Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
Khusyu’ dalam ibadah kedudukannya seperti ruh/jiwa dalam tubuh manusia, sehingga ibadah yang dilakukan tanpa khusyu’ adalah ibarat tubuh tanpa jasad alias mati.
By Abdullah Taslim, Lc., MA
sumber : https://muslim.or.id/13989-meraih-khusyu-dalam-ibadah-1.html
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-QuranRidlo Abelian
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Quran
"At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran"
Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN ALQUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-QuranRidlo Abelian
Keutamaan Membaca dan Mengkaji Al-Quran
"At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Quran"
Dalam garis besarnya, kitab ini mengandung sembilan bagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan. Kemudian diteruskan dengan riwayat hidup Imam Nawawi.
Adapun kesembilan bagian yang menjadi inti kitab ini adalah:
• KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QUR’AN
• KELEBIHAN ORANG YANG MEMBACA AL-QUR’AN
• MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN GOLONGAN ALQUR’AN
• PANDUAN MENGAJAR DAN BELAJAR AL-QUR’AN
• PANDUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN
• ADAB DAN ETIKA MEMBACA AL-QUR’AN
• ADAB BERINTERAKSI DENGAN AL-QUR’AN
• AYAT DAN SURAT YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU
• RIWAYAT PENULISAN MUSHAF AL-QUR’AN
Secara terminologis Syî‘ah berarti orang-orang yang mendukung Sayyidina Ali secara khusus, dan berpendapat bahwa hanya Sayyidina Ali saja yang berhak menjadi khalifah dengan ketetapan nash dan wasiat dari Rasulullah , baik secara tersurat maupun tersirat. Mereka berkeyakinan bahwa hak imâmah (menjadi pemimpin umat Islam) tidak keluar dari keturunan Ali . Apabila imâmah ternyata tidak dalam genggaman keturunan Ali , berarti ada kezaliman dari pihak lain, atau imam yang berhak sedang menerapkan konsep taqiyyah.
Fenomena lemahnya iman - Syeikh Solah al MunajjidImran
Sangat-sangat digalakkan untuk dibaca !
Dalam dunia yang penuh fitnah dan bermacam-macam cabaran. Ia merupakan satu yang ujian berat di akhir zaman ini. Fenomena lemahnya iman dikalangan masyarakat kita semakin meruncing.
Syeikh solah al munajjid, seorang ulama arab saudi telah menulis buku berkenaan fenomena lemahnya iman di zaman ni untuk menyedarkan masyarakat muslim yang ada. Sangat digalakkan untuk membaca.
Syeikh solah munajjid juga kadang kala dikenali melalui website islamqa. Beliau merupakan general supervisor dan pengasas website islamqa.
AL-USHUL ATS-TSALATSAH: MATAN DAN TERJEMAH.
Tiga Pondasi yang Wajib Diketahui Setiap
Muslim (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab)
Daftar Isi :
Empat Kewajiban Setiap Muslim.
Tiga Keyakinan Terhadap Allah.
Makna Hanif.
Tiga Hal yang Wajib Diketahui Setiap Muslim.
Mengenal Allah.
Mengenal Agama.
Mengenal Nabi Muhammad.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
ramadhan, puasa, bulan ramadhan, bulan puasa, hukum puasa, persiapan puasa, bekal ramadhan, sunnah ramadhan, keutamaan ramadhan, syariat ramadhan, fiqih ramadhan, fiqih puasa, berkah ramadhan, keutamaan puasa, kiat meraih berkah ramadhan, pahala puasa, syariat puasa, e book ramadhan, panduan ramadhan, meraih surga ramadhan, kebaikan bulan ramadhan, keutamaan bulan ramadhan, sesuai sunnah, sunnah
silahkan didownload dan disebarkan.
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015ilmu ilmu
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian
Gugatan Sederhana merupakan sebuah gebrakan dari Mahkamah Agung sebagai penyelenggara
tertinggi kekuasaan kehakiman di Indonesia yang patut diapresiasi sebagai upaya menciptakan prosedur
penyelesaian sengketa yang lebih sederhana, cepat dan biaya ringan. Sebuah gebrakan yang membuka
jalan bagi masyarakat dalam memperoleh keadilan yang selama ini mungkin berfikir seribu kali sebelum
memutuskan untuk mengajukan Gugatan karena alasan ketidakpastian lamanya penyelesaian Gugatan.
Selama ini penerapan asas sederhana, cepat dan biaya ringan masih jauh panggang dari api. Kini dengan
adanya Peraturan Mahkamah Agung ini tersedia prosedur yang lebih sederhana dan lebih cepat untuk
penyelesaian Gugatan, walaupun masih terbatas pada Gugatan yang termasuk kategori sederhana, yaitu
Gugatan dengan nilai materil maksimal 200 juta dan pembuktian nya bersifat sederhana. Penerapan
asas sederhana dan cepat tampak dari ketentuan batas waktu penyelesaian gugatan yaitu 25 hari sejak
hari sidang pertama.
PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA MENURUT PERMA NO 2 TAHUN 2015
Meraih khusyu’ dalam ibadah (1)
1. 1/13/2017 Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
https://muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html 1/6
Abdullah Taslim, Lc., MA. 5/12/2013
Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html
ﺑﺳﻡ ﷲ ﺍﻟﺭﺣﻣﻥ ﺍﻟﺭﺣﻳﻡ
Khusyu’ dalam ibadah kedudukannya seperti ruh/jiwa dalam tubuh manusia
1
, sehingga ibadah yang dilakukan
tanpa khusyu’ adalah ibarat tubuh tanpa jasad alias mati.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala memuji para Nabi dan Rasul Shallallahu’alaihi Wasallam dengan sifat mulia ini, yang
mereka adalah hambahambaNya yang memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman:
{َِﻳﻥﻌِﺷَﺎﺧ َﺎﻧَﻟ ﻭﺍُﻧَﺎﻛ ًَﺎ ﻭﺑَﻫَﺭ ًَﺎ ﻭﺑَﻏََﺎ ﺭﻧَﻧُﻭﻋْﺩَﻳ َِ ﻭﺕﺍَْﺭﻳَﺧْﻲ ﺍﻟِﻓ َُﻭﻥﻋ ِﺎﺭَﺳُﻳ ﻭﺍُﻧَﺎﻛ ْﻡُﻬﱠﻧِﺇ}
“Sesungguhnya mereka adalah orangorang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatanperbuatan
yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orangorang
yang khusyu’ (dalam beribadah)” (QS alAnbiyaa’: 90).
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala memuji hambahambaNya yang shaleh dengan sifatsifat mulia yang ada pada
mereka, di antaranya sifat khusyu’:
{ِﺕﺎَﻗِّﺩَﺻَﺗُﻣْﺍﻟ َ ﻭَِﻳﻥﻗِّﺩَﺻَﺗُﻣْﺍﻟ َِ ﻭﺕﺎَﻌِﺷَﺎﺧْﺍﻟ َ ﻭَِﻳﻥﻌِﺷَﺎﺧْﺍﻟ َِ ﻭﺕﺍَﺭِﺑﺎﱠﺻﺍﻟ َ ﻭَﻳﻥ ِﺭِﺑﺎﱠﺻﺍﻟ َِ ﻭﺕﺎَﻗِﺩﺎﱠﺻﺍﻟ َ ﻭَِﻳﻥﻗِﺩﺎﱠﺻﺍﻟ َِ ﻭﺕَﺎﺗِﻧﺎَﻘْﺍﻟ َ ﻭَِﻳﻥﺗِﻧﺎَﻘْﺍﻟ َِ ﻭﺕَﺎﻧِﻣْﺅُﻣْﺍﻟ َ ﻭَِﻳﻥﻧِﻣْﺅُﻣْﺍﻟ َِ ﻭﺕﺎَﻣِﻠْﺳُﻣْﺍﻟ َ ﻭَﻳﻥِﻣِﻠْﺳُﻣْ ﺍﻟﱠﻥِﺇ
ﺎًﻣﻳِﻅَﻋ ﺍًﺭْﺟَﺃ َ ﻭًﺓَﺭِﻔْﻐَﻣ ْﻡُﻬَﻟ ُ ﱠ梂� ﱠﺩَﻋَِ ﺃﺕﺍَﺭِﻛﺍﱠﺫﺍﻟ َﺍ ﻭًﻳﺭِﺛَﻛ َ ﱠ梂� َﻳﻥ ِﺭِﻛﺍﱠﺫﺍﻟ َِ ﻭﺕﺎَﻅِﻓﺎَﺣْﺍﻟ َ ﻭْﻡُﻬَﺟﻭُﺭُﻓ َﻳﻥِﻅِﻓﺎَﺣْﺍﻟ َِ ﻭﺕﺎَﻣِﺋﺎﱠﺻﺍﻟ َ ﻭَﻳﻥِﻣِﺋﺎﱠﺻﺍﻟ َ}ﻭ
“Sesungguhnya lakilaki dan perempuan yang muslim, lakilaki dan perempuan yang mu’min, lakilaki dan
perempuan yang tetap dalam keta’atannya, lakilaki dan perempuan yang benar, lakilaki dan perempuan yang
sabar, lakilaki dan perempuan yang khusyu’, lakilaki dan perempuan yang bersedekah, lakilaki dan perempuan
yang berpuasa, lakilaki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, lakilaki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS alAhzaab:
35).
Bahkan Allah Ta’ala menjadikan sifat agung ini termasuk ciri utama orangorang yang sempurna imannya dan
sebab keberuntungan mereka
2
, dalam firmanNya:
{َﻭﻥُﻌِﺷَﺎﺧ ْﻡِﻬِﺗﻼَﺻ ﻲِﻓ ْﻡُﻫ َِﻳﻥﺫﱠ، ﺍﻟَﻭﻥُﻧِﻣْﺅُﻣْ ﺍﻟَﺢَﻠْﻓَْ ﺃﺩَﻗ}
“Sesungguhnya beruntunglah orangorang yang beriman, (yaitu) orangorang yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS
alMu’minuun: 12)”.
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memohon kepada Allah Ta’ala sifat mulia ini dalam doa
beliau Shallallahu’alaihi Wasallam: “Ya Allah, hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah aku sebagai
orang miskin, kumpulkanlah aku di dalam golongan orangorang miskin pada hari kiamat”
3
.
Arti “orang miskin” dalam hadits ini adalah orang yang selalu merendahkan diri, tunduk dan khusyu’ kepada Allah
Ta’ala
4
.
Arti khusyu’ dan hakikatnya
Secara bahasa khusyu’ berarti assukuun (diam/tenang) dan attadzallul (merendahkan diri). Sifat mulia ini
bersumber dari dalam hati yang kemudian pengaruhnya terpancar pada anggota badan manusia.
Imam Ibnu Rajab berkata: “Asal (sifat) khusyu’ adalah kelembutan, ketenangan, ketundukan, dan kerendahan diri
dalam hati manusia (kepada Allah Ta’ala). Tatkala Hati manusia telah khusyu’ maka semua anggota badan akan
2. 1/13/2017 Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
https://muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html 2/6
ikut khusyu’, karena anggota badan (selalu) mengikuti hati, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam: “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik
maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh
manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”.
Maka jika hati seseorang khusyu’, pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut
khusyu’, (bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya”
5
.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Para ulama sepakat (mengatakan) bahwa khusyu’ tempatnya dalam hati dan
buahnya (tandanya terlihat) pada anggota badan”
6
.
Syaikh ‘Abdur Rahman asSa’di berkata: “Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan
Allah Ta’ala dengan merasakan kedekatanNya, sehingga hatinya merasa tentram dan jiwanya merasa tenang,
(sehingga) semua gerakan (angota badannya) menjadi tenang, tidak berpaling (kepada urusan lain), dan bersikap
santun di hadapan Allah, dengan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang dilakukannya dalam shalat, dari
awal sampai akhir. Maka dengan ini akan sirna bisikanbisikan (Setan) dan pikiranpikiran yang buruk. Inilah ruh
dan tujuan shalat”
7
.
Inilah makna ucapan salah seorang ulama salaf ketika beliau melihat seorang lakilaki yang bermainmain dalam
shalatnya: “Seandainya hati orang ini khusyu’ maka akan khusyu’ semua anggota tubuhnya”
8
.
Lebih lanjut, imam alBagawi memaparkan makna ini dalam ucapan beliau: “Para ulama berbeda (pendapat)
dalam makna khusyu’, Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu berkata: “(Orangorang yang khusyu’ adalah) mereka yang
selalu tunduk dan merendahkan diri (kepada Allah Ta’ala). alHasan (alBashri) dan Qatadah berkata: “(Mereka
adalah) orangorang yang selalu takut (kepadaNya)”. Muqatil berkata: “(Mereka adalah) orangorang yang
merendahkan diri (kepadaNya)”. Mujahid berkata: “Khusyu’ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan
suara”. Khusyu’ (artinya) mirip dengan khudhu’, cuma khudhu’ ada pada (anggota) badan, sedangkan khusyu’ ada
pada hati, badan, pandangan dan suara. Allah Ta’ala berfirman:
{ِﻥَﻣْﺣﱠﻠﺭِﻟ ُﺍﺕ َﻭْﺻِ ﺍﻷﺕَﻌَﺷَﺧ َ}ﻭ
“Dan (pada hari kiamat) khusyu’lah (merendahlah) semua suara kepada Yang Maha Pemurah” (QS Thaahaa:
108)”
9
.
Khusyu’ adalah buah manis dari ilmu yang bermanfaat
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah berdoa: “Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa
yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan”
10
.
Dalam hadits yang agung ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menggandengkan empat perkara yang
tercela ini, sebagai isyarat bahwa ilmu yang tidak bermanfaat memiliki tandatanda buruk, yaitu hati yang tidak
khusyu’, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan
11
, nu’uudzu billahi min dzaalik.
Imam Ibnu Rajab alHambali berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu yang tidak menimbulkan (sifat) khusyu’
dalam hati maka ini adalah ilmu yang tidak bermanfaat”
12
.
Maka hadits ini merupakan argumentasi yang menunjukkan bahwa sifat khusyu’ adalah termasuk buah yang
manis dan agung dari ilmu yang bermanfaat.
Imam al‘Alai berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam (dalam hadits ini) menggandengkan antara
memohon perlindungan (kepada Allah Ta’ala) dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dari hati yang tidak khusyu’,
(maka) ini mengisyaratkan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang mewariskan sifat khusyu’ (dalam diri
manusia)”
13
.
3. 1/13/2017 Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
https://muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html 3/6
Lebih lanjut, imam Ibnu Rajab menjelaskan keterikatan antara ilmu yang bermanfaat dan sifat khusyu’ dalam
ucapan beliau: “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang merasuk dan menyentuh hati manusia, kemudian
menumbuhkan dalam hati ma’rifatullah (mengenal Allah Ta’ala dengan namanamaNya yang maha indah dan
sifatsifatNya yang maha sempurna) dan meyakini kemahabesaranNya, (demikian pula) rasa takut,
pengagungan, pemuliaan dan cinta (kepadaNya). Tatkala sifatsifat ini telah menetap dalam hati (seorang
hamba), maka hatinya akan khusyu’ lalu semua anggota badannyapun akan khusyu’ mengikuti kekhsyu’an
hatinya”
14
.
Inilah keutamaan khusyu’ yang merupakan buah utama ilmu yang bermanfaat, sekaligus merupakan ilmu yang
pertama kali diangkat oleh Allah Ta’ala dari muka bumi ini
15
, sebagaimana dalam hadits riwayat Abu Darda’
Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Yang pertama kali diangkat (oleh
Allah) dari umat ini adalah sifat khusyu’, sehingga (nantinya) kamu tidak akan melihat lagi seorang yang khusyu’
(dalam ibadahnya)”
16
.
Khusyu’ dalam shalat
Sifat khusyu’ dituntut dalam semua bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, akan tetapi dalam ibadah
shalat, sifat yang agung ini lebih terlihat wujud dan pengaruh positifnya.
Imam Ibnu Rajab alHambali berkata: “Sungguh Allah telah mensyariatkan bagi hambahambaNya berbagai
macam ibadah yang akan tampak padanya kekhusyu’an (anggota) badan (seorang hamba) yang bersumber dari
kekhusyu’an, ketundukan dan kerendahan diri dalam hatinya. Dan termasuk ibadah yang paling tampak padanya
kekhusyu’an adalah ibadah shalat. Allah Ta’ala memuji hambahambaNya yang khusyu’ dalam shalat mereka
dalam firmanNya:
{َﻭﻥُﻌِﺷَﺎﺧ ْﻡِﻬِﺗﻼَﺻ ﻲِﻓ ْﻡُﻫ َِﻳﻥﺫﱠ، ﺍﻟَﻭﻥُﻧِﻣْﺅُﻣْ ﺍﻟَﺢَﻠْﻓَْ ﺃﺩَﻗ}
“Sesungguhnya beruntunglah orangorang yang beriman, (yaitu) orangorang yang khusyu’ dalam shalatnya” (QS
alMu’minuun: 12)”
17
.
Syaikh Muhammad bin Shaleh al‘Utsaimin berkata: “Para ulama menafsirkan (arti) khusyu’ dalam shalat yaitu
diamnya anggota badan yang disertai dengan ketenangan (dalam) hati. Maksudnya:
menghadirkan/mengkonsentrasikan hati dalam shalat dan menjadikan anggota badan tenang, maka tidak ada
perbuatan siasia dan bermainmain (dalam shalat) disertai hati yang hadir berkonsentrasi menghadap ke pada
Allah Ta’ala. Tatkala hati (seorang hamba) menghadap kepada Allah Ta’ala yang maha mengetahui isi hati, maka
pasti hamba tersebut akan (meraih) khusyu’ (dalam shalatnya) dan memusatkan pikirannya kepada Zat yang dia
sedang bermunajat kepadaNya, yaitu Allah Ta’ala. Kalau demikian khusyu’ adalah sifat ruhani dalam diri manusia
yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan anggota badan”
18
.
Ciri inilah yang ada pada orangorang yang sempurna keimanannya, para Shahabat Radhiallahu’anhum,
sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
{ِﺩﻭُﺟﱡﺳ ﺍﻟ ِﺭَﺛَ ﺃْﻥِ ﻣْﻡِﻬِﻫﻭُﺟ ُﻲ ﻭِﻓ ْﻡُﻫﺎَﻣﻳِﺳ}
“Tandatanda meraka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud” (QS alFath: 29).
Imam Mujahid dan beberapa ulama ahli tafsir lainnya berkata tentang makna ayat ini: “Yaitu Khusyu’ (dalam
shalat) dan tawadhu’ (sikap merendahkan diri)”
19
.
Lebih lanjut, imam Ibnu Katsir menjelaskan manfaat dan faidah besar dari shalat yang khusyu’ dalam membawa
seorang mukmin untuk merasakan kemanisan iman dan menjadikan shalatnya sebagai qurratul ‘ain
(penyejuk/penghibur hati) baginya. Beliau berkata
20
: “Khusyu’ dalam shalat hanyalah akan diraih oleh orang yang
hatinya tercurah sepenuhnya kepada shalat (yang sedang dikerjakannya), dia hanya menyibukkan diri dan lebih
mengutamakan shalat tersebut dari halhal lainnya. Ketika itulah shalat akan menjadi (sebab) kelapangan
(jiwanya) dan kesejukan (hatinya), sebagamana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits
4. 1/13/2017 Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
https://muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html 4/6
riwayat imam Ahmad dan anNasai, dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “Allah menjadikan qurratul ‘ain (penyejuk/penghibur hati) bagiku pada (waktu aku
21
melaksanakan) shalat” .
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda kepada Bilal Radhiallahu’anhu:
22
“Wahai Bilal, senangkanlah (hati) kami dengan (melaksanakan) shalat” .
Cara untuk meraih khusyu’
Dikarenakan sifat khusyu’ sumbernya dari dalam hati manusia, maka sifat ini hanya bisa diraih dengan taufik dan
anugerah dari Allah Ta’ala. Oleh karena itu, cara utama untuk meraih sifat mulia ini dan sifatsifat agung lainnya
dalam agama adalah dengan banyak berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, imam Mutharrif bin ‘Abdillah bin asySyikhkhiir berkata: “Aku mengingatingat apakah penghimpun
segala kebaikan, karena kebaikan itu banyak; puasa, shalat (dan lainlain). Semua kebaikan itu ada di tangan
Allah Ta’ala, maka jika kamu tidak mampu (memiliki) apa yang ada di tangan Allah Ta’ala kecuali dengan
memohon kepadaNya agar Dia memberikan semua itu kepadamu, maka berarti penghimpun (semua) kebaikan
23
adalah berdoa (kepada Allah Ta’ala)” .
Kemudian sifat khusyu’ akan diraih insya Allah dengan seorang hamba mengenal Allah Ta’ala dengan cara yang
benar,melalui pemahaman terhadap namanamaNya yang maha indah dan sifatsifatNya yang maha sempurna.
Inilah ilmu yang paling mulia dalam Islam dan merupakan jalan utama untuk meraih semua sifat dan kedudukan
yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Orang yang paling sempurna dalam penghambaan diri (kepada Allah Ta’ala) adalah
orang yang menghambakan diri (kepadaNya) dengan (memahami kandungan) semua nama dan sifatNya yang
24
(bisa) diketahui oleh manusia” .
Imam Ibnu Rajab alHambali memaparkan hal ini dalam ucapan beliau:
“Asal (sifat) khusyu’ yang terdapat dalam hati tidak lain (bersumber) dari ma’rifatullah (mengenal Allah Ta’ala
dengan memahami namanamaNya yang maha indah dan sifatsifatNya yang maha sempurna), mengenal
keagunganNya, kemuliaanNya dan kesempurnaanNya. Sehingga barangsiapa yang lebih mengenal Allah maka
dia akan lebih khusyu’ (kepadaNya).
Sifat khusyu’ dalam hati manusia bertingkattingkat (kesempurnaannya) sesuai dengan
bertingkattingkatnya pengetahuan (dalam) hati manusia terhadap Zat yang dia tunduk kepadaNya (Allah Ta’ala)
dan sesuai dengan bertingkattingkatnya penyaksian hati terhadap sifatsifat yang menumbuhkan kekhusyu’an
(kepada Allah Ta’ala).
Ada hamba yang (meraih) khusyu’ (kepadaNya) karena penyaksiannya yang kuat terhadap kemahadekatan dan
penglihatanNya (yang sempurna) terhadap apa yang tersembunyi dalam hati hambaNya, sehingga ini
menimbulkan rasa malu kepada Allah Ta’ala dan selalu merasakan pengawasanNya dalam semua gerakan dan
diamnya hamba tersebut.
Ada juga yang (meraih) khusyu’ karena penyaksiannya terhadap kemahasempurnaan dan kemahaindahanNya,
sehingga ini menjadikannya tenggelam dalam kecintaan kepadaNya serta kerinduan untuk bertemu dan
memandang wajahNya.
(Demikian pula) ada yang meraih khusyu’ karena penyaksiannya terhadap kerasnya siksaan, pembalasan dan
hukumanNya, sehingga ini membangkitkan rasa takutnya kepada Allah.
Maka Allah Ta’ala Dialah yang memperbaiki hati hambahambaNya yang tanduk dan remuk hatinya kepadaNya.
Allah Ta’ala maha dekat kepada hambaNya yang bermunajat kepadaNya dalam shalat dan menempelkan
wajahnya ke tanah ketika sujud, sebagaimana Dia maha dekat kepada hambaNya yang berdoa, memohon dan
meminta ampun kepadaNya atas dosadosanya di waktu sahur. Dia maha mengabulkan doa hambaNya serta
5. 1/13/2017 Meraih Khusyu’ Dalam Ibadah (1)
https://muslim.or.id/13989meraihkhusyudalamibadah1.html 5/6
memenuhi permohonannya, dan tidak ada sebab untuk memberbaiki kekurangan seorang hamba yang lebih
agung dari kedekatan dan pengabulan doa dariNya”
25
.
Pemaparan imam Ibnu Rajab di atas merupakan makna firman Allah Ta’ala:
{ُءﺎَﻣَﻠُﻌِْ ﺍﻟﻩِﺩﺎَﺑِﻋ ْﻥِ ﻣَ ﱠ梂� َﻰﺷْﺧَﻳ ﺎَﻣﱠﻧِﺇ}
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambahambaNya, hanyalah orangorang yang berilmu
(mengenal Allah Ta’ala)” (QS Faathir:28).
Imam Ibnu Katsir berkata: “Arti (ayat ini): Hanyalah orangorang yang berilmu dan mengenal Allah yang memiliki
rasa takut yang sebenarnya kepada Allah, karena semakin sempurna pemahaman dan penegetahuan (seorang
hamba) terhadap Allah, Zat Yang Maha Mullia, Maha kuasa dan Maha Mengetahui, yang memiliki sifatsifat yang
maha sempurna dan namanama yang maha indah, maka ketakutan (hamba tersebut) kepadaNya semakin besar
pula”
26
.
Catatan Kaki
1 Lihat kitab “Badai’ul fawaid” (3/518), “Faidhul Qadiir” (3/88), “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 547) dan
“Taudhiihul ahkaam min buluugil maraam” (2/82).
2 Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 547).
3 HR atTirmidzi (4/577), Ibnu Majah (no. 4126) dan alHakim (4/358), dinyatakan shahih oleh imam alHakim,
imam adzDzahabi dan syaikh alAlbani.
4 Lihat kitab “alKhusyu’ fish shalaah” (hal. 34) dan “Tuhfatul ahwadzi” (7/16).
5 Kitab “alKhusyu’ fish shalaah” (hal. 1112).
6 Kitab “Madarijus saalikiin” (1/521).
7 Keterangan syaikh ‘Abdur Rahman asSa’di dalam kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 547).
8 Dinukil oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmu’ul fatawa” (18/273) dan imam Ibnu Rajab dalam “al
Khusyu’ fish shalaah” (hal. 12).
9 Kitab “Tafsir alBaghawi” (hal. 408).
10 HSR Muslim (no. 2722).
11 Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (9/319) dan “Faidhul Qadiir” (2/108).
12 “Waratsatul anbiyaa’” (Majmuu’u rasailil haafizh Ibni Rajab alHambali 1/17).
13 Dinukil oleh imam alMunawi dalam kitab “Faidhul Qadiir” (2/153).
14 “Waratsatul anbiyaa’” (Majmuu’u rasailil haafizh Ibni Rajab alHambali 1/16).
15 Lihat kitab “alKhusyuu’u fish shalaah” (hal. 15).
16 HR athThabarani dalam “Musnadusy Syaamiyyiin” (2/400), dinyatakan shahih oleh syaikh alAlbani dalam “al
Jaami’ush shahiih” (no. 2569).
17 Kitab “alKhusyu’ fish shalaah” (hal. 22).
18 Kitab “Fathu Dzil jalaali wal ikraam bisyarhi buluugil maraam” (1/571).
19 Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (4/260).
20 Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/319).