SlideShare a Scribd company logo
Panduan Sederhana Untuk Memahami Penganggaran Publik
Struktur APBD dan Kode Rekening serta Teknis Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
Struktur APBD dan Kode Rekening.
Penyusunan APBD merupakan proses penganggaran yang secara konseptual terdiri atas formulasi
kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget
operational planning). Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan
anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan
anggaran berkaitan dengan analisis fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan
pada alokasi sumber daya keuangan.
Agar setiap SKPD dapat menyusun anggarannya, Pemerintah Daerah melalui Pejabat Pengelola
Keuangan (PPKD) dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah menerbitkan Pedoman Penyusunan Usulan
Program, Kegiatan dan Anggaran SKPD berdasarkan prinsip-prinsip kinerja dengan Surat Edaran
Kepala Daerah. Materi pedoman tersebut meliputi antara lain: Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan
Plafon Anggaran (PPA), Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja, Standar Biaya, Kode Rekening,
dan formulir RKA-SKPD yang digunakan oleh SKPD untuk menyusun Usulan Program, Kegiatan dan
Anggarannya.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
a. Pendapatan daerah;
b. Belanja daerah
c. Pembiayaan daerah
Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang
bertanggungjawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan
Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah
ekuitas dana dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran. Pendapatan daerah dirinci menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan atas:
a. pendapatan asli daerah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-
undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang
mencakup:
a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;
b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan
c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan
daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
h. pendapatan denda pajak;
i. pendapatan denda retribusi;
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
k. pendapatan dari pengembalian;
l. fasilitas sosial dan fasilitas umum;
m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
n. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
a. dana bagi hasil;
b. dana alokasi umum; dan
c. dana alokasi khusus.
Jenis dana bagi hasil, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
a. bagi hasil pajak; dan
b. bagi hasil bukan pajak.
Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum. Jenis dana alokasi
khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
a. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam
negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat;
b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana
alam;
c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam
bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu
dibayar kembali.
Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah dianggarkan pada SKPKD.
Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan dari
penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan
hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan yang dibawah penguasaan
pengguna anggaran/pengguna barang dianggarkan pada SKPD.
Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas
dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh daerah.
Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok,
jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang
penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah
dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan
dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan;
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. tenaga kerja;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. pemuda dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. pemerintahan umum;
u. kepegawaian;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. arsip; dan
y. komunikasi dan informatika.
Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
a. pelayanan umum;
b. ketertiban dan ketentraman;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. pendidikan; dan
i. perlindungan sosial
Kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut
kelompok belanja terdiri dari:
a. belanja tidak langsung; dan
b. belanja langsung.
Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan kelompok belanja langsung merupakan belanja
yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok Belanja Tidak Langsung
Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. bunga;
c. subsidi;
d. hibah;
e. bantuan sosial;
f. belanja bagi hasil;
g. bantuan keuangan; dan
h. belanja tidak terduga.
Belanja pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan
lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan, termasuk dalam pengertian tersebut uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota
DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan
lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja
pegawai.
Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil berdasarkan
pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh
persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kriteria pemberian
tambahan penghasilan diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban
pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang.
Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga
tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa
yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi
harus lebih dulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara, dan wajib memberikan pertanggungjawaban atas penggunaan dana subsidi kepada
kepala daerah. Peraturan pelaksanaan penganggaran belanja subsidi dituangkan dalam peraturan kepala
daerah.
Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang
kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan
tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan
peruntukan penggunaannya.
Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
Provinsi kepada Kabupaten/Kota atau pendapatan Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota, pemerintah Desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya
atau dari pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
Kelompok Belanja Langsung
Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa; dan
c. belanja modal.
Belanja pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah.
Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa mencakup belanja
barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/
penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa
perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja,
pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan
pegawai.
Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset.
Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh
setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja
barang dan jasa.
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk
melaksanakan program dan kegiatan, dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.
Surplus/(Defisit) APBD
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya
surplus atau defisit APBD.
Surplus Anggaran, terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran
belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang,
penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah
lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.
Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan
pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugas
melaksanakan program dan kegiatan tersebut.
Defisit anggaran, terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran
belanja daerah. Batas maksimal defisit APBD berpedoman pada penetapan batas maksimal defisit
APBD oleh Menteri Keuangan.
Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang
diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan
dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan
kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
PembiayaanDaerah
Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk
memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis,
obyek dan rincian obyek pembiayaan.
Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman daerah;
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
f. penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman daerah.
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan.
Pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA)
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup pelampauan penerimaan
PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah
yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Kode Rekening Penganggaran
Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode
urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi.
Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam penganggaran
menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan.
Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang dicantumkan dalam APBD
menggunakan kode program, kode kegiatan, kode kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian
obyek.
Untuk tertib penganggaran kode dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode
rekening. Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah, kode
organisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis, kode obyek, dan kode
rincian obyek
Struktur Aanggaran SKPD
Dalam struktur APBD terdapat perbedaan pada masing-masing SKPD, karena tidak semua akun-akun
APBD dianggarkan oleh SKPD.
Pada umumnya akun pendapatan dan akun belanja dianggarkan oleh SKPD, tetapi berbeda dengan
penganggaran akun jenis pendapatan dana perimbangan. Penganggaran dana perimbangan hanya dapat
dianggarkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah pada Pos Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD/Badan/Biro/Bagian Keuangan). Demikian pula penganggaran akun pembiayaan hanya dapat
dianggarkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah pada Pos Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD/Badan/Biro/ Bagian Keuangan) dalam rangka menyusun Rancangan APBD, setelah dilakukan
penjumlahan anggaran Pendapatan, Belanja dan Surplus/Defisit dari seluruh SKPD.
Klasifikasi Kelompok, Jenis, Obyek dan Rincian Obyek pada anggaran Pendapatan dan anggaran Belanja
SKPD sama dengan pengklasifikasian anggaran Pendapatan Daerah dan anggaran Belanja Daerah pada
Struktur APBD.
Khusus untuk Jenis Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Subsidi, Belanja
Bantuan Keuangan, Belanja Bagi Hasil dan Belanja Tidak Terduga hanya boleh dianggarkan pada
anggaran belanja SKPKD sama halnya dengan anggaran Pembiayaan.
Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)
Berdasarkan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan dengan surat edaran kepala daerah yang di
dalamnya memuat Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang
ditetapkan, Pemerintah Daerah melalui Pejabat Pengelola Keuangan (PPKD) menyusun Rancangan
APBD. Rancangan APBD merupakan agregasi dari usulan-usulan yang diajukan oleh organisasi
pemerintah daerah maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam lingkup pemerintah daerah
yang dituangkan dalam masing-masing Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKA-SKPD). Usulan-usulan dimaksud merupakan jumlah anggaran pendapatan, belanja setiap
program dan kegiatan serta pembiayaan yang hendak direalisasikan dalam satu tahun anggaran
Anggaran yang disusun dan termuat dalam RKA-SKPD mencerminkan anggaran berbasis
prestasi kerja. Beberapa dokumen dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja, antara lain :
Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja, Standar Biaya dan formulir RKA -SKPD yang
digunakan oleh SKPD untuk menyusun usulan program, kegiatan beserta anggarannya.
Penyusunan APBD Berdasarkan Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah,
Penganggaran Terpadu dan Anggaran Kinerja.
Peraturan perundang-undangan mengamantakan penyusunan APBD dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja.
Kerangka pengeluaran jangka menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan
pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Dalam kaitan itu, maka dalam
setiap penganggaran belanja untuk mendanai program dan kegiatan agar menghitung kebutuhan dana
untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya
atau dikenal dengan konsep prakiraan maju (forward estimate).
Setiap usulan anggaran belanja untuk mendanai setiap program dan kegiatan yang dituangkan dalam
RKA-SKPD sebagai dasar penyusunan APBD harus memperhitungkan atau mengistemasikan
kebutuhan dana untuk program dan kegiatan yang sama yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran
berikutnya. Estimasi kebutuhan dana yang akan dianggarkan pada tahun berikutnya akan menjamin
kesinambungan pelaksanaan program dan kegiatan akan dilaksanakan.
Penyusunan APBD dengan pendekatan penganggaran terpadu dimaksudkan bahwa dalam penyusunan
rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan
kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Jenis belanja yang
dianggarkan untuk mendanai program dan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
merupakan satu kesatuan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan pada program dan
kegiatan dimaksud. Prinsip efisiensi alokasi dana tetap harus diperhatikan sehingga tidak terjadi
pemborosan atas penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Dengan pendekatan penganggaran terpadu tidak dikenal lagi adanya anggaran belanja rutin dan
pembangunan maupun anggaran belanja publik dan belanja aparatur.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Dalam pendekatan kinerja ada dua hal penting yang ditekankan, yaitu output dan input. Output
(keluaran) menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan
input yang digunakan. Input (masukan) adalah besarnya sumber-sumber: dana, sumber daya manusia,
material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan.
Setiap penggunaan sumber-sumber yang direncanakan dalam APBD dikaitkan dengan barang atau jasa
yang akan dihasilkannya. Hubungan antara masukan dan keluaran tersebut menunjukkan kinerja suatu
program atau kegiatan.
Untuk mengevaluasi kinerja suatu program atau kegiatan perlu dilakukan analisis hubungan antara
alokasi biaya (input) dengan tingkat pencapaian yang dihasilkan (output).
Dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap usulan program, kegiatan dan anggaran
SKPD dinilai kewajarannya dengan menggunakan Standar Analisa Belanja (SAB). Disamping SAB,
dilakukan evaluasi terhadap kinerja program atau kegiatan yang diusulkan oleh setiap SKPD berdasarkan
pada tolok ukur kinerja pelayanan dan standar biaya.
Penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara pemerintahan
berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.
ANALISA STANDAR BELANJA
Analisa Standar Belanja (ASB) adalah standar atau pedoman yang digunakan untuk menganalisis
kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu
SKPD dalam satu tahun anggaran. ASB merupakan pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengevaluasi usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD
dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari usulan program atau kegiatan yang
bersangkutan.
Beban Kerja Program/Kegiatan
Penilaian terhadap kewajaran beban kerja usulan program atau kegiatan dikaitkan dengan kebijakan
anggaran, komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai, jangka waktu pelaksanaannya, serta
kapasitas SKPD untuk melaksanakannya.
Beban kerja program atau kegiatan yang diusulkan oleh suatu SKPD dapat dinilai kewajarannya antara
lain berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Kaitan logis antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan Prioritas dan Plafon Anggaran
(PPA) dan Kebijakan Umum APBD.
2. Kesesuaian antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD
yang bersangkutan.
3. Kapasitas SKPD yang bersangkutan untuk melaksanakan program atau kegiatan pada tingkat
pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun anggaran.
Program atau kegiatan yang diusulkan merupakan usulan program atau kegiatan yang mempunyai kaitan
logis dengan Prioritas dan Plafon Anggaran serta Kebijakan Umum APBD. Sejauhmana kontribusi dari
kinerja program atau kegiatan yang diusulkan terhadap implementasi Prioritas dan Plafon Anggaran
dalam rangka pencapaian Kebijakan Umum APBD merupakan dasar penilaian kewajaran beban kerja.
Program atau kegiatan yang diusulkan oleh suatu SKPD merupakan usulan program atau kegiatan yang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan agar tidak terjadi tumpang-tindih dan
duplikasi program atau kegiatan dengan yang diusulkan oleh SKPD lain. Program atau kegiatan yang
diusulkan berdasarkan pembagian kewenangan pemerintahan yang diselenggarakan oleh setiap SKPD,
sebagaimana tercermin dalam tugas pokok dan fungsi masing-masing, akan memudahkan proses evaluasi
kinerja setiap SKPD.
Setiap SKPD mempunyai kapasitas sumber daya yang dibatasi (constrain) oleh jumlah orang, kompetensi
teknis dan manajerial masing-masing, teknologi dan waktu. Penilaian kewajaran beban kerja dalam hal
ini berkaitan dengan sejauh mana kemampuan SKPD untuk mencapai target kinerja program atau
kegiatan berdasarkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Biaya Program/Kegiatan
Penilaian terhadap kewajaran anggaran biaya dari usulan program atau kegiatan dikaitkan dengan
kebijakan anggaran, tolok ukur kinerja, dan standar biaya. Dalam kebijakan anggaran, kemungkinan
ditetapkan plafon atau batas atas anggaran belanja bagi setiap SKPD sesuai dengan target kinerja
pelayanan yang diinginkan. Plafon anggaran tersebut merupakan salah satu aspek yang
dipertimbangkan untuk menilai kewajaran biaya setiap program atau kegiatan yang dianggarkan oleh
SKPD. Kewajaran biaya suatu program atau kegiatan dipengaruhi oleh tolok ukur kinerja dan standar
biaya.
Tolok Ukur Kinerja.
Tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap program atau kegiatan. Tolok
ukur kinerja digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran berbasis
kinerja/prestasi kerja, terutama untuk menilai kewajaran anggaran biaya suatu program atau kegiatan.
Tolok ukur kinerja mencakup dua hal: unsur keberhasilan dan tingkat pencapaian setiap unsur
keberhasilan. Setiap program atau kegiatan minimal mempunyai satu unsur ukuran keberhasilan dan
tingkat pencapaiannya (target kinerja) yang digunakan sebagai tolok ukur kinerja.
Tolok ukur kinerja menunjukkan unsur-unsur keberhasilan yang diukur dan tingkat pelayanan yang
akan dicapai (output) dari suatu program atau kegiatan dalam satu tahun anggaran tertentu. Output
tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk menilai kewajaran biaya yang dianggarkan (input). Konsep
ini mencerminkan orientasi kinerja lebih ditekankan pada aspek output daripada input. Jumlah
anggaran belanja (input) yang dinilai wajar untuk menghasilkan output tertentu menunjukkan
hubungan rasional berupa standar biaya atau harga satuan unit biaya.
Standar Biaya
Standar biaya merupakan perbandingan antara anggaran belanja dengan target kinerja, yang juga
dinamakan dengan biaya rata-rata per satuan output. Standar biaya tersebut menjadi dasar untuk menilai
kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, karena menunjukkan hubungan rasional antara input
dengan outputnya.
Penilaian kewajaran terhadap biaya yang dianggarkan, dikaitkan dengan harga standar yang berlaku.
Terbentuknya biaya merupakan hasil perkalian antara volume (satuan) dengan harga satuan. Dalam hal
ini perlu dicermati, apakah harga satuan yang dianggarkan telah sesua i dengan standar yang ditetapkan
atau berada diantara kisaran harga satuan yang berlaku ?
Kewajaran biaya yang dianggarkan juga dapat dikaitkan dengan sumber pendapatan dan/atau pembiayaan
berupa penerimaan daerah. Dalam hal ini kewajaran dinilai berdasarkan hubungan (kesesuaian) antara
sumber dana dengan penggunaannya. Sumber pendapatan tertentu (misal retribusi) dan sumber
(pembiayaan) penerimaan tertentu (misal Dana Cadangan) diperoleh dalam rangka untuk melaksanakan
pelayanan tertentu.
Untuk kewajaran suatu anggaran belanja dinilai berdasarkan kesesuaian antara target kinerja pelayanan
yang diusulkan dengan sumber dananya. Pendekatan ini merupakan penerapan dari konsep Grant Related
Expenditure Assesment (GREA) dalam Analisis Standar Belanja. Jika suatu sumber dana tertentu
jumlahnya diestimasikan tidak mencukupi untuk membiayai anggaran belanja suatu program atau
kegiatan dengan target pelayanan tertentu, maka pemerintah daerah dapat: (1) mendanai dari anggaran
sumber pendapatan atau pembiayaan yang lain berdasarkan target pelayanan yang diharapkan atau (2)
menyesuaikan target pelayanan dengan tersedianya sumber dana.
Kewajaran biaya yang dianggarkan, dengan demikian, berkaitan dengan tiga aspek, yaitu:
1. kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja,
2. kaitan antara anggaran biaya dengan harga standar yang berlaku, dan
3. kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan sumber dananya.
Standar Pelayanan
Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap komponen pelayanan pada
masing-masing urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh SKPD, dalam rangka penilaian kinerja,
ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan. Penetapan standar pelayanan untuk Provinsi mengacu pada
indikator-indikator standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Standar
pelayanan untuk Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada standar
pelayanan yang ditetapkan oleh Provinsi.
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, Untuk Mempermudah Penilaian Kewajaran dan
Capaian Kinerja SKPD
Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, anggaran belanja setiap
SKPD lebih dulu diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja, yaitu : Belanja Langsung dan Belanja
Tidak Langsung. Pengelompokan belanja tersebut selain untuk mempermudah penilaian kewajaran
biaya suatu program dan kegiatan, juga untuk menilai capaian kinerja setiap SKPD sesuai dengan togas
pokok dan fungsinya.
Belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung
oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah
daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan/atau
kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik.
Karakteristik belanja tidak langsung antara lain sebagai berikut:
1. Dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun (bukan untuk setiap program atau kegiatan) oleh
masing-masing SKPD.
2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur atau sulit dibandingkan secara langsung dengan
output program atau kegiatan tertentu.
3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung tidak dipengaruhi langsung oleh target kinerja
atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan tertentu.
Berdasarkan karakteristiknya, belanja tidak langsung merupakan tipe belanja yang sulit dinilai
kewajarannya berdasarkan aktifitas atau terkait dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu
usulan program atau kegiatan.
Belanja Langsung
Belanja langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh adanya
usulan program atau kegiatan. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan sebagai
konsekuensi adanya usulan program atau kegiatan. Untuk memudahkan pemahaman, belanja langsung
dapat dinamakan dengan Belanja Aktivitas atau Belanja Kegiatan.
Jenis belanja yang dianggarkan dalam program atau kegiatan dapat berupa belanja pegawai, belanja
barang dan jasa serta belanja modal sesuai dengan program atau kegiatan yang diusulkan oleh masing-
masing SKPD.
Karakteristik belanja langsung adalah sebagai berikut:
1. Dianggarakan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD.
2. Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau dibandingkan
secara langsung dengan output program atau kegiatan yang bersangkutan.
3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja langsung dipengaruhi langsung oleh target kinerja atau tingkat
pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan yang bersangkutan.
Berdasarkan karakteristiknya, belanja langsung merupakan tipe belanja yang dapat dinilai kewajarannya
secara rasional dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu usulan program atau kegiatan.
Pendekatan Standar Biaya Langsung atau Standar Biaya Total ?
Berdasarkan klasifikasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, untuk menilai kewajaran biaya,
standar biaya (biaya rata-rata) program atau kegiatan dapat dihitung dengan dua cara: (1) standar biaya
langsung, dan (2) standar biaya total.
Standar biaya langsung dihitung berdasarkan jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau
kegiatan dibagi dengan target kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Standar biaya total
adalah jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dan anggaran belanja tidak
langsung (yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan) dibagi dengan target kinerja
program atau kegiatan yang bersangkutan.
Jika digunakan standar biaya langsung untuk menilai kewajaran, yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana menilai kewajaran anggaran belanja tidak langsung. Dalam hal ini anggaran belanja tidak
langsung dapat dinilai kewajarannya berdasarkan anggaran atau realisasi belanja tidak langsung tahun
lalu, dengan mempertimbangkan kondisi moneter dan asumsi dasar lainnya dalam suatu tahun anggaran.
Jika digunakan standar biaya total untuk menilai kewajaran, anggaran belanja tidak langsung dalam satu
tahun anggaran harus dialokasikan ke masing-masing program atau kegiatan yang direncanakan dalam
satu tahun anggaran. Alokasi belanja tidak langsung tersebut dapat menggunakan pendekatan rata-rata
sederhana, bobot belanja langsung atau pendekatan lainnya yang dinilai paling wajar dalam penghitungan
standar biaya total.
Pembebanan Anggaran Belanja Tidak Langsung
Dalam struktur anggaran SKPD dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), anggaran
belanja tidak langsung dibebankan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung.
Pembebanan anggaran belanja tidak langsung pada SKPD hanya dianggarkan jenis belanja pegawai
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pembebanan anggaran belanja tidak langsung pada SKPKD, selain belanja pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, juga dianggarkan jenis belanja bunga, belanja hibah,
belanja subsidi, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak
terduga.
Pembebanan Anggaran Belanja Langsung
Pengklasifikasian belanja tidak langsung dan belanja langsung, ditujukan dalam rangka untuk
memudahkan penilaian terhadap kewajaran biaya suatu program atau kegiatan. Dalam struktur anggaran
SKPD, anggaran belanja langsung dibebankan pada kelompok belanja langsung
Pembebanan anggaran belanja langsung ke dalam anggaran SKPD lebih lanjut dibebankan ke dalam jenis
belanja, dengan rincian sebagai berikut:
1. Anggaran belanja langsung untuk kegiatan yang output-nya berupa bukan barang modal (bukan aset
tetap) atau kegiatan non investasi dalam struktur anggaran SKPD dibebankan dalam jenis belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa.
2. Angga ran be la nja la ngsung untuk kegiata n yang outputnya berupa bara ng moda l (aset
tetap) atau kegiata n investasi da la m struktur a nggara n SKPD dibe banka n da la m jenis
belanja:
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah.
Keseluruhan tingkat pelayanan yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran dari setiap program atau
kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing SKPD, pada dasarnya merupakan tolok ukur kinerja yang
diharapkan dapat dicapai oleh suatu pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya.
Untuk penilaian kinerja suatu kegiatan, program, dan SKPD dapat digunakan ukuran Penilaian Kinerja
Pemerintah Daerah yang didasarkan pada 5 (lima) indikator sebagai berikut:
1. Masukan (Input), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana,
sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk
melaksanakan program dan atau kegiatan.
2. Keluaran (Output) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan
dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan.
3. Hasih (Outcome) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai
berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan.
4. Manfaat (Benefit) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan
sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah dari hasil.
5. Dampak (Impact) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi makro yang
ingin dicapai dari manfaat.
Tolok ukur kinerja program atau kegiatan yang diusulkan suatu SKPD selama satu tahun anggaran, dapat
dikembangkan dari penilaian terhadap input-output menjadi input-output-outcome-benefit-impact. Benefit
pada dasarnya merupakan outcome jangka menengah dan impact merupakan outcome jangka panjang.
Dalam perencanaan anggaran daerah, indikator benefit dan impact tidak dapat diestimasikan dalam
periode satu tahun anggaran. Dalam kaitan itu, indikator yang digunakan sebagai tolok ukur pencapaian
kinerja suatu kegiatan yaitu: (1) masukan (input), (2) keluaran (output) dan (3) hasil (outcome).
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah
tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.
Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup :
a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan;
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;
d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip
peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka
pencapaian prestasi kerja; dan
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis
standar belanja dan standar satuan harga.
Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD diterbitkan paling lambat awal
bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD. RKA-
SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,
penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah dilaksanakan dengan menyusun
prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang
direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan
penganggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen
rencana kerja dan anggaran.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut di atas,
kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya
sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan.
Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum
diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun berikutnya
dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terahir untuk
pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang
direncanakan.
Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau
target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minima l.
RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan,
serta rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA-SKPD juga
memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang
akan dicapai dari program dan kegiatan.
Rencana pendapatan memuat kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yang
dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas peraturan daerah, peraturan pemerintah atau undang-
undang.
Rencana belanja memuat kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing
diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek belanja.
Rencana pembiayaan memuat kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup
defisit APBD dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yang
masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan.
Usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD dituangkan dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). RKA-SKPD merupakan dokumen yang
digunakan untuk penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD yang antara lain memuat rencana
program dan kegiatan, serta anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan SKPD.
Sesuai dengan tipe informasi yang dimuat, RKA-SKPD dibagi menjadi 7 (tujuh) bagian, yaitu:
Kode Informasi Pokok
RKA-SKPD Ringkasan Anggaran, Belanja dan Pembiayaan
RKA-SKPD 1 Rincian Anggaran Pendapatan
RKA-SKPD 2.1 Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung
RKA-SKPD 2.2 Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan
KegiatanRKA-SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Progaram dan per Kegiatan
RKA-SKPD 3.1 Rincian Anggaran Penerimaan Pembiayaan
RKA-SKPD 3.2 Rincian Anggaran Pengeluaran Pembiayaan

More Related Content

What's hot

Penganggaran dana kelurahan
Penganggaran dana kelurahanPenganggaran dana kelurahan
Penganggaran dana kelurahan
hoyin rizmu
 
Materi APBN dan APBD
Materi APBN dan APBDMateri APBN dan APBD
Materi APBN dan APBD
Okky Cotrexjelly
 
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan BansosPerencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
PSEKP - UGM
 
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
hackjak
 
APBN Dan APBD
APBN Dan APBD APBN Dan APBD
APBN Dan APBD
Ita Pitriyanti
 
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMALatihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMASiti Mugi Rahayu
 
Apbn dan apbd
Apbn dan apbdApbn dan apbd
Apbn dan apbdlisa-n
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
Putri Shafira
 
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskalKeuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
Ary Efendi
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Nandang Sukmara
 
3 dok prioritas & plafon 2018
3 dok prioritas & plafon 20183 dok prioritas & plafon 2018
3 dok prioritas & plafon 2018
pandirambo900
 
Apbn & apbd kel 6
Apbn & apbd kel 6Apbn & apbd kel 6
Apbn & apbd kel 6
Chris Ang
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
Ary Efendi
 
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2weni chris
 
Sumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerahSumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerah
Mutoharoh Mut
 
Power point ABN and APBD
Power point ABN and APBDPower point ABN and APBD
Power point ABN and APBD
zahermazed
 

What's hot (20)

Penganggaran dana kelurahan
Penganggaran dana kelurahanPenganggaran dana kelurahan
Penganggaran dana kelurahan
 
Apbn dan apbd
Apbn dan apbdApbn dan apbd
Apbn dan apbd
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Materi APBN dan APBD
Materi APBN dan APBDMateri APBN dan APBD
Materi APBN dan APBD
 
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan BansosPerencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
Perencanaan Anggaran Hibah dan Bansos
 
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
#HackJak2016: Bahan bacaan struktur apbd
 
APBN Dan APBD
APBN Dan APBD APBN Dan APBD
APBN Dan APBD
 
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMALatihan Soal APBN Ekonomi SMA
Latihan Soal APBN Ekonomi SMA
 
Apbn dan apbd
Apbn dan apbdApbn dan apbd
Apbn dan apbd
 
Sistem pengelolaan keuangan daerah
Sistem pengelolaan keuangan daerah Sistem pengelolaan keuangan daerah
Sistem pengelolaan keuangan daerah
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskalKeuangan publik dan kebijakan fiskal
Keuangan publik dan kebijakan fiskal
 
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
Lampiran permendagri-no.-37-tahun-2012 137-2
 
3 dok prioritas & plafon 2018
3 dok prioritas & plafon 20183 dok prioritas & plafon 2018
3 dok prioritas & plafon 2018
 
Apbn & apbd kel 6
Apbn & apbd kel 6Apbn & apbd kel 6
Apbn & apbd kel 6
 
sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Sumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerahSumber sumber penerimaan daerah
Sumber sumber penerimaan daerah
 
Power point ABN and APBD
Power point ABN and APBDPower point ABN and APBD
Power point ABN and APBD
 

Similar to Panduan sederhana untuk memahami penganggaran publik

(4) Struktur APBD.ppt
(4) Struktur APBD.ppt(4) Struktur APBD.ppt
(4) Struktur APBD.ppt
MelyunisaSimanjuntak
 
Unsur dasar pad
Unsur dasar padUnsur dasar pad
Unsur dasar pad
suparmono
 
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdfKelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
MauliaEvita
 
anggaran dan pedapatan dan belanja daerah
anggaran dan pedapatan dan belanja daerahanggaran dan pedapatan dan belanja daerah
anggaran dan pedapatan dan belanja daerah
Surya Ardi
 
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptxPPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
hijrah27
 
Manajemen penganggaran
Manajemen penganggaranManajemen penganggaran
Manajemen penganggaran
hoyin rizmu
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Sujatmiko Wibowo
 
Keuangan Pemerintah Daerah.pptx
Keuangan Pemerintah Daerah.pptxKeuangan Pemerintah Daerah.pptx
Keuangan Pemerintah Daerah.pptx
HatabFaizu
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004
Ike Hanisyah
 
RAPBN dan RAPBD
RAPBN dan RAPBDRAPBN dan RAPBD
RAPBN dan RAPBD
SMA BRUDERAN PURWOREJO
 
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdfPenganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
LAN RI
 
Pengeluaran pemerintah ekonomi publik
Pengeluaran pemerintah ekonomi publikPengeluaran pemerintah ekonomi publik
Pengeluaran pemerintah ekonomi publikNovitawidyaningrum
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHRAMASYAFARADI
 
Bagan Akun Standar_Modul.pdf
Bagan Akun Standar_Modul.pdfBagan Akun Standar_Modul.pdf
Bagan Akun Standar_Modul.pdf
Desrina5
 
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptxPENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
FadhilAhcyari
 
APBN
APBNAPBN
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptxPaparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
ReshaNesia2
 
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
hoyin rizmu
 
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptxDANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
annisaaulia86
 
2 kebijakan umum apbd 2018
2 kebijakan umum apbd 20182 kebijakan umum apbd 2018
2 kebijakan umum apbd 2018
pandirambo900
 

Similar to Panduan sederhana untuk memahami penganggaran publik (20)

(4) Struktur APBD.ppt
(4) Struktur APBD.ppt(4) Struktur APBD.ppt
(4) Struktur APBD.ppt
 
Unsur dasar pad
Unsur dasar padUnsur dasar pad
Unsur dasar pad
 
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdfKelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
Kelompok 6 Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Daerah (1)_compressed.pdf
 
anggaran dan pedapatan dan belanja daerah
anggaran dan pedapatan dan belanja daerahanggaran dan pedapatan dan belanja daerah
anggaran dan pedapatan dan belanja daerah
 
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptxPPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
PPT Belanja Kelompok 4 PPKN.pptx
 
Manajemen penganggaran
Manajemen penganggaranManajemen penganggaran
Manajemen penganggaran
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
Keuangan Pemerintah Daerah.pptx
Keuangan Pemerintah Daerah.pptxKeuangan Pemerintah Daerah.pptx
Keuangan Pemerintah Daerah.pptx
 
Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004Resume uu no 33 th.2004
Resume uu no 33 th.2004
 
RAPBN dan RAPBD
RAPBN dan RAPBDRAPBN dan RAPBD
RAPBN dan RAPBD
 
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdfPenganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
Penganggaran Sektor Publik dalam Sistem Administrasi Negara.pdf
 
Pengeluaran pemerintah ekonomi publik
Pengeluaran pemerintah ekonomi publikPengeluaran pemerintah ekonomi publik
Pengeluaran pemerintah ekonomi publik
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Bagan Akun Standar_Modul.pdf
Bagan Akun Standar_Modul.pdfBagan Akun Standar_Modul.pdf
Bagan Akun Standar_Modul.pdf
 
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptxPENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.pptx
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptxPaparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
Paparan Permendagri No. 27 Tahun 2021 Provinsi Kepri - Dirjen.pptx
 
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
Permen 33 tahun 2019 ttg pedoman apbd 2020
 
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptxDANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
DANA PERIMBANGAN pemerintah daerah .pptx
 
2 kebijakan umum apbd 2018
2 kebijakan umum apbd 20182 kebijakan umum apbd 2018
2 kebijakan umum apbd 2018
 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
yennylampouw
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
IpinTriono
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
DinsosnakertransKota
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 

Recently uploaded (16)

PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 

Panduan sederhana untuk memahami penganggaran publik

  • 1. Panduan Sederhana Untuk Memahami Penganggaran Publik Struktur APBD dan Kode Rekening serta Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Struktur APBD dan Kode Rekening. Penyusunan APBD merupakan proses penganggaran yang secara konseptual terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational planning). Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisis fiskal, sedang perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya keuangan. Agar setiap SKPD dapat menyusun anggarannya, Pemerintah Daerah melalui Pejabat Pengelola Keuangan (PPKD) dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah menerbitkan Pedoman Penyusunan Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran SKPD berdasarkan prinsip-prinsip kinerja dengan Surat Edaran Kepala Daerah. Materi pedoman tersebut meliputi antara lain: Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA), Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja, Standar Biaya, Kode Rekening, dan formulir RKA-SKPD yang digunakan oleh SKPD untuk menyusun Usulan Program, Kegiatan dan Anggarannya. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : a. Pendapatan daerah; b. Belanja daerah c. Pembiayaan daerah Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggungjawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang- undangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan Pendapatan Daerah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan. Pendapatan daerah dikelompokan atas: a. pendapatan asli daerah; b. dana perimbangan; dan c. lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang- undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
  • 2. a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD; b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup: a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; b. jasa giro; c. pendapatan bunga; d. penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah; e. penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; f. penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; h. pendapatan denda pajak; i. pendapatan denda retribusi; j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; k. pendapatan dari pengembalian; l. fasilitas sosial dan fasilitas umum; m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan n. pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan. Kelompok pendapatan dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas: a. dana bagi hasil; b. dana alokasi umum; dan c. dana alokasi khusus. Jenis dana bagi hasil, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup: a. bagi hasil pajak; dan b. bagi hasil bukan pajak. Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum. Jenis dana alokasi khusus dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup: a. hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; b. dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam; c. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota; d. dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Hibah adalah penerimaan daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang ditransfer langsung ke kas daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dianggarkan pada SKPKD. Retribusi daerah, komisi, potongan, keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan dari penyelanggaraan pendidikan dan pelatihan, hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan
  • 3. hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan yang dibawah penguasaan pengguna anggaran/pengguna barang dianggarkan pada SKPD. Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang- undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup: a. pendidikan; b. kesehatan; c. pekerjaan umum; d. perumahan rakyat; e. penataan ruang; f. perencanaan pembangunan; g. perhubungan; h. lingkungan hidup; i. pertanahan; j. kependudukan dan catatan sipil; k. pemberdayaan perempuan; l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera; m. sosial; n. tenaga kerja; o. koperasi dan usaha kecil dan menengah; p. penanaman modal; q. kebudayaan; r. pemuda dan olah raga; s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; t. pemerintahan umum; u. kepegawaian; v. pemberdayaan masyarakat dan desa; w. statistik; x. arsip; dan y. komunikasi dan informatika. Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup: a. pertanian; b. kehutanan; c. energi dan sumber daya mineral; d. pariwisata; e. kelautan dan perikanan;
  • 4. f. perdagangan; g. perindustrian; dan h. transmigrasi. Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari: a. pelayanan umum; b. ketertiban dan ketentraman; c. ekonomi; d. lingkungan hidup; e. perumahan dan fasilitas umum; f. kesehatan; g. pariwisata dan budaya; h. pendidikan; dan i. perlindungan sosial Kelompok Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari: a. belanja tidak langsung; dan b. belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok Belanja Tidak Langsung Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. belanja pegawai; b. bunga; c. subsidi; d. hibah; e. bantuan sosial; f. belanja bagi hasil; g. bantuan keuangan; dan h. belanja tidak terduga. Belanja pegawai, merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, termasuk dalam pengertian tersebut uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja pegawai. Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kriteria pemberian tambahan penghasilan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
  • 5. Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. Perusahaan/lembaga penerima belanja subsidi harus lebih dulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, dan wajib memberikan pertanggungjawaban atas penggunaan dana subsidi kepada kepala daerah. Peraturan pelaksanaan penganggaran belanja subsidi dituangkan dalam peraturan kepala daerah. Belanja hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Bantuan sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya. Belanja bagi hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan Provinsi kepada Kabupaten/Kota atau pendapatan Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bantuan keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota, pemerintah Desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Kelompok Belanja Langsung Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: a. belanja pegawai; b. belanja barang dan jasa; dan c. belanja modal. Belanja pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/ penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai. Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset. Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.
  • 6. Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan, dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan. Surplus/(Defisit) APBD Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD. Surplus Anggaran, terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugas melaksanakan program dan kegiatan tersebut. Defisit anggaran, terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Batas maksimal defisit APBD berpedoman pada penetapan batas maksimal defisit APBD oleh Menteri Keuangan. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang. PembiayaanDaerah Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup: a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA); b. pencairan dana cadangan; c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. penerimaan pinjaman daerah; e. penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan f. penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup: a. pembentukan dana cadangan; b. penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; c. pembayaran pokok utang; dan d. pemberian pinjaman daerah. Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Kode Rekening Penganggaran
  • 7. Setiap urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode urusan pemerintahan daerah dan kode organisasi. Kode pendapatan, kode belanja dan kode pembiayaan yang digunakan dalam penganggaran menggunakan kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun pembiayaan. Setiap program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek serta rincian obyek yang dicantumkan dalam APBD menggunakan kode program, kode kegiatan, kode kelompok, kode jenis, kode obyek dan kode rincian obyek. Untuk tertib penganggaran kode dihimpun menjadi satu kesatuan kode anggaran yang disebut kode rekening. Urutan susunan kode rekening APBD dimulai dari kode urusan pemerintahan daerah, kode organisasi, kode program, kode kegiatan, kode akun, kode kelompok, kode jenis, kode obyek, dan kode rincian obyek Struktur Aanggaran SKPD Dalam struktur APBD terdapat perbedaan pada masing-masing SKPD, karena tidak semua akun-akun APBD dianggarkan oleh SKPD. Pada umumnya akun pendapatan dan akun belanja dianggarkan oleh SKPD, tetapi berbeda dengan penganggaran akun jenis pendapatan dana perimbangan. Penganggaran dana perimbangan hanya dapat dianggarkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah pada Pos Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD/Badan/Biro/Bagian Keuangan). Demikian pula penganggaran akun pembiayaan hanya dapat dianggarkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah pada Pos Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD/Badan/Biro/ Bagian Keuangan) dalam rangka menyusun Rancangan APBD, setelah dilakukan penjumlahan anggaran Pendapatan, Belanja dan Surplus/Defisit dari seluruh SKPD. Klasifikasi Kelompok, Jenis, Obyek dan Rincian Obyek pada anggaran Pendapatan dan anggaran Belanja SKPD sama dengan pengklasifikasian anggaran Pendapatan Daerah dan anggaran Belanja Daerah pada Struktur APBD. Khusus untuk Jenis Belanja Bunga, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Subsidi, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Bagi Hasil dan Belanja Tidak Terduga hanya boleh dianggarkan pada anggaran belanja SKPKD sama halnya dengan anggaran Pembiayaan. Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Berdasarkan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan dengan surat edaran kepala daerah yang di dalamnya memuat Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang ditetapkan, Pemerintah Daerah melalui Pejabat Pengelola Keuangan (PPKD) menyusun Rancangan APBD. Rancangan APBD merupakan agregasi dari usulan-usulan yang diajukan oleh organisasi pemerintah daerah maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam lingkup pemerintah daerah yang dituangkan dalam masing-masing Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). Usulan-usulan dimaksud merupakan jumlah anggaran pendapatan, belanja setiap program dan kegiatan serta pembiayaan yang hendak direalisasikan dalam satu tahun anggaran Anggaran yang disusun dan termuat dalam RKA-SKPD mencerminkan anggaran berbasis prestasi kerja. Beberapa dokumen dalam rangka penyusunan anggaran berbasis kinerja, antara lain : Standar Analisa Belanja, Tolok Ukur Kinerja, Standar Biaya dan formulir RKA -SKPD yang digunakan oleh SKPD untuk menyusun usulan program, kegiatan beserta anggarannya. Penyusunan APBD Berdasarkan Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, Penganggaran Terpadu dan Anggaran Kinerja.
  • 8. Peraturan perundang-undangan mengamantakan penyusunan APBD dilakukan dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Kerangka pengeluaran jangka menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju. Dalam kaitan itu, maka dalam setiap penganggaran belanja untuk mendanai program dan kegiatan agar menghitung kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya atau dikenal dengan konsep prakiraan maju (forward estimate). Setiap usulan anggaran belanja untuk mendanai setiap program dan kegiatan yang dituangkan dalam RKA-SKPD sebagai dasar penyusunan APBD harus memperhitungkan atau mengistemasikan kebutuhan dana untuk program dan kegiatan yang sama yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya. Estimasi kebutuhan dana yang akan dianggarkan pada tahun berikutnya akan menjamin kesinambungan pelaksanaan program dan kegiatan akan dilaksanakan. Penyusunan APBD dengan pendekatan penganggaran terpadu dimaksudkan bahwa dalam penyusunan rencana keuangan tahunan dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Jenis belanja yang dianggarkan untuk mendanai program dan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan merupakan satu kesatuan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan pada program dan kegiatan dimaksud. Prinsip efisiensi alokasi dana tetap harus diperhatikan sehingga tidak terjadi pemborosan atas penggunaan sumber daya yang dimiliki. Dengan pendekatan penganggaran terpadu tidak dikenal lagi adanya anggaran belanja rutin dan pembangunan maupun anggaran belanja publik dan belanja aparatur. APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Dalam pendekatan kinerja ada dua hal penting yang ditekankan, yaitu output dan input. Output (keluaran) menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang digunakan. Input (masukan) adalah besarnya sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan. Setiap penggunaan sumber-sumber yang direncanakan dalam APBD dikaitkan dengan barang atau jasa yang akan dihasilkannya. Hubungan antara masukan dan keluaran tersebut menunjukkan kinerja suatu program atau kegiatan. Untuk mengevaluasi kinerja suatu program atau kegiatan perlu dilakukan analisis hubungan antara alokasi biaya (input) dengan tingkat pencapaian yang dihasilkan (output). Dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap usulan program, kegiatan dan anggaran SKPD dinilai kewajarannya dengan menggunakan Standar Analisa Belanja (SAB). Disamping SAB, dilakukan evaluasi terhadap kinerja program atau kegiatan yang diusulkan oleh setiap SKPD berdasarkan pada tolok ukur kinerja pelayanan dan standar biaya. Penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara pemerintahan berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya. ANALISA STANDAR BELANJA
  • 9. Analisa Standar Belanja (ASB) adalah standar atau pedoman yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu SKPD dalam satu tahun anggaran. ASB merupakan pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengevaluasi usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari usulan program atau kegiatan yang bersangkutan. Beban Kerja Program/Kegiatan Penilaian terhadap kewajaran beban kerja usulan program atau kegiatan dikaitkan dengan kebijakan anggaran, komponen dan tingkat pelayanan yang akan dicapai, jangka waktu pelaksanaannya, serta kapasitas SKPD untuk melaksanakannya. Beban kerja program atau kegiatan yang diusulkan oleh suatu SKPD dapat dinilai kewajarannya antara lain berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kaitan logis antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) dan Kebijakan Umum APBD. 2. Kesesuaian antara program atau kegiatan yang diusulkan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan. 3. Kapasitas SKPD yang bersangkutan untuk melaksanakan program atau kegiatan pada tingkat pencapaian yang diinginkan dan dalam jangka waktu satu tahun anggaran. Program atau kegiatan yang diusulkan merupakan usulan program atau kegiatan yang mempunyai kaitan logis dengan Prioritas dan Plafon Anggaran serta Kebijakan Umum APBD. Sejauhmana kontribusi dari kinerja program atau kegiatan yang diusulkan terhadap implementasi Prioritas dan Plafon Anggaran dalam rangka pencapaian Kebijakan Umum APBD merupakan dasar penilaian kewajaran beban kerja. Program atau kegiatan yang diusulkan oleh suatu SKPD merupakan usulan program atau kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan agar tidak terjadi tumpang-tindih dan duplikasi program atau kegiatan dengan yang diusulkan oleh SKPD lain. Program atau kegiatan yang diusulkan berdasarkan pembagian kewenangan pemerintahan yang diselenggarakan oleh setiap SKPD, sebagaimana tercermin dalam tugas pokok dan fungsi masing-masing, akan memudahkan proses evaluasi kinerja setiap SKPD. Setiap SKPD mempunyai kapasitas sumber daya yang dibatasi (constrain) oleh jumlah orang, kompetensi teknis dan manajerial masing-masing, teknologi dan waktu. Penilaian kewajaran beban kerja dalam hal ini berkaitan dengan sejauh mana kemampuan SKPD untuk mencapai target kinerja program atau kegiatan berdasarkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Biaya Program/Kegiatan Penilaian terhadap kewajaran anggaran biaya dari usulan program atau kegiatan dikaitkan dengan kebijakan anggaran, tolok ukur kinerja, dan standar biaya. Dalam kebijakan anggaran, kemungkinan ditetapkan plafon atau batas atas anggaran belanja bagi setiap SKPD sesuai dengan target kinerja pelayanan yang diinginkan. Plafon anggaran tersebut merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan untuk menilai kewajaran biaya setiap program atau kegiatan yang dianggarkan oleh SKPD. Kewajaran biaya suatu program atau kegiatan dipengaruhi oleh tolok ukur kinerja dan standar biaya. Tolok Ukur Kinerja. Tolok ukur kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap program atau kegiatan. Tolok ukur kinerja digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, terutama untuk menilai kewajaran anggaran biaya suatu program atau kegiatan.
  • 10. Tolok ukur kinerja mencakup dua hal: unsur keberhasilan dan tingkat pencapaian setiap unsur keberhasilan. Setiap program atau kegiatan minimal mempunyai satu unsur ukuran keberhasilan dan tingkat pencapaiannya (target kinerja) yang digunakan sebagai tolok ukur kinerja. Tolok ukur kinerja menunjukkan unsur-unsur keberhasilan yang diukur dan tingkat pelayanan yang akan dicapai (output) dari suatu program atau kegiatan dalam satu tahun anggaran tertentu. Output tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk menilai kewajaran biaya yang dianggarkan (input). Konsep ini mencerminkan orientasi kinerja lebih ditekankan pada aspek output daripada input. Jumlah anggaran belanja (input) yang dinilai wajar untuk menghasilkan output tertentu menunjukkan hubungan rasional berupa standar biaya atau harga satuan unit biaya. Standar Biaya Standar biaya merupakan perbandingan antara anggaran belanja dengan target kinerja, yang juga dinamakan dengan biaya rata-rata per satuan output. Standar biaya tersebut menjadi dasar untuk menilai kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, karena menunjukkan hubungan rasional antara input dengan outputnya. Penilaian kewajaran terhadap biaya yang dianggarkan, dikaitkan dengan harga standar yang berlaku. Terbentuknya biaya merupakan hasil perkalian antara volume (satuan) dengan harga satuan. Dalam hal ini perlu dicermati, apakah harga satuan yang dianggarkan telah sesua i dengan standar yang ditetapkan atau berada diantara kisaran harga satuan yang berlaku ? Kewajaran biaya yang dianggarkan juga dapat dikaitkan dengan sumber pendapatan dan/atau pembiayaan berupa penerimaan daerah. Dalam hal ini kewajaran dinilai berdasarkan hubungan (kesesuaian) antara sumber dana dengan penggunaannya. Sumber pendapatan tertentu (misal retribusi) dan sumber (pembiayaan) penerimaan tertentu (misal Dana Cadangan) diperoleh dalam rangka untuk melaksanakan pelayanan tertentu. Untuk kewajaran suatu anggaran belanja dinilai berdasarkan kesesuaian antara target kinerja pelayanan yang diusulkan dengan sumber dananya. Pendekatan ini merupakan penerapan dari konsep Grant Related Expenditure Assesment (GREA) dalam Analisis Standar Belanja. Jika suatu sumber dana tertentu jumlahnya diestimasikan tidak mencukupi untuk membiayai anggaran belanja suatu program atau kegiatan dengan target pelayanan tertentu, maka pemerintah daerah dapat: (1) mendanai dari anggaran sumber pendapatan atau pembiayaan yang lain berdasarkan target pelayanan yang diharapkan atau (2) menyesuaikan target pelayanan dengan tersedianya sumber dana. Kewajaran biaya yang dianggarkan, dengan demikian, berkaitan dengan tiga aspek, yaitu: 1. kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan target pencapaian kinerja, 2. kaitan antara anggaran biaya dengan harga standar yang berlaku, dan 3. kaitan antara biaya yang dianggarkan dengan sumber dananya. Standar Pelayanan Dalam rangka penerapan anggaran berbasis kinerja/prestasi kerja, setiap komponen pelayanan pada masing-masing urusan pemerintahan yang diselenggarakan oleh SKPD, dalam rangka penilaian kinerja, ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan. Penetapan standar pelayanan untuk Provinsi mengacu pada indikator-indikator standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Standar pelayanan untuk Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada standar pelayanan yang ditetapkan oleh Provinsi. Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung, Untuk Mempermudah Penilaian Kewajaran dan Capaian Kinerja SKPD
  • 11. Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, anggaran belanja setiap SKPD lebih dulu diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja, yaitu : Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Pengelompokan belanja tersebut selain untuk mempermudah penilaian kewajaran biaya suatu program dan kegiatan, juga untuk menilai capaian kinerja setiap SKPD sesuai dengan togas pokok dan fungsinya. Belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan/atau kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Karakteristik belanja tidak langsung antara lain sebagai berikut: 1. Dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun (bukan untuk setiap program atau kegiatan) oleh masing-masing SKPD. 2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur atau sulit dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan tertentu. 3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung tidak dipengaruhi langsung oleh target kinerja atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan tertentu. Berdasarkan karakteristiknya, belanja tidak langsung merupakan tipe belanja yang sulit dinilai kewajarannya berdasarkan aktifitas atau terkait dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu usulan program atau kegiatan. Belanja Langsung Belanja langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan sebagai konsekuensi adanya usulan program atau kegiatan. Untuk memudahkan pemahaman, belanja langsung dapat dinamakan dengan Belanja Aktivitas atau Belanja Kegiatan. Jenis belanja yang dianggarkan dalam program atau kegiatan dapat berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal sesuai dengan program atau kegiatan yang diusulkan oleh masing- masing SKPD. Karakteristik belanja langsung adalah sebagai berikut: 1. Dianggarakan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD. 2. Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan yang bersangkutan. 3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja langsung dipengaruhi langsung oleh target kinerja atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan yang bersangkutan. Berdasarkan karakteristiknya, belanja langsung merupakan tipe belanja yang dapat dinilai kewajarannya secara rasional dengan tingkat pencapaian yang diharapkan dari suatu usulan program atau kegiatan. Pendekatan Standar Biaya Langsung atau Standar Biaya Total ? Berdasarkan klasifikasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, untuk menilai kewajaran biaya, standar biaya (biaya rata-rata) program atau kegiatan dapat dihitung dengan dua cara: (1) standar biaya langsung, dan (2) standar biaya total. Standar biaya langsung dihitung berdasarkan jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dibagi dengan target kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Standar biaya total adalah jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dan anggaran belanja tidak
  • 12. langsung (yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang bersangkutan) dibagi dengan target kinerja program atau kegiatan yang bersangkutan. Jika digunakan standar biaya langsung untuk menilai kewajaran, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menilai kewajaran anggaran belanja tidak langsung. Dalam hal ini anggaran belanja tidak langsung dapat dinilai kewajarannya berdasarkan anggaran atau realisasi belanja tidak langsung tahun lalu, dengan mempertimbangkan kondisi moneter dan asumsi dasar lainnya dalam suatu tahun anggaran. Jika digunakan standar biaya total untuk menilai kewajaran, anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke masing-masing program atau kegiatan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran. Alokasi belanja tidak langsung tersebut dapat menggunakan pendekatan rata-rata sederhana, bobot belanja langsung atau pendekatan lainnya yang dinilai paling wajar dalam penghitungan standar biaya total. Pembebanan Anggaran Belanja Tidak Langsung Dalam struktur anggaran SKPD dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), anggaran belanja tidak langsung dibebankan pada Kelompok Belanja Tidak Langsung. Pembebanan anggaran belanja tidak langsung pada SKPD hanya dianggarkan jenis belanja pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pembebanan anggaran belanja tidak langsung pada SKPKD, selain belanja pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, juga dianggarkan jenis belanja bunga, belanja hibah, belanja subsidi, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Pembebanan Anggaran Belanja Langsung Pengklasifikasian belanja tidak langsung dan belanja langsung, ditujukan dalam rangka untuk memudahkan penilaian terhadap kewajaran biaya suatu program atau kegiatan. Dalam struktur anggaran SKPD, anggaran belanja langsung dibebankan pada kelompok belanja langsung Pembebanan anggaran belanja langsung ke dalam anggaran SKPD lebih lanjut dibebankan ke dalam jenis belanja, dengan rincian sebagai berikut: 1. Anggaran belanja langsung untuk kegiatan yang output-nya berupa bukan barang modal (bukan aset tetap) atau kegiatan non investasi dalam struktur anggaran SKPD dibebankan dalam jenis belanja: a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa. 2. Angga ran be la nja la ngsung untuk kegiata n yang outputnya berupa bara ng moda l (aset tetap) atau kegiata n investasi da la m struktur a nggara n SKPD dibe banka n da la m jenis belanja: a. Belanja pegawai b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah. Keseluruhan tingkat pelayanan yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran dari setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing SKPD, pada dasarnya merupakan tolok ukur kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh suatu pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Untuk penilaian kinerja suatu kegiatan, program, dan SKPD dapat digunakan ukuran Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah yang didasarkan pada 5 (lima) indikator sebagai berikut:
  • 13. 1. Masukan (Input), yaitu tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau besaran sumber-sumber: dana, sumber daya manusia, material, waktu, teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program dan atau kegiatan. 2. Keluaran (Output) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan. 3. Hasih (Outcome) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan. 4. Manfaat (Benefit) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah dari hasil. 5. Dampak (Impact) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat. Tolok ukur kinerja program atau kegiatan yang diusulkan suatu SKPD selama satu tahun anggaran, dapat dikembangkan dari penilaian terhadap input-output menjadi input-output-outcome-benefit-impact. Benefit pada dasarnya merupakan outcome jangka menengah dan impact merupakan outcome jangka panjang. Dalam perencanaan anggaran daerah, indikator benefit dan impact tidak dapat diestimasikan dalam periode satu tahun anggaran. Dalam kaitan itu, indikator yang digunakan sebagai tolok ukur pencapaian kinerja suatu kegiatan yaitu: (1) masukan (input), (2) keluaran (output) dan (3) hasil (outcome). Rencana Kerja dan Anggaran SKPD Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPA, TAPD menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup : a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana pendapatan dan pembiayaan; b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan; c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD; d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga. Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan. Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD. RKA- SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan. Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
  • 14. Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut di atas, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi bertujuan menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terahir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minima l. RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan. Rencana pendapatan memuat kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan daerah, yang dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas peraturan daerah, peraturan pemerintah atau undang- undang. Rencana belanja memuat kelompok belanja tidak langsung dan belanja langsung yang masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Rencana pembiayaan memuat kelompok penerimaan pembiayaan yang dapat digunakan untuk menutup defisit APBD dan pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk memanfaatkan surplus APBD yang masing-masing diuraikan menurut jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan. Usulan program, kegiatan dan anggaran setiap SKPD dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD). RKA-SKPD merupakan dokumen yang digunakan untuk penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD yang antara lain memuat rencana program dan kegiatan, serta anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan SKPD. Sesuai dengan tipe informasi yang dimuat, RKA-SKPD dibagi menjadi 7 (tujuh) bagian, yaitu: Kode Informasi Pokok RKA-SKPD Ringkasan Anggaran, Belanja dan Pembiayaan RKA-SKPD 1 Rincian Anggaran Pendapatan RKA-SKPD 2.1 Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung RKA-SKPD 2.2 Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan KegiatanRKA-SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Progaram dan per Kegiatan RKA-SKPD 3.1 Rincian Anggaran Penerimaan Pembiayaan RKA-SKPD 3.2 Rincian Anggaran Pengeluaran Pembiayaan