Makalah ini membahas metode scoring untuk seleksi benih udang yang berkualitas melalui pengamatan visual, daya tahan, dan laboratorium dengan memberikan skor pada setiap parameternya. Metode ini menilai populasi, bentuk, dan gerakan benih secara visual, daya tahan terhadap salinitas dan formalin, serta pemeriksaan mikroskopis dan virus di laboratorium. Hasilnya digunakan untuk menentukan kriteria benih yang baik, sedang, atau jele
Dokumen ini membahas tentang teknik memilih benur udang vanamei yang berkualitas melalui serangkaian tes visual, mikroskopis, dan mikrobiologi. Tes kualitas benur meliputi pengamatan morfologi, stress test, tes vibrio, dan PCR untuk mendeteksi empat jenis virus penyakit udang. Benur yang lolos kriteria adalah hasil PCR negatif untuk semua virus dan nilai tes mikroskopis minimal 50. Pemilihan benur berkualitas penting unt
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Modul ini membahas tentang pemilihan dan penebaran benur udang vannamei yang sehat. Benur harus bebas dari virus dan diperoleh dari hatchery bersertifikat. Kualitas benur dapat diketahui melalui pengamatan visual, uji stress, dan mikroskopik. Benur diangkut dengan menjaga suhu dan salinitas, lalu dilakukan aklimatisasi sebelum ditebar di tambak."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Dokumen ini membahas tentang teknik memilih benur udang vanamei yang berkualitas melalui serangkaian tes visual, mikroskopis, dan mikrobiologi. Tes kualitas benur meliputi pengamatan morfologi, stress test, tes vibrio, dan PCR untuk mendeteksi empat jenis virus penyakit udang. Benur yang lolos kriteria adalah hasil PCR negatif untuk semua virus dan nilai tes mikroskopis minimal 50. Pemilihan benur berkualitas penting unt
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Modul ini membahas tentang pemilihan dan penebaran benur udang vannamei yang sehat. Benur harus bebas dari virus dan diperoleh dari hatchery bersertifikat. Kualitas benur dapat diketahui melalui pengamatan visual, uji stress, dan mikroskopik. Benur diangkut dengan menjaga suhu dan salinitas, lalu dilakukan aklimatisasi sebelum ditebar di tambak."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit dan hama pada budidaya ikan. Penjelasan meliputi pengertian penyakit ikan, penyebabnya, jenis penyakit, gejala, dan cara pencegahannya. Jenis hama yang dijelaskan adalah predator, kompetitor, dan perusak beserta penyebab munculnya hama dan cara pengendaliannya secara kimiawi dan nonkimiawi.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
Dokumen tersebut membahas tentang optimalisasi penggunaan automatic feeder pada budidaya udang Litopenaeus vannamei untuk meningkatkan produksi ketika kondisi sulit. Metode yang disarankan adalah dengan memanfaatkan automatic feeder untuk memberi pakan secara terprogram sepanjang hari (24 jam) guna mencapai pertumbuhan cepat udang dalam 70-80 hari saja. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi budidaya udang.
Dokumen tersebut membahas strategi penerapan praktik budidaya udang yang baik (BMP) di tambak untuk meningkatkan produksi. BMP mewajibkan tambak memiliki air pasok yang bebas hama dan logam berat, mampu menampung air dan mengeluarkan limbah dengan kadar sedimen dan bahan organik terlarut rendah, serta dapat menjaga keseimbangan proses mikrobiologis. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penting lainnya sepert
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Teks tersebut membahas tentang sejarah dan karakteristik udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2001 dan sekarang menjadi jenis udang yang banyak dibudidayakan karena tahan penyakit dan tumbuh cepat. Teks tersebut juga menjelaskan ciri-ciri fisik, sistem pencernaan, siklus hidup, dan tata kelola induk udang vanname
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh salinitas terhadap osmoregulasi, regulasi ion, dan efisiensi pemanfaatan pakan pada udang vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi salinitas yang optimal bagi pertumbuhan udang vannamei dengan mempelajari beban kerja osmotik, perubahan kandungan elektrolit, dan daya dukung lingkungan terhadap pemanfaatan pakan.
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengolahan ikan tradisional seperti pengeringan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, fermentasi, dan pengolahan rumput laut. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan ikan serta jenis-jenis penggaraman ikan. Metode fermentasi ikan dengan menggunakan ekstrak nenas juga dijelaskan.
Sistem imunitas ikan merupakan pengetahuan mendasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Sistem ini terdiri atas kekebalan non-spesifik dan spesifik. Kekebalan non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan humoral seperti lisozim dan interferon, sedangkan spesifik melibatkan limfosit, sel B, dan antibodi. Faktor lingkungan, nutrisi, dan stres dapat mempengaruhi sistem imunitas ikan.
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan standar prosedur operasional (SOP) untuk budidaya udang vannamei yang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan panen.
Dokumen tersebut merupakan standar nasional Indonesia tentang benih ikan nila hitam kelas benih sebar yang mencakup ruang lingkup, definisi istilah, klasifikasi, persyaratan kualitas dan kuantitas, serta cara pengukuran dan pemeriksaan benih ikan nila.
Toko perikanan adalah tempat menjual berbagai bibit ikan budidaya, pakan dan peralatan - peralatan budidaya perikanan lainya dengan kualitas terbaik dengan harga relatif lebih murah
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxAndangHastuP
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen pakan ikan yang meliputi konversi pakan, rasio konversi pakan, tingkat pemberian pakan, tingkat kelangsungan hidup ikan, laju pertumbuhan harian ikan, dan contoh soal perhitungan rasio konversi pakan, tingkat kelangsungan hidup ikan, dan laju pertumbuhan harian ikan.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum budidaya ikan dengan sistem akuaponik sederhana yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mempelajari peningkatan kualitas air menggunakan tanaman air. Praktikum ini melibatkan budidaya ikan lele dan nila dalam wadah yang dilengkapi tanaman kangkung sebagai biofilter untuk menurunkan kadar zat-zat berbahaya dalam air seperti amoniak dan nitrat. Hasilnya menunjukkan
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxRositNugroho1
Dokumen tersebut membahas tentang penjaminan mutu pemeriksaan telur cacing di laboratorium. Pemantapan mutu terdiri dari pemantapan mutu internal dan eksternal, yang bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Pemantapan mutu internal meliputi tahapan pra-analisis, analisis, dan pasca-analisis, sedangkan pemantapan mutu eksternal dilakukan oleh pihak luar laboratorium.
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
Dokumen tersebut membahas tentang optimalisasi penggunaan automatic feeder pada budidaya udang Litopenaeus vannamei untuk meningkatkan produksi ketika kondisi sulit. Metode yang disarankan adalah dengan memanfaatkan automatic feeder untuk memberi pakan secara terprogram sepanjang hari (24 jam) guna mencapai pertumbuhan cepat udang dalam 70-80 hari saja. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi budidaya udang.
Dokumen tersebut membahas strategi penerapan praktik budidaya udang yang baik (BMP) di tambak untuk meningkatkan produksi. BMP mewajibkan tambak memiliki air pasok yang bebas hama dan logam berat, mampu menampung air dan mengeluarkan limbah dengan kadar sedimen dan bahan organik terlarut rendah, serta dapat menjaga keseimbangan proses mikrobiologis. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor penting lainnya sepert
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya perikanan. Terdiri dari parameter fisika (suhu, kecerahan), kimia (pH, DO, nitrat, fosfat), dan biologi (plankton). Parameter ideal untuk kehidupan ikan adalah rendahnya amonia, nitrit, cemaran organik, serta stabilnya pH, salinitas, dan suhu.
Teks tersebut membahas tentang sejarah dan karakteristik udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang dibudidayakan di Indonesia. Udang vannamei pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2001 dan sekarang menjadi jenis udang yang banyak dibudidayakan karena tahan penyakit dan tumbuh cepat. Teks tersebut juga menjelaskan ciri-ciri fisik, sistem pencernaan, siklus hidup, dan tata kelola induk udang vanname
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh salinitas terhadap osmoregulasi, regulasi ion, dan efisiensi pemanfaatan pakan pada udang vannamei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi salinitas yang optimal bagi pertumbuhan udang vannamei dengan mempelajari beban kerja osmotik, perubahan kandungan elektrolit, dan daya dukung lingkungan terhadap pemanfaatan pakan.
Dokumen tersebut membahas berbagai metode pengolahan ikan tradisional seperti pengeringan, penggaraman, pemindangan, pengasapan, fermentasi, dan pengolahan rumput laut. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan ikan serta jenis-jenis penggaraman ikan. Metode fermentasi ikan dengan menggunakan ekstrak nenas juga dijelaskan.
Sistem imunitas ikan merupakan pengetahuan mendasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Sistem ini terdiri atas kekebalan non-spesifik dan spesifik. Kekebalan non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan humoral seperti lisozim dan interferon, sedangkan spesifik melibatkan limfosit, sel B, dan antibodi. Faktor lingkungan, nutrisi, dan stres dapat mempengaruhi sistem imunitas ikan.
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan standar prosedur operasional (SOP) untuk budidaya udang vannamei yang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan panen.
Dokumen tersebut merupakan standar nasional Indonesia tentang benih ikan nila hitam kelas benih sebar yang mencakup ruang lingkup, definisi istilah, klasifikasi, persyaratan kualitas dan kuantitas, serta cara pengukuran dan pemeriksaan benih ikan nila.
Toko perikanan adalah tempat menjual berbagai bibit ikan budidaya, pakan dan peralatan - peralatan budidaya perikanan lainya dengan kualitas terbaik dengan harga relatif lebih murah
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxAndangHastuP
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen pakan ikan yang meliputi konversi pakan, rasio konversi pakan, tingkat pemberian pakan, tingkat kelangsungan hidup ikan, laju pertumbuhan harian ikan, dan contoh soal perhitungan rasio konversi pakan, tingkat kelangsungan hidup ikan, dan laju pertumbuhan harian ikan.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum budidaya ikan dengan sistem akuaponik sederhana yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mempelajari peningkatan kualitas air menggunakan tanaman air. Praktikum ini melibatkan budidaya ikan lele dan nila dalam wadah yang dilengkapi tanaman kangkung sebagai biofilter untuk menurunkan kadar zat-zat berbahaya dalam air seperti amoniak dan nitrat. Hasilnya menunjukkan
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxRositNugroho1
Dokumen tersebut membahas tentang penjaminan mutu pemeriksaan telur cacing di laboratorium. Pemantapan mutu terdiri dari pemantapan mutu internal dan eksternal, yang bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Pemantapan mutu internal meliputi tahapan pra-analisis, analisis, dan pasca-analisis, sedangkan pemantapan mutu eksternal dilakukan oleh pihak luar laboratorium.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tujuan dan kegiatan praktikum pemeriksaan tinja untuk parasit cacing, meliputi pengelolaan spesimen tinja, pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis tinja, serta beberapa metode pemeriksaan seperti pengecatan langsung, konsentrasi, dan pengenceran.
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...Repository Ipb
Dokumen tersebut menjelaskan penelitian efek cairan ekstrak pohon mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp. untuk mencegah infeksi virus white spot syndrome (WSSV) pada udang windu. Udang windu direndam dengan berbagai dosis ekstrak pohon mangrove dan kemudian ditantang dengan WSSV. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak pohon mangrove dapat menurunkan patogenisitas WSSV dan meningkatkan kelangsungan hidup ud
Laporan Magang Kantor kesehatan pelabuhan kelas 1 surabyaAzmi Umi A
Magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam melakukan kegiatan pengendalian vektor penyakit, penilaian sanitasi lingkungan pelabuhan, dan survey risiko lingkungan. Mahasiswa juga memberikan saran untuk memperluas wawasan tentang bidang tersebut sebelum magang.
Dokumen tersebut membahas tentang biosecurity dalam budidaya perikanan. Biosecurity bertujuan untuk mencegah masuknya penyakit ke lokasi budidaya melalui isolasi, desinfeksi, dan pengendalian lingkungan. Diterapkan prinsip isolasi, desinfeksi peralatan, dan pengendalian akses. Dibahas pula penerapan biosecurity pada budidaya lele sangkuriang dan sertifikasi CBIB/CPIB."
Sistem produksi pembenihan ikan nila srikandi di BPPI Sukamandi meliputi persiapan kolam, seleksi induk, pemijahan alami, pemanenan telur dan larva, serta pemeliharaan larva hingga mencapai survival rate rata-rata 95,4% dan pertumbuhan bobot 0,003-0,004 gram per hari.
Dokumen tersebut membahas metode eksperimen farmakologi dan toksikologi untuk pengembangan obat, termasuk tujuan dan konsep utama dari eksperimen tersebut, batasan-batasan yang ada, objek uji pra-klinik, dan contoh aplikasi metode eksperimen farmakologi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menguji efektivitas sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan bakteri patogen pada makanan cair yang telah terkontaminasi.
2. Hasil menunjukkan bahwa radiasi sinar UV tidak efektif menghambat atau membunuh bakteri patogen Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus selama waktu jeda 60 dan 120 menit.
3. Pertumbuhan bakteri patogen dan total mikroba meningkat
Metode pengamatan Mikrobiologi dan Parasitologi Kelompok A Kelas A 2015titinseptyani
Metode pengamatan mikrobiologi dan parasitologi meliputi metode mikroskopis dan makroskopis untuk mengamati bakteri, virus, jamur dan parasit, serta metode pewarnaan untuk membedakan jenis bakteri. Metode penelitian harus memperhatikan keselamatan kerja di laboratorium.
Konservasi plasma nutfah merupakan upaya penting untuk melestarikan sumber daya genetik tanaman pangan yang sangat beragam di Indonesia. Plasma nutfah perlu dikarakterisasi, dievaluasi, dan disimpan dalam basis data serta fasilitas laboratorium untuk mendukung program pemuliaan tanaman.
Laporan ini membahas hasil kultur embrio tanaman pisang Musa acuminata ssp. sumatrana secara in vitro. Embrio berhasil ditumbuhkan pada media MS dengan penambahan sitokinin BA dan TDZ serta antioksidan PVP. Kultivar ini memiliki respon in vitro yang lambat, yaitu sekitar satu bulan untuk mulai tumbuh. Beberapa embrio mampu berkecambah dan membentuk tunas serta akar.
This document discusses a study on producing juvenile swimmer crabs at a main center for brackishwater aquaculture in Jepara, Indonesia. The study found that engineering production of baby swimmer crabs in controlled containers achieved good results, showing production in ponds is also possible. Using a modular system in ponds, the study was able to produce larger baby swimmer crabs continuously. However, further engineering is still needed to increase survival rates of juvenile crabs.
The document discusses swimmer crab aquaculture trials conducted from 2002-2006 and more recently in 2015 by the Main Center for Brackishwater Aquaculture (MCBA) in Jepara, Indonesia. The trials showed that swimmer crab culture in ponds is possible, with average harvests of 150-350 kg per pond. More recent trials in 2015 involved providing swimmer crab seed to farmer groups who cultured them using various polyculture systems in ponds and mangrove areas. Monitoring found that survival rates were generally low due to environmental factors like high temperatures and low salinity. Further research is needed to improve feed formulations and culture management practices to increase productivity and survival for swimmer crab aquaculture.
BBPBAP Jepara melakukan program pemulihan ikan bandeng dengan:
1. Pembesaran calon induk bandeng dari berbagai daerah untuk meningkatkan kualitas benih
2. Meningkatkan produksi benih bandeng melalui perbaikan SOP mulai dari pematangan gonad induk, produksi nener berkualitas, dan observasi nener
Ovaprime dapat merangsang pemijahan dan produksi telur pada induk bandeng yang belum pernah bertelur sebelumnya. Larutan ovaprime dicampur dengan telur bebek, madu, vitamin E dan C lalu disemprotkan pada pakan ikan. Pemberian pakan yang diperkaya ovaprime mampu merangsang pemijahan pertama 15 hari kemudian dan menghasilkan lebih dari 500 ribu butir telur. Selama 3 minggu, induk bandeng memijah sebanyak 8 kali
This document summarizes a study on intensive milkfish (Chanos chanos Forskal) culture in concrete tanks. Two concrete tanks measuring 5 x 7 meters with a water depth of 2 meters were used. Milkfish were stocked at a density of 20 fish per square meter, totaling 1,400 fish per tank. The fish were fed pelleted feed at 2-3% of their body weight per day. Over the course of a 2 month culture period, survival rates exceeded 99% in both tanks. Average final length was 28.42 cm in one tank and 28.14 cm in the other. Average final weight was 178.6 g and 181.5 g respectively. The study demonstrated that intensive milkfish culture
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kegiatan pembenihan ikan bandeng di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara pada tahun 2011-2012. Mencakup pengumpulan calon induk dan nener, pemeliharaan, dan pertumbuhan calin bandeng asal Aceh dan Gorontalo. Juga dilaporkan fasilitas yang dimiliki untuk kegiatan pembenihan.
Kajian menunjukkan bahwa pemberian artemia dewasa kepada ikan hias clownfish dapat meningkatkan frekuensi pemijahan menjadi 4 kali per bulan dibandingkan dengan pemberian udang dan cacing yang hanya 2-3 kali per bulan. Jumlah larva yang dihasilkan juga lebih banyak dan stabil, berkisar antara 508-697 ekor per kali pemijahan.
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Dokumen ini membahas upaya memproduksi udang putih (Litopenaeus vannamei) sebagai udang konsumsi (udang sayur) di bak-bak bekas pembenihan udang (backyard hatchery) untuk memberdayakan bak-bak tersebut. Udang dipelihara dari umur PL8-PL10 selama 2-2,5 bulan dengan kepadatan awal berbeda antara 5.000-30.000 ekor/bak. Hasilnya, kepadatan awal 5.000 dan 10.000 ekor/bak menghas
Dokumen ini membahas pengaruh penyuntikan hormon serotonin (5-HT) terhadap pematangan gonad dan pemijahan induk rajungan (Portunus pelagicus). Hormon 5-HT disuntikkan pada induk rajungan dengan dosis 50 μg/g berat tubuh. Hasilnya menunjukkan peningkatan persentase kematangan gonad, daya tetas telur, fototaksis, dan latency period larva dibandingkan perlakuan ablasi mata dan kontrol. Penyuntikan 5-HT juga mening
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...lisa ruliaty 631971
Dalam kajian ini, induk rajungan di beri pakan berupa campuran pakan segar (cumi-cumi, udang dan ikan rucah) sebagai kontrol dan pakan segar dengan penambahan 50% biomasa artemia tanpa diperkaya.
PERBANDINGAN MUTU INDUK RAJUNGAN MATANG TELUR ALAM DENGAN INDUK ABLASI ASAL...lisa ruliaty 631971
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) penelitian dilakukan untuk mengetahui mutu induk rajungan matang telur alam, ablasi alam, dan tambak; (2) hasilnya menunjukkan induk alam memberikan kualitas telur dan larva yang lebih baik dibandingkan induk ablasi atau tambak; (3) rasio asam lemak DHA/EPA pada telur dan larva induk alam lebih rendah namun menyebabkan sintasan larva lebih ting
PERBANDINGAN MUTU INDUK RAJUNGAN MATANG TELUR ALAM DENGAN INDUK ABLASI ASAL...
Metode scoring pada seleksi benih udang windu
1. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
METODE SCORING: SATU CARA TERUKUR
MENDAPATKAN BENIH UDANG BERKUALITAS
Oleh:
Lisa Ruliaty
Joko Sumarwan
Retno Handayani
Adi Susanto
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
JEPARA - 2014
2. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
METODE SCORING: SATU CARA TERUKUR MENDAPATKAN
BENIH UDANG BERKUALITAS
Oleh:
Lisa Ruliaty, Joko Sumarwan, Retno Handayani dan Adi Susanto
ABSTRAK
Beberapa metode seleksi benih telah dilakukan untuk mendapatkan benih udang
berkualitas. Metode scoring yang dikembangkan di BBPBAP Jepara menggabungkan 3
(tiga) cara seleksi benih udang yaitu pengamatan visual, pengamatan daya tahan dan
pengamatan laboratorium dengan memberi nilai (score) pada setiap parameter.
Pengamatan visual terdiri dari; 1) pengamatan populasi dengan 6 parameter, 2)
pengamatan bentuk benih dengan 3 parameter dan 3) pengamatan daya tahan benih
terhadap arus dengan 1 parameter. Pengamatan daya tahan terdiri dari; 1) tes salinitas
dengan 1 parameter, 2) tes formalin dengan 1 parameter. Pengamatan laboratorium
terdiri dari; 1) pengamatan secara mikroskopis dengan 7 parameter dan 2) tes virus
dengan 2 parameter. Persentase hasil yang di dapatkan pada setiap parameter di scoring
dengan kriteria baik (>95 %) di nilai 10, kriteria sedang (70% - 95%) di nilai 5 dan
kriteria jelek (<70 %) di nilai 0. Jumlah nilai parameter pada sub pengamatan
memberikan kriteria yang terukur dari benih udang. Kriteria benih udang yang baik
dengan nilai >15, sedang dengan nilai 10 – 15 dan jelek dengan nilai <10.
Kata Kunci : scoring, benih udang.
3. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
I. PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam kegiatan budidaya tambak tidak terlepas dari kualitas benih yang
ditebar. Tersedianya benih udang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu dan tepat
harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi maksimal tetapi juga akan menjamin
kontinyuitas produksi di tambak. Namun demikian, benih merupakan masalah utama di
Indonesia karena masih sedikit panti pembenihan (hatchery) yang mau menerapkan sistem yang
terkontrol terhadap kemungkinan adanya kontaminasi atau terjadinya infeksi virus yang
berbahaya (misal : WSSV). Sebagai petambak, benih harus dipilih dengan cermat bahkan harus
melewati beberapa tahapan pengujian. Mengingat arti pentingnya benur, maka langkah awal
pemilihan benur untuk memperoleh kualitas yang prima akan menentukan keberhasilan kegiatan
budidaya di tambak. Penebaran dengan benur yang berkualitas prima berarti salah satu langkah
penting sudah terlaksana dengan baik. Kualitas benur terutama dari panti pembenihan sangat
bergantung oleh manajemen atau penanganan pada saat pemeliharaan larva sampai menjadi post
larva yang siap dijual kepada para petani, demikian pula termasuk bagaimana penanganan saat
panen, cara pengangkutan dan lama waktu pengangkutan benur tersebut sampai ke lokasi
tambak.
Beberapa metode seleksi benih telah dilakukan untuk mendapatkan benih udang
berkualitas. Metode scoring yang dikembangkan di BBPBAP Jepara menggabungkan 3 (tiga)
cara seleksi benih udang yaitu pengamatan visual, pengamatan daya tahan dan pengamatan
laboratorium dengan memberi nilai (score) pada setiap parameter. Pengamatan visual terdiri dari;
1) pengamatan populasi dengan 6 parameter, 2) pengamatan bentuk benih dengan 3 parameter
dan 3) pengamatan daya tahan benih terhadap arus dengan 1 parameter. Pengamatan daya tahan
terdiri dari; 1) tes salinitas dengan 1 parameter, 2) tes formalin dengan 1 parameter. Pengamatan
laboratorium terdiri dari; 1) pengamatan secara mikroskopis dengan 7 parameter dan 2) tes virus
dengan 2 parameter.
II. RUANG LINGKUP
Standar ini menetapkan seleksi benih udang windu mulai dari pengamatan visual benih,
pengamatan daya tahan benih, pengamatan laboratorium serta pemilahan benih skala massal.
4. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1 Seleksi : Cara untuk memilah sehingga didapatkan hasil yang terbaik
3.2. Benih udang windu (benur) : benih udang yang bentuk morfologinya seperti udang
dewasa serta mempunyai ukuran dan umur tertentu (PL 10 – PL 20) serta sudah mampu
menyesuaikan terhadap lingkungan tambak.
3.3. Metode Scoring : Cara penilaian terhadap kualitas benih yang dilakukan dengan
memberikan nilai atau angka.
3.4. Pengamatan visual : Penilaian yang dilakukan secara pandangan mata terhadap parameter
yang telah di tentukan.
3.5. Pengamatan Daya Tahan Tubuh : Penilaian yang dilakukan dengan melakukan uji stress
terhadap benih.
3.6. Pengamatan laboratorium : Penilaian yang dilakukan terhadap parameter yang telah di
tetapkan dan dilakukan di laboratorium secara spesifik.
IV. PRINSIP UMUM
Prinsip dari seleksi ini adalah melakukan seleksi benih udang windu melalui 3 tahapan
pengamatan dan 1 kegiatan pemilahan dengan melakukan penilaian/scoring untuk mendapatkan
nilai yang lebih objektif terhadap kualitas benih udang windu.
5. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
V. PROSEDUR KERJA
DIAGRAM ALUR PROSEDUR:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengamatan Laboratorium
SPO.03
1. Pengambilan Sampel
2. Pengamatan mikroskopis
3. Tes infeksi Virus
4. Kriteria Benih
Pemilahan Benih secara Massal
SPO.04
1. Persiapan Alat dan Bahan
2. Pemilahan Benih Secara
Massal
Pengamatan Visual Benih
SPO-01
1. Pengamatan Populasi
2. Pengamatan Bentuk tubuh
3. Pengamatan Gerakan melawan Arus.
4. Kriteria Benih
Panti Benih
Pengamatan Daya Tahan Benih
SPO. 02
1. Pengambilan Sampel
2. Tes Kejut Salinitas
3. Tes Formalin
4. Kriteria Benih
Kepuasan Pelanggan
6. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
5. 1. Pengamatan Visual Benih Udang Windu
5.1.1. DIAGRAM PROSEDUR
5.1.2. METODE KERJA
5.1.2.A Alat dan Bahan
Benih udang windu, waskom warna putih dan beaker glass
5.1.2. B. Prosedur kerja
1. Pengamatan populasi benih di bak:
Benih Siap Tebar
Pengamatan Populasi
Mengamati :
1. Kepadatan Jumlah Populasi (Banyak skor= 10, Sedang skor= 5, sedikit = 0)
2. Berenang aktif melawan arus Gerakan berenang (aktif >95% skor=10,
sedang 70-95% skor=5, di dasar <70% skor=0)
3. Keseragaman ukuran (Tinggi 80-100% skor=10, sedang 70-80% skor=5,
rendah <70%=0).
4. Fototaksis (Positif >95% skor=10, sedang 70-96% skor=5, negatif <70%
skor=0)
5. Respon pakan (Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek<70%
skor=0)
6. Kondisi lingkungan (Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek<70%
skor=0)
Pengamatan Bentuk Benih
Sampel benih 50-100 ekor di tempatkan di Beakerglas
Mengamati :
7. Kelengkapan organ (Tinggi >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, rendah
<70% skor=0)
8. Abnormalitas (Tinggi >95% skor=0, sedang 70-95% skor=5, rendah <70%
skor=10)
9. Warna tubuh (Baik >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, jelek <70%
skor=0) Pengamatan daya tahan benih terhadap arus
Sampel benih 100 – 300 ekor di tempatkan di wadah baskom putih
Mengamati :
10. Daya tahan benih terhadap arus air (baik >95% skor 10, sedang 70-95%
skor=5, rendah <70% skor=0)Menjumlah skor dan membagi dengan jumlah parameter:
Kriteria Benih, dengan nilai :
Baik = >90
Sedang = 50 - 90
Jelek = < 50
7. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Jumlah populasi kepadatan populasi
Dilakukan dengan melihat keliling bak saat aerasi dimatikan sementara (sekitar 2
menit), kemudian memperkirakan jumlah benih total. Bila jumlah populasi benih di
bak terlihat banyak maka dinilai dengan skor= 10, populasi Sedang skor= 5, populasi
sedikit = 0
Gerakan berenang. Berenang aktif melawan arus. Banyak mmenempel di dinding
Pengamatan gerakan benih di bak untuk melihat langsung gerakan benih di bak pada
umumnya gesit atau tidak. Benih yang baik gerakannya lurus menantang arus aerasi.
Benih dengan gerakan berenang aktif >95% mendapatkan skor=10, sedang 70-95%
skor=5, di dasar <70% skor=0.
Keseragaman Ukuran
Benih dengan keseragaman ukuran yang Tinggi 80-100% skor=10, sedang 70-80%
skor=5, rendah <70%=0.
Fototaksis
Pengamatan sifat fototaksis benih dilakukan dengan melihat pola populasi benih di
bak. Benih yang baik akan cenderung banyak berkumpul di tempat arah datangnya
cahaya. Benih yang Positif >95% skor=10, sedang 70-96% skor=5, negatif <70%
skor=0
Respon terhadap Pakan
Pengamatan respon benih terhadap pakan dilakukan dengan menebar pakan buatan
yang berbentuk tepung dan kering pada permukaan air. Benih yang responsif
terhadap pakan, maka ketika ditebar pakan, benih akan banyak naik berkumpul ke
arah pakan di tebar. Nilai terhadap respon terhadap pakan Baik >95% skor=10,
sedang 70-95% skor=5, jelek<70% skor=0
Kondisi Lingkungan Media Pemeliharaan. Keadaan plankton mati atau tidak mati.
Kondisi lingkungan benih yang baik ditandai dengan kondisi air media yang
berwarna plankton, masir dan tidak berbau. Pada pengamatan juga perlu diperhatikan
ada tidaknya bangkai benih yang melayang-layang di kolom air. Jika terdapat
bangkai benih di kolom air, ini pertanda benih baru dalam keadaan bermasalah,
sehingga harus dihindari. Kondisi lingkungan Baik >95% di beri skor=10, sedang
70-95% skor=5, jelek<70% skor=0
2. Pengamatan Bentuk Tubuh Benih
Pengamatan Bentuk tubuh benih udang windu dilakukan dengan cara mengambil
sampel benih sebanyak 50 – 100 ekor pada tiap bak dan di tempatkan ke dalam beaker
glas untuk memudahkan di dalam pengamatan. Pengamatan bentuk tubuh benih antara
lain :
Kelengkapan Organ
Kelengkapan organ Tinggi >95% skor=10, sedang 70-95% skor=5, rendah <70%
skor=0.
8. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Abnormalitas
Abnormalitas benih dapat dilihat dari bentuk tubuh, terutama pada bagian ujung
rostrum dan ekor. Benih yang mengalami banyak gangguan dalam pertumbuhannya
baik faktor nutrisi maupun lingkungan sering menyebabkan
ketidaknormalan/abnormalitas. Benih dengan abnormalitas Tinggi >95% skor=0,
sedang 70-95% skor=5, rendah <70% skor=10.
Warna Benih
Warna benih yang baik akan bening transparan, tidak berwarna pucat susu pada
punggung dan tidak berwarna putih perak pada bola matanya. Baik >95% skor=10,
sedang 70-95% skor=5, jelek <70% skor=0.
3. Pengamatan Gerakan Melawan Arus
Pengamatan daya tahan benih terhadap arus dilakukan dengan mengambil 100 –
300 ekor benih dari tiap bak. Benih kemudian di tempatkan ke dalam baskom berwarna
putih dengan volume air 2-5 liter. Benih yang baik, jika diputar air dalam baskom akan
kelihatan melawan arus. Jumlah benih yang melawan arus sebanyak >95% akan di nilai
baik dengan skor = 10, sedang 70 – 95% dengan skor 5 dan rendah <70% dengan skor =
0.
5.1.2.C. Kriteria Benih
Nilai pengamatan terhadap seluruh parameter di catat pada Form 01. Jumlah skor yang
di dapatkan pada setiap pengamatan kemudian di jumlahkan. Hasil tersebut merupakan
Kriteria Benih, dengan nilai : Baik = >90, Sedang = 50 – 90 dan Jelek = < 50.
5.2. Pengamatan Daya Tahan Tubuh Benih Udang Windu
5.2.1. DIAGRAM PROSEDUR
Benih Siap Tebar (PL-12/>PL-20
1. Tes Salinitas
Pengambilan sampel benih PL-12/>PL-20
secara acak dari tiap bak sebanyak 300
ekor untuk 1 ulangan (min 3 ulangan)
2. Tes Formalin
Pengambilan sampel benih PL-12/>PL-20
secara acak dari tiap bak sebanyak 300
ekor untuk 1 ulangan (min 3 ulangan)
Benih di tempatkan di baskom dengan
perbandingan air media pemeliharaan : air
tawar 0 ppt (1:1).
Benih di tempatkan di baskom volume 5 L
dengan salinitas media sama dengan di bak
pemeliharaan dan di beri 1 titik aerasi.
9. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
5.2.2. METODE KERJA
5.2.2. A. Alat dan Bahan
o Baskom volume 5 liter, plastik, seser, alat hitung, refraktometer, gayung
o Air media pemeliharaan, air tawar, formalin 100%
5.2.2.B. Prosedur kerja
1. Tes Salinitas
Mempersiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
untuk uji ketahanan terhadap salinitas
Mempersiapkan tempat dan personil yang akan melaksanakan uji
Mengambil benih dari bak pemeliharaan dengan seser secara acak dan dimasukan
ke dalam ember penampung
Mengambil air pemeliharaan dengan gayung, ditampung dalam ember plastik dan
mencampur dengan air tawar (0 ppt) dengan jumlah yang sama dengan air media
yang diambil. Perbandingan air media dan air tawar adalah 1:1.
Memasukkan campuran air laut dan air tawar dalam ember yang akan digunakan
sebagai tempat uji kemudian dicatat kadar garamnya
Memasukkan benih ke dalam media uji sebanyak 300 ekor tiap ember dan
pengamatan jam ke 0 dimulai. Pengamatan dilakukan selama 3 jam
Pada 1 jam pertama diamati kondisi benih, dan benih yang mati diambil dari tempat
uji
Pengamatan pada jam ke-2 dilakukan seperti pada jam pertama
Cek SR benih pada 1 jam setelah
perendaman
Ditambahkan Formalin 100% dosis 100
ppm (0,1 ml/l) utk PL-12 dan dosis 200
ppm (0,2 ml/L) utk >PL-20
Cek SR benih pada 2 jam setelah
perendaman
Cek SR benih pada 3 jam setelah
perendamanHitung SR benih pada tiap ulangan dan di
bagi sesuai jumlah ulangan.
Skor Benih:
SR >95%, skor = 10
SR 75-90%, skor = 5
SR < 75% = 0
Rendam benih udang windu selama ½ jam
untuk PL-12 dan selama 1 jam untuk >PL-
20.
Hitung SR benih pada tiap ulangan dan di
bagi sesuai jumlah ulangan setelah
perendaman sesuai dengan waktu.
Skor Benih :
SR >95%, skor = 10
SR 75-95%, skor = 5
SR < 75%, skor = 0
Jumlahkan skor pada kedua tes, Kriteria Benih:
Bagus nilai >15, Sedang 10-15, Jelek <10
10. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Pada jam ke-3 setelah benih yang mati dipisahkan, dihitung benih yang hidup pada
setiap wadah uji
Dihitung kelangsungan hidup pada setiap wadah uji
Kelangsungan hidup rata – rata adalah penambahan angka pada setiap wadah uji
dan dibagi dengan jumlah wadah
SR tersebut kemudian di nilai dengan criteria : Skor Benih: SR >95% skor = 10,
SR 75-95% skor = 5, SR < 75% skor = 0
2. Tes Formalin
Mempersiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
untuk uji ketahanan terhadap formalin
Mempersiapkan tempat dan personil yang akan melaksanakan uji
Mengambil benih dari bak pemeliharaan dengan menyeser secara acak dan
dimasukan ke dalam baskom penampung kapasitas volume 5 liter.
Mengambil air pemeliharaan dengan gayung, ditampung dalam ember plastik dan
menambahkan formalin 100% hingga konsentrasi dalam media uji 100 ppm (0,1
ml/l) untuk PL-12 dan 200 ppm (0,2 ml/l) untuk benih >PL-20
Memasukkan benih ke dalam media uji sebanyak 300 ekor tiap ember dan
pengamatan menit ke 0 dimulai. Pengamatan dilakukan selama 30 menit untuk PL-
12 dan satu jam untuk >PL-20.
Pada menit ke-30 setelah benih yang mati dipisahkan, dihitung benih yang hidup
pada setiap wadah uji
Dihitung kelangsungan hidup pada setiap wadah uji
Kelangsungan hidup rata – rata adalah penambahan angka pada setiap wadah uji
dan dibagi dengan jumlah wadah.
SR tersebut kemudian di nilai dengan criteria : Skor Benih: SR >95% skor = 10,
SR 75-95% skor = 5, SR < 75% skor = 0
5.2.2.C. Kriteria Benih
Nilai pengamatan terhadap seluruh parameter di catat pada Form 02. Jumlah skor yang
di dapatkan pada tes salinitas dan tes formalin kemudian di jumlahkan. Hasil tersebut
merupakan Kriteria Benih, dengan nilai : Baik = >15, Sedang = 10-15 dan Jelek = < 10.
11. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
5.3. Pengamatan Laboratorium Benih Udang Windu
5.3.1. DIAGRAM PROSEDUR
I. Pengambilan Sampel
II. Pengamatan benih udang windu secara mikroskopis
Pengambilan Sampel Benih Udang Windu
(PL12)
Diambil dari 5 titik pengambilan sampel:
• 4 titik pada keempat sudut bak pemeliharaan
• 1 titik pada bagian tengah bak pemeliharaan
• Masing-masing sebanyak 500 ekor
Masukkan PL ke dalam bak bulat berkapasitas 250 L
Treatment dengan formalin 200 ppm selama 30 menit
Diambil 150 ekor PL yang paling lemah
Uji Virus dengan Metode PCR/Real-Time PCR:
• WSSV
• IMNV
Ambil 20 ekor benih untuk pengamatan
secara mikroskopis
Pengamatan Benih Udang Windu
Secara Mikroskopis
Kondisi Hepatopankreas (Vakuola lemak):
• Tinggi (> 90%); score: 10
• Sedang (70 – 90%); score: 5
• Sedikit (<70%); score: 0
Kondisi Usus/Swollen Hind Gut (SHG):
• Penuh (> 95%), 0% SHG; score: 10
• Sedang (70 – 95%), 1-10% SHG; score: 5
• Kosong (<70%), >10% SHG; score: 0
Mengambil 20 ekor sampel PL 12
12. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
III. Tes Virus
Nekrosis:
• Tidak ada (0%); score: 10
• Sedang (<15%); score: 5
• Banyak/berat (>15%); score: 0
Deformity:
• Tidak ada (0%); score: 10
• Sedang (<10%); score: 5
• Banyak/berat (>10%); score: 0
Epibiont Fouling:
• Tidak ada (0%); score: 10
• Sedang (<15%); score: 5
• Banyak/berat (>15%); score: 0
Bolitas:
• Tidak ada; score: 10
• 1-3; score: 5
• >3; score: 0
Baculovirus (preparat squash, pewarnaan dengan
malachit green):
• Tidak ada (0%); score: 10
• Sedang (<10%); score: 5
• Banyak/berat (>10%); score: 0
Total Score
Pengambilan Sampel PL 12 Sebanyak 150 ekor
(Sesuai SPO Pengambilan Sampel)
Melakukan Ekstraksi DNA atau RNA dari sampel PL 12
Melakukan Pencatatan Hasil Uji Virus:
• WSSV negatif; Score: 10
• IMNV negatif; Score: 10
Melakukan Uji Virus dengan Metode PCR/
Real-Time PCR:
• WSSV
• IMNV
Total Score digabung dengan Score Hasil Pengamatan
Secara Visual dan Mikroskopis
13. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
5.3.2.A. PENGAMBILAN SAMPEL
METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Botol sampel
b. Seser
c. Ember plastik
d. Bak bulat berkapasitas 250 L
e. Beaker glass
f. Benih udang windu (PL 12)
g. Formalin 100%
2.Prosedur kerja
a. Ambil benih udang windu dari bak pemeliharaan dengan menggunakan seser di
5 titik pengambilan sampel, yaitu 4 titik pada keempat sudut bak pemeliharaan
dan 1 titik pada bagian tengah bak pemeliharaan, masing-masing sebanyak 500
ekor;
b. Masukkan benih udang tersebut ke dalam bak bulat yang telah berisi air laut
sesuai dengan yang terdapat di dalam bak pemeliharaan dan beri aerasi;
c. Ambil 20 ekor benih udang windu untuk pemeriksaan secara mikroskopis;
d. Masukkan formalin dengan dosis 200 ppm dan biarkan selama 30 menit;
e. Ambil aerasi dan putar air dengan tangan;
f. Ambil benih udang dengan kondisi yang paling lemah, yaitu benih udang yang
mengumpul di tengah. Sampel benih udang diambil sebanyak 150 ekor
(berdasarkan Tabel Amos yang terdapat di OIE, 2009).
6.3.2.B. PEMERIKSAAN BENIH UDANG WINDU SECARA MIKROSKOPIS
METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass
b. Obyek glass
c. Pinset
d. Mikroskop
e. Akuades
f. Malachit green
g. Benih udang windu (PL 12)
2. Prosedur kerja
a. Ambil benih udang windu sebanyak 20 ekor sesuai SOP pengambilan sampel;
14. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
b. Amati hepatopankreas dan usus masing-masing benih udang di bawah
mikroskop (perbesaran 40x). Jika 90% atau lebih dari benih udang mempunyai
vakuola lemak yang banyak, usus terisi penuh dan tidak ada swollen hind gut
(SHG), beri skor 10. Jika 70 – 90% benih udang mempunyai vakuola lemak dan
atau usus cukup penuh atau dengan sedikit SHG, beri skor 5. Jika kurang dari
70% usus benih udang penuh dan atau usus kosong atau ada lebih dari 10%
SHG, beri skor 0;
c. Amati adanya nekrosis yang merupakan indikasi terjadinya kanibalisme atau
infeksi bakteri, pada tubuh dan anggota tubuh (antenna, rostrum, kaki renang,
kaki jalan, dan ekor) benih udang. Jika tidak ada nekrosis, beri skor 10. Jika
<15% benih udang menunjukkan sedikit nekrosis, beri skor 5. Jika >15% benih
udang menunjukkan nekrosis, yang mengindikasikan adanya infeksi berat, beri
skor 0;
d. Amati cacat (deformity) pada anggota tubuh benih udang dan atau rostrum,
mungkin bengkok, rusak, atau hilang, bagian ekor (abdomen segmen ke-6)
mungkin bengkok, atau saluran pencernaan mungkin berakhir sebelum anus. Jika
cacat tidak teramati, beri skor 10. Jika <10% teramati adanya cacat, beri skor 5.
Jika >10% teramati adanya cacat, beri skor 0;
e. Amati adanya organisme penempel (epibiont fouling), seperti bakteri, jamur atau
protozoa pada eksoskeleton kepala maupun abdomen, dan insang. Jika tidak ada
organisme penempel, beri skor 10. Jika <15% teramati adanya organisme
penempel sementara atau permanen, beri skor 5. Jika >15% teramati organisme
penempel permanen, beri skor 0;
f. Amati ‘bolitas’ (lepasnya sel epitel dari dinding intestinum dan hepatopankreas
yang teramati sebagai bulatan di dalam saluran pencernaan). Jika tidak ada
bolitas, beri skor 10. Jika ada 1 – 3 bolitas, beri skor 5. Jika ada lebih dari 3
bolitas, beri skor 0.
g. Buat preparat dari benih udang utuh atau gerusan dan warnai dengan malachite
green. Amati adanya benda oklusi MBV yang berwarna gelap dan berbentuk
tetrahedral. Jika tidak teramati benda oklusi MBV, beri skor 10. Jika <10%
teramati benda oklusi MBV, beri skor 5. Jika >10% teramati benda oklusi MBV,
beri skor 0.
h. Hitung total skor. Benih udang windu yang berkualitas bagus memiliki total skor
> 50, benih udang windu yang berkualitas sedang memiliki total skor 35 – 50,
sedang benih udang windu berkualitas jelek memiliki skor < 35.
5.3.2. C. UJI VIRUS
METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
15. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
a. Botol sampel
b. Peralatan deteksi virus dengan metode PCR atau Real-Time PCR
c. Bahan deteksi virus dengan metode PCR atau Real-Time PCR
d. Benih udang windu (PL 12)
2. Prosedur kerja
a. Ambil benih udang windu sebanyak 150 ekor sesuai SOP pengambilan sampel;
b. Lakukan deteksi WSSV dengan menggunakan metode PCR (OIE, 2009) atau
Real-Time PCR (Lightner, 2001) dan deteksi IMNV dengan metode RT-PCR
(OIE, 2009) atau Real-Time PCR (OIE, 2009);
c. Beri skor 10 bila hasil deteksi negatif WSSV dan beri skor 10 bila hasil deteksi
negatif IMNV. Beri skor 0 bila terdeteksi positif WSSV dan beri skor 0 bila
terdeteksi positif IMNV.
d. Hitung total skor. Benih udang windu yang berkualitas bagus memiliki total skor
20 dan benih udang windu berkualitas jelek memiliki skor ≤10.
6.3.3. Interpretasi hasil
1. Penghitungan total skor pada pengamatan secara mikroskopis
a) benur yang berkualitas baik memiliki total skor > 50;
b) benur yang berkualitas sedang memiliki total skor 35 – 50;
c) benur berkualitas jelek memiliki skor < 35.
2. Penghitungan total skor pada pemeriksaan molekuler
a) benur berkualitas baik memiliki total skor 20
b) benur berkualitas jelek memiliki skor ≤10.
3. Penilaian akhir
a) benur dinyatakan layak tebar bila uji WSSV, IMNV negatif
b) memiliki skor total pengamatan mikroskopis >50
5.4. Pemilahan Benih Udang Windu Secara Massal
6.4.1. DIAGRAM PROSEDUR
Persiapan Alat dan Bahan
Memasukan Benih (PL-12/ >PL-20)
- Kepadatan 500 ekor/L
16. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
6.4.2. METODE KERJA
1. Alat dan Bahan
Benih udang windu umur PL-12/ >PL-20
Larutan Formaldehyde 37% (Formalin 100%).
Media air laut steril.
Gelas Ukur
Bak fiber bundar untuk penampungan benih.
Stop Watch
Selang sifon
Baskom / ember
Aerasi
2. Prosedur kerja
2.1. Persiapan Alat dan Bahan
Benur yang dilakukan pemilahan merupakan benih umur PL-12 yang di teruskan
pemeliharaannya ke segmen pendederan maupun >PL-20 yang siap di tebarkan ke
pembesaran.
Sebelum benih di keluarkan dari bak pemeliharaan, di lakukan persiapan alat dan
bahan untuk kegiatan pemilahan secara massal.
Bak penampungan bentuk bundar telah di pasang 1-2 titik aerasi, dan di isi air
media steril dengan salinitas yang sama dengan di bak pemeliharaan. Data
salinitas tercatat pada Form 04.
Membuang benih yang tidak sehat
- Matikan aerasi
- Putar air media
- Lakukan penyiponan
Menambahkan Larutan Formalin 100% (Formaldehyde 37%)
- Dosis 100/200 ppm (0,1/0,2 ml/L)
- Durasi perendaman ½ /1 jam
Pindahkan benih sehat ke media baru
Benih di tebar di pendederan/
siap di kemas
17. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Larutan Formaldehyda 37%, gelas ukur, stop watch, baskom serta selang sifon di
tempatkan di dekat bak penampungan benih. Jumlah Formaldehyda 36% yang di
pergunakan di catat pada Form 04.
2.2. Pemilahan Benih
Benih yang telah di keluarkan dari bak pemeliharaan, di tampung di bak
penampungan dengan kepadatan 500 ekor/L.
Larutan Formaldehyda 36% di masukkan ke bak penampungan dengan dosis 100
ppm untuk PL-12 dan dosis 200 ppm untuk >PL-20.
Perendaman benih udang windu dengan Formaldehyda 36% dilakukan selama ½
jam untuk PL-12 dan untuk >PL-20 dilakukan selama 1 jam setelah
Formaldehyda 36% dimasukkan.
Sekitar 5 – 10 menit sebelum batas waktu perendaman, aerasi di keluarkan dari
bak penampungan dan dilakukan pemutaran air media menggunakan tangan.
Setelah batas waktu, benih udang windu yang tidak sehat akan berada di dasar
bak. Benih tidak sehat tersebut kemudian di sifon menggunakan selang sifon dan
di tampung pada baskom. Benih tersebut kemudian di hitung dan di catat
hasilnya pada Form 04. Benih tidak sehat kemudian di buang pada UPL (Unit
Pembuang Limbah).
Benih udang windu yang sehat kemudian di pindahkan ke bak penampungan lain
yang telah di persiapkan dan siap di pindah ke pendederan atau di kemas untuk
pembesaran setelah 15 – 30 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2007. Improving Penaeus Monodon Hatchery Practices. Manual based on
experience in India. Food and Agriculture Organization of The united Nations, Rome,
2007.
SNI : 01- 6143 – 1999
SNI : 01- 6144 – 1999
18. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran A
(informatif)
FORM 01.
PENGAMATAN VISUAL BENIH UDANG WINDU
Nama Unit Pembenihan :
Alamat Unti Pembenihan :
Kode Bak :
Tanggal Pengamatan :
No Uraian Kriteria Skor
I. Pengamatan Populasi
1. Jumlah populasi
Banyak skor= 10, Sedang skor=
5, sedikit = 0
2. Gerakan berenang
aktif >95% skor=10, sedang 70-
95% skor=5, di dasar <70%
skor=0
3. Keseragaman ukuran
Tinggi 80-100% skor=10, sedang
70-80% skor=5, rendah <70%=0
4. Fototaksis
Positif >95% skor=10, sedang
70-96% skor=5, negatif <70%
skor=0
5. Respon terhadap pakan
Baik >95% skor=10, sedang 70-
95% skor=5, jelek<70% skor=0
6. Kondisi Lingkungan
Baik >95% skor=10, sedang 70-
95% skor=5, jelek<70% skor=0
19. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
II Bentuk Tubuh
1. Kelengkapan organ
Tinggi >95% skor=10, sedang
70-95% skor=5, rendah <70%
skor=0
2. Abnormalitas
Tinggi >95% skor=0, sedang 70-
95% skor=5, rendah <70%
skor=10
3. Warna Tubuh
Baik >95% skor=10, sedang 70-
95% skor=5, jelek <70% skor=0
III
Daya Tahan Terhadap Arus
baik >95% skor 10, sedang 70-
95% skor=5, rendah <70%
skor=0
Jumah Skor :
Kriteria Benih, dengan nilai : Baik = >90, Sedang = 50 – 90 dan Jelek = < 50.
21. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran B
(informatif)
FORM 02
DATA HASIL PENGAMATAN DAYA TAHAN BENIH UDANG WINDU TERHADAP
TES SALINITAS DAN TES FORMALIN
Tanggal Pengamatan :
Kode Bak :
Tes Salinitas* Tes Formalin*
Waktu 1 2 3 Rata-
rata
1 2 3 Rata-
rata
1 jam
2 jam
3 jam
Rata-rata:
Kriteria Benih:
Keterangan : *Skor Benih: SR >95% skor = 10, SR 75-95% skor = 5, SR < 75% skor = 0
**Kriteria Benih :Baik = >15, Sedang = 10-15 dan Jelek = < 10.
22. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran C
(informatif)
Form 03.
PENGAMBILAN SAMPEL
Tanggal :
Lokasi pengambilan :
Alamat :
Jenis sampel :
Nomor registrasi :
Jumlah sampel :
Kondisi sampel :
Kode sampel:
No. Jenis sampel Kode sampel Kode Lab
Petugas Pengambil sampel
(………………………………..)
23. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran D
(informatif)
Form 04.
HASIL PEMERIKSAAN BENIH UDANG
SECARA MIKROSKOPIS
Tanggal :
Asal sampel :
Alamat :
Jenis sampel :
Nomor registrasi :
Jumlah sampel :
Kondisi sampel :
Hasil pemeriksaan:
No. Jenis pengamatan Kriteria Skor
1.
Hepatopankreas (vakuola lemak) dan
usus (isi dan swollen hind gut (SHG)
Tinggi (> 90%), skor: 10
Sedang (70 – 90%), skor: 5
Sedikit (<70%), skor: 0
2.
3.
4.
5.
6.
Manajer Teknis Laboratorium
(………………………………..)
25. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran E
(informatif)
Form 05
LAPORAN HASIL UJI
Nomor:
Perihal : Hasil diagnosis biologi molekuler
Tanggal Penerimaan :
Tanggal pengujian :
Asal sampel :
Alamat :
Jenis sampel :
Nomor registrasi :
Jumlah sampel :
Kondisi sampel :
Metode :
Hasil:
No. Nama/jenis Kode sampel Kode Lab WSSV IMNV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
26. Makalah di presentasekan pada Pertemuan IndoAqua 2014 tanggal 26 – 29 Agustus 2014 di Jakarta
Lampiran F
(informatif)
FORM 06
DATA HASIL PEMILAHAN BENIH UDANG WINDU SECARA MASSAL
Tanggal Kode Bak Salinitas Media
(ppt)
Jumlah Formaldehyda
36% (ml)
Jumlah benih tidak
sehat (ekor)