusat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 61 ayat (1);
FOURTH section here
04Yang mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan terhadap
kesehatan, keselamatan dan/atau lingkungan, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak 3.000.000.000 (tiga miliar
rupiah)
KETENTUANPIDANA
85. KETENTUANPIDANA
Pasal 112 UUCK (perubahan pasal UU 32/2009)
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan dan
Perizinan Berusaha, atau Persetujuan Pusat atau Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 yang
mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
86. CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik.
THANKS
Do you have any questions? dlh@sumbarprov.go.id
(+62 751) 7055231-446571-445154
dlh.sumbarprov.go.id
Please keep this slide for attribution.