SlideShare a Scribd company logo
TUGAS STUDI KASUS
MANAJEMEN FARMASI
Di KOTA SURABAYA terdapat apotik B yang
merupakan kerjasama antara Apoteker pengelola
apotik (APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA)
apotek membeli obat dari jalur tidak resmi.
Bagaimana PENDAPAT ANDA ATAS KASUS
TERSEBUT tersebut beri penjelasan dan APA
sangsi hukum menurut Undang Undang Kesehatan
no 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun
72 1998
SOAL STUDI KASUS (1)
Pendapat saya atas kasus tersebut jelas bahwa kerjasama yang dilakukan
antara Apoteker pengelola apotik (APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA) dan apotek
membeli obat dari jalur tidak resmi telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Undang-undang Kesehatan Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan sendiri
telah mengatur secara jelas, sesuai yang tertera pada Bagian kelima belas pasal 98 ayat
(2) setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, dan mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan yang
berkhasiat obat.
Sementara itu pada pasal 98 ayat (3) juga dijelaskan bahwa Ketentuan
mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi
dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan
dengan Peraturan.
Kemudian pada pasal 106 ayat (1) dijelaskan bahwa sedian farmasi dan
alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar. Jika kita
melihat dari kasus diatas jelas bahwa apoteker pengelola apotik (APA) dan
pemilik saham apotik (PSA) membeli obat secara ilegal yang notabene tidak
diketahui asal usulnya, serta tidak jelas standar dan mutunya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Sanksi bagi apoteker pengelola apotik (APA) dan pemilik saham apotik
(PSA) yang membeli obat secara ilegal jelas tertera pada:
Pasal 106 ayat (3) bahwa Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan
memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan
Sedian Farmasi dan Alat Kesehatan juga telah mengatur bahwa :
 Pasal 3 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi
oleh badan usaha yang teleh memiliki izin usaha industri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Pasal 9 sedian farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan
setelah memperoleh izin edar dari menteri.
 Pasal 72 ayat (1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif
terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang melanggar
hukum di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan.
 Pasal 72 ayat (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat berupa :
a. Peringatan secara tertulis.
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau
perintah
untuk menarik produk sediaan farmasi dan alat kesehatan dari
peredaran yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan
dan
kemanfaatan.
c. Perintah pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, jika terbukti
tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
d. Pencabutan sementara atau pencabutan tetap izin usaha industri, izin
edar sediaan farmasi dan alat kesehatan serta izin lain yang diberikan.
 Pasal 74 Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan
farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam dalam Pasal
80 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
Pasal 75 huruf (b) Barang siapa dengan sengaja :
Mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan tanpa izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp.140.000.000,- (seratus empat puluh juta
rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan
SOAL STUDI KASUS (2)
Di Kota Malang terdapat produsen industri
Rumah tangga tidak mempunyai izin
memproduksi mie basah dengan
menggunakan formalin dan borax sehingga
menyebabkan keracunan pada anak anak
dengan gejala mual muntah dan diare.
Berikan penjelasan atau analisa saudara apa
yang seharusnya dilakukan dan dikaitkan
peraturan menurut Undang Undang
Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah tahun 72 1998
Di dalam Undang-undang Kesehatan Nomer
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bagian keenam
belas mengenai pengamanan makanan dan
minuman khususnya yang tertera pada pasal 109
bahwa : Setiap orang dan/atau badan hukum yang
memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan
makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai
makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa
genetik yang diedarkan harus menjamin agar aman
bagi manusia, hewan yang dimakan manusia, dan
lingkungan.
Pasal 111
(1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat
harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.
(2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar,
persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diedarkan,
ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dari beberapa penjelasan pasal diatas dapat disimpulkan hal
utama yang perlu dilakukan dalam kasus tersebut yaitu menarik
kembali mie yang mengandung boraks dan formalin tersebut dari
peredaran untuk segera dilakukan pemusnahan, kemudian menyita
tempat tersebut serta memberikan sanksi hukum yang tegas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Di kampung saudara terdapat penjual jamu obat
tradisional yang tidak terdapat izin edar dan tidak ada
penandaan apapun dalam bentuk serbuk dalam
kemasan kertas dibungkus plastik dijual di warung dan
toko jamu.
Jelaskan apa yang seharusnya saudara lakukan dan
informasi apa saudara berikan, sesuai dengan Undang–
Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah tahun 72 1998?
SOAL STUDI KASUS (3)
Yang akan saya lakukan adalah memberikan informasi kepada penjual
jamu tersebut terkait dengan ketentuan produksi obat tradisional yang tertera
dalam undang undang.
Pada kasus ini telah dibahas dalam Undang–Undang Kesehatan no 36 tahun 2009
pada beberapa pasal, yaitu :
 Pasal 100
(2) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat
tradisional .
 Pasal 101
(1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengolah,
memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan
menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya.
Pada pasal 100 dan pasal 101 tersebut dapat dilihat bahwa jamu yang dijual
harus aman dan dapat dipertanggungjawabkan manfaat serta keamanannya.
Sedangkan terkait izin edar, pada Undang-undang Kesehatan
Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan sendiri telah mengatur
secara jelas pada Pasal 106 ayat (1) yaitu, Sediaan farmasi dan alat
kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.
Dan pada izin edar sebagaimana dijelaskan kembali pada
Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pada bagian 2 tentang
izin edar pasal 9 yaitu :
Pasal 9
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
memperolah izin edar dari Menteri.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional yang diproduksi
oleh perorangan.
Sedangkan terkait kemasan jamu yang dijual harusnya
memenuhi ketentuan sebagaimana dijelaskan pada Peraturan
Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 24 dan pasal 25 dimana
kemasan jamu yang diedarkan harus aman tidak membahayakan
kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan
alat kesehatan. Dan jelas bahwa sediaan farmasi yang mengalami
kerusakan kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk
sediian farmasi dan alat kesehatan dilarang untuk diedarkan.
Dan juga dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomer 72
Tahun 1998 pasal 26, 27, dan 28. Dimana penandaan pada kemasan
dan informasi harus memenuhi persyaratan berbentuk tulisan yang
berisi keterangan mengenai sediaan farmasi secara obyektif, lengkap
serta tidak menyesatkan. Tetapi pada Pasal 30 di tegaskan bahwa
ketentuan mengenai penandaan dan informasi sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang diatur dalam peraturan pemerintah ini tidak
berlaku bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional yang
diproduksi oleh perorangan.
 Ketika anda pergi ke pasar tradisional anda menjumpai
seorang ibu yang berjualan kosmetik antara lain lipstik,
lipsglos dengan huruf cina dan mandarin tanpa ada huruf
dan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, dengan
harga yang lebih murah dibanding dengan harga
pasaran.
Bagaimana pendapat saudara jelaskan juga dikaitkan
dengan Undang –undang Kesehatan no 36 tahun 2009
dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998??
SOAL STUDI KASUS (4)
Menurut pendapat saya, Ibu yang menjual produk kosmetik
tersebut perlu dipertanyakan mutu, kualitas, dan aman atau tidaknya.
Karena dijual dengan harga yang dibilang lebih murah. Selain itu,
adanya keterangan yang dapa menyulitkan pembeli karena
keterengan tersebut menggunakan huruf mandarin. Dan menurut
saya pada pembelian apapun jangan terpaku pada harga yang
murah, karena kebanykan harga murah belum tentu memberikan
kualitas yang baik. Dan perhatikan juga dampak bagi kesehatan kita
kedepannya.
Dilihat dari segi keamanannya pun perlu dipertanyakan, apakah
kosmetik tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun
1998 pasal 2 yaitu, Sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan
peryaratan dalam buku odeks Kosmetika Indonesia yang ditetapkan oleh
Menteri. Serta memenuhi persyaratan seperti yang disebutkan pada Undang
–undang Kesehatan Nomer 36 tahun 2009 pasal 105 yaitu :
(2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika
serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan/atau persyaratan
yang ditentukan.
Selain itu, apabila suatu produk merupakan produk import luar
negeri, maka haruslah memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomer
72 Tahun 1998 pasal 17 yaitu produk yang diedarkan harus memenuhu
persyaratan mutu, keamanan dan pemanfaatan. Sebaiknya pada produk
tersebut haruslah dicantumkan juga bahasa inggris yakni bahasa global yang
setidaknya mudah dipahami masyarakat secara umum agar tidak
menyesatkan atau membingungkan pembeli. Hal ini berakitan Peraturan
Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 26 dan 28. Pada pasal 26 ayat
(2) jelas bahwa Penandaan dan informasi sediaan dan alat kesehatan dapat
berbentuk gambar, warna, tulisan atau kombinasi antara atau ketiganya atau
bentuk lainnya yang disertakan pada kemasan atau dimasukkan dalam
kemasan, atau merupakan bagian dari wadah dan/atau kemasannya. Selain
itu terdapat pula pada pasal 28 ayat 1.
Suatu pabrik kosmetika di kota Surabaya diduga
menambahkan Rhodamin B ke dalam produknya dan
produk tersebut sudah diedarkan di pasaran.
Bagaimana pendapat dan apa yang saudara lakukan
jika menemukan hal tersebut dan dikaitkan dengan UU
36 th 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998?
SOAL STUDI KASUS (5)
Jelas bahwa Rhodamin B adalah salah satu zat
pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang
dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri
Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85.
Menurut saya, kosmetik tersebut tidaklah aman jika
digunakan. Karena dapat membahayakan pemakainya.
Telah kita ketahui bahwa Rhodamin B adalah zat
pewarna untuk industri tekstil dan kertas bukan untuk
kulit wajah sebagaiman yang terdapat pda kosmetik
tersebut.
Dilihat dari segi keamanan, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi, seperti yang tercantum pada dan
Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 2 ayat 2
yaitu : Sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan
peryaratan dalam buku odeks Kosmetika Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri.
Selain itu, hal ini tercantum pula pada Undang –undang
Kesehatan Nomer 36 tahun 2009 pasal 105 yang berisi :
Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika
serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan/atau
persyaratan yang ditentukan.
Sebaiknya sebuah rumah produski harus memperhatikan
zat-zat yang akan ditambahkan kedalam produknya. Agar
tidak membhayakan dan juga tidak merugikan konsumen.

More Related Content

What's hot

STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
ameetria
 
394850215 leaflet-dagusibu
394850215 leaflet-dagusibu394850215 leaflet-dagusibu
394850215 leaflet-dagusibu
Annissa fadilla martha
 
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1   5. pendistribusian obat di puskesmasMi 1   5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
husnul khotimah
 
Mi 1 3. penerimaan obat di puskesmas
Mi 1   3. penerimaan obat di puskesmasMi 1   3. penerimaan obat di puskesmas
Mi 1 3. penerimaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptxETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
Ptrychi
 
PPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.pptPPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.ppt
ssuserb4effd
 
Fix abc pengendalian persediaan
Fix abc pengendalian persediaanFix abc pengendalian persediaan
Fix abc pengendalian persediaan
airavalinsha
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
LinaNadhilah2
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
LinaNadhilah2
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Erie Gusnellyanti
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
AstriedAmalia
 
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Pengawasan Obat dan MakananBadan Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
khoiril anwar
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
BidangTFBBPKCiloto
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Ulfah Hanum
 
Cpob presentase
Cpob presentaseCpob presentase
Cpob presentase
Yulisa Andari
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
Yusuf Himawan
 
Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan ObatEvaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obat
saninuraeni
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
dinasintia
 

What's hot (20)

STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docxSTUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
STUDI KELAYAKAN APOTEK MENTARI.docx
 
394850215 leaflet-dagusibu
394850215 leaflet-dagusibu394850215 leaflet-dagusibu
394850215 leaflet-dagusibu
 
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1   5. pendistribusian obat di puskesmasMi 1   5. pendistribusian obat di puskesmas
Mi 1 5. pendistribusian obat di puskesmas
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Mi 1 3. penerimaan obat di puskesmas
Mi 1   3. penerimaan obat di puskesmasMi 1   3. penerimaan obat di puskesmas
Mi 1 3. penerimaan obat di puskesmas
 
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptxETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
ETIKET DAN KEMASAN KEL. 8.pptx
 
PPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.pptPPT DAGUSIBU.ppt
PPT DAGUSIBU.ppt
 
Fix abc pengendalian persediaan
Fix abc pengendalian persediaanFix abc pengendalian persediaan
Fix abc pengendalian persediaan
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
 
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium NasionalPedoman Penerapan Formularium Nasional
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Pengawasan Obat dan MakananBadan Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 
Cpob presentase
Cpob presentaseCpob presentase
Cpob presentase
 
Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)Konseling farmasi (1)
Konseling farmasi (1)
 
Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan ObatEvaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obat
 
SWAMEDIKASI
SWAMEDIKASISWAMEDIKASI
SWAMEDIKASI
 
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
Standar pelayanan kefarmasian di pkm-2020
 

Similar to Manfar studi kasus.novi arifani

Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Novita Prameswati
 
Menkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotikMenkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotik
John Leyy
 
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
Riska Wasita
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
tulus14
 
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri FarmasiPermenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
Sainal Edi Kamal
 
Workshop pa
Workshop paWorkshop pa
Workshop pa
Adek Sentanu
 
PP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.pptPP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.ppt
Aprilhm
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Sainal Edi Kamal
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
Bambang Priyambodo
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Inna Muthma
 
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
CIkumparan
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
mataram indonesia
 
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBFPermenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
Sainal Edi Kamal
 
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkesPmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Ulfah Hanum
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Sainal Edi Kamal
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
saninuraeni
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
bedjobadoeng
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Ulfah Hanum
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
ADIJM
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 

Similar to Manfar studi kasus.novi arifani (20)

Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatanPp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
Pp no.-72-th-1998-ttg-pengamanan-sediaan-farmasi-dan-alat-kesehatan
 
Menkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotikMenkes 1332 apotik
Menkes 1332 apotik
 
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
PMK_No._24_Th_2018_ttg_Izin_dan_Penyelenggaraan_Praktik_NAKES_Jamu_Tradisiona...
 
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf2._PerBPOM_16_2023_.pdf
2._PerBPOM_16_2023_.pdf
 
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri FarmasiPermenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
Permenkes No.1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi
 
Workshop pa
Workshop paWorkshop pa
Workshop pa
 
PP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.pptPP 512009 EDIT.ppt
PP 512009 EDIT.ppt
 
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisionalPermenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
Permenkes No. 006 ttg industri dan usaha obat tradisional
 
Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010Permenkes 1799 2010
Permenkes 1799 2010
 
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
Permenkes 006 2012-industri_usaha_obat_tradisional1
 
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat TradisonalPMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
PMK No 007 tentang Registrasi Obat Tradisonal
 
Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009Pp no. 51_th_2009
Pp no. 51_th_2009
 
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBFPermenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
Permenkes No. 34 Tahun 2014 Tentang PBF
 
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkesPmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
Pmk no. 70 ttg perusahaan rumah tangga dan alkes
 
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBFPermenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
Permenkes No. 1148 Tahun 2011 Tentang PBF
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_ (1)
 
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
Pmk no. 74_ttg_standar_pelayanan_kefarmasian_di_puskesmas_
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
 
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbfPermenkes 1148 2011_tentang_pbf
Permenkes 1148 2011_tentang_pbf
 
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 

Recently uploaded

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
ahyani72
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 

Recently uploaded (20)

SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 

Manfar studi kasus.novi arifani

  • 2. Di KOTA SURABAYA terdapat apotik B yang merupakan kerjasama antara Apoteker pengelola apotik (APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA) apotek membeli obat dari jalur tidak resmi. Bagaimana PENDAPAT ANDA ATAS KASUS TERSEBUT tersebut beri penjelasan dan APA sangsi hukum menurut Undang Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998 SOAL STUDI KASUS (1)
  • 3. Pendapat saya atas kasus tersebut jelas bahwa kerjasama yang dilakukan antara Apoteker pengelola apotik (APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA) dan apotek membeli obat dari jalur tidak resmi telah melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Undang-undang Kesehatan Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan sendiri telah mengatur secara jelas, sesuai yang tertera pada Bagian kelima belas pasal 98 ayat (2) setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, dan mengolah, mempromosikan dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Sementara itu pada pasal 98 ayat (3) juga dijelaskan bahwa Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan.
  • 4. Kemudian pada pasal 106 ayat (1) dijelaskan bahwa sedian farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar. Jika kita melihat dari kasus diatas jelas bahwa apoteker pengelola apotik (APA) dan pemilik saham apotik (PSA) membeli obat secara ilegal yang notabene tidak diketahui asal usulnya, serta tidak jelas standar dan mutunya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sanksi bagi apoteker pengelola apotik (APA) dan pemilik saham apotik (PSA) yang membeli obat secara ilegal jelas tertera pada: Pasal 106 ayat (3) bahwa Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 5.  Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).  Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
  • 6. Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sedian Farmasi dan Alat Kesehatan juga telah mengatur bahwa :  Pasal 3 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi oleh badan usaha yang teleh memiliki izin usaha industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.  Pasal 9 sedian farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh izin edar dari menteri.  Pasal 72 ayat (1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang melanggar hukum di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan.  Pasal 72 ayat (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a. Peringatan secara tertulis. b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk menarik produk sediaan farmasi dan alat kesehatan dari peredaran yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
  • 7. c. Perintah pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. d. Pencabutan sementara atau pencabutan tetap izin usaha industri, izin edar sediaan farmasi dan alat kesehatan serta izin lain yang diberikan.  Pasal 74 Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam dalam Pasal 80 ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Pasal 75 huruf (b) Barang siapa dengan sengaja : Mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan tanpa izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
  • 8. SOAL STUDI KASUS (2) Di Kota Malang terdapat produsen industri Rumah tangga tidak mempunyai izin memproduksi mie basah dengan menggunakan formalin dan borax sehingga menyebabkan keracunan pada anak anak dengan gejala mual muntah dan diare. Berikan penjelasan atau analisa saudara apa yang seharusnya dilakukan dan dikaitkan peraturan menurut Undang Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998
  • 9. Di dalam Undang-undang Kesehatan Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bagian keenam belas mengenai pengamanan makanan dan minuman khususnya yang tertera pada pasal 109 bahwa : Setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetik yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan.
  • 10. Pasal 111 (1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan. (2) Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (6) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Dari beberapa penjelasan pasal diatas dapat disimpulkan hal utama yang perlu dilakukan dalam kasus tersebut yaitu menarik kembali mie yang mengandung boraks dan formalin tersebut dari peredaran untuk segera dilakukan pemusnahan, kemudian menyita tempat tersebut serta memberikan sanksi hukum yang tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 11.  Di kampung saudara terdapat penjual jamu obat tradisional yang tidak terdapat izin edar dan tidak ada penandaan apapun dalam bentuk serbuk dalam kemasan kertas dibungkus plastik dijual di warung dan toko jamu. Jelaskan apa yang seharusnya saudara lakukan dan informasi apa saudara berikan, sesuai dengan Undang– Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998? SOAL STUDI KASUS (3)
  • 12. Yang akan saya lakukan adalah memberikan informasi kepada penjual jamu tersebut terkait dengan ketentuan produksi obat tradisional yang tertera dalam undang undang. Pada kasus ini telah dibahas dalam Undang–Undang Kesehatan no 36 tahun 2009 pada beberapa pasal, yaitu :  Pasal 100 (2) Pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat tradisional .  Pasal 101 (1) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan, meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Pada pasal 100 dan pasal 101 tersebut dapat dilihat bahwa jamu yang dijual harus aman dan dapat dipertanggungjawabkan manfaat serta keamanannya.
  • 13. Sedangkan terkait izin edar, pada Undang-undang Kesehatan Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan sendiri telah mengatur secara jelas pada Pasal 106 ayat (1) yaitu, Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar. Dan pada izin edar sebagaimana dijelaskan kembali pada Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pada bagian 2 tentang izin edar pasal 9 yaitu : Pasal 9 (1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperolah izin edar dari Menteri. (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional yang diproduksi oleh perorangan.
  • 14. Sedangkan terkait kemasan jamu yang dijual harusnya memenuhi ketentuan sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 24 dan pasal 25 dimana kemasan jamu yang diedarkan harus aman tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Dan jelas bahwa sediaan farmasi yang mengalami kerusakan kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk sediian farmasi dan alat kesehatan dilarang untuk diedarkan. Dan juga dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 26, 27, dan 28. Dimana penandaan pada kemasan dan informasi harus memenuhi persyaratan berbentuk tulisan yang berisi keterangan mengenai sediaan farmasi secara obyektif, lengkap serta tidak menyesatkan. Tetapi pada Pasal 30 di tegaskan bahwa ketentuan mengenai penandaan dan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diatur dalam peraturan pemerintah ini tidak berlaku bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional yang diproduksi oleh perorangan.
  • 15.  Ketika anda pergi ke pasar tradisional anda menjumpai seorang ibu yang berjualan kosmetik antara lain lipstik, lipsglos dengan huruf cina dan mandarin tanpa ada huruf dan bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga pasaran. Bagaimana pendapat saudara jelaskan juga dikaitkan dengan Undang –undang Kesehatan no 36 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998?? SOAL STUDI KASUS (4)
  • 16. Menurut pendapat saya, Ibu yang menjual produk kosmetik tersebut perlu dipertanyakan mutu, kualitas, dan aman atau tidaknya. Karena dijual dengan harga yang dibilang lebih murah. Selain itu, adanya keterangan yang dapa menyulitkan pembeli karena keterengan tersebut menggunakan huruf mandarin. Dan menurut saya pada pembelian apapun jangan terpaku pada harga yang murah, karena kebanykan harga murah belum tentu memberikan kualitas yang baik. Dan perhatikan juga dampak bagi kesehatan kita kedepannya. Dilihat dari segi keamanannya pun perlu dipertanyakan, apakah kosmetik tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 2 yaitu, Sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan peryaratan dalam buku odeks Kosmetika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri. Serta memenuhi persyaratan seperti yang disebutkan pada Undang –undang Kesehatan Nomer 36 tahun 2009 pasal 105 yaitu : (2) Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.
  • 17. Selain itu, apabila suatu produk merupakan produk import luar negeri, maka haruslah memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 17 yaitu produk yang diedarkan harus memenuhu persyaratan mutu, keamanan dan pemanfaatan. Sebaiknya pada produk tersebut haruslah dicantumkan juga bahasa inggris yakni bahasa global yang setidaknya mudah dipahami masyarakat secara umum agar tidak menyesatkan atau membingungkan pembeli. Hal ini berakitan Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 26 dan 28. Pada pasal 26 ayat (2) jelas bahwa Penandaan dan informasi sediaan dan alat kesehatan dapat berbentuk gambar, warna, tulisan atau kombinasi antara atau ketiganya atau bentuk lainnya yang disertakan pada kemasan atau dimasukkan dalam kemasan, atau merupakan bagian dari wadah dan/atau kemasannya. Selain itu terdapat pula pada pasal 28 ayat 1.
  • 18. Suatu pabrik kosmetika di kota Surabaya diduga menambahkan Rhodamin B ke dalam produknya dan produk tersebut sudah diedarkan di pasaran. Bagaimana pendapat dan apa yang saudara lakukan jika menemukan hal tersebut dan dikaitkan dengan UU 36 th 2009 dan Peraturan Pemerintah tahun 72 1998? SOAL STUDI KASUS (5)
  • 19. Jelas bahwa Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Menurut saya, kosmetik tersebut tidaklah aman jika digunakan. Karena dapat membahayakan pemakainya. Telah kita ketahui bahwa Rhodamin B adalah zat pewarna untuk industri tekstil dan kertas bukan untuk kulit wajah sebagaiman yang terdapat pda kosmetik tersebut.
  • 20. Dilihat dari segi keamanan, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti yang tercantum pada dan Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 pasal 2 ayat 2 yaitu : Sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan peryaratan dalam buku odeks Kosmetika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri. Selain itu, hal ini tercantum pula pada Undang –undang Kesehatan Nomer 36 tahun 2009 pasal 105 yang berisi : Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika serta alat kesehatan harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan. Sebaiknya sebuah rumah produski harus memperhatikan zat-zat yang akan ditambahkan kedalam produknya. Agar tidak membhayakan dan juga tidak merugikan konsumen.