Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan kriteria sistem jaminan halal (SJH) berdasarkan standar HAS 23000:1. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan, definisi, alasan pentingnya penerapan SJH, kriteria SJH, dan contoh-contoh penerapannya pada berbagai proses bisnis perusahaan."
Dokumen ini berisi delapan kasus studi audit internal terkait persyaratan ISO 9001:2015. Para auditor diminta untuk meninjau setiap kasus dan memberikan pendapat apakah kasus tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan standar. Kasus-kasus tersebut meliputi isu-isu seperti kalibrasi alat ukur, pengendalian dokumen, sosialisasi sistem manajemen mutu, keselamatan gudang bahan kimia, penutupan temuan audit, outsour
Dokumen ini berisi delapan kasus studi audit internal terkait persyaratan ISO 9001:2015. Para auditor diminta untuk meninjau setiap kasus dan memberikan pendapat apakah kasus tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan standar. Kasus-kasus tersebut meliputi isu-isu seperti kalibrasi alat ukur, pengendalian dokumen, sosialisasi sistem manajemen mutu, keselamatan gudang bahan kimia, penutupan temuan audit, outsour
Dokumen tersebut merupakan materi pelatihan mengenai audit ISO 9001. Ringkasannya adalah:
1. Materi tersebut membahas tentang prinsip, metode, dan teknik audit ISO 9001, meliputi perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut audit.
2. Audit dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian sistem manajemen mutu dengan persyaratan ISO 9001, meliputi tinjauan dokumen, wawanc
Tiga kalimat:
Dokumen tersebut membahas tentang potensi besar pasar produk halal global yang terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan populasi Muslim dunia, serta tantangan dalam memastikan produk-produk tersebut tetap memenuhi kaidah syariah Islam melalui sertifikasi halal dan penerapan sistem jaminan halal.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mutu dan sistem manajemen mutu (Quality Management System/QMS) menurut beberapa sumber. Disebutkan pula tujuan penerapan QMS, manfaatnya, tahapan penerapannya, serta ISO 9001 sebagai standar internasional untuk QMS.
Bagi yang Membutuhkan Materi ini maupun Jasa Pelatihan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Versi Terbaru, bisa menghubungi : HARD-Hi SMART CONSULTING di Hotline Service 0878-7063-5053 (Fast Response). Terimakasih.
Dokumen tersebut membahas tentang ISO 17025 yang merupakan standar untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi. ISO 17025 mengatur persyaratan manajemen dan teknis yang harus dipenuhi laboratorium, mencakup organisasi, sistem manajemen, persyaratan teknis untuk personel, peralatan, dan pelaporan hasil.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang:
1. Pengenalan ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, dan ISO 45001:2018 sebagai standar manajemen mutu, lingkungan, dan keselamatan kesehatan kerja.
2. Perbandingan antara ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015.
3. Dokumen wajib dan tidak wajib yang dipersyaratkan oleh masing-masing standar.
EVALUASI CAPA INSPEKSI SARANA PRODUKSI PANGAN 5 APRIL.pdfAkhmadFattah1
Evaluasi CAPA inspeksi sarana produksi pangan PT. Indo Lautan Makmur menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan kebersihan, dokumentasi, dan sanitasi. Perusahaan melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan seperti membersihkan lantai secara berkala, membuat format dokumentasi, dan menambah fasilitas sanitasi. Semua tindakan perbaikan diselesaikan dalam waktu satu bulan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan penerapannya di masjid. Secara khusus, dibahas tujuh prinsip dasar ISO 9001:2015 yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan karyawan, pendekatan proses, perbaikan berkelanjutan, pendekatan berbasis fakta, dan hubungan kemitraan. Dibahas pula tahapan-tahapan penerapan sistem manajemen mutu
This document lists the mandatory documents and records required by ISO 13485:2016 for an effective quality management system. It includes 39 mandatory procedures that must be established, such as procedures for document control, management review, design and development, purchasing, production, and corrective actions. It also lists 46 types of records that must be created and maintained, including records of management review, risk management activities, design and development, supplier evaluation, calibration of equipment, complaints, internal audits, corrective and preventive actions. Compliance with these requirements is an important step in implementing an ISO 13485 certified quality management system.
Dokumen tersebut membahas tentang proses audit internal di puskesmas yang mencakup 10 esensi audit, peran auditor internal, tugas dan fungsi auditor, kompetensi auditor, tahapan audit internal, dan tindak lanjut hasil audit.
Alasan mengapa kita mengukur produktivitas perusahaan adalah : 1.)Mengukur output riil dari suatu organisasi.
Langkah-langkah nilai Rupiah penjualan dari output yang dihasilkan oleh organisasi. Nilai tambah, di sisi lain, menunjukkan kekayaan bersih yang diciptakan oleh organisasi.
Ini adalah perbedaan antara penjualan (apa yang pelanggan bayar kepada organisasi untuk produk atau jasa) dan pembelian (apa yang organisasi bayar kepada pemasok untuk barang dan jasa untuk menghasilkan penjualan).
Nilai tambah tidak termasuk persediaan yang tidak hasilkan dari upaya organisasi. Ini memberikan perspektif customer-centric dan berfokus pada nilai riil yang dibuat oleh organisasi
2) Praktis
Nilai tambah diukur dalam satuan keuangan, yang memungkinkan agregasi output yang berbeda.
3) Sangat mudah untuk menghitung
Nilai tambah dapat dengan mudah diperoleh dari laporan laba rugi organisasi. Tidak perlu untuk membuat sebuah sistem pengumpulan data yang terpisah.
4)Alat Komunikasi dan Motivasi yang efektif
Nilai tambah menyediakan ikatan bersama antara pengusaha dan karyawan untuk mencapai tujuan meningkatkan kue ekonomi bersama oleh kedua belah pihak. Semakin tinggi nilai yang diciptakan oleh upaya kolektif, semakin besar kekayaan didistribusikan kepada mereka yang telah berkontribusi untuk itu.
Ringkasan: Dokumen tersebut menjelaskan proses laboratorium menuju akreditasi ISO/IEC 17025:2017, meliputi aktivitas laboratorium, akreditasi laboratorium, standar yang digunakan, dan tahapan yang harus dilalui laboratorium untuk mendapatkan akreditasi.
Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah sistem manajemen terintegrasi untuk menjamin proses produksi halal sesuai persyaratan LPPOM MUI. Dokumen ini menjelaskan 11 kriteria SJH yang meliputi kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan, bahan, produk, fasilitas, prosedur, ketertelusuran, penanganan produk tidak halal, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Kriteria-kriteria ini perlu dipenuhi perusaha
Dokumen tersebut merupakan materi pelatihan mengenai audit ISO 9001. Ringkasannya adalah:
1. Materi tersebut membahas tentang prinsip, metode, dan teknik audit ISO 9001, meliputi perencanaan audit, pelaksanaan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak lanjut audit.
2. Audit dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian sistem manajemen mutu dengan persyaratan ISO 9001, meliputi tinjauan dokumen, wawanc
Tiga kalimat:
Dokumen tersebut membahas tentang potensi besar pasar produk halal global yang terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan populasi Muslim dunia, serta tantangan dalam memastikan produk-produk tersebut tetap memenuhi kaidah syariah Islam melalui sertifikasi halal dan penerapan sistem jaminan halal.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian mutu dan sistem manajemen mutu (Quality Management System/QMS) menurut beberapa sumber. Disebutkan pula tujuan penerapan QMS, manfaatnya, tahapan penerapannya, serta ISO 9001 sebagai standar internasional untuk QMS.
Bagi yang Membutuhkan Materi ini maupun Jasa Pelatihan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Versi Terbaru, bisa menghubungi : HARD-Hi SMART CONSULTING di Hotline Service 0878-7063-5053 (Fast Response). Terimakasih.
Dokumen tersebut membahas tentang ISO 17025 yang merupakan standar untuk laboratorium pengujian dan kalibrasi. ISO 17025 mengatur persyaratan manajemen dan teknis yang harus dipenuhi laboratorium, mencakup organisasi, sistem manajemen, persyaratan teknis untuk personel, peralatan, dan pelaporan hasil.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang:
1. Pengenalan ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, dan ISO 45001:2018 sebagai standar manajemen mutu, lingkungan, dan keselamatan kesehatan kerja.
2. Perbandingan antara ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015.
3. Dokumen wajib dan tidak wajib yang dipersyaratkan oleh masing-masing standar.
EVALUASI CAPA INSPEKSI SARANA PRODUKSI PANGAN 5 APRIL.pdfAkhmadFattah1
Evaluasi CAPA inspeksi sarana produksi pangan PT. Indo Lautan Makmur menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan kebersihan, dokumentasi, dan sanitasi. Perusahaan melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan seperti membersihkan lantai secara berkala, membuat format dokumentasi, dan menambah fasilitas sanitasi. Semua tindakan perbaikan diselesaikan dalam waktu satu bulan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 dan penerapannya di masjid. Secara khusus, dibahas tujuh prinsip dasar ISO 9001:2015 yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan karyawan, pendekatan proses, perbaikan berkelanjutan, pendekatan berbasis fakta, dan hubungan kemitraan. Dibahas pula tahapan-tahapan penerapan sistem manajemen mutu
This document lists the mandatory documents and records required by ISO 13485:2016 for an effective quality management system. It includes 39 mandatory procedures that must be established, such as procedures for document control, management review, design and development, purchasing, production, and corrective actions. It also lists 46 types of records that must be created and maintained, including records of management review, risk management activities, design and development, supplier evaluation, calibration of equipment, complaints, internal audits, corrective and preventive actions. Compliance with these requirements is an important step in implementing an ISO 13485 certified quality management system.
Dokumen tersebut membahas tentang proses audit internal di puskesmas yang mencakup 10 esensi audit, peran auditor internal, tugas dan fungsi auditor, kompetensi auditor, tahapan audit internal, dan tindak lanjut hasil audit.
Alasan mengapa kita mengukur produktivitas perusahaan adalah : 1.)Mengukur output riil dari suatu organisasi.
Langkah-langkah nilai Rupiah penjualan dari output yang dihasilkan oleh organisasi. Nilai tambah, di sisi lain, menunjukkan kekayaan bersih yang diciptakan oleh organisasi.
Ini adalah perbedaan antara penjualan (apa yang pelanggan bayar kepada organisasi untuk produk atau jasa) dan pembelian (apa yang organisasi bayar kepada pemasok untuk barang dan jasa untuk menghasilkan penjualan).
Nilai tambah tidak termasuk persediaan yang tidak hasilkan dari upaya organisasi. Ini memberikan perspektif customer-centric dan berfokus pada nilai riil yang dibuat oleh organisasi
2) Praktis
Nilai tambah diukur dalam satuan keuangan, yang memungkinkan agregasi output yang berbeda.
3) Sangat mudah untuk menghitung
Nilai tambah dapat dengan mudah diperoleh dari laporan laba rugi organisasi. Tidak perlu untuk membuat sebuah sistem pengumpulan data yang terpisah.
4)Alat Komunikasi dan Motivasi yang efektif
Nilai tambah menyediakan ikatan bersama antara pengusaha dan karyawan untuk mencapai tujuan meningkatkan kue ekonomi bersama oleh kedua belah pihak. Semakin tinggi nilai yang diciptakan oleh upaya kolektif, semakin besar kekayaan didistribusikan kepada mereka yang telah berkontribusi untuk itu.
Ringkasan: Dokumen tersebut menjelaskan proses laboratorium menuju akreditasi ISO/IEC 17025:2017, meliputi aktivitas laboratorium, akreditasi laboratorium, standar yang digunakan, dan tahapan yang harus dilalui laboratorium untuk mendapatkan akreditasi.
Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah sistem manajemen terintegrasi untuk menjamin proses produksi halal sesuai persyaratan LPPOM MUI. Dokumen ini menjelaskan 11 kriteria SJH yang meliputi kebijakan halal, tim manajemen halal, pelatihan, bahan, produk, fasilitas, prosedur, ketertelusuran, penanganan produk tidak halal, audit internal, dan kaji ulang manajemen. Kriteria-kriteria ini perlu dipenuhi perusaha
Dokumen tersebut merupakan panduan umum sistem jaminan halal yang diterbitkan oleh LPPOM MUI. Panduan ini menjelaskan tentang proses sertifikasi halal, definisi dan terminologi yang terkait, sistem sertifikasi halal, prinsip-prinsip sistem jaminan halal, manual sistem jaminan halal, tahapan penerapan sistem jaminan halal, penilaian penerapan sistem jaminan halal, dan manfaat penerapan sistem jaminan halal."
ISO 22000 adalah standar internasional untuk sistem manajemen keamanan pangan yang menerapkan pendekatan manajemen risiko dan HACCP. Organisasi harus membangun sistem manajemen keamanan pangan sesuai standar ini, melakukan audit internal, dan mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi untuk memastikan kepatuhan. Standar ini memberikan panduan implementasi sistem mulai dari pembentukan tim, analisis risiko, validasi, verifikasi, dan perbaikan berkelanj
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang IdealUNESA
Makalah ini membahas tentang laboratorium quality control yang ideal. Prinsip dasar laboratorium yang ideal mencakup sarana, metode, peralatan, dan sistem manajemen yang baik. Makalah ini juga menjelaskan ciri-ciri laboratorium quality control yang ideal seperti bangunan, personil, peralatan, prosedur, dan pencatatan.
PROPOSAL SET UP LABORATORIUM PENGUJI ATAU KALIBRASI SESUAI ISO/IEC 17025:2005...Hanum Salsa Saufika
ISO/IEC 17025:2005 (General Requirement For The Competence Of Testing And Calibration Laboratory) adalah merupakan Persyaratan Umum Kompetensi Untuk Laboratorium Penguji Dan Kalibrasi. ISO/IEC 17025: 2005 ini telah diterapkan di setiap negara baik untuk laboratorium penguji maupun laboratorium kalibrasi yang ingin diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi di suatu Negara, di Indonesia lembaga akreditasi tersebut adalah Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Manfaat akreditasi laboratorium diantaranya adalah untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi dalam kegiatan pengukuran dan pengujian di laboratorium, meningkatkan daya saing agar lebih kompetitif, meningkatkan konsistensi mutu data hasil pengukuran dan pengujian, serta meningkatkan daya saing agar lebih kompetitif.
Dokumen tersebut membahas tentang Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) yang merupakan pedoman wajib bagi industri kosmetik untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan serta mampu bersaing di pasar global. CPKB mencakup aspek-aspek seperti sistem manajemen mutu, personalia, fasilitas produksi, sanitasi, kontrol mutu, dan dokumentasi.
Dokumen tersebut merupakan profil seorang konsultan ISO bernama Danang Suryo Wardhono. Ia memiliki sertifikasi sebagai lead auditor untuk ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, OHSAS 18001:2007, dan ISO 22000. Danang juga memiliki pengalaman sebagai trainer untuk berbagai standar terkait kualitas dan keamanan pangan. Dokumen ini memberikan informasi mengenai latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja Danang serta keahlian yang dimilikinya
2. TUJUAN :
❖ Peserta memahami definisi, ruang lingkup dan
manfaat penerapan SJH
❖ Peserta memahami Kriteria Sistem Jaminan Halal
(HAS 23000 : 1)
3. Definisi Sistem Jaminan Halal (SJH)
Sistem Jaminan
Halal (SJH)
Untuk meyakinkan masyarakat bahwa
produk konsisten halal selama masa
berlaku sertifikat halal
5. Kenali Ruang
Lingkup &
Proses Bisnis
Pahami Kriteria
SJH
Buat Manual &
Dokumen SJH sesuai
Ruang Lingkup
Implementasikan
SJH
Kontrol, Monitor
serta Evaluasi
7. Perusahaan A
Kantor Pusat : aktivitas seleksi
bahan, pembelian bahan
tertentu, pengembangan produk
Pabrik : aktivitas lainnya
termasuk pembelian bahan
Proses Bisnis Ruang Lingkup SJH
Kantor Pusat : seleksi bahan baru, pembelian
bahan, pengembangan produk, pelatihan, audit
internal, kaji ulang manajemen
Pabrik : pembelian bahan, penerimaan
bahan, produksi, pencucian,
penyimpanan, transportasi,
kemampuan telusur, penanganan
produk yang tidak sesuai, audit internal
Ruang Lingkup SJH & Proses Bisnis
Contoh Penentuan Ruang Lingkup SJH berdasarkan Proses Bisnis
8. Perusahaan A : aktivitas
pengembangan produk, seleksi
bahan baku dan pembelian bahan
Perusahaan B : aktivitas
menerima bahan dari
supplier, melakukan produksi
sampai pengiriman produk
Proses Bisnis Ruang Lingkup SJH
Perusahaan A : seleksi bahan baru,
pembelian bahan, pengembangan
produk, pelatihan, audit internal, kaji
ulang manajemen
Perusahaan B : penerimaan bahan,
penyimpanan, produksi, pencucian,
transportasi, kemampuan telusur,
penanganan produk yang tidak sesuai
MAKLON DI
Ruang Lingkup SJH & Proses Bisnis
Contoh Penentuan Ruang Lingkup SJH berdasarkan Proses Bisnis
9. Restoran
Gudang Pusat,
Kantor/Dapur Pusat →
seluruh proses kecuali
penyajian
Kantor/Dapur Pusat : seleksi bahan baru, pembelian
bahan, penerimaan bahan, produksi, pencucian,
penyimpanan, transportasi, kemampuan telusur,
penanganan produk yang tidak sesuai, pengembangan
menu, pengembangan fasilitas, pelatihan, audit internal,
kaji ulang manajemen
Proses Bisnis Ruang Lingkup SJH
Dapur cabang/outlet : pengadaan bahan, penerimaan
bahan, produksi, pencucian, penyimpanan, penyajian,
aturan pengunjung, aturan karyawan, penanganan
produk yang tidak sesuai, audit internal
Dapur cabang/Outlet →
proses pembelian bahan
tertentu sampai
penyajian
Ruang Lingkup SJH & Proses Bisnis
Contoh Penentuan Ruang Lingkup SJH berdasarkan Proses Bisnis
10. Jasa Logistik
Proses Bisnis Ruang Lingkup SJH
Aktivitas penyewaan gudang
dan pengiriman/transporter
Kantor/gudang : seleksi produk, penerimaan
produk, penyimpanan, kemampuan telusur,
penanganan produk yang tidak sesuai, audit
internal, kaji ulang manajemen
Jasa transportasi : transportasi, pelatihan, audit
internal
Ruang Lingkup SJH & Proses Bisnis
Contoh Penentuan Ruang Lingkup SJH berdasarkan Proses Bisnis
11. Kriteria SJH
Kriteria SJH : persyaratan
yang harus dipenuhi
perusahaan dalam rangka
menerapkan SJH hingga
dihasilkan produk halal
secara konsisten
M
E
L
I
B
A
T
K
A
N
Bukti : Catatan/rekaman atau hasil yang
dicapai dari pelaksanaan prosedur →
dapat berupa formulir, checklist, daftar,
logbook, planning, report
→ yang sudah terisi
Prosedur Tertulis : Tata cara
pelaksanaan suatu aktivitas yang
dibakukan → dapat berupa
prosedur/SOP (Standard Operating
Procedure), instruksi kerja, spesifikasi,
standar, jadwal, internal memo atau
bentuk panduan kerja yang lain
12. 1. Kebijakan Halal
2. Tim Manajemen Halal
3. Pelatihan
4. Bahan
5. Produk
6. Fasilitas Produksi
7. Prosedur Tertulis Aktifitas Kritis
8. Kemampuan Telusur
9. Penanganan Produk Tidak Memenuhi Kriteria
10. Audit Internal
11. Kaji Ulang Manajemen
Kriteria SJH
13. Komitmen tertulis untuk menghasilkan produk halal secara
konsisten, sesuai dengan proses bisnis perusahaan
Penetapan Kebijakan Halal
oleh manajemen puncak
Diseminasi kebijakan halal
kepada seluruh
stakeholder
Bukti diseminasi
dipelihara
Stakeholder: manajemen, seluruh
karyawan dan pihak ketiga (pemasok,
gudang bahan eksternal)
Contoh: daftar hadir pelatihan, notulen
briefing, pemasangan poster, banner,
buku saku, daftar email yang dikirim
Dapat ditulis terintegrasi dengan
kebijakan sistem yang lain, seperti
kebijakan mutu atau keamanan pangan
15. Sekelompok orang yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan, implementasi, evaluasi dan
perbaikan SJH di perusahaan
Manajemen Puncak harus menetapkan tim manajemen
halal dengan disertai bukti tertulis
Mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis
Dapat digabungkan dengan tim implementasi sistem lain
16. Tim manajemen halal harus merupakan karyawan tetap
perusahaan dan diutamakan seorang muslim
Tanggung jawab tim manajemen halal harus diuraikan dengan jelas
Ketua Tim
AHI
Mengoordinasikan diseminasi kebijakan halal, penunjukkan tim halal,
penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria
R&D Melakukan seleksi bahan baru, pengembangan produk baru
Purchasing Pembelian bahan, memintakan dokumen bahan ke supplier, terlibat
dalam seleksi bahan baru
QC Melakukan pemeriksaan bahan datang
Produksi Memastikan fasilitas produksi memenuhi kriteria, proses produksi
halal, pencucian, kemampuan telusur
Gudang Melakukan penyimpanan dan transportasi
QA Mengoordinasikan audit internal, pelatihan dan kaji ulang manajemen
17. Tim manajemen halal harus kompeten dalam menerapkan persyaratan
sertifikasi halal HAS 23000 sesuai dengan ruang lingkup tanggung
jawabnya masing-masing
Manajemen puncak harus menyediakan sumber daya yang diperlukan
oleh tim manajemen halal
Contoh bukti kompeten : sertifikat kompetensi, sertifikat kelulusan pelatihan
HAS 23000 (eksternal/internal), hasil evaluasi kerja
Contoh sumber daya : penyiapan sumberdaya manusia, penyiapan budget
pelatihan SJH, penyiapan fasilitas produksi bebas babi
19. Kegiatan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap untuk mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan
Pelatihan internal : Pelatihan HAS 23000 yang
diselenggarakan oleh internal perusahaan
Pelatihan eksternal : Pelatihan HAS 23000 yang
diselenggarakan oleh lembaga eksternal yang
berbasis SKKNI & HAS 23000
20. Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan
pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktifitas kritis,
termasuk karyawan baru
Prosedur dapat berisi tujuan/target, jadwal, peserta, metode, pemberi
materi, materi, dokumentasi, dan evaluasi kelulusan dan dapat
digabungkan dengan system lain
Materi pelatihan meliputi HAS 23000 (Kriteria, Kebijakan dan
Prosedur) atau teknis penerapan prosedur aktivitas kritis atau materi
lainnya disesuaikan dengan sasaran pelatihan
21. Pelatihan eksternal harus diikuti oleh salah satu tim
manajemen halal setidaknya sekali dalam dua tahun
Penyelenggara pelatihan: Indonesia Halal Training and Education
Center (IHATEC)
Jenis pelatihan: SJH reguler (di tempat yang ditentukan IHATEC)
dan SJH inhouse (di perusahaan atau di tempat yang ditentukan
perusahaan)
Informasi mengenai pelatihan eksternal dapat dilihat di
website www.ihatec.com atau email ke info@ihatec.com
22. Dilaksanakan minimal 1 tahun sekali
Trainer harus telah lulus pelatihan
HAS 23000 (eksternal/ internal)
Hasil pelatihan internal harus dievaluasi
Bukti pelaksanaan pelatihan baik internal/eksternal dipelihara
Jadwal dapat dibuat
tersendiri atau digabungkan
dengan sistem lain
Bisa berupa test tertulis,
lisan atau sesuai kebutuhan
perusahaan
Materi pelatihan disesuaikan dengan
proses bisnis dan ruang lingkup
24. 4. Bahan
Bahan baku (raw material) dan
bahan tambahan (additive)
Bahan penolong (processing aid)
Memenuhi kriteria
terkait asal usul atau
penggunaannya
Persyaratan
kecukupan
dokumen bahan
Tersedia mekanisme untuk
monitoring masa berlaku
dokumen bahan
Kriteria bahan
Kemasan, pelumas, grease, sanitizer,
media validasi hasil pencucian (kontak
dengan bahan atau produk)
25. ❖ Babi & Produk Turunannya
❖ Bulu, rambut dan anggota tubuh manusia
❖ Khamr (minuman beralkohol) → rhum, angciu, wine, mirin
❖ Hasil samping khamr dengan proses pemisahan fisik
❖ Darah
❖ Bangkai atau hewan yang disembelih tidak sesuai hukum
islam
❖ Hewan lain yang diharamkan seperti hewan buas atau
bertaring, hewan menjijikan, hewan hidup di 2 alam
Bahan tidak
boleh berasal
dari bahan
haram/najis
Catatan : Pengecualian untuk bahan pada produk
mikrobial (akan dijelaskan pada slide berikutnya)
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
26. Fatwa MUI: Bahan yang Halal
Semua binatang yang hidup
di laut/air termasuk ikan
yang buas
Pewarna dari serangga
cochineal → selama hanya
menggunakan bahan halal
dalam proses produksi
Shellac → resin dari
hasil sekresi kutu Lak
(serangga Laccifer lacca
Kerr)
Bulu, rambut dan tanduk
dari hewan halal yang
masih hidup
Kopi luwak → selama kulit
bagian dalam kopi masih utuh
dan biji kopi dicuci dengan air
mengalir sehingga bersih dari
feses luwak
GMO → selama gen bukan
berasal dari hewan haram
dan manusia
27. Sarang burung wallet
→ dicuci sebelum
dikonsumsi
Bahan yang diproduksi lebah
: madu, royal jelly, bee pollen,
propolis, bees wax, apitoxin,
dll
Kepiting dan jangkrik →
selama tidak berbahaya
Vinegar/cuka yang
hanya menggunakan
bahan tambahan yang
halal
Bajing, Bulus, Kelinci dan kanguru
yang disembelih berdasarkan Hukum
Islam
Fatwa MUI: Bahan yang Halal
28. Bahan Bebas dari
Kontaminasi
Bahan
Haram/najis
❖ Bahan tidak boleh bercampur dengan bahan haram/najis →
berasal dari bahan tambahan, penolong dan fasilitas produksi
❖ Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang
juga digunakan untuk produk yang menggunakan babi atau
turunannya sebagai salah satunya
Contoh bahan yang memiliki potensi diproduksi di fasilitas
yang sama dengan bahan dari babi/turunannya adalah
minyak dan seasoning
→ perlu pernyataan pork free facility dari produsennya
Pork Free
Facility
Statement
Pernyataan dari produsen bahwa seluruh fasilitas produksi,
peralatan pembantu juga personel untuk proses produksi
halal tidak digunakan bergantian dengan produk babi dan
turunannya
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
29. Persyaratan
Bahan yang
Merupakan
Produk Mikrobial
❖ Kultur/starter mikroba:
✓ Bukan hasil rekayasa genetika dengan gen babi atau manusia
✓ Tidak pernah bersentuhan dengan bahan babi
❖ Bahan media pertumbuhan harus halal, pengecualian jika
produk diperoleh dengan pemisahan (fisik/kimiawi) dari
media pertumbuhannya dan proses berikutnya ada pencucian
syar’i maka media pertumbuhan boleh berasal dari bahan
najis/haram selain babi (misalnya darah, pepton sapi yang
tidak halal namun bebas babi)
❖ Bahan aditif yang ditambahkan setelah produk mikrobial
diperoleh harus halal. Contoh: flavor pada yoghurt, gula pada
nata de coco
❖ Produk mikrobial tidak berbahaya bagi manusia
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
30. Persyaratan
Alkohol/Etanol
dan Hasil
Sampingnya
❖ Etanol tidak berasal dari industri khamr (minuman beralkohol)
❖ Produk cair dari hasil samping industri khamr yang diperoleh
hanya dengan pemisahan secara fisik tidak boleh digunakan.
Contoh : fusel oil & turunannya (butanol, isoamil alkohol, air dan
alkohol sekunder)
❖ Produk cair dari hasil samping industri khamr kemudian
direaksikan dengan bahan lain atau dilakukan proses
biotransformasi (oleh enzim/mikroba) menghasilkan produk
baru, maka produk baru ini dapat digunakan
Contoh: isoamyl acetate, isovaleric acid, ethyl isovalerate, amyl
isovalerate
❖ Produk padat yang berasal dari hasil samping industri khamr
dapat digunakan setelah dicuci dengan air hingga hilang bau
dan warna minuman beralkoholnya. Contoh: ragi dari industri
bir (brewer yeast)
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
31. Persyaratan
Bahan untuk
Produk Luar
Produk luar : produk digunakan di luar dan tidak
dikonsumsi, baik berupa kosmetik, obat dan jamu. Contoh:
krim wajah, salep, sabun.
Bahan berikut dapat digunakan di produk luar :
a. Plasenta hewan halal
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal,
termasuk yang tidak disembelih secara syar’i → haram
tapi tidak najis
c. Bekicot
d. Kokon/kepompong ulat sutra
e. Partikel emas untuk laki-laki → dimaksudkan untuk
kepentingan yang dibolehkan secara syar’i, ada
kemanfaatan dan tidak membahayakan
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
32. Persyaratan
Bahan untuk
Produk Obat
Produk obat adalah produk digunakan untuk obat, baik
dikonsumsi maupun tidak dikonsumsi (produk luar).
Bahan berikut dapat digunakan di produk obat :
a. Plasma darah → berasal dari darah hewan halal, tidak berasal
dari darah manusia
b. Cacing
c. Telur ayam yang berembrio (embryonated chicken eggs) →
boleh digunakan sebagai media pertumbuhan pada proses
mikrobial selama produk yang dihasilkan dapat dipisahkan
dari media pertumbuhannya dan dalam tahapan proses
selanjutnya ada pencucian produk yang tathir syar’i
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
33. Persyaratan
Bahan untuk
Barang Gunaan
Barang gunaan adalah barang yang diperuntukkan sebagai
perlengkapan atau perhiasan seseorang seperti tas, ikat pinggang,
sepatu, jaket dll
Bahan berikut dapat digunakan di barang gunaan:
a. Kulit dari bangkai hewan setelah dilakukan penyamakan*, baik dari
hewan halal maupun hewan tidak halal selain anjing dan babi
b. Bulu, rambut dan tanduk dari bangkai hewan halal, termasuk yang
tidak disembelih secara syar’i
*) Penyamakan → proses pensucian terhadap kulit hewan dengan ketentuan :
▪ Menggunakan bahan halal untuk menghilangkan lendir dan bau anyir yang
menempel pada kulit, misalnya bahan kimia atau enzimatis
▪ Menghilangkan kotoran yang menempel di permukaan kulit
▪ Membilas kulit yang telah dibersihkan untuk mensucikan dari najis
Kriteria Bahan Terkait Asal Usul atau Penggunaannya
34. 1. Bahan Tidak
Kritis
2. Bahan Kritis
yang Wajib SH
3. Bahan Kritis
yang Tidak
Wajib SH
Tidak perlu dokumen SK LPPOM MUI Positif List *
Contoh : bahan herbal kering, air murni, madu, bahan
kimia
SH MUI atau lembaga
yang diakui MUI *
(SH MUI dapat diganti
dengan printscreen dari
database LPPOM MUI)
➢ Bahan turunan hewan sembelihan
Contoh : gelatin, kolagen , beef powder, gliserol sapi
➢ Bahan dengan proses rumit atau bahan yang banyak
Contoh : flavor, premix vitamin, seasoning, fragrance
➢ Bahan yang sulit ditelusuri kehalalannya
Contoh : whey, laktosa
Dokumen diterbitkan
oleh produsen dan ada
informasi sumber
semua bahan kritis
Selain bahan kategori diatas.
Contoh : flavor/fragrance dari campuran essensial oil,
emulsifier nabati, gelatin ikan, vitamin kimia, produk
mikrobial sederhana
*) Dapat dilihat di www.halalmui.org pada menu sertifikasi halal
Kriteria Bahan Terkait Persyaratan Dokumen Bahan
35. ➢ Tersedia mekanisme pemutakhiran dokumen bahan → untuk memastikan
dokumen bahan selalu masih berlaku dan diterbitkan oleh lembaga yang diakui
➢ Mekanisme dapat berupa pemeriksaan secara berkala masa berlaku SH yang ada
di Daftar Bahan Halal atau sistem peringatan dini (early warning system) yang
memberitahukan jika masa berlaku dokumen bahan akan segera berakhir
Ketentuan
SH Expired
Bahan diproduksi
dalam masa berlaku SH
Jika SH MUI, memiliki Surat
Keterangan Proses
Perpanjangan (SKPP)
Bisa
digunakan
jika
Kriteria Bahan Terkait Mekanisme Monitoring Masa
Berlaku Dokumen Pendukung Bahan
36. Produk Industri Pengolahan : produk yang didaftarkan
untuk sertifikasi halal, baik berupa produk retail, non
retail, produk akhir, produk antara (intermediet)
Produk Restoran/katering : semua menu yang disajikan,
baik dibuat sendiri oleh perusahaan maupun menu yang
dibeli dari pihak lain, termasuk menu titipan/rekanan,
menu musiman dan menu ekstra
37. Nama produk
Karakteristik/profil sensori produk
Bentuk produk
Merk/Brand pada produk retail
Kadar ethanol
Produk kosmetik
Produk yang dikemas ulang/diberi
label ulang
38. Tidak menggunakan nama minuman beralkohol
Tidak menggunakan nama babi dan anjing serta turunannya
Tidak menggunakan nama setan
Tidak mengarah pada hal yang menimbulkan kekufuran/kebatilan
Tidak menggunakan kata yang berkonotasi erotis/vulgar/porno
Contoh : rootbeer, es krim rasa rhum raisin, bir 0% alkohol
Contoh : babi panggang, beef bacon dan hot dog
Contoh : rawon setan, es pocong, mi ayam kuntilanak
Contoh : coklat valentine, biskuit natal, mie Gong Xi Fa Cai
Kecuali Nama produk yang telah dikenal luas dan tidak mengandung
bahan haram → Contoh : bir pletok, bakpia, bakso, bakmi, bakpao
39. Tidak memiliki rasa/bau yang mengarah pada produk haram /
beralkohol
Contoh : minuman yang memiliki bau/rasa bir tidak dapat disertifikasi
meskipun dibuat dari bahan halal
Tidak menggunakan bentuk babi atau anjing
Tidak menggunakan bentuk produk, bentuk kemasan
atau label yang menggambarkan sifat erotis, vulgar
atau porno
40. Semua varian atau produk lain harus
didaftarkan halalnya
Produk retail
dengan merk/brand
yang sama
Produk non retail atau intermediet, aplikasi sertifikasi dapat
dilakukan sebagian atau seluruh produk
Produk akhir minuman kurang dari 0.5 %
Produk selain minuman tidak dibatasi selama secara medis tidak
membahayakan kesehatan, contoh : kosmetik, jamu, obat
Harus memperoleh sertifikasi halal sebelum
dipasarkan
41. Jika klaim tidak tembus air (waterproof)
→ harus lulus uji laboratorium daya
tembus air
Jika tidak tembus air (waterproof) dapat
disertifikasi dengan syarat :
✓Produk dengan penggunaan terbatas
waktunya, contoh : sunblock
✓Memberikan catatan yang jelas pada
kemasan atau leaflet khusus bagi
pengguna yang akan beribadah
Pewarna rambut dapat disertifikasi
untuk semua warna
42. Dapat disertifikasi
dengan syarat :
Produk berSH MUI
Produk kategori tidak kritis (no risk)
Dapat disertifikasi bersamaan dengan
produk asalnya
Jika diluar kondisi diatas, maka :
43. 1. Produk yang berasal dari bahan positif list yang diproses dengan bahan
penolong yang kritis dan dilengkapi dengan dokumen yang cukup.
Meliputi :
a. Produk yang berasal dari bahan positif list yang dimurnikan dengan karbon
aktif dengan dokumen bahan : SH MUI Pusat/ Provinsi, HCB Approved,
maupun dokumen lain
b. Produk yang berasal dari RBDPO/minyak nabati yang didegumming
dengan asam sitrat dengan dokumen pendukung bahan : SH MUI Pusat/
Provinsi, HCB Approved, maupun dokumen lain
c. Produk yang berasal dari tanaman yang diektrak dengan etanol dengan
dokumen pendukung bahan : dokumen lain.
Ketentuan Baru : Penambahan Daftar Produk Repacking/Relabelled
(Kondisi case by case)
44. *Ketentuan tambahan yang harus dilengkapi, yaitu :
➢ Surat Konsistensi penggunaan bahan penolong dari produsen produk.
➢ Tersedia prosedur yang menjamin bahwa setiap perubahan bahan penolong,
produsen produk harus menginformasikan (perubahan produsen, bukan
perubahan jenis bahan penolong)
2. Produk Daging yang mengalami proses fisik. Contoh: Daging yang digiling, Lemak
yang diperoleh dari daging yang diproses secara fisik, daging yang dikecilkan
ukurannya. Dokumen pendukung bahan daging yang digunakan adalah berupa SH
MUI /Provinsi/Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui MUI.
3. Produk Industri Olahan di luar positif list dan bersertifikat halal dari lembaga
sertifikasi yang diakui MUI. Contoh : gula, kismis, diperlukan dokumen pendukung
bahan : SH MUI/Provinsi/Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui MUI.
45. Produk Flavor/Seasoning/Fragrance
Semua nama dagang (fantasy name) harus didaftarkan untuk disertifikasi
walaupun memiliki formula yang sama. Contoh flavor apel memiliki 3
fantasy name yaitu apel AL00, apel GF200 dan apel MU101
Produk Non Retail dengan Banyak Nama/Kode/Varian
✓ Produk ditulis rinci untuk semua nama/kode/varian produk; atau
✓ Produk dituliskan secara umum, misal produk series (khusus untuk produk
non retail) → dengan syarat: (i) Akad biaya dengan sistem kontrak, (ii)
Semua varian produk series yang sama harus disertifikasi halal
Menu Catering & Restoran
✓ Menu Catering boleh dituliskan kelompok menu secara umum, contoh
menu sayur olahan, ayam olahan, nasi olahan
✓ Paket menu restoran tidak harus disertifikasi → cukup menu satuannya
46. Semua lini produksi dan peralatan
pembantu yang digunakan untuk
menghasilkan produk, baik milik
sendiri atau menyewa.
→ mencakup bangunan, ruangan,
mesin, peralatan utama, peralatan
pembantu sejak penyiapan bahan,
proses utama, hingga penyimpanan
produk
6. Fasilitas Produksi
47. Menjamin Fasilitas Bebas Najis
Pastikan personel mengerti potensi kontaminasi najis
Periksa apakah pencucian dan sterilisasi alat di lab mikro bisa
mengkontaminasi peralatan sampling? Jika ya, pastikan
media/reagen di lab mikro bebas babi
Pastikan metode validasi/verifikasi sanitasi tidak
mengkontaminasi peralatan.
Jika tidak ada kontak langsung dengan media, maka boleh
menggunakan media dari bahan najis/haram seperti pada :
swab kering/basah kemudian dikultur di lab, metode
bilasan terakhir.
Mereview SOP
Menambah ruang lingkup audit internal .
48. 7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Aktivitas Kritis : Aktivitas pada rantai proses produksi yang
dapat mempengaruhi status kehalalan suatu produk
Seleksi Bahan
Pembelian Bahan
Pengembangan Produk Baru
Pemeriksaan Bahan Datang
Produksi
Pencucian Fasilitas Produksi
Penyimpanan dan Penanganan Bahan & Produk
Transportasi
Pemajangan dan penyajian
Pengembangan dapur/outlet baru
Aturan Pengunjung
Aturan Karyawan
Khusus
Restoran/Katering
Ada Prosedur & Bukti
49. Pembuktian bahwa produk yang disertifikasi
berasal dari bahan yang disetujui dan
diproduksi di fasilitas yang memenuhi kriteria
Harus tersedia prosedur yang menjamin
ketertelusuran produk yang disertifikasi
Bukti ketertelusuran produk/menu harus
dibuat dan dipelihara
50. Produk Tidak Memenuhi Kriteria :
(i) Produk yang sudah disertifikasi namun
terlanjur diproduksi dari bahan yang tidak
disetujui dan/atau diproduksi di fasilitas yang
tidak bebas dari bahan haram/najis
(ii) Produk yang terkontaminasi oleh unsur
haram dan/atau najis pada lingkup
penyimpanan dan pendistribusian produk
Prosedur harus dibuat untuk menangani produk
yang tidak memenuhi kriteria → bersifat
antisipatif
Produk yang tidak memenuhi kriteria dapat
diidentifikasi dari audit internal, audit pemasok,
pemeriksaan produk rutin atau analisis
laboratorium
9.
Penanganan
Produk yang
Tidak
Memenuhi
Kriteria
52. Evaluasi efektifitas pelaksanaan SJH oleh
Manajemen Puncak
Harus tersedia prosedur kaji ulang manajemen
Harus dilakukan minimal 1 tahun sekali
Dapat diintegrasikan dengan sistem lain
Bahan kaji ulang manajemen : hasil audit internal,
audit eksternal, hasil kaji ulang sebelumnya, dan
adanya perubahan dalam perusahaan yang
mempengaruhi pelaksanaan SJH
Hasil kaji ulang harus disampaikan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap implementasi SJH
Bukti kaji ulang manajemen harus dipelihara
Contoh: notulen dan daftar hadir kaji ulang
54. Manfaat Penerapan SJH
1. Menjamin kehalalan produk selama
berlakunya Sertifikat Halal MUI
2. Timbul kesadaran internal dan perusahaan
memiliki pedoman kesinambungan proses
produksi halal
3. Memberikan jaminan dan ketentraman bagi
masyarakat
4. Mencegah kasus ketidakhalalan produk
bersertifikat halal
5. Mendapatkan Reward