SlideShare a Scribd company logo
Mengenal Tata Surya
Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.
Tata Surya[a]
adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek
yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan
orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b]
, dan jutaan benda langit
(meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di
bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang
berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta
km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880
juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan
sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet
kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto
(5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850
juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet
bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
1 Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
1
2 1 ASAL USUL
Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1]
tahun 1734 dan disempur-
nakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis
de Laplace[2]
secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-
Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari
debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
3
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi
bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan
es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan su-
4 2 SEJARAH PENEMUAN
hunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar
dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun
1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat
cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadi-
nya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari
Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan
menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi
lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terben-
tuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang ke-
mudian terkondensasi menjadi planet.[3]
Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan
yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3]
Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan
keberatannya atas hipotesis tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada
tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis menge-
mukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang
salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Hipotesis Protoplanet
Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut te-
ori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi
berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.
2 Sejarah penemuan
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak
zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama
sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk mema-
hami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya
mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam” dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata
telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus,
seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus
mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan
5
Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus.
Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari di-
kelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
6 3 STRUKTUR
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan
Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hu-
bungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir
Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pen-
carian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan
bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata
tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus.
Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet
yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut
objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang
dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda
langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada
Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km
pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada
Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada
Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
3 Struktur
Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86
persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5]
Yupiter dan Saturnus, dua komponen
terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c]
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dina-
mai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper
biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam
jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari bergerak
mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari
Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak
antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari dinamai
perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat
di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran,
sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara
satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk
dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus
terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d]
, sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari
Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak
antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami
yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang
paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen.
Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
3.1 Terminologi 7
Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya
kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.
3.1 Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet
kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet
raksasa.[6]
Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang
meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7]
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet
kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua
objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan
orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8]
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk
bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[8]
Menurut definisi ini, Tata Surya
memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9]
Objek lain yang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah
trans-Neptunus biasanya disebut “plutoid”.[10]
Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda
kecil Tata Surya.[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata
Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir
8 3 STRUKTUR
Merkur
Venus
Erde
Mars
Asteroiden
Jupiter
Inneres Sonnensystem
Jupiter
Saturn
Uranus
Pluto
Kuipergürtel
Sedna
Äußeres Sonnensystem
Orbit von SednaInnerer Bereich der Oortschen Wolke
Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya
semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium,
dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus.
Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11]
memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin.
Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen
utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut “es raksasa”), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat
orbit Neptunus.[12]
Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es;
tergantung pada suhunya, 'volatiles’ dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
3.2 Zona planet
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak
dari Matahari 57,9 × 106
km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106
km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106
km, 1 SA) dan
Mars (227,9 × 106
km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara
3,95 g/cm3
dan 5,52 g/cm3
.
Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Keba-
nyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki
3.2 Zona planet 9
Illustrasi skala
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai
skala)
diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan
sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus)
dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106
km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109
km, 19,2
SA) dan Neptunus (4,504 × 109
km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3
dan 1,66 g/cm3
.
10 3 STRUKTUR
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-
Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal
terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat
para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
3.3 Matahari
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini
berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa
mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa
menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti,
Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu
sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara
umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak
pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemer-
lang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah
umum.[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan “puncak hidup” dari sebuah bintang,
karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang.
Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14]
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir
pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan
helium (“metal” dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang “populasi II”.[15]
Unsur-unsur yang lebih
berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang
generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat
ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang
lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem
Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16]
3.3.1 Medium antarplanet
Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma)
yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer
per jam,[17]
menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga
heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona
(coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18]
Struktur ter-
besar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena
gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20]
Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi
berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke
luar angkasa.[21]
Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat
dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan mag-
net planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan
kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat
radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22]
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu
kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya
zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-
planet.[23]
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan
yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]
3.4 Tata Surya bagian dalam 11
Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.
3.4 Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari
silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah
ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
3.4.1 Planet-planet bagian dalam
Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)
12 3 STRUKTUR
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir
tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini
terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti
besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer,
semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan.
Planet yang letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa
bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang
diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal
sejarahnya.[26]
Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari
permukaannya karena semburan angin surya.[27]
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih
belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi
tabrakan raksasa, dan perkembangan (“akresi”) penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini
memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas
geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bu-
mi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400
°C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30]
Se-
jauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet
yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang di-
ketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup.70%
bagian bumi ditutup oleh air sedangkan 30%bumi dituupi oleh daratan.Hidrosfer-nya yang cair adalah
khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki
lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipenga-
ruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32]
Bumi memiliki satu satelit,
bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet
ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang
dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris,
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal
dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33]
Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan
Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]
3.4.2 Sabuk asteroid
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35]
Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga
merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbe-
sar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan
diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]
3.4 Tata Surya bagian dalam 13
Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38]
Meskipun demi-
kian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[39]
Sabuk utama tidaklah rapat,
kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter
antara 10 dan 10−4
m disebut meteorid.[40]
Ceres Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diame-
ternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal mem-
bentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi
asteroid pada tahun 1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41]
Ceres direklasifikasi
lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok asteroid Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-
sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah di-
bedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet
sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang
sebuah orbit planet), sebutan “trojan” sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah
14 3 STRUKTUR
Ceres
planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini
mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian
dalam.
3.5 Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak
komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini
mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut “es” dalam peristilahan ilmu keplanetan)
yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
3.5.1 Planet-planet luar
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan men-
cakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan
helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya
3.5 Tata Surya bagian luar 15
Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala
dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43]
Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem
cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lain-
nya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan
timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik
Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede,
Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan
inti yang panas.[44]
Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar
dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter,
sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet
ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah
planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini
(dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis,
meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45]
Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan
satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-
planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros
90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lain-
nya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46]
Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang
terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
16 3 STRUKTUR
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga
membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau
Saturnus.[47]
Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan
memiliki geyser nitrogen cair.[48]
Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah
(retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Nep-
tunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
3.5.2 Komet
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil.
Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian
dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya
jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor
gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk
Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet,
seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49]
Sebagian komet berorbit hiperbolik
mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50]
Komet tua
yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51]
3.5.3 Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih
kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52]
Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti
komet kalau mendekati Matahari.[53]
Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper
sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan
tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54]
3.6 Daerah trans-Neptunus
Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi.
Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima
bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai
daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk
asteroid.
3.6.1 Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sa-
buk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek
Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para
ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi
diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55]
Banyak objek Kuiper memiliki satelit
ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi “sabuk klasik” dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada
Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama
bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan
terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56]
Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah
anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57]
Pluto dan Charon Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper.
Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
3.6 Daerah trans-Neptunus 17
Komet Hale-Bopp
2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari
bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA
pada titik aphelion.
18 3 STRUKTUR
Plot seluruh objek sabuk Kuiper
Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi se-
buah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya,
yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari
Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti
Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki
resonansi yang sama disebut plutino.[58]
Haumea dan Makemake Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek
terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki dua
satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61
dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih
membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59]
dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai
bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
3.6.2 Piringan tersebar
Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah
ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang
3.7 Daerah terjauh 19
[AU]0 50
polar
view
plutinos
classical
20
40
i [deg]
[AU]0 50
ecliptic
view
Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper
tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar
(scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA
dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku.
Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan
tersebar sebagai “objek sabuk Kuiper tersebar” (scattered Kuiper belt objects).[60]
Eris Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat
tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400
km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61]
Seperti Pluto, orbitnya
memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6
SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
3.7 Daerah terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini
terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin
surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium
20 3 STRUKTUR
Pluto dan ketiga satelitnya
antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup
sekitar seribu kali lebih jauh.
3.7.1 Heliopause
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai
menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira
terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah
jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur
oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di
bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan
telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan
luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang
dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer
utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230
SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima
Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi
ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar
3.7 Daerah terjauh 21
[AU]0 50 100 150
polar
view
classical
resonant
scattered
20
40
i [deg]
60
80
[AU]0 50 100 150
ecliptic
view
Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan
dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim
yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep “Vision Mission” yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak
ke heliosfer.
3.7.2 Awan Oort
Secara hipotesis, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es,
dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000
SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet
yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort
bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan
bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[62][63]
3.7.3 Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat
eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown,
penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun
22 3 STRUKTUR
Eris dan satelitnya Dysnomia
sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya
berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000
CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown
menjuluki kelompok ini “Awan Oort bagian dalam”, karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh
lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih
harus ditentukan dengan pasti.
3.7.4 Batasan-batasan
Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi
gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort,
di sisi lain, tidak lebih besar dari 50.000 SA.[64]
Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper
dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan belum dipetakan. Selain itu,
juga ada studi yang sedang berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius dan matahari.[65]
Objek-objek baru
mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
3.8 Dimensi 23
Voyager memasuki heliosheath
3.8 Dimensi
Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:
4 Konteks galaksi
Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan
memiliki sekitar 200 miliar bintang.[66]
Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan
Orion.[67]
Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit
mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68]
Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada
posisi akhir bintang Vega.[69]
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah
mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menero-
bos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar
terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi
kehidupan.[70]
Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang
yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata
Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demiki-
an, para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan
di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam
bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]
24 4 KONTEKS GALAKSI
The Oort cloud
(comprising many
billions of comets)
Kuiper Belt and outer
solar system planetary orbits
Orbit of binary
Kuiper belt object
1998 WW31
Pluto’s orbit
Gambaran seorang artis tentang Awan Oort
4.1 Daerah lingkungan sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar
Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble),
yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang
terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma
bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72]
Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang
terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B me-
rupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima
Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.
Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya),
Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun
cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa Matahari,
dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya
yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun
cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73]
Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-
kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74]
Planet luar Tata Surya
terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit
lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang
sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk
25
Foto teleskop Sedna
bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75]
5 Lihat pula
• Kronologi eksplorasi Tata Surya
• Galaksi Bimasakti
• Alam semesta
• Alam semesta teramati
• Kosmologi
6 Catatan
1. ^
Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penama-
an astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun,
istilah ini juga sering ditemui dalam bentuk huruf kecil (tata surya)
2. ^
Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil.
3. ^
Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan
semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan perhitungan kasar untuk massa awan Oort (sekitar
3 kali massa Bumi),,[76]
sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55]
dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali
massa Bumi)[39]
dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari.
26 7 REFERENSI
Galactic
Core
Obscured
Sun's
O
rbit
Norma
Scutum-Crux
Sagittarius
Perseus
LocalSpur
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti
Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa
Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan.
4. ^
Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar
jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjarak sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter
5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA..
7 Referensi
[1] Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralo-
gical Works), (Principia, Volume 1)
[2] See, T. J. J. (1909). “The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System”.
Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Diakses tanggal 2006-07-23.
[3] M. M. Woolfson (1993). “The Solar System: Its Origin and Evolution”. Journal of the Royal Astronomical Society 34:
1–20. Diakses tanggal 2008-04-16. More than one of |work= dan |journal= specified (bantuan)
[4] Benjamin Crowell (1998-2006). “5”. Conservation Laws. lightandmatter.com.
[5] M Woolfson (2000). “The origin and evolution of the solar system”. Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468-
4004.2000.00012.x.
[6] nineplanets.org. “An Overview of the Solar System”. Diakses tanggal 2007-02-15.
27
Lukisan artis dari Gelembung Lokal
[7] Amir Alexander (2006). “New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt”. The Planetary
Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-22. Diakses tanggal 2006-11-08.
[8] “The Final IAU Resolution on the definition of “planet” ready for voting”. IAU. 2006-08-24. Diakses tanggal 2007-03-02.
[9] “Dwarf Planets and their Systems”. Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey.
2008-11-07. Diakses tanggal 2008-07-13.
[10] “Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto”. International Astronomical Union (News Release - IAU0804),
Paris. 11 June 2008. Diakses tanggal 2008-06-11.
[11] Feaga, L (2007). “Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed
by Deep Impact”. Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009.
[12] Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN
0521800900. OCLC 223304585 46685453.
[13] Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). “The Second Guide Star Catalogue and Cool
Stars”. Perkins Observatory. Diakses tanggal 2006-12-26.
[14] Nir J. Shaviv (2003). “Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger
Solar Wind”. Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Diakses tanggal 20090126.
[15] T. S. van Albada, Norman Baker (1973). “On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters”. Astrophysical Journal
185: 477–498. doi:10.1086/152434.
[16] Charles H. Lineweaver (2001-03-09). “An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quan-
tifying Metallicity as a Selection Effect”. University of New South Wales. Diakses tanggal 2006-07-23.
28 7 REFERENSI
[17] “Solar Physics: The Solar Wind”. Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Diakses tanggal 2006-10-03.
[18] Phillips, Tony (2001-02-15). “The Sun Does a Flip”. Science@NASA. Diakses tanggal 2007-02-04.
[19] A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA
[20] Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of
Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299.
(Full text)
[21] Lundin, Richard (2001-03-09). “Erosion by the Solar Wind”. Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763
abstract full text.
[22] Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). “Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on
the heliospheric modulation of cosmic rays”. Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005.
Diakses tanggal 2007-02-11.
[23] “Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud”. 1998. Diakses tanggal 2007-02-03.
[24] “ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets”. ESA Science and Technology. 2003. Diakses
tanggal 2007-02-03.
[25] Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). “Origins of Solar System Dust beyond Jupiter”. The
Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Diakses tanggal 2007-02-09.
[26] Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury’s Lithosphere, Abstracts of the 25th
Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S
[27] Bill Arnett (2006). “Mercury”. The Nine Planets. Diakses tanggal 2006-09-14.
[28] Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury’s mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528.
[29] Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294.
[30] Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember
2006.
[31] Paul Rincon (1999). “Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus” (PDF). Johnson Space Center Houston, TX,
Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Diakses tanggal 2006-11-19.
[32] Anne E. Egger, M.A./M.S. “Earth’s Atmosphere: Composition and Structure”. VisionLearning.com. Diakses tanggal
2006-12-26.
[33] David Noever (2004). “Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-07-
23.
[34] Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). “A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness”.
The Astronomical Journal. Diakses tanggal 2006-12-26.
[35] “Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Diakses tanggal 2009-
03-01.
[36] Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). “The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt” (PDF).
Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Diakses tanggal 2007-03-22.
[37] “IAU Planet Definition Committee”. International Astronomical Union. 2006. Diakses tanggal 2009-03-01.
[38] “New study reveals twice as many asteroids as previously believed”. ESA. 2002. Diakses tanggal 2006-06-23.
[39] Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). “Hidden Mass in the Asteroid Belt”. Icarus
158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837.
[40] Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). “On the Definition of the Term Meteoroid”. Quarterly Journal of the Royal
Astronomical Society 36 (3): 281–284. Diakses tanggal 2006-08-31.
[41] “History and Discovery of Asteroids” (DOC). NASA. Diakses tanggal 2006-08-29.
[42] Phil Berardelli (2006). “Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water”. SpaceDaily. Diakses tanggal 2006-
06-23.
[43] Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). “Formation of Giant Planets” (PDF). NASA Ames Research Center; California
Institute of Technology. Diakses tanggal 2006-01-16.
29
[44] Pappalardo, R T (1999). “Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies”. Brown
University. Diakses tanggal 2006-01-16.
[45] J. S. Kargel (1994). “Cryovolcanism on the icy satellites”. U.S. Geological Survey. Diakses tanggal 2006-01-16.
[46] Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). “10 Mysteries of the Solar System”. Astronomy
Now. Diakses tanggal 2006-01-16.
[47] Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). “Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune”.
NASA, Ames Research Center. Diakses tanggal 2006-01-16.
[48] Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). “The Plausibility of Boiling Geysers on Triton”. Beacon eSpace. Diakses tanggal
2006-01-16.
[49] Sekanina, Zdenek (2001). “Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publi-
cations of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93.
[50] Królikowska, M. (2001). “A study of the original orbits of hyperbolic comets”. Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316–
324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Diakses tanggal 2007-01-02.
[51] Fred L. Whipple (1992-04). “The activities of comets related to their aging and origin”. Diakses tanggal 2006-12-26.
[52] John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007).
“Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope”. Diakses tanggal
2008-09-21.
[53] Patrick Vanouplines (1995). “Chiron biography”. Vrije Universitiet Brussel. Diakses tanggal 2006-06-23.
[54] “List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects”. IAU: Minor Planet Center. Diakses tanggal 2007-04-02.
[55] Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). “The Solar System Beyond The Planets” (PDF). Institute for Astronomy, Uni-
versity of Hawaii. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-05-25. Diakses tanggal 2007-01-03.
[56] M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech,
R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). “Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey”. Lowell
Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology,
University of Hawaii, University of California at Berkeley. Diakses tanggal 2006-09-07.
[57] E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). “Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System”
(PDF). Diakses tanggal 2006-12-26.
[58] Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). “Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and
other nonlinear oscillators”. American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278 abstract full text.
[59] Marc W. Buie (2008-04-05). “Orbit Fit and Astrometric record for 136472”. SwRI (Space Science Department). Diakses
tanggal 2008-07-13.
[60] David Jewitt (2005). “The 1000 km Scale KBOs”. University of Hawaii. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-15.
Diakses tanggal 2006-07-16.
[61] Mike Brown (2005). “The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.”. CalTech. Diakses
tanggal 2006-09-15.
[62] Stern SA, Weissman PR. (2001). “Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.”. Space
Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Diakses tanggal 2006-11-19.
[63] Bill Arnett (2006). “The Kuiper Belt and the Oort Cloud”. nineplanets.org. Diakses tanggal 2006-06-23.
[64] T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer.
p. 1.
[65] Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). “A New Observational Search
for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images”. Diakses tanggal 2006-07-23.
[66] A.D. Dolgov (2003). “Magnetic fields in cosmology”. Diakses tanggal 2006-07-23.
[67] R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). “Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk”. Diakses tanggal 2006-07-23.
[68] Leong, Stacy (2002). “Period of the Sun’s Orbit around the Galaxy (Cosmic Year”. The Physics Factbook. Diakses tanggal
2007-04-02.
30 8 PRANALA LUAR
[69] C. Barbieri (2003). “Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana”. IdealS-
tars.com. Diakses tanggal 2007-02-12.
[70] Leslie Mullen (2001). “Galactic Habitable Zones”. Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-06-23.
[71] “Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction”. Physorg.com. 2005. Diakses tanggal 2007-02-02.
[72] “Near-Earth Supernovas”. NASA. Diakses tanggal 2006-07-23.
[73] “Stars within 10 light years”. SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02.
[74] “Tau Ceti”. SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02.
[75] “HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET”. Hubblesite. 2006. Text “accessdate-2008-01-13”
ignored (bantuan)
[76] Alessandro Morbidelli (2006). “Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs”. CNRS, Observatoire de la
Côte d’Azur. Diakses tanggal 2007-08-03.
8 Pranala luar
• (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia
• (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada saat ini bintang-bintang dan planet-planet di langit
malam.
• (Indonesia) Mengenal Tata Surya dan Proses Pembentukannya
• (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu)
• (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya.
• (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA
31
9 Text and image sources, contributors, and licenses
9.1 Text
• Tata Surya Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya?oldid=11709040 Kontributor: Meursault2004, Hayabusa future, Andi-
ka, *drew, Bennylin, Nesnad, Midori, Borgx, Kembangraps, RobotQuistnix, Sentausa, Ciko, Borgxbot, Hariadhi, IvanLanin, Hendry
allen, T-W~idwiki, Hand15, Jagawana, Erwin Long, Andri.h, Farras, Gombang, Naval Scene, JAnDbot, Gabriel Iwan Prasetyono, Ade
Indra D., LaninBot, TottyBot, CommonsDelinker, Mimihitam, Idioma-bot, Albertus Aditya, VolkovBot, M. Adiputra, TXiKiBoT, Bo-
tMultichill, SieBot, AlleborgoBot, Maqi, Aldo samulo, PipepBot, Sirihkuning, Goodboys, NoiX, MimihitamBot, Synthebot, PixelBot,
Alexbot, Hysocc, SilvonenBot, MelancholieBot, Ayrenz, HerculeBot, OrophinBot, Gibransyah, Amirobot, Ptbotgourou, Medium69, Aris
riyanto, Ezagren, DirlBot, Xqbot, Masrudin, Jwidjaja, Shengwei95, Parvons, Kenrick95, William Surya Permana, Tjmoel, TobeBot, Fo-
xBot, Dinamik-bot, KamikazeBot, Alagos, Franky Setiawan, TjBot, Kenrick95Bot, EmausBot, ZéroBot, Wagino 20100516, JackieBot,
RedBot, Aldnonymous, ArdBot, ChuispastonBot, WikitanvirBot, Mjbmrbot, Dhio270599, Cellogic, Wagino Bot, Moch. Nachli, Mer-
lIwBot, Py21, AvicBot, Vagobot, JohnThorne, Andreas Sihono, Botrie, Rizky Setiawan, JYBot, Yanu Tri, Denny eR Ge, Bonaditya,
Rotlink, C5st4wr6ch, Hanamanteo, Addbot, CYl7EPTEMA777, Imamnawawie, Sultan Haykal, SamanthaPuckettIndo, Ign christian,
Nugroho Lulut, JThorneBOT, Rachmat-bot, Intan Rahmadhani Jr dan Pengguna anonim: 93
9.2 Images
• Berkas:Ceres_optimized.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fc/Ceres_optimized.jpg Lisensi: Public do-
main Kontributor: image (Cropped from original) from Hubble Space Telescope Pembuat asli: NASA, ESA, J. Parker (Southwest Research
Institute), P. Thomas (Cornell University), and L. McFadden (University of Maryland, College Park)
• Berkas:Ceres_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/ca/Ceres_symbol.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: No machine-readable source provided. Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable
author provided. Lexicon assumed (based on copyright claims).
• Berkas:Comet_c1995o1.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/Comet_c1995o1.jpg Lisensi: CC-BY-
SA-3.0 Kontributor: Person of photography Miketsukunibito. Photography place is Asahi spirit village in Aichi of Japan. Pembuat
asli: Miketsukunibito
• Berkas:Crystal_Clear_app_xmag.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg
Lisensi: LGPL Kontributor:
• Crystal_Clear_app_xmag.png Pembuat asli: Crystal_Clear_app_xmag.png: Everaldo Coelho and YellowIcon
• Berkas:De_Revolutionibus_manuscript_p9b.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e8/De_Revolutionibus_
manuscript_p9b.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: www.bj.uj.edu.pl Pembuat asli: Nicolas Copernicus
• Berkas:Earth_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e7/Earth_symbol.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: Unicode (U+2295:⊕ U+2641:♁ U+2A01:⨁ U+2D32: ) Pembuat asli: OsgoodeLawyer
• Berkas:Eris_and_dysnomia2.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Eris_and_dysnomia2.jpg Lisensi:
Public domain Kontributor: http://www.nasa.gov/mission_pages/hubble/news/eris.html . Originally uploaded to en.wikipedia by en:User:
Serendipodous. For more information, see the description page Pembuat asli: NASA, ESA, and M. Brown
• Berkas:Fairytale_bookmark_gold.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/Fairytale_bookmark_gold.svg
Lisensi: LGPL Kontributor: File:Fairytale bookmark gold.png (LGPL) Pembuat asli: Caihua + Lilyu for SVG
• Berkas:Gas_giants_and_the_Sun_(1_px_=_1000_km).jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/be/Gas_giants_
and_the_Sun_%281_px_%3D_1000_km%29.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: Image prepared by myself from NSSDC (National
Space Science Data Center) images Pembuat asli: Urhixidur, successive modification by Jrockley
• Berkas:GerardKuiper.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0b/GerardKuiper.jpg Lisensi: Public domain
Kontributor: ? Pembuat asli: ?
• Berkas:Heliospheric-current-sheet.gif Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b6/Heliospheric-current-sheet.
gif Lisensi: Public domain Kontributor: [1] from http://lepmfi.gsfc.nasa.gov/mfi/hcs/hcs_shape.html . Pembuat asli: Werner Heil (see
“other version” below).
• Berkas:InnerSolarSystem-en.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/InnerSolarSystem-en.png Lisensi:
Public domain Kontributor: Transferred from en.wikipedia to Commons. Pembuat asli: Mdf di Wikipedia bahasa Inggris
• Berkas:Jupiter_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/26/Jupiter_symbol.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
• Berkas:Kuiper_belt_-_Oort_cloud-en.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Kuiper_belt_-_Oort_cloud-en.
svg Lisensi: Public domain Kontributor: http://herschel.jpl.nasa.gov/solarSystem.shtml Pembuat asli:
• This SVG image was created by Medium69.
• Berkas:Local_bubble.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3d/Local_bubble.jpg Lisensi: Public domain
Kontributor: http://science.nasa.gov/headlines/y2003/06jan_bubble.htm (originally uploaded to en.wikipedia here) Pembuat asli: NASA;
modified from original version by User:Geni
• Berkas:Mars_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b7/Mars_symbol.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: This vector image was created with Inkscape by Lexicon, and then manually replaced by sarang.
• Berkas:Masses_of_the_planets.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3e/Masses_of_the_planets.png Li-
sensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: self Pembuat asli: kwami (talk)
• Berkas:Mercury_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2e/Mercury_symbol.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
32 9 TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES
• Berkas:Milky_Way_Spiral_Arm.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c4/Milky_Way_Spiral_Arm.svg Li-
sensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: File:Milky Way Spiral Arms.png by User:Dragons flight, self-made SVG; Pembuat asli: User:Surachit
• Berkas:Neptune_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/47/Neptune_symbol.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Amit6
• Berkas:Oort_cloud_Sedna_orbit-de.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c0/Oort_cloud_Sedna_orbit-de.
svg Lisensi: Public domain Kontributor:
• Oort_cloud_Sedna_orbit.jpg Pembuat asli: Oort_cloud_Sedna_orbit.jpg: Image courtesy of NASA / JPL-Caltech / R. Hurt
• Berkas:Outersolarsystem_objectpositions_labels_comp.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/81/Outersolarsystem_
objectpositions_labels_comp.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: ? Pembuat asli: ?
• Berkas:Pierre-Simon_Laplace.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/Pierre-Simon_Laplace.jpg Lisen-
si: Public domain Kontributor: This image appears identical to the cover image used by Gillispie et al. They cite the portrait as an 1842
posthumous portrait by Madame Feytaud, courtesy of the Académie des Sciences, Paris. Pembuat asli: Sophie Feytaud (fl.1841)
• Berkas:Planetoid_90377_sedna_animation_location.gif Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/21/Planetoid_
90377_sedna_animation_location.gif Lisensi: Public domain Kontributor: ? Pembuat asli: ?
• Berkas:Planets2008-id.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e5/Planets2008-id.jpg Lisensi: Public doma-
in Kontributor: Planets2008.jpg Pembuat asli:
• Original verison: http://sse.jpl.nasa.gov/planets/index.cfm
• Berkas:Pluto_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/ff/Pluto_symbol.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
• Berkas:Pluto_system_2006.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d6/Pluto_and_its_satellites_%282005%
29.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/2006/29/image/b Pembuat asli:
H. Weaver (JHU/APL), A. Stern (SwRI), and the HST Pluto Companion Search Team
• Berkas:Saturn.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7f/Saturn.svg Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: fait
moi-même Pembuat asli: fait moi-même
• Berkas:Saturn_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/74/Saturn_symbol.svg Lisensi: Public doma-
in Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
• Berkas:Sedna-NASA.JPG Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2a/Sedna-NASA.JPG Lisensi: Public domain
Kontributor: Caltech animated gif of the Sedna discovery images (True source image using green circle from Caltech website)
http://photojournal.jpl.nasa.gov/catalog/PIA05568 (Samuel Oschin Telescope 2003-11-14. Rotated and flipped; using yellow arrows)
Pembuat asli: This is the discovery image of Sedna taken with the Palomar Observatory’s 48-inch Schmidt Telescope (now called the
Samuel Oschin Telescope). JPL public web sites (public sites ending with a jpl.nasa.gov address)
• Berkas:Solarsys.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Solarsys.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontribu-
tor: Karya sendiri Pembuat asli: Rursus
• Berkas:Sound-icon.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/47/Sound-icon.svg Lisensi: LGPL Kontributor:
Derivative work from Silsor's versio Pembuat asli: Crystal SVG icon set
• Berkas:Sun_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6f/Sun_symbol.svg Lisensi: Public domain Kon-
tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Melian
• Berkas:Tata_Surya.ogg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Tata_Surya.ogg Lisensi: CC BY 3.0 Kontri-
butor: Artikel lisan tata surya Pembuat asli: Gibransyah di Wikipedia bahasa Bahasa Indonesia
• Berkas:Terrestrial_planet_size_comparisons.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b9/Terrestrial_planet_
size_comparisons.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://solarsystem.nasa.gov/multimedia/gallery/terr_sizes.jpg Pembuat asli:
wikipedia user Brian0918
• Berkas:TheKuiperBelt_Projections_100AU_Classical_SDO.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/
TheKuiperBelt_Projections_100AU_Classical_SDO.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: No machine-readable source provided.
Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable author provided. Eurocommuter~commonswiki
assumed (based on copyright claims).
• Berkas:TheKuiperBelt_Projections_55AU_Classical_Plutinos.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/
TheKuiperBelt_Projections_55AU_Classical_Plutinos.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: No machine-readable source provided.
Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable author provided. Eurocommuter~commonswiki
assumed (based on copyright claims).
• Berkas:The_Sun_by_the_Atmospheric_Imaging_Assembly_of_NASA’{}s_Solar_Dynamics_Observatory_-_20100819.jpg Sum-
ber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b4/The_Sun_by_the_Atmospheric_Imaging_Assembly_of_NASA%27s_Solar_
Dynamics_Observatory_-_20100819.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://sdo.gsfc.nasa.gov/assets/img/browse/2010/08/19/
20100819_003221_4096_0304.jpg Pembuat asli: NASA/SDO (AIA)
• Berkas:Uranus_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f1/Uranus_symbol.svg Lisensi: Public do-
main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
• Berkas:Venus_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/Venus_symbol.svg Lisensi: Public domain
Kontributor: Karya sendiri Unicode U+2640 (♀). Pembuat asli: Kyle the hacker
• Berkas:Voyager_1_entering_heliosheath_region.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4f/Voyager_1_entering_
heliosheath_region.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://www.nasa.gov/vision/universe/solarsystem/voyager_agu.html Pembuat
asli: NASA/Walt Feimer
9.3 Content license
• Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0

More Related Content

What's hot

Tata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaTata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaPaarief Udin
 
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata suryaMakalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
State University of Padang
 
Jagat Raya
Jagat RayaJagat Raya
Jagat Raya
Tresya Issura
 
Makalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnusMakalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnus
Santos Tos
 
Makalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA IIMakalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA II
Shriie Arianti
 
Ghhh
GhhhGhhh
Ghhh
fajrin17
 
Karya ilmiah astronomi
Karya ilmiah astronomiKarya ilmiah astronomi
Karya ilmiah astronomi
UD. Berkah Jaya Komputer
 
Ppt alam semesta dan tata surya
Ppt alam semesta dan tata suryaPpt alam semesta dan tata surya
Ppt alam semesta dan tata surya
Vica Abhinayya
 
Antariksa dan Galaksi
Antariksa dan GalaksiAntariksa dan Galaksi
Ppt ipba galaksi dan alam semesta
Ppt ipba galaksi dan alam semesta Ppt ipba galaksi dan alam semesta
Ppt ipba galaksi dan alam semesta
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Anggota tata surya
Anggota tata suryaAnggota tata surya
Anggota tata surya
Fitriyana Migumi
 
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
yusuf hidayat
 
Solusi osk astro 2012 kode s3
Solusi osk astro 2012   kode s3Solusi osk astro 2012   kode s3
Solusi osk astro 2012 kode s3Mariano Nathanael
 
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
Ifron Lemba
 
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
Dhea Yulia Ningsih
 

What's hot (19)

Tata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaTata surya rizky amalia
Tata surya rizky amalia
 
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata suryaMakalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
Makalah Astronomi tentang Planet dalam Tata surya
 
Jagat Raya
Jagat RayaJagat Raya
Jagat Raya
 
JAGAT RAYA
JAGAT RAYAJAGAT RAYA
JAGAT RAYA
 
Planet
PlanetPlanet
Planet
 
Makalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnusMakalah tentang saturnus
Makalah tentang saturnus
 
Makalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA IIMakalah Konsep Dasar IPA II
Makalah Konsep Dasar IPA II
 
Anggi 1001911
Anggi 1001911Anggi 1001911
Anggi 1001911
 
Ghhh
GhhhGhhh
Ghhh
 
Karya ilmiah astronomi
Karya ilmiah astronomiKarya ilmiah astronomi
Karya ilmiah astronomi
 
Ppt alam semesta dan tata surya
Ppt alam semesta dan tata suryaPpt alam semesta dan tata surya
Ppt alam semesta dan tata surya
 
Antariksa dan Galaksi
Antariksa dan GalaksiAntariksa dan Galaksi
Antariksa dan Galaksi
 
Ppt ipba galaksi dan alam semesta
Ppt ipba galaksi dan alam semesta Ppt ipba galaksi dan alam semesta
Ppt ipba galaksi dan alam semesta
 
Anggota tata surya
Anggota tata suryaAnggota tata surya
Anggota tata surya
 
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
Hipotesis pembentukan bumi dan tata surya no.2
 
Solusi osk astro 2012 kode s3
Solusi osk astro 2012   kode s3Solusi osk astro 2012   kode s3
Solusi osk astro 2012 kode s3
 
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
3 teori pembentukan atau terbentuknya jagat raya
 
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (Jagat Raya)
 
Alam semesta
Alam semestaAlam semesta
Alam semesta
 

Similar to Mengenal tata surya

Bab i
Bab iBab i
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).pptIPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
IwanPermanaSuwarna1
 
Si stem tata surya
Si stem tata suryaSi stem tata surya
Si stem tata surya
Febri Yanto
 
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.docMAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
PuskesmasPasundanGar
 
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.docMAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
PuskesmasPasundanGar
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
Potpotya Fitri
 
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepasSumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
Atifah Ruzana Abd Wahab
 
Tata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaTata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaPaarief Udin
 
junaedi
junaedijunaedi
junaedi
Jund Edhy
 
TATA SURYA - 2.pdf
TATA SURYA - 2.pdfTATA SURYA - 2.pdf
TATA SURYA - 2.pdf
WheniKusuma1
 
TATA SURYA
TATA SURYATATA SURYA
TATA SURYA
Nabila Yuni
 
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semestaPertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
Nurainun Adamy
 
Tata surya dan proses terbentuknya jagat raya
Tata surya dan proses terbentuknya jagat rayaTata surya dan proses terbentuknya jagat raya
Tata surya dan proses terbentuknya jagat raya
Neng Oktaviani Sri Malikah
 
ANGGOTA TATA SURYA
ANGGOTA TATA SURYAANGGOTA TATA SURYA
ANGGOTA TATA SURYA
Fitriyana Migumi
 
PPT IAD KLMPK 5.pptx
PPT IAD KLMPK 5.pptxPPT IAD KLMPK 5.pptx
PPT IAD KLMPK 5.pptx
musdalifahskg0123
 
Bab iii nellawati
Bab iii nellawatiBab iii nellawati
Bab iii nellawati
Nella Wati
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
Fadli Mridwan
 

Similar to Mengenal tata surya (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).pptIPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
IPBA - pertemuan 2 (Pembentukan Tata surya).ppt
 
Si stem tata surya
Si stem tata suryaSi stem tata surya
Si stem tata surya
 
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.docMAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
 
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.docMAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
MAKALAH_BUMI_DAN_TATA_SURYA_KONSEP_DASAR.doc
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
 
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepasSumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
Sumbangan ahli astronomi serta perkembangan teori dan teknologi angkasa lepas
 
Tata surya rizky amalia
Tata surya rizky amaliaTata surya rizky amalia
Tata surya rizky amalia
 
junaedi
junaedijunaedi
junaedi
 
TATA SURYA - 2.pdf
TATA SURYA - 2.pdfTATA SURYA - 2.pdf
TATA SURYA - 2.pdf
 
Tata surya 6
Tata surya 6Tata surya 6
Tata surya 6
 
TATA SURYA
TATA SURYATATA SURYA
TATA SURYA
 
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semestaPertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
Pertemuan 4&5-6-bumi dlm alam semesta
 
Tata surya dan proses terbentuknya jagat raya
Tata surya dan proses terbentuknya jagat rayaTata surya dan proses terbentuknya jagat raya
Tata surya dan proses terbentuknya jagat raya
 
Udah direvisi2
Udah direvisi2Udah direvisi2
Udah direvisi2
 
ANGGOTA TATA SURYA
ANGGOTA TATA SURYAANGGOTA TATA SURYA
ANGGOTA TATA SURYA
 
PPT IAD KLMPK 5.pptx
PPT IAD KLMPK 5.pptxPPT IAD KLMPK 5.pptx
PPT IAD KLMPK 5.pptx
 
Bab iii nellawati
Bab iii nellawatiBab iii nellawati
Bab iii nellawati
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 

Recently uploaded

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 

Recently uploaded (20)

Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 

Mengenal tata surya

  • 1. Mengenal Tata Surya Gambaran umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris. Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b] , dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar. Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km). Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain. 1 Asal usul Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah: 1
  • 2. 2 1 ASAL USUL Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula Hipotesis Nebula Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)[1] tahun 1734 dan disempur- nakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant- Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
  • 3. 3 Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan su-
  • 4. 4 2 SEJARAH PENEMUAN hunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.[3] Hipotesis Planetisimal Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadi- nya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid. Hipotesis Pasang Surut Bintang Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terben- tuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang ke- mudian terkondensasi menjadi planet.[3] Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.[3] Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.[4] Hipotesis Kondensasi Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa. Hipotesis Bintang Kembar Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis menge- mukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. Hipotesis Protoplanet Teori ini dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan Chandarasekar. Menurut te- ori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet. 2 Sejarah penemuan Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk mema- hami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam” dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan
  • 5. 5 Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus. Bumi, yang sebelumnya digagas oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari di- kelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
  • 6. 6 3 STRUKTUR Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter. Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hu- bungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pen- carian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan Pluto. Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit. 3 Struktur Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.[5] Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.[c] Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dina- mai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika. Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley. Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya berbentuk elips. Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d] , sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima. Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
  • 7. 3.1 Terminologi 7 Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari 0.1% tidak nampak dalam diagram di atas. 3.1 Terminologi Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.[6] Sejak ditemukannya Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.[7] Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.[8] Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris.[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut “plutoid”.[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.[8] Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir
  • 8. 8 3 STRUKTUR Merkur Venus Erde Mars Asteroiden Jupiter Inneres Sonnensystem Jupiter Saturn Uranus Pluto Kuipergürtel Sedna Äußeres Sonnensystem Orbit von SednaInnerer Bereich der Oortschen Wolke Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida,[11] memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (yang sering disebut “es raksasa”), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.[12] Istilah volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada suhunya, 'volatiles’ dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di berbagai bagian Tata Surya. 3.2 Zona planet Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3 . Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Keba- nyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki
  • 9. 3.2 Zona planet 9 Illustrasi skala Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala) diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron). Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3 .
  • 10. 10 3 STRUKTUR Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus- Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis. 3.3 Matahari Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik. Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemer- lang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.[13] Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum merupakan “puncak hidup” dari sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.[14] Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium (“metal” dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang “populasi II”.[15] Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.[16] 3.3.1 Medium antarplanet Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,[17] menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet. Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.[18] Struktur ter- besar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.[19][20] Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.[21] Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi. Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan mag- net planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.[22] Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet- planet.[23] Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.[24][25]
  • 11. 3.4 Tata Surya bagian dalam 11 Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet. 3.4 Tata Surya bagian dalam Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus. 3.4.1 Planet-planet bagian dalam Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)
  • 12. 12 3 STRUKTUR Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara Matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior. Merkurius Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26] Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27] Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan (“akresi”) penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29] Venus Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bu- mi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30] Se- jauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31] Bumi Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat, satu-satunya yang di- ketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup.70% bagian bumi ditutup oleh air sedangkan 30%bumi dituupi oleh daratan.Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipenga- ruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya. Mars Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34] 3.4.2 Sabuk asteroid Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.[35] Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.[36] Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbe- sar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.[37]
  • 13. 3.4 Tata Surya bagian dalam 13 Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.[38] Meskipun demi- kian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.[39] Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.[40] Ceres Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diame- ternya adalah sedikit kurang dari 1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal mem- bentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke 19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil. Kelompok asteroid Asteroid pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat- sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah di- bedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber air bumi.[42] Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit planet), sebutan “trojan” sering digunakan untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah
  • 14. 14 3 STRUKTUR Ceres planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran Yupiter. Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam. 3.5 Tata Surya bagian luar Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia, metan, yang sering disebut “es” dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya. 3.5.1 Planet-planet luar Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant), atau planet jovian, secara keseluruhan men- cakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya
  • 15. 3.5 Tata Surya bagian luar 15 Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi. Yupiter Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lain- nya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius. Saturnus Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45] Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti. Uranus Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet- planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lain- nya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda. Neptunus
  • 16. 16 3 STRUKTUR Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan Nep- tunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus. 3.5.2 Komet Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang. Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.[49] Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.[51] 3.5.3 Centaur Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter 250 km.[52] Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati Matahari.[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the scattered disc).[54] 3.6 Daerah trans-Neptunus Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid. 3.6.1 Sabuk Kuiper Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sa- buk ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika. Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi “sabuk klasik” dan resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.[56] Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1 [57] Pluto dan Charon Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
  • 17. 3.6 Daerah trans-Neptunus 17 Komet Hale-Bopp 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
  • 18. 18 3 STRUKTUR Plot seluruh objek sabuk Kuiper Tidak jelas apakah Charon, satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau menjadi se- buah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama disebut plutino.[58] Haumea dan Makemake Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°) [59] dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik. 3.6.2 Piringan tersebar Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang
  • 19. 3.7 Daerah terjauh 19 [AU]0 50 polar view plutinos classical 20 40 i [deg] [AU]0 50 ecliptic view Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai “objek sabuk Kuiper tersebar” (scattered Kuiper belt objects).[60] Eris Eris (rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki satu satelit, Dysnomia.[61] Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur. 3.7 Daerah terjauh Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium
  • 20. 20 3 STRUKTUR Pluto dan ketiga satelitnya antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh. 3.7.1 Heliopause Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah jurusan angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang, membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause, adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula. Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti. Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus heliopause pada sekitar
  • 21. 3.7 Daerah terjauh 21 [AU]0 50 100 150 polar view classical resonant scattered 20 40 i [deg] 60 80 [AU]0 50 100 150 ecliptic view Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA telah mengembangkan konsep “Vision Mission” yang akan khusus mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer. 3.7.2 Awan Oort Secara hipotesis, Awan Oort adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh 100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.[62][63] 3.7.3 Sedna 90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun
  • 22. 22 3 STRUKTUR Eris dan satelitnya Dysnomia sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki kelompok ini “Awan Oort bagian dalam”, karena mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti. 3.7.4 Batasan-batasan Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari 50.000 SA.[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort, sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang berjalan, yang mempelajari daerah antara Merkurius dan matahari.[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
  • 23. 3.8 Dimensi 23 Voyager memasuki heliosheath 3.8 Dimensi Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet: 4 Konteks galaksi Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 miliar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion.[67] Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.[69] Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menero- bos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.[70] Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demiki- an, para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.[71]
  • 24. 24 4 KONTEKS GALAKSI The Oort cloud (comprising many billions of comets) Kuiper Belt and outer solar system planetary orbits Orbit of binary Kuiper belt object 1998 WW31 Pluto’s orbit Gambaran seorang artis tentang Awan Oort 4.1 Daerah lingkungan sekitar Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.[72] Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B me- rupakan bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya. Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).[73] Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira- kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas) hanya 60%.[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk
  • 25. 25 Foto teleskop Sedna bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.[75] 5 Lihat pula • Kronologi eksplorasi Tata Surya • Galaksi Bimasakti • Alam semesta • Alam semesta teramati • Kosmologi 6 Catatan 1. ^ Kapitalisasi istilah ini beragam. Persatuan Astronomi Internasional, badan yang mengurusi masalah penama- an astronomis, menyebutkan bahwa seluruh objek astronomi dikapitalisasi namanya (Tata Surya). Namun, istilah ini juga sering ditemui dalam bentuk huruf kecil (tata surya) 2. ^ Lihat Daftar satelit untuk semua satelit alami dari delapan planet dan lima planet kerdil. 3. ^ Massa Tata Surya tidak termasuk Matahari, Yupiter, dan Saturnus, dapat dihitung dengan menambahkan semua massa objek terbesar yang dihitung dan menggunakan perhitungan kasar untuk massa awan Oort (sekitar 3 kali massa Bumi),,[76] sabuk Kuiper (sekitar 0,1 kali massa Bumi)[55] dan sabuk asteroid (sekitar 0,0005 kali massa Bumi)[39] dengan total massa ~37 kali massa Bumi, atau 8,1 persen massa di orbit di sekitar Matahari.
  • 26. 26 7 REFERENSI Galactic Core Obscured Sun's O rbit Norma Scutum-Crux Sagittarius Perseus LocalSpur Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti Jika dikurangi dengan massa Uranus dan Neptunus (keduanya ~31 kali massa Bumi), sisanya ~6 kali massa Bumi merupakan 1,3 persen dari massa keseluruhan. 4. ^ Astronom mengukur jarak di dalam Tata Surya dengan satuan astronomi (SA). Satu SA jaraknya sekitar jarak rata-rata Matahari dan Bumi, atau 149.598.000 km. Pluto berjarak sekitar 38 SA dari Matahari, Yupiter 5,2 SA. Satu tahun cahaya adalah 63.240 SA.. 7 Referensi [1] Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralo- gical Works), (Principia, Volume 1) [2] See, T. J. J. (1909). “The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System”. Proceedings of the American Philosophical Society 48: 119. Diakses tanggal 2006-07-23. [3] M. M. Woolfson (1993). “The Solar System: Its Origin and Evolution”. Journal of the Royal Astronomical Society 34: 1–20. Diakses tanggal 2008-04-16. More than one of |work= dan |journal= specified (bantuan) [4] Benjamin Crowell (1998-2006). “5”. Conservation Laws. lightandmatter.com. [5] M Woolfson (2000). “The origin and evolution of the solar system”. Astronomy & Geophysics 41: 1.12. doi:10.1046/j.1468- 4004.2000.00012.x. [6] nineplanets.org. “An Overview of the Solar System”. Diakses tanggal 2007-02-15.
  • 27. 27 Lukisan artis dari Gelembung Lokal [7] Amir Alexander (2006). “New Horizons Set to Launch on 9-Year Voyage to Pluto and the Kuiper Belt”. The Planetary Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-22. Diakses tanggal 2006-11-08. [8] “The Final IAU Resolution on the definition of “planet” ready for voting”. IAU. 2006-08-24. Diakses tanggal 2007-03-02. [9] “Dwarf Planets and their Systems”. Working Group for Planetary System Nomenclature (WGPSN). U.S. Geological Survey. 2008-11-07. Diakses tanggal 2008-07-13. [10] “Plutoid chosen as name for Solar System objects like Pluto”. International Astronomical Union (News Release - IAU0804), Paris. 11 June 2008. Diakses tanggal 2008-06-11. [11] Feaga, L (2007). “Asymmetries in the distribution of H2O and CO2 in the inner coma of Comet 9P/Tempel 1 as observed by Deep Impact”. Icarus 190: 345. Bibcode:2007Icar..190..345F. doi:10.1016/j.icarus.2007.04.009. [12] Michael Zellik (2002). Astronomy: The Evolving Universe (9th ed.). Cambridge University Press. p. 240. ISBN 0521800900. OCLC 223304585 46685453. [13] Smart, R. L.; Carollo, D.; Lattanzi, M. G.; McLean, B.; Spagna, A. (2001). “The Second Guide Star Catalogue and Cool Stars”. Perkins Observatory. Diakses tanggal 2006-12-26. [14] Nir J. Shaviv (2003). “Towards a Solution to the Early Faint Sun Paradox: A Lower Cosmic Ray Flux from a Stronger Solar Wind”. Journal of Geophysical Research 108: 1437. doi:10.1029/2003JA009997. Diakses tanggal 20090126. [15] T. S. van Albada, Norman Baker (1973). “On the Two Oosterhoff Groups of Globular Clusters”. Astrophysical Journal 185: 477–498. doi:10.1086/152434. [16] Charles H. Lineweaver (2001-03-09). “An Estimate of the Age Distribution of Terrestrial Planets in the Universe: Quan- tifying Metallicity as a Selection Effect”. University of New South Wales. Diakses tanggal 2006-07-23.
  • 28. 28 7 REFERENSI [17] “Solar Physics: The Solar Wind”. Marshall Space Flight Center. 2006-07-16. Diakses tanggal 2006-10-03. [18] Phillips, Tony (2001-02-15). “The Sun Does a Flip”. Science@NASA. Diakses tanggal 2007-02-04. [19] A Star with two North Poles, April 22, 2003, Science @ NASA [20] Riley, Pete; Linker, J. A.; Mikić, Z., "Modeling the heliospheric current sheet: Solar cycle variations", (2002) Journal of Geophysical Research (Space Physics), Volume 107, Issue A7, pp. SSH 8-1, CiteID 1136, DOI 10.1029/2001JA000299. (Full text) [21] Lundin, Richard (2001-03-09). “Erosion by the Solar Wind”. Science 291 (5510): 1909. DOI:10.1126/science.1059763 abstract full text. [22] Langner, U. W.; M.S. Potgieter (2005). “Effects of the position of the solar wind termination shock and the heliopause on the heliospheric modulation of cosmic rays”. Advances in Space Research 35 (12): 2084–2090. doi:10.1016/j.asr.2004.12.005. Diakses tanggal 2007-02-11. [23] “Long-term Evolution of the Zodiacal Cloud”. 1998. Diakses tanggal 2007-02-03. [24] “ESA scientist discovers a way to shortlist stars that might have planets”. ESA Science and Technology. 2003. Diakses tanggal 2007-02-03. [25] Landgraf, M.; Liou, J.-C.; Zook, H. A.; Grün, E. (May 2002). “Origins of Solar System Dust beyond Jupiter”. The Astronomical Journal 123 (5): 2857–2861. doi:10.1086/339704. Diakses tanggal 2007-02-09. [26] Schenk P., Melosh H.J. (1994), Lobate Thrust Scarps and the Thickness of Mercury’s Lithosphere, Abstracts of the 25th Lunar and Planetary Science Conference, 1994LPI....25.1203S [27] Bill Arnett (2006). “Mercury”. The Nine Planets. Diakses tanggal 2006-09-14. [28] Benz, W., Slattery, W. L., Cameron, A. G. W. (1988), Collisional stripping of Mercury’s mantle, Icarus, v. 74, p. 516–528. [29] Cameron, A. G. W. (1985), The partial volatilization of Mercury, Icarus, v. 64, p. 285–294. [30] Mark Alan Bullock. "The Stability of Climate on Venus" (PDF). Southwest Research Institute. Diakses pada 26 Desember 2006. [31] Paul Rincon (1999). “Climate Change as a Regulator of Tectonics on Venus” (PDF). Johnson Space Center Houston, TX, Institute of Meteoritics, University of New Mexico, Albuquerque, NM. Diakses tanggal 2006-11-19. [32] Anne E. Egger, M.A./M.S. “Earth’s Atmosphere: Composition and Structure”. VisionLearning.com. Diakses tanggal 2006-12-26. [33] David Noever (2004). “Modern Martian Marvels: Volcanoes?". NASA Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-07- 23. [34] Scott S. Sheppard, David Jewitt, and Jan Kleyna (2004). “A Survey for Outer Satellites of Mars: Limits to Completeness”. The Astronomical Journal. Diakses tanggal 2006-12-26. [35] “Are Kuiper Belt Objects asteroids? Are large Kuiper Belt Objects planets?". Cornell University. Diakses tanggal 2009- 03-01. [36] Petit, J.-M.; Morbidelli, A.; Chambers, J. (2001). “The Primordial Excitation and Clearing of the Asteroid Belt” (PDF). Icarus 153: 338–347. doi:10.1006/icar.2001.6702. Diakses tanggal 2007-03-22. [37] “IAU Planet Definition Committee”. International Astronomical Union. 2006. Diakses tanggal 2009-03-01. [38] “New study reveals twice as many asteroids as previously believed”. ESA. 2002. Diakses tanggal 2006-06-23. [39] Krasinsky, G. A.; Pitjeva, E. V.; Vasilyev, M. V.; Yagudina, E. I. (July 2002). “Hidden Mass in the Asteroid Belt”. Icarus 158 (1): 98–105. doi:10.1006/icar.2002.6837. [40] Beech, M.; Duncan I. Steel (September 1995). “On the Definition of the Term Meteoroid”. Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society 36 (3): 281–284. Diakses tanggal 2006-08-31. [41] “History and Discovery of Asteroids” (DOC). NASA. Diakses tanggal 2006-08-29. [42] Phil Berardelli (2006). “Main-Belt Comets May Have Been Source Of Earths Water”. SpaceDaily. Diakses tanggal 2006- 06-23. [43] Jack J. Lissauer, David J. Stevenson (2006). “Formation of Giant Planets” (PDF). NASA Ames Research Center; California Institute of Technology. Diakses tanggal 2006-01-16.
  • 29. 29 [44] Pappalardo, R T (1999). “Geology of the Icy Galilean Satellites: A Framework for Compositional Studies”. Brown University. Diakses tanggal 2006-01-16. [45] J. S. Kargel (1994). “Cryovolcanism on the icy satellites”. U.S. Geological Survey. Diakses tanggal 2006-01-16. [46] Hawksett, David; Longstaff, Alan; Cooper, Keith; Clark, Stuart (2005). “10 Mysteries of the Solar System”. Astronomy Now. Diakses tanggal 2006-01-16. [47] Podolak, M.; Reynolds, R. T.; Young, R. (1990). “Post Voyager comparisons of the interiors of Uranus and Neptune”. NASA, Ames Research Center. Diakses tanggal 2006-01-16. [48] Duxbury, N.S., Brown, R.H. (1995). “The Plausibility of Boiling Geysers on Triton”. Beacon eSpace. Diakses tanggal 2006-01-16. [49] Sekanina, Zdenek (2001). “Kreutz sungrazers: the ultimate case of cometary fragmentation and disintegration?". Publi- cations of the Astronomical Institute of the Academy of Sciences of the Czech Republic. 89 p.78–93. [50] Królikowska, M. (2001). “A study of the original orbits of hyperbolic comets”. Astronomy & Astrophysics 376 (1): 316– 324. doi:10.1051/0004-6361:20010945. Diakses tanggal 2007-01-02. [51] Fred L. Whipple (1992-04). “The activities of comets related to their aging and origin”. Diakses tanggal 2006-12-26. [52] John Stansberry, Will Grundy, Mike Brown, Dale Cruikshank, John Spencer, David Trilling, Jean-Luc Margot (2007). “Physical Properties of Kuiper Belt and Centaur Objects: Constraints from Spitzer Space Telescope”. Diakses tanggal 2008-09-21. [53] Patrick Vanouplines (1995). “Chiron biography”. Vrije Universitiet Brussel. Diakses tanggal 2006-06-23. [54] “List Of Centaurs and Scattered-Disk Objects”. IAU: Minor Planet Center. Diakses tanggal 2007-04-02. [55] Audrey Delsanti and David Jewitt (2006). “The Solar System Beyond The Planets” (PDF). Institute for Astronomy, Uni- versity of Hawaii. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-05-25. Diakses tanggal 2007-01-03. [56] M. W. Buie, R. L. Millis, L. H. Wasserman, J. L. Elliot, S. D. Kern, K. B. Clancy, E. I. Chiang, A. B. Jordan, K. J. Meech, R. M. Wagner, D. E. Trilling (2005). “Procedures, Resources and Selected Results of the Deep Ecliptic Survey”. Lowell Observatory, University of Pennsylvania, Large Binocular Telescope Observatory, Massachusetts Institute of Technology, University of Hawaii, University of California at Berkeley. Diakses tanggal 2006-09-07. [57] E. Dotto1, M.A. Barucci2, and M. Fulchignoni (2006-08-24). “Beyond Neptune, the new frontier of the Solar System” (PDF). Diakses tanggal 2006-12-26. [58] Fajans, J., L. Frièdland (October 2001). “Autoresonant (nonstationary) excitation of pendulums, Plutinos, plasmas, and other nonlinear oscillators”. American Journal of Physics 69 (10): 1096–1102. DOI:10.1119/1.1389278 abstract full text. [59] Marc W. Buie (2008-04-05). “Orbit Fit and Astrometric record for 136472”. SwRI (Space Science Department). Diakses tanggal 2008-07-13. [60] David Jewitt (2005). “The 1000 km Scale KBOs”. University of Hawaii. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-12-15. Diakses tanggal 2006-07-16. [61] Mike Brown (2005). “The discovery of 2003 UB313 Eris, the 10th planet largest known dwarf planet.”. CalTech. Diakses tanggal 2006-09-15. [62] Stern SA, Weissman PR. (2001). “Rapid collisional evolution of comets during the formation of the Oort cloud.”. Space Studies Department, Southwest Research Institute, Boulder, Colorado. Diakses tanggal 2006-11-19. [63] Bill Arnett (2006). “The Kuiper Belt and the Oort Cloud”. nineplanets.org. Diakses tanggal 2006-06-23. [64] T. Encrenaz, JP. Bibring, M. Blanc, MA. Barucci, F. Roques, PH. Zarka (2004). The Solar System: Third edition. Springer. p. 1. [65] Durda D.D.; Stern S.A.; Colwell W.B.; Parker J.W.; Levison H.F.; Hassler D.M. (2004). “A New Observational Search for Vulcanoids in SOHO/LASCO Coronagraph Images”. Diakses tanggal 2006-07-23. [66] A.D. Dolgov (2003). “Magnetic fields in cosmology”. Diakses tanggal 2006-07-23. [67] R. Drimmel, D. N. Spergel (2001). “Three Dimensional Structure of the Milky Way Disk”. Diakses tanggal 2006-07-23. [68] Leong, Stacy (2002). “Period of the Sun’s Orbit around the Galaxy (Cosmic Year”. The Physics Factbook. Diakses tanggal 2007-04-02.
  • 30. 30 8 PRANALA LUAR [69] C. Barbieri (2003). “Elementi di Astronomia e Astrofisica per il Corso di Ingegneria Aerospaziale V settimana”. IdealS- tars.com. Diakses tanggal 2007-02-12. [70] Leslie Mullen (2001). “Galactic Habitable Zones”. Astrobiology Magazine. Diakses tanggal 2006-06-23. [71] “Supernova Explosion May Have Caused Mammoth Extinction”. Physorg.com. 2005. Diakses tanggal 2007-02-02. [72] “Near-Earth Supernovas”. NASA. Diakses tanggal 2006-07-23. [73] “Stars within 10 light years”. SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02. [74] “Tau Ceti”. SolStation. Diakses tanggal 2007-04-02. [75] “HUBBLE ZEROES IN ON NEAREST KNOWN EXOPLANET”. Hubblesite. 2006. Text “accessdate-2008-01-13” ignored (bantuan) [76] Alessandro Morbidelli (2006). “Origin and dynamical evolution of comets and their reservoirs”. CNRS, Observatoire de la Côte d’Azur. Diakses tanggal 2007-08-03. 8 Pranala luar • (Indonesia) Animasi interaktif Tata Surya dalam bahasa Indonesia • (Indonesia) Sebuah applet yang menunjukkan lokasi pada saat ini bintang-bintang dan planet-planet di langit malam. • (Indonesia) Mengenal Tata Surya dan Proses Pembentukannya • (Inggris) Animasi interaktif planet-planet (145 tingkat zoom dan sejumlah efek waktu) • (Inggris) solarviews.com, tampilan multimedia Tata Surya. • (Inggris) Simulator Tata Surya milik NASA
  • 31. 31 9 Text and image sources, contributors, and licenses 9.1 Text • Tata Surya Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya?oldid=11709040 Kontributor: Meursault2004, Hayabusa future, Andi- ka, *drew, Bennylin, Nesnad, Midori, Borgx, Kembangraps, RobotQuistnix, Sentausa, Ciko, Borgxbot, Hariadhi, IvanLanin, Hendry allen, T-W~idwiki, Hand15, Jagawana, Erwin Long, Andri.h, Farras, Gombang, Naval Scene, JAnDbot, Gabriel Iwan Prasetyono, Ade Indra D., LaninBot, TottyBot, CommonsDelinker, Mimihitam, Idioma-bot, Albertus Aditya, VolkovBot, M. Adiputra, TXiKiBoT, Bo- tMultichill, SieBot, AlleborgoBot, Maqi, Aldo samulo, PipepBot, Sirihkuning, Goodboys, NoiX, MimihitamBot, Synthebot, PixelBot, Alexbot, Hysocc, SilvonenBot, MelancholieBot, Ayrenz, HerculeBot, OrophinBot, Gibransyah, Amirobot, Ptbotgourou, Medium69, Aris riyanto, Ezagren, DirlBot, Xqbot, Masrudin, Jwidjaja, Shengwei95, Parvons, Kenrick95, William Surya Permana, Tjmoel, TobeBot, Fo- xBot, Dinamik-bot, KamikazeBot, Alagos, Franky Setiawan, TjBot, Kenrick95Bot, EmausBot, ZéroBot, Wagino 20100516, JackieBot, RedBot, Aldnonymous, ArdBot, ChuispastonBot, WikitanvirBot, Mjbmrbot, Dhio270599, Cellogic, Wagino Bot, Moch. Nachli, Mer- lIwBot, Py21, AvicBot, Vagobot, JohnThorne, Andreas Sihono, Botrie, Rizky Setiawan, JYBot, Yanu Tri, Denny eR Ge, Bonaditya, Rotlink, C5st4wr6ch, Hanamanteo, Addbot, CYl7EPTEMA777, Imamnawawie, Sultan Haykal, SamanthaPuckettIndo, Ign christian, Nugroho Lulut, JThorneBOT, Rachmat-bot, Intan Rahmadhani Jr dan Pengguna anonim: 93 9.2 Images • Berkas:Ceres_optimized.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fc/Ceres_optimized.jpg Lisensi: Public do- main Kontributor: image (Cropped from original) from Hubble Space Telescope Pembuat asli: NASA, ESA, J. Parker (Southwest Research Institute), P. Thomas (Cornell University), and L. McFadden (University of Maryland, College Park) • Berkas:Ceres_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/ca/Ceres_symbol.svg Lisensi: Public domain Kontributor: No machine-readable source provided. Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable author provided. Lexicon assumed (based on copyright claims). • Berkas:Comet_c1995o1.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/Comet_c1995o1.jpg Lisensi: CC-BY- SA-3.0 Kontributor: Person of photography Miketsukunibito. Photography place is Asahi spirit village in Aichi of Japan. Pembuat asli: Miketsukunibito • Berkas:Crystal_Clear_app_xmag.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ec/Crystal_Clear_app_xmag.svg Lisensi: LGPL Kontributor: • Crystal_Clear_app_xmag.png Pembuat asli: Crystal_Clear_app_xmag.png: Everaldo Coelho and YellowIcon • Berkas:De_Revolutionibus_manuscript_p9b.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e8/De_Revolutionibus_ manuscript_p9b.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: www.bj.uj.edu.pl Pembuat asli: Nicolas Copernicus • Berkas:Earth_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e7/Earth_symbol.svg Lisensi: Public domain Kontributor: Unicode (U+2295:⊕ U+2641:♁ U+2A01:⨁ U+2D32: ) Pembuat asli: OsgoodeLawyer • Berkas:Eris_and_dysnomia2.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Eris_and_dysnomia2.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://www.nasa.gov/mission_pages/hubble/news/eris.html . Originally uploaded to en.wikipedia by en:User: Serendipodous. For more information, see the description page Pembuat asli: NASA, ESA, and M. Brown • Berkas:Fairytale_bookmark_gold.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/Fairytale_bookmark_gold.svg Lisensi: LGPL Kontributor: File:Fairytale bookmark gold.png (LGPL) Pembuat asli: Caihua + Lilyu for SVG • Berkas:Gas_giants_and_the_Sun_(1_px_=_1000_km).jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/be/Gas_giants_ and_the_Sun_%281_px_%3D_1000_km%29.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: Image prepared by myself from NSSDC (National Space Science Data Center) images Pembuat asli: Urhixidur, successive modification by Jrockley • Berkas:GerardKuiper.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0b/GerardKuiper.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: ? Pembuat asli: ? • Berkas:Heliospheric-current-sheet.gif Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b6/Heliospheric-current-sheet. gif Lisensi: Public domain Kontributor: [1] from http://lepmfi.gsfc.nasa.gov/mfi/hcs/hcs_shape.html . Pembuat asli: Werner Heil (see “other version” below). • Berkas:InnerSolarSystem-en.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/InnerSolarSystem-en.png Lisensi: Public domain Kontributor: Transferred from en.wikipedia to Commons. Pembuat asli: Mdf di Wikipedia bahasa Inggris • Berkas:Jupiter_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/26/Jupiter_symbol.svg Lisensi: Public do- main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon • Berkas:Kuiper_belt_-_Oort_cloud-en.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/56/Kuiper_belt_-_Oort_cloud-en. svg Lisensi: Public domain Kontributor: http://herschel.jpl.nasa.gov/solarSystem.shtml Pembuat asli: • This SVG image was created by Medium69. • Berkas:Local_bubble.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3d/Local_bubble.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://science.nasa.gov/headlines/y2003/06jan_bubble.htm (originally uploaded to en.wikipedia here) Pembuat asli: NASA; modified from original version by User:Geni • Berkas:Mars_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b7/Mars_symbol.svg Lisensi: Public domain Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: This vector image was created with Inkscape by Lexicon, and then manually replaced by sarang. • Berkas:Masses_of_the_planets.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3e/Masses_of_the_planets.png Li- sensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: self Pembuat asli: kwami (talk) • Berkas:Mercury_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2e/Mercury_symbol.svg Lisensi: Public do- main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon
  • 32. 32 9 TEXT AND IMAGE SOURCES, CONTRIBUTORS, AND LICENSES • Berkas:Milky_Way_Spiral_Arm.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c4/Milky_Way_Spiral_Arm.svg Li- sensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: File:Milky Way Spiral Arms.png by User:Dragons flight, self-made SVG; Pembuat asli: User:Surachit • Berkas:Neptune_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/47/Neptune_symbol.svg Lisensi: Public do- main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Amit6 • Berkas:Oort_cloud_Sedna_orbit-de.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c0/Oort_cloud_Sedna_orbit-de. svg Lisensi: Public domain Kontributor: • Oort_cloud_Sedna_orbit.jpg Pembuat asli: Oort_cloud_Sedna_orbit.jpg: Image courtesy of NASA / JPL-Caltech / R. Hurt • Berkas:Outersolarsystem_objectpositions_labels_comp.png Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/81/Outersolarsystem_ objectpositions_labels_comp.png Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: ? Pembuat asli: ? • Berkas:Pierre-Simon_Laplace.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e3/Pierre-Simon_Laplace.jpg Lisen- si: Public domain Kontributor: This image appears identical to the cover image used by Gillispie et al. They cite the portrait as an 1842 posthumous portrait by Madame Feytaud, courtesy of the Académie des Sciences, Paris. Pembuat asli: Sophie Feytaud (fl.1841) • Berkas:Planetoid_90377_sedna_animation_location.gif Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/21/Planetoid_ 90377_sedna_animation_location.gif Lisensi: Public domain Kontributor: ? Pembuat asli: ? • Berkas:Planets2008-id.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e5/Planets2008-id.jpg Lisensi: Public doma- in Kontributor: Planets2008.jpg Pembuat asli: • Original verison: http://sse.jpl.nasa.gov/planets/index.cfm • Berkas:Pluto_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/ff/Pluto_symbol.svg Lisensi: Public domain Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon • Berkas:Pluto_system_2006.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d6/Pluto_and_its_satellites_%282005% 29.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/2006/29/image/b Pembuat asli: H. Weaver (JHU/APL), A. Stern (SwRI), and the HST Pluto Companion Search Team • Berkas:Saturn.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7f/Saturn.svg Lisensi: CC BY-SA 3.0 Kontributor: fait moi-même Pembuat asli: fait moi-même • Berkas:Saturn_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/74/Saturn_symbol.svg Lisensi: Public doma- in Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon • Berkas:Sedna-NASA.JPG Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2a/Sedna-NASA.JPG Lisensi: Public domain Kontributor: Caltech animated gif of the Sedna discovery images (True source image using green circle from Caltech website) http://photojournal.jpl.nasa.gov/catalog/PIA05568 (Samuel Oschin Telescope 2003-11-14. Rotated and flipped; using yellow arrows) Pembuat asli: This is the discovery image of Sedna taken with the Palomar Observatory’s 48-inch Schmidt Telescope (now called the Samuel Oschin Telescope). JPL public web sites (public sites ending with a jpl.nasa.gov address) • Berkas:Solarsys.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Solarsys.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontribu- tor: Karya sendiri Pembuat asli: Rursus • Berkas:Sound-icon.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/47/Sound-icon.svg Lisensi: LGPL Kontributor: Derivative work from Silsor's versio Pembuat asli: Crystal SVG icon set • Berkas:Sun_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6f/Sun_symbol.svg Lisensi: Public domain Kon- tributor: Karya sendiri Pembuat asli: Melian • Berkas:Tata_Surya.ogg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d7/Tata_Surya.ogg Lisensi: CC BY 3.0 Kontri- butor: Artikel lisan tata surya Pembuat asli: Gibransyah di Wikipedia bahasa Bahasa Indonesia • Berkas:Terrestrial_planet_size_comparisons.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b9/Terrestrial_planet_ size_comparisons.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://solarsystem.nasa.gov/multimedia/gallery/terr_sizes.jpg Pembuat asli: wikipedia user Brian0918 • Berkas:TheKuiperBelt_Projections_100AU_Classical_SDO.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/ TheKuiperBelt_Projections_100AU_Classical_SDO.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: No machine-readable source provided. Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable author provided. Eurocommuter~commonswiki assumed (based on copyright claims). • Berkas:TheKuiperBelt_Projections_55AU_Classical_Plutinos.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/ TheKuiperBelt_Projections_55AU_Classical_Plutinos.svg Lisensi: CC-BY-SA-3.0 Kontributor: No machine-readable source provided. Own work assumed (based on copyright claims). Pembuat asli: No machine-readable author provided. Eurocommuter~commonswiki assumed (based on copyright claims). • Berkas:The_Sun_by_the_Atmospheric_Imaging_Assembly_of_NASA’{}s_Solar_Dynamics_Observatory_-_20100819.jpg Sum- ber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b4/The_Sun_by_the_Atmospheric_Imaging_Assembly_of_NASA%27s_Solar_ Dynamics_Observatory_-_20100819.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://sdo.gsfc.nasa.gov/assets/img/browse/2010/08/19/ 20100819_003221_4096_0304.jpg Pembuat asli: NASA/SDO (AIA) • Berkas:Uranus_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f1/Uranus_symbol.svg Lisensi: Public do- main Kontributor: Karya sendiri Pembuat asli: Lexicon • Berkas:Venus_symbol.svg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/66/Venus_symbol.svg Lisensi: Public domain Kontributor: Karya sendiri Unicode U+2640 (♀). Pembuat asli: Kyle the hacker • Berkas:Voyager_1_entering_heliosheath_region.jpg Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4f/Voyager_1_entering_ heliosheath_region.jpg Lisensi: Public domain Kontributor: http://www.nasa.gov/vision/universe/solarsystem/voyager_agu.html Pembuat asli: NASA/Walt Feimer 9.3 Content license • Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0