Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
O Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
O Penurunan tekanan osmotic koloid darah
O Peningkatan tekanan negative intrapleural
O Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
c) Tanda dan Gejala
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
e) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
Ultrasonografi
Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
Gagal nafas adalah ventilasi tidak adekuat yang disebabkan oleh ketidakmampuan paru mempertahankan oksigenasi arterial atau membuang karbon dioksida secara adekuat
( Kapita Selekta Penyakit, 2011)
1. LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFFUSI PLEURA
DI ZAAL AB RSU PANDAN ARANG BOYOLALI
PATHWAYS
Infeksi
Peradangan
permukaan
pleura
Permiabilitas
vasculer
Penghambatan Drainase
Limfatik
Tekanan Osmotik
koloid plasma
tekanan kapiler paru
meninngkat
transudasi cairan
intravaskuler
tekanan hidrostatik
edema
transudasi
cavum pleura
EFFUSI PLEURA
Penumpukan
cairan dalam
rongga pleura
Ekspansi paru
menurun
pola nafas tidak
efektif
sesak nafas
nyeri dada
gangguan pola tidur
nafsu makan menurun
gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d penurunan nafsu makan akibat
sesak nafas.
Fokus Intervensi
Diagnosa
Ketidakefektifan
Tujuan
Pola nafas kembali
pola pernafasan b.d
efektif setelah
frekuensi dan kedalaman
k mengetahui
menurunnya
dilakukan tindakan
pernafasan.
derajat gagal
ekspansi paru
keperawatan selama 2
sekunder terhadap
X 24 jam dengan
penumpukan cairan
kriteria hasil:
a.
Intervensi
Kaji kualitas,
Rasional
a.
Untu
nafas.
b.
b.
dalam rongga pleura. Frekuensi dan
Baringkan pasien
Dudu
k tinggi
dalam posisi yang nyaman,
membantu
kedalaman nafas
dalam posisi duduk kepala
ekspansi paru
dalam rentang normal.
lebih tinggi.
dan
memudahkan
pernafasan.
c.
Observasi tanda-
c.
tanda vital.
Untu
k mengetahui
keadaan pasien.
d.
Bantu dan
d.
Men
ajarkan pasien batuk
efektif dan nafas dalam.
e.
geluarkan sekret
jika ada.
Kolaborasi
pemberian O2.
e.
Mem
aksimalkan
Gangguan pola tidur
Pola tidur dapat
bernafas dan
3. berhubungan dengan
kembali normal
sesak nafas.
setelah dilakukan
menurunkan
a.
Tentukan
kerja nafas.
tindakan keperawatan
kebiasaan motivasi
selama 2 X 24 jam
sebelum tidur malam
pasien bisa
dengan kriteria hasil:
sesuai dengan kebiasan
tidur.
Pasien bisa tidur
pasien sebelum dirawat.
dengan tenang.
b.
a.
Agar
Anjurkan pasien
untuk latihan relaksasi
sebelum tidur.
b.
Mem
Gangguan
Nutrisi dapat
bantu
pemenuhan
tercukupi setelah
mengurangi
kebutuhan nutrisi b.d dilakukan tindakan
penurunan nafsu
keperawatan selama 2
makan akibat sesak
Beri motivasi
kriteria hasil:
nyeri akibat
X 24 jam dengan
nafas.
a.
tentang pentingnya nutrisi.
sesak.
a.
Pasien menghabiskan
makan yang disajikan.
Agar
pasien mengerti
b.
Lakukan oral
pentingnya
higiene.
nutrisi bagi
tubuh.
b.
c.
Sajikan
Aag
ar pasien
makanan semenarik
merasa enak
mungkin.
saat makan.
c.
d.
Beri makan
Me
mbantu
porsi kecil tapi sering.
meningkatkan
nafsu makan.
e.
Kolaborasi
d.
pemberian diit TKTP.
Men
ambah asupan
makanan.
e.
Me
5. PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2005
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC.