Dokumen tersebut merangkum biodata dan kualifikasi Henri Wibowo, ST, ME sebagai Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara dan Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara. Dokumen juga menjelaskan dasar hukum dan peraturan terkait pengendalian pencemaran udara.
Materi penanggungjawab pengendalian pencemaran udara
1. HENRI WIBOWO, ST, ME
2022
Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara (PPPU)
Penanggung Jawab Operasional Instalasi Pengendalian
(POIPU)
2. BIODATA
Nama
Pendidikan
Pekerjaan
: HENRI WIBOWO, ST. ME
: - S1 Teknik Lingkungan
- S2 Ekonomika Pembangunan
: 1). Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi (PPLH & PPNS)
2). Dosen : Universitas Batanghari Jambi
Fakultas Teknik Kaprodi Teknik Lingkungan
3) Asesor Aktif LH di LSP Lalinsa & LHN
4) Anggota Komisi Penilai Amdal Kota Jambi (AMDAL A, B, C )
5) Narasumber di Berbagai LPK Bidang LH
4. HENRI WIBOWO, ST, ME
2022
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
5. DASAR HUKUM
UU No. 32 TH 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelengaraan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PermenLHK No 11 Tahun 2021 tentang baku mutu
pembakaran dalam (genset)
6. Tujuan Pelatihan
Meningkatkan kompetensi peserta pelatihan
dibidang Pengendalian Pencemaran Udara serta
membantu peserta pelatihan dalam
mempersiapkan diri mengikuti Uji Kompetensi
Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran
Udara sesuai P.6/Menlhk/ Setjen/ Kum.1/2/2018
• Menuju Uji Kompetensi 2020
8. PERATURAN PERUNDANGAN PPU
UU 32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
PP 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
KEPMENLH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.
KEPKA-BAPEDAL No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara
KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran
KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan.
Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak
Bergerak bagi Ketel Uap
PermenLH 17 tahun 2008 Baku mutu Emisi untuk Industri
Keramik
Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi Tidak
Bergerak bagi Usaha dan/atau Minyak dan Gas
9. PERATURAN PERUNDANGAN PPU
PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian
Pencemaran Udara di Daerah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Pertambangan
KepmenLH 70 tahun 2016 Baku Mutu emisi dan atau Kegiatan
Pengolahan Sampah Secara Thermal
PermenLHK 19 Tahun 2017 Baku mutu Emisi Sumber tidak
bergerak bagi Industri dan atau kegiatan Industri Semen
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.6/Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2018 Tentang Standar
Dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Operasional
Instalasi Pengendalian Pencemaran Udara Dan Penanggung Jawab
Pengendalian Pencemaran Udara
Permenlhk No P.15 2019 Baku Mutu Emisi Pembangkit Listrik
Tenaga Termal
P.17/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2019 tentangbaku Mutu Emisi Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri pupuk dan Industri Amonium
Nitrat
PERMENLHK 1 Tahun 2021 Tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
PERMENLHK 11 Tahun 2021 Tentang Baku Mutu Emisi Dengan
10. POIPPU
Penanggung Jawab
Operasional Instalasi
Pengendalian
Pencemaran Udara adalah
personil yang memiliki tugas
dan tanggung jawab terhadap
penyusunan rencana,
pengoperasian dan
pengoptimasian pengoperasian
peralatan pengendalian
pencemaran udara, perawatan
peralatan pengendalian
pencemaran udara, serta
melaksanakan tanggap darurat
dalam pengendalian
pencemaran udara.
11. PPPU
Penanggung Jawab
Pengendalian
Pencemaran Udara
adalah personil yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab teknis terhadap pencegahan
dan penanggulangan pencemaran udara yang
disebabkan oleh usaha dan/kegiatan tersebut,
khususnya yang berasal dari emisi udara
sumber tidak bergerak, dengan garis besar
tugas antara lain: menilai potensi pencemaran
udara dari usaha dan atau kegiatan, menyusun
strategi dan rencana kegiatan pemantauan dan
operasional alat pengendali pencemaran udara
serta mengkoordinasi kegiatan pemantauan
pencemaran udara, operasional pemeliharaan
alat, dan pengendali pencemaran udara.
14. Pasal 20 Ayat (3)
Setiap orang diperbolehkan
untuk membuang limbah ke
media lingkungan hidup dengan
persyaratan:
• memenuhi baku mutu
lingkungan hidup
• mendapat izin dari
Menteri,Gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya
UU
32/2009
PERLINDUNGAN
DAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
PPPU & POIPPU memiliki
fungsi strategis dalam
mendukung perusahaan agar
selalu memenuhi baku mutu
udara dan ketentuan teknis
yang berlaku
15. 15
UU 32/2009 PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 65 (1)
Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.
VS
Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
16. Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Menjaga lingkungan hidup (Udara, Air, Lahan dan Laut) tetap
dalam kondisi baik dan sehat untuk aktivitas kehidupan
seluruh warga negara;
2. Memastikan segala kegiatan perekonomian (seperti
Pertanian, Perkebunan, Hutan Tanaman Industri &
Pertambangan) dilakukan secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Pasal 28 H ayat 1 UUD 1945: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
17. Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH)
PPLH --- 6 P
1. Upaya sistematis &
Terpadu
2. Melestarikan fungsi LH;
3. Mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau
perusakan LH
Perencanaan
Pemanfaatan
Pengendalian
Pemeliharaan
Pengawasan
Penegakan Hukum
1
2
3
4
5
6
M e l I p u t I
18. UU 32/2009
PERLINDUNGAN
DAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
Pasal 20 Ayat (3)
Setiap orang diperbolehkan
untuk membuang limbah ke
media lingkungan hidup dengan
persyaratan:
a. memenuhi baku mutu
lingkungan hidup
b. mendapat persetujuan dari
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah
19. memperpendek birokrasi perizinan memperkuat penegakan hukum
Dalam UU 32/2009 ada
4 tahapan :
1. Proses Dokumen
lingkungan (Amdal,
UKL/UPL)
2. Persetujuan
Lingkungan
3. Izin Lingkungan
4. Izin Usaha
menjadi
Menjadi 3 tahapan :
1. Proses Dokumen
lingkungan (Amdal,
UKL/UPL)
2. Persetujuan
Lingkungan
3. Perizinan Berusaha
Jika ada
pelangaran, yang
akan terkena
adalah Izin
Lingkungan. Selama
Izin Usaha tdk
dicabut, maka
kegiatan dapat
tetap berjalan
menjadi
Jika ada pelanggaran,
yang akan terkena
konsekuensi adalah
Izin utamanya yaitu
Perizinan Berusaha
MELINDUNGI KUALITAS LINGKUNGAN DAN MEMPERMUDAH KEGIATAN BERUSAHA
UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:
20. Perizinan Berusaha
Izin Lingkungan
Izin Mendirikan
Bangunan
Izin Usaha
Izin PPLH
Andalalin
Izin Lokasi
Kondisi Eksisting
Persyaratan dan
kewajiban Aspek
Lingkungan
“Diintegrasikan”
“Izin Lingkungan tidak dihilangkan namun tujuan dan fungsinya diintegrasikan ke dalam
Perizinan Berusaha”
Pasal 1 dan 37 UU CK
Perizinan
Berusaha
“Semangat UU Cipta Kerja adalah
Penyederhanaan Regulasi Perizinan”
“Pelaku Usaha tidak perlu
mengurus banyak Perizinan, Cukup mengurus
Perizinan Berusaha
20
24. • Penghentian
• Remediasi
• Rehabilitasi
• Restorasi
Penanggulangan
Pemulihan
Pencegahan
Pengendalian
Pengendalian
Pencemaran/
Kerusakan LH
13 Instrumen : KLHS, Tata Ruang, BML, KBKL,
AMDAL, UKL/ UPL, Perizinan, ekonomi LH, Per-
UU, Anggaran basis lingk, analisis risiko, audit, dll
• Informasi
• Isolasi
• Penghentian
• Cara lain sesuai
perkembangan
iptek
3
2
1
Pemerintah,
Pemerintah Daerah,
Penanggung Jawab
Usaha/Kegiatan
Pasal 13
25. Baku mutu
lingkungan
hidup
meliputi:
baku mutu air;
baku mutu air limbah;
baku mutu air laut;
baku mutu udara ambien;
baku mutu emisi;
baku mutu gangguan; dan
baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
26. Pemeliharaan
Lingkungan Hidup
Pencadangan
Sumber Daya Alam
Pelestarian
Fungsi Atmosfir
Konservasi
Sumber Daya Alam
1
2
3
Pengendalian
Pencemaran/
Kerusakan LH
Pemeliharaan
• Mitigasi &
Adaptasi
Perubahan Iklim
• Perlindungan
Lapisan Ozon
• Perlindungan
terhadap Hujan
Asam
• Perlindungan,
Pengawetan, &
4
• Tidak dpt dikelola
dlm jangka wkt
tertentu
27. Pengawasan Lingkungan Hidup
(Pasal 71 – 75)
Menteri
Gubernur
Bupati/Walikota
(sesuai kewenangannya)
• PUU Bidang PPLH
Tingkat
Ketaatan
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
Menetapkan Pejabat
Pengawas
Lingkungan Hidup
Pengawasan
dapat mendelegasikan
kewenangannya
dalam melakukan
pengawasan kepada
pejabat/instansi teknis
yang bertanggung
jawab di bidang
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
a
b
c
• Izin Lingkungan
5
28. Pemantauan
Meminta Keterangan
Membuat Catatan
Membuat Salinan Dokumen
Memasuki tempat tertentu
Memotret
Membuat rekaman audio visual
Mengambil sampel
Memeriksa peralatan
Memeriksa instalasi/Alat Transportasi
Menghentikan pelanggaran tertentu
Kewenangan
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
(Pasal 74)
30. PENCEMARAN
3 10
4 12
5 15
3 10
4 12
5 15
M
I
N
M
A
X
MASUK ATAU DIMASUK
KANNYA MAHLUK HI
DUP, ZAT, ENERGI DAN/
ATAU KOMPONEN
LAIN KEDALAM LH OLEH
KGT MANUSIA
SHG MELAMPAUI BMLH
YG TELAH DITETAPKAN
(Pasal 1 ayat (14))
BAKU MUTU
LINGKUNGAN
BM Air imbah
BM emisi
BM Gangguan
BM AIR
BM AIR LAUT
BM UDARA AMBIEN
PP
Pasal 20 ayat
(4)
PP Pasal
20 ayat (3)
SETIAP ORANG
DILARANG
MELAKUKAN PENC
& PERUSAKAN
(Psl : 69 ayat (1) a.
Paling lama 3
tahun dan 3 M
(pasal 100
ayat 1)
Apabila sanksi
adm tidak
dipatuhi serta
pelanggaran lebih
dari satu kali
Pasal 100 ayat (2)
Sengaja
(Psl 98)
Lalai
(psl
99)
BAKU
MUTU
LUKA
MATI
SANKSI DENDA
M
I
N
M
A
X
1 3
2 6
3 9
1 3
2 6
3 9
BAKU
MUTU
LUKA
MATI
32. PENCEMARAN UDARA
Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya
zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam Udara
Ambien oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
Baku Mutu Udara Ambien yang telah ditetapkan.
(PP No. 22 thn 2021)
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
(UU 32/2009, Pasal 1, Ayat 14)
33. Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan (Kebauan, Kebisingan,
Getaran); dan
g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
34. BAKU MUTU EMISI
SUMBER TIDAK BERGERAK
Baku Mutu Emisi adalah nilai
Pencemar Udara maksimum
yang diperbolehkan masuk atau
Dimasukkan ke dalam Udara
Ambien
(PP No. 22 Tahun 2021)
35. BAKU MUTU AMBIEN
Baku Mutu Udara Ambien
adalah nilai Pencemar Udara
yang ditenggang
keberadaannya dalam Udara
Ambien
(PP 22 tahun 2021)
36. UDARA AMBIEN
Udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yuridifikasi
Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
dan unsur lingkungan hidup lainnya.
37.
38. EMISI
Emisi adalah Pencemar Udara yang
dihasilkan dari kegiatan manusia yang
masuk dan/atau dimasukkannya
ke dalam udara, mempunyai dan atau tidak
mempunyai potensi Pencemaran Udara.
(PP 22/2021)
SO2
NOx
H2SO4
HNO3
CO HC
O3
PM10
52. Polutan dalam
Gas Buang
• Hidrokarbon (HC)
• Karbon Monoksida (CO)
• Oksida Nitrogen (NOx)
• Oksida Sulfur (SOx)
• Partikulat (debu) dalam
pengukuran debu dikenal
dengan PM10 dan PM2.5
HC, CO, SOx, NOx, Partikulat
52
53. SUMBER
KEGIATAN YANG
MENGHASILKAN
EMISI
SUMBER TIDAK
BERGERAK
No SUMBER JENIS KEGIATAN/USAHA
1. Boiler Seluruh jenis Kegiatan/usaha
2. Genzet Seluruh jenis Kegiatan/usaha
3. Diesel Engine Seluruh jenis Kegiatan/usaha
4. Uap Proses Produksi Seluruh jenis Kegiatan/usaha
5. Flare dari Proses
Produksi:
Eksplorasi dan Produksi Migas
; Pengilangan LNG Dan LPG
Terpadu ; Pengilangan Minyak
Bumi
6. Gathering Station Gas
Vent dari Proses
Produksi
Eksplorasi dan Produksi Migas
7. Gas Processing Plant
dari Proses Produksi
Eksplorasi dan Produksi Migas
; Pengilangan LNG Dan LPG
Terpadu
8, Gas Vent on Glycol
Dehidration Unit dari
Proses Produksi
Eksplorasi dan Produksi Migas
9. Storage Vessel dari
Proses Produksi
Eksplorasi dan Produksi Migas
54. Jenis Jenis emisi:
• EMISI NORMAL :
berasal dari sumber-sumber yang terkontrol dan
disalurkan melalui cerobong sehingga dapat diukur atau
dipantau besarannya
• EMISI ABNORMAL
berasal dari sumber-sumber titik kecil, yaitu yang berasal
dari emisi fugitive, proses start up, shutdown, dan
perawatan. Sumber ini lebih sulit dikontrol dan diukur
• EMISI SEMENTARA/AKSIDENTAL
berasal dari kebocoran dan tumpahan kecil; ledakan
dan kebakaran
(PERMENLH_12_2010)
55.
56. Pengendalian pencemaran udara (Untuk memperoleh kualitas udara yang dapat diterima,
sangat penting untuk meminimisasi polutan dengan Better Acceptable Technology Economic
Acceptable (BATEA)
Sumber tidak
bergerak
Penghapusan
pengoperasian secara
keseluruhan/sebagian
Modifikasi pabrik
Relokasi
pabrik
Penerapan
teknologi
pengendalian
yang tepat
Cyclone, EP,
Scrubber dll
•Alokasi daerah akan tercemar
•Pembatasan tingkat tercemar
• Membuat peraturan tentang
izin konstruksi baru yang akan
dijalankan
•Mengisolasi daerah sekitar
sumber agar
tidak dihuni
Menambah satu
atau lebih proses
langkah
Mengganti/hila
ngin proses
potensial
menimbulkan
pencemaran
57. Input
(Raw
material)
Out put
PPU untuk Industri
Proses
PPU di Input : - Mengunakan BBM low sulfur
- Menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas)
- Menggunakan Bahan Bakar rendah heavy metal
PPU di proses :
Menggunakan Teknologi ramah lingkungan contoh Gasifikasi pirolisis atau
desulfurisasi
PPU di out put :
Untuk mengurangi PM dengan EP(Elekrostatik Precipitator), Bag Filter,
CycloneUntuk mengurangi SO2 dengan FGD (Flue Gas Desulfurisasi)
Udara
Ambien
60. Sumber Emisi Pembangkit Listrik
Tenaga Thermal
a) Proses produksi; dan
b) Pengoperasian mesin
penunjang produksi.
61. Sumber Emisi Kegiatan Pengangkutan,
Penyimpanan, Serta Niaga Minyak dan Gas
bersumber dari:
a. proses pembakaran yang berasal dari mesin
pembakar dalam; dan
b. fugitive yang meliputi emisi akibat kebocoran
dari katup, flensa, pompa, kompresor, alat
pelepas tekanan, kebocoran dari peralatan
proses produksi dan komponen-komponennya,
serta emisi dari tangki timbun dan instalasi
pengolahan air limbah.
64. Skema proses produksi tekstil
64
Kapas / Rayon
Pembersihan
Sizing
Tenun / Rajut
Serat Sintetis
Pemintalan
Desizing
Scouring
Merserisasi
Bleaching
Dying / Printing
Sizing
Finishing
Tekstil
Sizing
Tenun / Rajut
Desizing
Scouring
Boil - Off
65. Sumber dan Jenis Limbah
pada Industri Tekstil
65
Proses
Jenis Limbah
Air Limbah Limbah Padat Emisi Udara
1 Pembersihan - kotoran serat,
lemak, minyak,
potongan daun
debu
2 Pemintalan - serat –off-size debu
3 Sizing sisa larutan - -
4 Tenun - sisa benang debu
5 Desizing sisa kanji, larutan,
penghilang kanji, air
pembilas
- -
6 Scouring sisa larutan NaOH,
kotoran, lemak, lilin
- -
7 Merserisasi sisa larutan NaOH, air
larutan sisa pembilas
8 Bleaching sisa pemutih - uap air + soda
abu/peroksida
9 Pewarnaan sisa dyes, kanji, zat
kimia lain
- -
10 Finishing sisa resin, softener,
silikon, fungisida
- -
66. Pengelompokan Karakteristik Pencemar Udara
dibagi dalam 3 jenis Parameter:
1. Karakteristik Partikel
√ Solid: debu, smoke, fumes, fly ash √ Liquid: mist, spra
2. Karakteristik Kimia
a.Organik
Hidrokarbon: Hexana, benzena, ethlena, methana, butana,
butadiena
Aldhehide dan keton : Formaldehyde, acetone
Organik lainnya: Alkohol, chlorinated hydrocarbon
b.Anorganik
Oksida karbon : CO, CO2 √ Oksida Sulfur : SO2, SO3
Oksida Nitrogen : NO2, NO,N2O √ anorganik lainnya : H2S, HF, NH4
3. Karakteristik Biologi
protozoa, bakteri, virus, fungi, spora, pollen, alga. Umumnya berusia
sebentar karena tidak adanya nutrient.
67. • Dust adalah partikel padat, berukuran 1 – 10.000 um terjadi
karena proses pemotongan, gerinda atau proses penanganan
batubara, semen dll.
• Smoke adalah partikel padat halus, berukuran 0,5 – 1 um
terjadi dari pembakaran yang tidak sempurna bahan organic.
• Fumes adalah partikel padat halus berukuran antara 0,03 – 0,3
um. Terbentuk dari kondensasi uap bahan padat. Alami
(natural)
Karakteristik Bahan Pencemar
PARTIKULAT
68. – Flay ash adalah merupakan bahan yang tidak
terbakar dari hasil pembakaran batubara. Halus
seperti dust berukuran antara 1 – 1.000 um, seperti
smoke karena dari hasil pembakaran dan seperti
fumes karena mengandung logam/mineral yang
tidak ikut terbakar.
– Mist adalah partikel cair yang terjadi karena
kondensasi uap, disperse cairan atau reaksi kimia
seperti terjadinya kabut asam sulphur. Berukuran
lebih kecil dari 10 um.
– Spray. Adalah partikel cair yang terbentuk dari
penyemprotan cairan seperti pestisida, berukuran
antara 10 – 1.000 um. )
69. – Hasil pembakaran BB Sulfur
– Gas berat, tak berwarna, berbau tajam
– Mudah bereaksi dengan air
– Korosif dan Iritatif
– Terdeteksi ( bau ) pada 0,5 ppm
Sulfur Dioksida
Karbon dan Karbon Oksida
Hasil pembakaran
Unsur non metal
Dalam bentuk partikel dan gas
Partikel Jelaga
Gas CO
GAS / UAP
70. • Hasil pembakaran
• Proses radiasi sinar Matahari
• Dekomposisi bahan organic
Nitrogen Oksida
Hidrogen Fluorida
Terbentuk dalam kebanyakan Clay atau tanah liat
dengan konsentrasi antara 20 – 1000 ppm.
Pembakaran dalam tungku keramik atau batubata
akan menghasilkan Hirogen Flourida ( HF ).
71. Karakteristik Pencemaran Udara
Berdasarkan Proses Produksinya
Karakteristik sumber pencemar mempertimbangkan
hal - hal sbb:
Jenis kegiatan atau industri
proses produksi,
bahan bakar yang digunakan
bahan baku dan bahan penunjang yang digunakan
72. Baku Mutu Genset / Mesin Pembakaran Dalam sesuai
PERMENLH 13/2009
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90. Unit Kompetensi - 01
Menilai Tingkat Pencemaran Udara dari Emisi
(Untuk PPPU dan POIPPU)
Konsentrasi
Beban
95. Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang
Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber TidakBergerak
Persyaratan lainnya yang wajib dilaksanakan oleh setiap penanggung jawab
usaha dan/atau
kegiatan, antaralainmeliputi:
Periode pemantauan;
Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien;
Pemasangan alatpemantauankualitas udara emisi (CEM);
Pengambilan contoh ujidan analisis kualitas emisi gas buang;
Persyaratan cerobong,meliputi:
Pengaturan cerobong.
Lubang sampling.
Sarana pendukung.
Unit pengendalian pencemaran udara, meliputi:
Electrostatic Precipitator.
Siklon.
Pengumpul proses basah (Wet Process Collector)
Cartridge Collector
Baghouse.
96. PERSYARATAN CEROBONG
Tinggi cerobong sebaiknya 2-2.5 kali tinggi bangunan
sekitar
Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih
besar dari 20 m/detik untuk menghindari turbulensi
Warna cerobong harus mencolok
Setiap cerobong di beri nomor
97. PERSYARATAN TEKNIS
Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib
memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat
pengaman;
memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume
untuk setiap cerobong emisi
yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;
melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap
cerobong emisi;
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud kepada
Gubernur dengan tembusan
kepada Kepala badan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;
melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada kejadian
tidak normal dan/atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan baku
mutu emisi dilampaui
98. PERSYARATAN TEKNIS
wajib memasang Continuous Emissions Monitoring (CEM) pada
cerobong tertentu yang pelaksanaanya dikonsultasikan dengan
Menteri dan bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan CEM
wajib dilakukan pengukuran manual dalam waktu 6 (enam)
bulan sekali (industri pupuk, semen, besi baja, pulp dan
kertas, minyak dan gas);
wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan secara
manual
setiap 6 (enam) bulan sekali dan 3 bulan sekali dariperalatan
CEM kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan kepada
Menteri;
dilarang melakukan pembakaran terbuka (open Burning)dari
Burn pit
wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang
berpotensi
sebagai sumber fugitive emission.
107. SARANA PENDUKUNG PENGUJIAN
• Lubang Sampling (Min. 2 Bh.)
- Diameter 10 cm
- Posisi tegak lurus
- Pelat Flange
• Lantai kerja + pagar pengaman
• Tangga + selubung pengaman
• Catu daya
108. Persyaratan Sarana Pendukung
Tangga besi dan selubung pengaman terbuat dari besi
Lantai kerja:
Dapat mendukung beban minimal 500kg
Keleluasan kerja bagi minimal 3org
Lebar lantai kerja 1.2meter
Tinggi pagar pengaman 1meter
Dilengkapi dengan kontrol pengangkat alat pengambilsample
Stop kontak 220V, 30A singel phase
Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang
sample
109. PERSYARATAN CEROBONG & LUBANG
SAMPLING
Harus mempunyai lubang
sampling 1 atau lebih
Lubang sampling harus
terletak di Posisi antara 8
D dan 2 D
Ukuran diameter lubang
sampling 3 – 3,5 inchi
Tersedia tangga untuk naik
Tersedia platform (tempat
kerja),
Tersedia alat pengangkut
peralatan
Tersedia pagar pengamanan
Tersedia sumber listrik
113. PENEMPATAN SAMPLING HOLE
Pada Berbagai Bentuk Cerobong
8D
2D
8De
2De
8D
2D
8De
2De
De=2 x d x D / (D+d)
D
d
De=2LW/(L+W)
L
W
D = Diameter Dalam
114. Diameter Ekivalen
Cerobong dengan diamater berbeda
De = 2 x d x D / ( D + d )
De : diameter ekivalen
D : diameter bagian bawah
d : diameter bagian atas
Cerobong berbentuk persegi panjang
De = 2 LW / (L + W)
De : diameter ekivalen
L : panjang penampang cerobong
W : lebar penampang cerobong
115. Silentser
2 D 8 D
8 D
2 D
Genset /
Boiler
Genset /
Boiler
Silentser
118. DATA PENDUKUNG
• Jenis Proses
• Bahan baku Proses
• Kapasitas maks terpasang
• Kapasitas operasi saat itu
• Diagram alir proses
• Jenis/tipe alat pengendali
• SOP Operator
134. Beban Emisi adalah jumlah Pencemar Udara
yang dibuang oleh suatu Usaha dan/atau
Kegiatan ke Udara Ambien
PP 22/2021
135. RUMUS PERHITUNGAN BEBAN PENCEMARAN
a) Kriteria existing: mengukur konsentrasi parameter (baku mutu)
b) Kriteria terbaru: mengukur laju alir dan menghitung beban
C = Q = v x A
dimana:
E = Beban pencemaran (kg/tahun)
C = konsentrasi terkoreksi (mg/Nm3)
Q = laju alir emisi volumetric (m3/detik)
Op.Hrs = waktu operasi sumber emisi (jam/tahun)
0,0036 = faktor konversi dari mg/detik ke kg/jam
)
%
21
(
)
%
21
(
2
2
terukur
bm
O
O
Cterukur
E = C x Q x [Op.Hrs] x 0,0036
Cterukur = konsentrasi emisi sebelum dikoreksi
dengan O2 (mg/Nm3)
O2bm = koreksi O2 yang ditetapkan dalam
baku mutu (%)
O2terukur = oksigen hasil pengukuran emisi (%)
v = laju alir (m/detik)
A = luas penampang cerobong (m2)
140. Alat Pengendali Pencemaran Udara
Electrostatic Precipitator, bekerja berdasarkan medan
magnet.
Efisiensi 99.9% untuk seluruh ukuran partikel.
Siklon, Penangkap debu yang bekerja berdasarka sentrifugal
Wet Process Collector,
Wet Scrubber, kelembaban debu dikumpulkan pada settlingpond
Pengumpul cair
, berakumulasi kemudia dicurahkan kedalamdasar
precipitator
Catridge Collector, menggunakan lipatan filter sekitar 2-3
pasang
Bag house, pengumpul debu kering (fabric filter collector)
160. Latihan
• Jelaskan tipe alat pengendali yang ada di
perusahaan Saudara dan buatkan gambar alat
pengendali tersebut
• Jelaskan cara kerja alat pengendali pencemaran
udara yang ada di perusahaan saudara
• Jelaskan SOP pengoperasian alat pengendali
pencemaran udara yang ada di perusahaan
saudara
• Peraturan terkait dengan Baku Mutu emisi gas
buangnya
164. Menyusun
rencana
Perawatan alat
pengendali
pencemaran
udara dari
emisi
Frekuensi perawatan peralatan
pengendali pencemaran udara dari emisi
ditentukan berdasarkan beban kerja dan
spesifikasi alat
Jadwal perawatan peralatan pengendali
pencemaran udara disusun sesuai
kebutuhan
Indikator kinerja peralatan pengendali
pencemaran udara ditentukan
berdasarkan efisiensi pengolahan yang
dihasilkan
Log book perawatan peralatan
pengendali pencemaran udara dibuat
sesuai kebutuhan
UNIT KOMPETENSI
E.390000.009.01
ELEMEN KOMPETENSI -1
165. Melaksanakan
Perawatan alat
pengendali
pencemaran
udara dari
emisi
Perawatan peralatan pengendali
pencemaran udara dari emisi
dilaksanakan sesuai prosedur
Kinerja unit peralatan pengendali
pencemaran udara di bawah kriteria
diperbaiki sesuai prosedur
Perbaikan dilaksanakan terhadap unit
unit yang mengalami kerusakan kecil
Log book perawatan peralatan
pengendali pencemaran udara diisi
sesuai prosedur
Data hasil perawatan dan perbaikan
peralatan pengendali pencemar udara
dari emisi dilaporkan sesuai prosedur
UNIT KOMPETENSI
E.390000.008.01
ELEMEN KOMPETENSI -2
166. Melaporkan
hasil kegiatan
perawatan
peralatan
pengendali
pencemaran
udara emisi
Hasil kegiatan perawatan peralatan
pengendali pencemaran udara dari emisi
disusun sesuai prosedur
Laporan hasil kegiatan perawatan
peralatan pengendali pencemaran udara
dari emisi dikomunikasikan sesuai
prosedur
ELEMEN KOMPETENSI -3
UNIT KOMPETENSI
E.390000.008.01
167. Pemeliharaan yang
bersifat preventif lebih
efisien dan ekonomis
daripada perbaikan
pasca kerusakan, serta
membuat proses
produksi berjalan lancar.
168. Prosedur
Operasional
dan
Pemeliharaan
Alat
• Deteksi dini adanya
malfungsi
• Prediksi dan pencegahan
kegagalan peralatan
• Mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah yang
terjadai
• Menghindari adanya
kerusakan alat
• Menurunkan emisi
169. Sistem
pemeliharaan
inspeksi
untuk
pengendalian
pencemaran
udara PLTD
meliputi
pemeriksaan
pada:
• Infiltrasi udara (Process equipment,
Breaching and ducts, Access doors and
panels, expansion joints)
• Induced-draft fan (Vibration, bearing
temperature, Bearing lubrication,
Coupling Lubrication, V-belt condition,
Motor bearing lubrication, Foundation
bolts, variable speed drive)
• Thermal insulation (Integrity, cold spot)
• Dampers (Fungsi dan lubrikasi)
• Temperature elements (Thermocouples,
pyrometers, hot wires)
• Pressure Sensors (taps and lines,
transmitter)
170.
171. Hal penting yang yang harus diperhatikan dalam Perawatan
genset
• Mengoperasikan genset sesuai buku petunjuk
operasional
• Jaga sirkulasi udara dalam ruang genset
Hindari beban berlebih (Overload)
• Peletakkan kedudukan genset
• Jauhkan genset dari tempat basah dan lembab
• Menjaga kebersihan genset
• Matikan genset pada keadaan abnormal
• Pasang kabel-kabel dengan baik dan benar
• Jangan sentuh terminal tegangan keluaran (output)
• Berhati-hatilah terhadap bahaya kebakaran
173. Pemeliharaan 2 (dua) Mingguan:
• Pengecekan kapasitas radiator
• Pengecekan kapasitas oli mesin
• Pengecekan konektor dan kabel
accumulator/battery
• Pengecekan persediaan bahan bakar
• Pembersihan unit genset
• Pembersihan ruang genset
• Running test genset selama 15 menit
174. Pemeliharaan Bulanan
• Pengecekan air
accumulator/battery
Pengecekan V-Belt
• Pengecekan control indicator
genset
• Pengecekan instalasi kabel
panel DC
175. Pemeliharaan 3 Bulanan
• Pembersihan filter
udara
• Pembuangan endapan
pada tangki bahan
bakar
• Pengecekan system
Charging Accu.
177. Pemeliharaan 12 Bulanan:
• Ganti filter bahan bakar
• Ganti filter udara
Proses pembakaran dalam ruang bakar mesin terjadi dengan
adanya pencampuran bahan bakar solar dengan udara
(oksigen) dan dipantik oleh busi. Dengan mengganti filter
udara diharapkan dapat menjaga kebersihan udara yang
masuk ke ruang bakar mesin genset sehingga pembakaran
dapat terjadi dengan sempurna. Dengan pembakaran
sempurna selain bisa memperbaiki baku mutu gas buang
genset, mengurangi pemborosan bahan bakar, juga yang
terpenting adalah mesin genset dapat beroperasi secara
optimal.
• Ganti air radiator
• Pengecekan grounding
178. LATIHAN
• Jelaskan SOP perawatan alat pengendali
pencemaran udara yang ada di perusahaan
saudara
194. IV. Bahaya
Ergonomis
Potensial
• Ergonomi adalah bidang studi multidisiplin yang mempelajari
prinsip-prinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses dan
tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia yang menggunakannya. Gerakan yang berulang atau
posisi yang menetap selama bekerja dapat menimbulkan cedera.
• Karena itu, konsep ergonomis diterapkan dalam pekerjaan guna
menghindari cedera fisik yang terjadi dalam pekerjaan. Misalnya,
posisi duduk, mengetik, jarak antar-layar dan mata, mengangkat
barang, dan memegang alat. Gejala yang paling sering muncul
akibat tidak ergonomis posisi kita saat bekerja adalah pegel linu,
nyeri sendi, dan pinggang.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203. Jenis dan Dampak Negatif Pencemaran Udara
• Menuju Uji Kompetensi 2020
204. 204
Jenis Pencemaran Udara
Berdasarkan proses terbentuknya zat
pencemar
1.Pencemar primer
• Diemisikan langsung oleh sumber
pencemar (CO, NO, NO2, SO2, partikel, Pb).
2.Pencemar sekunder
• Terbentuk karena reaksi antar zat di udara
(Oksidan, NO2, SO3, HNO3, H2SO4, PANs
Peroxyacyl Nitrates, dll)
205. Pencemar Udara Primer & Sekunder
Sumber: http://www.newsustainabilityinc.com/wp-content/uploads/2014/07/slide_8.jpg
207. The Great Smog of '52 or Big Smoke in London
http://images.china.cn/attachement/jpg/site1007/20130819/00114320db41137bdb2e06.jpg
http://en.wikipedia.org/wiki/Great_Smog#/media/File:Nelson%27s_Column_during_the_Great_Smog_of_1952.jpg
4,000 orang meninggal
100,000 sakit oleh
dampak asap kabut
pada saluran
pernapasan
208. The beginning of modernization in Kitakyushu
Operation of Yahata ironworks
(Japanese first national ironworks) was started in 1901.
213. 213
Cara Masuknya Zat Pencemar Udara ke
dalam Tubuh Manusia
Langsung
– pernafasan (inhalation) dan
– kontak kulit (dermal),
Tidak langsung
melalui rantai makanan zat pencemar udara
yang terdeposisi dalam air dan tanah, kemudian
diserap oleh tumbuhan dan hewan dan akhirnya
dikonsumsi oleh manusia (misalnya logam
berat).
214. 214
DAMPAK PENCEMARAN UDARA THD MANUSIA
Gangguan kesehatan
– Sakit, baik yang akut maupun yang khronis
– Penyakit yang tersembunyi, yang dapat
memperpendek umur, menghambat pertumbuhan
dan perkembangan.
– Mengganggu fungsi fisiologis:
• Paru
• Syaraf
• Transport oksigen oleh hemoglobin
• Kemampuan sensorik
Gangguan Aktivitas
– Aktivitas atlet
– Aktivitas motorik
– Aktivitas belajar
– Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
– Rasa tidak nyaman karena faktor bau dan kotor
218. PM 2.5 di Dalam Paru Paru
Sumber: https://www.scmp.com/sites/default/files/2014/05/30/b64599363210863345f49d18130c4088.jpg
219. 219
Dampak terhadap flora & fauna
– Perubahan morfologi, pigmen, dan
kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama
pada daun.
– Mempengaruhi pertumbuhan
– Mempengaruhi proses reproduksi.
– Mempengaruhi komposisi komunitas
flora/fauna.
– Terjadi akumulasi bahan pencemar pada
jenis tertentu.
220. 220
Dampak Terhadap Atmosfer
• Gangguan jarak pandang (visibility)
• Memberikan warna tertentu pada atmosfer
• Mempengaruhi struktur awan
• Mempengaruhi kesaman air hujan hujan
asam
• Mempercepat pemanasan global
223. Dampak Kes & Lingk, Diklat
PPU Feb 2011
223
Kabut Asap, Palangkaraya
Jumat, 28 Agustus 2009
224. 224
DAMPAK PENCEMARAN UDARA
terhadap sarana/prasarana
• Gedung, rumah prasarana
lain cepat kotor dan kusam
(meningkatnya biaya
pemeliharaan
pembersihan, pengecatan
dan pelapisan semakin
sering)
• Kerusakan bahan metal
karena korosi
225. 225
DAMPAK TERHADAP ESTETIKA
Menyebabkan timbulnya bau,
adanya lapisan debu dan jelaga,
perubahan warna pada cat serta
rusaknya berbagai fasilitas oleh
korosi.
226. Pengelolaan
Emisi Fugitif
dilakukan
melalui:
• pelaksanaan tata graha
(house keeping) yang
baik;
• perawatan dan inspeksi
peralatan secara
berkala;
• pelaksanaan proses
produksi sesuai
prosedur operasional
standar; dan
• pencatatan upaya
penanggulangan fugitif
yang telah dilakukan
227. Pengelolaan Emisi Fugitif
merupakan bagian dari
pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja usaha
dan/atau kegiatan industry
pembangkit tenaga listrik
termal
228. Pengelolaan sarana bagi
cerobong Emisi yang
dilengkapi dengan
fasilitas lift sebagaimana
wajib:
• melakukan perawatan secara
berkala dalam menunjang
keselamatan kerja; dan
• menyediakan peralatan tanggap
darurat dan alat bantu pernafasan
yang tersimpan dalam lift.
229. Dalam melakukan
penanggulangan Keadaan
Darurat penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan wajib
• Memiliki struktur organisasi dan mekanisme
penanganan keadaan darurat;
• Memiliki prosedur untuk menganalisa resiko,
respon terhadap keadaan darurat dan
pemulihan pasca kondisi darurat;
• Memiliki rencana, program, prosedur tanggap
darurat, pelatihan, evaluasi, dan
penyempurnaan rencana tanggap darurat;
• Memiliki peralatan dan sistem komunikasi
penanganan keadaan darurat; dan
• Melaksanakan penanggulangan keadaan
darurat sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan termasuk kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta
pemulihan prasarana dan sarana.
230. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
wajib melaporkan terjadinya Keadaan
Darurat kepada Menteri, gubernur, dan
bupati/wali kota, sesuai kewenangannya
dalam bentuk
• Laporan tertulis pendahuluan paling
lambat 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam sejak terjadinya keadaan
darurat;
• Laporan perkembangan penanganan
kejadian secara periodik paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
minggu sampai kondisi terkendali
dan selesai; dan
• Laporan tertulis secara lengkap
disampaikan paling lambat 5 (lima)
hari kerja sejak laporan
perkembangan selesai dilaksanakan
239. 5. Tips dan Trik lulus sertifikasi BNSP
1) Percaya diri, beri impresi kepada asesor bahwa Saudara memang berkompeten di bidang operasional instalasi
pengolahan air limbah dan sehari-hari bekerja dibidang ini.
2) Berikan laporan kerja yang baik pada saat pemberkasan, khususnya terkait operasional alat PPU, yang biasa
dilakukan di tempat kerja (Contoh laporan operasional, maintenance, logbook operasional)
3) Kerjakan test tertulis dengan baik, gunakan bahasa sendiri (jangan copas), usahakan mengingat semua soal
yang ditanyakan, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagian besar akan ditanyakan kembali pada saat
test wawancara
4) Jika mengalami kesulitan dalam menjawab tes tertulis, setelah selesai mengerjakan, usahakan bertanya
kepada trainer atau rekan kerja sebagai bahan dalam memberikan jawaban pada saat wawancara.
5) Pada saat wawancara, jika tidak memahami pertanyaan yang diberikan oleh asesor, jangan sungkan untuk
menanyakan kembali.
6) Kondisikan SOP (Standard Operasional Prosedur) untuk operasional alat
PPU, tanggap darurat PPU, dan Maintenance telah Saudara baca dan
pahami dengan baik sebagai bahan dalam menjawab pertanyaan dari
asesor.
7) Pahami resiko/potensi bahaya ditempat kerja (PPU) dan Tindakan K3 yang
diperlukan.
8) Usahakan hafal parameter uji Kualitas udara emisi dan peraturannya / Baku
Mutunya (siapkan salah satu hasil uji laboratorium di dekat meja) agar
Saudara dapat menjawab pertanyaan terkait tingkat pencemaran (apakah
selama ini memenuhi baku mutu atau tidak)
240. T E R I M A K A S I H
S A L A M K O M P E T E N
S E M O G A S U K S E S !