SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
PERTEMUAN-4
PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH
 Pajak negara
 Pajak daerah dan retribusi daerah
 Dasar hukum
 Pajak daerah
 Jenis pajak dan objek pajak
 Tarif pajak
 Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak
dan penghapusan piutang pajak yang
kadaluwarsa
PAJAK NEGARA
Pajak Negara yang berlaku sampai saat ini
adalah:
1. pajak penghasilan
 Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan
adalah undang-undang no.7 tahun 1984,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang no.17 tahun 2000.
 undang-undang pajak penghasilan berlaku
mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti
UU pajak perseroan 1925, UU pajak
pendapatan 1944, UU PDBR 1970.
2. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn
BM)
 dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM
adalah undang-undang no.8 tahun 1983
 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang no.18 tahun 2000.
undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai
berlaku sejak tanggal 1 april 1985 dan
merupakan pengganti UU pajak Penjualan
1951.
3. bea materai
 Dasar Hukum Pengenaan Bea Materai adalah
undang-undang no.13 tahun 1985. undang-
undang bea materai berlaku mulai tanggal 1
januari 1986 menggantikan peraturan dan
undang-undang bea materai yang lama (aturan
bea materai 1921).
4. pajak bumi dan bangunan (PBB)
 dasar hukum pengenaan pajak bumi dan
bangunan adalah undang-undang no.12 tahun
1985 sebagaimana telah diubah dengan
 undang-undang no.12 tahun 1994. undang-
undang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari 1986
dan merupakan pengganti;
a. ordonansi pajak rumah tangga tahun
1908.
b. ordonansi verponding indonesia tahun
1923.
c. ordonansi pajak kekayaan tahun 1932.
d. ordonansi verponding tahun 1928.
e. ordonansi pajak jalan tahun 1942.
f. undang-undang darurat nomor 11 tahun
1957 khususnya pasal 14 huruf j, k, l.
g. undang-undang nomor 11 prp.tahun 1959
pajak hasil bumi.
5.bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB)
 dasar hukum pengenaan bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan adalah undang-
undang no.21 tahun 1997 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan undang-
undang no.20 tahun 2000. undang-undang
BPHTB berlaku sejak tanggal 1 januari 1998
menggantikan Ordonansi bea balik nama
staasblad 1924 No.291.
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
 Dasar hukum pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah adalah undang-
undang no.18 tahun 1997 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan undang-
undang no.34 tahun 2000.
 Beberapa pengertian atau istilah PAJAK
DAERAH;
1. Daerah otonom ; kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas daerah tertentu yang
berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Neagara Kesatuan RI.
2. Daerah Pajak ; iuran WP yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggraan
pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.
3. Badan ; sekumpulan orang dan/atau modal
yang yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak meliputi : PT,
Perseroan komanditer, BUMN dan BUMD,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
Organisasi masa, Organisasi Sospol, lembaga,
usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
4. Subjek pajak ; orang pribadi atau badan yang
dapat dikenakan pajak daerah
5. Wajib pajak ; orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan daerah diwajibkan
untuk melakukan pembayaran pajak yang
terutang, termasuk pemungutan atau
pemotongan pajak tertntu.
JENIS PAJAK DAN OBJEK PAJAK
 Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. pajak propinsi, terdiri dari:
a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah
dan air permukaan.
2. pajak kabupaten/kota; terdiri dari:
a. pajak hotel.
b. Pajak restoran.
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan.
f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
g. Pajak parkir
h. Pajak lain-lain.
TARIF PAJAK YANG BELUM DINAIKAN
1. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
sebesar 5 % (lima persen)
2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air sebesar 10 % (sepuluh persen)
3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 5 % (lima
persen)
4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan
air permukaan sebesar 20 % (dua puluh persen)
5. pajak hotel sebesar 10 % (sepuluh persen)
6. Pajak restoran sebesar 10 % (sepuluh persen)
7. Pajak hiburan sebesar 35 % (tiga puluh lima persen)
8. Pajak reklame sebesar 25 % (dua puluh lima persen)
9. Pajak penerangan jalan sebesar 10 % (sepuluh persen)
10.Pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar 20%
(dua puluh persen)
11.Pajak parkir sebesar 20 % (dua puluh persen).
KENAIKAN TARIF MAKSIMUM PAJAK DAERAH
Untuk memberi ruang gerak bagi daerah
mengatur sistem perpajakannya dalamrangka
peningkatan pendapatan dan peningkatan
kualitas pelayanan, penghematanenergi, dan
pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif
maksimum beberapa jenis pajak daerah
dinaikkan, antara lain:
a.Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor,
dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus
untuk kendaraan pribadi dapat diterapkan
tarif progresif.
b.Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi 20%.
c.Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5%
menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan
angkutan umum, tarif dapat ditetapkan
lebih rendah.
d. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20%
menjadi 30%.
e. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan (sebelumnya Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C), dinaikkan dari 20% menjadi
25%.
6. Bagi Hasil Pajak Provinsi
 Dalam rangka pemerataan pembangunan dan
peningkatan kemampuan keuangan
 kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan
kepada masyarakat, pajak
 provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota,
dengan proporsi sebagai berikut:
No. Jenis Pajak Provinsi Kab/Kota
1. Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30%
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30%
3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 30% 70%
4. Pajak Air Permukaan 50% 50%
5. Pajak Rokok 30% 70%
6. Earmarking yaitu Untuk meningkatkan kualitas
pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan
sekaligus menciptakan good governance dan clean
government, penerimaan beberapa jenis pajak
daerah wajib dialokasikan (di-earmark) untuk
mendanai pembangunan sarana dan prasarana
yang secara langsung dapat dinikmati oleh
pembayar pajak dan seluruh masyarakat.
Pengaturan earmarking tersebut adalah:
a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan
pembangunan jalan, serta peningkatan sarana
transportasi umum.
b. 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan
untuk mendanai pelayanan kesehatan dan
penegakan hukum.
c. Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan
digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.
 Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan
struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di
daerah menjadi lebih kondusif karena Perda-Perda
pungutan daerah yang membebani masyarakat
secara berlebihan dapat dihindari, serta
memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.
 tata cara pelaksanaan pemungutan pajak
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
 Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih karena
hak untuk melakukan penagihan sudah
kadaluwarsa sehingga dapat dihapuskan.
 Penghapusan piutang pajak propinsi, kabupaten
atau kota yang sudah kadaluwarsa dilakukan
dengan keputusan masing-masing ditetapkan
oleh gubernur dan bupati atau walikota.
 Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah
kadaluwarsa diatur dengan peraturan daerah.
 Golongan Retribusi adalah
pengelompokan retribusi yang
meliputi Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu;
1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi
atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau
badan;
Retribusi Daerah
 2. Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan;
 3. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas
jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial
karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta;
 4. Retribusi Perizinan Tertentu adalah
retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan,
 pengendalian dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
JENIS RETRIBUSI DAERAH
Dibagi menjadi 3 golongan ;
1. Retribusi jasa umum
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan.
c. Retribusi pengganti biaya cetak kartu tanda
penduduk dan akte catatan sipil.
d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan
mayat.
e. Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum.
f. Retribusi pelayanan pasar.
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.
h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta.
j. Retribusi pengujian kapal perikanan.
2. retribusi jasa usaha
a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b. Retribusi pasar grosir dan/ pertokoan
c. Retribusi tempat pelalangan
d. Retribusi terminal
e. Retribusi tempat khusus parkir.
f. Retribusi tempat penginapan
/pesanggrahan/villag.Retribusi penyedotan
kakus
h. Retribusi rumah pemotongan hewan
i. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal.
j. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga.
k. Retribusi penyebrangan di atas air.
l. Retribusi pengolahan limbah cair
m.Retribusi penjualan produksi daerah.
3. Retribusi perizinan tertentu
a. Retribusi izin mendirikan bangunan.
b. Retribusi tempat penjualan minuman
beralkohol.
c. Retribusi izin gangguan.
d. Retribusi izin trayek.
 Objek Retribusi Dearah terdiri dari ;
a. Jasa Umum berupa pelayanan yang
disediakan atau yang diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh pribadi atau badan
b. Jasa usaha ; berupa pelayanan yang
disediakan pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial.
c. Perizinan tertentu ; kegiatan tertentu
pemerintah daerah dalam rangka pemberian
ijin kepada orang pribadi atau badan dengan
maksud untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
 Subjek Retribusi Daerah ;
a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum
yang bersangkutan
b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha
yang bersangkutan
c. Retribusi perijinan tertentu adalah orang pribadi atau
badan yang memperoleh ijin tertentu dari pemerintah
daerah.
 Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah ;
a. Retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah
dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa
yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan.
b. Retribusi jasa usaha ; berdasarkan pada
tujuan untuk memperoleh keuntungan
yang layak sebagaimana keuntungan yang
pantas diterima oleh pengusaha swasta
sejenis yang beroperasi secara efisien dan
beroerintasi pada harga pasar.
c. Retribusi perijinan tertentu, berdasarkan
pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh penyelenggaraan pemberian izin
yang bersangkutan.

More Related Content

Similar to pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang no.7 tahun 1984, sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.17 tahun 2000

Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahDea Nisa
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahDea Nisa
 
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerahUu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerahYesica Adicondro
 
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaTata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaWEST NUSA TENGGARA
 
KELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docxKELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docxAinulHikma
 
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+provPA_Klaten
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAHiniPurwokerto
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHKota Serang
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahMedan Comonity
 
No. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahNo. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahppbkab
 
Perda no.1-th-2011
Perda no.1-th-2011Perda no.1-th-2011
Perda no.1-th-2011Darto77
 
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakPerda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakEchil Ardiyanto
 

Similar to pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang no.7 tahun 1984, sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.17 tahun 2000 (20)

Uu28 2009
Uu28 2009Uu28 2009
Uu28 2009
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
 
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerahUu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
Uu no 28 2009 ttg pajak & retribusi daerah
 
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerahUu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
Uu no 28 tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah
 
Retribusi Daerah
Retribusi DaerahRetribusi Daerah
Retribusi Daerah
 
2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf
 
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaTata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
 
KELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docxKELOMPOK 5.docx
KELOMPOK 5.docx
 
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
2011 Retribusi jasa usaha setuju menkeu+prov
 
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH
 
Pengantar PERPAJAKAN
Pengantar PERPAJAKANPengantar PERPAJAKAN
Pengantar PERPAJAKAN
 
Makalah pajak daerah
Makalah pajak daerahMakalah pajak daerah
Makalah pajak daerah
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
 
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerahPerda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
Perda no-08-tahun-2010-tentang-pajak-daerah
 
No. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerahNo. 8 ttg pajak daerah
No. 8 ttg pajak daerah
 
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdfSLIDE_8  PAJAK PROVINSI.pdf
SLIDE_8 PAJAK PROVINSI.pdf
 
Perda no.1-th-2011
Perda no.1-th-2011Perda no.1-th-2011
Perda no.1-th-2011
 
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajakPerda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
Perda no-7-tahun-2010-tentang-pajak
 
Uu 34 2000
Uu 34 2000Uu 34 2000
Uu 34 2000
 

Recently uploaded

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 

Recently uploaded (14)

Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 

pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang no.7 tahun 1984, sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.17 tahun 2000

  • 1. PERTEMUAN-4 PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH  Pajak negara  Pajak daerah dan retribusi daerah  Dasar hukum  Pajak daerah  Jenis pajak dan objek pajak  Tarif pajak  Tata cara pelaksanaan pemungutan pajak dan penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa
  • 2. PAJAK NEGARA Pajak Negara yang berlaku sampai saat ini adalah: 1. pajak penghasilan  Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan adalah undang-undang no.7 tahun 1984, sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.17 tahun 2000.  undang-undang pajak penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti UU pajak perseroan 1925, UU pajak pendapatan 1944, UU PDBR 1970.
  • 3. 2. Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM)  dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah undang-undang no.8 tahun 1983  sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang no.18 tahun 2000. undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 april 1985 dan merupakan pengganti UU pajak Penjualan 1951.
  • 4. 3. bea materai  Dasar Hukum Pengenaan Bea Materai adalah undang-undang no.13 tahun 1985. undang- undang bea materai berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 menggantikan peraturan dan undang-undang bea materai yang lama (aturan bea materai 1921). 4. pajak bumi dan bangunan (PBB)  dasar hukum pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah undang-undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan  undang-undang no.12 tahun 1994. undang- undang PBB berlaku mulai tanggal 1 januari 1986 dan merupakan pengganti;
  • 5. a. ordonansi pajak rumah tangga tahun 1908. b. ordonansi verponding indonesia tahun 1923. c. ordonansi pajak kekayaan tahun 1932. d. ordonansi verponding tahun 1928. e. ordonansi pajak jalan tahun 1942. f. undang-undang darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14 huruf j, k, l. g. undang-undang nomor 11 prp.tahun 1959 pajak hasil bumi.
  • 6. 5.bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)  dasar hukum pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah undang- undang no.21 tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang- undang no.20 tahun 2000. undang-undang BPHTB berlaku sejak tanggal 1 januari 1998 menggantikan Ordonansi bea balik nama staasblad 1924 No.291.
  • 7. PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH  Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah undang- undang no.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang- undang no.34 tahun 2000.
  • 8.  Beberapa pengertian atau istilah PAJAK DAERAH; 1. Daerah otonom ; kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Neagara Kesatuan RI. 2. Daerah Pajak ; iuran WP yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
  • 9. 3. Badan ; sekumpulan orang dan/atau modal yang yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak meliputi : PT, Perseroan komanditer, BUMN dan BUMD, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Organisasi Sospol, lembaga, usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. 4. Subjek pajak ; orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah 5. Wajib pajak ; orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertntu.
  • 10. JENIS PAJAK DAN OBJEK PAJAK  Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. pajak propinsi, terdiri dari: a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. 2. pajak kabupaten/kota; terdiri dari: a. pajak hotel. b. Pajak restoran. c. Pajak hiburan d. Pajak reklame e. Pajak penerangan jalan. f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C g. Pajak parkir h. Pajak lain-lain.
  • 11. TARIF PAJAK YANG BELUM DINAIKAN 1. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebesar 5 % (lima persen) 2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebesar 10 % (sepuluh persen) 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor sebesar 5 % (lima persen) 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan sebesar 20 % (dua puluh persen) 5. pajak hotel sebesar 10 % (sepuluh persen) 6. Pajak restoran sebesar 10 % (sepuluh persen) 7. Pajak hiburan sebesar 35 % (tiga puluh lima persen) 8. Pajak reklame sebesar 25 % (dua puluh lima persen) 9. Pajak penerangan jalan sebesar 10 % (sepuluh persen) 10.Pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar 20% (dua puluh persen) 11.Pajak parkir sebesar 20 % (dua puluh persen).
  • 12. KENAIKAN TARIF MAKSIMUM PAJAK DAERAH Untuk memberi ruang gerak bagi daerah mengatur sistem perpajakannya dalamrangka peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas pelayanan, penghematanenergi, dan pelestarian/perbaikan lingkungan, tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah dinaikkan, antara lain: a.Tarif maksimum Pajak Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan pribadi dapat diterapkan tarif progresif.
  • 13. b.Tarif maksimum Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 10% menjadi 20%. c.Tarif maksimum Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dinaikkan dari 5% menjadi 10%. Khusus untuk kendaraan angkutan umum, tarif dapat ditetapkan lebih rendah.
  • 14. d. Tarif maksimum Pajak Parkir, dinaikkan dari 20% menjadi 30%. e. Tarif maksimum Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (sebelumnya Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C), dinaikkan dari 20% menjadi 25%. 6. Bagi Hasil Pajak Provinsi  Dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan  kabupaten/kota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak  provinsi dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dengan proporsi sebagai berikut:
  • 15. No. Jenis Pajak Provinsi Kab/Kota 1. Pajak Kendaraan Bermotor 70% 30% 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70% 30% 3. Pajak Bahan Bakar Kend. Bermotor 30% 70% 4. Pajak Air Permukaan 50% 50% 5. Pajak Rokok 30% 70% 6. Earmarking yaitu Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus menciptakan good governance dan clean government, penerimaan beberapa jenis pajak daerah wajib dialokasikan (di-earmark) untuk mendanai pembangunan sarana dan prasarana yang secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak dan seluruh masyarakat.
  • 16. Pengaturan earmarking tersebut adalah: a. 10% dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor wajib dialokasikan untuk pemeliharaan dan pembangunan jalan, serta peningkatan sarana transportasi umum. b. 50% dari penerimaan pajak rokok dialokasikan untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum. c. Sebagian penerimaan pajak penerangan jalan digunakan untuk penyediaan penerangan jalan.  Dengan penetapan UU PDRD ini, diharapkan struktur APBD menjadi lebih baik, iklim investasi di daerah menjadi lebih kondusif karena Perda-Perda pungutan daerah yang membebani masyarakat secara berlebihan dapat dihindari, serta memberikan kepastian hukum bagi semua pihak.
  • 17.  tata cara pelaksanaan pemungutan pajak ditetapkan oleh Kepala Daerah.  Piutang pajak yang tidak mungkin ditagih karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa sehingga dapat dihapuskan.  Penghapusan piutang pajak propinsi, kabupaten atau kota yang sudah kadaluwarsa dilakukan dengan keputusan masing-masing ditetapkan oleh gubernur dan bupati atau walikota.  Tata cara penghapusan piutang pajak yang sudah kadaluwarsa diatur dengan peraturan daerah.
  • 18.  Golongan Retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu; 1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;
  • 19. Retribusi Daerah  2. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
  • 20.  3. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;  4. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
  • 21.  pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
  • 22. JENIS RETRIBUSI DAERAH Dibagi menjadi 3 golongan ; 1. Retribusi jasa umum a. Retribusi pelayanan kesehatan b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan. c. Retribusi pengganti biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil. d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat. e. Retribusi pelayanan parker di tepi jalan umum. f. Retribusi pelayanan pasar. g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor. h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran. i. Retribusi penggantian biaya cetak peta. j. Retribusi pengujian kapal perikanan.
  • 23. 2. retribusi jasa usaha a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah b. Retribusi pasar grosir dan/ pertokoan c. Retribusi tempat pelalangan d. Retribusi terminal e. Retribusi tempat khusus parkir. f. Retribusi tempat penginapan /pesanggrahan/villag.Retribusi penyedotan kakus h. Retribusi rumah pemotongan hewan i. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal. j. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga. k. Retribusi penyebrangan di atas air. l. Retribusi pengolahan limbah cair m.Retribusi penjualan produksi daerah.
  • 24. 3. Retribusi perizinan tertentu a. Retribusi izin mendirikan bangunan. b. Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol. c. Retribusi izin gangguan. d. Retribusi izin trayek.  Objek Retribusi Dearah terdiri dari ; a. Jasa Umum berupa pelayanan yang disediakan atau yang diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan
  • 25. b. Jasa usaha ; berupa pelayanan yang disediakan pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial. c. Perizinan tertentu ; kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan dengan maksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
  • 26.  Subjek Retribusi Daerah ; a. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan b. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan c. Retribusi perijinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh ijin tertentu dari pemerintah daerah.  Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi daerah ; a. Retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.
  • 27. b. Retribusi jasa usaha ; berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan beroerintasi pada harga pasar. c. Retribusi perijinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.