SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN POST OPERASI
NEFROSTOMI a/i BATU URETER
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Ureterolithiasis adalah sutu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis
terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut
calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu
tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus
larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik
sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang,
nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau
merah. (Brunner and Suddarth, 2002)
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke
ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung
kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang
besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
11
asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik (Brunner and Suddarth, 2002).
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal
dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium,
dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat
(5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006 )
2. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Gambar 1 Gambar Sistem Perkemihan ( corwin, 2001)
12
Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
a. Ginjal
1) Makroskopis
Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang
peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar
(transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor).
Ginjal pada orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya
6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1 % berat seluruh tubuh
atau ginjal beratnya antara 120-150 gram ( Corwin, 2001).
Ginjal berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada dua
buah yaitu kiri dan kanan. Ginjal kanan lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh
hati. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan
lemak yang tebal
Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah
yang berbeda yaitu korteks dan medulla (Corwin, 2001).
Medula terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut
piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks
dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul
nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus
papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul (Corwin, 2001).
13
2) Mikroskopis
Tiap tubulus ginjal dan glomerulusnya membentuk satu
kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam
setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri
dari kapsula bowman, rumbai kapiler glomerulus, tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal,
yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
3) Vaskularisasi ginjal
Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang merupakan
cabang aorta abdominalis dan memasuki ginjal pada hilum, diantara
pelvis renalis dan vena renalis. Karena aorta terletak disebelah kiri
garis tengah maka arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis
kiri. Arteri renalis masuk ke dalam hillus, kemudian bercabang
menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid, selanjutnya
membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi basis piramid-
piramid tersebut. Arteri arkuata kemudian membentuk arteriola-
arteriola interlobularis yang tersusun parerel dalam korteks. Arteriola
interlobularis ini selanjutnya membentuk arteriola aferen. Arteriola
aferen akan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yang disebut
glomerulus (Syaifudin, 2006).
.
14
Vena renalis menyalurkan darah ke dalam vena kava
inferior yang terletak di sebelah kanan garis tengah, sehingga
vena renalis kiri kira-kira dua kali lebih panjang dari vena renalis
kanan. ( Brunner dan Suddarth, 2002).
4) Persyarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis
(vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah
yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Syaifudin, 2006).
5) Fungsi ginjal
a). Mengeluarkan zat toksik atau racun.
b). Mempertahankan keseimbangan cairan.
c). Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh.
d). Mempertahankan keseimbangan garamj-garam dan zat-zat
lain dalam tubuh.
e). Mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak.
6) Tahap-tahap pembentukan urine di ginjal
a) Filtrasi glomerular
Fungsi primer ginjal dicapai oleh nefron yang terdiri
dari glomerulus, tubulus dan duktus koligentes. Filtrasi
glomerulus dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan
15
osmotik koloid yang bersifat pasif. Filtrasi glomerulus tidak
hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan fisik diatas, namun
juga oleh permeabilitas dinding kapiler, sehingga sel-sel
darah dan molekul-molekul besar seperti protein secara
efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi. Sedangkan
air dan kristaloid (solut dan molekul-molekul yang lebih
kecil) dapat tersaring dengan mudah.
Zat-zat yang difiltrasi oleh ginjal dibagi dalam tiga
kelas, yakni : elektrolit, non elektrolit dan air. Beberapa jenis
elektrolit yang paling penting adalah Na+, K+, Ca2+, Mg2+,
bikarbonat (HCO-3), klorida (Cl-), dan posfat (HPO4
2-).
b) Reabsorbsi dan sekresi
Setelah filtrasi langkah kedua dalam pembentukan
kemih adalah reabsorpsi. Proses reabsorpsi dan sekresi ini
berlangsung baik melalui mekanisme transpor aktif maupun
pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi seluruhnya
disepanjang tubulus proksimal dengan mekanisme transpor
aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorpi
secara aktif dan keduanya disekresi kedalam tubulus distal.
Karena filtrasi berlanjut melalui ansa henle, maka natrium
dan ion penyerta direabsorpsi. Dalam tubulus distalis,
penyesuaian terjadi dalam pH dan osmolalitas serta ada
16
mekanisme pasif bagi reabsorpsi kalsium, posfat, sulfat
inorganik dan protein ginjal.
Beberapa hormon berfungsi mengatur proses reabsorpsi
dan sekresi solute dan air. Reabsorpsi air tergantung dari
adanya hormon anti diuretik (ADH). Aldosteron
mempengaruhi reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Peningkatan
aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan
peningkatan sekresi K+, begitupun sebaliknya. Hormon
paratiroid (PTH) mengatur reabsorpsi Ca2+ dan eksresi
HPO4
2- disepanjang tubulus. PTH menyebabkan peningkatan
Ca2+ dan ekskresi HPO4
2-, penurunan PTH mempunyai
pengaruh sebaliknya.
Ginjal memainkan peranan penting dalam regulasi
asam basa, terutama dalam ekskresi ion hidrogen dan
produksi bikarbonat. Setelah duktus koligen mengosongkan
isinya kedalam kaliks, maka urine berjalan melalui pelvis
renalis dan uerter kedalam vesika urinaria (Syaifuddin, 2006)
b. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang menghubungkan ginjal
dan kandung kemih (Vesika urinaria). Panjang ureter  25-30 cm,
dengan diameter  0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvik.Dinding ureter
terdiri dari tiga lapis, yaitu :
17
1) Lapisan luar terdiri dari jaringan fibrous
2) Lapisan tengah yang terdiri dari lapisan otot polos
3) Lapisan dalam terdiri dari lapisan mukosa yang merupakan
membran epitel transisional.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik setiap 5 menit sekali yang akan mendorong urine yang
diekresikan ginjal melalui ureter dan disemprotkan dalam bentuk
pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Ureter tidak mempunyai sfingter tetapi beberapa
oblique berfungsi sebagai spingter untuk mencegah aliran balik dari
kandung kemih ke ureter (Corwin, 2001).
c. Kandung kemih (Vesika Urinaria)
Kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi otot polos yang kuat yang dapat berkontraksi dan relaksasi.
Kandung kemih merupakan reservoar sebelum urine dikeluarkan,
kemampuan kandung kemih dalam menampung urine dapat mencapai
500 cc atau lebih, hal ini dipengaruhi oleh kondisi kandung kemih dan
posisi tubuh. Kandung kemih terbagi atas tiga yaitu :
1) Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikel
18
yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis
dan prostat.
2) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3) Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi untuk menyalurkan / mengeluarkan urine
keluar.
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang pubis kebagian penis. Panjang uretra laki-laki  17-20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari :
1) Lapisan mukosa (lapisan dalam).
2) Lapisan submukosa.
Uretra memiliki sfingter yang mengatur keluarnya urine, terdiri
atas sfingter eksternus dan internus. Pada pria sfingter internus
berperan dalam mencegah urine bercampur dengan semen pada saat
ejakulasi. Sfingter eksternus berperan dalam proses miksi.
19
3. Etiologi
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui
secara pasti.
1) faktor predisposisi terjadinya batu :
a. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu
b. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan
penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan
meningkatkan pembentukan batu.
c. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.
d. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan
batu.
e. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya
pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau
petani.
f. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit
kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas
misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak
keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
g. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan
meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.
20
h. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti
susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin
seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam,
seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
2) Teori pembentukan batu renal :
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin,
santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida
akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
21
4. Patofisiologi
Batu saluran kemih merupakan hasil dari beberapa gangguan
metabolisme, meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya.
Namun beberapa teori menyebutkan diantaranya teori inti matriks, teori
supersaturasi, teori presipitasi-kristalisasi, teori berkurangnya faktor
penghambat. Setiap orang mensekresi kristal lewat urine setiap waktu,
namun hanya kurang dari 10 % yang membentuk batu. Supersaturasi filtrat
diduga sebagai faktor utama terbentuknya batu, sedangkan faktor lain yang
dapat membantu yaitu keasaman dan kebasaan batu, stasis urine,
konsentrasi urine, substansi lain dalam urine (seperti : pyrophospat, sitrat
dll). Sedangkan materi batunya sendiri bisa terbentuk dari kalsium,
phospat, oksalat, asam urat, struvit dan kristal sistin. Batu kalsium banyak
dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu saluran kemih,
kandungan batu jenis ini terdir atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur itu. Batu asam urat merupakan 5-10 % dari
seluruh BSK yang merupakan hasil metabolisme purine. Batu struvit
disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih, kuman penyebab infeksi ini adalah kuman
golongan pemecah urea atau ‘urea splitter’, yang dapat menghasilkan
enzim urease dan merubah urine menjadi basa. Batu struvit biasanya
mengandung magnesium, amonium dan sulfat. Batu sistin masih sangat
jarang ditemui di Indonesia, berasal dari kristal sistin akibat adanya defek
tubular renal yang herediter.
22
Apabila karena suatu sebab, partikel pembentuk batu meningkat
maka kondisi ini akan memudahkan terjadinya supersaturasi, sebagai
contoh pada seseorang yang mengalami immobilisasi yang lama maka
akan terjadi perpindahan kalsium dari tulang, akibatnya kadar kalsium
serum akan meningkat sehingga meningkat pula yang harus dikeluarkan
melalui urine. Dari sini apabila intake cairan tidak adekuat atau seseorang
mengalami dehidrasi, maka supersaturasi akan terjadi dan kemungkinan
terjadinya batu kalsium sangat besar. pH urine juga dapat membantu
terjadinya batu atau sebaliknya, batu asam urat dan sistin cenderung
terbentuk pada suasana urine yang bersifat asam, sedangkan batu struvit
dan kalsium fosfat dapat terbentuk pada suasana urine basa, adapun batu
kalsium oksalat tidak dipengaruhi oleh pH urine. Batu yang berada dan
terbentuk di tubuli ginjal kemudian dapat berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.
Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu stoghorn.
Batu yang besar dan menyumbat saluran kemih akan menyebabkan
obstruksi sehingga menimbulkan hidronefrosis atau kaliektasis. Peningkatan
tekanan akibat obstruksi menyebabkan ischemia arteri renalis diantara
korteks renalis dan medulla dan terjadi pelebaran tubulus sehingga dapat
menimbulkan kegagalan ginjal. Obstruksi yang tidak teratasi akan
menyebabkan urin stasis yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi
sehingga menambah kerusakan ginjal yang ada. Sebagian urin dapat
23
mengalir kembali ke tubulus renalis masuk ke vena dan tubulus getah
bening yang bekerja sebagai mekanisme kompensasi guna mencegah
kerusakan ginjal. Ginjal yang tidak menderita mengambil alih eliminasi
produk sisa yang banyak. Karena obstruksi yang berkepanjangan, ginjal
yang tidak menderita membesar dan dapat berfungsi seefektif seperti kedua
buah ginjal seperti sebelum terjadi obstruksi. Obstruksi kedua belah ginjal
berdampak kepada kegagalan ginjal. Hidronefrosis bisa timbul tanpa gejala
selama ginjal berfungsi adekuat dan urin masih bisa mengalir.
Adanya obstruksi dan infeksi akan menimbulkan nyeri koliks, nyeri
tumpul (dull pain), mual, muntah dan perkembangan hidronefrosis yang
berlangsung lamban dapat menimbulkan nyeri ketok pada pinggang.
Kadang-kadang dijumpai hematuri akibat kerusakan epitel. Batu yang
keluar dari pelvis ginjal dapat menyumbat ureter yang akan menimbulkan
rasa nyeri kolik pada pinggir abdomen, rasa nyeri bisa menjalar ke daerah
genetalia dan paha yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas kegiatan
peristaltik dari otot polos pada ureter yang berusaha melepaskan obstruksi
dan mendorong urin untuk berlalu. Mual dan muntah seringkali menyertai
obstruksi ureter akut disebabkan oleh reaksi reflek terhadap nyeri dan
biasanya dapat diredakan setelah nyeri mereda. Ginjal yang berdilatasi
besar dapat mendesak lambung dan menyebabkan gejala gastrointestinal
yang berkesinambungan. Bila fungsi ginjal sangat terganggu, mual dan
muntah merupakan ancaman gajala uremia.
24
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung
pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1) Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan
merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Nyeri yang luar biasa dan
ketidak nyamanan.
2. Batu di piala ginjal
a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
d. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
e. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas
anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
25
3) Batu yang terjebak di ureter
a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik
yang menyebar ke paha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu
0,5-1 cm.
4) Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urine.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan
kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral,
bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat)
atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau
sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
26
d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
e. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah
pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
g. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat
menunjukan infeksi/septicemia.
h. Sel darah merah : biasanya normal.
i. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi
ginjal).
j. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine).
k. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik
( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
27
m. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
n. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain,
ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
o. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan dari penyakit ini adalah :
1) Penatalaksanaan Nefrostomi
1) Pengertian
Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine
menggunakan tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk
ke parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau
kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi
urine akut yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian atas,
yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat
pula digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal
lithotripsy, pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade
ureter, dan pemasangan double J stent (DJ stent) (Baradero, Mary,
MN, SPC,Dkk, 2005).
2) Fungsi
a) Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal.
b) Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran
kemih atas.
28
c) Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling
defects, dan kelainan lainnya melalui radigrafi antegrad.
d) Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem
pengumpul ginjal.
e) Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada
tumor ginjal.
3) Indikasi
a) Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya
obstruksi urin sekunder terhadap kalkuli.
b) Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya
penyembuhan fistula atau kebocoran akibat cedera traumatik
atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi, atau sistitis
hemoragik.
c) Pengobatan uropathy obstruktif nondilated.
d) Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan transplantasi
ginjal.
e) Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan
kehamilan.
f) Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian substansi
melalui infus secara langsung untuk melarutkan batu,
kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi.
29
g) Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan
stent ureter antegrade, pengambilan batu, pyeloureteroscopy,
atau endopyelotomy).
h) Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric
(misalnya abses atau urinomas).
4) Konta Indikasi
a) Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin).
b) Gangguan pembekuan darah (heofilia, trombositopeni) dan
hipertensi tidak terkontrol (dapat menyebabkan terjadinya
hematom perirenal dan perdarahan berat renal).
c) Terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan
nefrostomi.
d) Terjadi asidosis metabolik berat.
e) Terjadi hiperkalemia.
5) Komplikasi
a) Perdarahan.
b) Sepsis.
c) Cedera pada organ yang berdekatan.
6) Perawatan Nefrostomi
a) Monitor tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi
terjadinya kehilangan darah yang terus berlangsung atau untuk
menilai timbulnya komplikasi sepsis pada pasien beresiko.
30
b) Untuk nefrostomi dengan indikasi pionefrosis, abses (infeksi),
maka pemberian antibiotika sejak sebelum tindakan ,
diteruskan dengan pedoman:
(1) Jenis antibiotika berdasarkan hasil kultur dan antibiogram.
(2) Bila belum ada kultur dan antibiogram :
(a) Kombinasi ampisilin atau derivatnya dan
aminoglikosida.
(b) Cefalosforin generasi III untuk kasus gagal ginjal Bila
tidak ada infeksi, cukup diberikan obat golongan
nitrofurantoin atau asam nalidisat perioperatif.
(3) Observasi tanda-tanda infeksi.
(4) Perhatikan selang neprostomi jangan sampai tersumbat.
(5) Spool neprostomi dengan cairan (Aqua steril,NACL,
Revanol, betadin 1 %), cairan maksimal 20 cc. Spool
dilakukan secara pelan-pelan- Bila lancar urin akan
menetes secara terus-menerus/konstan.
(6) Perhatikan kateter / pipa drainage, jangan sampai buntu
karena terlipat, dll.
(7) Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari
nefrostomi.
(8) Usahakan diuresis yang cukup.
(9) Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
31
(10) Hematuria, yang umumnya terjadi pada pasien ynag
dilakukan nefrostomi, harus berkurang secara bertahap
setelah 24 jam.
(11) Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1%
seminggu 2x.
(12) Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila
nefrostomi untuk jangka lama pertimbangkan memakai
kateter silikon.
(13) Pelepasan kateter sesuai indikasi.
(14) Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah
pelepasan kateter produksinya < 20 cc/24 jam.
(15) Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca
operasi.
2) Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan
cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu
sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan
sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan
urine dan menjamin haluaran urine yang besar.
32
3) Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter
ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi
( jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal
dan mengurangi nyeri.
4) Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk
batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau
lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling
sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali
dikontraindikasikan.
5) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet
dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
6) Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium
hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor,
dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
7) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
8) Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran
hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
33
9) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
10) Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur
noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa
batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
11) Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.
12) Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound
kemudian diangkat.
13) Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang
beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka
yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
14) Pengangkatan Bedah, sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu
ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di
dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada
ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak
berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat
34
dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih.,
batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.
8. Komplikasi
a. Sumbatan : akibat pecahan batu.
b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal.
9. Dampak terhadap sistem tubuh
1. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh
a. Pre Operatif
1). Sistem Perkemihan
Akibat adanya batu ureter, menyebabkan hambatan keluaran
urine dimana terdapat hasrat ingin berkemih namun hanya
sedikit urine yang keluar bahkan sampai terjadinya retensi
urine. Selain itu apabila hal ini dibiarkan lebih lanjut biasanya
dapat menyebabkan hematuria akibat iritasi pada ureter. Batu
yang terjebak di ureter dapat menyebabkan rasa nyeri pada
daerah genetalia yang menyebar hingga pada daerah paha dan
pinggang kanan maupun kiri. Biasanya batu bisa keluar secara
spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
35
2). Sistem Pernafasan
Pada klien dengan batu ureter biasanya terjadi peningkatan
frekuensi napas (melebihi normal) ini dikarenakan rasa nyeri
yang hebat, tetapi hal ini tidak sampai menyebabkan terjadinya
sesak napas.
3). Sistem Kardiovaskuler
Nyeri yang terjadi pada batu ureter dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut
nadi selain itu terkadang akral pun teraba dingin.
4). Sistem Pencernaan
Efek dari nyeri pada batu ureter biasanya sering terjadi gangguan
asupan nutrisi ini dikarenakan klien merasa tidak ada nafsu
makan.selain itu dapat terjadi mual muntah.
5). Sistem Persarafan
Klien biasanya mengalami gangguan istirahat tidur yang
dikarenakan teraktivasinya RAS akibat nyeri, bahkan bila klien
tidak kuat menahan rasa nyeri bisa terjadi syok neurogenik.
6). Sistem Endokrin
Biasanya tidak terjadi efek yang berarti hanya saja terjadi
peningkatan beberapa hormon sebagai akibat dari respon tubuh
terhadap nyeri, dan hal itupun akan kembali normal jika nyeri yang
dirasakan sudah hilang.
36
7). Sistem Muskuloskeletal
Gejala yang timbul biasanya terjadi kekakuan pada sendi terutama
ekstremitas yang diakibatkan kesulitan melakukan aktifitas karna
nyeri yang dialami tetapi hal ini tidak berlangsung lama dan akan
hilang jika nyeri hilang atau klien bisa beradaptasi dengan nyeri
yang dirasakan, selain itu aktivitas klien pun menjadi terganggu
dikarenakan rasa nyeri tersebut.
8). Sistem Integumen
Efek nyeri terhadap sistem integumen tidak mempunyai dampak
yang berarti.
b. Post Operatif
1). Sistem Perkemihan
Pada klien dengan post operasi biasanya terjadi perubahan dalam
eliminasi urine seperti pengeluaran urine melalui selang
nefrostomi/kateter, Pada hari pertama dan kedua post operasi
terkadang ditemukan adanya urine yang masih berwarna
merah.selain itu post op hari pertama dapat merangsang nyeri pada
daerah bekas oprasi.
2). Sistem Pernafasan
Pada hari pertama post operasi biasanya ditemukan frekuensi napas
yang lambat tetapi akan naik lagi setelah klien merasakan nyeri
akibat luka operasi dan efek anatesi yang telah hilang.
37
3). Sistem kardiovaskuler
Pada hari pertama post operasi biasanya tekanan darah turun dan
denyut nadi lemah dan lambat tetapi akan naik lagi setelah klien
merasakan nyeri akibat luka operasi dan efek anastesi yang telah
hilang. Selain itu terjadi pendarahan kecil yang bercampur dengan
urine.
4). Sistem Pencernaan
Bising usus biasanya terdengar sangat lemah, sering terjadi mual
dan muntah serta anoreksia ini dikarenakan masih dalam pengaruh
anastesi tetapi setelah 24 jam semuanya akan kembali normal.
5). Sistem Persarafan
Pada awal post operasi biasanya klien selalu jatuh tidur dan merasa
pusing ini dikarenakan masih adanya pengaruh anastesi tetapi
setelah pengaruhnya hilang klien biasanya mengalami gangguan
pada istirahat tidur yang dikarenakan nyeri akibat luka post
operasi.
6). Sistem Endokrin
Biasanya tidak terjadi efek yang berarti hanya saja terjadi
peningkatan beberapa hormon sebagai akibat dari respon tubuh
terhadap nyeri, dan hal itupun akan kembali normal jika nyeri yang
dirasakan sudah hilang.
38
7). Sistem Muskuloskeletal
Gejala yang timbul biasanya terjadinya kelemahan pada ektremitas
dan inipun tidak akan berlangsung lama karena akan pulih kembali
setelah pengaruh anastesi hilang. Selain itu akan terjadi
keterbatasan gerak karena rasa nyeri yang dirasakan oleh klien
akibat luka post operasi dan pemasangan selang nefrostomi, kateter
maupun infus.
8). Sistem Integumen
Biasanya ditemukan perlukaan pada kulit biasanya pada pinggang
kanan maupun kiri, kemudian kulit yang lengket dan kotor, rambut
kotor dan kusam serta kuku yang panjang dan kotor ini
dikarenakan keterbatasan gerak dan ketidak tahuan atau ketidak
mauan klien atau keluarga tentang perawatan diri.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survikal klien pada
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan prefentif perawatan kesehatan.
Olehnya itu profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan
masalah yang menggabungkan elemen yang paling di inginkan dari seni
keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari system teori dengan
menggunakan metode ilmiah (Asmadi, 2008).
Proses keperawatan terdiri dari tiga tahap, yaitu : Pengkajian,
perencanaan dan evaluasi. Yang didasarkan pada metode ilmiah pengamatan,
pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian selama
39
bertahun-tahun penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada
pengembangan proses keperawatan menjadi lima tahap, yaitu : pengkajian,
identifikasi masalah (Diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Asmadi, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2008). Pengkajian
terdiri dari :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data
yang dapat digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang
dibutuhkan mencakup data tentang bio-psiko-sosial dan spiritual dari
klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien
seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada (Hidayat, 2008).
Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu :
1) Biodata
a) Identitas klien
Hal yang perlu didata adalah nama, umur (paling sering pada
usia 30-50 thn), jenis kelamin (3 kali lebih besar laki-laki),
status dalam keluarga, agama, suku/bangsa, pekerjaan
40
(umumnya dari pekerja berat), alamat, nomor registrasi,
diagnosa medik, dan tanggal masuk Rumah Sakit
b) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, almat, dan hubungan dengan klien.
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Keluhan utama
Merupakan keluhan utama yang dirasakan klien saat
dilakukan pengkajian. Pada umumnya klien dengan post
op nefrostomi a/i batu ureter keluhan yang paling
dirasakan oleh klien adalah nyeri.
(2) Riwayat keluhan utama
Keluhan utama pada saat dilakukan pengkajian dapat
dijabarkan dengan PQRST, yaitu :
(a) Paliatif/provokatif : Penyebab nyeri klien, pada klien
post op nefrostomi a/i batu ureter adalah insisi
pembedahan.
(b) Qualitatif/kuantitatif : Seberapa besar keluhan tersebut
dirasakan. Pada pasien post op nefrostomi POD I,
biasanya keluhan nyeri yang dirasakan bersifat terus
menerus.
41
(c) Region/radiasi : Lokasi keluhan, biasanya dirasakan di
daerah pinggang belakang sebelah kanan maupun kiri
pada area insisi pemasangan selang nefrostomi.
(d) Skala : Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah
sampai mengganggu atau tidak. Skala nyeri 0-10 dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : Ringan (1-3), sedang
(4-6), Berat (7-8), dan sangat berat (9-10). Pada pasien
post op nefrostomi POD I, skala nyerinya berkisar 6-8.
(e) Taeming : Kapan keluhan dirasakan, dan lamanya
keluhan dirasakan. Pada pasien post op nefrostomi
POD I, keluhan nyeri dirasakan secara terus menerus.
a). Riwayat Kesahatan Masa Lalu
Perlu dikaji apakah klien menderita penyakit apa
sebelumnya, yang ada hubungan dengan keadaan sakit
sekarang seperti ; penyakit infeksi saluran kemih, batu
ginjal dan adanya kebiasaan – kebiasaan buruk seperti
jarang minum, serta riwayat penggunaan sumber air
minum apakah berasal dari mata air yang mengandung
banyak zat kapur atau tidak. Kemudian perlu dikaji juga
kebiasaan merkok, riwayat alergi oleh obat-obatan
maupun makanan.
42
b). Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah anggota keluarga ada yang
mempunyai penyakit yang sama dengan klien. Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi seperti ;
infeksi saluran kemih, TBC, dll atau penyakit kronis
seperti ; kencing manis, hipertensi, serta kalau ada perlu
dikaji tentang pengobatan dan perawatannya.
2). Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan secara teliti mulai dari ujung ranbut sampai
dengan ujung kaki. Pada kasus post op nefrostomi POD I a/i batu
ureter, biasanya ditemukan hal – hal sebagai berikut :
a). Sistem Pernafasan
Biasanya terjadi penurunan frekuensi nafas menjadi lemah
karena masih dalam pengaruh anastesi, tetapi setelah 24 jam
semuanya kembali normal.
b). Sistem Kardiovaskuler
Pada hari pertama post operasi biasanya tekanan darah turun
dan denyut nadi lemah dan lambat tetapi akan naik lagi setelah
klien merasakan nyeri akibat luka operasi dan efek anatesi
yang telah hilang. Selain itu terdapat pendarahan yang keluar
bersama urine akibat iritasi oleh batu pada ureter.
43
c). Sistem Pencernaan
Bising usus biasanya terdengar sangat lemah terkadang tidak
terdengar, terkadang terjadi mual dan muntah serta anoreksia
ini dikarenakan masih dalam pengaruh anastesi tetapi setelah 1
– 2 hari semuanya akan kembali normal, selain itu juga
biasanya klien mengalami obstipasi dikarenakan bedrest yang
lama.
d). Sistem Perkemihan
Terjadi perubahan dalam eliminasi urine seperti pengeluaran
urine melalui selang nefrostomi/kateter. Pada hari pertama dan
kedua post operasi terkadang ditemukan adanya urine yang
masih berwarna merah kecoklatan akibat dari sisa operasi
tetapi hal ini akan hilang.
e). Sistem Persarafan
Adanya rasa kantuk bahkan sampai jatuh tidur dan klien
terkadang merasa pusing tetapi hal ini biasanya tidak akan
lama karena akan hilang bila pengaruh anastesinya sudah
hilang. Bahkan bisa terjadi gangguan istirahat tidur
dikarenakan nyeri akibat luka post operasi.
f). Sistem Endokrin
Biasanya tidak ditemukan keluhan yang berarti.
44
g). Sistem Muskuloskeletal
Terjadinya kelemahan pada ektremitas dan inipun tidak akan
berlangsung lama karena akan pulih kembali setelah pengaruh
anastesi hilang. Selain itu akan terjadi keterbatasan gerak
karena rasa nyeri yang dirasakan oleh klien akibat luka post
operasi dan pemasangan selang nefrostomi, drain, kateter
maupun infus.
h). Sistem Integumen
Biasanya ditemukan perlukaan pada kulit biasanya pada
daerah pinggang belakan bagian kanan atau kiri akibat
tindakan operasi, kemudian kulit yang lengket dan kotor,
rambut kotor dan kusam serta kuku yang panjang dan kotor
ini dikarenakan keterbatasan gerak dan ketidak tahuan atau
ketidak mauan klien atau keluarga tentang perawatan diri.
3). Pola Aktivitas Sehari – Hari
a. Nutrisi : kaji kebiasaan makan, pola makan, frekuensi makan
apakah terjadi penambahan atau penurunan frekuensi makan.
b. Eliminasi BAB dan BAK: kaji kebiasaan frekuensi BAB dan
BAK, kaji warna BAB dan BAK, konsistensi BAB dan BAK
kemudian bandingkan dengan keadaan sebelum sakit dan saat
sakit.
45
c. Istirahat dan tidur : Kaji waktu istrahat klien sebelum sakit dan
bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur
sebelum sakit dan dibandingkan dengan saat sakit.
d. Personal hygiene : Klien akan mengalami gangguan
pemenuhan ADL termasuk personal hygiene akibat kelemahan
otot terutama pada pasien dengan post op.
e. Aktifitas: akan didapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan serta
kekakuan pada alat gerak.
4). Aspek Psikologis
Kaji tentang konsep diri akibat prosedur tindakan operasi,
emosional klien dan timbulnya cemas yang biasa diakibatkan
kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan serta dampak dari penyakit. Gaya komunikasi
klien terhadap petugas kesehatan dan keluarga, pola interaksi klien
serta pola koping klien dalam menghadapi masalah.
5). Aspek Sosial
Persepsi klien tentang dirinya berhubungan dengan kondisi di
sekitarnya dan hubungan klien dengan tim kesehatan, keluarga dan
sesama klien yang dirawat.
6). Aspek Spiritual
Perlu dikaji tentang keyakinan/persepsi klien terhadap penyakit,
semangat hidup dan harapan klien terhadap penyakitnya.
46
7). Pemeriksaan Diagnostik
b. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan
kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan
batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
c. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat
atau sistin meningkat.
d. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih
(stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
e. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium,
asam urat, fosfat, protein dan elektrolit.
f. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
g. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar
klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan
terjadinya asidosis tubulus ginjal.
h. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat
menunjukan infeksi/septicemia.
i. Sel darah merah : biasanya normal.
47
j. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia
terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau
anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
k. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal.
(PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang
meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
l. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
m. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan
abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis
bentuk kalkuli.
n. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan
ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi.
o. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan
massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih.
p. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi
batu.
1). Therapi
a). Analgetik
b). Antiemetik
c). Antibiotik spektrum luas (Brodcet)
d). Intake cairan yang banyak
48
b. Analisa Data
Analisa data adalah mengelompokkan data – data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan identifikasi masalah keperawatan
klien dan merumuskannya. (Nursalam, 2001 : 36). Jadi analisa data
meliputi pengelompokkan data yang terdiri dari data subjektif dan
objektif, menganalisa penyebab terjadinya masalah dan
merumuskan masalah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasanya ditemukan pada klien dengan
post operasi pada sistem perkemihan khususnya pada kasus Posa Op
Nefrostomi a/i Batu Ureter adalah sebagai berikut (Doengoes, 2002) :
a. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik.
b. Nyeri b.d insisi bedah.
c. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter.
d. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
dan fisiologis.
e. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
f. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang
perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan/informasi.
g. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
49
h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai imtervensi keperawatan
yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga
pasien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (Asmadi, 2008).
Dari diagnosa keperawatan Post Op Nefrostomi POD I a/i Batu
Ureter dapat dibuat suatu perencanaan sebagai berikut :
1. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan haemoragik/
hipovolemik.
1) Tujuan :
a. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.
2) Kritera evaluasi :
b. membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian
kapiler baik tanda vital stabil.
3) Intervensi :
a. Awasi intake dan output.
b. Observasi tanda vital (nadi dan suhu).
c. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa,
penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
d. Beri cairan peroral secara bertahap.
e. Pertahankan pemberian cairan parenteral.
50
f. HE tentang pentingnya pemberian cairan peroral dan
parenteral.
g. Koloborasi untuk pemberian terapi anti emetik.
4) Rasional :
a. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
b. Takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap efek
kehilangan cairan.
c. Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
d. Mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh.
e. Mempertahankan hidrasi dan keseimbangan terjadinya
kekurangan cairan dan elektrolit tubuh.
f. Keluarga dan klien mengerti tentang tindakan yang dilakukan
sehingga dapat mempertahankan keseimbangan pengeluaran
cairan yang berlebihan.
g. Antiemetik mengontrol mual dan muntah.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
1) Tujuan :
a. Nyeri hilang.
2) Kriteria evaluasi :
a. Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat.
3) Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi).
b. Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas.
51
c. Jelaskan penyebab rasa nyeri.
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
e. Bantu untuk mengalihkan rasa nyeri: teknik napas dalam.
f. Beri kompres hangat pada punggung.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
4) Rasional :
a. Membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
b. Nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
nadi.
c. Mengurangi kecemasan pasien.
d. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
e. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri.
f. Mengurangi ketegangan otot.
g. Analgetik menghilangkan rasa nyeri.
3. Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan penggunaan
kateter.
1) Tujuan :
a. Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal.
b. Tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi.
2) Kriteria evaluasi :
a. Tidak ada rasa sakit saat berkemih, pengeluaran urin lancar.
3) Inervensi :
a. Monitor intake dan output.
52
b. Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per
hari.
c. Kaji karakteristik urine.
d. Kaji pola Bak normal pasien, catat kelainnya.
4) Rasional :
a. Menginformasikan fungsi ginjal.
b. Mempermudah pengeluaran batu, mencegah terjadinya
pengendapan.
c. Adanya darah merupakan indikasi meningkatnya
obstruksi/iritasi ureter.
d. Batu dapat menyebabkan rangsangan mervus yang
menyebabkan sensasi untuk buang air kecil.
4. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
dan fisiologis.
1) Tujuan :
a. meningkatkan mekanisme koping yang tepat untuk
menghadapi maupun menerima perubahan fungsi urinarius
dan seksual.
2) Kriteria evaluasi :
a. Klien menyatakan pemahamannya tentang hubungan antara
kondisi fisik terhadap masalah seksual.
b. Mengidentifikasi kepuasan/praktik yang diterima dan
mengemukakan metode alternatif.
c. Melakukan hubungan seksual sesuai kebutuhan.
3) Intervensi :
53
a. Yakinkan hubungan seksual pasien/orang terdekat
sebelumnya pada penyakit dan atau pembedahan.
b. Beri penguatan informasi yang diberikan oleh dokter.
c. Dorong penggunaan rasa humor.
d. Rujuk ke konseling atau terapeutik sesuai indikasi.
4) Rasional :
a. Kebutuhan seksual sangat dasar, dan pasien akan
direhabilitasi lebih berhasil bila kepuasan hubungan seksual
dilanjutkan/dikembangkan.
b. Penguatan informasi yang diberikan sebelumnya membantu
pasien/orang terdekat untuk mendengar atau memproses lagi
pengetahuan, bergerak ke arah penerimaan keterbatasan dan
prognosis.
c. Humor dapat membantu pasien menerima situasi sulit, lebih
efektif dan meningkatkan pengalaman seksual positif.
d. Bila masalah menetap lebih lama dari beberapa bulan setelah
pembedahan, ahli terapi terlatih mungkin diperlukan untuk
membantu komunikasi antara pasien dengan orang terdekat.
5. Resiko infeksi berhubugan dengan insisi operasi dan pemasangan
kateter.
1) Tujuan :
a. infeksi tidak terjadi.
54
2) Kriteria evaluasi :
a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi seperti ; panas, bengkak,
kemerahan, dan bernanah.
b. Luka kering dan bersih.
3) Intervensi :
a. Obserfasi tanda – tanda vital.
b. Perhatikan tehnik septik dan aseptic.
c. Ganti balutan setiap hari.
d. Berikan antibiotik sesuai program.
4) Rasional :
a. Peninggian suhu menunjukkan komplikasi insisi atau infeksi
saluran kemih.
b. Mencegah terjadinya penularan infeksi nosokomial/infeksi
silang yang diakibatkan oleh tangan atau alat – alat
kesehatan.
c. Drainase yang basah bertindak sebagai sumbu untuk luka dan
memberikan media untuk pertumbuhan bakteri.
d. Dapat membantu dalam menghambat perkembangan atau
membunuh mikro organisme.
55
6. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang
perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan/informasi.
1) Tujuan :
a. Memberikan informasi tentang manajemen yang tepat sesuai
dengan kondisi klien.
2) Kriteria evaluasi :
a. Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor
penyebab.
b. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.
3) Intervensi :
a. Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan harapan
pasien.
b. Jelaskan pentingnya peningkatan cairan per oral 3 – 4 liter
per hari.
c. Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
secara teratur.
d. Identifikasi tanda-tanda nyeri, hematuri, oliguri.
e. Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.
4) Rasional :
a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara
untuk komunikasi yang tepat.
56
b. Dapat mengurangi stasis urine dan mencagah terjadinya
batu.
c. Kurang aktivitas mempengaruhi terjadinya batu.
d. Mendeteksi secara dini, komplikasi yang serius dan
berulangnya penyakit.
e. Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang
terjadi dengan dirinya.
7. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
1) Tujuan :
a. Nutrisi adekuat.
2) Kriteria hasil :
a. BB klien tetap.
b. Porsi makan klien habis.
c. Klien memahami pentingnya nutrisi terhadap
penyembuhan luka.
3) Intervensi :
a. Jelaskan pentingnya masukan nutrisi harian yang optimal.
b. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering.
c. Anjurkan klien untuk makan makanan yang hangat.
d. Lakukan oral hygene.
e. Berikan antiemetik sesuai indikasi.
f. Pertahankan cairan IV.
4) Rasional :
57
a. Penyembuhan luka memerlukan masukan cukup protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral untuk pembentukan
firoblas dan jaringan granulasi serta produksi kolagen.
b. Dengan makanan sedikit demi sedikit diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
c. Makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual
sehingga menambah selera makan klien.
d. Mulut bersih dapat membuat klien nyaman dan
meningkatkan nafsu makan.
e. Anti emetik dapat menetralkan atau menurunkan
pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan
kemungkinan ulserasi.
f. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
1) Tujuan :
a. ADL terpenuhi.
2) Kriteria hasil :
a. Kulit kien bersih dan tidak berdaki.
b. Klien berbau harum dan menggunakan pakaian yang rapi.
c. Klien mengungkapkan ADLnya terpenuhi.
3) Intervensi
58
a. Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan. Berikan
bantuan dengan ADL sesuai keperluan. Membiarkan klien
melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
b. Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk melaksankan
aktivitas.
c. Instruksikan klien adaptasi yang diperlukan untuk
melaksankan AKS. Dimulai dengan tugas yang mudah
dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit. Berikan
pujian untuk keberhasilan tersebut.
d. Menaruh bel di tempat yang mudah dijangkau.
4) Rasional
a. Untuk mendorong kemandirian.
b. Membebani klien dengan aktivitas menyebabkan frustasi.
c. Untuk mendorong kemandirian. Pujian memotivasi untuk
terus belajar.
d. Memudahkan klien dalam meminta bantuan.
4. Pelaksanaan
Implementasi adalah suatu tahap dimana perawat membantu pasien
untuk mencapai kesehatan yang optimal. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
59
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Dalam pelaksanaan
ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan hasil perencanaan yang
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di lapangan (Nursalam, 2001).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan yang
berguna untuk menilai kemajuan dan kemunduran kesehatan setelah
dilakukan asuhan keperawatan. Dalam evaluasi, proses perkembangan
klien dinilai selama 24 jam terus menerus yang ditulis dalam bentuk
catatan atau laporan keperawatan (Hidayat, 2008).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah
baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon (Hidayat, 2008).

More Related Content

What's hot

Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2WSKT
 
Analisa biaya penggunaan alat berat
Analisa biaya penggunaan alat beratAnalisa biaya penggunaan alat berat
Analisa biaya penggunaan alat beratAbdulRohmanHadi
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015daldukpapua
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaAdrian Ekstrada
 
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan Dunia
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan DuniaPresentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan Dunia
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan DuniaArief Bayu Wardhana
 
PERKEMBANGAN MODE BUSANA
PERKEMBANGAN MODE BUSANAPERKEMBANGAN MODE BUSANA
PERKEMBANGAN MODE BUSANAlina umsikhatun
 
Proses terbentuknya kepulauan indonesia
Proses terbentuknya kepulauan indonesiaProses terbentuknya kepulauan indonesia
Proses terbentuknya kepulauan indonesiapapa dedek
 
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Muhammad Yasir Abdad
 
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifMacam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifSiti Hardiyanti
 
Makalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaMakalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaRahman Klu
 
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. Komunis
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. KomunisPerang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. Komunis
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. KomunisThoyib Antarnusa
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraAmphie Yuurisman
 
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfContoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfIdaSyahraeni
 
lembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatanlembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatansuher lambang
 
Penulisan Proposal & Tinjauan Pustaka
Penulisan Proposal & Tinjauan PustakaPenulisan Proposal & Tinjauan Pustaka
Penulisan Proposal & Tinjauan PustakaMimaNasution
 
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahcontoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahRizki Kamaratih
 

What's hot (20)

Pelanggaran Etika, Norma, dan Moral
Pelanggaran Etika, Norma, dan MoralPelanggaran Etika, Norma, dan Moral
Pelanggaran Etika, Norma, dan Moral
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Naskah drama bawang merah bawang
Naskah drama bawang merah bawangNaskah drama bawang merah bawang
Naskah drama bawang merah bawang
 
Analisa biaya penggunaan alat berat
Analisa biaya penggunaan alat beratAnalisa biaya penggunaan alat berat
Analisa biaya penggunaan alat berat
 
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
Profil Kependudukan Papua Tahun 2015
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan Dunia
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan DuniaPresentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan Dunia
Presentasi Sejarah : Terbentuknya Kepulauan di Indonesia dan Dunia
 
PERKEMBANGAN MODE BUSANA
PERKEMBANGAN MODE BUSANAPERKEMBANGAN MODE BUSANA
PERKEMBANGAN MODE BUSANA
 
Proses terbentuknya kepulauan indonesia
Proses terbentuknya kepulauan indonesiaProses terbentuknya kepulauan indonesia
Proses terbentuknya kepulauan indonesia
 
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi Contoh Resume Buku Tugas 1  Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
Contoh Resume Buku Tugas 1 Tugas Pengantar Ilmu Ekonomi
 
Macam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran DeduktifMacam-macam Penalaran Deduktif
Macam-macam Penalaran Deduktif
 
Makalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australiaMakalah perkembangan koloni di australia
Makalah perkembangan koloni di australia
 
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. Komunis
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. KomunisPerang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. Komunis
Perang Dingin (Cold War) - Demokratis-Kapitalis vs. Komunis
 
Pengendalian sosial
Pengendalian sosialPengendalian sosial
Pengendalian sosial
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Cover Makalah
Cover Makalah Cover Makalah
Cover Makalah
 
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdfContoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
Contoh Proposal Bab 1, 2 dan 3.pdf
 
lembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatanlembaga kemasyarakatan
lembaga kemasyarakatan
 
Penulisan Proposal & Tinjauan Pustaka
Penulisan Proposal & Tinjauan PustakaPenulisan Proposal & Tinjauan Pustaka
Penulisan Proposal & Tinjauan Pustaka
 
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahcontoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
 

Similar to Bab 2

Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)stikesby kebidanan
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanWidya Puspitasari
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineSulistia Rini
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHANANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHANAgung Prayogi
 
6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotikVeri Endaryeni
 

Similar to Bab 2 (20)

anatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinariaanatomi sistema urinaria
anatomi sistema urinaria
 
Rangkuman tugas
Rangkuman tugasRangkuman tugas
Rangkuman tugas
 
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
Sistem perkemihan (jenuarista, rischa)
 
Makalah blok 10
Makalah blok 10Makalah blok 10
Makalah blok 10
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinariaPengertian sistem urinaria
Pengertian sistem urinaria
 
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alviPemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaanMakalah  proses-eliminasi-sisa-pencernaan
Makalah proses-eliminasi-sisa-pencernaan
 
Fisiologi sistem eksresi
Fisiologi sistem eksresiFisiologi sistem eksresi
Fisiologi sistem eksresi
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
 
sistem perkemihan
sistem perkemihansistem perkemihan
sistem perkemihan
 
Sistem+kemih
Sistem+kemihSistem+kemih
Sistem+kemih
 
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi UrineKonsep kebutuhan eliminasi Urine
Konsep kebutuhan eliminasi Urine
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHANANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
 
Urinarius
UrinariusUrinarius
Urinarius
 
6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik6. bab ii sindom nefrotik
6. bab ii sindom nefrotik
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)
Anatomi Fisiologi  Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)Anatomi Fisiologi  Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Traktus Urinarius)
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNajlaNazhira
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkajaunikbetslotbankmaybank
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxSintaDosi
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxnairaazkia89
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaHaseebBashir5
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1alvinjasindo
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...FORTRESS
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerHaseebBashir5
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manrasyidakhdaniyal10
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerHaseebBashir5
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...FORTRESS
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...FORTRESS
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonusunikbetslotbankmaybank
 

Recently uploaded (20)

KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptxMemaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
Memaksimalkan Waktu untuk Mendapatkan Kampus Impian melalui SBMPTN (1).pptx
 
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptxDRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
DRAFT Penilaian Assessor _MIiii_UIM.pptx
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 

Bab 2

  • 1. 10 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN POST OPERASI NEFROSTOMI a/i BATU URETER A. Konsep Dasar 1. Pengertian Ureterolithiasis adalah sutu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002) Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin
  • 2. 11 asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik (Brunner and Suddarth, 2002). Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006 ) 2. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan Gambar 1 Gambar Sistem Perkemihan ( corwin, 2001)
  • 3. 12 Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. a. Ginjal 1) Makroskopis Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1 % berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram ( Corwin, 2001). Ginjal berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah yaitu kiri dan kanan. Ginjal kanan lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla (Corwin, 2001). Medula terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Corwin, 2001).
  • 4. 13 2) Mikroskopis Tiap tubulus ginjal dan glomerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri ke duktus pengumpul. (Brunner dan Suddarth, 2002). 3) Vaskularisasi ginjal Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis yang merupakan cabang aorta abdominalis dan memasuki ginjal pada hilum, diantara pelvis renalis dan vena renalis. Karena aorta terletak disebelah kiri garis tengah maka arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri. Arteri renalis masuk ke dalam hillus, kemudian bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid, selanjutnya membentuk arteri arkuata yang melengkung melintasi basis piramid- piramid tersebut. Arteri arkuata kemudian membentuk arteriola- arteriola interlobularis yang tersusun parerel dalam korteks. Arteriola interlobularis ini selanjutnya membentuk arteriola aferen. Arteriola aferen akan berakhir pada rumbai-rumbai kapiler yang disebut glomerulus (Syaifudin, 2006). .
  • 5. 14 Vena renalis menyalurkan darah ke dalam vena kava inferior yang terletak di sebelah kanan garis tengah, sehingga vena renalis kiri kira-kira dua kali lebih panjang dari vena renalis kanan. ( Brunner dan Suddarth, 2002). 4) Persyarafan ginjal Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Syaifudin, 2006). 5) Fungsi ginjal a). Mengeluarkan zat toksik atau racun. b). Mempertahankan keseimbangan cairan. c). Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh. d). Mempertahankan keseimbangan garamj-garam dan zat-zat lain dalam tubuh. e). Mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. 6) Tahap-tahap pembentukan urine di ginjal a) Filtrasi glomerular Fungsi primer ginjal dicapai oleh nefron yang terdiri dari glomerulus, tubulus dan duktus koligentes. Filtrasi glomerulus dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan
  • 6. 15 osmotik koloid yang bersifat pasif. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan fisik diatas, namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler, sehingga sel-sel darah dan molekul-molekul besar seperti protein secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi. Sedangkan air dan kristaloid (solut dan molekul-molekul yang lebih kecil) dapat tersaring dengan mudah. Zat-zat yang difiltrasi oleh ginjal dibagi dalam tiga kelas, yakni : elektrolit, non elektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit yang paling penting adalah Na+, K+, Ca2+, Mg2+, bikarbonat (HCO-3), klorida (Cl-), dan posfat (HPO4 2-). b) Reabsorbsi dan sekresi Setelah filtrasi langkah kedua dalam pembentukan kemih adalah reabsorpsi. Proses reabsorpsi dan sekresi ini berlangsung baik melalui mekanisme transpor aktif maupun pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi seluruhnya disepanjang tubulus proksimal dengan mekanisme transpor aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorpi secara aktif dan keduanya disekresi kedalam tubulus distal. Karena filtrasi berlanjut melalui ansa henle, maka natrium dan ion penyerta direabsorpsi. Dalam tubulus distalis, penyesuaian terjadi dalam pH dan osmolalitas serta ada
  • 7. 16 mekanisme pasif bagi reabsorpsi kalsium, posfat, sulfat inorganik dan protein ginjal. Beberapa hormon berfungsi mengatur proses reabsorpsi dan sekresi solute dan air. Reabsorpsi air tergantung dari adanya hormon anti diuretik (ADH). Aldosteron mempengaruhi reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Peningkatan aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan peningkatan sekresi K+, begitupun sebaliknya. Hormon paratiroid (PTH) mengatur reabsorpsi Ca2+ dan eksresi HPO4 2- disepanjang tubulus. PTH menyebabkan peningkatan Ca2+ dan ekskresi HPO4 2-, penurunan PTH mempunyai pengaruh sebaliknya. Ginjal memainkan peranan penting dalam regulasi asam basa, terutama dalam ekskresi ion hidrogen dan produksi bikarbonat. Setelah duktus koligen mengosongkan isinya kedalam kaliks, maka urine berjalan melalui pelvis renalis dan uerter kedalam vesika urinaria (Syaifuddin, 2006) b. Ureter Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih (Vesika urinaria). Panjang ureter  25-30 cm, dengan diameter  0,5 cm. ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvik.Dinding ureter terdiri dari tiga lapis, yaitu :
  • 8. 17 1) Lapisan luar terdiri dari jaringan fibrous 2) Lapisan tengah yang terdiri dari lapisan otot polos 3) Lapisan dalam terdiri dari lapisan mukosa yang merupakan membran epitel transisional. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik setiap 5 menit sekali yang akan mendorong urine yang diekresikan ginjal melalui ureter dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Ureter tidak mempunyai sfingter tetapi beberapa oblique berfungsi sebagai spingter untuk mencegah aliran balik dari kandung kemih ke ureter (Corwin, 2001). c. Kandung kemih (Vesika Urinaria) Kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi otot polos yang kuat yang dapat berkontraksi dan relaksasi. Kandung kemih merupakan reservoar sebelum urine dikeluarkan, kemampuan kandung kemih dalam menampung urine dapat mencapai 500 cc atau lebih, hal ini dipengaruhi oleh kondisi kandung kemih dan posisi tubuh. Kandung kemih terbagi atas tiga yaitu : 1) Fundus, yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikel
  • 9. 18 yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostat. 2) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3) Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis d. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi untuk menyalurkan / mengeluarkan urine keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah- tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis. Panjang uretra laki-laki  17-20 cm. Uretra pada laki-laki terdiri dari : 1) Lapisan mukosa (lapisan dalam). 2) Lapisan submukosa. Uretra memiliki sfingter yang mengatur keluarnya urine, terdiri atas sfingter eksternus dan internus. Pada pria sfingter internus berperan dalam mencegah urine bercampur dengan semen pada saat ejakulasi. Sfingter eksternus berperan dalam proses miksi.
  • 10. 19 3. Etiologi Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. 1) faktor predisposisi terjadinya batu : a. Ginjal Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu b. Immobilisasi Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu. c. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu. d. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu. e. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani. f. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin. g. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.
  • 11. 20 h. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D. 2) Teori pembentukan batu renal : a. Teori Intimatriks Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu. b. Teori Supersaturasi Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu. c. Teori Presipitasi-Kristalisasi Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat. d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
  • 12. 21 4. Patofisiologi Batu saluran kemih merupakan hasil dari beberapa gangguan metabolisme, meskipun belum diketahui secara pasti mekanismenya. Namun beberapa teori menyebutkan diantaranya teori inti matriks, teori supersaturasi, teori presipitasi-kristalisasi, teori berkurangnya faktor penghambat. Setiap orang mensekresi kristal lewat urine setiap waktu, namun hanya kurang dari 10 % yang membentuk batu. Supersaturasi filtrat diduga sebagai faktor utama terbentuknya batu, sedangkan faktor lain yang dapat membantu yaitu keasaman dan kebasaan batu, stasis urine, konsentrasi urine, substansi lain dalam urine (seperti : pyrophospat, sitrat dll). Sedangkan materi batunya sendiri bisa terbentuk dari kalsium, phospat, oksalat, asam urat, struvit dan kristal sistin. Batu kalsium banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu saluran kemih, kandungan batu jenis ini terdir atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu asam urat merupakan 5-10 % dari seluruh BSK yang merupakan hasil metabolisme purine. Batu struvit disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih, kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau ‘urea splitter’, yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa. Batu struvit biasanya mengandung magnesium, amonium dan sulfat. Batu sistin masih sangat jarang ditemui di Indonesia, berasal dari kristal sistin akibat adanya defek tubular renal yang herediter.
  • 13. 22 Apabila karena suatu sebab, partikel pembentuk batu meningkat maka kondisi ini akan memudahkan terjadinya supersaturasi, sebagai contoh pada seseorang yang mengalami immobilisasi yang lama maka akan terjadi perpindahan kalsium dari tulang, akibatnya kadar kalsium serum akan meningkat sehingga meningkat pula yang harus dikeluarkan melalui urine. Dari sini apabila intake cairan tidak adekuat atau seseorang mengalami dehidrasi, maka supersaturasi akan terjadi dan kemungkinan terjadinya batu kalsium sangat besar. pH urine juga dapat membantu terjadinya batu atau sebaliknya, batu asam urat dan sistin cenderung terbentuk pada suasana urine yang bersifat asam, sedangkan batu struvit dan kalsium fosfat dapat terbentuk pada suasana urine basa, adapun batu kalsium oksalat tidak dipengaruhi oleh pH urine. Batu yang berada dan terbentuk di tubuli ginjal kemudian dapat berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu stoghorn. Batu yang besar dan menyumbat saluran kemih akan menyebabkan obstruksi sehingga menimbulkan hidronefrosis atau kaliektasis. Peningkatan tekanan akibat obstruksi menyebabkan ischemia arteri renalis diantara korteks renalis dan medulla dan terjadi pelebaran tubulus sehingga dapat menimbulkan kegagalan ginjal. Obstruksi yang tidak teratasi akan menyebabkan urin stasis yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi sehingga menambah kerusakan ginjal yang ada. Sebagian urin dapat
  • 14. 23 mengalir kembali ke tubulus renalis masuk ke vena dan tubulus getah bening yang bekerja sebagai mekanisme kompensasi guna mencegah kerusakan ginjal. Ginjal yang tidak menderita mengambil alih eliminasi produk sisa yang banyak. Karena obstruksi yang berkepanjangan, ginjal yang tidak menderita membesar dan dapat berfungsi seefektif seperti kedua buah ginjal seperti sebelum terjadi obstruksi. Obstruksi kedua belah ginjal berdampak kepada kegagalan ginjal. Hidronefrosis bisa timbul tanpa gejala selama ginjal berfungsi adekuat dan urin masih bisa mengalir. Adanya obstruksi dan infeksi akan menimbulkan nyeri koliks, nyeri tumpul (dull pain), mual, muntah dan perkembangan hidronefrosis yang berlangsung lamban dapat menimbulkan nyeri ketok pada pinggang. Kadang-kadang dijumpai hematuri akibat kerusakan epitel. Batu yang keluar dari pelvis ginjal dapat menyumbat ureter yang akan menimbulkan rasa nyeri kolik pada pinggir abdomen, rasa nyeri bisa menjalar ke daerah genetalia dan paha yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas kegiatan peristaltik dari otot polos pada ureter yang berusaha melepaskan obstruksi dan mendorong urin untuk berlalu. Mual dan muntah seringkali menyertai obstruksi ureter akut disebabkan oleh reaksi reflek terhadap nyeri dan biasanya dapat diredakan setelah nyeri mereda. Ginjal yang berdilatasi besar dapat mendesak lambung dan menyebabkan gejala gastrointestinal yang berkesinambungan. Bila fungsi ginjal sangat terganggu, mual dan muntah merupakan ancaman gajala uremia.
  • 15. 24 5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. 1) Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan. 2. Batu di piala ginjal a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral. b. Hematuri dan piuria dapat dijumpai. c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. d. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah. e. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
  • 16. 25 3) Batu yang terjebak di ureter a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar. c. Hematuri akibat aksi abrasi batu. d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm. 4) Batu yang terjebak di kandung kemih a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine. 6. Pemeriksaan Diagnostik a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat. b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat. c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
  • 17. 26 d. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit. e. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. f. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. g. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia. h. Sel darah merah : biasanya normal. i. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal). j. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine). k. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. l. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
  • 18. 27 m. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi. n. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih. o. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu. 7. Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaan dari penyakit ini adalah : 1) Penatalaksanaan Nefrostomi 1) Pengertian Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine menggunakan tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau kaliks. Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula digunakan sebagai prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy, pelarutan batu kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan pemasangan double J stent (DJ stent) (Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk, 2005). 2) Fungsi a) Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal. b) Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran kemih atas.
  • 19. 28 c) Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling defects, dan kelainan lainnya melalui radigrafi antegrad. d) Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem pengumpul ginjal. e) Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada tumor ginjal. 3) Indikasi a) Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya obstruksi urin sekunder terhadap kalkuli. b) Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya penyembuhan fistula atau kebocoran akibat cedera traumatik atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi, atau sistitis hemoragik. c) Pengobatan uropathy obstruktif nondilated. d) Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan transplantasi ginjal. e) Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan kehamilan. f) Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian substansi melalui infus secara langsung untuk melarutkan batu, kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi.
  • 20. 29 g) Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan stent ureter antegrade, pengambilan batu, pyeloureteroscopy, atau endopyelotomy). h) Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric (misalnya abses atau urinomas). 4) Konta Indikasi a) Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin). b) Gangguan pembekuan darah (heofilia, trombositopeni) dan hipertensi tidak terkontrol (dapat menyebabkan terjadinya hematom perirenal dan perdarahan berat renal). c) Terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan nefrostomi. d) Terjadi asidosis metabolik berat. e) Terjadi hiperkalemia. 5) Komplikasi a) Perdarahan. b) Sepsis. c) Cedera pada organ yang berdekatan. 6) Perawatan Nefrostomi a) Monitor tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi terjadinya kehilangan darah yang terus berlangsung atau untuk menilai timbulnya komplikasi sepsis pada pasien beresiko.
  • 21. 30 b) Untuk nefrostomi dengan indikasi pionefrosis, abses (infeksi), maka pemberian antibiotika sejak sebelum tindakan , diteruskan dengan pedoman: (1) Jenis antibiotika berdasarkan hasil kultur dan antibiogram. (2) Bila belum ada kultur dan antibiogram : (a) Kombinasi ampisilin atau derivatnya dan aminoglikosida. (b) Cefalosforin generasi III untuk kasus gagal ginjal Bila tidak ada infeksi, cukup diberikan obat golongan nitrofurantoin atau asam nalidisat perioperatif. (3) Observasi tanda-tanda infeksi. (4) Perhatikan selang neprostomi jangan sampai tersumbat. (5) Spool neprostomi dengan cairan (Aqua steril,NACL, Revanol, betadin 1 %), cairan maksimal 20 cc. Spool dilakukan secara pelan-pelan- Bila lancar urin akan menetes secara terus-menerus/konstan. (6) Perhatikan kateter / pipa drainage, jangan sampai buntu karena terlipat, dll. (7) Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari nefrostomi. (8) Usahakan diuresis yang cukup. (9) Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
  • 22. 31 (10) Hematuria, yang umumnya terjadi pada pasien ynag dilakukan nefrostomi, harus berkurang secara bertahap setelah 24 jam. (11) Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu 2x. (12) Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi untuk jangka lama pertimbangkan memakai kateter silikon. (13) Pelepasan kateter sesuai indikasi. (14) Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan kateter produksinya < 20 cc/24 jam. (15) Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi. 2) Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine yang besar.
  • 23. 32 3) Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri. 4) Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan. 5) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut. 6) Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius. 7) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine. 8) Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
  • 24. 33 9) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi. 10) Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan 11) Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor. 12) Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat. 13) Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit). 14) Pengangkatan Bedah, sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat
  • 25. 34 dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi. 8. Komplikasi a. Sumbatan : akibat pecahan batu. b. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi. c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal. 9. Dampak terhadap sistem tubuh 1. Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh a. Pre Operatif 1). Sistem Perkemihan Akibat adanya batu ureter, menyebabkan hambatan keluaran urine dimana terdapat hasrat ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar bahkan sampai terjadinya retensi urine. Selain itu apabila hal ini dibiarkan lebih lanjut biasanya dapat menyebabkan hematuria akibat iritasi pada ureter. Batu yang terjebak di ureter dapat menyebabkan rasa nyeri pada daerah genetalia yang menyebar hingga pada daerah paha dan pinggang kanan maupun kiri. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
  • 26. 35 2). Sistem Pernafasan Pada klien dengan batu ureter biasanya terjadi peningkatan frekuensi napas (melebihi normal) ini dikarenakan rasa nyeri yang hebat, tetapi hal ini tidak sampai menyebabkan terjadinya sesak napas. 3). Sistem Kardiovaskuler Nyeri yang terjadi pada batu ureter dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut nadi selain itu terkadang akral pun teraba dingin. 4). Sistem Pencernaan Efek dari nyeri pada batu ureter biasanya sering terjadi gangguan asupan nutrisi ini dikarenakan klien merasa tidak ada nafsu makan.selain itu dapat terjadi mual muntah. 5). Sistem Persarafan Klien biasanya mengalami gangguan istirahat tidur yang dikarenakan teraktivasinya RAS akibat nyeri, bahkan bila klien tidak kuat menahan rasa nyeri bisa terjadi syok neurogenik. 6). Sistem Endokrin Biasanya tidak terjadi efek yang berarti hanya saja terjadi peningkatan beberapa hormon sebagai akibat dari respon tubuh terhadap nyeri, dan hal itupun akan kembali normal jika nyeri yang dirasakan sudah hilang.
  • 27. 36 7). Sistem Muskuloskeletal Gejala yang timbul biasanya terjadi kekakuan pada sendi terutama ekstremitas yang diakibatkan kesulitan melakukan aktifitas karna nyeri yang dialami tetapi hal ini tidak berlangsung lama dan akan hilang jika nyeri hilang atau klien bisa beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan, selain itu aktivitas klien pun menjadi terganggu dikarenakan rasa nyeri tersebut. 8). Sistem Integumen Efek nyeri terhadap sistem integumen tidak mempunyai dampak yang berarti. b. Post Operatif 1). Sistem Perkemihan Pada klien dengan post operasi biasanya terjadi perubahan dalam eliminasi urine seperti pengeluaran urine melalui selang nefrostomi/kateter, Pada hari pertama dan kedua post operasi terkadang ditemukan adanya urine yang masih berwarna merah.selain itu post op hari pertama dapat merangsang nyeri pada daerah bekas oprasi. 2). Sistem Pernafasan Pada hari pertama post operasi biasanya ditemukan frekuensi napas yang lambat tetapi akan naik lagi setelah klien merasakan nyeri akibat luka operasi dan efek anatesi yang telah hilang.
  • 28. 37 3). Sistem kardiovaskuler Pada hari pertama post operasi biasanya tekanan darah turun dan denyut nadi lemah dan lambat tetapi akan naik lagi setelah klien merasakan nyeri akibat luka operasi dan efek anastesi yang telah hilang. Selain itu terjadi pendarahan kecil yang bercampur dengan urine. 4). Sistem Pencernaan Bising usus biasanya terdengar sangat lemah, sering terjadi mual dan muntah serta anoreksia ini dikarenakan masih dalam pengaruh anastesi tetapi setelah 24 jam semuanya akan kembali normal. 5). Sistem Persarafan Pada awal post operasi biasanya klien selalu jatuh tidur dan merasa pusing ini dikarenakan masih adanya pengaruh anastesi tetapi setelah pengaruhnya hilang klien biasanya mengalami gangguan pada istirahat tidur yang dikarenakan nyeri akibat luka post operasi. 6). Sistem Endokrin Biasanya tidak terjadi efek yang berarti hanya saja terjadi peningkatan beberapa hormon sebagai akibat dari respon tubuh terhadap nyeri, dan hal itupun akan kembali normal jika nyeri yang dirasakan sudah hilang.
  • 29. 38 7). Sistem Muskuloskeletal Gejala yang timbul biasanya terjadinya kelemahan pada ektremitas dan inipun tidak akan berlangsung lama karena akan pulih kembali setelah pengaruh anastesi hilang. Selain itu akan terjadi keterbatasan gerak karena rasa nyeri yang dirasakan oleh klien akibat luka post operasi dan pemasangan selang nefrostomi, kateter maupun infus. 8). Sistem Integumen Biasanya ditemukan perlukaan pada kulit biasanya pada pinggang kanan maupun kiri, kemudian kulit yang lengket dan kotor, rambut kotor dan kusam serta kuku yang panjang dan kotor ini dikarenakan keterbatasan gerak dan ketidak tahuan atau ketidak mauan klien atau keluarga tentang perawatan diri. B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survikal klien pada aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan prefentif perawatan kesehatan. Olehnya itu profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling di inginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari system teori dengan menggunakan metode ilmiah (Asmadi, 2008). Proses keperawatan terdiri dari tiga tahap, yaitu : Pengkajian, perencanaan dan evaluasi. Yang didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian selama
  • 30. 39 bertahun-tahun penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima tahap, yaitu : pengkajian, identifikasi masalah (Diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Asmadi, 2008). 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2008). Pengkajian terdiri dari : a. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan mencakup data tentang bio-psiko-sosial dan spiritual dari klien, data yang berhubungan dengan masalah klien serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan klien seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada (Hidayat, 2008). Adapun data yang dapat dikumpulkan yaitu : 1) Biodata a) Identitas klien Hal yang perlu didata adalah nama, umur (paling sering pada usia 30-50 thn), jenis kelamin (3 kali lebih besar laki-laki), status dalam keluarga, agama, suku/bangsa, pekerjaan
  • 31. 40 (umumnya dari pekerja berat), alamat, nomor registrasi, diagnosa medik, dan tanggal masuk Rumah Sakit b) Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, almat, dan hubungan dengan klien. c) Riwayat kesehatan sekarang (1) Keluhan utama Merupakan keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian. Pada umumnya klien dengan post op nefrostomi a/i batu ureter keluhan yang paling dirasakan oleh klien adalah nyeri. (2) Riwayat keluhan utama Keluhan utama pada saat dilakukan pengkajian dapat dijabarkan dengan PQRST, yaitu : (a) Paliatif/provokatif : Penyebab nyeri klien, pada klien post op nefrostomi a/i batu ureter adalah insisi pembedahan. (b) Qualitatif/kuantitatif : Seberapa besar keluhan tersebut dirasakan. Pada pasien post op nefrostomi POD I, biasanya keluhan nyeri yang dirasakan bersifat terus menerus.
  • 32. 41 (c) Region/radiasi : Lokasi keluhan, biasanya dirasakan di daerah pinggang belakang sebelah kanan maupun kiri pada area insisi pemasangan selang nefrostomi. (d) Skala : Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai mengganggu atau tidak. Skala nyeri 0-10 dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ringan (1-3), sedang (4-6), Berat (7-8), dan sangat berat (9-10). Pada pasien post op nefrostomi POD I, skala nyerinya berkisar 6-8. (e) Taeming : Kapan keluhan dirasakan, dan lamanya keluhan dirasakan. Pada pasien post op nefrostomi POD I, keluhan nyeri dirasakan secara terus menerus. a). Riwayat Kesahatan Masa Lalu Perlu dikaji apakah klien menderita penyakit apa sebelumnya, yang ada hubungan dengan keadaan sakit sekarang seperti ; penyakit infeksi saluran kemih, batu ginjal dan adanya kebiasaan – kebiasaan buruk seperti jarang minum, serta riwayat penggunaan sumber air minum apakah berasal dari mata air yang mengandung banyak zat kapur atau tidak. Kemudian perlu dikaji juga kebiasaan merkok, riwayat alergi oleh obat-obatan maupun makanan.
  • 33. 42 b). Riwayat kesehatan keluarga Perlu dikaji apakah anggota keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien. Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi seperti ; infeksi saluran kemih, TBC, dll atau penyakit kronis seperti ; kencing manis, hipertensi, serta kalau ada perlu dikaji tentang pengobatan dan perawatannya. 2). Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dilakukan secara teliti mulai dari ujung ranbut sampai dengan ujung kaki. Pada kasus post op nefrostomi POD I a/i batu ureter, biasanya ditemukan hal – hal sebagai berikut : a). Sistem Pernafasan Biasanya terjadi penurunan frekuensi nafas menjadi lemah karena masih dalam pengaruh anastesi, tetapi setelah 24 jam semuanya kembali normal. b). Sistem Kardiovaskuler Pada hari pertama post operasi biasanya tekanan darah turun dan denyut nadi lemah dan lambat tetapi akan naik lagi setelah klien merasakan nyeri akibat luka operasi dan efek anatesi yang telah hilang. Selain itu terdapat pendarahan yang keluar bersama urine akibat iritasi oleh batu pada ureter.
  • 34. 43 c). Sistem Pencernaan Bising usus biasanya terdengar sangat lemah terkadang tidak terdengar, terkadang terjadi mual dan muntah serta anoreksia ini dikarenakan masih dalam pengaruh anastesi tetapi setelah 1 – 2 hari semuanya akan kembali normal, selain itu juga biasanya klien mengalami obstipasi dikarenakan bedrest yang lama. d). Sistem Perkemihan Terjadi perubahan dalam eliminasi urine seperti pengeluaran urine melalui selang nefrostomi/kateter. Pada hari pertama dan kedua post operasi terkadang ditemukan adanya urine yang masih berwarna merah kecoklatan akibat dari sisa operasi tetapi hal ini akan hilang. e). Sistem Persarafan Adanya rasa kantuk bahkan sampai jatuh tidur dan klien terkadang merasa pusing tetapi hal ini biasanya tidak akan lama karena akan hilang bila pengaruh anastesinya sudah hilang. Bahkan bisa terjadi gangguan istirahat tidur dikarenakan nyeri akibat luka post operasi. f). Sistem Endokrin Biasanya tidak ditemukan keluhan yang berarti.
  • 35. 44 g). Sistem Muskuloskeletal Terjadinya kelemahan pada ektremitas dan inipun tidak akan berlangsung lama karena akan pulih kembali setelah pengaruh anastesi hilang. Selain itu akan terjadi keterbatasan gerak karena rasa nyeri yang dirasakan oleh klien akibat luka post operasi dan pemasangan selang nefrostomi, drain, kateter maupun infus. h). Sistem Integumen Biasanya ditemukan perlukaan pada kulit biasanya pada daerah pinggang belakan bagian kanan atau kiri akibat tindakan operasi, kemudian kulit yang lengket dan kotor, rambut kotor dan kusam serta kuku yang panjang dan kotor ini dikarenakan keterbatasan gerak dan ketidak tahuan atau ketidak mauan klien atau keluarga tentang perawatan diri. 3). Pola Aktivitas Sehari – Hari a. Nutrisi : kaji kebiasaan makan, pola makan, frekuensi makan apakah terjadi penambahan atau penurunan frekuensi makan. b. Eliminasi BAB dan BAK: kaji kebiasaan frekuensi BAB dan BAK, kaji warna BAB dan BAK, konsistensi BAB dan BAK kemudian bandingkan dengan keadaan sebelum sakit dan saat sakit.
  • 36. 45 c. Istirahat dan tidur : Kaji waktu istrahat klien sebelum sakit dan bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur sebelum sakit dan dibandingkan dengan saat sakit. d. Personal hygiene : Klien akan mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal hygiene akibat kelemahan otot terutama pada pasien dengan post op. e. Aktifitas: akan didapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-harinya karena adanya kelemahan serta kekakuan pada alat gerak. 4). Aspek Psikologis Kaji tentang konsep diri akibat prosedur tindakan operasi, emosional klien dan timbulnya cemas yang biasa diakibatkan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan serta dampak dari penyakit. Gaya komunikasi klien terhadap petugas kesehatan dan keluarga, pola interaksi klien serta pola koping klien dalam menghadapi masalah. 5). Aspek Sosial Persepsi klien tentang dirinya berhubungan dengan kondisi di sekitarnya dan hubungan klien dengan tim kesehatan, keluarga dan sesama klien yang dirawat. 6). Aspek Spiritual Perlu dikaji tentang keyakinan/persepsi klien terhadap penyakit, semangat hidup dan harapan klien terhadap penyakitnya.
  • 37. 46 7). Pemeriksaan Diagnostik b. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat. c. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat. d. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas). e. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan elektrolit. f. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. g. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal. h. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia. i. Sel darah merah : biasanya normal.
  • 38. 47 j. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal). k. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine). l. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. m. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli. n. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan efek obstruksi. o. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih. p. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu. 1). Therapi a). Analgetik b). Antiemetik c). Antibiotik spektrum luas (Brodcet) d). Intake cairan yang banyak
  • 39. 48 b. Analisa Data Analisa data adalah mengelompokkan data – data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan identifikasi masalah keperawatan klien dan merumuskannya. (Nursalam, 2001 : 36). Jadi analisa data meliputi pengelompokkan data yang terdiri dari data subjektif dan objektif, menganalisa penyebab terjadinya masalah dan merumuskan masalah. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang biasanya ditemukan pada klien dengan post operasi pada sistem perkemihan khususnya pada kasus Posa Op Nefrostomi a/i Batu Ureter adalah sebagai berikut (Doengoes, 2002) : a. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik. b. Nyeri b.d insisi bedah. c. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter. d. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fisiologis. e. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter. f. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi. g. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
  • 40. 49 h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan. i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. 3. Perencanaan Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai imtervensi keperawatan yang direncanakan agar dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (Asmadi, 2008). Dari diagnosa keperawatan Post Op Nefrostomi POD I a/i Batu Ureter dapat dibuat suatu perencanaan sebagai berikut : 1. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan haemoragik/ hipovolemik. 1) Tujuan : a. Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi. 2) Kritera evaluasi : b. membran mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil. 3) Intervensi : a. Awasi intake dan output. b. Observasi tanda vital (nadi dan suhu). c. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat. d. Beri cairan peroral secara bertahap. e. Pertahankan pemberian cairan parenteral.
  • 41. 50 f. HE tentang pentingnya pemberian cairan peroral dan parenteral. g. Koloborasi untuk pemberian terapi anti emetik. 4) Rasional : a. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan. b. Takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap efek kehilangan cairan. c. Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi. d. Mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh. e. Mempertahankan hidrasi dan keseimbangan terjadinya kekurangan cairan dan elektrolit tubuh. f. Keluarga dan klien mengerti tentang tindakan yang dilakukan sehingga dapat mempertahankan keseimbangan pengeluaran cairan yang berlebihan. g. Antiemetik mengontrol mual dan muntah. 2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. 1) Tujuan : a. Nyeri hilang. 2) Kriteria evaluasi : a. Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat. 3) Intervensi : a. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi). b. Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas.
  • 42. 51 c. Jelaskan penyebab rasa nyeri. d. Ciptakan lingkungan yang nyaman. e. Bantu untuk mengalihkan rasa nyeri: teknik napas dalam. f. Beri kompres hangat pada punggung. g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. 4) Rasional : a. Membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi. b. Nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi. c. Mengurangi kecemasan pasien. d. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot. e. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri. f. Mengurangi ketegangan otot. g. Analgetik menghilangkan rasa nyeri. 3. Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan penggunaan kateter. 1) Tujuan : a. Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal. b. Tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi. 2) Kriteria evaluasi : a. Tidak ada rasa sakit saat berkemih, pengeluaran urin lancar. 3) Inervensi : a. Monitor intake dan output.
  • 43. 52 b. Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per hari. c. Kaji karakteristik urine. d. Kaji pola Bak normal pasien, catat kelainnya. 4) Rasional : a. Menginformasikan fungsi ginjal. b. Mempermudah pengeluaran batu, mencegah terjadinya pengendapan. c. Adanya darah merupakan indikasi meningkatnya obstruksi/iritasi ureter. d. Batu dapat menyebabkan rangsangan mervus yang menyebabkan sensasi untuk buang air kecil. 4. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fisiologis. 1) Tujuan : a. meningkatkan mekanisme koping yang tepat untuk menghadapi maupun menerima perubahan fungsi urinarius dan seksual. 2) Kriteria evaluasi : a. Klien menyatakan pemahamannya tentang hubungan antara kondisi fisik terhadap masalah seksual. b. Mengidentifikasi kepuasan/praktik yang diterima dan mengemukakan metode alternatif. c. Melakukan hubungan seksual sesuai kebutuhan. 3) Intervensi :
  • 44. 53 a. Yakinkan hubungan seksual pasien/orang terdekat sebelumnya pada penyakit dan atau pembedahan. b. Beri penguatan informasi yang diberikan oleh dokter. c. Dorong penggunaan rasa humor. d. Rujuk ke konseling atau terapeutik sesuai indikasi. 4) Rasional : a. Kebutuhan seksual sangat dasar, dan pasien akan direhabilitasi lebih berhasil bila kepuasan hubungan seksual dilanjutkan/dikembangkan. b. Penguatan informasi yang diberikan sebelumnya membantu pasien/orang terdekat untuk mendengar atau memproses lagi pengetahuan, bergerak ke arah penerimaan keterbatasan dan prognosis. c. Humor dapat membantu pasien menerima situasi sulit, lebih efektif dan meningkatkan pengalaman seksual positif. d. Bila masalah menetap lebih lama dari beberapa bulan setelah pembedahan, ahli terapi terlatih mungkin diperlukan untuk membantu komunikasi antara pasien dengan orang terdekat. 5. Resiko infeksi berhubugan dengan insisi operasi dan pemasangan kateter. 1) Tujuan : a. infeksi tidak terjadi.
  • 45. 54 2) Kriteria evaluasi : a. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi seperti ; panas, bengkak, kemerahan, dan bernanah. b. Luka kering dan bersih. 3) Intervensi : a. Obserfasi tanda – tanda vital. b. Perhatikan tehnik septik dan aseptic. c. Ganti balutan setiap hari. d. Berikan antibiotik sesuai program. 4) Rasional : a. Peninggian suhu menunjukkan komplikasi insisi atau infeksi saluran kemih. b. Mencegah terjadinya penularan infeksi nosokomial/infeksi silang yang diakibatkan oleh tangan atau alat – alat kesehatan. c. Drainase yang basah bertindak sebagai sumbu untuk luka dan memberikan media untuk pertumbuhan bakteri. d. Dapat membantu dalam menghambat perkembangan atau membunuh mikro organisme.
  • 46. 55 6. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi. 1) Tujuan : a. Memberikan informasi tentang manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi klien. 2) Kriteria evaluasi : a. Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor penyebab. b. Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan. 3) Intervensi : a. Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan harapan pasien. b. Jelaskan pentingnya peningkatan cairan per oral 3 – 4 liter per hari. c. Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara teratur. d. Identifikasi tanda-tanda nyeri, hematuri, oliguri. e. Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup. 4) Rasional : a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara untuk komunikasi yang tepat.
  • 47. 56 b. Dapat mengurangi stasis urine dan mencagah terjadinya batu. c. Kurang aktivitas mempengaruhi terjadinya batu. d. Mendeteksi secara dini, komplikasi yang serius dan berulangnya penyakit. e. Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang terjadi dengan dirinya. 7. Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia. 1) Tujuan : a. Nutrisi adekuat. 2) Kriteria hasil : a. BB klien tetap. b. Porsi makan klien habis. c. Klien memahami pentingnya nutrisi terhadap penyembuhan luka. 3) Intervensi : a. Jelaskan pentingnya masukan nutrisi harian yang optimal. b. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering. c. Anjurkan klien untuk makan makanan yang hangat. d. Lakukan oral hygene. e. Berikan antiemetik sesuai indikasi. f. Pertahankan cairan IV. 4) Rasional :
  • 48. 57 a. Penyembuhan luka memerlukan masukan cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral untuk pembentukan firoblas dan jaringan granulasi serta produksi kolagen. b. Dengan makanan sedikit demi sedikit diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi. c. Makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual sehingga menambah selera makan klien. d. Mulut bersih dapat membuat klien nyaman dan meningkatkan nafsu makan. e. Anti emetik dapat menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi. f. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. 8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan. 1) Tujuan : a. ADL terpenuhi. 2) Kriteria hasil : a. Kulit kien bersih dan tidak berdaki. b. Klien berbau harum dan menggunakan pakaian yang rapi. c. Klien mengungkapkan ADLnya terpenuhi. 3) Intervensi
  • 49. 58 a. Tentukan tingkat bantuan yang diperlukan. Berikan bantuan dengan ADL sesuai keperluan. Membiarkan klien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya. b. Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk melaksankan aktivitas. c. Instruksikan klien adaptasi yang diperlukan untuk melaksankan AKS. Dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit. Berikan pujian untuk keberhasilan tersebut. d. Menaruh bel di tempat yang mudah dijangkau. 4) Rasional a. Untuk mendorong kemandirian. b. Membebani klien dengan aktivitas menyebabkan frustasi. c. Untuk mendorong kemandirian. Pujian memotivasi untuk terus belajar. d. Memudahkan klien dalam meminta bantuan. 4. Pelaksanaan Implementasi adalah suatu tahap dimana perawat membantu pasien untuk mencapai kesehatan yang optimal. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
  • 50. 59 faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Dalam pelaksanaan ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan hasil perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan di lapangan (Nursalam, 2001). 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai kemajuan dan kemunduran kesehatan setelah dilakukan asuhan keperawatan. Dalam evaluasi, proses perkembangan klien dinilai selama 24 jam terus menerus yang ditulis dalam bentuk catatan atau laporan keperawatan (Hidayat, 2008). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon (Hidayat, 2008).