1. KONSEP KETUHANAN YESUS
Mata kuliah: Teologi Alkitab
Dosen Pengampu: Dr. Sandy Ariawan, S. M. G., S. Pd. K., M. A., M. Pd. K.,
Nama kelompok 2:
1. Ignatius purba (210101219)
2. Evelina Kristiani Simanjuntak (210101221)
3. Helma Yanti Purba (210101222)
4. Sara Mariana Nasution (210101234)
Menurut Jurnal
Konsep KeTuhanan Yesus
1. Jurnal Teruna Bhakti “Bukti Keillaihan Yesus menurut Injil”
Penulis : Kalis Stevanus
Link:https://www.researchgate.net/publication/348969071_Bukti_Keilahian_Yesus_
Menurut_Injil
Keilahian Yesus merupakan inti dari iman Kristen. Prinsip ini seringkali diragukan oleh banyak
kalangan. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan tentang
keilahian Yesus menurut pemberitaan keempat Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Metode
penulisan yang digunakan adalah analisis biblikal terhadap uangkapan Yesus sebagai Allah dengan
mendasarkan pada teks di dalam keempat Injil. Hasil temuan memperlihatkan ada banyak teks dari
keempat Injil yang mengindikasikan keilahian Yesus.
Yesus menyebut diri-Nya “Anak Allah” dalam injil-injil kita dapat menemukan kisah-kisah
dimana para penulis injil memberi informasi kepada para pembacanya bahwa Yesus Kristus
adalah anak Allah. Menurut Suliana Gunawan, pengakuan Yesus sebagai Anak Allah merupakan
2. momentum paling krusial yang tercatat di dalam Injil Sinoptik adalah ketika Petrus memberikan
pengakuan kepada Yesus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat. 16:16; Mrk.
8:29; Luk. 9:20). Dan pengakuan Petrus tersebut dibenarkan atau diakuinya oleh Yesus sendiri.
Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup secara terbuka di depan
umum. Maksudnya, kerahasiaan mengenai jati diri Yesus dibukakan di depan umum bahwa
memang Ia adalah Anak Allah.Pernyataan Yesus adalah Anak Allah, itu berarti Ia memiliki sifat-
sifat yang sama dengan Allah. Seorang anak memiliki sifat yang sama, spesies yang sama, esensi
yang sama dengan ayahnya. Scotchmer menyimpulkan seperti yang dikutip Josh McDowell bahwa
baik murid-murid maupun musuh-Nya mengerti berdasarkan latar belakang Yahudi mereka bahwa
istilah “Anak Allah” tersebut mempunyai arti yang ilahi. Penulis Injil Markus juga mencatat kisah
roh-roh jahat yang menyebut Yesus: “Engkaulah Anak Allah.” (Mrk.3:11). Ungkapan atau sebutan
ini mengekspresikan suatu kebenaran yang dalam mengenai jati diri Yesus sebenarnya, yang tidak
diketahui oleh orang-orang yang sedang berdiri di situ, termasuk para murid-Nya, namun diketahui
oleh roh-roh jahat tersebut. Roh-roh jahat itu mengenali Yesus adalah Anak Allah. Itu berarti roh-
roh jahat itu mengakui keilahian Yesus.
2. Menurut Jurnal “ Who is Jesus?”
Penulis : Nicky Gumbel & Keith Thomas
Link : https://www.groupbiblestudy.com/indotrue/1.-Who-is-Jesus%3F
Yesus, seorang yang bijaksana, jika sah menyebut-Nya seorang manusia, sebab Dia adalah
pelaku dari pekerjaan-pekerjaan yang dahsyat, seorang Guru dari orang-orang yang menerima
kebenaran-Nya dengan senang hati. Dia menarik banyak orang Yahudi dan bukan Yahudi kepada
Diri-Nya. Dialah Kristus; dan ketika Pilatus, atas saran kepala-kepala utama di antara kita,
menghukum-Nya kepada salib, mereka yang mengasihi-Nya sejak mulanya tidak meninggalkan-
Nya, sebab Dia menampakkan diri-Nya kepada mereka, hidup kembali pada hari ketiga,
sebagaimana yang dinubuatkan oleh para nabi ilahi dan puluhan ribu hal-hal hebat mengenai Diri-
Nya; dan suku bangsa orang-orang Kristen yang dinamakan bagi-Nya, tidaklah punah hingga hari
ini.
Yesus pernah hidup, dan banyak nubuatan alkitabiah telah dan sedang digenapi mengenai
kedatangan-Nya kembali. Saya tidak tahu mengenai Anda, namun saya membutuhkan banyak
3. bukti sebelum saya bisa mempercayakan jiwa saya kepada Kristus. Saya memulai pencarian saya
akan makna hidup dengan sungguh-sungguh. Saya tidak percaya bahwa Anda dapat membuktikan
Kekristenan dengan bukti matematika atau fisika tetapi ada sangat banyak bukti yang jika
disampaikan dalam sebuah pengadilan, maka logika berpikir seseorang akan menimbang bukti
tersebut dan memberikan keputusan bahwa Kekristenan adalah benar. Dalam pelajaran ini, saya
ingin membahas beberapa bukti sejarah bagi pribadi Kristus dan mencoba untuk memahami
siapakah Dia?
Karena Yesus memang adalah Allah, maka baginya mengampuni dosa seseorang bukanlah hal
yang mustahil. Dalam Matius 25:31-46 Yesus berbicara tentang menghakimi dunia, dan
pernyataan semacam ini hanya dapat dijalankan oleh Allah. Yesus menegaskan bahwa Dia akan
duduk di atas takhta kemuliaan-Nya dan memisahkan kambing dari domba. Dalam Markus 2:27-
28, Yesus menegaskan diri-Nya sebagai Tuhan atas hari Sabat, suatu hak yang hanya dimiliki oleh
orang yang setara dengan Allah saja. Menurut Richard T. France, inilah penerapan penuh dari
kerajaan dan kekuasaan yang dibayangkan oleh nubuat itu bagi Anak Manusia, dan yang sudah
disinggung oleh Yesus dalam berbagai kesempatan (10:23; 16:28; 19:28; 24:30).
Sebagai seorang manusia sejati, Yesus memiliki perasaan dan emosi sama seperti yang dimiliki
manusia pada umumnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus dikatakan memiliki belas kasih
kepada orang lain. Misalnya, dalam Yohanes 13:23, dikatakan bahwa ada “murid yang dikasihi-
Nya” dalam Yohanes 11:3, ketika Lazarus sedang sakit, Maria dan Marta mengirim pesan kepada-
Nya bahwa, “Tuhan, dia yang Kau kasihi, sakit”.Bahkan ketika pemimpin muda yang kaya datang
dan bertanya tentang bagaimana caranya memperoleh hidup kekal, maka dalam Markus 10:21
dikatakan bahwa Yesus memandang dia dan “menaruh kasih kepadanya”. Yesus juga menaruh
belas kasihan ketika melihat orang yang lapar, sakit dan tersesat (Mat. 9:36; 14:14; 15:32; 20:34).
Terkait dengan kemanusiaan Yesus, Dia sendiri pernah secara tidak langsung pernah secara
tidak langsung menegaskan bahwa Dia benar-benar adalah manusia. Pernyataan itu disampaikan
oleh Yesus ketika dicobai oleh Iblis di padang gurun (Mat. 4:4). Ketika Iblis mencobai Yesus untuk
mengubah batu menjadi roti, maka Yesus merespons dengan mengutip Ulangan 8:3 bahwa,
“Manusia hidup bukan dari roti saja”. Berdasarkan ungkapan Yesus ini, maka dapat dilihat dua
implikasi. Pertama, Yesus secara tidak langsung menegaskan diri-Nya adalah manusia. Kedua,
4. Yesus sedang menerapkan kutipan Ulangan 8:3 pada diri-Nya sendiri dan sekali lagi hal
ini menguatkan implikasi pertama bahwa Yesus benar-benar adalah manusia sejati.
Termasuk ketika dalam ayat 2 ditegaskan bahwa Yesus berpuasa dan lapar, di mana kondisi ini
hanya dimungkinkan dialami oleh seorang manusia. France mengatakan, Yesus berpuasa dan lapar
menunjukkan bahwa Anak Allah tidak bebas dari penderitaan manusia yang sebenarnya.30
Artinya, Yesus benar-benar telah menjadi manusia sejati yang turut merasakan penderitaan hidup
seorang manusia.
Dengan demikian, bukti-bukti dari kitab-kitab Perjanjian Baru telah menunjukkan bahwa
Yesus adalah manusia sejati melalui inkarnasi-Nya atau kelahiran-Nya sebagai manusia. Hanya
saja, yang membedakan Yesus dengan manusia pada umumnya adalah Yesus satu-satunya manusia
yang tidak berdosa. Louis Berkhof mengatakan, ”Meskipun secara hukum Yesus dijadikan
berdosa, secara etis Ia bebas dari segala kecemaran oleh karena keturunan maupun dosa karena
perbuatan. Ia tidak pernah menyatakan pengakuan karena kesalahan moral; dan juga Ia tidak
pernah bergabung dengan para murid-Nya berdoa: “Ampunilah dosa-dosa kami”.Sangatlah
penting bahwa Yesus harus memiliki natur manusia, bukan saja dengan semua sifat esensial-Nya,
tetapi juga bersama semua kelemahan manusiawi yang mungkin dialami karena kejatuhan
manusia... Pada saat yang sama Ia harus menjadi seorang manusia yang tanpa dosa, sebab seorang
manusia yang berdosa dan telah kehilangan nyawanya tentunya tidak dapat menjadi pendamai bagi
orang lain, Ibrani 7:26... Dalam rencana keselamatan Allah sangatlah penting bahwa Pengantara
itu harus juga Allah yang sejati”.
Oleh karena Yesus adalah Allah dan manusia sejati, maka Dia memenuhi syarat untuk menjadi
pengantara atau juruselamat. Ketiga, Orang Kristen dapat mengenal Allah yang benar melalui
Yesus. Dalam Yohanes 14:9, Yesus pernah berkata bahwa, “Barangsiapa telah melihatAku, ia telah
melihat Bapa”. Artinya,melalui Yesus, setiap manusia dapat mengenal dan mengalami persekutuan
dengan Allah (Bapa). Berdasarkan konteks Yohanes 14:9 , jawaban Yesus di atas merupakan
respons-Nya terhadap pertanyaan Filipus yang menggambarkan bahwa dia dan murid-murid yang
lain belum mengenal siapa Yesus, sekalipun mereka telah sekian lama bersama-sama. Bruce Milne
memberikan komentarnya tentang ungkapan Yesus yang mengindikasikan bahwa perkataan serta
karya Yesus adalah perkataan serta karya Bapa di dalam-Nya.
5. 3. Menurut Jurnal Teologi Cultivation “Analisis dan makna Teologi KeTuhanan Yang
Maha Esa dalam Konteks Pluralisme Agama Di-Indonesia”
Penulis : Erman S. Saragih
Link : https://e-journal.iakntarutung.ac.id/index.php/cultivation/article/view/175
Masih ada kelompok masyarakat Indonesia yang kurang memahami istilah keTuhanan
dalam sila pertama Pancasila. Hal ini menunjukkan belum mengalami pembauran dalam
komunitas plural dan mengakibatkan kecenderungan memiliki nilai- nilai agama yang sempit dan
primitive. Masih adanya kepercayaan di beberapa daerah terpencil yang melanggar hak orang lain.
Masih adanya sebagian penganut agama yang tidak menghormati penganut kepercayaan orang
Lain. Masih adanya pelanggaran hukum agama oleh warga negara indonesia meskipun telah
menganut suatu agama. Masalah ini tidak terlepas dari kesenjangan pemahaman agama pada
hakikatnya di Indonesia. Selain kurang menyadari indahnya perbedaan, terlalu peduli dengan
urusan agama orang lain, juga salah satu penyebab mengapa masih ada lagi warga Negara
Indonesia yang saling membenci, walaupun tidak mengadakan perang secara terbuka. Adanya
perusakan-perusakan rumah ibadah juga masih sering terjadi akibat wujud dari tidak mengertinya
orang itu akan indahnya perbedaan yang seharusnya dapat saling melengkapi dan menjadikan
Indonesia bangsa yang besar dan sangat bermoral dimata dunia karena penduduknya mampu saling
mencintai meski saling berbeda. Asumsi bahwa kelompok atau agama mayoritas yang memiliki
penganut lebih banyak dibanding dengan agama lainnya terkadang merasa lebih dibanding agama
lain yang memiliki penganut yang lebih kecil. Tentu saja agama yang memiliki penganut lebih
sedikit dibanding agama yang lain merasa terkucilkan. Terkadang dapat dirasakan juga agama
mayoritas lebih menguasai pemerintahan di Indonesia, ini seharusnya tidak terjadi karena ada
persamaan hak azasi manusia bagi masing-masing penganut agama walaupun ada yang menjadi
penganut agama minoritas. Perjuangan untuk mengatasi persoalan-persoalan sebagaimana yang
dicontohkan ialah perjuangan semua agama karena semuanya mengalami ancaman serupa. Dengan
mengikuti Harvey Cox, Knitter menyatakan bahwa konteks pengutamaan kaum miskin
(penderitaan) sebetulnya dapat menjadi dasar untuk melakukan dialog yang sejati antara agama-
agama, sebab sebagaimana Panikkar katakan semua persoalan ini tidak dapat dihadapi oleh
“agama” melainkan “agama-agama”.Suatu konsepsi doktrin keagamaan sebetulnya juga
merupakan wacana. Ia tidak lahir secara magic, bukan juga sebagai suatu pewahyuan (revelation),
dan karenanya bersifat ahistoris. Gagasan dogma dalam agama sendiri merupakan sesuatu yang
6. lahir dalam proses pergumulan sejarah yang panjang. Dalam perspektif teologi agama-agama,
dalam hal ini John Hick, pandangan mengenai keselamatan dalam konteks pluralisme dewasa ini
harusnya dimulai dengan observasi terhadap realitas moralitas manusia pada umumnya yang
menunjukan bahwa kualitas moral suatu penganut tradisi tertentu seperti kekristenan tidaklah lebih
baik dari yang lainnya, atau juga sebaliknya oleh karena kenyataan menunjukan bahwa di dalam
keduanya sama-sama ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu, bukan berarti bahwa
kekristenan lebih superior dari tradisi-tradisi lain secara moral. Eksklusifisme beragama sendiri
tidak hanya melahirkan cara pandangan yang inferior terhadap yang lain, tetapi juga bisa menjadi
potensi konflik dan kekerasan antar agama. Paham keagamaan yang ekslusif pasti melahirkan
wacana yang eksklusif juga tentunya. Wacana tidak hanya dibentuk oleh masyarakat, tapi juga
berpotensi untuk membentuk masyarakat dan di dalamnya ada relasi kekuasaan yang ter-manifest.
7. Hasil wawancara dari Narasumber
Menurut J. S ( Pegawai )
Menurut Ibu J. S : Ya Yesus itu Tuhan, Yesus tidak pernah menikah dengan Maria, Karena
didalam Alkitab tidak ada tertulis bahwa Yesus menikah dengan Maria. Dan menurut Ibu J. S
Iblis mencobai Yesus dikarenakan Iblis merasa paling berkuasa atas Yesus.
Menurut Bapak A. G. P ( Dosen )
Ya Yesus ialah Tuhan menurut pendapat bapak “A.G.P_ kalau Yesus menikah dengan Maria
itu tidak mungkin dan tidak ada tercatat di dalam Alkitab. Kalau yang di luar Alkitab tidak
boleh dipercayai, kalau Yesus dicobai iblis itu membuktikan bahwa dia adalah Allah. Dia bisa
puasa selama 30 hari 30 malam tetapi Yesus tidak mati. Bawa apa yang ada di pikiran iblis
diketahui oleh Yesus jadi hanya Allah yang mengetahui apa yang ada di pikiran iblis itu yang
menunjukkan Yesus adalah Allah. Jika Yesus manusia maka Yesus tidak akan mengetahui apa
yang ada di pikiran orang lain, karena Yesus adalah Allah maka Yesus mengetahui rencana-
rencana iblis. Yesus adalah Allah. Menurut Bapak" A. G. P" Yesus Yesus bukan nomor satu
dan bukan nomor 2 tetapi Allah itu maha kuasa kalau Allah itu tidak kelihatan maka Allah
bukan maha kuasa tetapi Allah itu bisa jadi apa air angin Yesus tidak pernah berbuat dosa
walaupun Yesus marah dia tidak pernah bercakap kotor tetapi dia hanya berkata celakalah
kamu dan dia pun tidak menyebutkan nama binatang itulah contoh bahwa Yesus tidak berdosa
Yesus adalah Allah satu-satunya. Jika kalau Yesus tidak jadi manusia dan tidak bisa jadi apa
dan air roh berarti Yesus adalah Allah.
Menurut E.G.S ( Mahasiswi )
Menurut "E.G.S" Iya, bahwa saya percaya Yesus adalah Tuhan dan di dalam alkitab dikatakan
aku adalah mesias aku adalah nabi aku adalah Tuhan seperti manusia. Kalau dilihat dari sisi
kanan Yesus tentu memiliki potensi untuk berbuat dosa tetapi Yesus 100% manusia dan 100%
Allah kalau dilihat dari sisi kebaikannya tentu tidak berpotensi berbuat dosa karena Allah itu
Kudus. Seperti itu jadi saya tidak percaya hal-hal itu menurut saya Yesus adalah Tuhan yang
memiliki tiga kepribadian.
8. Menurut T. T ( Cleaning Service )
Menurut T. T, menurut saya Yesus itu sendiri referentasi dari kebaikan kejujuran keadilan Yesus
adalah Tuhan sebenarnya saya pernah berpikir seperti itu karena Yesus ke dunia ini sebagai
manusia dan manusia itu sudah berdosa. Yesus bagian dari Tritunggal itu tidak mungkin
berbuat dosa walaupun Yesus datang ke dunia ini sebagai manusia.
Menurut I. S. T ( Dosen )
Menurut I. S. T, yang pertama Yesus adalah Tuhan dan Yesus tidak berpotensi berbuat dosa
tetapi jika Yesus berbuat dosa bukan Tuhan. Tuhan tidak akan pernah berbuat dosa Yesus
Tritunggal yang bereinkarnasi sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.
Tuhan hanya ada satu yaitu Tuhan Allah tritunggal. Tuhan sama seperti manusia yang hadir
tidak berdosa tetapi yang berdosa manusia Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan hanya
mengucapkan celakalah kamu.
9. Kesimpulan dari Perbandingan Jurnal dengan Wawancara
Berdasarkan uraian panjang lebar di atas tentang bukti-bukti dalam kitab Perjanjian Baru
perihal natur keilahian dan kemanusiaan Yesus, maka berikut ini akan diuraikan beberapa
kesimpulan.Pertama, berdasarkan bukti-bukti dalam kitab-kitab Perjanjian Baru maka
menunjukkan bukti yang melimpah tentang penjelasan terhadap keilahian dan kemanusiaan Yesus.
Dalam pengertian bahwa Perjanjian Baru menegaskan bahwa Yesus adalah Allah yang sejati
(Oknum Kedua dalam Tritunggal) telah berinkarnasi menjadi manusia, sehingga Dia juga telah
memiliki natur manusia atau Yesus adalah manusia sejati. Kedua, oleh karena bukti-bukti dalam
kitab-kitab Perjanjian Baru telah menunjukkan kebenaran bahwa Yesus adalah Allah sejati dan
manusia sejati, maka kebenaran ini secara langsung menegasi beberapa pandangan keliru dan
sesat, seperti: Ebionisme, Arianisme, Dosetisme, dan Apolinarisme.Ketiga, implikasi teologis dari
bukti-bukti keilahian dan kemanusiaan Yesus dalam Perjanjian
Baru yang menegaskan bahwa Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati dapat dilihat dalam
beberapa poin, yakni:
(1) keilahian dan kemanusiaan Yesus menyatu dalam satu pribadi (2) Yesus layak dan dapat
menjadi Pengantara atau Juruselamat manusia berdosa(3) Orang Kristen dapat mengenal Allah
yang benar melalui Yesus(4) Yesus menjadi objek penyembahan dan doa; dan (5) Yesus adalah
model atau teladan manusia yang sempurna.