Dokumen ini membahas perlunya pengembangan agribisnis di desa sesuai dengan komoditas lokal yang ada. Agribisnis di desa dibedakan menjadi tiga skala yaitu kecil, sedang, dan besar dengan karakteristik masing-masing. Dokumen ini juga menyarankan perubahan paradigma dari pendekatan lama menjadi pendekatan baru dalam pembinaan agribisnis desa."
1. MEWUJUDKAN AGRIBISNIS DI DESA SESUAI DENGAN KOMODITI
SPESIFIK LOKALITA
Oleh :
Dwita Indrarosa, ST., MP.
Widyaiswara BBPP batu
Dalam upaya mengembangkan pemberdayaan masyarakat pedesaan dihadapkan
pada masalah berupa profil usahatani petani. Karakteristik agribisnis petani menambah
fakta bahwa perlu pendekatan baru dalam pembinaan dan pengembangan agribisnis di
pedesaan. Beberapa kombinasi skala agribisnis dengan profil bisnis dan status petaninya
yang sekarang ini berkembang dikalangan masyarakat masih beraneka ragam
diantaranya adalah sebagai berikut :
Skala kecil – tidak terorganisasi, dimana memiliki karakteristik :
-Kesadaran agribisnis petani masih awal (pemula);
-Ada kelompok tani, tetapi masih berstatus pemula;
-Hasil pertanian dijual di pasar lokal.
Skala kecil sampai menengah, dimana memiliki karakteristik :
(1) Skala kecil yang terorganisasi;
-Kelompok Tani berstatus madya;
-Kesadaran agribisnisnya menengah;
-Hasil pertanian dijual di pasar lokal atau melalui pengumpul.
(2) Skala menengah yang terorganisasi;
-Kelompok Tani yang berstatus madya atau maju,
-Dominasi oleh petani bermodal;
-Pemasaran bersama langsung ke pedagang besar di kota kabupaten atau
provinsi.
Skala besar – petani bermodal bergabung dalam Kelompok Tani/Gapoktan yang
telah maju, dimana memiliki karakteristik :
1
2. -Hasil pertanian dijual ke pengusaha maju atau industri pertanian dengan
kontrak;
-Kesadaran beragribisnis maju sampai sangat maju.
Di dalam sistem agribisnis terdiri atas : (a) subsistem pengadaan dan penyaluran
sarana produksi, (b) subsistem produksi atau usahatani, dan (c) subsistem pengolahan
(agroindustri) dan tataniaga hasil pertanian (agroniaga) (Deptan, 2000). Subsistem
agribisnis dan factor penunjangnya diilustrasikan dalam gambar klaster-klaster
agribisnis.
Keputusan petani untuk mengadopsi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka
terhadap inovasi teknologi tersebut. Adapun skala bisnis dan status petani yang telah
berkembang di perdesaan seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Tiga skala bisnis dan status petani di pedesaan
Profil
Bisnis
Dana BLM
Kredit Program
Kredit Komersial
A
B
Orientasi pasar
Tujuan petani
Sumber
masukan(input)
Usahatani
Tidak feasible
Tidak bankable
Usahatani
Feasible
Tidak bankable
Subsistem
Swasembada pangan
Semi komersial
Penambahan kelebihan
hasil
Dari hasil rumahtangga Campuran
yang
(tidak diperdagangkan) diperdagangkan
dan
tidak diperdagangkan
Beraneka ragam
Agak spesifik
Produk
Sumber pendapatan Utamanya pertanian
rumah tangga
Pertanian
pertanian
dan
Feasible
bankable
Komersial
Maksimal keuntungan
Utamanya
diperdagangkan
Sangat spesifik
non- Utamanya
pertanian
komersial)
non(pertanian
2
3.
Awal
Kesadaran
beragribisnis
Tingkat
kemajuan Pemula (merpati)
Kelompok Tani
Menengah
Tinggi – sangat tinggi
Utama (sejati)
Lanjutan sampai madya
(pedati)
Perluasan
Dan modifikasi
Implementasi
Adopsi
berlanjut
adopsi
(pilot produksi)
Adopsi lambat
Pengambilan
Keputusan
Adopsi
Persuasi
berhenti
penolakan
Inovasi teknologi
Penolakan
berlanjut
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi atau menolak
teknologi (Roger, 1983)
Uraian diatas menunjukkan bahwa perlu ada perubahan paradigma dalam
pembinaan dan pengembangan agribisnis di desa-desa. Secara rinci perubahan
paradigma ditunjukkan dalam tabel 2. Ada beberapa perbedaan mendasar antara
paradigma lama dan paradigma baru dalam pembinaan dan pengembangan agribisnis :
Paradigma lama
(1) Asumsinya adalah bahwa dengan pelatihan, petani akan mampu mencari sendiri
obyek agribisnis dan mengembangkannya,
(2) Sasaran dan metode pemberdayaan petani digeneralisasi atau sama bagi petani
skala kecil dengan kesadaran agribisnis awal, dan bagi petani skala sedang dan
3
4. skala besar dengan kesadaran agribisnis berturut-turut menengah dan tinggisangat tinggi.
(3) Teknik pelatihan (kurikulum, pengajar),
(4) Sasaran akhir adalah model agribisnis yang bankable.
Paradigma baru
(1) Asumsinya adalah seeing is believing, petani harus melihat contoh-contoh inovasi
teknologi (obyek agribisnis yang mampu meningkatkan produktivitas lahan, hasil,
kualitas hasil dan pendapatan,
(2) Sasaran dan metode pemberdayaan petani disesuaikan dengan kemampuan
nalar dan modal petani; jadi, berbeda antara agribisnis skala kecil, sedang dan
besar yang berturut-turut terkait dengan petani yang nalar agribisnisnya awal,
sedang/moderat dan tinggi sampai sangat tinggi,
(3) Teknik pelatihannya (kurikulum, pengajar) berbeda antara tingkat kemajuan
beragribisnis petani,
(4) Sasaran akhirnya pun berbeda
o Petani dengan agribisnis skala kecil : kenaikan kemantapan dan
keberlanjutan hasil; tujuan berkelompok adalah untuk pemerataan,
o Petani dengan agribisnis skala sedang : kenaikan hasil dan seterusnya
diikuti oleh peningkatan posisi tawar dalam pemasaran.
4
5. Tabel 2. Pergeseran Paradigma Pembinaan dan Pengembangan Agribisnis diPerdesaan
Asumsi
-
-
Paradigma lama
(2007-2009)
Dengan pembelajaran petani akan mampu mencari dan
mengembangkan agribisnis
Perubahan
perilaku
berlangsung cepat
-
-
Sasaran dan metode Diberlakukan umum ke semua tingkat
kemajuan
pemberdayaan
petani/Poktan/Gapoktan,
dan
semua skala agribisnis
Metode pembinaan Teknik pelatihan sama bagi semua tingkat
kemajuan
melalui pelatihan
petani/Poktan/Gapoktan
-
Bentuk agribisnis
Model
enterprise
dengan tataniaga sesuai dengan kriteria
agribisnis maju
-
Paradigma baru
(2010-2011)
Obyek agribisnis (komoditas
unggulan
dan
teknologi
inovatif) adalah daya tarik
bagi pengembangan agribisnis
(dem-farm)
Secara
paralel
diselenggarakan
pembelajaran petani
Perubahan
perilaku
berlangsung secara bertahap
tergantung
dari
obyek
agribisnis dan pemasarannya
Diberlakukan
berbeda
tergantung
pada
tingkat
kemajuan
petani/Poktan/Gopoktan,
skala agribisnis dan kesadaran
berbisnis petani
Teknik pelatihan berbeda
tergantung
pada
tingkat
kemajuan
petani/Poktan/Gopoktan
Dem-farm adalah penarik
minat
petani
terhadap
agribisnis
Untuk petani skala kecil
dengan kesadaran agribisnis
awal, perhatian difokuskan
kepada : kenaikan hasil dan
kualitas hasil, kemantapan
dan keberlanjutan hasil serta
kemerataan
Untuk petani skala sedang
adalah model enterprise yang
memenuhi enterpeise ideal,
sehingga bankable
5
6. Pemilihan Strategi Program Pembinaan Dan Pengembangan Agribisnis
Ada 5 prinsip dalam menempatkan pembinaan petani sebagai prime mover dari
pengembangan agribisnis pedesaan seperti terlihat dalam gambar 2. Komoditas
unggulan prioritas yang diberi perlakuan pra atau pasca-panen yang sederhana dan
mudah diimplementasikan di derm-farm akan mencapai keberhasilan dini berupa
kenaikan hasil atau perbaikan kualitas. Pengaruh perluasan diciptakan melalui temu
lapang dan sarasehan antar petani yang difasilitasi oleh Badan Penyuluhan setempat.
Setiap periode dem-plot harus mulai diiniasi bersamaan dengan revitalisasi BPP.
Lokasi demplot bisa di lahan BPP untuk tanaman semusim, untuk tanaman setahun dan
tanaman tahunan. Lokasi demplot adalah di lahan petani dengan memanfaatkan
tanaman yang telah lama dibudidayakan oleh petani.
Capai Keberhasilan Dini
yang Dapat Dikenali
Petani
1
(Poktan/Gopoktan)
2
Mulai dari yang
Mampu Mengatasi
4
Masalah Secara
Sederhana dan
Bertahap
Mandiri
3
5
6
Batasi Komoditas dan
Petani
Teknologinya
(Poktan/Gopoktan)
7
9
Memahami dan
Mengadopsi Inovasi
Gunakan Experimentasi
8
Teknologi/Kelembagaan
Pada Skala Kecil
10
12
11
Tujuan dan Sasaran
Tercapai Secara
Ciptakan Pengaruh
Perluasan
13
Efektif/Efisien
6
7. Gambar 2. Dengan prinsip-prinsip program yang benar dan perencanaan serta
pelaksanaan yang baik, tujuan dan sasaran akan tercapai
Periode yang terlalu singkat sulit untuk mengubah perilaku petani dari tradisional
ke modern. Perilaku itu akan lebih cepat berubah kalau lokasi sasaran ada obyek
agribisnis, dari komoditas pertanian unggulan di desa tersebut akan menarik perhatian
karena prospeknya besar dan berpeluang meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
mereka.
Maka kegiatan dibagi menjadi beberapa langkah berikut :
Langkah 1 : Inventarisasi dan Pemetaan Dominansi Status Kelompok Petani dan Skala
Agribisnis
-
Kritetia penentuan status Poktan/Gapoktan telah dibuat, perlu disempurnakan;
-
Kriteria yang telah diisi dan disempurnakan akan digunakan untuk pemetaan status
Poktan/Gapoktan; peta ini digunakan untuk melokalisasi pendekatan spesifik bagi
pembinaan Poktan/Gapoktan untuk pengembangan agribisnis yang secara
agronomis sesuai, secara sosial-budaya diterima, secara ekonomi menguntungkan,
dan ramah lingkungan
Langkah 2 : Pemetaan ZAE Desa
-
Desa-desa sasaran PMT diposisikan pada peta ZAE oleh BPTP / Instansi yang
berkompeten (peta ZAE skala 1 ; 100.000 atau 1 : 50.000)
-
Komoditas unggulan (tanaman, ternak) dinilai potensinya berdasarkan tingkat
kesesuaian marjinal.
Langkah 3 : Penyeleksian Desa
-
Petani/Gapoktan di desa-desa yang sering menjadi obyek proyek-proyek perbantuan
dengan pendekatan top-down yang bersifat paternalistik perbantuan umumnya
“manja”, artinya mereka akan berpartisipasi kalau dibantu dana, Desa-desa seperti
tersebut diatas, supaya dieliminasi.
7
8. Langkah 4 : Seleksi Obyek Agribisnis yang Prospektif dari kegiatan sebelumnya
-
Langkah ini menentukan dalam menunjukkan contoh keberhasilan program.
Gambar 3 adalah ilustrasi proses bagaimana agribisnis diinisiasi dan dikembangkan yang
diawali oleh penerapan inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian yang telah
diusulkan dan diwujudkan.
DHA
DEMONSTRASI HASIL AGRIBISNIS
TOMT
TOT
“TEACHING BY SHOWING”
TOF
BAGUS TEKNOLOGI + PETANI ORGANISASI MANAJEMEN = UNTUNG
PETANI
“LEARNING BY DOING”
- Lapangan/desa
-skala ekonomik
Gambar 3. Proses untuk menginisiasi dan mengembangkan agribisnis diawali oleh
penerapan inovasi teknologi terhadap komoditas pertanian yang dipilih dalam tahun
sebelumnya
-
Komoditas pertanian yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan dan menelan biaya
sangat besar, harus dinilai potensi agribisnisnya :
(1) Jumlah petani yang terlibat (skala ekonomi),
(2) Status Poktan (pemula, menengah, utama),
(3)Potensi pasar (pasar lokal, pasar kabupaten atau pasar luar kabupaten),
ketersediaan modal.
8
9. (4)Mitra usaha, dsb.
-
Komoditas pertanian yang tidak memenuhi syarat, dapat dinilai sebagai objek yang
tidak masuk prioritas.
Langkah 5 : Penerapan Inovasi Teknologi pada Komoditas Pertanian Unggulan
(eksperimentasi)
-
Inovasi teknologi yang tepat guna harus dibuktikan di lapang, petani (kelompok tani)
menerapkan inovasi teknologi itu pada pertanamannya atau peliharaannya,
-
BPP yang telah berfungsi memfasilitasi dalam verifikasi inovasi teknologi tersebut,
didukung oleh Balai Diklat / BPTP,
-
Dalam verifikasi inovasi teknologi tersebut, diamati :
(1) Penerapan inovasi teknologi,
(2) Ketersediaan sarana produksi untuk menerapkan inovasi teknologi,
(3) Pencacatan kegiatan harian (farm record keeping) oleh petani sendiri,
(4) Analisis financial/keuntungan akibat dari penerapan inovasi teknologi.
Langkah 6 : Upaya Pengembangan dan Perluasan Agribisnis
-
Posisi lokasi desa dengan penerapan inovasi teknologi yang berhasil di lokalisasi
dalam peta ZEA untuk perluasan ekoregional, artinya lokasi inilah yang dapat
dijadikan sample dalam penerapan inovasi teknologi tersebut.
-
Temu lapang dan sarasehan diselenggarakan oleh Poktan/Gapoktan; peserta temu
lapang dan sarasehan ialah Dinas-Dinas terkait, Pemda dan mitra (pelaku agribisnis),
dan Bank,
-
Pengembangan industri pedesaan dijajagi dalam sarasehan dan dalam pertemuanpertemuan berikutnya.
7
Dulker, S.W. 1996. Research in An Ecoregional Framework for Sustainable Landuse and Food Production : Report
of Symposium. ISNAR (International Service National Agriculturan Research, Briefing Paper 26, February
9