Presentasi Kerukunan Antar Umat BeragamaLia Oktaviani
Dokumen ini membahas pentingnya kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Dokumen menjelaskan latar belakang multikultural dan keragaman agama di Indonesia, serta anjuran agama untuk saling menghormati dan tolong menolong antar umat berbeda agama. Dokumen juga memberikan contoh-contoh praktik kerukunan antar umat beragama yang baik.
Dokumen ini membahas tentang kerukunan antar umat beragama. Islam dijelaskan sebagai agama rahmat yang mendorong toleransi dan kerukunan antar pemeluk agama. Dokumen menyebutkan pentingnya ukhuwah Islamiyah dan insaniyah serta kehidupan rukun dalam keragaman agama sesuai ajaran Islam.
Makalah ini membahas tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama. Kerukunan antar umat beragama adalah kondisi dimana semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengganggu hak dasar masing-masing dalam melaksanakan ajaran agamanya. Untuk mencapai kerukunan diperlukan toleransi, saling menghargai, dan kerjasama antar umat beragama."
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama, termasuk pengertian kerukunan, kendala yang dihadapi, dan solusi untuk mencapai kerukunan. Beberapa poin penting yang diangkat adalah pengertian kerukunan sebagai hubungan yang dilandasi toleransi dan saling menghormati, kendala seperti rendahnya toleransi dan pengaruh politik, serta solusi seperti dialog antar agama dan bersikap optimis.
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan umat beragama, termasuk pengertian kerukunan umat beragama, peraturan yang relevan, visi dan misi Kementerian Agama terkait kerukunan umat beragama, analisis dan pencegahan konflik keagamaan, serta sumber-sumber potensial terjadinya konflik keagamaan."
Islam mengajarkan kerukunan antar umat beragama. Prinsip-prinsipnya meliputi ukhuwah islamiyah dan insaniyah serta kehidupan bersama secara rukun dalam keragaman agama. Islam tidak menganjurkan permusuhan melainkan kerjasama damai antar umat beragama.
Kerukunan Umat Beragama: konsep, peluang dan tantanganFirman Nugraha
Dibuat berdasarkan materi Konsep Kerukunan Umat Beragama dalam Kurikulum Diklat Penggerak kerukunan Umat Beragama Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Presentasi Kerukunan Antar Umat BeragamaLia Oktaviani
Dokumen ini membahas pentingnya kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Dokumen menjelaskan latar belakang multikultural dan keragaman agama di Indonesia, serta anjuran agama untuk saling menghormati dan tolong menolong antar umat berbeda agama. Dokumen juga memberikan contoh-contoh praktik kerukunan antar umat beragama yang baik.
Dokumen ini membahas tentang kerukunan antar umat beragama. Islam dijelaskan sebagai agama rahmat yang mendorong toleransi dan kerukunan antar pemeluk agama. Dokumen menyebutkan pentingnya ukhuwah Islamiyah dan insaniyah serta kehidupan rukun dalam keragaman agama sesuai ajaran Islam.
Makalah ini membahas tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama. Kerukunan antar umat beragama adalah kondisi dimana semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengganggu hak dasar masing-masing dalam melaksanakan ajaran agamanya. Untuk mencapai kerukunan diperlukan toleransi, saling menghargai, dan kerjasama antar umat beragama."
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama, termasuk pengertian kerukunan, kendala yang dihadapi, dan solusi untuk mencapai kerukunan. Beberapa poin penting yang diangkat adalah pengertian kerukunan sebagai hubungan yang dilandasi toleransi dan saling menghormati, kendala seperti rendahnya toleransi dan pengaruh politik, serta solusi seperti dialog antar agama dan bersikap optimis.
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan umat beragama, termasuk pengertian kerukunan umat beragama, peraturan yang relevan, visi dan misi Kementerian Agama terkait kerukunan umat beragama, analisis dan pencegahan konflik keagamaan, serta sumber-sumber potensial terjadinya konflik keagamaan."
Islam mengajarkan kerukunan antar umat beragama. Prinsip-prinsipnya meliputi ukhuwah islamiyah dan insaniyah serta kehidupan bersama secara rukun dalam keragaman agama. Islam tidak menganjurkan permusuhan melainkan kerjasama damai antar umat beragama.
Kerukunan Umat Beragama: konsep, peluang dan tantanganFirman Nugraha
Dibuat berdasarkan materi Konsep Kerukunan Umat Beragama dalam Kurikulum Diklat Penggerak kerukunan Umat Beragama Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan
Kerukunan Umat Beragama dan Kebudayaan IslamBetaYuliandari
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Demi terciptanya kerukunan di antara suku, budaya, dan agama yang berbeda perlu adanya sikap toleransi setiap individu. Di dalam agama islam sendiri, umat islam diajarkan untuk toleransi terhadap agama lain.
Strategi pembinaan kerukunan umat beragamaFirman Nugraha
Dokumen tersebut membahas tentang strategi pembinaan kerukunan umat beragama di Indonesia, termasuk landasan kerukunan berdasarkan pluralisme dan multikulturalisme, model kerukunan di Indonesia dan Prancis, serta peran dan strategi pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama."
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama menurut Islam. Secara ringkas, Islam mendorong kerukunan sosial kemasyarakatan antar umat beragama melalui prinsip toleransi, namun tidak dalam hal aqidah dan ibadah karena hanya Islam yang benar menurut ajaran agama tersebut. Rasulullah SAW mencontohkan kerukunan antar umat di Madinah meskipun berbeda agama. Kerukunan internal umat Islam juga penting
Dokumen tersebut membahas tentang persatuan dan kerukunan. Persatuan merujuk pada kebersamaan antara dua orang atau lebih baik secara fisik maupun nonfisik. Kerukunan merupakan syarat utama adanya persatuan. Dokumen ini juga menjelaskan contoh penerapan persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari seperti toleransi dan saling membantu.
Makalah ini membahas tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Pengertian kerukunan umat beragama menurut Islam adalah Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam yang mendorong toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Manfaat kerukunan antar umat beragama di antaranya memberikan stabilitas sosial dan kemajuan negara.
Dokumen tersebut membahas tentang agama dan kepercayaan di Malaysia. Ia menjelaskan definisi agama dan kepercayaan, agama-agama utama di Malaysia, pandangan pemimpin tentang kerukunan antara agama, peruntukan perlembagaan tentang agama, dan cabaran serta penyelesaian berkaitan toleransi antara agama.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya toleransi antar umat beragama. Terdapat penjelasan mengenai pengertian dan jenis-jenis toleransi, contoh penerapan toleransi dalam kehidupan sekolah dan masyarakat, serta dampak positif dari toleransi antar umat beragama seperti terciptanya persatuan dan ketentraman. Dokumen ini juga menyoroti pentingnya sikap saling menghormati dan menerima perbedaan agar dapat menceg
Bab 6 membahas tentang agama dan kepercayaan di Malaysia. Dokumen ini menjelaskan definisi agama, agama-agama utama di Malaysia, dasar-dasar hubungan etnik dalam konteks agama, dan bagaimana kerjasama antaretnik penting untuk masyarakat Malaysia.
Bab ini membincangkan agama-agama utama di Malaysia seperti Islam, Buddha, Hindu, Kristian, dan Konfusianisme. Islam dijadikan agama rasmi negara manakala agama-agama lain diiktiraf. Prinsip-prinsip utama setiap agama dibincangkan secara ringkas.
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) kerukunan antar umat beragama penting untuk terciptanya toleransi dan solidaritas dalam masyarakat beragama yang berbeda, (2) sikap inklusif dan pluralistik perlu dibangun untuk memperkuat kerukunan, (3) ajaran Yesus Kristus menekankan kasih kepada semua orang termasuk musuh
Kuliah ini membahaskan tentang kepelbagaian agama di Malaysia dengan menjelaskan definisi agama, penggolongan agama, agama-agama utama di Malaysia, dan cara mengatasi konflik agama melalui dialog antara agama dan mencari titik pertemuan. Kuliah ini bertujuan membentuk pemahaman tentang kepelbagaian agama dan mengamalkan nilai toleransi di Malaysia.
Buku ini membahas berbagai pendekatan dalam studi Islam, termasuk pendekatan sempit yang fokus pada teks klasik dan pendekatan luas yang melihat perkembangan Islam modern. Buku ini juga membahas ruang lingkup studi Islam seperti pengalaman keagamaan, sejarah, dan model-model pendekatan Al-Qur'an seperti semantik dan tematik. Penulis buku ini adalah dosen yang sangat terpelajar dengan banyak pengalaman internasional.
PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM.docxMuzizahFitri
Teks tersebut membahas pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan pluralitas. Wahid melihat Islam sebagai keyakinan yang bersifat inklusif, toleran, dan mendukung demokrasi. Ia menentang formalisasi agama dan melihat Islam sebagai urusan pribadi, bukan lembaga. Wahid juga mendukung kerukunan antarumpmat beragama di Indonesia.
Kerukunan Umat Beragama dan Kebudayaan IslamBetaYuliandari
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam suku, budaya, dan agama. Demi terciptanya kerukunan di antara suku, budaya, dan agama yang berbeda perlu adanya sikap toleransi setiap individu. Di dalam agama islam sendiri, umat islam diajarkan untuk toleransi terhadap agama lain.
Strategi pembinaan kerukunan umat beragamaFirman Nugraha
Dokumen tersebut membahas tentang strategi pembinaan kerukunan umat beragama di Indonesia, termasuk landasan kerukunan berdasarkan pluralisme dan multikulturalisme, model kerukunan di Indonesia dan Prancis, serta peran dan strategi pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama."
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama menurut Islam. Secara ringkas, Islam mendorong kerukunan sosial kemasyarakatan antar umat beragama melalui prinsip toleransi, namun tidak dalam hal aqidah dan ibadah karena hanya Islam yang benar menurut ajaran agama tersebut. Rasulullah SAW mencontohkan kerukunan antar umat di Madinah meskipun berbeda agama. Kerukunan internal umat Islam juga penting
Dokumen tersebut membahas tentang persatuan dan kerukunan. Persatuan merujuk pada kebersamaan antara dua orang atau lebih baik secara fisik maupun nonfisik. Kerukunan merupakan syarat utama adanya persatuan. Dokumen ini juga menjelaskan contoh penerapan persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari seperti toleransi dan saling membantu.
Makalah ini membahas tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Pengertian kerukunan umat beragama menurut Islam adalah Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam yang mendorong toleransi dan saling menghormati antar umat beragama. Manfaat kerukunan antar umat beragama di antaranya memberikan stabilitas sosial dan kemajuan negara.
Dokumen tersebut membahas tentang agama dan kepercayaan di Malaysia. Ia menjelaskan definisi agama dan kepercayaan, agama-agama utama di Malaysia, pandangan pemimpin tentang kerukunan antara agama, peruntukan perlembagaan tentang agama, dan cabaran serta penyelesaian berkaitan toleransi antara agama.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya toleransi antar umat beragama. Terdapat penjelasan mengenai pengertian dan jenis-jenis toleransi, contoh penerapan toleransi dalam kehidupan sekolah dan masyarakat, serta dampak positif dari toleransi antar umat beragama seperti terciptanya persatuan dan ketentraman. Dokumen ini juga menyoroti pentingnya sikap saling menghormati dan menerima perbedaan agar dapat menceg
Bab 6 membahas tentang agama dan kepercayaan di Malaysia. Dokumen ini menjelaskan definisi agama, agama-agama utama di Malaysia, dasar-dasar hubungan etnik dalam konteks agama, dan bagaimana kerjasama antaretnik penting untuk masyarakat Malaysia.
Bab ini membincangkan agama-agama utama di Malaysia seperti Islam, Buddha, Hindu, Kristian, dan Konfusianisme. Islam dijadikan agama rasmi negara manakala agama-agama lain diiktiraf. Prinsip-prinsip utama setiap agama dibincangkan secara ringkas.
Dokumen tersebut membahas tentang kerukunan antar umat beragama. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) kerukunan antar umat beragama penting untuk terciptanya toleransi dan solidaritas dalam masyarakat beragama yang berbeda, (2) sikap inklusif dan pluralistik perlu dibangun untuk memperkuat kerukunan, (3) ajaran Yesus Kristus menekankan kasih kepada semua orang termasuk musuh
Kuliah ini membahaskan tentang kepelbagaian agama di Malaysia dengan menjelaskan definisi agama, penggolongan agama, agama-agama utama di Malaysia, dan cara mengatasi konflik agama melalui dialog antara agama dan mencari titik pertemuan. Kuliah ini bertujuan membentuk pemahaman tentang kepelbagaian agama dan mengamalkan nilai toleransi di Malaysia.
Buku ini membahas berbagai pendekatan dalam studi Islam, termasuk pendekatan sempit yang fokus pada teks klasik dan pendekatan luas yang melihat perkembangan Islam modern. Buku ini juga membahas ruang lingkup studi Islam seperti pengalaman keagamaan, sejarah, dan model-model pendekatan Al-Qur'an seperti semantik dan tematik. Penulis buku ini adalah dosen yang sangat terpelajar dengan banyak pengalaman internasional.
PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM.docxMuzizahFitri
Teks tersebut membahas pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Islam dan pluralitas. Wahid melihat Islam sebagai keyakinan yang bersifat inklusif, toleran, dan mendukung demokrasi. Ia menentang formalisasi agama dan melihat Islam sebagai urusan pribadi, bukan lembaga. Wahid juga mendukung kerukunan antarumpmat beragama di Indonesia.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Menteri Agama menyampaikan pentingnya rekontekstualisasi fikih Islam untuk menyesuaikan dengan zaman, namun hal ini ditentang karena dianggap melanggar syariat Islam yang bersifat universal dan sempurna.
2. Rekontekstualisasi fikih dianggap membahayakan umat karena dapat menimbulkan kebimbangan terhadap Islam, melemahkan penerapan hukum Islam, dan menghalangi p
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ilmu perbandingan agama, konsep dan definisinya, kaitannya dengan ilmu Islam lainnya, sejarah kelahiran dan perkembangannya, serta faedah dan kepentingannya. Ilmu perbandingan agama mempelajari agama secara ilmiah dan objektif dengan menggunakan pendekatan holistik untuk memahami persamaan dan perbedaan antara berbagai agama. Ilmu ini sangat penting karena dapat mem
Tarikh Tasyri' Priode Kematangan Sejarah Hukum Islam.pdfZukét Printing
Makalah ini membahas tentang periode perkembangan hukum Islam atau tarikh tasyri'. Terdapat empat periode utama yakni masa Nabi Muhammad, masa sahabat, masa tabi'in dan tabi'un tabi'in, serta masa taklid. Setiap periode memiliki ciri khas dalam pengembangan dan penerapan syariat Islam.
Dokumen tersebut membahas berbagai pandangan liberal dalam Islam yang dianggap menyimpang, seperti merelatifkan kebenaran agama, mempertanyakan otoritas al-Quran dan ulama, mendukung pluralisme agama yang dianggap menyamakan semua agama, serta menganut relativisme yang dianggap menolak kebenaran mutlak agama Islam. Dokumen ini menentang pandangan-pandangan tersebut dengan menekankan bahwa Islam adalah agama yang paling benar menurut
Dokumen tersebut membahas tentang pluralitas agama dan kebudayaan dalam Islam. Islam mengakui adanya pluralitas keagamaan baik dalam aliran internal maupun agama luar. Pluralitas kebudayaan merupakan kodrat manusia yang tidak dapat dihindari, dan Islam mendorong pengenalan budaya antar kelompok untuk kerjasama. Pluralitas agama di Indonesia terlihat dari keragaman agama yang ada secara historis.
Teks tersebut membahas tentang penyebab konflik agama dan etnis di Indonesia serta solusi ideal untuk mengatasinya, yaitu dengan membangun tradisi dialog antaragama yang inklusif dan toleran guna mencari titik temu. Faktor internal seperti pemahaman skripturalis dan faktor eksternal seperti lemahnya penegakan hukum dan fatwa diskriminatif seringkali memicu konflik, oleh karena itu dialog yang terbuka dan kerjasama antaragama diper
Hubungan antara agama Islam dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Agama Islam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dengan empat faktor: menghargai akal, mewajibkan menuntut ilmu, melarang taklid buta, dan memerintahkan memeriksa kebenaran. Keilmuan Islam didasarkan pada Al-Quran dan sunnah serta merupakan pencerminan ajaran Islam.
Studi Islam: Perspektif Insider-Outsider membahas perbedaan pandangan antara pengkaji Islam dari kalangan Muslim (insider) dengan pengkaji non-Muslim (outsider) dalam memahami dan menafsirkan Islam. Dokumen ini menjelaskan bahwa pandangan outsider seringkali dipengaruhi oleh bias dan baratsentrisme, sementara pandangan insider lebih obyektif karena memahami Islam dari dalam.
Dokumen tersebut membahas tentang Islam dan kebudayaan. Secara khusus membahas pengertian Islam dan kebudayaan, hubungan antara Islam dan kebudayaan, Islam dan kebudayaan Arab pra-Islam, serta Islam dan kebudayaan Indonesia."
Dokumen tersebut membahas tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama dalam perspektif hukum Islam. Secara umum, dokumen menunjukkan bahwa Al-Qur'an dan praktik Nabi Muhammad mendukung aspek-aspek kebebasan berekspresi dan beragama meskipun terdapat pembatasan tertentu seperti larangan penghinaan agama. Akan tetapi, interpretasi ulama selanjutnya telah membatasi kebebasan-kebebasan ter
Persatuan Islam memandang bahwa bid'ah adalah perbuatan yang merusak kemurnian syariat Islam. Bid'ah dapat terjadi dalam ibadah maupun keyakinan dan diklasifikasikan menjadi bid'ah mahdhah dan idhafiyah. Persis menolak praktik-praktik keagamaan yang dianggap sebagai bid'ah karena tidak ada dasar syariat yang kuat dari al-Quran atau hadits. Mereka juga memandang bahwa khilafiyah sebenarn
Similar to MASIH RELEFANKAH PEMBEDAAN BERDASARKAN AGAMA? (20)
1. “Ketika Kita Kembali Kepada al-Qur’an, Kedudukan Semua Orang Adalah Setara.” [Prof. Abdullah
Saeed]
Re-interpretasi Teologis
iTs me - Salah satu, atau mungkin satu-satunya, intelektual Muslim di Australia yang memiliki
perhatian dan minat besar terhadap isu tentang Islam dan kebebasan beragama dalam konteks
modern ialah Abdullah Saeed. Dia adalah seorang profesor di Universitas Melbourne, yang –
menurut pengakuannya- berasal dari keluarga religius tradisional. Selain pernah terdidik dalam
tradisi kesarjanaan Islam klasik dan bahasa Arab di Arab Saudi, dia kemudian terdidik dalam
tradisi kesarjanaan modern (Barat). Oleh karena itu, pandangan-pandangannya tentang isu-isu
keagamaan dalam konteks modern tidak bisa dipisahkan dari pengetahuannya tentang tradisi
Islam dan penguasaannya atas pelbagai perangkat metodologis modern.
Pelbagai pendapat yang dituangkan dalam karya-karyanya mencerminkan penguasaan terhadap
pengetahuan klasik dan modern sekaligus. Dia menawarkan suatu pendekatan kontekstual dalam
memahami teks-teks keagamaan, termasuk yang berkaitan dengan isu hak kebebasan beragama.
Kontekstualisasi merupakan kata kunci penting dalam rangka melakukan ijtihad atau penafsiran
terhadap teks-teks Islam, baik al-Qur’an maupun Sunnah. Saeed menekankan bahwa isu-isu
kontemporer seperti kebebasan beragama atau berkeyakinan dan kesetaraan gender
mensyaratkan perangkat metodologi ijtihad yang bersifat kontekstual.
Dalam konteks modern, pembedaan-pembedaan yang didasarkan pada agama menjadi tidak
relevan. Dalam masyarakat yang pluralistik, kesetaraan (aquality) tidak bisa diabaikan, terutama
dalam konteks kewarganegaraan (citizenship). Dalam tradisi pemikiran fiqh klasik, norma yang
berlaku tampaknya adalah bahwa orang-orang Muslim sebagai mayoritas memiliki kedudukan
yang lebih tinggi (superior) dan hak-hak istimewa (extra rights) dibandingkan dengan komunitas
non-Muslim. Namun, menurut Saeed, gagasan seperti itu tidak cocok untuk saat ini.
Saeed menawarkan suatu pembedaan yang tegas antara komunitas agama dan komunitas politik.
Dalam realitas, komunitas keagamaan mencakup Muslim, Kristen, Yahudi dan lain-lain. Pluralitas
itu juga dinyatakan dalam al-Qur’an. Namun, dalam konteks komunitas politik dan kehidupan
bernegara, pembedaan-pembedaan berdasarkan agama atau keyakinan tidak bisa diterapkan.
Tidak diperbolehkan adanya diskriminasi atas dasar agama. Sebagai warga negara atau anggota
komunitas politik, rakyat yang berbeda-beda agama atau keyakinannya harus mendapatkan
jaminan keamanan, keselamatan, akses kepada sumber-sumber penghidupan, hak atas keadilan,
tanpa mempersoalkan perbedaan agama. Karena itu, keadilan dan kebebasan merupakan nilai
yang sangat mendasar. Pandangan demikian ini menunjukkan adanya pergeseran dari
pendekatan etis-normatif-legalistik menuju pendekatan etis-teologis-kontekstual.
Saeed merujuk kepada pengalaman sejarah pada masa Nabi, ketika ada piagam Madinah yang
membawa umat Islam, Yahudi dan lainnya hidup secara bersama-sama, tidak membuat
perbedaan antara satu dan lainnya. Tampak di sini adanya kesetaraan di antara anggota
komunitas yang menjadi satu “umat politik.” “Mereka semua memiliki harapan yang sama terhadap
perlindungan, jaminan keamanan dan semuanya memiliki kewajiban-kewajiban yang sama. Jadi,
tidak ada perbedaan antara Muslim dan Yahudi, sebagai komunitas politik,” tegas Saeed.
Dalam situasi yang khusus di mana Muslim secara politik sangat dominan, melalui penaklukan,
dominasi tersebut difasilitasi oleh keberadaan Muslim yang dominan di suatu tempat. Mereka
menyebut bahwa merekalah yang paling otentik, sementara yang lain tidak, bahkan
menganggapnya koruptif. Mereka menginginkan memiliki tempat yang lebih tinggi dibanding yang
lain. Gagasan ini kemudian ditafsirkan sedemikian rupa, melalui penetapan ayat-ayat al-Qur’an
dan Hadits, yang diwariskan melalui tradisi. Dalam perspektif ini, baik seseorang itu menjalankan
ibadah atau tidak, pembedaan dianggap lebih baik. Terdapat banyak pembatasan atau
pembedaan antara Muslim dan non-Muslim. Di beberapa tempat praktik diskriminasi berdasarkan
agama atau keyakinan masih terjadi.
2. Namun demikian, terdapat tradisi yang mendukung gagasan kewarga-negaraan yang setara untuk
seluruh rakyat, dengan mengesampingkan perbedaan agama. Tradisi itu bersumber dari teks-teks
yang tidak dipahami secara legalistik-normatif. Sebagai contoh, adalah teks tentang perbudakan.
Dalam hadits dan juga dalam literatur fiqh terdapat banyak teks yang berbicara tentang
perbudakan. Sedangkan praktik perbudakan saat ini tidak ada lagi. Pada hakikatnya tidak bisa
diterima adanya gagasan tentang manusia yang mengenyahkan hak sesamanya. Dalam
komunitas internasional yang terdiri dari umat manusia dengan beraneka-ragam agama dan
keyakinan (Muslim, Kristen, Yahudi, dan lain-lain), praktik perbudakan dan diskriminasi tidak bisa
diterima. Tampak bahwa Saeed berupaya melakukan semacam reinterpretasi atau rekonstruksi
etis-teologis terhadap isu-isu yang ada dalam al-Qur’an yang memiliki kaitan dengan
perkembangan modern dan kontemporer.
Saeed menegaskan bahwa al-Qur’an mengandung ajaran atau doktrin yang bersifat universal
mengenai kemanusiaan dan keimanan kepada Tuhan. Soal etika, norma dan nilai juga universal,
termasuk nilai-nilai sejarah. Namun, tidak semua yang terdapat dalam al-Qur’an bersifat universal,
karena ada hal yang bersifat partikular, seperti soal perbudakan yang tidak selalu ada di setiap
masyarakat Muslim, meskipun al-Qur’an menyebutnya. Bahkan, menurut Saeed, tidak semua teks
atau ayat dalam al-Qur’an cocok diterapkan. Teks itu mengandung nilai tertentu, tetapi ketika
situasi kekinian sangat berbeda maka teks itu bisa diabaikan. Apa yang berlaku pada abad ke-14
misalnya tidak selalu bisa diterapkan untuk periode abad ke-19, dan seterusnya. Konsep keadilan
juga mengalami perubahan, mengikuti perubahan zaman. Demikian pula konsep kebebasan
beragama, di mana seseorang boleh menganut agama atau melepaskan pilihan keyakinannya.
Saeed menegaskan, “ketika kita kembali kepada al-Qur’an, kedudukan semua orang adalah
setara.”
Menurut Saeed, bentuk-bentuk agama pada periode klasik sangat berbeda dari konteks kekinian.
Banyak sekali orang yang mengubah paham agamanya karena pertimbangan yang khusus. Hal ini
merupakan perjalanan spiritual, di mana orang-orang Islam, Kristen dan Yahudi memiliki pendapat
masing-masing mengenai pengalaman spiritual yang dialami. Namun, ini tidak mengimplikasikan
bahwa mengubah agama berarti mengubah identitas politik.
Pada masa dahulu, perkara iman sangat tertutup. Menurut Saeed, jika seorang mengubah
identitas keagamaan berarti juga mengubah identitas politik, mengubah kesepakatan politik.
Dalam konteks ini, identitas keagamaan dan politik memiliki hubungan yang sangat erat. Kondisi
ini sangat menyulitkan orang yang hendak mengubah pandangan atau keyakinan keagamaannya.
[]
Oleh : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si
[Klik disini dan disini untuk profile Penulis]