SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
PAJAK DAERAH
Dasar Hukum
• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
retribusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
DASAR PERUBAHAN UU PAJAK DAERAH
• Hasil penerimaan pajak dan retribusi belum memadai dan
peranannya sangat kecil terhadap APBD
• Peluang untuk mengenakan pungutan baru yg dapat meningkatkan
penerimaan daerah
• Agar tidak timbul ekonomi biaya tinggi akibat tumpang tindihnya
pungutan daerah
• Peraturan lama kurang mendukung pelaksanaan otonomi daerah
Pendahuluan
• Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
• Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Pajak Daerah
(1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas :
• Pajak Kendaraan Bermotor;
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
• Pajak Air Permukaan; dan
• Pajak Rokok.
(2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:
• Pajak Hotel;
• Pajak Restoran;
• Pajak Hiburan;
• Pajak Reklame;
• Pajak Penerangan Jalan;
• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
• Pajak Parkir;
• Pajak Air Tanah;
• Pajak Sarang Burung Walet;
• Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Kendaraan Bermotor
• Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
• Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda
beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis
jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan,
termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam
operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak
melekat secara permanen serta kendaraan bermotor
yang dioperasikan di air.
Objek
-Pajak Kendaraan Bermotor-
(1) Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor.
(2) Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada butir (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta
gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan
kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT
5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
(3) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud pada butir (2) adalah :
• kereta api;
• Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
• kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,
konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan
lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas
pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
• objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Subjek
-Pajak Kendaraan Bermotor-
(1) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan
yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.
(2) Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh
pengurus atau kuasa Badan tersebut.
Dasar Pengenaan Pajak
-Pajak Kendaraan Bermotor-
• Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil
perkalian dari 2 (dua) unsur pokok:
• Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan
• bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan
jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan
Kendaraan Bermotor.
• Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri Keuangan.
Tarif
-Pajak Kendaraan Bermotor-
(1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:
• untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
• untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
(2) Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat
yang sama.
(3) Tarif pajak Kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan Kendaraan lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
(4) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi
sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
(5) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tarif
-Pajak Kendaraan Bermotor-
Penjelasan tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi untuk
kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya :
• Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya
dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat)
dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih.
• Contoh:
Orang pribadi atau badan yang memiliki satu kendaraan
bermotor roda 2 (dua), satu kendaraan roda 3 (tiga), dan
satu kendaraan bermotor roda 4 (empat) masing-masing
diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak
dikenakan pajak progresif.
Contoh Penghitungan
-Pajak Kendaraan Bermotor-
• DPP Kendaraan Bermotor :
Rp. 16.500.000,00
• Tarif :
2%
• Pajak Kendaraan Bermotor :
2% x Rp. 16.500.000,00 = Rp. 330.000,00
Catatan: Menggunakan tarif tertinggi
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Pajak atas penyerahan
hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak
atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli,
tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha
OBJEK PAJAK BBN
• Penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor
• Penguasaan kendaraan bermotor lebih dari 12 bulan dapat dianggap
penyerahan
• Dikecualikan apabila ada perjanjian sewa
PENGECUALIAN
• Dikecualikan sebagai objek pajak adalah memasukkan kendaraan
bermotor dari luar negeri untuk dipakai di Indonesia apabila :
1. Dipakai sendiri oleh yang bersangkutan
2. Untuk diperdagangkan
3. Dikeluarkan kembali dari daerah pabean Indonesia
Pajak Hotel
• Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh hotel.
• Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Objek
-Pajak Hotel-
• Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
• Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile,
teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenislainnya
yang disediakan atau dikelola Hotel.
• Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
• jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah;
• jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
• jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
• jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,
dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan
• jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang
dapat dimanfaatkan oleh umum.
Subjek
-Pajak Hotel-
• Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
Hotel.
• Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.
Dasar Pengenaan Pajak
-Pajak Hotel-
• Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada Hotel.
• Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
• Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Contoh Penghitungan
-Pajak Hotel-
Jenis Pembayaran Penghuni Hotel :
• Pembayaran Sewa Kamar Hotel : Rp. 250.000.000,00
• Pembayaran Fasilitas Hotel : Rp. 5.000.000,00
DPP Pajak Hotel :
Rp. 255.000.000,00
Tarif :
10%
Pajak Hotel :
10% x Rp. 255.000.000,00 = Rp. 25.500.000,00
Pajak Restoran
• Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.
• Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan,
kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/katering.
Objek
-Pajak Restoran-
• Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran.
• Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan
dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik
dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.
• Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh
Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Subjek
-Pajak Restoran-
• Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli
makanan dan/atau minuman dari Restoran.
• Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Restoran.
Dasar pengenaan Pajak
-Pajak Restoran-
• Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
• Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
• Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Contoh Penghitungan
-Pajak Restoran-
DPP Pajak Restoran atas Pembayaran Makan dan Minuman :
Rp. 25.000.000,00
Tarif :
10%
Pajak Restoran :
10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00

More Related Content

Similar to Pajak Daerah.pdf

Pajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerahPajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerah
ryandyra
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Dea Nisa
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Dea Nisa
 
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptxSosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
MerlynGiawa
 

Similar to Pajak Daerah.pdf (20)

Pajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerahPajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerah
 
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdfSLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
 
KELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docxKELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docx
 
Pajak negara dan_daerah
Pajak negara dan_daerahPajak negara dan_daerah
Pajak negara dan_daerah
 
Pertemuan 13&14 pjk
Pertemuan 13&14 pjkPertemuan 13&14 pjk
Pertemuan 13&14 pjk
 
Retribusi Daerah
Retribusi DaerahRetribusi Daerah
Retribusi Daerah
 
perda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdfperda pajak kalteng.pdf
perda pajak kalteng.pdf
 
UU 28 2009 Pajak dan Retribusi Daerah
UU 28 2009 Pajak dan Retribusi DaerahUU 28 2009 Pajak dan Retribusi Daerah
UU 28 2009 Pajak dan Retribusi Daerah
 
Uu28 2009
Uu28 2009Uu28 2009
Uu28 2009
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
 
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerahUu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
 
KEBIJAKAN HUKUM PAJAK TERKAIT DENGAN PENINGKATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJA...
KEBIJAKAN HUKUM PAJAK TERKAIT DENGAN PENINGKATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJA...KEBIJAKAN HUKUM PAJAK TERKAIT DENGAN PENINGKATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJA...
KEBIJAKAN HUKUM PAJAK TERKAIT DENGAN PENINGKATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PAJA...
 
Mahkamah pajak
Mahkamah pajakMahkamah pajak
Mahkamah pajak
 
Makalah pajak daerah
Makalah pajak daerahMakalah pajak daerah
Makalah pajak daerah
 
Makalah retribusi
Makalah retribusiMakalah retribusi
Makalah retribusi
 
Makalah retribusi
Makalah retribusiMakalah retribusi
Makalah retribusi
 
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptxSosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
Sosialisasi-Pajak-Daerah.pptx
 
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaTata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
 
Makalah pajak daerah
Makalah pajak daerahMakalah pajak daerah
Makalah pajak daerah
 

Recently uploaded

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 

Recently uploaded (20)

Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 

Pajak Daerah.pdf

  • 2. Dasar Hukum • Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah • Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
  • 3. DASAR PERUBAHAN UU PAJAK DAERAH • Hasil penerimaan pajak dan retribusi belum memadai dan peranannya sangat kecil terhadap APBD • Peluang untuk mengenakan pungutan baru yg dapat meningkatkan penerimaan daerah • Agar tidak timbul ekonomi biaya tinggi akibat tumpang tindihnya pungutan daerah • Peraturan lama kurang mendukung pelaksanaan otonomi daerah
  • 4. Pendahuluan • Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. • Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
  • 5. Pajak Daerah (1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas : • Pajak Kendaraan Bermotor; • Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; • Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; • Pajak Air Permukaan; dan • Pajak Rokok. (2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: • Pajak Hotel; • Pajak Restoran; • Pajak Hiburan; • Pajak Reklame; • Pajak Penerangan Jalan; • Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; • Pajak Parkir; • Pajak Air Tanah; • Pajak Sarang Burung Walet; • Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan • Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
  • 6. Pajak Kendaraan Bermotor • Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. • Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.
  • 7. Objek -Pajak Kendaraan Bermotor- (1) Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor. (2) Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada butir (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage). (3) Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada butir (2) adalah : • kereta api; • Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara; • kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan • objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
  • 8. Subjek -Pajak Kendaraan Bermotor- (1) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. (2) Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.
  • 9. Dasar Pengenaan Pajak -Pajak Kendaraan Bermotor- • Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok: • Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan • bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor. • Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.
  • 10. Tarif -Pajak Kendaraan Bermotor- (1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: • untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); • untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). (2) Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama. (3) Tarif pajak Kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan Kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). (4) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). (5) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
  • 11. Tarif -Pajak Kendaraan Bermotor- Penjelasan tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya : • Pajak progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih. • Contoh: Orang pribadi atau badan yang memiliki satu kendaraan bermotor roda 2 (dua), satu kendaraan roda 3 (tiga), dan satu kendaraan bermotor roda 4 (empat) masing-masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan pajak progresif.
  • 12. Contoh Penghitungan -Pajak Kendaraan Bermotor- • DPP Kendaraan Bermotor : Rp. 16.500.000,00 • Tarif : 2% • Pajak Kendaraan Bermotor : 2% x Rp. 16.500.000,00 = Rp. 330.000,00 Catatan: Menggunakan tarif tertinggi
  • 13. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha
  • 14. OBJEK PAJAK BBN • Penyerahan kepemilikan kendaraan bermotor • Penguasaan kendaraan bermotor lebih dari 12 bulan dapat dianggap penyerahan • Dikecualikan apabila ada perjanjian sewa
  • 15. PENGECUALIAN • Dikecualikan sebagai objek pajak adalah memasukkan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai di Indonesia apabila : 1. Dipakai sendiri oleh yang bersangkutan 2. Untuk diperdagangkan 3. Dikeluarkan kembali dari daerah pabean Indonesia
  • 16. Pajak Hotel • Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. • Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
  • 17. Objek -Pajak Hotel- • Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. • Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenislainnya yang disediakan atau dikelola Hotel. • Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: • jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; • jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya; • jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; • jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan • jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
  • 18. Subjek -Pajak Hotel- • Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. • Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
  • 19. Dasar Pengenaan Pajak -Pajak Hotel- • Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel. • Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). • Tarif Pajak Hotel ditetapkan dengan Peraturan Daerah
  • 20. Contoh Penghitungan -Pajak Hotel- Jenis Pembayaran Penghuni Hotel : • Pembayaran Sewa Kamar Hotel : Rp. 250.000.000,00 • Pembayaran Fasilitas Hotel : Rp. 5.000.000,00 DPP Pajak Hotel : Rp. 255.000.000,00 Tarif : 10% Pajak Hotel : 10% x Rp. 255.000.000,00 = Rp. 25.500.000,00
  • 21. Pajak Restoran • Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. • Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
  • 22. Objek -Pajak Restoran- • Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. • Pelayanan yang disediakan Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain. • Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
  • 23. Subjek -Pajak Restoran- • Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran. • Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Restoran.
  • 24. Dasar pengenaan Pajak -Pajak Restoran- • Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. • Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). • Tarif Pajak Restoran ditetapkan dengan Peraturan Daerah
  • 25. Contoh Penghitungan -Pajak Restoran- DPP Pajak Restoran atas Pembayaran Makan dan Minuman : Rp. 25.000.000,00 Tarif : 10% Pajak Restoran : 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00