2. Pendahuluan
Doktrin Kristen atau Kristiani tentang Tritunggal atau Trinitas (kata Latin
yang secara harfiah berarti "tiga serangkai", dari kata trinus, "rangkap
tiga") menyatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi atau hipostasis yang
sehakikat (konsubstansial) Bapa, Putra (Yesus Kristus), dan Roh Kudus
sebagai "satu Allah dalam tiga Pribadi Ilahi". Ketiga pribadi ini berbeda,
tetapi merupakan satu "substansi, esensi, atau kodrat" (homoousios).
Dalam konteks ini, "kodrat" adalah apa Dia, sedangkan "pribadi" adalah
siapa Dia.
3. Menurut misteri sentral dari keyakinan Kristen pada umumnya ini,
hanya ada satu Allah dalam tiga pribadi: kendati berbeda satu sama lain
dalam hubungan asal (sebagaimana dinyatakan dalam Konsili Lateran
IV, "adalah Allah yang memperanakkan, Putra yang diperanakkan, dan
Roh Kudus yang dihembuskan") dan hubungan satu sama lain, tetapi
ketiganya dinyatakan satu dalam semua yang lain, setara, sama
kekalnya, dan konsubstansial, serta masing-masing adalah Allah,
seutuhnya dan seluruhnya. Karenanya seluruh karya penciptaan dan
anugerahNya dipandang sebagai satu operasi tunggal secara bersama-
sama pada keseluruhan tiga pribadi ilahi, dengan kekhususan masing-
masing pribadi, sehingga segalanya berasal "dari Bapa", "melalui
Putra", dan "dalam Roh Kudus".
4. Penjelasan
Perjanjian Baru sebagai suatu dasar untuk mengembangkan konsep
Tritunggal. Teks Perjanjian Baru paling berpengaruh yang dianggap
menyiratkan ajaran Tritunggal adalah Matius 28:19, yang
mengamanatkan untuk membaptis "dalam nama Bapa dan [Putra] dan
Roh Kudus". Permenungan, pewartaan, dan dialog, mengarah pada
perumusan doktrin yang dirasakan sesuai dengan data-data yang
terdapat di dalam Alkitab.
5. Perjanjian Lama juga sebenarnya sejak awal telah memperkenalkan
konsep atau pemahaman tentang Trinitas ini, lihatlah dalam kisah
Penciptaan manusia pertama dengan memakai kata “kita”
Penekanan pada kata "Kita" di Kejadian 1:26 adalah mengenai
pluralitas dalam Ketuhanan, dan Kejadian 1:27 berbicara mengenai
persekutuan dalam Esensi ilahi. Salah satu kemungkinan interpretasi
atas Kejadian 1:26 adalah bahwa relasi Allah dalam Trinitas tercermin
dalam manusia melalui relasi yang ideal antara suami dan istri, dua
pribadi yang menjadi "satu daging", sebagaimana dijelaskan kemudian
dalam penciptaan Hawa Kej. 2:18-24
6. Kitab Suci tidak memuat kata Tritunggal, ataupun secara eksplisit
memformulasikan doktrin Tritunggal. Sebaliknya, menurut teologi
Kristen, Kitab Suci "memberikan kesaksian" tentang kegiatan suatu
pribadi Allah yang hanya dapat dipahami dari segi Trinitaris. Doktrin ini
baru memiliki bentuk definitifnya pada akhir abad ke-4.
7. Etimologi
• Kata "tritunggal" (bahasa Inggris: trinity) berasal dari kata Latin
trinitas, yang berarti "yang nomor tiga, tiga serangkai". Kata benda
abstrak tersebut terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing,
rangkap tiga), sebagaimana kata unitas merupakan kata benda
abstrak yang terbentuk dari unus (satu).
• Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang artinya
"satu set dari tiga" atau "yang nomor tiga". Catatan pertama terkait
penggunaan kata Yunani ini dalam teologi Kristen adalah oleh Teofilus
dari Antiokhia pada sekitar tahun 179. Ia menulis:
8. • Tertullianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awal abad ke-3,
dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan kata-kata Latin
terkait "Trinitas", "pribadi" dan "substansi", untuk menjelaskan
bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah "satu dalam esensi—bukan
satu dalam Pribadi".
• Ia berasal dari Anthiokia mendefinisikan Trinitas sebagai Allah,
Firman-Nya (Logos), dan Kebijaksanaan-Nya (Sofia) dalam konteks
diskusi mengenai tiga hari pertama penciptaan. Ia secara eksplisit
mendefinisikan Trinitas sebagai Bapa, Putra, dan Roh Kudus serta
membela teologi Trinitaris
9. Merangkai Sebuah Perdebatan
• Kendati terdapat banyak perdebatan mengenai apakah keyakinan dari Para Rasul
sekadar diartikulasikan dan dijelaskan dalam Pengakuan Iman Trinitaris, atau
terkorup dan digantikan dengan keyakinan baru, para akademisi mengakui bahwa
Pengakuan Iman itu sendiri dibuat sebagai tanggapan atas perbedaan pendapat
mengenai kodrat Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Butuh waktu beberapa abad untuk
menyelesaikan kontroversi tersebut.
• Perkembangan paling signifikan diartikulasikan selama empat abad pertama oleh
para Bapa Gereja sebagai tanggapan terhadap Adopsionisme, Sabellianisme, dan
Arianisme. Adopsionisme merupakan keyakinan bahwa Yesus adalah seorang
manusia biasa, terlahir dari Yusuf dan Maria, yang menjadi Kristus dan Putra Allah
saat Yesus dibaptis. Pada tahun 269, Sinode Antiokhia mengutuk Paulus dari
Samosata karena teologi Adopsionis yang ia kemukakan, dan juga mengutuk
istilah homoousios (ὁμοούσιος, "dari hakikat yang sama") karena ia
menggunakannya.
10. Rumusan Trinitatis
• Dalam Injil sinoptik, pembaptisan Yesus sering kali diinterpretasikan
sebagai salah satu manifestasi dari ketiga pribadi Trinitas: "Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: 'Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.'"Mat. 3:16–17
Baptisan umumnya diberikan dengan rumusan Trinitaris, "dalam
nama Bapa dan [Putra, Yesus] dan Roh Kudus". Mat. 28:19
11. • Konsili Konstantinopel I (381) juga menyampaikan, "Inilah Iman
baptisan kita yang mengajarkan kita untuk percaya dalam Nama Bapa,
Putra, dan Roh Kudus. Menurut Iman ini terdapat satu Ketuhanan,
Kuasa, dan Hakikat dari Bapa, dari Putra, dan dari Roh Kudus." Matius
28:19 dapat digunakan untuk mengindikasikan bahwa pembaptisan
dikaitkan dengan formula ini sejak dekade paling awal keberadaan
Gereja.
12. • Para teolog pra-Nicea berpendapat bahwa segala sesuatu yang
dilakukan Trinitas dikerjakan bersama-sama oleh Bapa, Putra, dan Roh
Kudus dalam satu kesatuan kehendak. Ketiga pribadi Trinitas selalu
berkarya tanpa terpisahkan, karena selalu merupakan karya dari satu
Allah. Kehendak Putra tidak dapat berbeda dengan kehendak Bapa
karena merupakan kehendak Bapa. Ketiganya memiliki satu kehendak
sebagaimana Ketiganya memiliki satu hakikat, sebab Ketiganya
adalah satu Allah.
13. • Beberapa ungkapan dalam surat-surat Paulus juga ditafsirkan sebagai hal-hal yang
mengaitkan keilahian dengan Yesus. Sebagai contoh: "karena di dalam Dialah
telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk
Dia"Kol. 1:16 dan "Sebab dalam [Kristuslah] berdiam secara jasmaniah seluruh
kepenuhan ke-Allahan",Kol. 2:9 serta dalam klaim Rasul Paulus bahwa ia diutus
"bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus
Kristus dan Allah, Bapa."Gal. 1:1[85]
• Beberapa kalangan mengemukakan bahwa Yohanes menyajikan suatu hierarki
ketika mengutip Yesus yang mengatakan, "Bapa lebih besar dari pada Aku",Yoh.
14:28 suatu pernyataan yang digunakan sebagai perbantahan oleh kelompok
nontrinitaris seperti Arianisme.[86] Namun, para Bapa Gereja seperti Agustinus
dari Hippo berpendapat bahwa pernyataan tersebut adalah untuk dipahami
sebagai Yesus yang berbicara dalam rupa seorang manusia biasa.[87]
14. • Petrus juga menegaskan hal yang sama : Tetapi Petrus berkata: 'Ananias,
mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan
menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak dijual,
bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap
dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu?
Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.'"Kis. 5:3–4
• Bagian lain yang dikutip para Bapa Kapadokia misalnya: "Oleh firman TUHAN
langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya."Mzm. 33:6
Berdasarkan pemahaman mereka, karena "nafas" dan "roh" dalam bahasa Ibrani
sama-sama tertulis " ַ
רּוח
"
"( ruach"), Mazmur 33:6 mengungkapkan peranan Putra
dan Roh Kudus sebagai para rekan-pencipta. Menurut mereka, karena Allah yang
suci dapat menciptakan makhluk-makluk suci seperti para malaikat, Putra dan
Roh Kudus tentunya adalah Allah.
15. • Roh Kudus adalah kodrat yang sama dengan Bapa dan Putra yaitu: "Siapa
gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri
manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian
pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah
selain Roh Allah."1 Kor. 2:11 ini membuktikan kalau Roh Kudus memiliki
relasi yang sama dengan Allah sebagaimana roh di dalam diri seseorang
bagi orang tersebut.
• "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah
diam di dalam kamu?"1 Kor. 3:16 dan beralasan bahwa adalah suatu
penghujatan bagi suatu kodrat yang lebih rendah untuk mendiami bait
Allah, dengan demikian membuktikan bahwa Roh Kudus setara dengan
Bapa dan Putra.[89]
16. Kesimpulan
• Trinitas adalah kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan yang lain
• Allah, Yesus dan Roh Kudus adalah setara
• Penegasan dari sejak zaman PL, PB dan juga Para Rasul serta
beberapa Konsili, Nicea, Authanasium, meskipin kata ‘trinitatis’ tidak
muncul atau tidak dikenal di dalam Alkitab, tapi benarlah konsep itu
mengikat Allah Bapa, Yesus dan Roh Kudus.
17. Selamat menjadi saksi Kristus
• Pdt. Novel Saragih
• Email : novelgkps@yahoo.co.id; saragihnovel73@gmail.com
• Youtube : Rev. Novel. S.Th., M.Si.