FOLLOW THE MONEY
Follow the money secara harfiah berarti mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik dan akuntan forensik ke arah pelaku fraud. Follow the money dilandasi gagasan yang sederhana namun teknik audit investigasi ini sangat ampuh. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur seputar follow the money mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya sendiri adalah tindak pidana.
Uang sangat likuid dan mudah mengalir. Hal tersebut menyebabkan follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan atau currency crime bukanlah uang semata. Mengetahui currency crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.
Cobit 5 untuk manajemen teknologi informasi dan proses bisnisAgreindra Helmiawan
Implementation of information technology in the company is needed to support the process and business activities. The information technology used requires good management and refers to the management that supports the continuity of activities so that the company's stakeholders can plan the future and development of the company without having to be charged the process and activities of the company at this time. Information technology governance is the structure of relationships and processes for directing and controlling the organization to achieve its goals by adding value when balancing risk compared to technology and its processes. In this study provide steps in evaluating to get the value of maturity and process it to get any sector that experienced an ideal value shortage and provide recommendations based on the weaknesses found in business processes on the run. The author uses descriptive method and quantitative data, where this descriptive method produces research with the presentation in the form of description and description of problems related to the question of the variable. While the quantitative data used to measure a characteristic of the variable. The research process is done by measuring the maturity level in the process of information technology running on the company with APO, DSS and MEA COBIT 5 domains, with the management of information technology on the basis of COBIT 5 is expected to produce an efficient and effective management and support the achievement of vision, mission and objectives Company.
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
FOLLOW THE MONEY
Follow the money secara harfiah berarti mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik dan akuntan forensik ke arah pelaku fraud. Follow the money dilandasi gagasan yang sederhana namun teknik audit investigasi ini sangat ampuh. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur seputar follow the money mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang dan manusia, pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya sendiri adalah tindak pidana.
Uang sangat likuid dan mudah mengalir. Hal tersebut menyebabkan follow the money mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun mata uang kejahatan atau currency crime bukanlah uang semata. Mengetahui currency crime akan membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.
Cobit 5 untuk manajemen teknologi informasi dan proses bisnisAgreindra Helmiawan
Implementation of information technology in the company is needed to support the process and business activities. The information technology used requires good management and refers to the management that supports the continuity of activities so that the company's stakeholders can plan the future and development of the company without having to be charged the process and activities of the company at this time. Information technology governance is the structure of relationships and processes for directing and controlling the organization to achieve its goals by adding value when balancing risk compared to technology and its processes. In this study provide steps in evaluating to get the value of maturity and process it to get any sector that experienced an ideal value shortage and provide recommendations based on the weaknesses found in business processes on the run. The author uses descriptive method and quantitative data, where this descriptive method produces research with the presentation in the form of description and description of problems related to the question of the variable. While the quantitative data used to measure a characteristic of the variable. The research process is done by measuring the maturity level in the process of information technology running on the company with APO, DSS and MEA COBIT 5 domains, with the management of information technology on the basis of COBIT 5 is expected to produce an efficient and effective management and support the achievement of vision, mission and objectives Company.
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
Perencanaan Testing :
• Obyektifitas Rencana Testing
• Rencana Tes Berdasarkan pada Standar IEEE
• Hal-Hal yang Berhubungan dengan Rencana Tes
• Kerangka Rencana Tes Sederhana
• Testing Terstruktur vs Testing Tidak Terstruktur
Materi yang akan dibahas yaitu menyangkut:
1.Fraud dalam UU di Indonesia
2.Beberapa statistik kejahatan di Indonesia
3.Fraud tree dan manfaatnya
4.Akuntan forensik dan jenis fraud
5.Definisi korupsi
6.Pendekatan sosiologis
7.Korupsi dalam tinjauan sosiologi
8.Delapan pertanyaan tentang korupsi
Perencanaan Testing :
• Obyektifitas Rencana Testing
• Rencana Tes Berdasarkan pada Standar IEEE
• Hal-Hal yang Berhubungan dengan Rencana Tes
• Kerangka Rencana Tes Sederhana
• Testing Terstruktur vs Testing Tidak Terstruktur
Materi yang akan dibahas yaitu menyangkut:
1.Fraud dalam UU di Indonesia
2.Beberapa statistik kejahatan di Indonesia
3.Fraud tree dan manfaatnya
4.Akuntan forensik dan jenis fraud
5.Definisi korupsi
6.Pendekatan sosiologis
7.Korupsi dalam tinjauan sosiologi
8.Delapan pertanyaan tentang korupsi
BE&GG, Riyoko Yudhi Wibowo, Hapzi Ali, Corruption & Fraud, Universitas Mercubuana, 2017 Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang kewenangan , kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara.
Korupsi merupakan kejahatan yang berat karena dapat merugikan masyarakat luas.Anti korupsi dapat di artikan sebagai prilaku menolak, menentang , mencegah ,dan memberantas adanya korupsi. Sikap Anti Korupsi dapat di tunjukan dengan cara sebagai berikut :
a) Melaporkan kepada yang berwajib apabila ada pejabat yang melakukan korupsi.
b) Membantu pemerintah atau pejabat yang berwenang dalam memberantas dan mengusut korupsi .
c) Menolak jika di beri uang oleh orang yang melakukan korupsi.
d) Memberi nasihat kepada orang lain agar tidak melakukan korupsi.
e) Menjelaskan kepada generasi muda/anak-anak tentang dampak negatif dari perilaku korupsi.
f) Mengawasi kegiatan pemerintahan/pejabat negara dan proyek-proyek pembangunan agar tidak melakukan korupsi.
2. Team Presentation
2
Clarysa Cerry Sella
192010300185
Erny Susanti
192010300225
Diah Ayu Lestari
192010300156
Reza Syarifuddin P.
192010300165
3. Kecurangan mencakup segala macam cara yang dapat digunakan
dengan kelihaian tertentu, yang dipilih oleh seorang individu untuk
mendapatkan keuntungan dari pihak lain dengan melakukan
representasi yang salah.
“Para pelaku kecurangan sering kali merupakan
orang yang paling tidak dicurigai dan paling
dipercayai dari semua orang yang berhubungan
dengan korban.”
Apa Itu Kecurangan?
4. Jenis-jenis Kecurangan
Menurut ACFE (Association of Certified Kecurangan Examiners)
mengklasifikasikan fraud menjadi 3 Kategori :
Kecurangan Aset
• Pencurian dan
penyalahgunaan aset
organisasi
Korupsi
• Menggunakan
pengaruhnya secara
tidak sah dalam
transaksi bisnis untuk
memperoleh manfaat
Laporan yang berisi
kecurangan
• Berupa pemalsuan
laporan keuangan
suatu organisasi
5. Jenis-jenis Kecurangan dan
Pelakunya
Jenis Kecurangan Pelaku Korban Penjelasan
Kecurangan oleh pegawai Pegawai dalam organisasi Pemilik perusahaan Pegawai yang menggunakan posisinya untuk
mengambil atau mengalihkan asset yang dimiliki
perusahaan.
Kecurangan Pemasok Pemasok, tempat organisasi membeli
barang/jasa
Organisasi tempat pemasok menjual
barang/jasa
Pemasok memberikan tagihan yang berlebihan
atau menyediakan barang dengan kualitas
rendah atau jumlah barang lebih sedikit dari
yang disepakati
Kecurangan Pelanggan Pelanggan dari organisasi Organisasi yang menjual kepada
pelanggan
Pelanggan tidak membayar, membayar terlalu
kecil, atau ingin mendapatkan yang lebih banyak
dari organisasi melalui penipuan.
Kecurangan manajemen
(kecurangan Lap.Keuangan)
Manajemen perusahaan Pemegang saham dan/atau
pemegang surat utang, dan pembuat
kebijakan perusahaan
Manajemen memanipulasi laporan keuangan
untuk membuat perusahaan terlihat lebih baik
daripada yang seharusnya.
Penipuan Investasi dan kecurangan
pelanggan lainnya
Pelaku kecurangan (semua pihak) Investor yang tidak berhati-hati Jenis keurangan yang dilakuakan melalui
internet dan secara langsung serta memperoleh
kepercayaan dari investor untuk
menginvestasikan uangnya pada skema-skema
yang tidak bernilai
Kecurangan-kecurangan lainnya Semua pihak (tergantung situasi) Semua pihak (tergantung situasi) Setiap kali ada pihak yang mencoba mengambil
keuntungan dari kepercayaan orang lain untuk
menipu atau melakukan kecurangan terhadap
orang tersebut
6. Profiling
• Berbeda dengan foto yang menggambarkan ciri
fisik dari seseorang atau sekelompok orang,
profiling cakupannya lebih luas.
• Profiling adalah penggambaran ciri-ciri fisik
dan non fisik sekelompok orang yang
diasosiasikan dengan suatu kondisi, tabiat atau
perilaku tertentu.
• Ciri-ciri fisik yang dimaksudkan seperti
rentang umur, pendidikan, etnis, dan kelompok
sosial.
• Pengetahuan tentang profil dapat digunakan
sebagai bagian dari pengendalian preventif
walaupun tidak selalu akurat.
• Lombroso berpendapat bahwa faktor keturunan dapat
menjadi penyebab tingkah laku kriminal dan para
penjahat memiliki ciri fisik tertentu.
• Profiling juga berkembang kepada ciri psikologis dan
prikiatris tertentu.
• Misalnya profile pelaku kejahatan kerah putih di usa:
laki-laki, kulit putih, berpendidikan, suka risiko, egois,
ingin tahu, senang jalan pintas dan melanggar aturan,
pekerja keras, senang kerja di bawah tekanan,
penyendiri atau punya hubungan erat dengan pihak
tertentu, termotivasi uang dan kemewahan, boros,
dalam kondisi kesulitan keuangan, tidak bahagia,
merasa diperlakukan tidak adil, merasa atasan korup,
memusuhi auditor dan atasan.
7. Profiling dalam kejahatan terorganisasi
• Kejahatan terorganisasi adalah
kejahatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, secara terencana,
hierarkis, berkelanjutan dan ada
aturan main atau nilai-nilai tertentu
yang harus ditaati.
• Contohnya adalah la cosa nostra,
yakuza, dan triad.
• Kejahatan yang dilakukan mulai dari
perlindungan, penyelundupan,
perjudian, narkoba, pelacuran sampai
kepada pembunuhan dan pencucian
uang.
• Pelaku kejahatan terorganisasi
umumnya adalah penyelundup pajak.
• Mereka umumnya menyepelekan penegak
hukum karena dianggap melindungi orang yang
berkuasa atau kaya bukan masyarakat banyak.
• Menciptakan ‘mata uang bawah tanah’ dan
menghindari perbankan.
• Menyelenggarakan perkumpulan simpan pinjam
untuk saling membantu bila ada satu pihak yang
mengalami kesulitan.
• Berkeyakinan bahwa setiap pejabat pasti ada
harganya.
8. Profile korban fraud
• Profile korban fraud dipelajari dalam viktimologi atau ilmu tentang
korban kejahatan.
• Ada korban yang sama sekali tidak bersalah, ada juga korban karena
salahnya sendiri.
• Korban tidaklah selalu pasif ketika terjadinya kejahatan atas diri mereka.
• Tiap-tiap jenis kejahatan memiliki korban dengna ciri tertentu.
• Misalnya ciri korban kejahatan keuangan adalah mereka yang tidak detail,
ingin memperoleh untung besar dalam tempo singkat, dan suka mengikuti
teman.
9. Profiling terhadap perbuatan kejahatan
• Profiling terhadap perbuatan jahat dilakukan untuk
mengetahui modus operandi kejahatan tersebut. Profile
dari fraud disebut juga tipologi fraud.
• Tiap-tiap jenis kecurangan memiliki profile tersendiri.
• Misal untuk pencurian kas dilakukan dengan cara
lapping, kecurangan piutang dilakukan dengan
penghapusan piutang sehat atau pembayaran piutang
macet yang tidak dicatat.
11. Element Tekanan
Tekanan Keuangan : kecurangan yang menguntungkan pelaku secara langsung, seperti
beberapa hal berikut :
-Sifat Serakah,
-Hidup diatas rata-rata gaya hidup orang-orang pada umumnya, Gaya hidup bebas-
tanpa kendali biasanya disebut-sebut sebagai pemicu orang-orang jujur dapat terlibat
dalam fraud. Contohnya, berjudi, memakai obat-obatan terlarang/narkoba, minum
alkohol, atau berbakat mencuri sejak umur yang masih dini. Hal-hal seperti itu dapat
memicu tekanan finansial, karena orang-orang akan membutuhkan uang yang lebih
banyak dari seharusnya untuk memenuhi kebutuhannya itu.
-Tagihan yang tinggi (Hutang pribadi)
12. Element Tekanan
-Kebutuhan keuangan yang tidak terduga.
keinginan istri/suami yang menginginkan peningkatan gaya hidup yang lebih mewah serta
keinginan untuk menggerakkan atau memimpin system yang sedang berjalan, seperti perusahaan suami/istri
mereka. Kita terkadang sulit untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Biasanya kita hanya dilatari
oleh nafsu dan keinginan biasa untuk dapat meningkatkan kehidupan kita menjadi lebih baik. Mengapa? Karena
kita selalu berpersepsi bahwa orang yang “sukses” adalah orang yang kaya, memiliki rumah besar, mobil, dan
seabrek kemewahan lain. Tetapi kita tidak melihat ke”sukses”an yang sebenarnya ada pada kehormatan, harga
diri, kejujuran dan integritas kita. Dan bagi sebagian orang kesuksesan dalam artian kaya lebih penting
dibanding kejujuran. Jika tiap-tiap individu memiliki integritas tinggi dan kesempatan yang rendah, mereka
membutuhkan tekanan yang tinggi atau sulit untuk dapat menjadi tidak jujur.
13. Element Tekanan
-Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Faktor-faktor yang memicu timbulnya fraud yang berhubungan dengan tekanan pekerjaan, yaitu
seperti tidak adanya penghargaan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan, ketidakpuasan terhadap pekerjaan,
ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang mencari-cari promosi kenaikan jabatan, serta kurangnya upah atau
gaji yang diberikan.
Beberapa dari pelaku fraud adalah seorang karyawan yang jujur sebelumnya. Salah satu studi
menunjukkan bahwa 30% perilaku fraud mulai ditunjukkan pelaku ketika mereka telah berpengalaman bekerja
selama 3 tahun pertama sebagai karyawan. 70% pegawai terlibat ketika mereka berpengalaman bekerja selama
4-35 tahun. Dan kelompok umur pegawai yang menduduki peringkat tertinggi dalam perilaku fraud adalah
mereka yang telah berumur 35 dan 44 tahun.
14. Element Kesempatan
Ada enam faktor utama yang dapat meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat
terlibat dalam tindakan fraud, yaitu:
-Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat mencegah atau mendeteksi adanya perilaku
kecurangan/fraud,
-Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja,
-Gagal untuk mendisiplinkan pelaku fraud,
-Kurangnya akses informasi,
-Ketidak mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis,
-Kurangnya jejak audit.
15. Element Rasionalisasi
Rasionalisasi maksudnya adalah pelaku fraud meyakinkan diri mereka sendiri bahwa fraud tersebut
diperbolehkan dengan berbagi argumentasi yang mereka berikan. Semisal seperti Robin Hood, dia melakukan
tindakan fraud, yaitu mencuri harta orang kaya. Seharusnya hal demikian tidak boleh dilakukan, tetapi dia
berargumentasi bahwa dia memberikan harta yang dicurinya tersebut kepada orang miskin. Sehingga menurut
dia hal tersebut (fraud) diperbolehkan karena bertujuan baik. Ada beberapa rasionalisasi yang biasanya
digunakan oleh para fraudsters/pelaku fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’; ‘aku hanya
meminjam-nanti akan kukemablikan lagi’; ‘tidak ada orang yang terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini
untuk tujuan baik’; ‘kami akan memperbaiki pencatatan secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami selesai’;
‘sesuatu harus dikorbankan, entah itu integritasku atau reputasiku’.
16. Kesimpulan
• Kecurangan adalah segala cara yang digunakan untuk
memperoleh keuntungan dari pihak lain dengan
melakukan representasi yang salah.
• Para pelaku kecurangan sering kali merupakan
orang yang paling tidak dicurigai dan paling
dipercayai dari semua orang yang berhubungan
dengan korban.
• 3 hal yang melatarbelakangi terjadinya fraud yaitu :
tekanan yang dirasakan, adanya peluang/
kesempatan yang dimiliki, dan kemampuan untuk
merasionalisasi kecurangan sebagai sesuatu yang
dapat diterima