Pelatihan aplikasi pendataan industri kecil dan menengah akan diselenggarakan di Bandung pada 7-8 November 2017. Pelatihan akan membahas konsep dan definisi industri kecil dan menengah, permasalahan data IKM, sumber data IKM, dan metode pengolahan data IKM.
GKM permata sutra- studi kasus contoh risalah - Gugus Kendali MutuAa Renovit
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia disingkat Kemenperin RI adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan perindustrian. Kementerian Perindustrian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, serta dipimpin oleh menteri yang sejak tanggal 23 Oktober 2019 dijabat oleh Agus Gumiwang Kartasasmita.
GKM super (PT. Laksana Tekhnik Makmur) animasi contoh risalahAa Renovit
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan.
Kami melayani pengurusan Perizinan Dokumen Perusahaan seperti :
- PT
- CV
- UD
- SIUJPT
- SIUPAL
- PMA
- API
- IT
- KADIN
- BPW
- IUP
- NIK
- NPIK
- Dan lain - lain
" Anda tidak perlu lagi ragu sebab biaya pengurusan dokumen perusahaan yang kami tawarkan sangat kompotetif, dan Keaslian Dokumen serta kepuasan anda adalah jaminan kami.
Gerai Baja Indonesia menjadi solusi kebutuhan material besi baja yang dibutuhkan oleh kontraktor dan pabrikator di seluruh nusantara dengan servis dan harga yang kompotitif
Model GKM 3P Gugus Kendali Mutu - sebuah contohAa Renovit
Gugus Kendali Mutu Peningkatan Percepatan Produktivitas (GKM 3P) dibentuk dalam rangka mempercepat peningkatan produktivitas kerja terutama di Industri Kecil Menengah, dalam rangka menghadapi tuntutan dan harapan pelanggan. Oleh karena itu Industri Kecil Menengah harus meningkatkan konsistensi proses produksi, efisiensi biaya, motivasi serta sikap SDM, dan produktivitas, sehingga perusahaan Industri Kecil Menengah dapat berkompetisi era globalisasi perdagangan.
Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan MenengahAa Renovit
Melihat kondisi yang terjadi setelah runtuhnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis 1998, pemerintah mulai melirik industri kecil dan menengah (IKM) karena terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Buktinya saat pertumbuhan industri secara keseluruhan terjun bebas dari 5,90% (2005) menjadi 5% (2006), pertumbuhan IKM justru meningkat dari 3,48% (2005) menjadi 4,6% (2006). Namun demikian IKM yang dipercaya sebagai andalan kekuatan ekonomi bangsa, masih banyak menghadapi masalah. Salah satu contohnya IKM “Dedi Konveksi” di Bandung. Dalam penelitian ini, identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode “three level characteristics of manufacture”. Kemudian dilakukan analisis SWOT sebagai dasar penentuan strategi korporasi. Strategi bisnis yang diusulkan menjadi acuan untuk menyusun strategi teknologi. Dari strategi-strategi yang telah tersusun (strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi teknologi) diperlukan adanya suatu kebijakan. Kebijakan tersebut digunakan sebagai arahan untuk dapat mengembangkan dan membina industri kecil modern. Kebijakan pengembangan dan pembinaan IKM konveksi ini menggunakan 4 perspektif yaitu finansial, customer, proses bisnis internal, dan pertumbuhan-pembelajaran. Unsur dalam kebijakan tersebut melibatkan seluruh stakeholder dalam IKM. Kata kunci : Manajemen, Industri Kecil Modern, Strategi Bisnis, Strategi Korporasi, Strategi Teknologi. Review to the conditions that occurred after the collapse of Indonesia's economy from the crisis of 1998, the government will begin to consider small and medium enterprises (SME) because it has proved to be more resilient to the economic crisis. This could be figured out when the overall industrial growth just plummeted from 5.90% (2005) to 5% (2006), and the growth of SMEs had increased from 3.48% (2005) to 4.6% (2006). Eventhough SMEs are believed as centre of the nation's economic strength, those still faces many problems. One example IKM "Dedi Konveksi" in Bandung. In this study, identification of problems is done by using the three-level characteristics of manufacture.This identification will determine a SWOT analysis as a basis for determining corporate strategy. Business strategy is proposed as the benchmark for technology strategy. Those strategies that have been organized (corporate strategy, business strategy and technology strategy) required the existence of policies. The policies aimed as guidance to develop and foster a modern small industries. Strategy for development and promotion policies of SMEs convection implemented through four perspectives; namely financial, customer, internal business processes, and human resource growth-learning. Element in this policy strategy involves all stakeholders in the SMEs. Keywords : Management, SMEs, Bussiness Strategy.
GKM permata sutra- studi kasus contoh risalah - Gugus Kendali MutuAa Renovit
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia disingkat Kemenperin RI adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan perindustrian. Kementerian Perindustrian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, serta dipimpin oleh menteri yang sejak tanggal 23 Oktober 2019 dijabat oleh Agus Gumiwang Kartasasmita.
GKM super (PT. Laksana Tekhnik Makmur) animasi contoh risalahAa Renovit
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan.
Kami melayani pengurusan Perizinan Dokumen Perusahaan seperti :
- PT
- CV
- UD
- SIUJPT
- SIUPAL
- PMA
- API
- IT
- KADIN
- BPW
- IUP
- NIK
- NPIK
- Dan lain - lain
" Anda tidak perlu lagi ragu sebab biaya pengurusan dokumen perusahaan yang kami tawarkan sangat kompotetif, dan Keaslian Dokumen serta kepuasan anda adalah jaminan kami.
Gerai Baja Indonesia menjadi solusi kebutuhan material besi baja yang dibutuhkan oleh kontraktor dan pabrikator di seluruh nusantara dengan servis dan harga yang kompotitif
Model GKM 3P Gugus Kendali Mutu - sebuah contohAa Renovit
Gugus Kendali Mutu Peningkatan Percepatan Produktivitas (GKM 3P) dibentuk dalam rangka mempercepat peningkatan produktivitas kerja terutama di Industri Kecil Menengah, dalam rangka menghadapi tuntutan dan harapan pelanggan. Oleh karena itu Industri Kecil Menengah harus meningkatkan konsistensi proses produksi, efisiensi biaya, motivasi serta sikap SDM, dan produktivitas, sehingga perusahaan Industri Kecil Menengah dapat berkompetisi era globalisasi perdagangan.
Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan MenengahAa Renovit
Melihat kondisi yang terjadi setelah runtuhnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis 1998, pemerintah mulai melirik industri kecil dan menengah (IKM) karena terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Buktinya saat pertumbuhan industri secara keseluruhan terjun bebas dari 5,90% (2005) menjadi 5% (2006), pertumbuhan IKM justru meningkat dari 3,48% (2005) menjadi 4,6% (2006). Namun demikian IKM yang dipercaya sebagai andalan kekuatan ekonomi bangsa, masih banyak menghadapi masalah. Salah satu contohnya IKM “Dedi Konveksi” di Bandung. Dalam penelitian ini, identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode “three level characteristics of manufacture”. Kemudian dilakukan analisis SWOT sebagai dasar penentuan strategi korporasi. Strategi bisnis yang diusulkan menjadi acuan untuk menyusun strategi teknologi. Dari strategi-strategi yang telah tersusun (strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi teknologi) diperlukan adanya suatu kebijakan. Kebijakan tersebut digunakan sebagai arahan untuk dapat mengembangkan dan membina industri kecil modern. Kebijakan pengembangan dan pembinaan IKM konveksi ini menggunakan 4 perspektif yaitu finansial, customer, proses bisnis internal, dan pertumbuhan-pembelajaran. Unsur dalam kebijakan tersebut melibatkan seluruh stakeholder dalam IKM. Kata kunci : Manajemen, Industri Kecil Modern, Strategi Bisnis, Strategi Korporasi, Strategi Teknologi. Review to the conditions that occurred after the collapse of Indonesia's economy from the crisis of 1998, the government will begin to consider small and medium enterprises (SME) because it has proved to be more resilient to the economic crisis. This could be figured out when the overall industrial growth just plummeted from 5.90% (2005) to 5% (2006), and the growth of SMEs had increased from 3.48% (2005) to 4.6% (2006). Eventhough SMEs are believed as centre of the nation's economic strength, those still faces many problems. One example IKM "Dedi Konveksi" in Bandung. In this study, identification of problems is done by using the three-level characteristics of manufacture.This identification will determine a SWOT analysis as a basis for determining corporate strategy. Business strategy is proposed as the benchmark for technology strategy. Those strategies that have been organized (corporate strategy, business strategy and technology strategy) required the existence of policies. The policies aimed as guidance to develop and foster a modern small industries. Strategy for development and promotion policies of SMEs convection implemented through four perspectives; namely financial, customer, internal business processes, and human resource growth-learning. Element in this policy strategy involves all stakeholders in the SMEs. Keywords : Management, SMEs, Bussiness Strategy.
Kebijakan Direktorat Jendral IKM pada Rapim 2017Aa Renovit
Melihat kondisi yang terjadi setelah runtuhnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis 1998, pemerintah mulai melirik industri kecil dan menengah (IKM) karena terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Buktinya saat pertumbuhan industri secara keseluruhan terjun bebas dari 5,90% (2005) menjadi 5% (2006), pertumbuhan IKM justru meningkat dari 3,48% (2005) menjadi 4,6% (2006). Namun demikian IKM yang dipercaya sebagai andalan kekuatan ekonomi bangsa, masih banyak menghadapi masalah. Salah satu contohnya IKM “Dedi Konveksi” di Bandung. Dalam penelitian ini, identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode “three level characteristics of manufacture”. Kemudian dilakukan analisis SWOT sebagai dasar penentuan strategi korporasi. Strategi bisnis yang diusulkan menjadi acuan untuk menyusun strategi teknologi. Dari strategi-strategi yang telah tersusun (strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi teknologi) diperlukan adanya suatu kebijakan. Kebijakan tersebut digunakan sebagai arahan untuk dapat mengembangkan dan membina industri kecil modern. Kebijakan pengembangan dan pembinaan IKM konveksi ini menggunakan 4 perspektif yaitu finansial, customer, proses bisnis internal, dan pertumbuhan-pembelajaran. Unsur dalam kebijakan tersebut melibatkan seluruh stakeholder dalam IKM. Kata kunci : Manajemen, Industri Kecil Modern, Strategi Bisnis, Strategi Korporasi, Strategi Teknologi. Review to the conditions that occurred after the collapse of Indonesia's economy from the crisis of 1998, the government will begin to consider small and medium enterprises (SME) because it has proved to be more resilient to the economic crisis. This could be figured out when the overall industrial growth just plummeted from 5.90% (2005) to 5% (2006), and the growth of SMEs had increased from 3.48% (2005) to 4.6% (2006). Eventhough SMEs are believed as centre of the nation's economic strength, those still faces many problems. One example IKM "Dedi Konveksi" in Bandung. In this study, identification of problems is done by using the three-level characteristics of manufacture.This identification will determine a SWOT analysis as a basis for determining corporate strategy. Business strategy is proposed as the benchmark for technology strategy. Those strategies that have been organized (corporate strategy, business strategy and technology strategy) required the existence of policies. The policies aimed as guidance to develop and foster a modern small industries. Strategy for development and promotion policies of SMEs convection implemented through four perspectives; namely financial, customer, internal business processes, and human resource growth-learning. Element in this policy strategy involves all stakeholders in the SMEs. Keywords : Management, SMEs, Bussiness Strateg
Daya saing konstruksi nasional, dipaparkan dalam Forum Konsultasi Peningkatan Daya Saing Sektor Konstruksi Nasional Provinsi KALIMANTAN TENGA, Palangkaraya 5 Juni 2014
Materi Presentasi oleh Bapak Miftahul Huda (FITRA Jatim) dalam Diskusi Publik “Akuntabilitas Sosial CSR Industri Ekstraktif dan Peranannya dalam
Penanggulangan Kemiskinan” di Jakarta, 18 Juli 2013; yang diselenggarakan oleh PWYP Indonesia bekerjasama dengan FITRA Jatim dan didukung oleh Yayasan TIFA
Kebijakan Direktorat Jendral IKM pada Rapim 2017Aa Renovit
Melihat kondisi yang terjadi setelah runtuhnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis 1998, pemerintah mulai melirik industri kecil dan menengah (IKM) karena terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Buktinya saat pertumbuhan industri secara keseluruhan terjun bebas dari 5,90% (2005) menjadi 5% (2006), pertumbuhan IKM justru meningkat dari 3,48% (2005) menjadi 4,6% (2006). Namun demikian IKM yang dipercaya sebagai andalan kekuatan ekonomi bangsa, masih banyak menghadapi masalah. Salah satu contohnya IKM “Dedi Konveksi” di Bandung. Dalam penelitian ini, identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode “three level characteristics of manufacture”. Kemudian dilakukan analisis SWOT sebagai dasar penentuan strategi korporasi. Strategi bisnis yang diusulkan menjadi acuan untuk menyusun strategi teknologi. Dari strategi-strategi yang telah tersusun (strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi teknologi) diperlukan adanya suatu kebijakan. Kebijakan tersebut digunakan sebagai arahan untuk dapat mengembangkan dan membina industri kecil modern. Kebijakan pengembangan dan pembinaan IKM konveksi ini menggunakan 4 perspektif yaitu finansial, customer, proses bisnis internal, dan pertumbuhan-pembelajaran. Unsur dalam kebijakan tersebut melibatkan seluruh stakeholder dalam IKM. Kata kunci : Manajemen, Industri Kecil Modern, Strategi Bisnis, Strategi Korporasi, Strategi Teknologi. Review to the conditions that occurred after the collapse of Indonesia's economy from the crisis of 1998, the government will begin to consider small and medium enterprises (SME) because it has proved to be more resilient to the economic crisis. This could be figured out when the overall industrial growth just plummeted from 5.90% (2005) to 5% (2006), and the growth of SMEs had increased from 3.48% (2005) to 4.6% (2006). Eventhough SMEs are believed as centre of the nation's economic strength, those still faces many problems. One example IKM "Dedi Konveksi" in Bandung. In this study, identification of problems is done by using the three-level characteristics of manufacture.This identification will determine a SWOT analysis as a basis for determining corporate strategy. Business strategy is proposed as the benchmark for technology strategy. Those strategies that have been organized (corporate strategy, business strategy and technology strategy) required the existence of policies. The policies aimed as guidance to develop and foster a modern small industries. Strategy for development and promotion policies of SMEs convection implemented through four perspectives; namely financial, customer, internal business processes, and human resource growth-learning. Element in this policy strategy involves all stakeholders in the SMEs. Keywords : Management, SMEs, Bussiness Strateg
Daya saing konstruksi nasional, dipaparkan dalam Forum Konsultasi Peningkatan Daya Saing Sektor Konstruksi Nasional Provinsi KALIMANTAN TENGA, Palangkaraya 5 Juni 2014
Materi Presentasi oleh Bapak Miftahul Huda (FITRA Jatim) dalam Diskusi Publik “Akuntabilitas Sosial CSR Industri Ekstraktif dan Peranannya dalam
Penanggulangan Kemiskinan” di Jakarta, 18 Juli 2013; yang diselenggarakan oleh PWYP Indonesia bekerjasama dengan FITRA Jatim dan didukung oleh Yayasan TIFA
Acara Kegiatan Tasyakuran Jelang Keberangkatan Haji Aa Renovit
Tasyakuran Keberangkatan Haji 2017
Haji (/hædʒ/;[1] bahasa Arab: حج Ḥaǧǧ "ziarah") adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.[2][3][4] Ini adalah satu dari lima Rukun Islam, di samping Syahadat, Salat, Zakat, dan Sawm. Haji adalah pertemuan tahunan terbesar orang-orang di dunia.[5][6] Keadaan yang secara fisik dan finansial mampu melakukan ibadah haji disebut istita'ah, dan seorang Muslim yang memenuhi syarat ini disebut mustati. Haji adalah demonstrasi solidaritas orang-orang Muslim, dan ketundukan mereka kepada Tuhan (Allah).[7][8] Kata Haji berarti "berniat melakukan perjalanan", yang berkonotasi baik tindakan luar dari perjalanan dan tindakan ke dalam niat.[9]
Ziarah terjadi dari tanggal 8 sampai 12 (atau dalam beberapa kasus ke 13[10]) dari Zulhijjah, bulan terakhir kalender Islam. Karena kalender Islam adalah bulan dan tahun Islam kira-kira sebelas hari lebih pendek daripada kalender Gregorian, tanggal haji Gregorian berubah dari tahun ke tahun. Hram adalah nama yang diberikan pada keadaan spiritual khusus di mana peziarah mengenakan dua lembar putih kain halus. Dan menjauhkan diri dari tindakan tertentu.[7][11][12]
Haji dikaitkan dengan kehidupan nabi Islam Muhammad dari abad ke-7, namun ritual ziarah ke Mekkah dianggap oleh umat Islam untuk meregangkan ribuan tahun sampai Ibrahim. Selama haji, peziarah bergabung dalam prosesi ratusan ribu orang, yang secara bersamaan berkumpul di Mekkah selama minggu haji, dan melakukan serangkaian ritual: setiap orang berjalan berlawanan arah jarum jam tujuh kali di sekitar Ka'bah (berbentuk kubus Bangunan dan arah doa untuk kaum Muslim), berjalan bolak-balik antara bukit-bukit Al-Safa dan Al-Marwah, minuman dari Sumur Zamzam, sampai ke dataran Gunung Arafah untuk berjaga-jaga, menghabiskan satu malam di Dataran Muzdalifah, dan melakukan rajam simbolis iblis dengan melemparkan batu ke tiga pilar. Para peziarah kemudian mencukur kepala mereka, melakukan ritual pengorbanan hewan, dan merayakan festival global tiga hari Idul Adha.[13][14][15][16]
Jamaah haji juga bisa pergi ke Mekkah untuk melakukan ritual di lain waktu sepanjang tahun. Ini kadang disebut "ziarah yang lebih rendah", atau Umrah.[17] Namun, biarpun mereka memilih untuk melakukan umrah, mereka masih diwajibkan untuk melakukan ibadah haji di lain waktu dalam hidup mereka jika mereka memiliki sarana untuk melakukannya, karena Umrah bukan pengganti haji.[18]
Industri Kecil Menengah (IKM) adalah industri yang memiliki skala industri kecil dan menengah. Menurut Peraturan Kementerian Perindustrian No. 64 tahun 2016 Diarsipkan 2019-11-11 di Wayback Machine., industri kecil adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang, memiliki nilai investasi kurang dari 1 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.[1] Sedangkan, yang dimaksud dengan industri menengah adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang dan nilai investasi minimal 1 miliar rupiah atau memiliki karyawan minimal 20 orang dan nilai investasi maksimal 15 miliar rupiah. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, berpendapat bahwa IKM yang mendominasi populasi industri di dalam negeri berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Ini dikarenakan pertumbuhan IKM yang relatif stabil. Tidak hanya itu, kemampuan IKM untuk menyerap tenaga kerja sangat tinggi, mencapai 97,22% pada awal tahun 2016.
Pada tahun 2017, pemerintah meluncurkan program E-Smart IKM untuk memperluas pasar IKM melalui promosi online. E-Smart IKM merupakan sistem database IKM yang menyajikan informasi mengenai profil industri, sentra serta produk yang diintegrasikan dengan berbagai marketplace yang ada. Sembilan komoditas unggulan yang sedang dikembangkan pemasarannya melalui program ini yaitu kosmetik, fashion, makanan, minuman, kerajinan, perhiasan, furnitur, herbal, dan produk logam. Pemerintah bekerjasama dengan bukalapak.com untuk melaksanakan program e-smart IKM ini.
Ordo Saudara-Saudara Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel atau Karmelit (biasa disingkat Ordo Karmel; bahasa Latin: Ordo Fratrum Beatissimæ Virginis Mariæ de Monte Carmelo) adalah salah satu ordo keagamaan Katolik dari Katolik Roma yang didirikan pada abad ke-12 oleh para rohaniwan di Gunung Karmel. Para rohaniwan dari ordo ini menyandang nama O.Carm di belakang nama mereka.
Ordo Karmel mula-mula mengadakan kontak dengan Indonesia pada tahun 1511 ketika dua anggota mereka, Dionisius dan Redemptus, ikut serta dalam suatu kelompok dagang Portugis mengunjungi Aceh dari Malaka. Keduanya tewas dibunuh dan Gereja menyatakan mereka sebagai martir dan diperingati setiap 29 November. Ordo Karmel masuk dan bekerja di Indonesia utamanya pada tahun 1923 atas undangan resmi Propaganda Fide (Vatikan) karena desakan Serikat Yesus (SJ) yang kewalahan menangani karya misi di wilayah Vikariat Apostolik Batavia. Kepada mereka kemudian diserahkan wilayah misi Malang (dengan konsentrasi umat pada waktu itu di Pasuruan, Lawang, Malang, Jatiroto), yang kemudian mereka kembangkan sampai menjadi Keuskupan Malang. Kini mereka hadir dan berkarya di keuskupan-keuskupan Malang, Medan, Ende, Jakarta.
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan
Pabrik adalah suatu bangunan industri besar di mana para pekerja mengolah benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari satu produk menjadi produk lain, sehingga mendapatkan nilai tambah. Kebanyakan pabrik modern memiliki gudang atau fasilitas serupa yang besar yang berisi peralatan berat yang digunakan untuk lini perakitan. Pabrik mengumpulkan dan mengkonsentrasikan sumber daya: pekerja, modal, dan mesin industri.
Gugus Kendali Mutu (GKM) model ELMA (enam langkah - enam alat)Aa Renovit
Gugus Mutu (quality circle) atau gugus kendali mutu (quality control circle) adalah sekelompok pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama atau serupa, yang bertemu secara rutin guna mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan pekerjaan mereka. Istilah ini diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa, ahli perilaku organisasi dari Universitas Tokyo, pada dasawarsa 1960-an, Gugus mutu populer pada sekitar tahun 1980-an, serta berlanjut dalam bentuk kelompok Kaizen dan skema partisipasi pekerja lain yang serupa.
The Imitation of Christ by Thomas a KempisAa Renovit
In Christian theology, the imitation of Christ is the practice of following the example of Jesus. In Eastern Christianity, the term life in Christ is sometimes used for the same concept.
The ideal of the imitation of Christ has been an important element of both Christian ethics and spirituality.[4] References to this concept and its practice are found in the earliest Christian documents, e.g. the Pauline Epistles.[3]
Saint Augustine viewed the imitation of Christ as the fundamental purpose of Christian life, and as a remedy for the imitation of the sins of Adam.[5][6] Saint Francis of Assisi believed in the physical as well as the spiritual imitation of Christ, and advocated a path of poverty and preaching like Jesus who was poor at birth in the manger and died naked on the cross.[7][8] Thomas à Kempis, on the other hand, presented a path to The Imitation of Christ based on a focus on the interior life and withdrawal from the world.
The theme of imitation of Christ existed in all phases of Byzantine theology, and in the 14th-century book Life in Christ Nicholas Cabasilas viewed "living one's own personal life" in Christ as the fundamental Christian virtue.
Basic Mentality adalah merupakan mentalitas dasar yang harus dipegang dan dihayati oleh Anggota GKM dalam menjalankan penerapan Pengendalian Mutu Terpadu.
Basic Mentality Pada Gugus Kendali Mutu (GKM)Aa Renovit
Basic Mentality adalah merupakan mentalitas dasar yang harus dipegang dan dihayati oleh Anggota GKM dalam menjalankan penerapan Pengendalian Mutu Terpadu.
Gugus Kendali Mutu (GKM) - sebuah konsepAa Renovit
Gugus kendali mutu, merupakan mekanisme formal dan dilembagakan guna mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kretivitas di antara SDM sebagai karyawan/pegawai baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta. Kelompok kecil pegawai terlibat dalam suatu proses pengkajian bersama untuk menyikapinya, dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memantau kesempatan. Mekanisme tersebut meneliti lingkungan sekitarnya untuk melihat kesempatan,tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul, dan tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul,dan tidak menghentikan kegiatannya kalau persoalan telah ditemukan dan dipercahkan. Itu berarti bahwa, untuk kebaikan organisasi sebesar-besarnya, gugus kendali mutu harus bekerja terus-menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.
Upaya untuk meingkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu satuan kerja naik dunia usaha maupun birokrasi,perlu dilaksanakan terus menerus sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuan secara optimal. Sejak dahulu,terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan konsep manajemen dan organisasi yang bertujuan menungkatkan kinerja organisasi. Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang birokrasi. Konsep Taylor tentang Manajemen Ilmiah,Fanyol dengan empat belas prinsip,serta konsep perilaku manusia yang mengutamakan motivasi dan pendekatan demokrasi. Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini, telah mampu menungkatkan efisiensi dan organisasi baik pada perusahaan, pemerintah, dan organisasi sosial. Total Quality Control (pengendalian mutu terpadu) diprakrasai oleh Dr.J.M. Juran dan Dr.E.W. deming dan dikembangkan di Jepang oleh Kaora Ishitawa dengan menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu.
2. INFO PENYAJI
Eko Prasetyo, ST. MAB
Kepala Subbag Data dan Informasi
Setditjen IKM – Kementerian Perindustrian
Website : http://ikm.kemenperin.go.id
Jl. Gatot Subroto 52-53 Jakarta Selatan
(K) 021-5255351; (HP) 0813.8060.2195
Email: ditjenikm@gmail.com
3. INFO PENYAJI
Rheza Brahmantya, SE
Staff Subbag Evaluasi dan Pelaporan
Setditjen IKM – Kementerian Perindustrian
Website : http://ikm.kemenperin.go.id
Jl. Gatot Subroto 52-53 Jakarta Selatan
(K) 021-5255351; (Wa) 0812.9078.2856
Email: rhezantya@gmail.com
5. Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang
melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga lebih dekat
kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah
jasa industri dan pekerjaan perakitan.
6.
7.
8. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 64/M-IND/PER/7/2016, tentang Besaran
Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha
Industri :
- Pasal 3 ayat (1) Industri Kecil merupakan Industri yang
mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan
memiliki Nilai Investasi kurang dari Rp. 1 M tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Ayat (2) tanah dan
bangunan tempat usaha sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) merupakan tanah dan bangunan yang lokasinya
menjadi satu dengan lokasi tempat tinggal pemilik usaha
9. • - Pasal 4, Industri Menengah merupakan Industri yang
memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :
• a. mempekerjakan paling banyak 19 orang Tenaga Kerja
dan memiliki Nilai Investasi paling sedikit Rp. 1 M; atau
• b. mempekerjakan paling sedikit 20 orang Tenaga Kerja
dan memiliki Nilai Investasi paling banyak Rp. 15 M.
10. PERMASALAHAN DATA IKM
1. Data dari daerah tidak seragam dan jenisnya
tidak sama, serta penyampaiannya tidak
tepat waktu
2. Populasi IKM yang sangat besar
3. Sulitnya mendapatkan data di lapangan
4. Anggaran yang terbatas
4. Otonomi Daerah (mutasi pegawai)
5. Kurangnya komunikasi dengan badan
perizinan
11. SUMBER DATA IKM
1. Badan perizinan (PTSP, Kecamatan)
2. Pembinaan IKM (Pelatihan, Bimtek,
Pameran dll)
3. TPL IKM
4. Survei Data (Kuesioner IKM)
5. Kerjasama dengan lembaga lain
12. Provinsi
2015
Mikro Kecil Menengah** IKM
1 Aceh 64,009 1,483 30 65,522
2 Sumatera Utara 94,979 4,043 661 99,683
3 Sumatera Barat 63,409 4,288 95 67,792
4 R I a u 16,791 644 56 17,491
5 J a m b i 22,415 1,754 48 24,217
6 Sumatera Selatan 47,516 1,830 99 49,445
7 Bengkulu 11,663 618 16 12,297
8 Lampung 76,728 3,777 192 80,697
9 Bangka Belitung 5,914 237 63 6,214
10 Kepulauan Riau 7,231 237 169 7,637
11 DKI Jakarta 28,378 6,616 830 35,824
12 Jawa Barat 421,881 58,359 4,622 484,862
13 Jawa Tengah 934,814 95,560 2,673 1,033,047
14 DI Yogyakarta 52,907 4,758 236 57,901
15 Jawa Timur 771,185 49,659 4,792 825,636
16 Banten 108,235 9,313 983 118,531
17 B a l i 95,282 8,078 258 103,618
18 Nusa Tenggara Barat 79,764 14,527 124 94,415
19 Nusa Tenggara Timur 71,768 1,401 30 73,199
20 Kalimantan Barat 53,867 1,246 71 55,184
13. Province
2015
Mikro Kecil Menengah** IKM
21 Kalimantan Tengah 11,884 715 40 12,639
22 Kalimantan Selatan 55,564 1,913 42 57,519
23 Kalimantan Timur 11,084 944 67 12,095
24 Kalimantan Utara 1,180 120 1,300
25 Sulawesi Utara 39,431 39 56 39,526
26 Sulawesi Tengah 20,745 1,651 67 22,463
27 Sulawesi Selatan 112,896 5,577 248 118,721
28 Sulawesi Tenggara 46,084 1,186 62 47,332
29 Gorontalo 12,458 758 14 13,230
30 Sulawesi Barat 11,123 751 11 11,885
31 Maluku 19,312 263 23 19,598
32 Maluku Utara 6,939 112 8 7,059
33 Papua Barat 1,442 81 21 1,544
34 Papua 6,973 484 13 7,470
Indonesia 357,115 14,594 672 372,381
sumber : BPS 2010-2015, diolah Ditjen IKM
14. 2010 2011 2012 2013* 2014*
2,749,259
2,995,310
3,234,634
3,435,299
3.535.876
Sumber : BPS, 2011 – 2014
* data sementara (IM)
Perkembangan Jumlah Unit Usaha IKM
Tahun 2010 - 2014
15. Skala Usaha Usaha
• Industri Mikro 3,220,563
• Industri Kecil 284,501
• Industri Menengah 17,787
• Industri Besar 7,113
Jumlah 3,529,964
Jumlah Usaha Industri Manufaktur
Menurut Skala usaha, tahun 2014 (unit)
Industri Mikro
Industri Kecil
Industri Menengah
Industri Besar
18. K B L I 2015
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
19. KBLI merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan
ekonomi yang terdapat di Indonesia, dimaksudkan untuk
mengelompokan kegiatan ekonomi agar dapat dilakukan
penyeragaman dalam melakukan kegiatan pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data masing-masing kegiatan
ekonomi.
Pada tahun 2015, BPS melakukan penyempurnaan KBLI
melalui pembahasan bersama unit kerja dan instansi terkait,
serta mengintensifkan sosialisasi KBLI di lingkup internal
maupun eksternal BPS.
KBLI 2015 merupakan penyempurnaan KBLI 2009 Cetakan
III, sehingga KBLI 2015 masih tetap mengacu kepada
International Standard Industrial Classification of All
Economic Activities (ISIC) Rev. 4 tahun 2008
STRUKTUR DAN SISTEM PEMBERIAN KODE KBLI
20. STRUKTUR DAN SISTEM PEMBERIAN
KODE KBLI
1 0 2 1 1
GOLONGAN
POKOK
GOLONGAN
SUB GOLONGAN
KELOMPOK
Industri Makanan
Industri pengolahan dan
pengawetan ikan dan
biota air
Industri pengolahan dan
pengawetan ikan dan
produk ikan
Industri
Penggaraman/
Pengeringan Ikan
21. SEBARAN KBLI 2005 TERHADAP KBLI 2009 DAN 2015
BERDASARKAN GOLONGAN POKOK
KBLI 2005
KBLI
2009,
2015
DESKRIPSI/URAIAN
15 10 Industri Makanan
15 24 11 Industri Minuman
16 12 Industri Pengolahan Tembakau
17 18 36 13 Industri Tekstil
18 93 17 14 Industri Pakaian Jadi
19 18 15 Industri Kulit, Barang Dari Kulit Dan Alas Kaki
20 36 16 Industri Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus
(Tidak Termasuk Furnitur) Dan Barang
Anyaman Dari Bambu, Rotan Dan Sejenisnya
21 17 Industri Kertas Dan Barang Dari Kertas
22. KBLI 2005
KBLI
2009,
2015
DESKRIPSI/URAIAN
22 18 Industri Pencetakan Dan Reproduksi Media
Rekaman
23 10 19 Industri Produk Dari Batu Bara Dan Pengilangan
Minyak Bumi
24 20 Industri Bahan Kimia Dan Barang Dari Bahan Kimia
24 21 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia Dan Obat
Tradisional
25 22 Industri Karet, Barang Dari Karet Dan Plastik
26 23 Industri Barang Galian Bukan Logam
27 24 Industri Logam Dasar
28 29 25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin Dan
Peralatannya
23. KBLI 2005
KBLI
2009,
2015
DESKRIPSI/URAIAN
32 30 33 25 26 Industri Komputer, Barang Elektronik Dan
Optik
31 29 27 Industri Peralatan Listrik
29 30 28 28 Industri Mesin Dan Perlengkapan Ytdl
34 29 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer Dan
Semi Trailer
35 29 30 Industri Alat Angkutan Lainnya
36 31 Industri Furnitur
36 33 32 Industri Pengolahan Lainnya
35 29 72 33 Jasa Reparasi Dan Pemasangan Mesin Dan
Peralatan
26. JENIS DATA
Data Industri Kecil dan Menengah yang dikumpulkan
yaitu :
1. Direktori Perusahaan IKM
Data ini adalah data perusahaan yang secara terus-
menerus berproduksi dan menghasilkan komoditi
andalan daerah. Sedangkan data yang dikumpulkan
adalah data sesuai dengan kapasitas produksi riil
dari perusahaan yang bersangkutan, baik yang
mempunyai izin maupun tidak, jadi bukan kapasitas
produksi yang tercantum dalam Tanda Daftar
Industri (TDI) maupun Izin Usaha Industri (IUI),
dengan variabel sebagai berikut :
27. KRITERIA DATA DIREKTORI
1. Format Data sudah sesuai dengan format aplikasi
pendataan IKM Formal dan Non Formal
2. Jumlah Angka IKM sudah dapat dipastikan
berdasarkan Tahun Data
3. KBLI yang digunakan minimal KBLI Tahun 2009,
sudah berbentuk Kode KBLI (5 Digit) bukan uraian
KBLI.
4. Dilengkapi dengan nama perusahaan, jika Nama
Perusahaan tidak ada bisa disamakan dengan Nama
Pemilik
5. Komoditi dan Jenis Produk sudah ada
28. KRITERIA DATA DIREKTORI
6. Bentuk Badan Usaha sudah ditentukan
(PT/CV/Perorangan)
7. Disertakannya Keterangan Izin Usaha Industri (TDI,
IUI, IUMK, dll)
8. Data Tahunan (Nilai Investasi, Tenaga Kerja, Nilai
Produksi, Kapasitas Produksi, Nilai Bahan Baku)
sudah dilengkapi
29. DEFINISI DATA TAHUNAN IKM
1. Nilai Investasi; Perhitungan nilai (angka real tidak
dalam ribu) mesin dan peralatan akumulasi dalam 1
tahun
2. Tenaga Kerja; Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja
(Laki-Laki/Perempuan) Akumulasi dalam 1 Tahun
3. Nilai Produksi; Perhitungan Nilai Bahan Baku +
Bahan Baku Penolong + Upah + Kemasan + Bahan
Bakar + Dll) (angka real tidak dalam ribu) akumulasi
dalam 1 tahun
4. Nilai Bahan Baku; Perhitungan nilai (angka real tidak
dalam ribu) bahan baku utama akumulasi dalam 1
tahun
30. Nama Perusahaan
Kontak Person
Alamat (Jalan, Desa/Kelurahan, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi, Telepon, Faksimil)
Bentuk Badan Usaha
Tahun Penerbitan Izin
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Industri (KBLI)
2015
Nama Produk
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Investasi
Kapasitas Produksi (Jumlah, Satuan)
Nilai Produksi
Nilai Bahan Baku dan Penolong
Persentase Pemasaran Ekspor
32. 2. Potensi IKM, dengan variabel sebagai berikut :
KBLI 2015
Bidang Usaha
Jumlah Unit Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Investasi
Kapasitas Produksi (Jumlah, Satuan)
Nilai Produksi
Nilai Bahan Baku dan Penolong
34. 3. Daftar Sentra IKM, dengan variabel sebagai berikut :
Nama Sentra
KBLI 2015
Alamat (Jalan, Desa/Kelurahan, Kecamatan,
Kabupaten/Kota, Provinsi)
Jumlah Unit Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Investasi
Kapasitas Produksi (Jumlah, Satuan)
Nilai Produksi
Nilai Bahan Baku dan Penolong
35. KRITERIA DATA SENTRA
1. KBLI, Komoditi, Jenis Produk harus sesuai
2. Didalam lokasi yang sama
3. Minimal 5 IKM
37. DATA
OBJEKTIF
REPRESENT
ATIF
KESALAHAN
BAKU KECIL
TEPAT
WAKTU (UP
TO DATE)
RELEVAN
UP TO DATE,
data harus
masih baru atau
tidak
kadaluwarsa.
OBJEKTIF, artinya
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya.
REPRESENTATIF,
artinya mewakili
(persoalan yang ada)
sesuatu yang lebih luas.
RELEVAN, data yang
dihasilkan harus ada
hubungannya dengan
persolan yang akan
dipecahkan.
KESALAHAN BAKU KECIL,
Suatu perkiraan (estimate)
dikatakan baik (memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi
jika kesalahan bakunya atau
kesalahan samplingnya kecil.
38. Untuk satu tujuan dan satu kepentingan
Penyeragaman Format
Untuk validasi data dan meminimalkan
kesalahan input
Lebih mudah digunakan
Tempat penyimpanan data secara permanent
Data menjadi lebih dinamis dan dapat
dikembangkan dikemudian hari
Untuk mewujudkan E-Government
KEUNGGULAN APLIKASI