Laporan Praktikum Alat dan Mesin PengemasanMelina Eka
Dokumen tersebut membahas mengenai pengemasan dan pengalengan makanan. Secara umum dikemukakan bahwa pengemasan berfungsi untuk melindungi produk makanan, menjaga mutunya, dan meningkatkan daya tarik produk kepada konsumen. Pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pengalengan, pembotolan, vakum packing, dan sebagainya dengan mempertimbangkan sifat produk dan tujuan pengemasan.
Laporan ini menguji migrasi, gramatur, densitas, dan ketahanan jatuh dari berbagai kemasan makanan. Global migrasi diukur dengan menimbang kemasan sebelum dan sesudah direndam dalam simulan. Gramatur dan densitas ditentukan dengan menimbang dan mengukur tebal kemasan kertas. Ketahanan jatuh diuji dengan menjatuhkan kemasan dari ketinggian 75 cm untuk melihat kerusakan. Hasilnya digunakan untuk menge
Dokumen tersebut membahas karakteristik fisik dan kimia bahan hasil pertanian. Karakteristik fisik mencakup densitas, bentuk, tekstur, warna, dan sifat termal. Karakteristik kimia meliputi kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dokumen juga membahas sifat hidrasi seperti kadar air, aktivitas air, dan respirasi buah-buahan.
Laporan ini membahas proses penepungan singkong untuk menghasilkan tepung singkong. Tahapan prosesnya meliputi sortasi, pencucian, reduksi ukuran, blanching, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hasilnya adalah tepung singkong dengan berat 69 gram dan kadar air 34,5% yang memiliki warna putih kekuningan, rasa hambar, aroma khas singkong, dan tekstur kasar.
Dokumen tersebut membahas tentang proses daur ulang limbah plastik, mulai dari tahap persiapan bahan baku, proses produksi bijih plastik, hingga proses pembuatan produk akhir seperti kantong plastik. Tahapan utama meliputi sortasi, pemotongan, pencucian, pengeringan, pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pencetakan bijih plastik. Proses ini melibatkan campuran limbah plastik dengan bahan
Laporan Praktikum Alat dan Mesin PengemasanMelina Eka
Dokumen tersebut membahas mengenai pengemasan dan pengalengan makanan. Secara umum dikemukakan bahwa pengemasan berfungsi untuk melindungi produk makanan, menjaga mutunya, dan meningkatkan daya tarik produk kepada konsumen. Pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pengalengan, pembotolan, vakum packing, dan sebagainya dengan mempertimbangkan sifat produk dan tujuan pengemasan.
Laporan ini menguji migrasi, gramatur, densitas, dan ketahanan jatuh dari berbagai kemasan makanan. Global migrasi diukur dengan menimbang kemasan sebelum dan sesudah direndam dalam simulan. Gramatur dan densitas ditentukan dengan menimbang dan mengukur tebal kemasan kertas. Ketahanan jatuh diuji dengan menjatuhkan kemasan dari ketinggian 75 cm untuk melihat kerusakan. Hasilnya digunakan untuk menge
Dokumen tersebut membahas karakteristik fisik dan kimia bahan hasil pertanian. Karakteristik fisik mencakup densitas, bentuk, tekstur, warna, dan sifat termal. Karakteristik kimia meliputi kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dokumen juga membahas sifat hidrasi seperti kadar air, aktivitas air, dan respirasi buah-buahan.
Laporan ini membahas proses penepungan singkong untuk menghasilkan tepung singkong. Tahapan prosesnya meliputi sortasi, pencucian, reduksi ukuran, blanching, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Hasilnya adalah tepung singkong dengan berat 69 gram dan kadar air 34,5% yang memiliki warna putih kekuningan, rasa hambar, aroma khas singkong, dan tekstur kasar.
Dokumen tersebut membahas tentang proses daur ulang limbah plastik, mulai dari tahap persiapan bahan baku, proses produksi bijih plastik, hingga proses pembuatan produk akhir seperti kantong plastik. Tahapan utama meliputi sortasi, pemotongan, pencucian, pengeringan, pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pencetakan bijih plastik. Proses ini melibatkan campuran limbah plastik dengan bahan
Proses pembuatan tempe kedelai melalui fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus. Kedelai direndam, direbus, dicuci, dinokulasi dengan starter kapang, dibungkus dan diinkubasi selama 2-3 hari hingga menjadi tempe. Tempe mengandung protein dan bermanfaat sebagai sumber gizi.
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perlakuan perbandingan kulit-air dan interval agitasi pada proses pembuatan gelatin tipe B dari kulit sapi menggunakan ekstraksi basa. Beberapa parameter yang diamati antara lain rendemen, warna, kadar air, kadar abu, kekuatan gel, viskositas, dan stabilitas emulsi. Ekstraksi dilakukan dengan variasi perbandingan kulit-air dan interval agitasi. Hasil penelitian
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK Ilmianisa Azizah
Dokumen tersebut membahas tentang analisis proksimat yang dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk. Metode analisis proksimat meliputi pengukuran kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk dengan menggunakan metode analisis proksimat.
Eksperimen ini bertujuan membandingkan pengaruh variasi metode pencelupan (celup-mordan, mordan-celup, celup non mordan) terhadap ketahanan luntur warna kain nilon yang dicelupi ekstrak daun alpukat. Hasilnya akan diuji tahan gosok dan cuci.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi susut berat komoditi hasil pertanian seperti buah, sayuran, dan serelia selama penyimpanan. Berbagai perlakuan disimakan seperti suhu penyimpanan, keadaan permukaan, dan kondisi penyimpanan. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu dingin dan penyimpanan dalam wadah tertutup dapat meminimalkan susut berat selama penyimpanan.
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...Repository Ipb
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini mengkaji laju respirasi jeruk besar yang diolah secara minimal pada berbagai suhu penyimpanan dan menentukan komposisi atmosfir termodifikasi yang optimal untuk memperpanjang masa simpan.
2. Hasilnya menunjukkan suhu 10°C dan komposisi gas 3-5% O2, 5-7% CO2 mampu memperlambat laju respirasi dan memperpanjang masa simpan berdasarkan parameter mut
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu biji kakao melalui perlakuan perendaman biji kakao basah dengan larutan kapur selama proses fermentasi
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perendaman larutan kapur 5% menurunkan keasaman biji, meningkatkan kadar air dan lemak, serta menghasilkan warna dan aroma biji kakao yang lebih baik.
3. Metode ini dapat
Dokumen ini membahas tentang penyimpanan hasil pertanian. Penyimpanan dilakukan untuk menjaga agar hasil pertanian tidak mudah rusak akibat gangguan binatang atau serangga, untuk menghadapi masa paceklik, dan meningkatkan daya tahan komoditas. Teknik penyimpanan berbeda untuk setiap jenis produk pertanian dan berkaitan dengan suhu, kadar air, dan modifikasi atmosfer. Penyimpanan penting dalam sistem pangan k
1. Penelitian ini menguji pembuatan biobriket dari campuran tempurung dan cangkang biji karet dengan batubara pada berbagai suhu karbonisasi dan komposisi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa biobriket dengan nilai kalori tertinggi (6611 kal/gr) diperoleh pada suhu karbonisasi 500°C dengan komposisi 25% tempurung, 25% cangkang biji karet, dan 50% batubara.
3. Biobriket terba
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONALRepository Ipb
Pisang merupakan tanaman pangan penting di Indonesia. Produksi pisang mengalami penurunan akibat serangan penyakit layu darah. Penelitian ini mengembangkan varietas pisang kepok yang tahan penyakit yaitu 'Unti Sayang' dan melatih petani tentang budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi pisang secara berkelanjutan.
Proses pembuatan tempe kedelai melalui fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus. Kedelai direndam, direbus, dicuci, dinokulasi dengan starter kapang, dibungkus dan diinkubasi selama 2-3 hari hingga menjadi tempe. Tempe mengandung protein dan bermanfaat sebagai sumber gizi.
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh perlakuan perbandingan kulit-air dan interval agitasi pada proses pembuatan gelatin tipe B dari kulit sapi menggunakan ekstraksi basa. Beberapa parameter yang diamati antara lain rendemen, warna, kadar air, kadar abu, kekuatan gel, viskositas, dan stabilitas emulsi. Ekstraksi dilakukan dengan variasi perbandingan kulit-air dan interval agitasi. Hasil penelitian
LAPORAN BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM DAUN KATUK Ilmianisa Azizah
Dokumen tersebut membahas tentang analisis proksimat yang dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk. Metode analisis proksimat meliputi pengukuran kadar air, abu, serat kasar, lemak kasar, protein kasar, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam daun katuk dengan menggunakan metode analisis proksimat.
Eksperimen ini bertujuan membandingkan pengaruh variasi metode pencelupan (celup-mordan, mordan-celup, celup non mordan) terhadap ketahanan luntur warna kain nilon yang dicelupi ekstrak daun alpukat. Hasilnya akan diuji tahan gosok dan cuci.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi susut berat komoditi hasil pertanian seperti buah, sayuran, dan serelia selama penyimpanan. Berbagai perlakuan disimakan seperti suhu penyimpanan, keadaan permukaan, dan kondisi penyimpanan. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu dingin dan penyimpanan dalam wadah tertutup dapat meminimalkan susut berat selama penyimpanan.
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...Repository Ipb
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini mengkaji laju respirasi jeruk besar yang diolah secara minimal pada berbagai suhu penyimpanan dan menentukan komposisi atmosfir termodifikasi yang optimal untuk memperpanjang masa simpan.
2. Hasilnya menunjukkan suhu 10°C dan komposisi gas 3-5% O2, 5-7% CO2 mampu memperlambat laju respirasi dan memperpanjang masa simpan berdasarkan parameter mut
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu biji kakao melalui perlakuan perendaman biji kakao basah dengan larutan kapur selama proses fermentasi
2. Hasilnya menunjukkan bahwa perendaman larutan kapur 5% menurunkan keasaman biji, meningkatkan kadar air dan lemak, serta menghasilkan warna dan aroma biji kakao yang lebih baik.
3. Metode ini dapat
Dokumen ini membahas tentang penyimpanan hasil pertanian. Penyimpanan dilakukan untuk menjaga agar hasil pertanian tidak mudah rusak akibat gangguan binatang atau serangga, untuk menghadapi masa paceklik, dan meningkatkan daya tahan komoditas. Teknik penyimpanan berbeda untuk setiap jenis produk pertanian dan berkaitan dengan suhu, kadar air, dan modifikasi atmosfer. Penyimpanan penting dalam sistem pangan k
1. Penelitian ini menguji pembuatan biobriket dari campuran tempurung dan cangkang biji karet dengan batubara pada berbagai suhu karbonisasi dan komposisi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa biobriket dengan nilai kalori tertinggi (6611 kal/gr) diperoleh pada suhu karbonisasi 500°C dengan komposisi 25% tempurung, 25% cangkang biji karet, dan 50% batubara.
3. Biobriket terba
PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONALRepository Ipb
Pisang merupakan tanaman pangan penting di Indonesia. Produksi pisang mengalami penurunan akibat serangan penyakit layu darah. Penelitian ini mengembangkan varietas pisang kepok yang tahan penyakit yaitu 'Unti Sayang' dan melatih petani tentang budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi pisang secara berkelanjutan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengemasan makanan. Ia menjelaskan perkembangan pengemasan dari zaman prasejarah hingga modern, jenis-jenis plastik biodegradable seperti dari pati sagu, ubi kayu, tongkol jagung dan biji durian, serta pengertian pengemasan aktif dan pintar beserta contoh sistemnya.
Aplikasi Irradiasi Gamma Pada Daya Simpan Baby Corn SegarSii AQyuu
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Baby corn segar diirradiasi dengan dosis berbeda dan disimpan pada suhu yang berbeda untuk mengetahui kondisi penyimpanan terbaik. Dosis irradiasi 0,6-0,8 kGy dan penyimpanan pada suhu 10°C mampu memperpanjang masa simpan baby corn hingga 15 hari.
Studi ini membandingkan sifat fisik dan kimia tepung kulit pisang hasil pengeringan oven dan jemur dari tiga varietas pisang. Kulit pisang dikeringkan dengan cara jemur selama 3-4 hari dan oven selama 24 jam pada suhu 80 derajat celcius, kemudian diolah menjadi tepung. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kedua metode pengeringan menghasilkan tepung dengan kualitas yang cukup baik untuk pakan
1. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan kimia tepung biji durian dan mengevaluasi potensinya sebagai bahan baku etanol dan makanan.
2. Hasil analisis menunjukkan tepung biji durian memiliki kandungan karbohidrat, protein dan serat yang berpotensi sebagai bahan baku etanol.
3. Tepung biji durian dapat diawetkan hingga enam bulan tanpa jamur, menunjukkan potensinya sebagai sumber bahan
Laporan Realisasi Proposal Kewirausahaan: Dadar Tahu Kol (DARHUKOL)UNESA
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan mahasiswa di kampus Unesa Ketintang. Selain kuliah, biasanya mahasiswa mengikuti serangkaian kegiatan seperti kegiatan organisasi HMJ, Eco Campus dan lain-lain yang membutuhkan makanan siap saji yang praktis dan mengenyangkan. Salah satunya adalah “DarHuKol” (Dadar Tahu Kol). Banyak makanan berbahan dasar tahu yang dijual dan membuat munculnya inovasi baru berupa isian yang berbeda dari biasanya. Inovasi “DarHuKol” menggunakan isian sayuran brokoli.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan kertas alami dari limbah kulit pisang kepok untuk mengurangi limbah kulit pisang.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kertas kulit pisang belum dapat menggantikan kertas dari serat kayu karena proses pembuatannya yang kurang memadai.
3. Saran untuk meningkatkan kualitas kertas kulit pisang
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranPecinta Satuhati
Makalah ini membahas proses penanganan, penyimpanan, dan pengolahan buah-buahan dan sayuran pasca panen untuk mempertahankan kualitas, termasuk metode pengemasan dan penyimpanan dengan suhu rendah. Tujuannya adalah memperpanjang umur simpan serta meminimalisir kerusakan produk segar. Berbagai teknologi seperti atmosfir termodifikasi dan penyimpanan hipobarik diterapkan untuk memperlambat proses metabolisme.
SUBKULTUR BERULANG TUNAS IN VITRO PISANG KEPOK UNTI SAYANG PADA BEBERAPA KOMP...Repository Ipb
Eksperimen ini menguji pengaruh berbagai komposisi media terhadap pertumbuhan dan perbanyakan tunas in vitro pisang Kepok Unti Sayang melalui subkultur berulang. Komposisi media MS dengan penambahan 2 mg/l BAP menghasilkan jumlah tunas tertinggi hingga subkultur ke-6. Daya multiplikasi tunas meningkat dengan subkultur berulang.
This document provides information about the 3rd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry that was held from August 3-4, 2015 in Bogor, Indonesia. It includes welcoming messages, details about keynote speakers, the agenda, and abstracts of invited speakers. The conference aimed to provide a forum for researchers and professionals to exchange ideas and recent advances in innovative agroindustry. It covered topics related to agroindustrial systems, process engineering, environmental engineering, and information technology for adaptive agroindustry.
This document provides information about the 3rd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry that was held from August 3-4, 2015 in Bogor, Indonesia. It discusses the welcome message from the general chairs, welcoming address from the head of the Agroindustrial Technology Department at Bogor Agricultural University, list of committees and invited speakers, topics to be discussed, and the agenda for the conference. The conference aimed to provide a forum for researchers, engineers, and scholars to exchange information and strengthen collaboration in innovative agroindustry.
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
Prosiding ini mendeskripsikan pengembangan teknologi separasi bahan aktif temulawak menggunakan biopolimer termodifikasi dari serabut ela sagu. Serabut ela sagu dimodifikasi melalui kopolimerisasi cangkok dan taut silang untuk menghasilkan selulosa-g-poliakrilamida yang digunakan sebagai material separator. Xantorizol dapat dipisahkan dengan baik dari senyawa pengotor menggunakan material ini, yang dievaluasi melalui krom
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
Artikel ini membahas tentang pembuatan arang dari sampah organik kota menggunakan metode karbonisasi dalam reaktor pirolisis pada suhu 350-510°C selama 5 jam. Parameter kualitas arang yang diukur meliputi rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon, nilai kalor, dan daya jerap terhadap beberapa zat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa karbonisasi pada suhu 505°C menghasilkan arang dengan kualitas
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif antifeedant dalam asap cair hasil pirolisis sampah organik perkotaan.
2. Hasil pirolisis diuji aktivitasnya terhadap larva Spodoptera litura dan fraksi yang aktif diidentifikasi menggunakan GC-MS.
3. Identifikasi menunjukkan fraksi metanol mengandung 14 jenis senyawa antifeedant dengan y-butyrolacton se
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
This document summarizes a study on the thermal effect on apatite crystals synthesized from eggshell calcium. Apatite crystals were synthesized by precipitating calcium solution from calcined eggshells into diammonium hydrogen phosphate solution. The apatite crystals were characterized using XRD and SEM before and after being calcined at 800°C and 900°C. XRD analysis showed the uncalcined samples contained hydroxyapatite and a small amount of carbonated apatite. Calcination removed the carbonate content, leaving only hydroxyapatite. Crystallinity and grain size increased with higher calcination temperatures. SEM images also showed larger grain size with increasing temperature.
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu aktivasi dan asetilasi yang optimal untuk memperoleh pektin asetat yang tidak larut air, yang akan digunakan sebagai bahan baku lembaran bioplastik. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu aktivasi 180 menit dan waktu asetilasi 120 menit menghasilkan materi yang paling hidrofobik dan tingkat substitusi asetil tertinggi. Analisis menunjukkan perbedaan antara pektin dan pektin aset
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
Prosiding Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XX (2012) merangkum hasil-hasil penelitian terkini mengenai peranan kimia bahan alam dalam meningkatkan potensi dan saintifikasi tanaman obat Indonesia. Simposium ini diselenggarakan oleh Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9-10 Oktober 2012. Terdapat presentasi dari pembicara undangan dan peserta, serta diskusi unt
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
Dokumen tersebut merupakan prosiding Seminar Nasional Sains III dengan tema "Sains Sebagai Landasan Inovasi Teknologi dalam Pertanian dan Industri" yang diselenggarakan pada tanggal 13 November 2010 di Bogor. Prosiding ini berisi makalah-makalah hasil penelitian yang dipresentasikan dalam empat sesi paralel yaitu Biological Science, Biochemistry, Chemistry, dan Physics & Mathematical Science, serta sesi poster. Prosiding ini bermanfaat bagi pelaku dan institusi terkait untuk men
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
Prosiding ini membahas potensi minyak atsiri daun Cinnamomum multiflorum sebagai insektisida nabati terhadap hama ulat kubis Crocidolomia pavonana. Minyak atsiri daun C. multiflorum diperoleh dengan kadar rendemen 1,39% dan diuji aktivitasnya dengan metode celup daun. Hasil uji menunjukkan minyak atsiri C. multiflorum memiliki aktivitas insektisida tinggi terhadap C. pavonana den
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
This document summarizes research on the anticancer potential of tempuyung (Sonchus arvensis) extracts. Tempuyung samples were collected from different areas in Java and extracted using methanol and ethanol. Phytochemical tests found saponins, flavonoids, steroids, and tannins. Toxicity tests against Artemia salina shrimp found the 70% ethanol extract was more toxic than the methanol extract. High performance liquid chromatography (HPLC) profiled the most toxic extract from Solo. Gradient HPLC produced 3-7 peaks providing a better fingerprint than isocratic HPLC with 1-4 peaks. The research investigated anticancer potential and optimized HPLC profiling of bioactive tempuyung extracts
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
MENJADIKAN UBI KAYU SEBAGAI SUMBER KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI DI INDONESIA
1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 449
EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK
MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU
Winarso D. Widodo*
, Ketty Suketi dan Bungas Sabrina
1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Jl. Meranti, Kampus IPB darmaga, Bogor 16680
*
Correponding author: wd_widodo@yahoo.com
Abstrak
Percobaan dilakukan untuk mengetahui efektivitas berbagai bahan pembungkus oksidator etilen untuk
memperpanjang masa simpan pisang Raja Bulu. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pascapanen
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB dari bulan November hingga Desember
2010. Buah pisang diperoleh dari Desa Cibanteng, Dramaga, Bogor. Percobaan dilakukan dalam rancangan
kelompok lengkap teracak (RKLT) 4 ulangan terdiri atas 4 perlakuan: tanpa bahan oksidator etilen (P0), 30
g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa (P1), 30 g bahan oksidator (KMnO4
+ tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue (P2), 30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan
pembungkus kertas semen (P3). Hasil percobaan menunjukkan bahwa Pisang Raja Bulu tanpa oksidator
etilen dapat bertahan sampai 22 hari dengan kondisi buah masih layak untuk dikonsumsi, sedangkan buah
dengan perlakuan oksidator etilen dengan berbagai bahan pembungkus dapat bertahan hingga 26 hari.
Kata Kunci: daya simpan, etilen, oksidator, pisang Raja Bulu
PENDAHULUAN
Pisang merupakan salah satu buah unggulan Indonesia. Pisang juga merupakan jenis buah yang
memberikan kontribusi besar terhadap produksi buah-buahan nasional. Produksi pisang pada tahun 2006
mencapai 5 037 472 ton dan volume ekspor sebesar5280641kg (Direktorat Budidaya Tanaman Buah, 2007).
Produksi pisang meningkat pada tahun 2007 mencapai 5 454 226 ton (Deptan, 2009). Total produksi pisang
Indonesia tergolong cukup besar jika dibandingkan dengan jenis buah-buahan lainnya. Namun potensi
pisang yang besar tersebut kurang dimanfaatkan untuk mengimbangi nilai ekspor karena sebagian besar
produksi pisang Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu, belum
terpenuhinya mutu pisang Indonesia yang sesuai dengan standar mutu yang berlaku pada negara tujuan
ekspor. Pantastico (1986) menyatakan terdapat dua parameter yang dijadikan standardisasi ekspor pisang,
yaitu spesifikasi dan mutu buah.
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Salah satu jenis
pisang yang dibudidayakan adalah pisang Raja Bulu. Pisang ini merupakan salah satu jenis pisang raja
yang ukurannya sedang dan gemuk dengan daging buahnya yang sangat manis, berwarna kuning
kemerahan, bertekstur lunak, dan tidak berbiji (BPPT, 2005).
Pisang merupakan salah satu jenis buah klimakterik, yaitu buah yang mengalami kenaikan CO2
secara mendadak (Phan et al., 1986). Sebagai buah klimakterik, pisang mengalami kenaikan respirasi dan
produksi etilen yang tinggi selama proses pematangan. Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan
dan mempertahankan mutu pisang adalah melalui penanganan pasca panen yang tepat. Widodo (2004)
menyatakan bahwa penanganan pasca panen menjadi bagian penting dari sistem pemasaran produk
hortikultura yang dikenal sebagai produk yang mudah rusak. Keberhasilan sistem ini sangat bergantung
diantaranya pada kemampuan untuk memodifikasi proses pemasakan yang terjadi selama penyimpanan dan
pemasaran.
Perlakuan pasca panen pisang dapat dilakukan dengan cara menghambat proses enzimatis yang
dapat meminimalkan laju respirasi dan transpirasi sehingga daya simpan buah dapat maksimal. Penggunaan
langsung antara KMnO4 dengan produk tidak dianjurkan karena bentuk KMnO4 yang cair. Oleh karena itu,
diperlukan bahan pembawa KMnO4 agar dapat digunakan sebagai bahan pengoksidasi etilen. Bahan yang
dapat digunakan sebagai bahan pembawa KMnO4 antara lain arang aktif, zeolit, batu apung, oasis serutan
gergaji kayu, dan tanah liat. Hasil penelitian Kholidi (2009) menunjukkan bahwa penggunaan campuran
2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
450 ISBN: 978-979-15649-6-0
tanah liat dan KMnO4 sebanyak 30 g dengan pembungkus kain kasa dapat mempertahankan umur simpan
hingga 21 hari.
Penggunaan jenis bahan pembungkus memberikan pengaruh terhadap keefektifan bahan
pengoksidasi etilen yang digunakan. Jannah (2008) merekomendasikan kemasan bahan pengoksidasi etilen
sebaiknya berupa bahan tembus udara. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis
bahan pembungkus media yang efektif untuk membungkus bahan pengoksidasi etilen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas beberapa jenis bahan pembungkus oksidator
etilen untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu pisang Raja Bulu. Hipotesis yang
diajukan adalah terdapat perbedaan efektivitas pada jenis bahan pembungkus oksidator etilen yang berbeda
terhadap masa simpan dan mutu pisang Raja Bulu.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Postharvest, Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB pada November-Desember 2010. Bahan utama yang digunakan
dalam percobaan ini adalah buah pisang Raja Bulu yang dipanen pada derajat ketuaan ¾ matang penuh
ditandai dengan warna buah yang masih hijau dengan siku masih terlihat jelas. Bahan yang digunakan
untuk perlakuan antara lain larutan kalium permanganat (KMnO4) jenuh; tanah liat sebagai bahan penyerap
KMnO4; kain kasa, kertas tissue, dan kertas semen sebagai bahan pembungkus oksidator, kotak kardus
sebagai bahan pengemas pisang, plastik polietilen (PE) transparan sebagai bahan pembungkus pisang,
silica gel sebagai penyerap uap air, kertas koran sebagai bahan pengisi, larutan phenoftalin, NaOH 0.1 N,
dan aquades. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari timbangan analitik, penetrometer
untuk mengukur kekerasan kulit buah, handrefractometer untuk mengukur padatan total terlarut, dan alat-
alat titrasi.
Percobaan ini dilakukan dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal
dengan empat perlakuan, yaitu: Kontrol tanpa bahan oksidator etilen (P0), 30 g bahan oksidator (KMnO4 +
tanah liat) dengan pembungkus kain kasa (P1), 30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan
pembungkus kertas tissue (P2), 30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas
semen (P3).
Model linier yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
Yij = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan bahan penyerap ke-i dan kelompok ke-j (i=1, 2, 3, 4 ; j=1, 2, 3)
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh pada bahan penyerap ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan bahan
penyerap ke-i dan kelompok ke-j
Jumlah pisang yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak satu sisir pisang. Setiap perlakuan
terdiri dari 2x setengah sisir pisang yang masing-masing digunakan untuk pengamatan destruktif dan non
destruktif. Percobaan terdiri dari tiga kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari tiga ulangan, sehingga
terdapat 36 satuan percobaan. Pengaruh perlakuan diuji menggunakan analisis sidik ragam. Jika uji F
menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji Duncan pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Pembuatan Bahan Penyerap Etilen. Bahan penyerap etilen dibuat dengan mencampur 1 kg pasta
tanah liat dengan larutan KMnO4 (75 g/100ml). Hasil pencampuran bahan tersebut kemudian dikeringkan
lalu dihancurkan sehingga berbentuk serbuk. Serbuk bahan tersebut kemudian dibungkus dengan masing-
masing pembungkus berisi 30 g serbuk. Jenis pembungkus yang digunakan sesuai dengan perlakuan
(kantong kain kasa, kertas tissue, dan kertas semen berukuran ± 5x5 cm).
Persiapan Buah. Buah pisang yang digunakan diperoleh dari kebun petani yang terletak di
Cibanteng, Darmaga, Bogor. Buah pisang yang telah dipanen kemudian disisir. Penyisiran dilakukan
terhadap tandan pisang yang memiliki tingkat ketuaan yang hampir sama. Sisir pisang kemudian disortasi
untuk menentukan pisang yang layak digunakan dalam percobaan.Sisir pisang yang digunakan yaitu sisir
3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 451
pisang yang buahnya mempunyai kulit yang mulus tanpa luka serta dengan ukuran yang relatif seragam.
Setelah dipotong, pisang dibersihkan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan 5%.
Pembungkusan. Kemasan yang digunakan berupa kotak kardus berukuran 45x25x10 cm dan
plastik polietilen (PE) transparan. Pembungkusan dilakukan dengan memasukkan pisang yang telah
dibersihkan ke dalam plastik transparan beserta oksidator etilen dan silica gel. Setiap plastik pisang terdiri
dari 2 x setengah sisir pisang dengan setiap bungkus plastik merupakan satu perlakuan. Setelah itu, pisang
yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam kardus beserta kertas koran. Setiap kardus terdiri dari tiga buah
bungkus plastik.Kemudian kardus ditutup dengan menggunakan lakban. Pada saat pembungkusan juga
dilakukan pengacakan dengan asumsi bahwa buah memiliki kematangan yang seragam. Penyimpanan
dilakukan di atas meja pada suhu ruang dengan kisaran suhu 27-30°C.
Pengamatan. Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan non destruktif dan pengamatan
destruktif. Pengamatan non destruktif berupa pengukuran indeks skala warna kulit buah dan susut bobot
buah pada 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, dan 30 hari setelah perlakuan (HSP), sedangkan pengamatan
destruktif pada 6, 12, 18, 24, dan 30 HSP berupa pengukuran kekerasan kulit buah, rasio daging buah
dengan kulit buah, padatan terlarut total (PTT), dan asam tertitrasi total (ATT).
Indeks Skala Warna Kulit Buah. Indeks skala kulit buah pisang Raja Bulu diasumsikan sama
dengan penyebaran warna hijau dan kuning dari pisang Cavendish. Derajat kekuningan kulit buah tersebut
dinilai dengan angka antara 1 sampai 8. Nilai tersebut adalah: 1: hijau, 2: hijau dengan sedikit kuning, 3:
hijau kekuningan, 4: kuning lebih banyak dari hijau, 5: Kuning dengan ujung hijau, 6: kuning penuh, 7:
kuning dengan sedikit bintik coklat, dan 8: kuning dengan bercak coklat lebih luas.
Susut Bobot. Pengukuran susut bobot buah dilakukan dengan membandingkan bobot pisang awal
dengan bobot pada saat pengamatan.
Rasio Daging Buah dengan Kulit Buah dan Edible Portion. Pengukuran rasio buah dengan
daging buah diukur dengan menimbang bobot buah sebelum dikupas dan setelah buah dikupas.Bobot
daging buah yang diperoleh dibagi dengan bobot kulit buah.
Kekerasan Kulit Buah. Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan
penetrometer.Pengukuran dilakukan pada buah pisang yang belum dikupas kulitnya. Jarum penetrometer
diletakkan di tiga tempat yang berbeda, yaitu pada bagian ujung, tengah, dan pangkal. Ketiga data yang
diperoleh kemudian dirata-ratakan.
Padatan Terlarut Total (PTT). Kandungan padatan terlarut total (PTT) diukur dengan
menghancurkan daging buah pisang, kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar. Buah pisang yang
telah halus kemudian diambil sarinya dengan menggunakan kain.Sari buah yang telah diperoleh diteteskan
pada lensa refraktometer yang telah dikalibrasi terlebih dahulu dengan meneteskan aquades.
Asam Tertitrasi Total (ATT). Asam tertitrasi total diukur berdasarkan netralisasi ekstrak buah
oleh basa kuat NaOH dengan metode titrimetri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Buah pisang yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kebun petani yang terletak di
Cibanteng, Darmaga, Bogor. Pisang disimpan pada suhu ruang dengan pembungkus plastik, pengemas
kotak kardus, dan oksidator etilen dengan pembungkus yang berbeda.
Secara umum kondisi buah pisang selama penyimpanan cukup baik. Warna kulit pisang tidak
mengalami perubahan secara signifikan hingga 30 HSP. Sebagian besar sisir pisang dapat mempertahankan
warna hijau atau hijau dengan sedikit kuning (skala 1 dan 2) hingga 30 HSP, hanya satu sisir pisang yang
mencapai indeks skala warna kulit dengan warna kuning dengan bercak coklat lebih luas (skala 8). Gejala
penyakit pasca panen berupa serangan cendawan mulai menyerang pada 9 HSP. Gejala penyakit ini
semakin parah dengan semakin lamanya penyimpanan. Berdasarkan gejala yang ditimbulkan, buah pisang
terkena penyakit antraknosa. Gejala yang muncul berupa noda merah kecoklatan yang terdapat pada kulit
buah yang mulai matang. Selain gejala penyakit antaknosa, buah pisang juga menunjukkan gejala penyakit
crown rot berupa pembusukan yang merata pada pangkal sisir buah, yang disebabkan oleh gabungan dari
cendawan Collectrotichum musae Arx.
Penyakit pasca panen yang menyerang sebagian pisang menyebabkan pisang menjadi tidak layak
untuk dikonsumsi atau diamati setelah 15 HSP karena keadaan pisang yang sudah busuk, berair, dan
dipenuhi cendawan. Pisang yang tidak dapat diamati tersebut membuat data pengamatan pisang yang
4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
452 ISBN: 978-979-15649-6-0
diperoleh selama 30 HSP menjadi tidak lengkap di semua perlakuan dan ulangan. Oleh karena itu data
yang akan diinterpretasikan hanya sampai 15 HSP.
Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan bahan pembungkus
oksidator etilen berpengaruh nyata pada asam tertitrasi total pada 6 HSP dan tidak berpengaruh nyata pada
susut bobot, kekerasan kulit buah, padatan terlarut total, rasio daging dan kulit, serta edible portion di
semua hari pengamatan.
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh bahan pembungkus oksidator etilen terhadap beberapa
parameter yang diamati
Peubah
Hari Setelah Perlakuan (HSP)
3 6 9 12 15
Susut Bobot tn tn tn tn tn
Kekerasan Kulit Buah - tn - tn -
Padatan Terlarut Total - tn - tn -
Asam Tertitrasi Total - * - tn -
Rasio Daging dan Kulit - tn - tn -
Edible Part - tn - tn -
Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; * = berpengaruh nyata pada taraf 5%
tn = tidak nyata
- = tidak dilakukan pengamatan
Umur Simpan
Umur simpan buah pisang dihitung berdasarkan perubahan fisik buah, terutama perubahan warna
kulit buah. Perhitungan umur simpan buah dilakukan dari awal percobaan hingga buah tidak layak
dikonsumsi. Tabel 2 menunjukkan umur simpan buah pisang pada beberapa perlakuan. Buah pisang
dengan perlakuan kontrol dapat mempertahankan umur simpan hingga 22 HSP, sedangkan perlakuan
lainnya masih layak dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan oksidator etilen dengan bahan
pembungkus yang berbeda-beda memiliki kemampuan untuk mempertahankan umur simpan buah pisang
lebih lama. Perlakuan oksidator etilen dengan bahan pembungkus kertas tissue dapat mempertahankan
umur simpan buah pisang paling lama yaitu 27 hari, sedangkan oksidator etilen dengan bahan pembungkus
kain kasa dapat mempertahankan umur simpan buah pisang hingga 24 hari dan oksidator etilen dengan
bahan pembungkus kertas semen dapat mempertahankan umur simpan buah hingga 26 hari.
Tabel 2. Umur simpan buah pisang raja bulu
Perlakuan Umur Simpan
P0 22
P1 24
P2 27
P3 26
Keterangan : P0 (Kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g
bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue), P3 (30 g bahan oksidator
(KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas semen)
Warna Kulit Buah
Perubahan warna merupakan indikator bagi konsumen untuk menentukan kematangan buah. Buah
mengalami perubahan nyata dalam warna selama pematangan, yang menunjukkan terjadinya perubahan-
perubahan susunan kimiawi dalam buah. Perubahan warna dapat terjadi baik melalui proses perombakan
maupun proses sintetik atau keduanya. Perubahan warna pisang dari hijau menjadi kuning disebabkan oleh
hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan zat karotenoid secara murni. Selama masih
berwarna hijau, buah yang mengandung klorofil masih terjadi kegiatan fotosintesis, tetapi tidak memiliki
sumbangan yang berarti terhadap terjadinya penimbunan gula di dalam buah (Matto et al., 1986). Menurut
Akamine et al. (1986) waktu memiliki peranan penting untuk menghilangkan warna hijau pada buah,
bergantung pada derajat perubahan warna alami dan kerusakan buah.
Indeks skala warna kulit buah pisang raja bulu diasumsikan sama dengan penyebaran warna hijau
dan kuning dari pisang Cavendish. Derajat kekuningan kulit buah tersebut dinilai dengan angka antara 1
sampai 8. Namun untuk memperlihatkan perubahan warna pada masing-masing perlakuan digunakan nilai
5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 453
intensitas skala warna yaitu dengan menjumlahkan skor yang diperoleh untuk 9 sisir pisang yang terdapat
pada masing-masing perlakuan sehingga rentang angkanya setara dengan angka antara 9 sampai 72
(Gambar 1).
Selama penyimpanan buah pisang mengalami perubahan warna kulit. Awal pengamatan kulit
berwarna hijau penuh, kemudian berubah menjadi hijau dengan sedikit kuning (skor 1-2 pada indeks skala
warna). Perlakuan tanpa oksidator etilen (kontrol) dan oksidator etilen dengan bahan pembungkus kertas
semen dapat mempertahankan warna kulit buah tetap hijau hingga hijau kekuningan lebih lama
dibandingkan dengan oksidator etilen dengan bahan pembungkus kain kasa dan tissue. Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan oksidator etilen dengan bahan pembungkus yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap warna kulit buah secara nyata.
Gambar 1. Perubahan indeks skala warna kulit buah pisang raja bulu; Keterangan: P0 (kontrol); P1
(pembungkus kain kassa); P2 (pembungkus kertas tissue); P3 (pembungkus kertas semen)
Susut Bobot
Bobot buah akan berkurang seiring dengan proses pematangan. Oksidator etilen dengan bahan
pembungkus yang berbeda tidak dapat mempertahankan susut bobot buah tetap rendah selama
penyimpanan. Hasil percobaan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata selama 15 hari penyimpanan.
Peningkatan susut bobot pada masing-masing perlakuan ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Perubahan susut bobot buah pisang raja bulu; Keterangan: P0 (kontrol); P1 (pembungkus
kain kasa); P2 (pembungkus kertas tissue); P3 (pembungkus kertas semen)
Kekerasan Kulit Buah
Kekerasan kulit buah merupakan salah satu kriteria yang dijadikan konsumen untuk menentukan
tingkat kematangan buah. Semakin keras buah maka semakin rendah mutu buah. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa nilai kekerasan kulit buah semakin bertambah seiring dengan lamanya waktu
penyimpanan yang menandakan semakin masaknya buah tersebut. Perlakuan bahan pembungkus oksidator
etilen tidak berpengaruh nyata untuk mempertahankan kekerasan kulit buah pisang di semua hari
pengamatan. Tabel 3 menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah pisang mengalami peningkatan selama
penyimpanan yang berarti kulit buah menjadi semakin lunak.
Buah akan semakin lunak seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Pelunakan buah ini
merupakan awal dari proses pematangan. Matto et al. (1986) mengemukakan bahwa kekerasan buah
berkurang dikarenakan perubahan pektin. Jumlah zat-zat pektat bertambah selama perkembangan buah.
Pada waktu buah matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat-zat
pektat seluruhnya menurun.
6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
454 ISBN: 978-979-15649-6-0
Tabel 3. Perubahan kekerasan kulit buah pisang raja bulu selama penyimpanan
Perlakuan
Hari Setelah Perlakuan (HSP)
6 12
…………..mm/50 g/5 detik…………..
P0 11.82 14.02
P1 11.38 13.69
P2 10.87 12.33
P3 10.56 12.35
Keterangan : P0 (kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g bahan
oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue), P3 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat)
dengan pembungkus kertas semen) Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata pada uji Duncan taraf 5%
Rasio Daging Buah dan Kulit Buah dan Edible Portion
Rasio daging buah dan kulit buah berkaitan dengan kandungan air dalam daging dan kulit buah
pisang. Berat daging buah pada awal perkembangannya sangat rendah, sedangkan berat kulitnya sangat
tinggi. Dengan semakin masaknya buah, berat daging buah bertambah disertai dengan pengurangan berat
kulitnya. Menurut Simmond (1966) terjadinya pengurangan berat pada kulit buah ini mungkin disebabkan
oleh perubahan selulosa dan hemiselulosa pada kulit buah menjadi zat pati pada saat pemasakan. Lodh dan
Pantastico (1986) menyatakan kandungan gula dalam daging buah meningkat dengan lebih cepat oleh
tekanan osmotik yang meningkat. Daging buah menyerap air dari kulit yang mengakibatkan perubahan
perbandingan berat daging buah dengan kulit buah.
Perlakuan oksidator etilen dengan bahan pembungkus yang berbeda tidak berpengaruh nyata
terhadap rasio daging buah dengan kulit buah dan edible portion di semua hari pengamatan. Hal ini diduga
karena proses respirasi yang terjadi selama proses pematangan di setiap perlakuan hampir sama. Rasio
daging buah dan kulit buah selama 15 hari penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perubahan rasio daging buah dengan kulit buah dan edible portion pisang raja bulu selama
penyimpanan
Keterangan : P0 (kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g
bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue), P3 (30 g bahan oksidator
(KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas semen)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf 5%
Padatan Terlarut Total (PTT)
Padatan terlarut total merupakan total padatan yang terkandung dalam buah yang menentukan
kadar kemanisan buah. Matto et al. (1986) mengungkapkan gula merupakan komponen yang penting untuk
mendapatkan rasa yang disenangi konsumen melalui perimbangan antara gula dan asam, warna yang
menarik, dan tekstur yang utuh.Bentuk-bentuk ini mengalami perubahan metabolik, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif pada pematangan buah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa oksidator etilen dengan bahan pembungkus yang berbeda
tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk mempertahankan padatan terlarut total tetap rendah selama
penyimpanan. Secara umum padatan terlarut total buah mengalami peningkatan selama penyimpanan
(Tabel 5). Peningkatan padatan terlarut total ini menunjukkan bahwa kadar kemanisan buah bertambah
dengan semakin lamanya penyimpanan.
Perlakuan
Daging Buah/Kulit
Buah
Edible Portion
6 HSP 12 HSP 6 HSP 12 HSP
………….%..............
P0 0.93 0.83 47.39 50.87
P1 0.96 0.84 48.27 52.50
P2 1.08 0.79 50.17 51.29
P3 1.13 0.71 50.32 47.47
7. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 455
Tabel 5. Kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) buah pisang raja bulu
Keterangan: P0 (kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g
bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue), P3 (30 g bahan oksidator
(KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas semen)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf 5%
Asam Tertitrasi Total (ATT)
Kandungan asam organik buah menurun selama proses pematangan karena direspirasikan atau
diubah menjadi gula, namun pada pisang kandungan asam organik yang tinggi dicapai pada stadia
kematangan penuh dan setelah itu akan menurun. Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa oksidator
etilen dengan bahan pembungkus yang berbeda berpengaruh nyata untuk mempertahankan asam tertitrasi
total dalam buah hanya pada 6 HSP. Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara perlakuan dengan oksidator etilen dan perlakuan tanpa oksidator etilen. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi penghambatan pematangan pada buah.
Nilai kandungan PTT/ATT (Tabel 7) pada perlakuan kontrol dan perlakuan oksidator etilen dengan
bahan pembungkus kain kasa cenderung turun selama penyimpanan, sedangkan perlakuan oksidator etilen
dengan bahan pembungkus kertas tissue dan kertas semen mengalami kenaikan selama penyimpanan
hingga 12 HSP. Nilai PTT/ATT menunjukkan perimbangan rasa manis dan asam pada buah. Nilai
PTT/ATT yang beragam menunjukkan tidak terjadinya kesetimbangan rasa manis dan asam pada pisang.
Tabel 6. Kandungan Asam Tertitrasi Total (ATT) buah pisang raja bulu
Perlakuan
Hari Setelah Perlakuan (HSP)
6x)
12
…………….ml/100 g……………
P0 2.66c 10.85
P1 2.97bc 13.87
P2 3.47ab 11.91
P3 3.91a 14.22
Keterangan: P0 (kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g
bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus tissue), P3 (30 g bahan oksidator (KMnO4 +
tanah liat) dengan pembungkus kertas semen)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf 5%. x)
= Hasil transformasi √x
Tabel 7. Kandungan PTT/ATT buah pisang raja bulu
Perlakuan
Hari Setelah Perlakuan (HSP)
6 12
……….PTT/ATT………..
P0 1.76a 1.54
P1 1.47a 1.30
P2 1.05b 1.27
P3 0.82b 0.88
Keterangan: P0 (Kontrol), P1 (30 g bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kain kasa), P2 (30 g
bahan oksidator (KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas tissue), P3 (30 g bahan oksidator
(KMnO4 + tanah liat) dengan pembungkus kertas semen)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan
taraf 5%
Perlakuan
Hari Setelah Perlakuan (HSP)
6 12
……………°Brix…………….
P0 12.30 14.84
P1 12.89 15.33
P2 12.48 14.36
P3 12.48 12.56
8. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
456 ISBN: 978-979-15649-6-0
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan pisang empat hari lebih lama
dibandingkan dengan perlakuan tanpa oksidator etilen (kontrol). Perlakuan tanpa oksidator etilen dapat
mempertahankan umur simpan pisang dan layak dikonsumsi hingga 22 hari, sedangkan perlakuan oksidator
etilen dapat memperpanjang umur simpan dan layak dikonsumsi hingga 26 hari.
Perlakuan oksidator etilen dengan bahan pembungkus kertas tissue efektif untuk memperpanjang
umur simpan hingga 27 HSP. Perlakuan oksidator etilen dengan bahan pembungkus yang berbeda
menunjukkan pengaruh yang nyata pada 6 HSP untuk asam tertitrasi total dan tidak berpengaruh nyata
pada susut bobot, kekerasan kulit buah, padatan terlarut total, rasio daging dan kulit, serta edible portion di
semua hari pengamatan, warna kulit buah tetap hijau atau hijau dengan sedikit kuning hingga 30 HSP.
Saran
Bahan pembungkus oksidator etilen sebaiknya bahan yang tembus udara dan tahan air, sehingga
dapat digunakan lebih lama dan tidak mudah rusak. Perlu penelitian lebih lanjut tentang bahan pembungkus
oksidator etilen.
DAFTAR PUSTAKA
Akamine, E.K., H. Kitagawa, H. Subramanyam dan P.G. Long. 1986. Kegiatan-kegiatan dalam gudang
pengemasan, hal 421-477. Dalam Pantastico, Er. B (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari
Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and
Vegetables.Penerjemah : Kamariyani. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
BPPT. 2005. Pisang raja bulu. http://www. Iptek.net.id. [13 Desember 2009]
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2008. Produksi buah nasional tahun 2000-2009.
http://www.hortikultura.deptan.go.id. [10 Desember 2009].
Direktorat Budidaya Tanaman Buah. 2007. Nilai dan volume ekspor dan impor tahun 2006.
http://ditbuah.hortikultura.deptan.go.id. [16 Desember 2009].
Jannah, U.F. 2008. Pengaruh Bahan Penyerap Larutan Kalium Permanganat terhadap Umur Simpan Pisang
Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 48 hal.
Kholidi. 2009. Studi Tanah Liat Sebagai Pembawa Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang Raja
Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. 39 hal
Lodh, S.B. dan Er. B. Pantastico. 1986. Perubahan-perubahan fisikokimiawi selama pertumbuhan organ-
organ penimbun, hal 64-87. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan
Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari
Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and
Vegetables. Penerjemah : Kamariyani. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Matto, A.K., T. Murata, Er.B. Pantastico, K. Chachin, dan C. T. Phan. 1986. Perubahan-perubahan kimiawi
selama pematangan dan penuaan, hal 160-197. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen,
Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika.
Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-tropical
Fruits and Vegetables.Penerjemah : Kamariyani. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Pantastico, Er.B., A.K. Matto dan C.T. Phan. 1986. Peran etilena dalam pemasakan, hal 120-135. Dalam
Er. B Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan
Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and
Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables.Penerjemah : Kamariyani. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta
9. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 457
Phan, C.T., Er.B. Pantastico, K. Ogata dan K. Chachin. 1989. Respirasi dan puncak respirasi, hal 136-159.
Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan
dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari Postharvest Physiology, Handling and
Utilization of Tropical and Sub-tropical Fruits and Vegetables.Penerjemah : Kamariyani. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta
Simmonds, N.W. 1966. Banana 2nd
Edition. Longman Inc, New York. 446 p.
Widodo, S.E. 2004. Pengembangan Penyerapan Etilen dan Oksigen sebagai Bahan Aditif dan Pengemasan
Aktif (Active Packaging) Buah Duku. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi
Tahun Anggaran 2004. Universitas Lampung. Lampung. 12 hal