Syahrul Nizam Junaini, Timbalan Dekan (Teknologi Pembelajaran)
Pusat Pembelajaran Gunaan dan Multimedia (CALM)
Universiti Malaysia Sarawak
syahruln@unimas.my
Menggalakkan pembelajaran kolaboratif
Membuka komunikasi dua hala
Menjejak progres pembelajaran kendiri
Apakah hasil pembelajaran yang ingin dicapai?
Apakah aktiviti pengajaran yang sesuai?
Bagaimana laptop dan gajet dapat menyokong proses pembelajaran teradun?
TRAINING ON THE BLENDED LEARNING DESIGN AS A SUPPLEMENT TO A LEARNING APPROAC...DISEMINASI
SD Negeri Purworejo is a primary school with adequate learning facility, such as computer laboratories, projectors, and internet connection. Although teachers, students, and parents have the access and the skills to use information technology, the school facility has not been optimally used. It is assumed that the application of such skills and the use of school facility will improve the learning process and the students’ learning outcomes. In this case, information technology is used to combine a face-to-face learning process and an online learning process, which is known as “blended learning”. The twenty-four teachers of SD Negeri Purworejo did not have prior experience with the blended learning process, although they have the potential to apply it in their class. The solution for this is to hold a workshop on Blended Learning. The materials of the workshop should include blended learning planning, blended learning practical implementation, and information on the supporting materials required in blended learning. The methods used in the workshop are lecture, practicum, and simulation. The outcomes are offline and online lesson plans.
Syahrul Nizam Junaini, Timbalan Dekan (Teknologi Pembelajaran)
Pusat Pembelajaran Gunaan dan Multimedia (CALM)
Universiti Malaysia Sarawak
syahruln@unimas.my
Menggalakkan pembelajaran kolaboratif
Membuka komunikasi dua hala
Menjejak progres pembelajaran kendiri
Apakah hasil pembelajaran yang ingin dicapai?
Apakah aktiviti pengajaran yang sesuai?
Bagaimana laptop dan gajet dapat menyokong proses pembelajaran teradun?
TRAINING ON THE BLENDED LEARNING DESIGN AS A SUPPLEMENT TO A LEARNING APPROAC...DISEMINASI
SD Negeri Purworejo is a primary school with adequate learning facility, such as computer laboratories, projectors, and internet connection. Although teachers, students, and parents have the access and the skills to use information technology, the school facility has not been optimally used. It is assumed that the application of such skills and the use of school facility will improve the learning process and the students’ learning outcomes. In this case, information technology is used to combine a face-to-face learning process and an online learning process, which is known as “blended learning”. The twenty-four teachers of SD Negeri Purworejo did not have prior experience with the blended learning process, although they have the potential to apply it in their class. The solution for this is to hold a workshop on Blended Learning. The materials of the workshop should include blended learning planning, blended learning practical implementation, and information on the supporting materials required in blended learning. The methods used in the workshop are lecture, practicum, and simulation. The outcomes are offline and online lesson plans.
Azzahro, N. S. (2022, June 23). Indonesian student perceptions on face-to-fac...FaizalRisdianto1
Publication Name: AICOIES 2022: ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC EDUCATION FOR STUDENTS
Education must be meticulously planned to equip the next generation to confront the challenges of the workplace and to participate actively and responsibly in society. As a result of the pandemic, education has seen a shift in the direction of asynchronous learning methods, which were previously used in traditional learning methods. With the growth of the internet, educational practices are becoming increasingly oriented towards technology and communication-based learning strategies, ranging from the online learning model to blended learning. The information gathered from these pupils is still qualitative raw data collected in an online form and transformed to an excel spreadsheet. The raw data is processed in such a way that the data processing findings are subjected to a thorough qualitative descriptive analysis.
Proposal Kebijakan Distance+E Learning Perguruan Tinggi .By.Djadja Sardjana.0...Djadja Sardjana
Universitas Pendidikan Indonesia,
Sekolah Pasca Sarjana,
Program Studi Administrasi Pendidikan
Tugas Makalah:
“Proposal Kebijakan
E-learning Perguruan Tinggi
dalam Strategi Manajemen Pendidikan”
Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan (AP901)
Dosen: Prof.Dr.H. Nanang Fattah, M.PD.
Mahasiswa: Djadja Sardjana - 0907904
Model dan strategi Blended learning and flipped classroom
1. TUGAS MATA KULIAH MICROTEACHING
TENTANG BLENDED LEARNING DAN STRATEGI FLIPPED CLASSROOM
OLEH:
RAMADHAN FITRIA
DOSEN PEMBIMBING:
Dra. ASMAWATI KAMAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2015
2. BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
1. PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan Tekonologi Informasi dan komunikasi dewasa ini berlangsung
pesat, sehingga pantaslah para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun
kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekaranng sudah dapat diperkirakan bakal
terjadi berbagai perubahan dibidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang
berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut. Perrubahan – perubahan
yang akan datang dan sedang terjadi, teutama disebabkan oleh potensi dan kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan
(relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasi hampir tanpa batas. Beberapa
keterbatasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor
jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dll kini dapat diatasi dengan dikembangkannya
berbagai teknologi informasi dan komunikasi mutakhir.
3. Pengaruh TIK dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan keadaannya
pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang lebih
terbuka dan bermadia (Mukhopadhyay M : 1995). Bishop G. (1989) meramalkan bahwa
pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (fleksibel), terbuka dan dapat diakses oleh
siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia maupun pengalaman pendidikan
sebelumnya. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih
ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya
gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.
Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan
bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat
penting bagi kesejahteraan ekonomi. Alisjahbana I (1966) mengemukakan bahwa pendekatan
pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “saat itu juga (just on time)”. Teknik
pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif dan interdisipliner. Roniszowski dan Mason
(1996) memprediksi peggunaaan “Computer-based Multimedia Cummunication (CMC)” akan
bersifat sinkron dan asinkron.
Dengan adanya TIK dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan
untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan
antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek
keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan
sebagainnya, semuannya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang
selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa.
Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi
antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentu real
time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio
atau real video dan online meeting. Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan dengan
4. mailing list, discussion group, newsgruop dan buletin board. Dengan cara dita interaksi dosen
dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk
materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan lainnya dapat juga di implementasikan ke dalam web,
seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa.
Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru dapat pula dilakukan dengan cara
yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses
registrasi saja, apalagi didukung dengan metode pembayaran online.
Dunia memerlukan para guru dengan jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang
lebih baik. Konferensi Dakar mengungkapkan bahwa masih ada 100 juta anak-anak yang putus
sekolah mereka memerlukan para guru seiring dengan target dunia untuk pendidikan dengan
jumlah 2015. Implikasinya diperlukan peningkatan ketrampilan bagi para guru yang berjumlah
kurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah guru tersebut sebagian besar belum memenihi standar
kualifikasi yang diharapkan dalam arti kata memiliki kualitas rendah tidak memenuhi syarat
sesuai yang tuntutan profesionalisme keguruan. Dalam kondisi apapun peningkatan kualitas
guru perlu terus ditingkatkan sepanjang karier mereka sebagai guru jika kita menginginkan
pendidikan menuju kearah kualitas dan daya saing tinggi. Untuk itu diperlukan strategi khusus
yang dapat mengakomodasi karakteristik aktifitas guru yang tetap dapat melaksanakan tugas
kependidikan dan keguruannya di samping terus memperoleh input pendidikan dan peningktan
kualitasnya. Salah satu memperkuat profesi pengajaran para guru adalah dengan menggunakan
pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Pembelajaran konvensional tidakl lagi sepenuhnya menjadi andalan namun di tengah
kemajuan teknologi saat ini diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan
untuk belajar dengan memanfaatkan aneka sumber, tidak hanya dari man power seperti halnya
guru. Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi informasi,
dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung dari pengajar dan pemanfaatan sumber
5. belaSjar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan dengan pencampuran antara blended e-
learning dengan konvensional sehinggan disebut dengan blended learning.
2. KONSEP BLENDED LEARNING
Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning.
Kata blended berarti campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik
(Collins Dictionary) atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford
English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006:236). Sedangkan learning memiliki makna
umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang
mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang
lainnya. Apa yang di campurkan? Elenena (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan
adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (class room lesson) dengan online
learning.
Pada perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended Blended e-Learning
dibandingkan dengan blended learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan
terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended e-Learning. Zhao (2008:162)
menjelaskan “issu Blended e-Learning suliy untuk di definisikan karena merupakan sesuatu
6. yang baru”. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended Blended e-Learning tapi
ada para ahli dan profesor yang meneliti tentang Blended Blended e-Learning dan
menyebutkan konsep dari Blended e-learning. selain itu, pada penelitian Sharpen et.al
(2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah mengembangkan dengan bahasa mereka
sendiri, definisi atau tipilogi praktek blended”. Definisi dari Ahmed, et.al (2008:1)
menyebutkan :
Blended Blended e-Learning, on the other hand, merges aspects of blended e-lerning such as:
web-based instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous communication,
etc: with tradisional, face-to-face”learning.
Definisi lain yang hampir sama yaitu dari Soekartawi (2006:1) menjelaskan pengertian
dari Blended Blended e-Learning yaitu:
One of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The model, BEL, is
disigned basically based on combination of the best aspect of application of information
technology blended e-learning, structured face-to-face activities, and real world practice.
Dari definisi-definisi yang telah dijelaskan di atas maka dapat dikatakan secara sederhana
Blended Blended e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan pendekatan aspek blended
e-learning yang berupa we-based instruction, video streaming, audio, komunikasi synchronous
dan asynchronous dalam jalur blended e-learning system LSM dengan pembelajaran
tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar dan dimensi pedagogik.
Kesimpulan tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Bhonk dan Graham (2006) yaitu:
1. Combining instructional modalities or delivery media and technologies (traditional
distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any other electronic medium,
email, online booka etc.)
2. Combining instruction methods, learning theories and pedagogical dimensions
3. Combining blended e-learning ang face-to-face learning.
7. 3. KARAKTERISTIK BLENDED BLENDED e-LEARNING
Menuru sharpen et.al (2006:18) karakteristik Blended Blended e-Learning, adalah:
1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis
tradisional sebagian besar, melalui intsitusional pendukung lingkungan belajar virtual
2. Trasformatif tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran
sampai mendalam
3. Pandangan menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung pembelajaran.
Blended Blended e-Learning berisi tatap muka, dimana beririsan dengan blended e-
learning. pada blended e-learning terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisikan
dengan pembelajaran online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berasis
internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan
bahwa dalam Blended Blended e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan blended
e-learning dimana blended e-learning beserta komponen-komponennya yang berbasis
komputer dan pembelajaran online berbasis web internet untuk pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam Blended Blended e-Learning maka teori belajar
yang mendasari moder pembelajaran tersebut adalah teori belajar Konstruktivisme (individual
learning) dari Piaget, kognotif dari Bruner Gagne dan Blooms dal lingkungan belajar sosial
atau Social Constructivisit (collaborativ learning) dari Vygtsky.
Karakteristik teori belajar konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-learning
(Hasibuan, 2006:4) adalah sebagai berikut.
1. Active learners
2. Learners construc their knoledge
3. Subjective, dynamic and expanding
4. Processing and understanding of information
5. Leaner has his own learning.
8. 4. PENERAPAN BLENDED BLENDED e-LEARNING
Blended e-learning kini banyak digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka
dan jarak jauh. Kalau dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelenggarakan
pendidikan jarak jauh, maka ini dengan terbitnya surat keputusan Mentri pendidikan Nasional
No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang penyelenggaraan program pendidikan Tinggi jarak jauh,
maka perguruan tinngi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan
terbuka dan jarak jauh menggunakan blended e-learning, juga telah diizinkan
menyelenggarakannya. Lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga
telah memanfaatkan keunggulan blended e-learning ini untuk program-programnya.
Secara spesifik dalam pendidikan guru blrnded e-learning memiliki makna sebagai
berikut.
1. Blended e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran maupun ilmu
pendidikan secara online.
2. Blended e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terdapat buku teks, CD-ROM dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi.
3. Blended e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkaut model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan pengembangan
teknologi pendidikan.
4. Kapasitas guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya. Makin
baik keselarasan antarconten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih
baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
9. 5. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
6. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
7. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa saja dan dimana saja bila yang
bersangkutan memerlukannya.
8. Memanfaatkan jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yng
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
10. 5. PROSEDUR BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan
pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional berupa tatap muka dan e-learning
berbasis internet.
11. STRATEGI FLIPPED CLASSROOM DALAM PEMBELAJARAN
Menurut Graham Brent (2013) Flipped classroom merupakan strategi yang dapat
diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek
mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan
teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi siswa yang
dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah
digunakan untuk pembelajaran.
Instruktur mengadopsi model flipped classroom untuk memberikan pembelajaran kelas
atau konten instruksional sebagai pekerjaan rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa
diwajibkan untuk melihat video pembelajaran. Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013)
siswa memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan
konsep, dan terlibat dalam pembelajaran kolaboratif.
12. Sedangkan menurut Natalie (2012) Strategi flipped classroommendukung banyak
manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi keuntungan yang masuk akal (misalnya
meningkatkan waktu instruksi lebih menarik) terutama untuk mengajarkan mereka dalam
pengaturan campuran yang terdiri dari beberapa kombinasi tatap muka dan instruksi online.
Namun strategi ini juga memiliki keterbatasan. Pertama, kualitas video mungkin sangat buruk.
Kedua, mengingat bahwa siswa dapat melihat video ceramah pada komputer mereka sendiri,
kondisi di mana mereka kemungkinan melihat video ceramah menjadi pembelajaran yang tidak
efektif (misalnya siswa bisa melihat video sambil menonton permainan baseball atau
mendengarkan musik). Ketiga, siswa tidak menonton atau memahami video karena itu mereka
tidak siap atau belum cukup siap untuk kegiatan tatap muka. Keempat, siswa mungkin perlu
banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi yang disampaikan dalam
video. Kelima, siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur atau rekan-rekan
mereka jika menonton video saja.
Walaupun ada banyak keterbatasan dengan strategi flipped classroomdan tidak ada
penelitian empiris untuk mendukung penggunaannya, laporan anekdotal oleh banyak instruktur
mempertahankan bahwa hal itu dapat digunakan sebagai strategi mengajar yang berharga pada
setiap tingkat pendidikan, tergantung peserta didik, sumber daya, dan waktu seseorang. Apalagi
tampaknya cocok untuk penegetahuan mengajar yang prosedural, salah satu dari empat jenis
pengetahuan umum yang dijelaskan dalam Taksonomi Bloom yang telah diperbaiki menurut
Anderson dkk dalam Natalie (2012). Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Oleh karena itu video ceramah flipped classroom tentang
bagaimana memecahkan permasalahan dimana seorang instruktur menjelaskan dan model
bagaimana memecahkan jenis masalah akan menjadi baik dalam penggunaan strategi ini.
Pengetahuan prosedural yang kompleks juga dapat diajarkan menggunakan strategi flipped
classroom meskipun penopang dan potongan konten akan sangat penting tidak hanya untuk
13. memastikan bahwa video pendek, tetapi juga untuk memastikan bahwa semua langkah
prosedur diperkenalkan memadai sehingga siswa benar-benar memahami.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai kelebihan dan kekurangan
penerapan flipped classroom, terutama untuk diterapkan di Indonesia
Kelebihan flipped classroom, yaitu :
1. Siswa dapat mengulang-ulang video tersebut hingga ia benar-benar paham materi, tidak
seperti pada pembelajaran biasa, apabila murid kurang mengerti maka guru harus
menjelaskan lagi hingga siswa dapat mengerti sehingga kurang efisien.
2. Siswa dapat mengakses video tersebut dari manapun asalkan memiliki koneksi internet yang
cukup, bahkan bisa didownload dan lebih puas untuk menontonnya berulang-ulang.
3. Efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di kelas,
siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi ataupun
kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi tersebut.
Kekurangan flipped classroom, yaitu :
1. Untuk menonton video, setidaknya diperlukan satu unit computer atau laptop. Hal ini akan
menyulitkan siswa yang tidak memiliki komputer/laptop, mereka harus ke warnet untuk
mengakses video tersebut.
2. Diperlukan koneksi internet yang lumayan bagus untuk mengakses video tersebut. Terutama
di Indonesia yang koneksi internetnya memasuki daftar lambat, terutama apabila filenya
berukuran besar, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka atau
mengunduhnya. Ada cukup banyak siswa yang gaptek sehingga mereka memerlukan waktu
yang lebih untuk mengakses video tersebut.
3. Siswa mungkin perlu banyak penopang untuk memastikan mereka memahami materi yang
disampaikan dalam video dan siswa tidak mampu mengajukan pertanyaan ke instruktur atau
rekan-rekan mereka jika menonton video saja.
14. 4. Dalam implementasiny di Indonesia, flipped classroom hanya bisa diterapkan di sekolah
yang siswanya sudah memiliki sarana dan prasarana yang sudah memadai mengingat pada
strategi ini menuntut siswa untuk menonton video tutorial di rumah.
Langkah – langkah pembelajaran flipped classroom adalah sebagai berikut :
1. Sebelum tatap muka, siswa diminta untuk belajar mandiri di rumah mengenai materi untuk
pertemuan berikutnya, dengan menonton video pembelajaran karya guru itu sendiri
ataupun video pembelajaran dari hasil upload orang lain.
2. Pada pembelajaran di kelas, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen.
3. Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya
diskusi dengan metode kooperatif learning. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan
beberapa pertanyaan (soal) dari materi tersebut.
4. Guru memberikan kuis/tes sehingga siswa sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan
bukan hanya permainan, tetapi merupakan proses belajar, serta guru berlaku sebagai
fasilitator dalam membantu siswa dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal soal yang
berhubungan dengan materi.
Kesimpulan
Menurut Dean N. Shimamoto (2012) dalam jurnal internasional yang
berjudul Implementing a Flipped Classroom: An Instructional Modulemenyimpulkan
bahwa flipped classroomm memiliki kesempatan untuk menyebabkan pergeseran signifikan
dalam cara instruksi yang disampaikan. Menggunakan teknologi, guru sekarang dapat
memberikan alternatif untuk model belajar berbasis tradisional dengan menerapkan metode
penggabungan pembelajaran yang menggabungkan manfaat dari instruksi langsung dan
pembelajaran aktif untuk melibatkan para siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Amy Roehl dan Shweta Linga (2013) dalam jurnal internasional yang
berjudul The Flipped Classroom: An Opportunity To Engage Millennial Students Through
15. Active Learning Strategiesmenyimpulkan bahwa untuk memperkenalkan beberapa strategi
baru yang ditransferkan dari pemikiran guru dan murid, guru harus melakukan penelitian
dengan alternatif strategi dikelas. Sebagai instruktor yang akan menggunakan strategi baru, ini
sangat penting dalam dunia pendidikan yang direfleksikan dalam pembelajaran yang efektif.
Keaktifan belajar dan strategi pembelajaran flipped classroomyang menggunakan teknologi,
murid-murid akan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka lebih tinggi.
Menurut Richard Pierce, EdD, and Jeremy Fox (2012) dalam American Journal of
Pharmaceutical Education yang berjudul Instructional Design And Assessment Vodcasts And
Active-Learning Exercises In A “Flipped Classroom” Model Of A Renal Pharmacotherapy
Module menyimpulkan bahwa menerapkan model flipped classroom untuk pembelajaran
modul farmakoterapi ginjal mengakibatkan kinerja siswa semakin meningkat dan persepsi
siswa baik tentang pendekatan instruksional. Beberapa faktor yang mungkin telah
berkontribusi terhadap peningkatan nilai siswa termasuk: siswa dimediasi kontak dengan
materi kuliah sebelum di kelas, patokan dan penilaian formatif diberikan selama modul, dan
kegiatan kelas berjalan interaktif interaktif.
Menurut Lius Tirtasanjaya dkk (2012) dalam jurnal internasional yang
berjudul Assessing The Effectiveness of Flipped Classroom Pedagogy in Promoting Students’
Learning Experience dalam temuannya menunjukkan bahwa pelaksanaan model flipped
classroom dalam lingkungan komputasi satu ke satu akan bernilai menjelajahi lebih lanjut.
Lebih fokus dapat ditempatkan pada kelas kemampuan campuran dan kemampuan yang lebih
tinggi. Perancah dapat lebih disempurnakan baik untuk kegiatan rumah dan kegiatan kelas.
Salah satu perbaikan yang mungkin termasuk membedakan pertanyaan membimbing
digunakan dalam kegiatan rendah di bawah pertanyaan dalam taksonomi Bloom untuk kegiatan
rumah dan pertanyaan tatanan yang lebih tinggi untuk kegiatan kelas.
16. Menurut Cara A. Marlowe (2012) dalam penelitiannya yang berjudulThe Effect Of The Flipped
Classroom On Student Achievement And Stress menunjukkan bahwa efek dari flipped
classroom dan diferensiasi terkait dipelajari untuk mengukur dampak pada prestasi siswa dan
mahasiswa tingkat stres. Untuk semester kedua tahun senior mereka, siswa menonton video
ceramah di luar kelas dan tugas diselesaikan selama waktu kelas. Siswa melaporkan tingkat
stres yang lebih rendah dalam jenis lingkungan kelas dibandingkan dengan kelas-kelas lain.
Sementara nilai semester menunjukkan perbaikan, nilai ujian tidak menunjukkan peningkatan
yang signifikan. Secara keseluruhan, perasaan positif siswa terhadap pengobatan dan
menikmati manfaat yang terkait untuk bisa memilih tugas mereka sendiri dan mengeksplorasi
konsep-konsep yang mereka temukan menarik lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
B. Milman, Natalie. 2012. The Flipped Classroom Strategy What is it and How Can it Best be
Used?. Jurnal Internasional Volume 9, Issue 3 : The George Washington University.
Cara A. Marlowe. 2012. The Effect Of The Flipped Classroom On Student Achievement And
Stress. Montana: Montana State University.
Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions Of The Flipped Classroom. Columbia: The
University Of British Columbia.
Lioe, Luis Tirtasanjaya, Teo Chin Wen, dkk. 2012. Assessing the effectiveness of flipped
classroom pedagogy in promoting students’ learning experience. NYGH Research
Journal.
Pierce, Richard EdD and Jeremy Fox, PharmD. 2012. Instructional Design And
Assessmentvodcasts And Active-Learning Exercises In A “Flipped Classroom” Model
Of A Renal Pharmacotherapy Module. American Journal of Pharmaceutical Education
2012; 76 (10) Article 196.
Roehl, Amy, Shweta Linga dkk. 2013. The Flipped Classroom: An Opportunity To Engage
Millennial Students Through Active Learning Strategies. Texas : Christian University
Jurnal Internasional Vol. 105. No. 2. 2013 JFCS.
Shimamoto, Dean N. 2012. Implementing a Flipped Classroom: An Instructional
Module. Hawai Amerika Serikat: Department of Educational Technology University of
Hawaii Manoa.