Teks tersebut merangkum sejarah kerajaan Samudera Pasai, yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Malikul Thahir. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan internasional dengan berdagangnya rempah-rempah seperti lada. Kerajaan Pasai juga berperan dalam perkembangan sastra dan ilmu agama Islam di Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam di indonesiaArmadira Enno
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena di media mungkin kita sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Pengaruh Masuknya Hindu-Buddha terhadap Masyarakat IndonesiaRani Insani
Bagaimana bisa Hindu-Buddha membawa pengaruh terhadap kehidupan bangsa Indonesia, lalu bidang apa saja yang mampu dipengaruhi setelah Hindu-Buddha masuk ke Indonesia? Bu
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam di indonesiaArmadira Enno
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena di media mungkin kita sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Pengaruh Masuknya Hindu-Buddha terhadap Masyarakat IndonesiaRani Insani
Bagaimana bisa Hindu-Buddha membawa pengaruh terhadap kehidupan bangsa Indonesia, lalu bidang apa saja yang mampu dipengaruhi setelah Hindu-Buddha masuk ke Indonesia? Bu
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. Indonesia sudah mengenal sistem pelayaran dan perdagangan
sejak masa kerajaan Hindu, namun pada buku ini yang diulas
oleh Adrian Bernard Lapian adalah masa pertumbuhan kerajaan
Islam abad 16 dan 17. Sistem pelayaran tidak terlepas dari sistem
angin.
1. Sistem Angin
Di Indonesia terdapat beberapa istilah untuk setiap jenis angin,
diantaranya angin taufa,angin langkisan, angin sendalu, angin
monsun. Zaman kebaharian juga meninggalkan perbedaan
antara negeri diatas angin dan negeri dibawah angin.
Pengetahuan tentang angin juga sangat penting bagi nelayan
untuk berlayar. Kondisi alam yang terletak di daerah
khatulistiwa seharusnya menempatkan kepulauan kita sebagai
wilayah kekuasaan pusat., yaitu tempat bertemunya angin yang
disebut Intertropocal Front (daerah mati).
3. Namun peredaran bumi mengitari matahari yang
menyebabkan daerah mati itu berpindah-pindah serta
lokasi Indonesia yang berada diantara 2 kontingen
menyebabkan Indonesia memiliki arah angin yang
berbeda dengan daerah tropis lainnya.
Dari sistem angin kepulauan Indonesia terutama
terlebih dibagian barat, menempatkan daerah ini
memiliki kedudukan istimewa yakni bertemunya
berbagai kapal dari semua penjuru. Menurut Wolters
pelayaran dari ke Barat itu lebih dulu beberapa abad
dibandingkan dengan pelayaran Timur.
4. Menurut Albuquerque, pada abad ke-16 terdapat indikasi adanya
penggunaan peta beraksara jawa dalam pelayaran nusantara.
Namun menurut Meilink-Roelofz menyebutkan bahwa peta
tersebut berawal pada masa sebelum 1512. Alat navigasi lain yang
tidak kalah penting adalah kompas (alat penunjuk arah), dan
astrolabe (alat pengukuran tinggi matahari).
Menurut A.B. Lapian, Arab dan Cina merupakan pelopor alat-
alat navigasi. Pada awal abad ke-17 sudah dikenal dikalangan
masyarakat pribumi namun belum umum digunakan. Pelaut
masa itu, lebih mengandalkan insting daripada peralatan. Pelaut
bisa membaca bahaya di laut luas hanya dengan melihat gerak
ombak atau arah angin. Keahlian tersebut yang kini jarang
dipakai oleh generasi pelaut muda Indonesia.
5. Sebelum ditemukan kapal api, terdapat 2 jenis kapal yaitu kapal lesung
dan kapal papan. Kapal lesung dibuat dari satu batang kayu yang
dikeruk dalamnya. Walaupun bentuknya sederhana, namun
diperlukan teknik, keahlian, serta pengalaman yang khusus karena
pembuatannya hanya menggunakan peralatan-peralatan yang
sederhana. Pada kapal papan, pembuatannya tidak kalah kompleks
dengan pembuatan kapal lesung. Karena tidak bergantung pada satu
jenis kayu saja menyebabkan panjang lunas yang berbeda-beda. Untuk
melekatkan satu kayu dengan kayu yang lainnya hanya diperlukan
pena kayu.
Sumber sejarah yang mengungkap perkembangan teknik perkapalan
Indonesia hampir tidak ada, sehingga sulit untuk merekonstruksi
sejarah perkapalan Indonesia. Namun pada abad ke-8 pada relief candi
Borobudur terdapat 3 jenis kapal yang dilukiskan, yaitu perahu lesung,
perahu besar tidak bercadik, dan perahu besar bercadik.
Selain itu menurut Antonia Galvao, tahun 1544 juga disebutkan
beberapa jenis kapal yaitu Lakafunu, kora-kora, kalulus, dan perahu
kecil yang semua kapal tersebut digerakkan dengan dayung.
6. Pegu merupakan salah satu penghasil kapal yang
cukup tersohor, namun bangsa portugis juga telah
mengenal Jawa sebagai penghasil kapal-kapan besar.
Belanda juga menyebutkan bahwa Lasem merupakan
pusat dari industri galangan kapal pada sekitar abad
16-17. Sedangkan di Indonesia bagian Timur juga
terdapat Pulau Kei sebagai pusat galangan kapal di
wilayah Timur. Tak dapat diremehkan pula, terdapat
pribumi yang membuat kapal dengan arsitekturnya
sendiri.
7. Jalur perniagaan dan pelayaran tersebut melalui laut, yang dimulai dari
Cina melalui Laut Cina Selatan kemudian Selat Malaka, Calicut:
sekarang Kalkuta (India), lalu ke Teluk Persia melalui Syam (Syuria)
sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir lalu
menuju Laut Tengah.
Indonesia, melaui selat Malaka, terlibat dalam perdagangan dengan
modal utama rempah-rempah (komoditas utama), seperti lada dari
Sumatera, cengkeh dan pala dari Indonesia Timur, dan jenis kayu-
kayuan dari Nusa Tenggara. Posisi Indonesia yang strategis dan hasil
sumber daya alam yang berlimpah menyebabkan Indonesia mampu
menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting di jalur dagang
antara Asia Timur – Asia Barat (Timur Tengah dan semenanjung Arab),
dengan Selat Malaka yang menjadi pusat-pusat dagang atau
pelabuhan-pelabuhan dagangnya.
8. Pedagang-pedagang Islam yang konflik dengan pedagang-
pedagang Portugis menyingkir ke Aceh, Banten, dan Makasar.
Mereka tetap melakukan perdagangan dan pelayaran dengan
pedagang-pedagang luar. Karena jalur melalui Selat Malaka
sudah dikuasai Portugis, maka mereka membuka jalur
perdagangan baru melalui sepanjang Pantai Barat Sumatera.
Pedagang-pedagang Islam berangkat dari bandar Banten lalu
masuk selat Sunda terus berlayar ke luar melalui pantai barat
Sumatera. Sebaliknya, Banten juga didatangi pedagang-
pedagang dari luar seperti Gujarat, Persia, Cina, Turki, Myanmar
Selatan, dan Keling.
Kapal-kapal yang berasal dari Banten ataupun ke Banten banyak
juga yang singgah ke Aceh. Sementara itu, pedagang-pedagang
Islam dari Malaka juga banyak yang mengalihkan kegiatannya ke
Aceh sebagai akibat jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Sehingga Aceh juga berkembang menjadi pusat perdagangan
dan pusat kekuasaan Islam. Sedangkan di bagian Timur, ada dua
pusat perdagangan dan kekuasaan Islam yang penting, yakni
Ternate dan Tidore.
9. Setiap daerah memiliki barang-barang yang digunakan
sebagai komoditas ekspor. Daerah dan jenis barang yang
diekspor dalam perdagangan di Indonesia sebagai berikut.
Banda dan Maluku merupakan daerah uama penghasil
cengkeh dan pala. Cengkih dan pala mrupakan jenis
rempah-rempah yang menjadi komoditas utama
perdagangan saat itu
Kalimantan mengirim emas, intan, bahan makanan, hasil
hutan,dan bahan baku kapal ke Jawa
Wilayah Indonesia bagian barat seperti Pasai, Jambi,
Palembang, dan Lampung mengekspor lada
Kepulaun Bangka mengekspor bahan makanan, hasil
hutan, dan logam
10. Wilayah pantai Barat Sumatera mengekspor lada,
emas, kapur barus, kemenyan, kain sutra, dammar,
dan bahan makanan
Palembang mengekspor tenaga keraj, beras, daging
arak, madu, dammar, katun, emas dan besi
Sunda Kelapa mengekspor tenaga kerja, beras, dan
lada
Jawa bagian timur mengekspor kayu cendana, kayu
merah, dan belerang
Sumbawa mengekspor kuda
Rempah –rempah merupakan komoditas utama utama
dalam perdagangan di Indonesia pada masa islam.
Rempah-rempah menjadi komoditas paling dicari
karena dibutuhkan masyarakat Eropa. Oleh karena
jumlah terbatas dan jauhnya jarak yang ditempuh oleh
para pedagang menyebabkan harga rempah-rempah
sangat mahal di pasar internasional.
12. Silsilah Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-
1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-
1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (1455-1477)
11. Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (1477- 1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (1501-1513)
13. Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun (1513-1524)
B. Pemerintahan
13. Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Malikul Thahir,
sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur
baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika,
China, dan Eropa berdatangan ke Samudera
Pasai.Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang
Pulau Jawa juga terjalin erat.Produksi beras dari Jawa
ditukar dengan lada.
14. Karena letak Kerajaan Pasai pada aliran lembah sungai membuat
tanah pertanian subur, padi yang ditanami penduduk Kerajaan
Islam Pasai pada abad ke-14 dapat dipanen dua kali setahun,
berikutnya kerajaan ini bertambah makmur dengan
dimasukkannya bibit tanaman lada dari Malabar. Selain hasil
pertanian yang melimpah ruah di dataran rendah, di dataran
tinggi (daerah Pedalaman juga menghasilkan berbagai hasil
hutan yang di angkut ke daerah pantai melalui sungai.
Hubungan perdagangan penduduk pesisir dengan penduduk
pedalaman adalah dengan sistem barter.
Karena letaknya yang strategis, di Selat Malaka, di tengah jalur
perdagangan India, Gujarat, Arab, dan Cina, Pasai dengan cepat
berkembang menjadi besar. Sebagai kerajaan maritim, Pasai
menggantungkan perekonomiannya dari pelayaran dan
perdagangan.
15. Satu hal yang perlu kita pahami bahwa Kerajaan Pasai
adalah menggarap aspek perdagangan sebagai sumber
mata pencaharian negara. Bahkan, Kota Pasai adalah kota
dagang. Perdagangan yang dilakukan di Kerajaan Pasai
mengandalkan lada sebagai barang dagangan yang paling
diandalkan.
Di Kota Pasai ini, harga lada sudah sangat tinggi, 100 kali
dibayar uang seperti ini disebut dengan dirham atau
deureuham yang dibuat dari emas.
Selain perdagangan, masyarakat Pasai juga menggeluti
bidang pertanian.Padi mereka tanam di tanah ladang yang
mampu dipanen selama dua kali dalam setahun.Di bidang
peternakan, masyarakat juga memelihara sapi perah. Dari
sapi perah ini, mereka mendapatkan keju setelah
melakukan proses terhadap susu hasil pemerahan sapinya.
16. Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam.Sebagai kerajaan besar, di
kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis
yang baik.Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab
yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu.Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi.Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai
(HRP).Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi
nusantara.Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh
Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf.Di antara buku tasawuf
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak.Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka.Informasi
di atas menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera
Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada
masa itu.
17. Ada banyak sekali peninggalan kerajaan Samudra Pasai yang masih bisa kita
temui di sekitar kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Kerajaan yang didirikan
oleh Marah Silu dengan gelar Sultan Malik as-Saleh, kesultanan ini dibangun
pada tahun 1267.Namun sayangnya kerajaan Pasai pada tahun 1521 akhirnya
runtuh setelah serangan dari Portugal.
Namun demikian masih ada beberapa peninggalan sejarah yang masih terawat
hingga saat ini. Bagi yang tinggal di sekitar Sumatra Utara pasti sudah tahu apa
saja peninggalan dari kerajaan ini. Tapi bagi yang belum tahu berikut ini
adalah beberapa peninggalan yang bisa kita lihat langsung apabila datang ke
Aceh diantaranya:
Cakra Donya
Adalah sebuah lonceng yang berbentuk stupa buatan negeri Cina pada tahun
1409 M. Ukurannya tinggi 125cm sedangkan lebarnya 75cm. Pada bagian luar
Cakra Donya terdapat beberapa hiasan serta simbol-simbol kombinasi aksara
Cina dan Arab. Aksara Cina bertuliskan Sing Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo,
sedangkan aksara Arab sudah tidak terbaca lagi.
18. Makam Sultan Malik Al-Shaleh
Makam ini terletak di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang
lebih 17km sebelah timur kota Lhokseumawe.
Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir
Malik Al-Zahir adalah putera dari Malik Al- Saleh yang memimpin
Kesultanan Samudera Pasai pada tahun 1287 sampai 1326M.letak
makamnya bersebelahan dengan makam ayahnya Malik Al-Saleh.
Makam Teungku Sidi Abdullah Tajul Nillah
Makam ini merupakan peninggalan dari Dinasti Abbasiyah dan beliau
merupakan cicit dari khalifah Al-Muntasir.Teungku Sidi mamangku
jabatan Menteri Keuangan di samudra pasai.Makam terletak di Gampong
Kuta Krueng, batu nisannya terbuat dari marmer dihiasi kaligrafi.
Masih dijumpai pemakaian satuan mas (1 mas = 2,5 gram)
sebagai unit jual beli, terutama untuk tanah.
Makam Teungku Peuet Ploh Peuet
Di komplek terdapat makam 44 orang ulama dari Kesultanan Samudera
Pasai yang dibunuh karena mengharamkan pernikahan raja dengan putri
kandungnya.Makam ini terletak di Gampong Beuringen Kec Samudera.
Pada nisan tersebut juga bertuliskan kaligrafi surat Ali Imran ayat 18.
19. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)
Adalah puteri Sultan Muhammad Malikul Dhahir, Makam ini terletak di
Gampong Meunje Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisannya berhiasakan kaligrafi
berbahasa Kawi dan Arab.
Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir oleh Tim peneliti
Sejarah Kerajaan Islam.Di temukan Desa Kuta Krueng, Kec Samudera,
Kabupaten Aceh Utara.Saat ditemukan stempel dalam keadaan patah pada
bagian gagangnya.
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Adalah surat tulisan Sultan Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518M, naskah
atau surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran.
20. Mata Uang Emas
Dalam Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan, sang juru
tulis dan penerjemah Laksamana Muslim Cheng Ho,
disebutkan mata uang Samudera Pasai adalah dinar
emas dengan kadar 70 persen dan mata uang keueh
dari timah (1 dinar = 1.600 keueh). Pasai telah
mencetak dinar pertamanya pada masa Sultan
Muhammad (1297- 1326) dengan satuan emas yang
sepadan dengan 40 grains atau 2,6 gram.
Dirham ini tetap berlaku sampai bala tentara Nippon
mendarat di Seulilmeum, Aceh Besar pada 1942.
Sampai hari ini pun, di Sumatra Barat
21.
22. Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Perlak dari berbagai catatan adalah
sebagai berikut:
1. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840 – 864)
2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864 – 888)]
3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888 – 913)
4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915 – 918)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928 –
932)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat
(932-956)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956 – 983)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023 – 1059)
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059 – 1078)
23. 11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat
(1078 – 1109)
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109 –
1135)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat
(1135 – 1160)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160 –
1173)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat
(1173 – 1200)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200 –
1230)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
Berdaulat (1230 – 1267)
18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 –
1292)
Catatan: Sultan-sultan di atas dibagi menurut dua dinasti, yaitu dinasti
Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat, yang
merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).
24. Pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat kerajaan mencapai titik
puncak kejayaan.
Sultan perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad
Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan
dengan negeri-negeri tetangga . Ia menikahkan dua orang puterinya,
yaitu puteri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka,
Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Puteri Ganggang
dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al-Malik Al-Saleh.
Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada
tahun 1292. kesultana Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan
Samudera Pasai di bawah kekuasaan Sultan Samudera Pasai yang
memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga
merupakan putera dari Al-Malik Al-Saleh.
25. Kerajaan Perlak merupakan negeri yang terkenal sebagai
penghasil kayu Perlak, yaitu kayu yang berkualitas bagus
untuk kapal. Tak heran kalau para pedagang dari Cina,
Gujarat, Arab, India, persia, malaka, serta dari seluruh
kepulauan nusantara tertarik untuk datang ke sini.
Pada awal abad ke-8 hingga 12 (VIII-XII, Kerajaan Perlak
berkembang sebagai bandar niaga yang amat maju. Kondisi
ini membuat maraknya perkawinan campuran antara para
saudagar muslim dengan penduduk setempat. Efeknya
adalah perkembangan Islam yang pesat dan pada akhirnya
munculnya Kerajaan Islam Perlak sebagai kerajaan Islam
pertama di Indonesia.
26. Sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia,
msyarakat Perlak memiliki kehidupan sosial
budaya yang berbeda dengan Kerajaan-Kerajaan
lain di Indonesia, yang saat itu masih bercorak
Hindu-Buddha.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Perlak
sudah melaksanakan syariat Islam (hukum
Islam) yang bersumber pasa kitab suci Al-Qur’an
dan Hadist. Beberapa ajaran dalam syariat Islam
yang sering dilaksanakan ole masyarakat Perlak
antara lain sholat, puasa, dan zakat
27. Bukti-bukti peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk mendukung dan membukti mengenai keberadaan Kerajaan
perlak ada tiga yakni ; mata uang perlak, stempel kerajaan dan makam
raja-raja Benoa.
1. Stempel Kerajaan Perlak
Stempel kerajaan ini bertuliskan huruf Arab, model tulisan tenggelam
yang membentuk kalimat ”Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara
Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari
Kerajaan Perlak.
28. 2. Mata Uang Perlak
Mata uang Perlak ini diyakini merupakan mata uang tertua yang
diketemukan di Nusantara. Ada tiga jenis mata uang yang ditemukan,
yakni yang pertama terbuat dari emas (dirham) yang kedua dari Perak
(kupang) sedang yang ketiga dari tembaga atau kuningan.
a) Mata uang dari emas (dirham)
Pada sebuah sisi uang tersebut tertulis ”al A’la” sedang pada sisi yang
lain tertulis ”Sulthan”. Dimungkinkan yang dimaksud dalam tulisan
dari kedua sisi mata uang itu adalah Putri Nurul A’la yang menjadi
Perdana Menteri pada masa Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah
Jauhan Berdaulat yang memerintah Perlak tahun 501-527 H (1108 –
1134 M).
29. b). Mata uang perak (kupang)
Pada satu sisi mata uang Perak ini tertulis ”Dhuribat Mursyidam”, dan
pada sisi yang tertuliskan ”Syah Alam Barinsyah”. Kemungkinan yang
dimaksud dalam tulisan kedua sisi mata uang itu adalah Puteri
Mahkota Sultan Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Jouhan Berdaulat,
yang memerintah tahun 592 – 622 H (199 – 1225 M). Puteri mahkota
ini memerintah Perlak karena ayahnya sakit. Ia memerintah dibantu
adiknya yang bernama Abdul Aziz Syah.
30. c). Mata uang tembaga (kuningan)
Bertuliskan huruf Arab tetapi belum dapat
dibaca. Adanya mata uang yang ditemukan ini
menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak
merupakan sebuah kerajaan yang telah maju.
31. 3. Makam Raja Benoa
Bukti lain yang memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak
adalah makam dari salah raja Benoa di tepi Sungai
Trenggulon. Batu nisan makan tersebut bertuliskan
huruf Arab. Berdasarkan penelitian Dr. Hassan Ambari,
nisan makam tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 H
atau abad ke-11 M. Berdasarkan catatan Idharul Haq fi
Mamlakatil Ferlah wal Fasi, benoa adalah negara bagian
dari Kerajaan Perlak.
32.
33. 1. Sultan Ali Mughayat Syah
2. Sultan Salahuddin
3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
4. Sultan Iskandar Muda
5. Sultan Iskandar Thani.
6. Sultan Sri Alam (1575-1576).
7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-
1589)
9. Sultan Buyong (1589-1596)
10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-
Mukammil (1596-1604).
11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan
Meukuta Alam (1607-1636).
13. Iskandar Thani (1636-1641).
14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-
1675).
15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-
1678)
16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-
1688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-
1699)
18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal
al-Din (1699-1702)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-
1703)
20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-
1726)
21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)
22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)
23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735)
24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760)
25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)
26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)
27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)
28. Alauddin Muhammad Daud Syah.
29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-
1815) dan (1818-1824)
30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)
31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)
32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)
33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)
34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)
34. Dalam kejayaannya, perekonomian Kerajaan Aceh
bekembang pesat. Dearahnya yg subur banyak menghasilkan
lada. Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan
barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan
Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka
menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan
lada.
Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yg merupakan jalan
dagang internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa
asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina,
Jepang, juga berdagang dgn Aceh. Barang – barang yg di ekspor
Aceh seperti beras, lada (dari Minagkabau), rempah – rempah
(dari Maluku). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal
(India), porselin dan sutera (dari Jepang dan Cina), minyak
wangi (dari Eropa dan Timur Tengah). Kapal – kapal Aceh aktif
dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
35. Meningkatnya kekmakuran telah mneyebabkan berkembangnya sisitem
feodalisme & ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yg memegang
kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedabg kaum
ulama yg memegang peranan penting dlm agama disebut golongan
Teungku.Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi
persaingan yg kemudian melemahkan aceh. Sejak berkuasanya kerajaan Perlak
( abad ke-12 M s/d ke-13 M ) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dgn
Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pd masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran
Syiah memperoleh perlindungan & berkembang sampai di daera – daerah
kekuasaan Aceh.
Aliran ini di ajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yg di teruskan oleh muridnya yg
bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Mud wafat, aliran Sunnah
wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga
menulis buku sejarah Aceh yg berjudul Bustanussalatin ( taman raja – raja dan
berisi adat – istiadat Aceh besrta ajarn agama Islam )
Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang
kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk
sepesat perkembangan dalam ativitas perekonomian. Peninggalan
kebuadayaan yg terlihat nyata adala Masjid Baiturrahman.
36. Peninggalan Kerajaan Aceh Berikut ini adalah beberapa peninggalan
Kerajaan Aceh yang menjadi bukti bahwa kerajaan tersebut pernah ada
dan memiliki peranan penting dalam jalur perdagangan dan
penyebaran agama Islam di Indonesia.
1. Masjid Raya Baiturrahman Peninggalan Kerajaan Aceh yang pertama
dan yang paling dikenal adalah Masjid Raya Baiturrahman. Masjid
yang dibangun Sultan Iskandar Muda pada sekitar tahun 1612 Masehi
ini berada di pusat Kota Banda Aceh. Saat agresi militer Belanda II,
masjid ini sempat dibakar. Namun pada selang 4 tahun setelahnya,
Belanda membangunnya kembali untuk meredam amarah rakyat Aceh
yang hendak berperang merebut syahid. Saat bencana Tsunami
melanda Aceh pada 2004 lalu, masjid peninggalan sejarah Islam di
Indonesia satu ini menjadi pelindung bagi sebagian masyarakat Aceh.
Kekokohan bangunannya tak bisa digentarkan oleh sapuan ombak laut
yang kala itu meluluhlantahkan kota Banda Aceh.
37. 2. Benteng Indrapatra Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah
Benteng Indrapatra. Benteng ini merupakan benteng pertahanan yang sebetulnya
sudah mulai dibangun sejak masa kekuasaan Kerajaan Lamuri, kerajaan Hindu
tertua di Aceh, tepatnya sejak abad ke 7 Masehi. Benteng yang kini terletak di Desa
Ladong, Kec. Masjid Raya, Kab. Aceh Besar ini pada masanya dulu memiliki
peranan penting dalam melindungi rakyat Aceh dari serangan meriam yang
diluncurkan kapal perang Portugis. Sekarang, kita hanya dapat menemukan 2
benteng yang masih kokoh berdiri. Benteng tersebut berukuran 70 meter x 70
meter dengan tinggi 4 meter dan tebal sekitar 2 meter. Selain menjadi peninggalan
bersejarah, benteng Indrapatra kini juga dikenal sebagai objek wisata unggulan
Kab. Aceh Besar. Gaya arsitekrur serta keunikan konstruksinya yang hanya terbuat
dari susunan batu gunung ini membuat banyak orang penasaran dan tertarik untuk
mengunjunginya.
3. Gunongan Gunongan adalah peninggalan Kerajaan Aceh yang berupa sebuah
taman lengkap dengan bangunan keratonnya. Taman ini berdasarkan sejarahnya
merupakan bukti cinta Sultan Aceh pada permaisurinya yang sangat cantik.
Permaisuri yang tak diketahui namanya ini merupakan putri raja Kerajaan Pahang
yang ditawan karena kerajaannya kalah perang. Sang Sultan jatuh cinta dan
mempersuntingnya, hingga kemudian si permaisuri tersebut meminta dibuatkan
sebuah taman yang sama persis dengan istana kerajaannya yang terdahulu untuk
mengobati rasa rindunya. Gunongan saat ini terletak tak jauh dari Masjid Raya
Baiturrahman. Tepatnya berada di Desa Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda
Aceh. Jika berkunjung ke Banda Aceh, jangan lupa sempatkan diri Anda singgah di
taman asmara ini
38. 4. Makam Sultan Iskandar Muda Peninggalan Kerajaan Aceh yang selanjutnya adalah
Makam dari Raja Kerajaan Aceh yang paling ternama, Sultan Iskandar Muda. Makam
yang terletak di Kelurahan Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini sangat
kental dengan nuansa Islami. Ukiran dan pahatan kaligrafi pada batu nisannya sangat
indah dan menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam di Indonesia.
5. Meriam Kerajaan Aceh Kesultanan Aceh telah mampu membuat sarana persenjataannya
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan meriam-meriam tua yang kini berjajar di
benteng Indraparta dan musium Aceh. Awalnya meriam-meriam tersebut dianggap
berasal dari pembelian ke Kerajaan Turki, namun setelah diteliti ulang, ternyata bukan.
Teknisi-teknisi kerajaan Aceh-lah yang membuatnya berbekal ilmu yang mereka pelajari
dari kerajaan Turki Ustmani. Peranan meriam-meriam ini sangat penting dalam
perlawan dan perang terhadap para penjajah dan kapal-kapal perang musuh yang
hendak menyandar ke dermaga tanah rencong.
6. Uang Emas Kerajaan Aceh Aceh berada di jalur perdagangan dan pelayaran yang sangat
strategis. Berbagai komoditas yang berasal dari penjuru Asia berkumpul di sana pada
masa itu. Hal ini membuat kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri.
Uang logam yang terbuat dari 70% emas murni kemudian dicetak lengkap dengan nama-
nama raja yang memerintah Aceh. Koin ini masih sering ditemukan dan menjadi harta
karun yang sangat diburu oleh sebagian orang. Koin ini juga bisa dianggap sebagai salah
satu peninggalan Kerajaan Aceh yang sempat berjaya pada masanya. Nah, para pembaca,
demikianlah sekilas pembahasan kami mengenai 6 peninggalan Kerajaan Aceh lengkap
dengan penjelasan dan gambar-gambarnya. Jika ada yang perlu disampaikan silakan
berkomentar melalui kolom di bawah ini. Terimakasih