BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIYunisa Astuti
MAKALAH HADITS BAB I II III
TEMA : " BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI"
TERDIRI DARI 6 RUMUSAN MASALAH YAITU MENGENAI NIAT, KONSISTEN DALAM BERAMAL, RIYA, PERILAKU DENGAN AKHLAK, KEJUJURAN, PERTOLONGAN ALLAH SWT
Tafsir al Fatihah Syekh Atha Abu RasytahWahyu Nugroho
Tafsir surat Al Fatihah karya Syaikh Atho Abu Rusytah disampaikan oleh ust Yasin saat Kajian Islam mingguan di Masjid Syubhan SMP Al Azhar Kaujon Serang
BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJIYunisa Astuti
MAKALAH HADITS BAB I II III
TEMA : " BERAMAL DENGAN IKHLAS DAN TINGKAH LAKU TERPUJI"
TERDIRI DARI 6 RUMUSAN MASALAH YAITU MENGENAI NIAT, KONSISTEN DALAM BERAMAL, RIYA, PERILAKU DENGAN AKHLAK, KEJUJURAN, PERTOLONGAN ALLAH SWT
Tafsir al Fatihah Syekh Atha Abu RasytahWahyu Nugroho
Tafsir surat Al Fatihah karya Syaikh Atho Abu Rusytah disampaikan oleh ust Yasin saat Kajian Islam mingguan di Masjid Syubhan SMP Al Azhar Kaujon Serang
makalah dengan judul “Ikhsan dalam Pandangan Al-Qur’an”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Media dalam Pengembangan Karakter Islam (Perspektif Al-Qur’an dan Hadis) , dengan dosen pengasuh Prof. Dr. Abdul Rahim Arsyad, MA. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. BAB V
SIKAP DAN PERILAKU SALING MENASEHATI DAN BERBUAT BAIK
( IHSAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI )
A. Pengertian Perilaku Ihsan
Ihsan berasal dari kata َ ُﻦﺴَﺣyang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ْ َﺎنﺴْ ِﺣا, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an
mengenai hal ini.Perilaku Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi
target seluruh hamba Allah SWT. Sebab, perilaku ihsan menjadikan kita sosok yang
mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di mata Allah swt. Rasulullah
saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah
kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
Syaikh ‘Abdurrahman as Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa ihsan mencakup dua
macam, yakni ihsan dalam beribadah kepada Allah dan ihsan dalam menunaikan hak sesama
makhluk. Ihsan dalam beribadah kepada Allah maknanya beribadah kepada Allah seolah-olah
melihat-Nya atau merasa diawasi oleh-Nya. Sedangkan ihsan dalam hak makhluk adalah dengan
menunaikan hak-hak mereka. Ihsan kepada makhluk ini terbagi dua, yaitu yang wajib dan
sunnah. Yang hukumnya wajib misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap adil dalam
bermuamalah. Sedangkan yang sunnah misalnya memberikan bantuan tenaga atau harta yang
melebihi batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu bentuk ihsan yang paling utama adalah
berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau
perbuatannya.
Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas
akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian
terbesar dari keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman,
Islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya yang
shahih. Hadist ini menceritakan saat Raulullah saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril —yang
menyamar sebagai seorang manusia— mengenai Islam, iman, dan ihsan. Setelah Jibril pergi,
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Inilah Jibril yang datang mengajarkan
kepada kalian urusan agama kalian.” Beliau menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan
bahkan Allah swt.memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.
2. B. Dalil-dalil yang terdapat perilaku Ihsan
1. Dalil Naqli
Dalam sebuah ayat dikatakan,
Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-Baqarah: 195)
إ
ِ ◌
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi
(kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka
kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada
kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS. Al-
Isra’: 7)
2. Dalil Aqli
Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan
dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada
orang lain.” (HR. Muslim)
“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu.
Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang
mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).
َ ﺔَْﺤﺑﱠ اﻟﺬْ ُﻮﻨِﺴ ْ َﺣﺎَ ﻓْ ُﻢﺘْ َﺤﺑَ ذَا ِذاَوَ َﺔْﻠﺘَﻘْ اﻟُْﻮﻨِﺴ ْ َﺣﺎَ ﻓْ ُﻢﺘْ َﻠﺘَ ﻗَا ِذﺎَ ﻓ, ٍءْ َﻲﺷﱢ ُﻞﻛَﻰَﻠﻋ ََﺎنﺴ ْ ﺣ ِ ْﻻاُ ُﻢﻜْﯿََﻠﻋَ َﺐﺘَﻛَﷲﱠِنا
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik…” (HR.
Muslim)
3. C. Landasan Syar’i Ihsan
Pertama, Al-Qur`anul Karim
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan. Dari sini kita dapat menarik
satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang
sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
Artinya ; Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. ( QS. Al Baqarah : 83 )
Kedua, As-Sunnah
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan
puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadist-hadist mengenai ihsan
tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah
saw. menerangkan mengenai ihsan, ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan
dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan : “Engkau menyembah
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.”(HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:
ُْﻮﻨِﺴَْﺣَﺎﻔُْﻤﺘَْﺤﺑََاذِذاَ َوﺔَْﻠَﺘﻘْ اﻟُْﻮﻨِﺴَْﺣَﺎﻔُْﻤْﺘ َﻠﺘَﻗَاِذﺎَﻓ, ٍءْ َﻲﺸﱢ ُﻠﻜ ََﻠﻌَﻧَﺎﺴْﺣ ِ ْﻻ ُﺎﻤُْﻜﯿََﻠﻌَﺒَﺘَﻜَﮭﱠﺎﻟﻠِﻧاَﺔَْﺤﺑﱠ اﻟﺬ
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan
baik…” (HR. Muslim)
Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah,
seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan
syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh
seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa
yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa
memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal
seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat
menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah
tersebut akan seperti yang diharapkan. Inilah maksud dari perkataan Rasulullah saw yang
4. berbunyi, “Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas.
Maka, selain jenis ibadah yang kita sebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis
ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri,
meniatkan setiap yang mubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena
itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu
senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:
1) Ihsan kepada Orang Tua
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam kitab-Nya.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-isra : 23)
Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru bin Ash, Rasulullah saw.
Bersabda :
ِ ْﻦﯾَﺪِﻟاَ ْﻟﻮ ﺎِﻄْ ُﺨﺴ ِﻔُِﺎﻟﻠﮭ ﻄْ ُﺨﺳَ ِﻮﻨْﯾَﺪِﻟاَ ْﻟﻮ ﺎ َِﺿ ﺮ ِﻔُﮭﺎﻟﻠ َِﺿ ر
Artinya : “Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah berada
pada kemurkaan orang tua.”
Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada Allah tidak akan diterima, jika
tidak disertai dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila kita tidak memiliki kebaikan
ini, maka bersamaan dengannya akan hilang ketakwaan, keimanan, dan keislaman. Dan Akhlak
kepada sesama manusia yang paling utama kepada kedua orang tua, berakhlak kepada mereka
adalah dengan berbakti kepada keduanya, baik ketika hidup ataupun setelah wafatnya,
sebagimana hadits Nabi :
Artinya : Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idy berkata : “Tatkala kami sedang bersama
Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah seraya bertanya : “Ya
Rasulallah apakah masih ada kesempatan untuk saya berbakti kepada Ibu Bapak saya setelah
keduanya wafat?” Nabi menjawab : “Ya, dengan mendoakan keduanya, memohon ampun
unyuknya, melaksanakan janjinya dan menyambung silaturrahmi dari sanak saudarnya serta
memuliakan teman-temannya
2) Ihsan kepada kerabat karib.
5. Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan mereka,
bahkan Allah SWT menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silatuhrahmi dengan
perusak dimuka bumi. Allah berfirman :
”Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan.?” (Muhammad: 22)
Silaturahmi adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah.Hal ini dikarenakan sebab paling
utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya
hubungan silaturahmi. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:
ُﮫﱡَﺘﺘَﺑَﺎﮭَﻌََﻄﻘْﻨَ ﻣَ ُﻮﮭُْﺘ ﻠَﺻَ َﺎوﮭَﻠَﺻَ ْﻮﻨَ َﻤﻔِﯿْﻤﺳْﺎِﻨَﺎﻣﮭَُﻠْﺘ َﻘﻘَﺷَ َﻮ ﻤِﱠﺣﺮُﺎﻟْﺘ َﻘَﻠﺨُﻨَ ﻤْﱠﺣﺮَﺎﻧَ أَ ُﻮﮭﱠ َﺎاﻟﻠﻧَ أ
“Aku adalah Allah, Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama
bagian dari nama-Ku.Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Ku sambungkan pula
baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubunganku
dengannya.” (HR. Turmuzdi)
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali
silaturahmi.” (HR. Syaikahni dan Abu Dawud)
3) Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, dan Turmuzdi, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku
dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…(seraya menunjukkan
jari telunjuk jari tengahnya).”
Diriwayatkan oleh Turmuzdi, Nabi saw. Bersabda :
ِ َﺈﻨِﯿِﻤﻠْﺴُْﻤ ِﺎﻟﻨْﯿَﺒِْﻨًﺎﻣِﯿﻤﺘَﯿََﻀﺒَﻘْﻨَ َﻤَﺎﻟﻘَ ﱠﻤ َﻠﺳَ ِﻮْﮭﯿََﻠﻌُﮭﱠ ﺎﻟﻠ ﱠ ﻠَﱠﺼﯿِ ﱠﺒﱠﺎﻟﻨَﻧ ﺄٍﱠﺎﺳﺒَِﻌﻨْﺑْﺎَﻨﻋَ ْﻤﻌَﯿَْﻧ أ ﱠ ِﻻ َإﺔﱠﻨَْﺠ ُﺎﻟﮭﱠ ُﺎﻟﻠﮭَﻠَْﺧدَ ِﺄِﮭ اﺑََﺮﺷَ ِﻮِﮭَﺎﻣﻌَ
ُﮫَُﻟﺮَﻔْ ُﻐﯾ َ ًﺎﻻﺒَْﻧَﺬﻟ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa—dari Kaum Muslimin—yang
memelihara anak yatim dengan memberi makan dan minumnya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga selamanya, selama ia tidak melakukan dosa yang tidak
terampuni.”
4) Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat.
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di
dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.
Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan,
pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya.Mereka semua
masuk ke dalam katagori tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja,
tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang
tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan
sebagai kerabat.
Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya :
ٌﺪْﺒَﻌُِﻤﻠْﺴُﯾ َ ِﻼھِﺪَﯿِ ﯿﺒِْﺴ َﻔﻨِﯾﺬﱠ اﻟَ َﻮ ﱠﻤ َﻠﺳَ ِﻮْﮭﯿََﻠﻌُﮭﱠ ﺎﻟﻠ ﱠ ﻠَِﺼﱠﮭ ﻟﻠ ُ ُﻮﻻﺳََﺮَﺎﻟﻘََﺎﻟﻗٍدُﻮﻌْﺴَ ِﻤﻨْﺒِﱠﮭ ِاﻟﻠﺪْﺒَﻌَْﻨﻋَﻘَ َﻤْﻠﺴَﯿ ﱠﺘَﺣِﻣُْﺆﯾ َ ﻻَ ُﻮﮭَُﺎﻧﺴِﻟَ ُﻮﮭُﺒْ ﻠ
ُﮫَﻘِﺋاَ َﻮﺒُھُرﺎََﺠﻨَ ﻣْ َﺄﯿ ﱠﺘَُﺤﻧ
6. Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, bersabda Rasulullah SAW : Demi Yang jiwaku berada di
tangan-NYA tidaklah selamat seorang hamba sampai hati dan lisannya selamat (tidak berbuat
dosa) dan tidaklah beriman (sempurna keimanannya) seorang hamba sehingga tetangganya
merasa aman dari gangguannya. (HR.Ahmad)
Pada hadits yang lain, Rasulullah bersabda :
ُﮫُﻓِ ْﺮﻌَﯾَ ُﻮھَ ٌﻮﻌِﺋﺎَُﺠھُرﺎَﺟَ ًﺎوَﺎﻧﻌْﺒَﺸَﺗَْﺒﺎﻨَ ِﯿﻤ ُﺒِﻨﻣُْﺆﯾَﻻ
“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan
tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. ath-Thabrani)
5) Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya.
Rasulullah saw. bersabda mengenai hal ini :
ِﺎﻣَْﻮﯿْ اﻟَ ِﻮﱠﮭ ِﺎﻟﻠ ُﺒِﻨﻣُْﺆﯿَﻧَﺎﻜْﻨَ ﻣُﮫَﻔْﯿَْﻀِﻣ ْﺮ ُﻜﯿْ َﻠﻓِ ﺮِﺧ ْ ﻵ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR.
Jama’ah, kecuali Nasa’i)
Selain itu, ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya, menjaga
hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta, dan memberinya
pelayanan.
ُ ُﻮﻻﺳَُﺮﮭَْﻨﻌَﺘَ ﻤََﺼﻔِِﻣدﺎَْﺨ ْﺎﻟَﻨﻋُﻮْﻔَﻋ ْﺄَﻤﻜِﱠﮭ ﻟﻠ َ ُﻮﻻﺳََﺎرﯿََﺎﻟﻘَﻔَ ﱠﻤ َﻠﺳَ ِﻮْﮭﯿََﻠﻌُﮭﱠ ﺎﻟﻠ ﱠ ﻠَﱢﺼﯿِ ﺒﱠﺎﻟﻨ َﻟِ ٌ ُﻺﺟََرﺎءَﺟﱠ َﻠﺳَ ِﻮْﮭﯿََﻠﻌُﮭﱠ ﺎﻟﻠ ﱠ ﻠَِﺼﱠﮭ ﻟﻠ
ﱠ ﻟﻠ َ ُﻮﻻﺳََﺎرﯿََﺎﻟﻘﱠُﻤ ﺜَ ﻣًﱠةﺮَ َﻤﻨِﯿْﻌﺒَﺴٍﻣَْﻮﯿﱠ ُﻠَﻜَﺎﻟﻘَﻔِِﻣدﺎَْﺨ ْﺎﻟَﻨﻋُﻮْﻔَﻋ ْﺄَﻤﻜِﮭ
Pada riwayat yang lain, dikatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata, “Ya, Rasulullah, berapa kali saya harus memaafkan hamba sahayaku?” Rasulullah
diam tidak menjawab.Orang itu berkata lagi, “Berapa kali ya, Rasulullah?”Rasul menjawab,
“Maafkanlah ia tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR. Abu Daud dan at-Turmuzdi).
ُھْﺪِْﻌ ُﻘﯿْ َﻠﻔُﮭَﻧﺎَُﺧدَُﻮھﱠﺮََﺤﯿِﻟَ ْوﺪَﻗَ ِﻮِﮭ ُﺒھَﺎءَﱠﺠُﻤ ُﺜﮭَ َﺎﻣﻌَُﻄﮭُِﻣدﺎَﺨُْﻤِﻛﺪََﺣ ِ َﻸﻌَﻨََاﺻِذ إَﻓ ً ِﯿﻼﻠَﻗًﺎھُﻮﻔْ َﺸ ُﻤَﺎﻣﱠﻌ َﺎﻟﻄﻧَﺎﻜِْﻧ َﺈﻔْ ُﻠﻛْ َﺄﯿْ َﻠﻔُﮭَﻌَ
ِ ْﻦﯿَﺘَﻠْ ُﻛ أَْو ًأَﺔﻠْ ُﻛ ُﺄﮭِْﻨِﻤھِﺪَﯿِﯿﻔْﻌََﻀﯿْ ﻟ
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang hamba sahaya membuat
makanan untuk salah seorang diantara kamu, kemudian ia datang membawa makanan itu dan
telah merasakan panas dan asapnya, maka hendaklah kamu mempersilahkannya duduk dan
makan bersamamu. Jika ia hanya makan sedikit, maka hendaklah kamu mememberinya satu
atau dua suapan.” (HR. Bukhari, Turmuzdi, dan Abi Daud)
Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan dilakukan dengan membayar gajinya
sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak sanggup
melakukannya, menjaga kehormatannya, dan menghargai pribadinya. Jika ia pembantu rumah
tangga, maka hendaklah ia diberi makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa
yang kita pakai.
Pada akhir pembahasan mengenai bab muamalah ini, Allah SWT menutupnya firman-Nya yang
berbunyi :
7. ٍ ُﻮرَﻔﻜٍﻧﱠاﻮَﱠﺨ ُﻠﱡﻜﺒُِﺤﯾ َ َﻼﮭﱠ ﱠﺎﻟﻠِﻧ ُﻮاإﻨَ َﺂﻣﻨِﯾﺬﱠ ِﺎﻟﻨَﻌُﻌِﻓَاﺪُﯿَﮭﱠ ﱠﺎﻟﻠ
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.Sesungguhnya Allah tidak
menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari ni'mat. (QS. Al-Hajj: 38)
Ayat di atas merupakan isyarat yang sangat jelas kepada siapa saja yang tidak berlaku
ihsan.Bahkan, hal itu adalah pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan kesombongan,
dua sifat yang sangat dibenci oleh Allah SWT.
6) Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia.
َ مْ ُﺖﻤَْﺼﯿِﻟَْوًااْﺮﯿَْﺨ ُﻠَﻘﯿْ َﻠﻓِ ﺮِﺧ ْ ِﺎﻵﻣَْﻮﯿْ اﻟَ ِﻮﱠﮭ ِﺎﻟﻠ ُﺒِﻨﻣ
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masih riwayat dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda :
ٌ َﺔﻗَﺪَِﺼﻓُْوﺮْﻌَ ْﻟﻤ ُ ﻻَْﻮﻗ
“Ucapan yang baik adalah sedekah.”
* Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai dalam
pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegahnya dari kemungkaran, menunjukinya
jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak
mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka.
7) Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.
Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya
jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja, dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan
menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta menggunakan pisau yang
tajam.
Inilah sisi-sisi ihsan yang datang dari nash Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
· Beberapa contoh ihsan dalam hal muamalah
Pada Perang Uhud, orang-orang Quraisy membunuh paman Rasulullah saw, yaitu Hamzah.
Mereka mencincang tubuhnya, membelah dadanya, serta memecahkan giginya, kemudian
seorang sahabat meminta Rasulullah saw. berdoa agar mereka diazab oleh Allah. Akan tetapi,
Rasulullah malah berkata :
َ نُْﻮَﻤْﻠﻌَﯾ َ ْﻼُﻤﮭﱠِﻧﺎَﻔْﯿِﻣَْﻮﻗِﺪْھﱠﺎُﻤﮭﱠﻠ َﻟا
“Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka adalah kaum yang bodoh.”
D. Keutamaan Ihsan
8. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ِإ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
ihsan.” (QS. An Nahl: 128).
Dalam ayat ini Allah menunjukkan keutamaan seorang muhsin yang bertakwa kepada Allah,
yang tidak meninggalkan kewajibannya dan menjauhi segala yang haram. Kebersamaan Allah
dalam ayat ini adalah kebersamaan yang khusus. Kebersamaan khusus yakni dalam bentuk
pertolongan, dukungan, dan petunjuk jalan yang lurus sebagai tambahan dari kebersamaan Allah
yang umum (yakni pengilmuan Allah). Makna dari firman Allah َُﻮنﻨِﺴْ ﱡﺤ ُﻤﻤﮭَِﯾﻨﺬﱠاﻟَ و( dan orang-orang
yang berbuat ihsan) adalah yang mentaati Rabbnya, yakni dengan mengikhlaskan niat dan tujuan
dalam beribadah serta melaksankanan syariat Allah dengan petunjuk yang telah dijelasakan oleh
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam ayat lain Allah berfirman,
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat ihsan.” (Al Baqarah:195)
Ketika menafsirkan ayat ini Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa ihsan pada ayat ini mecakup
seluruh jenis ihsan. Hal ini karena tidak ada pembatasan pada ayat ini. Maka termasuk di
dalamnya ihsan dengan harta, kemuliaan, pertolongan, perbuatan memrintahkan yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dan perbuatan ihasan lain yng
diperintahkan oleh Allah. Termasuk di dalamnya juga adalah ihsan dalam beribadah kepada
Allah. Hal ini sebagaimnan sabda Nabi ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-
Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.. Barangsiapa yang
memiliki sifat ihsan tersebut, maka dia tergolong orang-orang yang Allah terangkan dalam
firman-Nya ٌَةدَﺎﯾِ زَﻮ َﻨْﺴُْﺤُﻮااﻟَﻨﺴْ َﺣ َﺄﻨِﯾﺬﱠِﻠﻟ“Bagi orang-orang yang berbuat ihsan, ada pahala yang terbaik
(surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah ta’ala)” (QS Yunus: 26) Allah akan
bersamanya, memberinya petunjuk, membimbingnya, serta menolongnya dalam setiap
urusannya.
Allah Ta’ala juga berfirman,
9. “Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan)
di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat ihsan
(kebaikan) diantaramu pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 29)
E. Implementasi Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap ihsan ini harus berusaha kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita berbuat
amalan kataatan, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbesit niat
di hati kita untuk berbuat keburukan, maka kita tidak mengerjakannya karena sikap ihsan yang
kita miliki. Seseorang yang sikap ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha
membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena
dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya.Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah,
muamalah, dan akhlak seorang hamba. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal
ini tentu akan berusaha agar sampai pada tingkat tersebut. Siapa pun kita, di mata Allah tidak
ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam
seluruh amalannya. Kalau kita cermati pembahasan di atas, untuk meraih derajat ihsan, sangat
erat kaitannya dengan benarnya pengilmuan seseorang tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Pembiasaan perilaku ihsan yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam membentuk perilaku,
membina dan meningkatkan kualitas keimanan dan pengetahuan dikalangan siswa. Pembiasaan
bagi siswa ini lebih dituntut untuk menekankan amaliah yang mendorong dalam berbuat baik,
baik dalam perbuatan, ucapan dan lainnya.