Salah satu upaya untuk menekan peredaran Jamu ber-BKO adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan memberdayakan
masyarakat dalam mengidentifikasi Jamu Tradisional Instan yang aman/legal. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan dalam 5 tahap dengan 3 tahap utama yaitu pertama dilakukan ceramah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat tentang Jamu. Kedua Group Teaching untuk menambah pengetahuan dan informasi secara intensif dalam kelompok kecil. Ketiga adalah Self Empowering agar dapat
meningkatkan kemampuan mandiri masyarakat untuk memecahkan masalah
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Aji Wibowo
diperlukan adanya suatu kegiatan yang dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Menurut Permendagri (2007) pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Asuhan Putri Muhammadiyah 1 Purwokerto menjadi salah satu panti asuhan khusus putri di Purwokerto dengan kategori jumlah penghuni yaitu remaja pertengahan yang sedang
mulai belajar berhias
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...Aji Wibowo
Sertifikasi ISO 9001 diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas. Dalam rangka untuk
memastikan penerapan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di puskesmas kabupaten Sleman khususnya pada pelayanan kefarmasian, maka diperlukan suatu pengukuran khusus pada pelayanan kefarmasian di puskesmas Kabupaten Sleman yang sudah dan yang belum menerapkan ISO 9001:2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Sleman yang sudah dan belum menerapkan ISO 9001:2008.
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
Swamedikasi yang sering dilakukan pada anak di antaranya yaitu batuk, pilek, flu, dan kongesti nasal sebanyak (17,2%), demam (15%), sakit kepala (14%), diare dan nyeri pada perut sebanyak (9%). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hanya 0.4% caregiver anak umur 4-6 tahun di Kabupeten
Banyumas tepat dalam melakukan swamedikasi demam pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode Community Based Interactive Approach (CBIA) dan metode Focus Group Discussion (FGD) dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan caregiver dalam upaya swamedikasi demam pada anak dengan metode penelitian rancangan eksperimen
semu dengan menggunakan kelompok kontrol non acak desain posttest pretest. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan metode FGD maupun CBIA dengan nilai significancy pada kelompok FGD yaitu 0.000 (p < 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 0.002 (p < 0.05), sedangkan untuk ketepatan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dengan metode FGD maupun CBIA didapat tidak adanya perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai significancy ketepatan untuk kelompok FGD yaitu 1.000 (p > 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 1.000 (p > 0.05). Hasil dari uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa diperoleh nilai significancy 0.012 (p < 0.05), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok FGD dengan kelompok CBIA. Rerata selisih skor pada kelompok FGD (2.45) lebih besar dibandingkan dengan CBIA (0.96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode FGD lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan metode CBIA walaupun keduanya sama-sama mengalami peningkatan. Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa
diperoleh nilai significancy 1.000. Hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara metode FGD maupun metode CBIA dalam meningkatkan ketepatan responden dalam swamedikasi demam pada anak.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
Salah satu intervensi yang komprehensif untuk pasien penyakit degeneratif adalah home pharmacy care. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh peran home Pharmacy Care pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pra experimental yang dilakukan di Bp Sentra
Medika dan konseling di rumah masing-masing responden di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode one group pretest posttest design. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling dan didapat 35 responden. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen kuesioner MMAS-8 (pretest-postest) dan pill count untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien serta glucotest untuk mengukur keberhasilan terapi yang
ditandai dengan nilai kadar gula darah.
Pemberdayaan Remaja Panti Asuhan Putri Muhammadiyah Purwokerto Tentang Kosmet...Aji Wibowo
diperlukan adanya suatu kegiatan yang dapat berdampak pada peningkatan pengetahuan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Menurut Permendagri (2007) pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Asuhan Putri Muhammadiyah 1 Purwokerto menjadi salah satu panti asuhan khusus putri di Purwokerto dengan kategori jumlah penghuni yaitu remaja pertengahan yang sedang
mulai belajar berhias
PENGARUH SISTEM MANAJEMEN ISO 9001:2008 TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI P...Aji Wibowo
Sertifikasi ISO 9001 diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas. Dalam rangka untuk
memastikan penerapan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di puskesmas kabupaten Sleman khususnya pada pelayanan kefarmasian, maka diperlukan suatu pengukuran khusus pada pelayanan kefarmasian di puskesmas Kabupaten Sleman yang sudah dan yang belum menerapkan ISO 9001:2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengaruh sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Sleman yang sudah dan belum menerapkan ISO 9001:2008.
Perbandingan Metode CBIA dan FGD dalam Peningkatan Pengetahuan dan Ketepatan ...Aji Wibowo
Swamedikasi yang sering dilakukan pada anak di antaranya yaitu batuk, pilek, flu, dan kongesti nasal sebanyak (17,2%), demam (15%), sakit kepala (14%), diare dan nyeri pada perut sebanyak (9%). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hanya 0.4% caregiver anak umur 4-6 tahun di Kabupeten
Banyumas tepat dalam melakukan swamedikasi demam pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dengan metode Community Based Interactive Approach (CBIA) dan metode Focus Group Discussion (FGD) dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan caregiver dalam upaya swamedikasi demam pada anak dengan metode penelitian rancangan eksperimen
semu dengan menggunakan kelompok kontrol non acak desain posttest pretest. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan metode FGD maupun CBIA dengan nilai significancy pada kelompok FGD yaitu 0.000 (p < 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 0.002 (p < 0.05), sedangkan untuk ketepatan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan dengan metode FGD maupun CBIA didapat tidak adanya perbedaan bermakna secara statistik dengan nilai significancy ketepatan untuk kelompok FGD yaitu 1.000 (p > 0.05) dan untuk kelompok CBIA yaitu 1.000 (p > 0.05). Hasil dari uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa diperoleh nilai significancy 0.012 (p < 0.05), dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok FGD dengan kelompok CBIA. Rerata selisih skor pada kelompok FGD (2.45) lebih besar dibandingkan dengan CBIA (0.96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode FGD lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan metode CBIA walaupun keduanya sama-sama mengalami peningkatan. Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa
diperoleh nilai significancy 1.000. Hasil analisis statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perhitungan statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara metode FGD maupun metode CBIA dalam meningkatkan ketepatan responden dalam swamedikasi demam pada anak.
PERAN HOMEPHARMACYCARE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II PROLANIS TERHADA...Aji Wibowo
Salah satu intervensi yang komprehensif untuk pasien penyakit degeneratif adalah home pharmacy care. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengaruh peran home Pharmacy Care pada pasien diabetes melitus dalam meningkatkan kepatuhan dan keberhasilan terapi. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pra experimental yang dilakukan di Bp Sentra
Medika dan konseling di rumah masing-masing responden di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode one group pretest posttest design. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling dan didapat 35 responden. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen kuesioner MMAS-8 (pretest-postest) dan pill count untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien serta glucotest untuk mengukur keberhasilan terapi yang
ditandai dengan nilai kadar gula darah.
A SYSTEMATIC REVIEW ON SELF-REPORTED QUESTIONNAIRES TO ASSESS MEDICATION ADH...Aji Wibowo
Adherence to pharmacological therapies are keys to effective treatments in diabetic patients. Previous reviews found that most adherence measurement studies on chronic diseases used a self-reported scale. However, there is no consensus on the best scale to measure adherence in diabetic patients. The purpose of this systematic review was to identify the potential self-reported scale that could be considered for measuring medication adherence in diabetic patients and to provide recommendations for researchers or clinicians to determine appropriate adherence selfreported scales in diabetic patients. This review follows general guidelines in the implementation of systematic reviews. After further review, it was found that 33 studies met all inclusion criteria from 4 databases (Wiley, Science Direct, Scopus, and PubMed). The articles were done by the PRISMA, while the keywords were determined by the PICO method. Most research was conducted in Asia (69.7%) and America (18.2%) on patients with type 2 diabetes (81.3%), patients in hospitals (54.5%), suffering for 1-6 months (54.5%), and using a cross-sectional study design (78.8%). HbA1c clinic data (57.6%) were used in most studies as biological markers of adherence. The measurement scales of medication adherence in diabetic patients are MMAS-8 (57,.5%), MMAS-4 (12.1%), BMQ (9%), MCQ (6%), ARMS (3%), ARMS-D (3%), GMAS (3%), LMAS-14 (3%), and MARS-5 (3%). This review provides information on the different self-reported scales most widely used in diabetic medication adherence research. Various aspects need to be considered before choosing the scale of adherence.
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Beberapa Puskesma...Aji Wibowo
Diabetes Melitus (DM) dianggap sebagai “ibu” segala penyakit karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan. Mengetahui dan mengukur kepatuhan pengobatan dimungkinkan berpengaruh lebih besar pada pasien DM. Beberapa penelitian di Indonesia menggunakan skala kuesioner untuk mengukur kepatuhan namun tidak melakukan validasi terhadap populasi penelitiannya, sehingga masih ditemukan anomali analisis korelasi antara kepatuhan dan data kliniknya walaupun diukur pada negara dan skala yang sama. Penelitian ini mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien DM tipe 2, uji validitas skala pengukuran kepatuhan, dan analisis
korelasinya terhadap outcome klinik pasien diabetes tipe 2 di empat Puskesmas wilayah Kab. Banyumas. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional pada pasien DM tipe 2 Prolanis, periode Januari sampai April 2020. Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan MARS-10, metode terjemahan backward-forward lalu dilanjutkan validasi konten dan internal. Outcome klinik didasarkan pada pengukuran glukosa darah puasa. Hasil analisis index Gregory MARS-10 menunjukkan validitas konten pada kategori tinggi (IG ≥ 0,8). Validitas isi menunjukan hasil 9 pertanyaan bernilai r hitung > r tabel (n=30, r tabel = 0,361).
Penggunaan off-Label Misoprostol pada Pasien Obstetri-Ginekologi di Rumah Sak...Aji Wibowo
Penggunaan obat off-label pada pasien obstetri-ginekologi memerlukan kewaspadaan karena berisiko tinggi bagi kehamilan. Meskipun masih terjadi perdebatan, data profil penggunaannya pada praktik klinik masih kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengobservasi penggunaan obat off-label pada pasien obstetri dan ginekologi di rumah sakit swasta, khususnya
obat Misoprostol. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif observasional terhadap data rekam medis rumah sakit.
Pengambilan data penelitian secara retrospektif di RSU Bunda (RS X) periode Juli 2017 – Desember 2017 dan RS Sinar Kasih
(RS Y) periode Januari 2018 – Desember 2018. Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin, dengan teknik sampling
systematic random sampling di RS X dan total sampling di RS Y.
Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Min...Aji Wibowo
Diperlukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi konseling dan alat bantu pengingat pengobatan akan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat serta outcome kliniknya. Pendekatan eksperimental pretest-posttest design dilakukan pada bulan Februari 2019 - Mei 2019. Populasi sampel penelitian adalah pasien Prolanis di Puskesmas Kembaran I, Purwokerto Timur II dan Sumbang I. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi 66 pasien DM tipe 2 dan 72 pasien hipertensi.
Penentuan kelompok pretest-posttest secara simple random sampling. Instrument kepatuhan menggunakan MARS, SOP konseling dan alat bantu pengingat pengobatan sesuai standar pedoman konseling kefarmasian.
Studi Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Secti...Aji Wibowo
Konsumsi obat tersebut dapat terdistribusi ke ASI yang mengganggu proses menyusui. Oleh karena itu penggunaannya perlu diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan analgesik pada ibu pasca melahirkan yang meliputi penggunaan obat analgesik, intensitas nyeri pada pasien pasca melahirkan, dan efektivitas obat analgesik pada pasien pasca melahirkan di RSU Bunda Purwokerto periode Januari-Maret 2019. Penelitian ini merupakan penelitian
noneksperimental dengan desain penelitian deskriptif observasional. Pengambilan data secara prospektif dengan sumber data penelitian yang digunakan yaitu hasil rekam
medik dan penilaian nyeri menggunakan Visual Analog Scale.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Operasi Sesar di Rumah Sakit ...Aji Wibowo
Berbagai studi telah menemukan penggunaan antibiotik pada pasien bedah sering kali tidak sesuai dengan standarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaksis yang digunakan pada pasien bedah sesar dan mengobservasi outcome terapi antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif observasional menggunakan data retrospektif berupa rekam medik pasien bedah sesar periode Agustus 2016 – Agustus 2018. Data diolah secara deskriptif nonanalitik meliputi jenis antibiotik yang digunakan, dosis yang digunakan, rute pemberian, dan waktu
pemberian.
STUDI PROSPEKTIF POTENSI INTERAKSI OBAT GOLONGAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIA...Aji Wibowo
Dilaporkan bahwa kejadian interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien dewasa, sedangkan laporan mengenai kejadian interaksi obat pada pasien anak masih sedikit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi interaksi obat golongan antibiotik yang terjadi pada resep pasien pediatri di Rumah Sakit Ananda, Purwokerto. Penelitian dilakukan secara deskriptif noneksperimental dengan pengambilan data prospektif dilakukan pada data rekam medik dan resep pasien pediatri pada bulan Februari – April 2018.
Tingkat Kepuasan Pasien dalam Pelayanan Konseling Kefarmasian Berbasis Al-Qur...Aji Wibowo
Konseling kefarmasian merupakan salah satu pelayanan apoteker yang komprehensif. Untuk itu, diperlukan partisipasi aktif apoteker melalui konseling di apotek yang mudah ditemui oleh masyarakat
untuk memberikan terapi farmakologi berupa pemberian obat antihipertensi dan penyaranan terapi nonfarmakologi, salah satunya berupa penganjuran membaca Al-Quran pada saat melakukan konseling kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi konseling kefarmasian berbasis Al-Quran terhadap pelayanan apoteker serta efektivitas pengobatan pasien.
The Hepatoprotective Effect of Ethanol Extract of Syzygium campanulatum (Korth...Aji Wibowo
Daun cengkeh dan daun pucuk merah mengandung komponen antioksidan seperti flavonoid, fenolik, dan terpenoid sehingga diduga memiliki efek hepatoprotektor dalam mengurangi SGPT
dan SGOT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektor dan menentukan potensi hepatoprotektif dari ekstrak etanol daun pucuk merah dan daun cengkeh yang dibandingkan dengan tablet Curcuma. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I, II, III (sebagai kontrol normal, kontrol induksi, dan kontrol pembanding), kelompok IV, V, VI diberi ekstrak uji dengan dosis 105, 210, dan 420 mg/kg BB. Penelitian dilakukan selama 9 hari. Setelah 7 hari diberi perlakuan, semua kelompok diberi parasetamol dosis hepatotoksik kecuali kelompok kontrol normal.
TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP KINERJA APOTEKER PUSKESMAS DI TIGA KABUPAT...Aji Wibowo
Salah satu sasaran pokok penyelenggaraan BPJS adalah paling sedikit 75% peserta puas dengan layanan BPJS Kesehatan. Pada saat yang sama, pelayanan publik oleh aparatur
pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Salah satu upaya dalam menjaga mutu
pelayanan kefarmasian adalah dengan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang ada di suatu tempat pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan
studi deskriptif dengan pendekatan desain studi potong lintang (cross sectional) pada 8 Puskesmas di Kabupaten Purbalingga (Kejobong dan Karangreja), Kabupaten Banjarnegara (Karangkobar dan Mandiraja), dan Puskesmas Cilacap (Cilacap Selatan II, Kroya I, Gandrungmangu I, dan Sidareja). Analisis tingkat kepuasan menggunakan analisis importance and performance analysis (IPA) dan indeks kepuasan masyarakat
(IKM).
EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS MULTI DRUG RESISTANT (TB-MDR) DENG...Aji Wibowo
Salah satu jenis resistensi dalam pengobatan TB adalah Multi Drug Resistant (MDR). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan program penanganan TB-MDR di wilayah Kabupaten Banyumas meliputi tingkat pengetahuan
petugas TB, kesesuaian tata laksana dengan pedoman nasional dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi terlaksananya program TB-MDR. Penelitian ini menggunakan observasi deskriptif secara prospektif. Analisis kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan petugas TB dan daftar checklist untuk kesesuaian tatalaksana program TB-MDR dengan pedoman nasional. Analisis kualitatif menggunakan metode wawancara terstruktur kepada petugas TB atau kepala
puskesmas untuk menggali faktor penghambat dan pendukung program pengendalian TB-MDR di puskesmas di Kabupaten Banyumas selama kurang lebih 3 bulan.
Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD ...Aji Wibowo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan mengevaluasi penatalaksanaan keracunan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medik pasien Instalasi Gawat
Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Periode Januari 2012–Desember 2014. Alat ukur yang digunakan adalah buku pedoman penatalaksanaan keracunan yang disusun BPOM RI tahun 2001. Pada periode tersebut ditemukan 117 kasus keracunan dengan angka kematian 0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular (69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan pestisida, makanan, obat, alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-laki
(70,1%), usia 28–45 tahun (30,5%), memiliki pendidikan rendah yaitu SD (49,6%) serta tidak memiliki pekerjaan (71,8%). Penatalaksanaan bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik, antihistamin, analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan beberapa obat gastrointestinal lainnya.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 4(2), 137-144
138
melebihi klaim obat kimia. Menurut Firdaus (2009) banyak produsen Jamu baru
bermunculan dikarenakan permintaan pasar yang besar. Dampak berbahaya dari
konsumsi obat tradisional ber-BKO ini dirasakan setelah 5 s.d. 10 tahun kemudian dengan
munculnya berbagai penyakit akibat penambahan BKO (BPOM, 2017).
Sejumlah 46 produk Jamu pada tahun 2010 ditarik dari peredaran karena ber-BKO
(Kompas, 2013). Hal serupa juga terulang pada kurun waktu 2015-2016 sejumlah 115
kasus peredaran Obat Tradisional ber-BKO berhasil diungkap oleh BPOM dalam. Salah
satu permasalahan di masyarakat adalah kurangnya pengetahuan berkaitan dengan
produk Jamu. Adanya anggapan di masyarakat bahwa produk dari alam tidak memiliki
efek samping juga turut andil dalam permasalahan tersebut (BPOM, 2017). Salah satu
upaya untuk menekan peredaran Jamu ber-BKO adalah dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan memberdayakan
masyarakat dalam mengidentifikasi Jamu Tradisional Instan yang aman/legal. Kegiatan
pemberdayaan ini dilakukan dalam 5 tahap dengan 3 tahap utama yaitu pertama
dilakukan ceramah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat tentang Jamu. Kedua Group Teaching untuk menambah pengetahuan dan
informasi secara intensif dalam kelompok kecil. Ketiga adalah Self Empowering agar dapat
meningkatkan kemampuan mandiri masyarakat untuk memecahkan masalah melalui
training dan peer teaching.
Survei pendahuluan dilakukan di kelurahan Grendeng, Purwokerto Utara untuk
mengetahui permasalahan kefarmasian di masyarakat. Lokasi ini dipilih berdasarkan
informasi empiris terdapat beberapa penjual Jamu Gendong yang dicampur dengan Jamu
Instan. Salah satu kelompok masyarakat yang aktif berkegiatan di wilayah tersebut adalah
kelompok Aisyiyah Grendeng Purwokerto Utara. Pemberdayaan anggota Aisyiyah
diharapkan akan berdampak lebih luas dikarenakan pengurus melakukan pertemuan di
tingkat RT sampai Kecamatan.
METODE PELAKSANAAN
Pendekatan pembelajaran konstruktivis dipandang tepat digunakan pada kegiatan
ini. Metode konstruktivitis berpusat kepada peserta dalam menemukan fakta, konsep
atau prinsip bagi diri sendiri (Poedjiadi, 2010). Terdapat 5 tahap dalam kegiatan ini,
dengan 3 tahap utama didalamnya. Rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut:
Tahap 1. Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan pre-test dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman peserta terhadap
materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran. Metode evaluasi ini juga dapat
meningkatkan motivasi dan minat belajar mitra sehingga diharapkan hasil kegiatan bisa
meningkat (Effendy, 2016). Rancangan evaluasi pre-test dibuat berdasarkan 4 tingkatan
pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) yaitu Tahu, Paham, Aplikasi dan Evaluasi
yang terdiri dari 15 Pertanyaan.
Tahap 2. Ceramah
Ceramah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat tentang Jamu Ceramah diawali dengan proses brain storming
yang dapat memicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta. Metode ini dapat
3. Much Ilham Novalisa Aji Wibowo
139
mengumpulkan informasi dari peserta dalam waktu singkat tentang pengetahuan peserta
(Handayani, 2018). Metode ini efektif dilaksanakan pada kelompok peserta dengan
jumlah besar dengan waktu ceramah 30 menit. Materi ceramah diadaptasi dari BPOM RI.
Kegiatan ini didukung dengan membuat media booklet, media presentasi power point.
Tahap 3. Group Teaching
Group Teaching untuk menambah pengetahuan dan informasi secara intensif dalam
kelompok kecil Media yang digunakan pada group teaching adalah booklet yang sudah
disusun berdasarkan materi keamanan Jamu instan dari BPOM RI (2004). Pada kelompok
juga diberikan permasalahan untuk dipecahkan bersama dan diberikan worksheet
sebagai media pelatihan. Fasilitator membantu dalam proses ini selama 20 menit.
Tahap 4. Self Empowering
Self Empowering agar dapat meningkatkan kemampuan mandiri masyarakat untuk
memecahkan masalah melalui training dan peer teaching. Menurut Saparwadi (2016),
kegiatan pemberdayaan berupaya membantu masyarakat untuk mengetahui
kemampuan yang Ia miliki dan juga mengatasi masalahnya sendiri tidak dapat dilalui
melalui proses singkat. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mitra memberikan materi
kegiatan kepada kelompok lain dengan bantuan worksheet dan booklet selama 15 menit
(Mintarti, 2001).
Tahap 5. Evaluasi Post-Test
Pengukuran keberhasilan melalui post-test dengan instrumen kuesioner pengukuran
pengetahuan untuk mengetahui hasil setelah dilakukan kegiatan. Evaluasi ini sebagai
umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Pertanyaan
dalam Post-Test sama dengan Pre-Test agar dapat mengukur keberhasilan kegiatan.
Khalayak sasaran kegiatan IbM Keamanan Jamu Tradisional Instan adalah anggota
pengurus ranting Aisyiyah Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Aisyiyah
merupakan organisasi ortonom bagi wanita Muhammadiyah. Aisyiyah juga memiliki
amal usaha yang bergerak diberbagai bidang yaitu : pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut menurut
Sukidjo (2000) salah satu sasaran kegiatan IbM adalah kelompok sosial dalam masyarakat
yang masih memerlukan pembinaan, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan guna
meningkatkan peran sosialnya di masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis menilai khalayak sasaran pada kegiatan IbM ini sudah tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan awal pelaksanaan kegiatan adalah perancangan kerangka kegiatan
berdasarkan pada analisis masalah yang telah dilakukan. Perancangan dilakukan pada
bulan Januari 2019 bekerjasama dengan mitra untuk membuat skala prioritas masalah
yang dihadapi. Penggunaan pendekatan Konstruktivitis diharapkan dapat memperkuat
penyampaian materi kepada mitra sehingga output dari kegiatan dapat tercapai.
4. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 4(2), 137-144
140
Pelaksanaan kegiatan dengan strategi pembelajaran kontruktivitis dengan metode
student-centered learning. Setelah pre-test dilakukan kegiatan selanjutnya adalah
penyampaian materi dengan cara ceramah, group teaching, self empowering training, peer
teaching. Metode ceramah tepat diterapkan pada kelompok besar karena mudah dan
dapat disampaikan berulang jika mitra tidak mengerti. Disamping itu jumlah peserta
mitra lebih dari 30 orang, sehingga metode ini dipandang tepat diterapkan kepada mitra.
Gambar 1. Ceramah materi Identifikasi Keamanan Jamu Tradisional Instan
Kombinasi metode edukasi akan menyempurnakan metode ceramah, sejalan dengan
pendapat Djamarah (2000) variasi metode dalam penyampaian materi kepada masyarakat
akan menghilangkan kebosanan peserta. Sitepu (2008) dan Handayani (2018) menyatakan
metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan, sehingga sesuai
dengan tema kegiatan ini.
Proses selanjutnya adalah group teaching, kegiatan ini diawali dengan pembagian
kelompok peserta kegiatan. Terdapat 5 kelompok yang beranggotakan 5-7 orang tiap
kelompok. Metode ini mensyaratkan adanya fasilitator pada setiap kelompok yang akan
membagi tugas, bersama-sama mengamati materi, mengevaluasi materi dan saling
mendukung untuk meningkatkan hasil kegiatan (Kisworo, 2000). Dampak positif pada
metode ini adalah mitra akan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam terhadap
materi kegiatan. Selain itu fasilitator dapat menggali dan mengembangkan potensi mitra
dalam materi kegiatan. Kegiatan group teaching dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Group Teaching materi Identifikasi Keamanan Jamu Tradisional Instan
5. Much Ilham Novalisa Aji Wibowo
141
Proses selanjutnya adalah self training kegiatan ini didasarkan pada falsafah
andragogi yang mengutamakan penerapan metode experiental learning, dalam proses
belajar mitralah yang aktif menjalani proses belajar dengan bantuan fasilitator (Kolb et al,
2001). Pada proses ini mitra diberikan worksheet untuk mengidentifikasi keamanan Jamu
dari kemasannya. Beberapa contoh Jamu yang ber-BKO dan Jamu yang aman diberikan
kepada setiap kelompok mitra untuk selanjutnya dilakukan penilaian pada worksheet.
Kegiatan self training dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Self Empowering Melalui Training dan Peer Teaching
Setelahnya dilakukan kegiatan peer teaching kepada sesama anggota mitra antar
kelompok, salah satu anggota kelompok 1 akan memberikan materi yang kepada anggota
kelompok lain begitu juga sebaliknya. Menurut Jarvis (2013), kegiatan peer teaching
berpusat pada peserta setelah difasilitasi kesempatan belajar untuk diri sendiri dan orang
lain, sehingga dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya.
Evaluasi Kegiatan
Selama pelaksanaan program IbM telah dilaksanakan penelitian untuk
mengevaluasi hasil pelaksanaan program. Tujuan penelitian adalah mengetahui
pengaruh pemberian pelatihan terhadap tingkat pengetahuan mitra. Rancangan dalam
penelitian ini adalah one group pretest-posttest. Hipotesis penelitian diuji dengan uji t untuk
sampel berpasangan (paired sample t test), dengan taraf kepercayaan 95% (Dahlan, 2011)
Analisis pengetahuan peserta IbM Keamanan Jamu Instan Tradisional
Karakteristik Responden
Responden dalam kegiatan berjumlah 32 orang anggota Aisyiyah dengan beragam
usia dan latar belakang. Deskripsi peserta berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 1.
Peserta kegiatan didominasi oleh kelompok usia dewasa akhir (36 - 45 Tahun) dengan
pendidikan mayoritas adalah D3. Menurut Notoatmodjo (2010) salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pengisian kuisioner adalah faktor usia dan tingkat pendidikan.
Faktor tersebut akan berpengaruh terhadap cara pandang, pemikiran dan penilaian
terhadap materi kuisioner yang dihubungkan dengan pengalaman yang pernah dialami.
Dengan hasil tersebut diharapkan peserta tidak mengalami kesulitan saat pengisian
kuesioner.
6. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 4(2), 137-144
142
Tabel 1. Karakteristik Responden Peserta Kegiatan IbM Identifikasi Keamanan Jamu Tradisional
İnstan
Keterangan ∑ %
Usia
Masa dewasa awal (26 - 35 tahun) 9 28,1
Masa dewasa akhir (36 - 45 tahun) 13 40,6
Masa Lansia Awal (46 - 55 tahun) 8 25
Masa lansia akhir (56 - 65 tahun) 2 6,25
Pendidikan
SMP 3 9,4
SMK/SMA/Setingkat 9 28,1
D3 13 40,6
S1 7 21,9
Pengukuran Tingkat Pengetahuan Mitra
Pengukuran pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) setiap jawaban benar dari
masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan
dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase, rumus yang
digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Rincian spesifik tingkat penguasaan mitra mengenai Identifikasi keamanan Jamu
tradisional instan disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Penguasaan Mitra Mengenai Identifikasi Keamanan Jamu Tradisional İnstan
Kategori Pre-test Post-test
Nilai rata-rata 9,625 12,906
Interpretasi pengetahuan Kurang Baik
Nilai terendah 4 10
Nilai tertinggi 13 15
Sumber : Data primer, 2019
Dapat disimpulkan terdapat peningkatan nilai dari pre-test dan post-test. Perbedaan
tersebut terdapat pada 3 komponen kategori nilai yaitu nilai rata-rata, nilai terendah dan
nilai tertinggi. Nilai post test dengan rentang tingkat pengetahuan baik (76%-100%) yaitu
rentang nilai yang diperoleh adalah 11,4-15,00 pada penilaian kuesioner kegiatan ini.
Uji Statistik Pengukuran Tingkat Pengetahuan Mitra
Pengujian diawali dengan uji normalitas data nilai yang diperoleh, nilai signifikansi
data uji normalitas menunjukan nilai probabilitas >0,05. Dapat disimpulkan bahwa data
tingkat penguasaan mitra mengenai identifikasi keamanan Jamu tradisional instan
berdistribusi normal. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Paired T Test yang digunakan
7. Much Ilham Novalisa Aji Wibowo
143
untuk menguji komparatif atau perbedaan apabila skala data kedua variabel adalah
kuantitatif (Dahlan, 2011). Data uji tersebut disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Uji Paired T Test Tingkat Penguasaan Mitra dalam Identifikasi Keamanan Jamu
Tradisional Instan
Hasil uji Pre-test Post-test
Nilai rata-rata 9.625 12.906
Nilai korelasi 0,406
Nilai signifikasi 0.000
Berdasarkan uji statistik Paired T Test dengan nilai probabilitas (0,000 < 0,05) dapat
disimpulkan bahwa kegiatan IbM Keamanan Jamu Tradisional Instan dapat
meningkatkan pengetahuan mitra secara signifikan. Keberhasilan ini dimungkinkan
karena dukungan berbagai pihak terkait selain penggunaan metode yang diterapkan
kepada mitra. Menurut Sujarwo (2011) hal penting dalam pendidikan orang dewasa
adalah: apa yang dipelajari oleh peserta, bukan apa yang diajarkan oleh pengajar.
Terdapat metode Group teaching dengan fasilitator dalam kegiatan IbM akan membawa
peserta pelatihan pada penemuan oleh dirinya sendiri pokok-pokok pembelajaran
(learning points) yang diharapkan akan berdampak signifikan pada meningkatnya
pengetahuan dan kompetensi skill.
SIMPULAN
Keseluruhan rangkaian kegiatan IbM Keamanan Jamu Tradisional Instan
menghasilkan luaran yang telah ditargetkan. Evaluasi Pre dan post test didapatkan rata-
rata pengetahuan meningkat menjadi kategori pengetahuan baik (76%-100%) yaitu
rentang nilai yang diperoleh adalah 11,4 s.d. 15,00 telah tercapai. Berdasarkan
peningkatan pengetahuan tersebut dapat disimpulkan bahwa mitra dapat memilih Jamu
yang baik dan benar berdasarkan ketentuan BPOM RI. Mitra dapat membedakan produk
Jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Mitra dapat mengetahui cara penggunaan
jamu yang baik dan benar.
REFERENSI
BPOM. (2017). Bahaya bahan kimia obat (BKO) yang dibubuhkan kedalam obat tradisional (jamu).
Retrieved November 25, 2018 from
https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/144/BAHAYA-BAHAN-
KIMIA-OBAT--BKO--YANG-DIBUBUHKAN-KEDALAM-OBAT-TRADISIONAL--
JAMU-.html
BPOM. (2004). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK. 00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat
Bahan Alam Indonesia. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Dahlan, S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan (Edisi 5). Jakarta, Salemba Medika.
8. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat 2019, 4(2), 137-144
144
Djamarah, S. B. (2000). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka cipta.
Effendy, I. (2016). Pengaruh pemberian pre-test dan post-test terhadap hasil belajar mata
diklat HDW. DEV. 100.2. A pada siswa SMK Negeri 2 Lubuk Basung. VOLT: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 1(2), 81-88.
Firdaus, M. I., & Utami, P. I. (2009). Analisis kualitatif parasetamol pada sediaan jamu
serbuk pegal linu yang beredar di Purwokerto. Pharmacy: Jurnal Farmasi
Indonesia, 6(2), 1-5.
Handayani, S., & Astutik, V. Y. (2018). Perbedaan antara pemberian metode pembelajaran
ceramah, presentasi dan resitasi terhadap hasil belajar mahasiswa semester iii
tentang imunisasi dasar pada bayi usia 0-11 bulan. Biomed Science, 1(1), 8-14.
Jarvis, P. (2013). Learning in later life: An introduction for educators and carers. London:
Routledge.
Kisworo. (2000). Team teaching alternatif pembelajaran IPA yang memberi otonomi
siswa. Jurnal Ilmiah Guru Caraka Olah Pikir Edukatif, 4(1), 5-10.
Kolb, D. A., Boyatzis, R. E., & Mainemelis, C. (2001). Experiential learning theory: Previous
research and new directions. Perspectives on Thinking, Learning, and Cognitive
Styles, 1(8), 227-247.
Kompas. (2013). BPOM tarik jamu berbahan kimia obat. Retrieved November 25, 2018
from https://lifestyle.kompas.com/read/2013/11/08/1331226/BPOM.Tarik.59.Jamu.Be
rbahan.Kimia.Obat
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Mintarti (2001). Efektivitas booklet makjan sebagai media belajar untuk meningkatkan perilaku
berusa bagi pedagang makanan jajanan. (Tesis). Bogor: Intitut Teknologi Bogor.
Pudjiadi, A. (2010). Pengantar filsafat ilmu bagi pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih.
Saparwadi (2016). Strategi Pemberdayaan Masyarakat Oleh Pengurus Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK). (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Sunhaji. (2013). Konsep pendidikan orang dewasa. Jurnal Kependidikan, 1(1), 1-11.
Sujarwo. (2011). Pendidikan orang dewasa. Dedikasi: Journal of Community Engagment, 2(3),
79-88.
Sukidjo. (2000). Tujuan dan khalayak sasaran pengabdian pada masyarakat. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 2(1), 62-78.