1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup, dikatakan sebagai makhluk hidup karena
dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makanan dan
mengeluarkan metabolisme (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan
peran masing – masing organ.
Salah satu kegiatan tubuh dalam membuang sisa – sisa metabolisme adalah
mengeluarkan urine. Membuang urine dengan melalui eliminasi merupakan salah satu
aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Apabila eliminasi tidak dilakukan
oleh tubuh, maka akan terjadi gangguan – gangguan diantaranya : retensi urine (perubahan
pola eliminasi urine), enuresis, inkontinensia urine, dll. Selain dapat menimbulkan gangguan
– gangguan yang disebutkan diatas, dapat juga menimbulkan dampak pada sistem organ lain
seperti sistem pencernaan.
Eliminasi merupakan pembuangan sisa proses di dalam tubuh. Eliminasi merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dibutuhkan untuk mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh (homeostasis). Kebutuhan eliminasi dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya, usia, diet, latihan fisik dan lain-lain.
Sistem yang berperan dalam eliminasi atau proses pembuangan meliputi hampir
semua sistem tubuh. Jika terjadi gangguan terhadap eliminasi, maka sistem tubuh yang
berperan juga terganggu. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan proses
eliminasi sampah metabolisme.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa hal yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Jelaskan anatomi sistem urinary ?
2. Jelaskan tentang fisiologi ginjal ?
3. Bagaimana proses eliminasi sisa metabolisme ?
4. Bagaimana proses eliminasi sisa pencernaan ?
5. Sebutkan hormon – hormon yang terkait dengan eliminasi ?
6. Sebutkan tanda dan gejala masalah eliminasi sisa metabolisme dan sisa
pencernaan ?
7. Apa saja keterampilan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
eliminasi : cara menolong BAB dan BAK klien dengan pispot atau urinal ?
2. 2
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai pembelajaran tentang bagaimana proses eliminasi
demi terciptanya perawat yang sesuai dengan dasar-dasar tugas sebagai seorang perawat serta
menjawab apa yang menjadi pertanyaan pada rumusan masalah di atas.
D. Metode penulisan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang sistem pelayanan
keperawatan.Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari internet.
E. Manfaat penulisan
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi serta masalah – masalah
yang terjadi dalam proses eliminasi.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Sistem Urinari
1. Ginjal
Ginjal terletak di samping kolumna vertebralis dibelakang peritoneum dan
didepan otot punggung. Ginjal kanan terletak lebih rendah karena posisi hati yang
berada diatasnya. Ginjal memiliki unit fungsional yaitu Nefron untuk membentuk urine.
Nefron tersusun atas glomerulus, kapsula Bowman, tubulus konvolusi proksimal,
lengkung Henle, tubulus distal dan duktus. (Potter, 2010 : 342)
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada
dinding abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya
ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang
dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang
dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut
nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman,
serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal,
tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler
secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus
yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena
jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula
tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai
tubulus kontortus distal.
4. 4
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan
darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak
mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut
glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan
antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus
dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh
yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum
ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks
atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang
merupakan lanjutan dari simpai bowman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk
corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis
bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari
piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di
tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
6. 6
2. URETER
Gb. 3 Struktur Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Syntopi ureter
Ureter kiri Ureter kanan
Anterior Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica
Duodenum pars descendens
Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus
deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian
atas vagina
7. 7
Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-
inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior
dan inferior.
1. VESIKA URINARIA
Gb. 4
8. 8
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti
8ectum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan
saraf.
Syntopi vesica urinaria
Vertex Lig. Umbilical medial
Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav.
Vesicouterina (perempuan)
Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,8ectum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum
vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua
ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae
walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2.
Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.
9. 9
2. URETRA
Gb. 5
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu,
Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
10. 10
Gb. 6
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang
berada di bawah kendali volunter (somatis).
11. 11
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.
B. Fisiologi Ginjal
Ginjal bertugas mempertahankan homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara, yakni :
1. Pengaturan volume cairan : Jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi.
Proses ekskresi ini diatur oleh ginjal.
2. Pengaturan jumlah Elektrolit tubuh : kandungan elektrolit dalam tubuh cenderung
konstan. Kondisi ini dipertahankan melalui 2 proses yaitu, laju filtrasi glomerulus
(GFR) dan proses reabsorpsi yang selektif di tubulus ginjal akibat pengaruh hormon.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh : ginjal merupakan mekanisme pengatur
keseimbangan asam basa yang paling kuat. Dalam menjalankan fungsinya, ginjal
tidak hanya mengubah pengeluaran H+, tetapi jg menahan atau membuang HCO3-
sesuai dengan status asam basa tubuh.
4. Ekskresi sisa-sisa metabolisme tubuh : ginjal mengekskresikan zat-zat racun (Ureum,
asam urat, kreatinin, sulfat, dan fosfat) dan obat-obatan.
5. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh : normalnya, bahan-bahan organik
seperti Glukosa dan asam amino di reabsorpsi secara total ke dalam darah, dan
biasanya tidak di ekskresikan ke dalam urine.
6. Fungsi Hormonal dan Metabolisme : ginjal mengekskresikan hormon renin untuk
mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit dan tekanan darah (sistem renin-
angiotensin-aldosteron). Selain itu ginjal juga berperan dalam metabolisme zat-zat
tertentu.(Mubarak, 2007 : 112)
C. Proses Eliminasi Sisa Metabolisme
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme
tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2,
urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu,
sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam
eliminasi terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.
Sistem pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi (menghirup udara
O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2). Menurut Syaifuddin (2011:382), sistem respirasi
berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Sementara itu menurut Guyton &
12. 12
Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dibagi menjadi empat
fungsi utama :
(1) ventilasi paru,
(2) difusi oksigen dan karbondioksida,
(3) pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan
(4) pengaturan ventilasi.
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air. Pembuangan
ini juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada seseorang yang mempunyai
gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan jantung untuk menerima pengembalian
darah yang berasal dari paru-paru mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan tekanan
hidrostatik paru-paru akan naik dan cairan keluar ke intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya
terjadilah edema paru-paru. Kondisi ini akan mengganggu proses difusi dan compliance paru-
paru,sehingga terjadilah gangguan eliminasi CO2 (Asmadi, 2008:91).
a. Sistem Integumen (Kelenjar Keringat)
Sistem integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan jaringan
aksesoris lainnya, termasuk kuku, rambut,dan kelenjar. Syaifuddin (2011:48) mengatakan
bahwa kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat
pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan gendang telinga.
Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat dua
macam kelenjar keringat,yaitu : Kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh kulit tubuh
kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar,telapak tangan, telapak kaki, dan dahi; kelenjar
keringat apokrin merupakan kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak,
kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin, dan dubur (Syaifuddin, 2011:57). Sedangkan,
dalam kamus saku kedokteran Dorland (2012:476), sweat gland (Kelenjar keringat)
merupakan kelenjar yang menyekresikan keringat,dijumpai pada lapisan dermis atau
subkutan, salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal dari isi pembuluh darah yang berada di sekitar
kelenjar keringat tersebut. Keringat ini mengandung air,garam,urea,asam urat,dan sisa
metabolisme lainnya. Pengeluaran keringat ini dipengaruhi oleh temperatur. Di mana
peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sel dan
kemudian akan meningkatkan pembentukan keringat. Selain itu,pengeluaran keringat juga
13. 13
dipengaruhi oleh hipotalamus melalui sistem saraf otonom yang mengaktifkan saraf
simpatis,sehingga kelenjar keringat pun menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
b. Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori terbesar dalam tubuh, berwarna cokelat, dan
beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan atas di bawah
diafragma (Syaifuddin, 2011:546).
Hepar (Liver) merupakan kelenjar besar berwarna merah gelap pada bagian atas perut
sebelah kanan, tepat di bawah diafragma. Fungsinya antara lain sebagai tempat penyimpanan
dan filtrasi darah, sekresi empedu, konvensi gula menjadi glikogen, dan banyak aktivitas
metabolik lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2012:632).
Jati (2007:128) mengatakan bahwa hati berfungsi sebagai penhgstur keseimbangan
nutrien dalam darah dan sebagai organ yang menyekresikan empedu. Hepar juga berperan
dalam pembuangan sampah metabolisme. Kelainan pada hepar akan mengakibatkan hepar
tidak mempu untuk membuang sisa nitrogen. Asam amino,yang akan digunakan sebagai
energi,harus mengalami proses deaminasi dengan dibuangnya gugus amin (NH3) yang
merupakan nitrogen. NH3 ini tidak bisa begitu saja dibuang oleh tubuh, tetapi harus di proses
dulu di hepar menjadi ureum, urea. Sampah inilah yang akhirnya dibuang melalui keringat
dan ginjal (urine) (Asmadi, 2008 : 91).
c. Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia
(hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar
buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan
cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran) (Syaifuddin,
2011:248). Hasil sekresi kelenjar tersebut dinamakan hormon endokrin.
Hormon endokrin di bawa oleh sistem sirkulasi ke seldi seluruh tubuh, yang meliputi
sistem saraf pada beberapa keadaaan tempat hormon tersebut berikatan dengan reseptor dan
memulai berbagai reaksi (Guyton&Hall, 2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam eliminasi sampah metabolisme melalui
pengaturan jumlah air dan natrium yang diabsorbsi kembali oleh ginjal yang berkaitan
dengan jumlah cairan tubuh. Selain itu, sistem endokrin juga berperan dalam pengaturan final
urine. Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga jenis hormon yaitu antidiuretik hormon
(ADH),renin,dan aldosteron.
14. 14
d. Sistem Renal
Ginjal (ren) merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna
cokelat kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vetebral posterior terhadap
peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam (Potter&Perry, 2005:1679). Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena hati menduduki ruang di
bagian kanan lebih luas (Asmadi, 2008:91). Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar
5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Sementara itu, berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita
115-155 gram (Syaifuddin, 2009:286).
Sistem renal merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut Syaifuddin
(2009:285), sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya terhadi penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine. Potter&Perry (2005:1679) mengatakan eliminasi
urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring
produk limbah dari darah untuk membentuk urine.
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2011:463), sebagai berikut:
a. Proses Filtrasi
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas
protein dari kapiler ke glomerulus dan kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein.
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena
permukaan averen lebih besar dari permukaan everen sehingga terjadi penyerapan
darah. Setiap menit kira-kira 1200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml
plasma masuk ke dalam kapiler glomerulus.
b. Proses Absorbsi
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida, fosfat,
dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi
dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi.
Jumlah total air yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml/menit, 70-80% diabsobsi
oleh tubulus proksimal, disebut juga reabsorbsi air obligatori. Sisanya, 20-30%
diabsorbsi secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopresin (ADH, hormon
antidiuretik) di tubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen
yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.
15. 15
c. Proses Sekresi
Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan
filtrasi selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.
Hasil masing-masing proses pembentukan urine yaitu, urine primer (filtrat
glomerulus) pada proses filtrasi, urine sekunder pada proses absorbsi dan urine
sesungguhnya pada proses sekresi.
Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat maupun
fisik, antara lain:
1) Kejernihan : Urine normal jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan
menjadi keruh.
2) Warna : Warna urine dipengaruhi oleh diet, obat-obatan, kepekatan,
dan lain-lain. Secara normal urine berwarna kuning.
3) Bau : Bau khas urine bila dibiarkan terlalu lama akan berbau seperti
amonia.
4) Berat Jenis : Berat jenis urine bergantung pada jumlah zat yang terlarut
dalam urine.
Eliminasi sampah metabolisme lainnya adalah eliminasi bilirubin yang
terkonjugasi yang merupakan sisa pemecahan eritrosit yang sudah tua (Asmadi,
2008:95). Bilirubin yang terkonjugasi ini disimpan di dalam empedu dan karena
perangsangan pengeluaran kolesistokinin, bilirubin tersebut masuk ke duodenum.
Bilirubin merupakan pigmen yang memberikan warna cokelat kekuningan pada feses
(Jati, 2007:128).
D. Proses Eliminasi Sisa Pencernaan ( Defekasi )
Faktor fisiologis yang berhubungan dengan fungsi usus dan defekasi meliputi sistem
pencernaan yang normal, kewaspadaan sensorik pada distensi rektum dan isi rektum, ontrol
volunter pada sfingter, serta keadekuatan kapasitas dan komplians rektal (Doughty, 2006).
Defekasi normal dimulai dengan adanya gerakan pada kolon kiri, yang menggerakkan
feses menuju unus. Saat feses mencapai rektum, distensi menyebabkan relaksasi sfingter
eksternal dan kontraksi otot abdominal, yang meningkatkan tekanan intrarektal dan
mendorong feses keluar (Doughty, 2006).tekanan dapat ditingkatkan untuk mengeluarkan
feses melalui kontraksi volunter otot abdominal sambil menahan ekspirasi yang menutup
16. 16
jalan masuk udara. Keadaan ini disebut dengan Valsalva manuever, yang membantu jalan
keluar feses.
Klien dengan penyakit kardiovaskuler, glaukoma, peningkatan tekanan intrakranial,
atau memiliki luka baru akibat pembedahan memiliki risiko yang lebih besar seperti
ketidakteraturan jantung dan tekanan darah yang meningkat tidak boleh melakukan manuver
ini dan mengedan untuk mengeluarkan feses. Buang air besar normal biasanya tidak
menimbulkan rasa nyerikarena bentuk feses yang lembut.
Setiap organisme memerlukan makanan untuk tetap dapat menjaga kelangsungan
hidupnya. Aktivitas makan dilakukan semua makhluk hidup tigak memandang usia, spesies
dan jenis kelamin. Makanan yang dikonsumsi akan dicerna oleh tubuh melalui beragam
proses (Jati, 2007:114).
Menurut Syaifuddin (2011:504), sistem organ pencernaan adalah sistem organ yang
menerima makanan, mencerna untuk dijadikan energi nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut.
Pengeluaran sisa proses pencernaan disebut eliminasi sisa pencernaan. Potter & Perry
(2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan
aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.
Organ yang berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi sampah digestif
adalah kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah saluran pencernaan yang
meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum
dan anus. Panjang kolon pada orang dewasa ± 1,5 meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses, eliminasi fekal, pola defekasi,
dan karakteristik feses yang dikutip dari Asmadi (2008).
a. Proses pembentukan feses
Sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut
mengalami proses absorbsi air, natrium, dan kloride. Absorbsi ini dibantu dengan
adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc
mengalami proses reabsorbsi. Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk
semisolid yang disebut feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang
tidak dicerna menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang
dikenal dengan istilah flatus.
17. 17
b. Proses eliminasi fekal (defekasi)
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani.
Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon
meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan
massa kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon
ke rektum.
Begitu ada feses yang sampai di rektum, maka ujung saraf sensoris yang
berada pada rektum menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini
diteruskan ke medula spinalis. Setelah itu, impuls dikirim ke korteks serebri serta
sakral II dan IV. Impuls dikirim ke korteks serebri agar indivisu menyadari
keinginan buang air besar. Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim
ke saraf simpatis untuk mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya
sphincter ani tersebut menyebabkan banyak feses yang masuk ke dalam rektum.
Kemudian terjadi proses defekasi dengan mengendornya sphincter ani eksterna
dan tekanan yang mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan
diafragma.
c. Pola defekasi
Waktu defekasi dan jumlah feses bersifat individual. Orang dalam
keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola defekasi individu
juga bergantung pada bowel training yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan.
Namun, secara khusus, jumlah feses sangatlah bergantung pada kandungan serat
dan cairan pada makanan yang dimakan.
d. Karakteristik feses
Karakteristik feses pada setiap perkembangan manusia berbeda. Lihat
tabel!
Tabel.1. Karakteristik Feses
Karakteristik Normal Abnormal
Warna
Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
18. 18
Merah
Konsistensi Lunak, berbentuk Cair Padat
Frekuensi
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari
(jika mengonsumsi ASI) atau 1-3
kali sehari; orang dewasa 1 kali
sehari atau 2-3 kali seminggu
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari
satu kali setiap 1-2 hari; orang
dewasa lebih dari 3 kali sehari atau
kurang dari satu kali seminggu.
Bentuk Menyerupai diameter rektum Berbentuk pensil
Unsur-unsur
Makanan tidak dicerna, bakteri
mati, lemak, pigmen empedu,
sel-sel yang melapisi mukosa
usus dan air
Darah, pus, materi asing, lendir, dan
cacing
E. Hormon-Hormon yang Terkait dengan Elminasi
1. ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga
dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003 )
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino.
Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk
mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah
difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat,
maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga
mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk
19. 19
menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air
bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini
akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
2. Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh
korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh
misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralkortikoid yang
disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal,
yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ducts dari ginjal sehingga
terjadi peningkatan penyerapan kembali partikel air, ion, garam oleh ginjal dan
sekresi potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan peningkatan
volume dan tekanan darah.
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin ( Frandson,
2003)
95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi
aldosteron dirangsang oleh peningkatan K+ atau jatuh dalam Na+ konsentrasi dan
volume darah. Aldosteron mengurangi Na+ (dan Cl-) eliminasi dengan membantu
dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal
dan tubulus convulated mengumpulkan. Ini mempromosikan K+ eliminasi dan
mengurangi kehilangan air.
Jadi Aldosteron adalah hormon yang dihasilkan dan dilepaskan oleh kelenjar
adrenal, memberikan sinyal kepada ginjal untuk membuang lebih sedikit natrium dan
lebih banyak kalium. Pembentukan aldosteron sebagian diatur oleh kortikotropin
pada hipofisa dan sebagian lagi oleh mekanisme kontrol pada ginjal (sistem renin-
angiotensin-aldosteron). Renin adalah enzim yang dihasilkan di dalam ginjal dan
bertugas mengendalikan pengaktivan hormon angiotensin, yang merangsang
pembentukan aldosteron oleh kelenjar adrenal.
20. 20
3. Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
Disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis.
a. Estrogen
Alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya
membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-
steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh
plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses
peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam
metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh
plasenta. Mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel
yang bekerja sebagai sasaran
b. Progesteron
Metabolisme progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol
(tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang
sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur
sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang
menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses
fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin
bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke
dalam tindakan.
Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara
lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain
yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada
jaringan yang berbeda.
5. Glukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium( Frandson,
2003). Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang
21. 21
menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal
yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar(korteks)dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi
mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan
hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk
mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
F. Tanda dan Gejala Masalah Eliminasi Sisa Metabolisme dan Sisa Pencernaan
1. Tanda dan gejala masalah eliminasi sisa Metabolisme :
a. Tanda Gangguan Eliminasi urin :
1) RetensiUrine : ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
a) Operasi pada daerah abdomen bawah.
b) Kerusakan ateren
c) Penyumbatan spinkter.
Tanda- tanda retens i urine :
a) Ketidak nyamanan daerah pubis.
b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
d) Meningkatnya keinginan berkemih.
e) Enuresis
2) E n i o r i s i s : Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-
anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
a) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b) Kandung kemih yang irritable
c) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d) ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
3) Inkontinesia Urine : ialah BAK yang tidak terkontrol.
J e nis I nk o n t i n e n s i a , ya it u :
22. 22
a) Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkonti
ne karenakesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk
mencapai toilet sebelum berkemih. Faktor Penyebab:
(1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
(2) Penurunan tonur kandung kemih
(3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
(4) Lingkungan
(5) Lanjut usia.
b) Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran
urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen. Faktor
Penyebab:
(1) Inkomplet outlet kandung kemih
(2) Tingginya tekanan infra abdomen
(3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
(4) Lanjut usia.
c) Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan
urine terusmenerus yang tidak dapat diperkirakan. Faktor Penyebab:
(1) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
(2) Penurunan isyarat kandung kemih
(3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
(4) Penurunan tonus kandung kemih
(5) Kelemahan otot dasar panggul.
(6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
(7) Perubahan pola
(8) Frekuensi
(9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
(10) Urgency
(11) Perasaan seseorang harus berkemih.
2. Tanda dan gejala masalah Eliminasi sisa Pencernaan
a. Konstipasi : gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan
keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak
23. 23
terartur, penggunaan laksatif yang lama, stres psikologis, obat – obatan, kurang
aktivitas, usia.
b. Fecal infaction : masa feses yang keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan
oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktifitas, diet rendah serat, dan
kelemahan tonus otot.
c. Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat
cepatnya Chyme melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stres fisik,
obat – obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.
d. Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran
feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan fungsi spingter atau
persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit neuromuskuler, trauma
spinal cord, tumor spingter anus eksterna.
e. Kembung : flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan
distensi intestinal dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat – obatan
(barbiturat, penurunan ansietas, penurunan aktifitas intestinal), mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
f. Hemoroid : pelebaran di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di
daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat
defekasi, kehamilan, dan obesitas. (Tarwoto. 2006 : 70)
G. Keterampilan yang Berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi :Cara
menolong BAB dan BAK Klien dengan Pispot/Urinal.
Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan menggunakan
alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna
dan jumlah)
Pispot adalah alat yang digunakan untuk menampung feses dan urin, sedangkan
urinal adalah alat yang digunakan untuk menampung urin terutama urin pasien pria.
24. 24
Tujuannya :
1. Supaya feses atau urin tidak mengotori alat tenun pasien.
2. Untuk membiasakan pasien mengosongkan rektum atau kandung kemih pada waktu
tertentu.
3. Supaya keadaan pasien tetap bersih sehingga tidak terjadi lecet pada kulit.
4. Untuk mendapatkan bahan pemeriksaan laboratorium.
5. Untuk mengurangi pergerakan pada pasien yang sedang tirah baring (bedrest).
(Suparmi, 2008 : 70)
a) Menolong BAK klien dengan pispot dan urinal
Alat dan bahan :
a. Urinal
b. Pengalas
c. Tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. jelaskan prosedur pada pasien
c. pasang alas urinal di bawah glutea
d. lepas pakaian bawah pasien
e. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
f. anjurkan pasien untuk berkemih
g. setelah selesai, rapikan alat
h. cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
b) Menolong BAB klien dengan pispot dan urinal
Alat dan Bahan :
a. Bed pan 2 buah (urinal untuk pria);
b. Selimut ekstra;
c. Pengalas;
d. Botol cebok berisi air;
e. Tisu/kertas toilet
f. Bengkok;
g. Sabun;
25. 25
Prosedur kerja :
a. Dekatkan alat-alat ke pasien
b. Pasang sampiran atau tirai
c. Cuci tangan
d. Pasang selimut ekstra dan lepaskan pakaian bagian bawah
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin
f. Berikan urinal (bila pasien pria) dan letakkan bed pan di bawah bokong
pasien, dengan cara sebagai berikut :
- Pada pasien yang dapat mengangkat bokong, minta untuk mengangkat
bokongnya (posisi litotomi)
- Pada pasien yang tidak dapat mengangkat bokong mirngkan pasien, lalu
tempelkan bedpan pada bokong pasien. Kembalikan ke posisi semula
(terlentang)
- Angkat bagian punggung pasien dengan tangan kiri lalu letakkan bedpan
ke bawah bokong pasien.
g. Dekatkan bel pemanggil ke pasien atau ingatkan untuk memanggil perawat
bila telah selesai BAB.
h. Angkat bedpan dan ganti dengan bedpan kosong.
i. Membersihkan area genitalia dan perineum
- Siram air mulai dari genitalia dengan tinggi ± 10 cm di atas genitalia.
- Keringkan dengan tisu toilet dengan arah dari genitalia ke parineum
buang tisu ke dalam bedpan.
j. Angkat bed pan lalu tutup dan letakkan dibawah tempat tidur pasien.
k. Kembalikan pasien ke posisi semula, angkat pengalas, pakaikan kembali
pakaian pasien dan gantikan selimut ekstra dengan selimut biasa.
l. Rapikan alat-alat dan bawa ke belakang
m. Cuci tangan
n. Observasi hasil tindakan
o. Catat tindakan yang telah dilakukan.
(Suparmi, 2008 : 70)
26. 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme
tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2,
urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu,
sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam
eliminasi terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.
B. Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan kami semoga
dapat memahami betul penyakit – penyakit yang berhubungan dengan sistem perkemihan ini
dapat di hindari.
27. 27
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta:Salemba Medika.
Dorland, W.A. New. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta: Ganeca Exact.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.2. Jakarta: EGC.
Suparmi, 2008. Panduan Praktek Keperawatan . PT Citra Aji Parama : Yogyakarta.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan. Jakarta: EGC
Tarwoto, 2006. Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
http://www.academia.edu/6255250/54042154-Makalah-Anatomi-Sistem-Perkemihan
http://agungekamahastuti.blogspot.com/2012/11/kebutuhan-eliminasi.html
http://www.academia.edu/4799238/KONSEP_DASAR_KEBUTUHAN_ELIMINASI