2. 500 juta pengguna twitter.
19,5 juta jiwa (Indonesia)
850 juta pengguna FB
43,06 juta jiwa (indonesia).
Postingan di blog mencapai 2 (dua) juta
artikel,
setara dengan isi majalah TIME selama 770 juta tahun
Pengguna telepon genggam di Indonesia
berjumlah sekitar 125 juta jiwa, atau 53 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia 238 juta
jiwa.
3. sifat yang melekat
• Realtime (seketika).
• Partisipatif.
• Keterbukaan.
• Saling keterhubungan.
5. Pewartaan atas satu kegiatan, akan
melahirkan inspirasi, potensi kebaikan,
dan kegiatan yang lebih luas lagi.
Dengan begitu kesempatan untuk saling
mengisi, melengkapi, dan belajar
menjadi demikian lebar.
6. apa saja yang harus ditulis
Program kegiatan.
Sinopsis buku.
Testimoni pengunjung.
Wacana-Pemikiran tentang literasi.
Quotes keberaksaraan
Profil jejaring.
7. Direktori pelaku budaya, ekonomi,
hukum, dan politik setempat.
Menyusun daftar potensi sumber daya
lokal—termasuk di dalamnya adalah
potensi ekonomi kreatif
Success story.
Profil pegiat.
8. cara menulis
Gunakan paragaraf pendek.
Gunakan kalimat-kalimat pendek.
Gunakan kata-kata sederhana.
Menggunakan rata kiri.
Satu tulisan maksimal 4000 karakter.
Rumus paling mudah 5W + 1 H.
(what, who, where, when, why + how)
9. Ganti paragraf dengan enter dua kali.
Memperbanyak keyword dalam tulisan
yang ingin kita kejar di mesin pencari.
Fokus hanya menulis pada kompentensi
inti yang kita miliki.
10. Prinsip-Prinsip Ber-social Media
Tak congkak jika difollow, tak kecewa
jika diunfollow, tetap berkebajikan
ketika diblok, bersyukur saat kebaikan
diretweet.
11. Menista dan merendahkan pribadi
tweeps lain tidaklah
menjatuhkannya, itu hanya akan
menunjukkan betapa kerdil dan
hinanya diri kita sendiri.
12. Menjadi kritis tidak sama dengan
bersinis ria. Tidak bisa membedakan
keduanya menyulitkan kita untuk
memberi sumbangsih pada
kebenaran.
13. Semua tweeps itu guru, apapun tweet-
nya, bukan sebab mereka yang pasti
bijaksana, tetapi sebab kitalah yang
selalu belajar untuk menjadi bijaksana.
14. Tanggapan berlebihan, reaksi berlebihan
adalah tanda bahwa ada luka di hati kita,
seperti orang-orang yang kemudian
salaman, justru kesakitan karena ada
telusup di telapak tangannya. Maka
sembuhkanlah luka-luka kita.
15. Jika kita merasa semua tweeps punya
masalah dengan kita, maka curigalah
bahwa kita inilah masalahnya, lalu
kita berbenah.
16. Mengeluh pada banyak orang adalah
cara termudah untuk mengubah
gelap yang setitik menjadi pekat
semesta, maka jadilah bijaksana.
17. Setiap tweet yang baik itu sedekah,
ia lebih baik daripada pemberian
emas sepenuh bumi kalau diikuti
dengan ungkitan yang menyakiti.
18. Tweeter, facebook bisa membuat
yang jauh jadi dekat, tapi jangan
sampai membuat yang dekat jadi
jauh.
19. Berceritalah tentang diri kita, tapi
tidak usah banyak-banyak. Kenapa?
Yang mencintai kita tidak
memerlukannya, yang membenci
kita tidak akan percaya.
20. Cinta dan benci itu tipis bedanya, dan
itu terbukti di twitter, bagi orang yang
mencintai dan membenci itu biasanya
menyimak dengan sepenuh perhatian
tweet-nya orang yang diberi maupun
yang dicintainya, kemudian
menanggapinya dengan serius.
21. Menyebut asal tweet saat meretweet
kemudian copas dan inspired by
adalah bagian dari penghormatan kita
pada tweeps lain dan juga nurani kita.
22. Mungkin ada yang menyebut soal ini
sok suci sok soleh, dan lain sebagainya
ketika kita mericaukan hal yang baik-
baik, bagaimanapun juga tetaplah
berkebajikan.
23. Pandai itu mengagumkan, tapi
mengunjuk-unjukkan bahwa kita ini
pandai itu menyebalkan. Tampan itu
mempesona, tapi mengunjuk-unjukkan
bahwa diri kita ini tampan itu menjijikkan.
Saleh itu menakjubkan, tapi mengunjuk-
unjukkan bahwa diri kita ini orang saleh
itu memuakkan.
24. “Sebuah tulisan tidak pernah berhenti
menemukan dirinya. Tidak pernah
dipandang sebagai sesuatu yang selesai
atau sebuah ada (being). Sebaliknya ia
akan selalu hidup dalam proses menjadi
secara terus menerus (becoming). Dan
buat penulisnya merupakan proses
transformasi diri yang kompleks dan tak
mengenal kata akhir.”
--Yasraf Amir Piliang--