SlideShare a Scribd company logo
Pengaruh Modifikasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Di Tingkat SLTP
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang
studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru yang belum
memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam
menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran melainkan
hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara materi-
materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan
saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Dalam praktek di
lapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien.
Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat
bantu. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu
informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh
siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir
karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru.
Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor
penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga
hanya bermodalkan talk and chalk.
Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya dapat
mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal (DDCH). Hal ini tentu
bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang sangat kompleks yang
seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan
sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan
dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak–anaknya
tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah–masalah sehari-hari yang
kontekstual.
Hal ini sesuai dengan tuntutan dari UU RI No: 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2A : “Pendidikan dan tenaga kependidikan
berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi
masalah dalam hal ini adalah :
1. Apakah penggunaan media (alat bantu) dapat membantu kelancaran proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah yang lebih efektif dan efisien?
2. Bagaimana caranya memodifikasi alat bantu peluru dan pelampung dengan
memanfaatkan limbah masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membuka wawasan
bagi para guru Pendidikan Jasmani untuk lebih kratif dan inovatif dalam menjalankan
tugas dan tanggungjawabnya.
2. Manfaat
Dengan dibuatnya karya tulis ini diharapkan para guru pendidikan jasmani
termotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain media/alat bantu
pembelajaran materi yang efektif dan efisien
BAB II
A. Hakekat Media
Dr. Soepartono dalam bukunya, “Media Pembelajaran” (2000:3) menyatakan
bahwa media adalah kata jamak dari medium, berasal dari bahasa Latin yang berarti
perantara atau pengantar. Pengertian secara harfiah ini selanjutnya menurunkan
berbagai definisi media seirama dengan perkembangan teknologi dalam pendidikan
seperti yang dikatakan dosen Program D2 PGSD Pendidikan Jasmani (1991),
Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan
media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk memproses penyaluran
informasi. Sedang National Education Association (NEA) mendefinisikan bahwa
media adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta perantinya untuk kegiatan tersebut. Media sering juga disebut
sebagai perangkat lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar untuk
disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6)
Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat,
atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara
tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran
memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa
pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa.
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah berasal dari kata belajar. Sebelum kita mengartikan apa itu
pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti belajar.
Drs. Husdarta dan Drs. Yudha M. Saputra M.Ed menyatakan dalam bukunya
“Belajar dan Pembelajaran” (2000: 2) bahwa belajar itu dimaknai sebagai proses
perubahan tingkahlaku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Tingkahlaku itu menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap. Tingkahlaku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan
yang tidak. Tingkahlaku yang dapat diamati disebut dengan behavioral performance,
sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behavioral tendency.
Muhibbin Syah M.Ed dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru” (1995:89) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. Beberapa pendapat dari para pakar tentang belajar yang dikutip
dari buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” (1995:90) karangan
Muhibbin Syah, M.Ed adalah sebagai berikut :
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology :The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif.
Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . . a
process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F.
Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila ia diberi penguatan (reinforcer).
Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar
berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa
timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan)
dengan respons. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini
dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak
sedikit pakar yang menentangnya.
Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam
rumusan. Rumusan pertama berbunyi : . . . . acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice,
belajar adalah proses memperoleh respons–respons sebagai akibat adanya latihan
khusus.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory
berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar
apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa
pengalaman pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat
memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu
pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
organisme yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami
gagasan everyday learning (belajar sehari–hari) yang dipopulerkan oleh Prof. John B.
Biggs.
Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai
any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs
as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkahlaku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa
perubahan tingkahlaku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk,
lelah dan jenuh, tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan–pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat
pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat–sifat media tersebut.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media.
Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan
tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.
C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, foto, buku,
ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain,
gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip),
transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram.
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
5. Benda –benda hidup, simulasi maupun model.
D. Fungsi Media Pembelajaran
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung
dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,
model, maupun bentuk gambar –gambar yang dapat disajikan secara audio
visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas boleh para peserta didik
tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena :
- obyek terlalu besar,
- obyek terlalu kecil,
- obyek yang bergerak terlalu lambat,
- obyek yang bergerak terlalu cepat,
- obyek yang terlalu kompleks,
- obyek yang bunyinya terlalu halus,
- obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan
kepada peserta didik.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit
sampai dengan abstrak.
Selain itu media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun
secara luas. Munculnya berbagai macam definisi, disebabkan adanya perbedaan
dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya adalah :
- Media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran
informasi.
- Media sebagai segala benda yang yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan
tersebut.
- Media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang
dapat merangsang untuk belajar”.
- Media sebagai wahana fisik yang mengandung intruksional.
- Media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan
kurikuler) supaya terjadi proses belajar mengajar.
- Media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan suatu pesan, dimana media
sebagai teknologi pembawa informasi/pesan intruksional.
- Bila media dipandang secara luas/makro dalam sistem pendidikan, maka media
adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri
peserta didik.
E. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran
adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang
gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan
pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa
bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh
siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada
satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi
dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi
pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang
disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah :
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata–katanya,
tetapi tidak tahu maksudnya)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa.
Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran
darah.
Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan
belajar.
Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
Membangkitkan motivasi belajar
Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
F. Prinsip–Prinsip Memilih Media Pembelajaran
Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari
itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau
tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat
dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran,
yaitu :
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu
kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu,
apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar
Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula
tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya
proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran).
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun
cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media
pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk
menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media
pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat
dibandingkan.
G. Peranan Media dan Manfaatnya Dalam Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Pengalaman
menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi penyimpangan–
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Penyebab
penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara lain adanya kecenderungan
verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak siapan siswa, kurangnya minat,
kegairahan siswa dan lain–lain.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan
media dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain–lain) dan untuk
meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Juga dalam hal–hal tertentu
media mempunyai nilai–nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun
guru.
Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan
dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada
materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru
untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar
dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru.
Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar
proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal.
Lebih khusus manfaat media diidentifikasikan oleh Kemp dan Dayton (1985) sebagai
berikut :
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai penafsiran
yang beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini
dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang
melihat atau mendengar uraian melalui media yang sama akan menerima informasi
persis sama dengan yang diterima oleh teman–temannya.
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat menyampaikan
informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual) sehingga dapat
mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau suatu prosedur yang
bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lengkap dan jelas. Keingintahuan dapat
bangkit melalui media. Untuk menghidupkan suasana kelas, media merangsang siswa
bereaksi terhadap penjelasan guru, membuat siswa ikut tertawa atau ikut sedih. Media
memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa
mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu guru menghindarkan suasana
monoton.
Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya
interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan
cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur kelas
sehingga siswa ikut pula menjadi aktif.
Dengan menggunakan media, waktu lebih efisien. Seringkali seorang guru
terpaksa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep
atau teori baru karena tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik
tangan renang gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya
menggunakan metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan
media dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu.
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien,
tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah
memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik
lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami
melalui media. Di samping itu, media dapat memperkuat kecintaan dan apresiasi
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses mencari ilmu itu sendiri.
Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran peranan guru lebih
positif karena :
1. Guru tidak banyak mengulang–ulang penjelasannya,
2. Dengan mengurangi waktu untuk menjelaskan maka guru dapat memberikan
perhatiaanya kepada aspek–aspek pembelajaran yang lain, dan
3. Peran guru meningkat bukan hanya sebagai pengajar, tetapi berperan juga
sebagai penasehat, konsultan dan manager.
H.Konsep Modifikasi
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru
agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi
lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari
aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.
Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa
dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu,
pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.
a. Apa yang dimodifikasi ?
Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru
tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,
karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan
media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai
kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang
paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media
pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.
Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-
sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam
memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.
Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu
yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang
semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran
penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru
pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.
Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya.
Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau
pengembangan–pengembangan kearah itu dengan melakukan modifikasi ?
Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan
sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan
mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani.
Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak,
melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata
kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain–bergerak–ceria”.
b. Mengapa Dimodifikasi ?
Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan.
Seperti yang dikemukakan oleh Ngasmain Soepartono (1997) bahwa alasan utama
perlunya modifikasi adalah :
1. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental
anak belum selengkap orang dewasa.
2. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya
bersifat lateral dan monoton.
3. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang,
hampir semuanya di desain untuk orang dewasa.
Menurut Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :
Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum
dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik anak.
Sedangkan, Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia
dilakukan dengan pertimbangan :
1. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang
dewasa
2. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan
mengurangi cedera pada anak
3. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak
lebih cepat dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
4. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada
anak-anak dalam situasi kompetitif.
Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam
pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah :
1. Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan,
2. Lapangan permainan,
3. Waktu bermain atau lamanya permainan,
4. Peraturan permainan, dan
5. Jumlah pemain (Aussie : 1996).
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat
digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani,
Kemampuan mengembangkan media pengajaran dan berbagai pendekatan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus benar-benar dikuasai
dan dimiliki oleh setiap fasilitator pendidikan jasmani, karena kemampuan
mengembangkan media pengajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu
sendiri. Sehingga pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dapat
benar-benar dirasakan oleh siswa, yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan.
1. Apakah proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan media atau alat bantu?
Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan
Jasmani di SLTP diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk mengajari jumlah
siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil
kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari
kenyataan yang diamati Penulis terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani tanpa
menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan sebagai dampaknya adalah
siswa lebing senang bermain–main dan bahkan sama sekali tidak ikut dalam proses
pembelajaran.
Dr. Soepartono dalam bukunya “Media Pembelajaran” (2000: 14) menyatakan
bahwa penggunaan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat
bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru.
Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan Dr. Soepartono “Media
Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat bermanfaat dalam
proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Penyampaian materi dapat diseragamkan
2. Proses instruksional menjadi lebih menarik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu
sendiri dapat ditingkatkan
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
2. Bagaimana memodifikasi media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan
Jasmani di tingkat SLTP.
Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di
tingkat SLTP dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat.
Dalam hal ini penulis membatasi cara pengadaan media pembelajaran yaitu
pengadaan media atau alat bantu pembelajaran tolak puluru dan renang.
1. Pengadaan peluru
Peluru dapat dibuat dengan bahan–bahan sebagai berikut: bola pelastik, pasir,
semen, air, timbangan. Proses pembuatannya adalah semen, pasir, dan air dicampur
dan diaduk dengan merata sesuai dengan porsinya. Setelah agak kering dan merata,
dimasukkan ke dalam bola plastik berukuran sedang kira – kira berdiametr 10 cm
yang sudah dibuat lobang kecil dan diisi penuh kemudian dikeringkan. Setelah
kering, bola yang berisi campuran itu ditimbang dan diujicobakan.
2. Pengadaan pelampung
Pelampung adalah salah satu media atau alat bantu yang dapat digunakan dalam
pembelajaran teknik dasar renang. Dalam hal ini pelampung dapat dibuat dengan
menggunakan botol akua berukuran sedang, benang pancing (nilon), lem setan, tali
pelastik, yang dirancang dan didesain sedemikian rupa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan sukses, jika mampu
membangkitkan suasana belajar pada siswa. Perlu diingat baik-baik, bahwa
pendidikan jasmani itu tidak diartikan sempit, hanya sebagai kesempatan bagi siswa
untuk mendapatkan kegiatan sebagai penyeleksi bukan belajar, atau sekedar
mengamankan siswa supaya tertib.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujuan
yang ingin dicapai bersifat menyeluruh mencakup domain kognitif, afektif dan
psikomotor. Dengan kata lain bahwa melalui aktivitas jasmani anak diarahkan untuk
belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku, tidak saja menyangkup fisikal, tetapi
juga intelektual, emosional, sosial dan moral. Untuk itu agar beberapa perubahan
tercipta, maka guru pendidikan jasmani lebih kreatif dalam menganalisis setiap
bentuk pelayanan pembalajaran.
Jadi, dari pembahasan di atas bahwa media atau alat bantu itu sangat
bermanfaat bagi keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani
dan juga bermanfaat bagi guru. Dalam pengadaannya juga tidak terlalu sulit, hanya
butuh kemauan dan kreatifitas dari guru.
B. Saran
Pembelajaran selalu bertitik tolak dari perumusan tujuan. Tujuan yang tidak
realistik akan menimbulkan frustasi dan mengorbankan wabah kegagalan pada siswa.
Pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses memberikan pengalaman berhasil
kepada siswa. Kerena itu, rumuskan tujuan dari pada pembelajaran pendidikan
jasmani, dan kemudian dianalisis model, metode strategi ataupun pendekatan
pembelajarannya yang sesuai dengan asas praktis pengajaran, dan yang penting untuk
diperhatikan dimana pengajaran tersebut berorientasi serta berlandasan pada tingkat
perkembangan, pertumbuhan dan kebutuhan siswa.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada semua guru Pendidikan Jasmani
agar tidak mudah putus asa dalam mengajarkan materi-materi dalam mata pelajaran
Penjas, dan sekaligus mengajak para guru untuk berkreasi menyalurkan ide–ide yang
mereka miliki yang mungkin selama ini terpendam dalam pengadaan media atau alat
bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi setiap pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Cholik dan Lutan (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdikbud.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Fery (2009), konsep Pendidikan Jasmani. Internet:http://en.wikipwdia.org
Lutan (2002), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Depdiknas.
Sukintaka (2004), Teori Pendidikan Jassmani (Filosofi Pembelajaran dan Masa
Depan). Bandung: Nuansa
Wahjudi (2009), Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bucher (1983), Fundation Of Physycal Education And Sport. (9th
ed). St. Louis,
Missouri: The Mosby Co.
Internet :
http://pojokpenjas.blogspot.com/2008/12/modifikasi-pembelajaran-pendidikan.html
http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran
http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-media-pembelajaran.html

More Related Content

What's hot

CP, TP, ATP.pptx
CP, TP, ATP.pptxCP, TP, ATP.pptx
Pdgk4304 bahasa inggris untuk guru sd (7)
Pdgk4304   bahasa inggris untuk guru sd (7)Pdgk4304   bahasa inggris untuk guru sd (7)
Pdgk4304 bahasa inggris untuk guru sd (7)
روبي أوكتوبا
 
Tes dan pengukuran dalam penjaskes
Tes dan pengukuran dalam penjaskesTes dan pengukuran dalam penjaskes
Tes dan pengukuran dalam penjaskes
Daniarhaqiyah Riyadi
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Nailul Hasibuan
 
Ppt e learning
Ppt e learningPpt e learning
Ppt e learning
Asep Hendri
 
Ppt media visual
Ppt media visualPpt media visual
Ppt media visual
Mardiana Prasetyoningsih
 
Prestasi olahraga dan olahraga prestasi
Prestasi olahraga dan olahraga prestasiPrestasi olahraga dan olahraga prestasi
Prestasi olahraga dan olahraga prestasi
S Gunawan
 
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbarSk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
Arhie Lipu
 
Pembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasarPembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasar
Yackub Ckoplack
 
01. Materi Couching - PMM -.pptx
01. Materi Couching - PMM -.pptx01. Materi Couching - PMM -.pptx
01. Materi Couching - PMM -.pptx
AssesorSP120Suharto
 
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaranpengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
AjengIlla
 
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxPembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
SidikPurnomo19
 
Rpp tema 3 st 3 pb 4
Rpp tema 3 st 3 pb 4Rpp tema 3 st 3 pb 4
Rpp tema 3 st 3 pb 4
ret wahyu ultari
 
Rpp renang gaya bebas smp
Rpp renang gaya bebas smpRpp renang gaya bebas smp
Rpp renang gaya bebas smpAris Kutil
 
Contoh model pembelajaran langsung
Contoh model pembelajaran langsungContoh model pembelajaran langsung
Contoh model pembelajaran langsung
trianata wahyu s
 
Model RPP PJOK
Model RPP PJOKModel RPP PJOK
Model RPP PJOK
Gilang Asri Devianty
 
Modul 5 kb 2
Modul 5 kb 2Modul 5 kb 2
Modul 5 kb 2
kasmuddin nanang
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docxKONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
MedysaRahmah
 
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
bimo kontaning
 
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docxAKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
satrioFajarP
 

What's hot (20)

CP, TP, ATP.pptx
CP, TP, ATP.pptxCP, TP, ATP.pptx
CP, TP, ATP.pptx
 
Pdgk4304 bahasa inggris untuk guru sd (7)
Pdgk4304   bahasa inggris untuk guru sd (7)Pdgk4304   bahasa inggris untuk guru sd (7)
Pdgk4304 bahasa inggris untuk guru sd (7)
 
Tes dan pengukuran dalam penjaskes
Tes dan pengukuran dalam penjaskesTes dan pengukuran dalam penjaskes
Tes dan pengukuran dalam penjaskes
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Ppt e learning
Ppt e learningPpt e learning
Ppt e learning
 
Ppt media visual
Ppt media visualPpt media visual
Ppt media visual
 
Prestasi olahraga dan olahraga prestasi
Prestasi olahraga dan olahraga prestasiPrestasi olahraga dan olahraga prestasi
Prestasi olahraga dan olahraga prestasi
 
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbarSk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
 
Pembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasarPembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasar
 
01. Materi Couching - PMM -.pptx
01. Materi Couching - PMM -.pptx01. Materi Couching - PMM -.pptx
01. Materi Couching - PMM -.pptx
 
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaranpengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
pengertian pendekatan, metode, teknik dan model pembelajaran
 
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxPembelajaran Berdiferensiasi.pptx
Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
 
Rpp tema 3 st 3 pb 4
Rpp tema 3 st 3 pb 4Rpp tema 3 st 3 pb 4
Rpp tema 3 st 3 pb 4
 
Rpp renang gaya bebas smp
Rpp renang gaya bebas smpRpp renang gaya bebas smp
Rpp renang gaya bebas smp
 
Contoh model pembelajaran langsung
Contoh model pembelajaran langsungContoh model pembelajaran langsung
Contoh model pembelajaran langsung
 
Model RPP PJOK
Model RPP PJOKModel RPP PJOK
Model RPP PJOK
 
Modul 5 kb 2
Modul 5 kb 2Modul 5 kb 2
Modul 5 kb 2
 
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docxKONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 3 (1).docx
 
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
RPP PJOK KELAS X KURIKULUM 2013 REVISI
 
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docxAKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
AKSI NYATA_TOPIK 4 Satrio Fajar Prianto.docx
 

Viewers also liked

Ringkasan materi volly wahyuni
Ringkasan materi volly wahyuniRingkasan materi volly wahyuni
Ringkasan materi volly wahyuni
wah yuni
 
Penjaskes
PenjaskesPenjaskes
Penjaskes
Shiroi_Kiba
 
Teknik dasar bulutangkis
Teknik dasar bulutangkisTeknik dasar bulutangkis
Teknik dasar bulutangkisFendi Ard
 
BOLA BASKET
BOLA BASKETBOLA BASKET
BOLA BASKET
Nilam Ayu
 
PowerPoint BuluTangkis / Badminton
PowerPoint BuluTangkis / BadmintonPowerPoint BuluTangkis / Badminton
PowerPoint BuluTangkis / Badminton
Dewi Puspitasari
 
Power point p.jasmani
Power point p.jasmaniPower point p.jasmani
Power point p.jasmanidevakijp
 
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
Gita Ardeny
 
PENJASKES BOLA BASKET
PENJASKES BOLA BASKETPENJASKES BOLA BASKET
PENJASKES BOLA BASKET
Diana Nova
 
Power point passing
Power point passingPower point passing
Power point passingkencot
 
Passing Bawah Bolavoli Power Point
Passing Bawah Bolavoli Power PointPassing Bawah Bolavoli Power Point
Passing Bawah Bolavoli Power Pointguestad7cfd9
 
Ppt penjaskes kelompok 4
Ppt penjaskes kelompok 4Ppt penjaskes kelompok 4
Ppt penjaskes kelompok 4bagassubag
 
Permainan Bola Voli (VolleyBall)
Permainan Bola Voli (VolleyBall)Permainan Bola Voli (VolleyBall)
Permainan Bola Voli (VolleyBall)Andre Wildaniar
 
Presentasi penjaskes bola basket
Presentasi penjaskes bola basketPresentasi penjaskes bola basket
Presentasi penjaskes bola basket
Risa Andini
 
PPT Basket
PPT BasketPPT Basket
PPT Basket
octiaraestya
 
Bola voli
Bola voliBola voli
Bola voli
Asri Aini
 
Badminton power point presentation
Badminton power point presentationBadminton power point presentation
Badminton power point presentation
nikkiabarentos
 

Viewers also liked (17)

Ringkasan materi volly wahyuni
Ringkasan materi volly wahyuniRingkasan materi volly wahyuni
Ringkasan materi volly wahyuni
 
Penjaskes
PenjaskesPenjaskes
Penjaskes
 
Teknik dasar bulutangkis
Teknik dasar bulutangkisTeknik dasar bulutangkis
Teknik dasar bulutangkis
 
护齿小兵 2013
护齿小兵 2013护齿小兵 2013
护齿小兵 2013
 
BOLA BASKET
BOLA BASKETBOLA BASKET
BOLA BASKET
 
PowerPoint BuluTangkis / Badminton
PowerPoint BuluTangkis / BadmintonPowerPoint BuluTangkis / Badminton
PowerPoint BuluTangkis / Badminton
 
Power point p.jasmani
Power point p.jasmaniPower point p.jasmani
Power point p.jasmani
 
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
(Penjaskes) Badminton / Bulu Tangkis
 
PENJASKES BOLA BASKET
PENJASKES BOLA BASKETPENJASKES BOLA BASKET
PENJASKES BOLA BASKET
 
Power point passing
Power point passingPower point passing
Power point passing
 
Passing Bawah Bolavoli Power Point
Passing Bawah Bolavoli Power PointPassing Bawah Bolavoli Power Point
Passing Bawah Bolavoli Power Point
 
Ppt penjaskes kelompok 4
Ppt penjaskes kelompok 4Ppt penjaskes kelompok 4
Ppt penjaskes kelompok 4
 
Permainan Bola Voli (VolleyBall)
Permainan Bola Voli (VolleyBall)Permainan Bola Voli (VolleyBall)
Permainan Bola Voli (VolleyBall)
 
Presentasi penjaskes bola basket
Presentasi penjaskes bola basketPresentasi penjaskes bola basket
Presentasi penjaskes bola basket
 
PPT Basket
PPT BasketPPT Basket
PPT Basket
 
Bola voli
Bola voliBola voli
Bola voli
 
Badminton power point presentation
Badminton power point presentationBadminton power point presentation
Badminton power point presentation
 

Similar to Pembelajaran penjas

Bahan Ajar Media
Bahan Ajar MediaBahan Ajar Media
Bahan Ajar Media
Jihad Achmad Gojali
 
Hafsa shabrina 1172020092
Hafsa shabrina 1172020092Hafsa shabrina 1172020092
Hafsa shabrina 1172020092
HafsaShabrina
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARRetno Nindia
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
Fitri Yusmaniah
 
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Mayawi Karim
 
Psikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docxPsikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docx
Diana191885
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
putri-uki
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
Narendra
 
Pembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerPembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerFKIP UHO
 
Makalah
MakalahMakalah
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran BiologiLingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Linda Listiana
 
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02Psikologimakalah 101016054200-phpapp02
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02Andri Zukro
 
Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajarandhianhariani
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikaniirstanty
 

Similar to Pembelajaran penjas (20)

Pembelajaran
PembelajaranPembelajaran
Pembelajaran
 
Bahan Ajar Media
Bahan Ajar MediaBahan Ajar Media
Bahan Ajar Media
 
Hafsa shabrina 1172020092
Hafsa shabrina 1172020092Hafsa shabrina 1172020092
Hafsa shabrina 1172020092
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
 
Proposal deddy
Proposal deddyProposal deddy
Proposal deddy
 
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan PembelajaranHakikat Belajar dan Pembelajaran
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
 
Psikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docxPsikologi Belajar.docx
Psikologi Belajar.docx
 
Psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan.Psikologi pendidikan.
Psikologi pendidikan.
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
Pembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputerPembelajaran berbantuan komputer
Pembelajaran berbantuan komputer
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran BiologiLingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Biologi
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02Psikologimakalah 101016054200-phpapp02
Psikologimakalah 101016054200-phpapp02
 
makalah psikologi
makalah psikologimakalah psikologi
makalah psikologi
 
Tugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaranTugas individu media pembelajaran
Tugas individu media pembelajaran
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 

More from istana walet

Permendikbud tahun 2016 nomor 020
Permendikbud tahun 2016 nomor 020Permendikbud tahun 2016 nomor 020
Permendikbud tahun 2016 nomor 020
istana walet
 
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
istana walet
 
Program Guru Indukisi
Program Guru IndukisiProgram Guru Indukisi
Program Guru Indukisi
istana walet
 
Uts psikologi upi pjkr fpok
Uts psikologi upi pjkr fpokUts psikologi upi pjkr fpok
Uts psikologi upi pjkr fpok
istana walet
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
istana walet
 
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 newsPerkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
istana walet
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
istana walet
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
istana walet
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
istana walet
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baruPerkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
istana walet
 
Perkembangan peserta didik mdl 3 unt 1 arizal
Perkembangan peserta didik  mdl 3 unt 1 arizalPerkembangan peserta didik  mdl 3 unt 1 arizal
Perkembangan peserta didik mdl 3 unt 1 arizal
istana walet
 
Perkembangan peserta didik 5
Perkembangan peserta didik 5Perkembangan peserta didik 5
Perkembangan peserta didik 5
istana walet
 
Perkembangan peserta didik 4
Perkembangan peserta didik 4Perkembangan peserta didik 4
Perkembangan peserta didik 4
istana walet
 
Perkembangan peserta didik 2
Perkembangan peserta didik 2Perkembangan peserta didik 2
Perkembangan peserta didik 2
istana walet
 
Perkembangan peserta didik 1
Perkembangan peserta didik 1Perkembangan peserta didik 1
Perkembangan peserta didik 1
istana walet
 
Perkembangan peserta didik (modul)
Perkembangan peserta didik (modul)Perkembangan peserta didik (modul)
Perkembangan peserta didik (modul)
istana walet
 
Cover perkembangan peserta didik
Cover perkembangan peserta didikCover perkembangan peserta didik
Cover perkembangan peserta didik
istana walet
 
Coper perkembangan peserta didik
Coper perkembangan peserta didikCoper perkembangan peserta didik
Coper perkembangan peserta didik
istana walet
 
Tabel perkembangan peserta didik
Tabel perkembangan peserta didikTabel perkembangan peserta didik
Tabel perkembangan peserta didik
istana walet
 
Rangkuman penjas adaptif
Rangkuman penjas adaptifRangkuman penjas adaptif
Rangkuman penjas adaptif
istana walet
 

More from istana walet (20)

Permendikbud tahun 2016 nomor 020
Permendikbud tahun 2016 nomor 020Permendikbud tahun 2016 nomor 020
Permendikbud tahun 2016 nomor 020
 
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
Pergub sp3 or jawa barat tahun 2017
 
Program Guru Indukisi
Program Guru IndukisiProgram Guru Indukisi
Program Guru Indukisi
 
Uts psikologi upi pjkr fpok
Uts psikologi upi pjkr fpokUts psikologi upi pjkr fpok
Uts psikologi upi pjkr fpok
 
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikanSejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
 
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 newsPerkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
Perkembangan peserta didik unit3 modul 2 news
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
Perkembangan peserta didik modul 3 unit4
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit3
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3
 
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baruPerkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
Perkembangan peserta didik modul 3 unit 3 baru
 
Perkembangan peserta didik mdl 3 unt 1 arizal
Perkembangan peserta didik  mdl 3 unt 1 arizalPerkembangan peserta didik  mdl 3 unt 1 arizal
Perkembangan peserta didik mdl 3 unt 1 arizal
 
Perkembangan peserta didik 5
Perkembangan peserta didik 5Perkembangan peserta didik 5
Perkembangan peserta didik 5
 
Perkembangan peserta didik 4
Perkembangan peserta didik 4Perkembangan peserta didik 4
Perkembangan peserta didik 4
 
Perkembangan peserta didik 2
Perkembangan peserta didik 2Perkembangan peserta didik 2
Perkembangan peserta didik 2
 
Perkembangan peserta didik 1
Perkembangan peserta didik 1Perkembangan peserta didik 1
Perkembangan peserta didik 1
 
Perkembangan peserta didik (modul)
Perkembangan peserta didik (modul)Perkembangan peserta didik (modul)
Perkembangan peserta didik (modul)
 
Cover perkembangan peserta didik
Cover perkembangan peserta didikCover perkembangan peserta didik
Cover perkembangan peserta didik
 
Coper perkembangan peserta didik
Coper perkembangan peserta didikCoper perkembangan peserta didik
Coper perkembangan peserta didik
 
Tabel perkembangan peserta didik
Tabel perkembangan peserta didikTabel perkembangan peserta didik
Tabel perkembangan peserta didik
 
Rangkuman penjas adaptif
Rangkuman penjas adaptifRangkuman penjas adaptif
Rangkuman penjas adaptif
 

Recently uploaded

AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AdeRinaMuliawati1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
EkaPuspita67
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 

Pembelajaran penjas

  • 1. Pengaruh Modifikasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Tingkat SLTP BAB I A. Latar Belakang Masalah Suatu realita sehari-hari di dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bidang studi Pendidikan Jasmani berlangsung, masih banyak guru yang belum memberdayakan seluruh potensinya dalam mengelola pembelajaran baik dalam menguasai materi maupun dalam menggunakan media pembelajaran melainkan hanya menggunakan talk and chalk (berbicara dan kapur tulis), sementara materi- materi dalam Pendidikan Jasamani (Penjas) dilakukan tidak hanya di dalam ruangan saja/kelas yang dalam arti teori melainkan praktek di lapangan. Dalam praktek di lapangan sering sekali didapati pembelajaran Penjas yang kurang efektif dan efisien. Dalam pengajaran materi, kebanyakan guru tidak menggunakan media atau alat bantu. Padahal jika dikaji lebih mendalam, dengan menggunakan alat bantu informasi/pesan yang akan disampaikan akan lebih mudah ditangkap dan dicerna oleh siswa sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Hal ini disinyalir karena tidak tersedianya alat bantu tersebut dan kurangnya kreativitas para guru. Tidak tersedianya media pembelajaran/alat bantu di sekolah menjadi salah satu faktor penyebab guru malas dan kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran sehingga hanya bermodalkan talk and chalk. Hal ini sering kita jumpai dalam KBM bidang studi Penjas yang efeknya dapat mengkondisikan siswa dalam situasi Duduk Diam Catat Hafal (DDCH). Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan pengajaran Penjas yang sangat kompleks yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial, melainkan hanya aspek kognitifnya. Di samping itu, hal ini tentu bertentangan dengan harapan masyarakat (orang tua anak) yang menginginkan anak–anaknya
  • 2. tumbuh lebih kreatif, dapat menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya secara efektif dalam pemecahan masalah–masalah sehari-hari yang kontekstual. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari UU RI No: 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 2A : “Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis”. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjadi masalah dalam hal ini adalah : 1. Apakah penggunaan media (alat bantu) dapat membantu kelancaran proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah yang lebih efektif dan efisien? 2. Bagaimana caranya memodifikasi alat bantu peluru dan pelampung dengan memanfaatkan limbah masyarakat? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk membuka wawasan bagi para guru Pendidikan Jasmani untuk lebih kratif dan inovatif dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. 2. Manfaat Dengan dibuatnya karya tulis ini diharapkan para guru pendidikan jasmani termotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain media/alat bantu pembelajaran materi yang efektif dan efisien
  • 3. BAB II A. Hakekat Media Dr. Soepartono dalam bukunya, “Media Pembelajaran” (2000:3) menyatakan bahwa media adalah kata jamak dari medium, berasal dari bahasa Latin yang berarti perantara atau pengantar. Pengertian secara harfiah ini selanjutnya menurunkan berbagai definisi media seirama dengan perkembangan teknologi dalam pendidikan seperti yang dikatakan dosen Program D2 PGSD Pendidikan Jasmani (1991), Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk memproses penyaluran informasi. Sedang National Education Association (NEA) mendefinisikan bahwa media adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta perantinya untuk kegiatan tersebut. Media sering juga disebut sebagai perangkat lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar untuk disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6) Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi
  • 4. pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. B. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah berasal dari kata belajar. Sebelum kita mengartikan apa itu pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa arti belajar. Drs. Husdarta dan Drs. Yudha M. Saputra M.Ed menyatakan dalam bukunya “Belajar dan Pembelajaran” (2000: 2) bahwa belajar itu dimaknai sebagai proses perubahan tingkahlaku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tingkahlaku itu menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tingkahlaku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan yang tidak. Tingkahlaku yang dapat diamati disebut dengan behavioral performance, sedangkan yang tidak dapat diamati disebut behavioral tendency. Muhibbin Syah M.Ed dalam bukunya “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” (1995:89) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Beberapa pendapat dari para pakar tentang belajar yang dikutip dari buku “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru” (1995:90) karangan Muhibbin Syah, M.Ed adalah sebagai berikut : Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology :The Teaching-Learning Proces, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progesif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah . . . a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F.
  • 5. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguatan (reinforcer). Skinner, seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan respons. Namun, patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menentangnya. Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi : . . . . acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respons–respons sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa pengalaman pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian
  • 6. organisme yang bersangkutan. Mungkin, inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan everyday learning (belajar sehari–hari) yang dipopulerkan oleh Prof. John B. Biggs. Witting dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkahlaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkahlaku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh, tidak dapat dipandang sebagai proses belajar. Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan–pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat–sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut. C. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu : 1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain,
  • 7. gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip), transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram. 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. 5. Benda –benda hidup, simulasi maupun model. D. Fungsi Media Pembelajaran 1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. 2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas boleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : - obyek terlalu besar, - obyek terlalu kecil, - obyek yang bergerak terlalu lambat, - obyek yang bergerak terlalu cepat, - obyek yang terlalu kompleks, - obyek yang bunyinya terlalu halus, - obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
  • 8. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik. 3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. 4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. 7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. 8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Selain itu media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi, disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya adalah : - Media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. - Media sebagai segala benda yang yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. - Media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsang untuk belajar”. - Media sebagai wahana fisik yang mengandung intruksional. - Media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar mengajar. - Media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan suatu pesan, dimana media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan intruksional.
  • 9. - Bila media dipandang secara luas/makro dalam sistem pendidikan, maka media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. E. Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek. Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan. Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah : Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata–katanya, tetapi tidak tahu maksudnya) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah. Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah.
  • 10. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar. Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Membangkitkan motivasi belajar Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa. F. Prinsip–Prinsip Memilih Media Pembelajaran Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu : 1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula
  • 11. tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kedokteran). 2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi 3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan. G. Peranan Media dan Manfaatnya Dalam Proses Pembelajaran Proses Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Pengalaman menunjukkan bahwa dalam komunikasi ini sering terjadi penyimpangan– penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Penyebab penyimpangan dalam komunikasi pembelajaran antara lain adanya kecenderungan verbalisme dalam proses pembelajaran, ketidak siapan siswa, kurangnya minat, kegairahan siswa dan lain–lain. Salah satu upaya untuk mengatasi hal–hal tersebut di atas ialah penggunaan media dalam proses pembelajaran. Ini disebabkan karena fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain–lain) dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Juga dalam hal–hal tertentu media mempunyai nilai–nilai praktis yang sangat bermanfaat baik bagi siswa maupun guru.
  • 12. Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru. Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal. Lebih khusus manfaat media diidentifikasikan oleh Kemp dan Dayton (1985) sebagai berikut : 1. Penyampaian materi dapat diseragamkan 2. Proses instruksional menjadi lebih menarik 3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif 4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi 5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan 6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja 7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Berkaitan dengan penyeragaman materi, guru mungkin mempunyai penafsiran yang beranekaragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap siswa yang melihat atau mendengar uraian melalui media yang sama akan menerima informasi persis sama dengan yang diterima oleh teman–temannya.
  • 13. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik karena media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual) sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses atau suatu prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lengkap dan jelas. Keingintahuan dapat bangkit melalui media. Untuk menghidupkan suasana kelas, media merangsang siswa bereaksi terhadap penjelasan guru, membuat siswa ikut tertawa atau ikut sedih. Media memungkinkan siswa menyentuh objek kajian pelajaran, membantu siswa mengkongkritkan sesuatu yang abstrak dan membantu guru menghindarkan suasana monoton. Media memungkinkan proses pembelajaran lebih interaktif karena adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. Tanpa media guru akan cenderung berbicara satu arah, namun dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga siswa ikut pula menjadi aktif. Dengan menggunakan media, waktu lebih efisien. Seringkali seorang guru terpaksa menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk menjelaskan suatu konsep atau teori baru karena tidak menggunakan media, misalnya menerangkan teknik tangan renang gaya bebas pasti memerlukan banyak waktu jika guru hanya menggunakan metode ceramah tanpa alat bantu lain. Pada hal jika memanfaatkan media dengan baik, waktu yang dihabiskan pasti tidak sebanyak itu. Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi materi pelajaran dapat diserap lebih mendalam. Siswa mungkin sudah memahami permasalahan melalui penjelasan guru. Pemahaman itu akan lebih baik lagi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media. Di samping itu, media dapat memperkuat kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses mencari ilmu itu sendiri.
  • 14. Dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran peranan guru lebih positif karena : 1. Guru tidak banyak mengulang–ulang penjelasannya, 2. Dengan mengurangi waktu untuk menjelaskan maka guru dapat memberikan perhatiaanya kepada aspek–aspek pembelajaran yang lain, dan 3. Peran guru meningkat bukan hanya sebagai pengajar, tetapi berperan juga sebagai penasehat, konsultan dan manager. H.Konsep Modifikasi Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya. a. Apa yang dimodifikasi ? Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
  • 15. Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah- sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan–pengembangan kearah itu dengan melakukan modifikasi ? Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah “Bermain–bergerak–ceria”.
  • 16. b. Mengapa Dimodifikasi ? Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ngasmain Soepartono (1997) bahwa alasan utama perlunya modifikasi adalah : 1. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orang dewasa. 2. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton. 3. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa. Menurut Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak. Sedangkan, Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan : 1. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa
  • 17. 2. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak 3. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan 4. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif. Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah : 1. Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan, 2. Lapangan permainan, 3. Waktu bermain atau lamanya permainan, 4. Peraturan permainan, dan 5. Jumlah pemain (Aussie : 1996). Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, Kemampuan mengembangkan media pengajaran dan berbagai pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani harus benar-benar dikuasai dan dimiliki oleh setiap fasilitator pendidikan jasmani, karena kemampuan mengembangkan media pengajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Sehingga pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dapat benar-benar dirasakan oleh siswa, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan.
  • 18. 1. Apakah proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien dengan menggunakan media atau alat bantu? Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di SLTP diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk mengajari jumlah siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau alat bantu, sangat kecil kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa yang diajarkan guru. Dari kenyataan yang diamati Penulis terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani tanpa menggunakan media, kebanyakan siswanya komplain dan sebagai dampaknya adalah siswa lebing senang bermain–main dan bahkan sama sekali tidak ikut dalam proses pembelajaran. Dr. Soepartono dalam bukunya “Media Pembelajaran” (2000: 14) menyatakan bahwa penggunaan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan bermanfaat juga bagi guru. Kemp dan Dayton (1985) dalam buku karangan Dr. Soepartono “Media Pembelajaran (2000: 15) juga mengatakan bahwa media itu sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1. Penyampaian materi dapat diseragamkan 2. Proses instruksional menjadi lebih menarik 3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif 4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi 5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan 6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja 7. Sikap positif siswa terhadap meteri belajar maupun tehadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
  • 19. 2. Bagaimana memodifikasi media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP. Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat. Dalam hal ini penulis membatasi cara pengadaan media pembelajaran yaitu pengadaan media atau alat bantu pembelajaran tolak puluru dan renang. 1. Pengadaan peluru Peluru dapat dibuat dengan bahan–bahan sebagai berikut: bola pelastik, pasir, semen, air, timbangan. Proses pembuatannya adalah semen, pasir, dan air dicampur dan diaduk dengan merata sesuai dengan porsinya. Setelah agak kering dan merata, dimasukkan ke dalam bola plastik berukuran sedang kira – kira berdiametr 10 cm yang sudah dibuat lobang kecil dan diisi penuh kemudian dikeringkan. Setelah kering, bola yang berisi campuran itu ditimbang dan diujicobakan. 2. Pengadaan pelampung Pelampung adalah salah satu media atau alat bantu yang dapat digunakan dalam pembelajaran teknik dasar renang. Dalam hal ini pelampung dapat dibuat dengan menggunakan botol akua berukuran sedang, benang pancing (nilon), lem setan, tali pelastik, yang dirancang dan didesain sedemikian rupa.
  • 20. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan sukses, jika mampu membangkitkan suasana belajar pada siswa. Perlu diingat baik-baik, bahwa pendidikan jasmani itu tidak diartikan sempit, hanya sebagai kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan kegiatan sebagai penyeleksi bukan belajar, atau sekedar mengamankan siswa supaya tertib. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan kata lain bahwa melalui aktivitas jasmani anak diarahkan untuk belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku, tidak saja menyangkup fisikal, tetapi juga intelektual, emosional, sosial dan moral. Untuk itu agar beberapa perubahan tercipta, maka guru pendidikan jasmani lebih kreatif dalam menganalisis setiap bentuk pelayanan pembalajaran. Jadi, dari pembahasan di atas bahwa media atau alat bantu itu sangat bermanfaat bagi keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani dan juga bermanfaat bagi guru. Dalam pengadaannya juga tidak terlalu sulit, hanya butuh kemauan dan kreatifitas dari guru.
  • 21. B. Saran Pembelajaran selalu bertitik tolak dari perumusan tujuan. Tujuan yang tidak realistik akan menimbulkan frustasi dan mengorbankan wabah kegagalan pada siswa. Pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses memberikan pengalaman berhasil kepada siswa. Kerena itu, rumuskan tujuan dari pada pembelajaran pendidikan jasmani, dan kemudian dianalisis model, metode strategi ataupun pendekatan pembelajarannya yang sesuai dengan asas praktis pengajaran, dan yang penting untuk diperhatikan dimana pengajaran tersebut berorientasi serta berlandasan pada tingkat perkembangan, pertumbuhan dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada semua guru Pendidikan Jasmani agar tidak mudah putus asa dalam mengajarkan materi-materi dalam mata pelajaran Penjas, dan sekaligus mengajak para guru untuk berkreasi menyalurkan ide–ide yang mereka miliki yang mungkin selama ini terpendam dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat SLTP. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi setiap pembacanya.
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Cholik dan Lutan (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Fery (2009), konsep Pendidikan Jasmani. Internet:http://en.wikipwdia.org Lutan (2002), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas. Sukintaka (2004), Teori Pendidikan Jassmani (Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan). Bandung: Nuansa Wahjudi (2009), Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bucher (1983), Fundation Of Physycal Education And Sport. (9th ed). St. Louis, Missouri: The Mosby Co. Internet : http://pojokpenjas.blogspot.com/2008/12/modifikasi-pembelajaran-pendidikan.html http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-media-pembelajaran.html