SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar belakang 
Mubiyarto (1994) membagi tipologi desa tertinggal di Propinsi Jawa Tengah ke dalam 
sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani pada 
desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa 
perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh 
industri, serta desa jasa dan perdagangan. Pembangunan desa akan semakin menantang di 
masa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan 
berpolitik yang lebih demokratis. Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari 
profil lama, yakni terbelakang dan miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa 
mempunyai peranan yang besar bagi kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah 
dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila 
pembangunan pedesaan harus menjadi prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan 
kebijakan pembangunan di Indonesia. Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desan 
akan semakin tinggi terutama dalam hal perekonomian. 
Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di 
pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran 
pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama, 
peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur 
pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa; 
keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima, 
pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; dan keenam, pemantapan keterpaduan 
pembangunan desa berwawasan lingkungan. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya 
adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka 
panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga 
masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik 
(raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi 
pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh 
mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Salah satu misi 
yang diusung oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan 
Pembangunan Nasional adalah membangun harmonisasi antara berbagai kutub perencanaan 
yang ada, yaitu perencanaan teknokratis, perencanaan politis, perencanaan partisipatif. Muara 
akhir dari upaya tersebut adalah terakomodirnya aspirasi dan kebutuhan berbagai 
stakeholders dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Realitas yang ada menunjukkan bahwa kutub perencanaan teknokratis dan perencanaan 
politis masih mendominasi alokasi anggaran pembangunan daerah. Sementara di lain pihak, 
hasil-hasil perencanaan partisipatif yang merupakan representasi aspirasi masyarakat masih 
kurang mendapat tempat dalam pembagian alokasi anggaran pembangunan. Ketimpangan 
tersebut tidak hanya memunculkan persoalan manajerial perencanaan saja, tetapi lebih jauh 
dari itu, telah muncul anggapan bahwa pengalokasian anggaran pembangunan daerah kurang 
mampu mengakomodir kepentingan dan aspirasi masyarakat. Permasalahan yang 
mengakibatkan munculnya ketimpangan berbagai kutub perencanaan tersebut adalah 
rendahnya mutu proses dan mutu hasil perencanaan partisipatif. Disamping itu, hasil-hasil 
perencanaan partisipatif belum mampu dikanalisasi untuk mewarnai hasil perencanaan 
teknokratis dan perencanaan politis. 
Berangkat dari kenyataan tersebut diatas, maka upaya memperkuat proses perencanaan 
partisipatif dipandang sebagai langkah strategis dalam mewujudkan harmonisasi perencanaan 
dan penganggaran pembangunan. Perbaikan tersebut meliputi aspek metodologi, kualitas 
proses dan dukungan pendampingan yang memadai. Panduan Pelaksanaan Musrenbang Desa 
ini diharapkan dapat membantu terwujudnya proses Musrenbang Desa yang lebih berkualitas. 
B. Tujuan 
Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di 
pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran 
pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama, 
peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur 
pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa; 
keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima, 
pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; 
2
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1. Pengertian Kebijakan 
Kebijakan adalah pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam 
melaksanakan (memanage) suatu program untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan 
adalah semua kegiatan (planning) yang dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan, dari 
suatu program proyek, yakni menentukan tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur 
dan program. 
Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 
sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk 
menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang 
terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan 
hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi 
materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya 
dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah 
pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. 
Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun 
non ekonomi. 
Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan 
dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam 
kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang. Rostow 
(1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak 
output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. 
Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional, 
pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi 
besar-besaran. 
Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih 
sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi 
yang kurang dinamis. 
Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena 
pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan 
yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah 
pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami 
perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata 
lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit. 
3
Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar 
bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa 
diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan 
ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. 
Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan. Menurut 
Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu: 
1. Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada 
potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini 
meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan 
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. 
2. isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar 
potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat 
pemabangunan pedesaan. 
3. Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang 
mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan 
Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud 
pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh 
pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam 
menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan 
desa. 
Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut: 
1. Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan. 
2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan Daerah. 
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan 
4 
dan Pengawasan. 
4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat 
5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan 
dan berkelanjutan. 
Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan 
ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) 
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat 
sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya 
Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa maka 
harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan dipaparkan desa 
berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut: 
2.2.1. Desa Primitif 
Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi) manusia. Contoh: desa-desa di 
Irian Jaya, penduduknya masih menggunakan koteka, desa-desa masyarakat tertinggal di 
Riau dan Jambi (Orang Sakai), Desa-desa orang baduy di Jawa Barat dan desa-desa 
masyarakat Dayak di Kalimantan dengan cara bertani berpindah-pindah. Ciri-cirinya antara 
lain: 
 Masyarakat terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau sangat sedikit 
5 
bersentuhan 
 Cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan, pertanian berpindah-pindah 
 Belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu. 
 Kebanyakan masih memakai alat-alat primitive buatan tangan 
 Keper cayaan umumnya belum agama, tetapi masih berupa aliran kepercayaan 
2.2.2. Desa tradisonal 
Beberapa ciri-cirinya; 
 Sudah mengalami sentuhan dengan kehidupan modern, tetapi adopsi kebudayaan baru 
lambat, umumnya terisolir 
 Tingkat kemajuan lambat, masih tahap prakapitalis 
 Pertumbuhan produksi hamper nol atau stagnan 
 Masih kuat memegang tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang berakar dalam 
 Kehidupan kelompok cukup kuat; masih ada hubungan patron clien alam kepemimpinan 
desaatau pemimpin marga, tokoh adat atau pedagang desa dan tuan tanah desa. 
 Sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih maasyrakat, namun kalu tidak 
sesuai pola hubungan patron klien kurang berhasil. 
 Pendidikan lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar lemah. 
 Sebagian besar desa tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau produksi untuk 
pasaar belum berkembang. 
 Penggunaan uang masih terbatas. Alat menabung masih fisik, seperti ternak atau emas. 
Juga berkeinginan menabung masih rendah.
2.2.3. Desa Transisonal 
Ciri-cirnya adalah: 
 Kontak dengan dunia luar sudah cukup besar, seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke 
kota/ tempat lain atau melalui perpindahan penduduk, termasuk urbanisasi. 
 Banyak mengadopsi tegnologi baru, siap menerima pembaharuan, penyuluhan dan 
6 
pendidikan 
 Produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan 
 Proses produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui adopsi tegnologi 
 Komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan membeli 
input produksi 
 Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja mulai berkembang 
 Tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk ruang 
2.2.4. Desa Maju/Modern 
Ciri-cirinya: 
 Memanfaatkan tegnlogi baru 
 Produksi berorientasi pasar. Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi 
yang diproduksi selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah 
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. 
 Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis 
dan Agroindustri dan perdagangan berkembang. 
 Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human investment 
 Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. Perbedaannya kegiatan ekonominya 
adalah berbasis pedesaan seperti pertanian, industry desa, pertambangan, pariwisata dan 
lain-lain. 
2.3. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan Pembangunan (P5d) 
Konsep dan Proses Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 9 tahun 
1982, pelaksanaan pembangunan daerah dilaksanakan melalui suatu proses yang relatif baku 
yaitu Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan (P5D). Proses P5D 
dimulai dari tingkat bawah (masyarakat) dalam bentuk Musyawarah Pembangunan Desa 
(Musbangdes), yang kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Unit Daerah Kerja 
Pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) 
Kabupaten, Rakorbang Propinsi, dan berakhir dengan Rakorbang Nasional.
Mekanisme P5D, secara konsepsual telah mencoba melibatkan masyarakat semaksimal 
mungkin, dan mencoba memadukan perencanaan dari masyarakat (Bottom up planing) 
dengan perencanaan Dinas/Instansi sektoral (Top down planning).Akan tetapi, dari berbagai 
literatur dan hasil penelitian (P3P Unram, 2001; Siregar, 2001, Team Work Lapera, 2001; 
Hadi, Hilyana dan Hayati, 2003) diperoleh gambaran bahwa implementasi perencanaan 
pembangunan selama ini belum partisipatif seperti konsep dan kebijakan yang dikembangkan 
Pemerintah. Perencanaan dari atas lebih mendominasi hasil perencanaan. Hasil penelitian 
Hadi, Hilyana dan Hayati (2003) di tiga desa di Pulau Lombok, menemukan bahwa 
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musbangdes dan forum-forum perencanaan 
pembangunan di tingkat desa, hanya 10 % yang terlibat aktif, 50 % kadang-kadang terlibat, 
sedangkan 40 % tidak pernah dilibatkan. Namun dalam pelaksanaan program-program 
pembangunan, sebagian besar anggota masyarakat terlibat aktif, baik sebagai pelaksana 
maupun penerima manfaat. Sedangkan dalam pengawasan hasil-hasil pembangunan desa, 
keterlibatan masyarakat sangat kecil.Kenyataan ini menunjukkan bahwa berbagai keputusan 
umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam bentuk sosialisasi yang 
tidak bisa ditolak. Masyarakat hanya sekedar objek pembangunan yang harus memenuhi 
keinginan Pemerintah, belum menjadi subyek pembangunan, atau masyarakat belum 
ditempatkan pada posisi inisiator (sumber bertindak). Mekanisme perencanaan P5D 
cenderung menjadi ritual, menjadi semacam rutinitas formal, tidak menyentuh substansi dan 
kehilangan makna hakikinya. Pelaksanaan Musbangdes terkesan hanya seremonial, sehingga 
masyarakat merasakan kejenuhan mengikuti Musbangdes. Hasil penelitian P3P Unram 
(2001) menemukan bahwa usulan masyarakat dalam Musbangdes hanya sebagian kecil yang 
terakomodir dalam forum perencanaan supra desa. Keterwakilan masyarakat dalam forum-forum 
perencanaan yang ada sangat kurang. Hal ini karena peserta musyawarah dalam forum 
perencanaan yang dilaksanakan lebih didasarkan pada keterwakilan yang bersifat formal, 
sehingga susunan pesertanya didominasi para birokrat dan unsur lembaga formal. 
Dari sisi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang, Pemerintah Kabupaten/Kota 
telah memiliki berbagai dokumen perencanaan (seperti Program Pembangunan Lima Tahun 
Daerah/Propeda, Rencana Strategis/Renstra, dan Rencana Umum Tata Ruang 
Wilayah/RUTRW) dan seharusnya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana 
Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada). Akan tetapi dokumen-dokumen perencanaan 
tersebut tidak tersosialisasikan,sehingga hal ini mengakibatkan perencanaan dilaksanakan 
tanpa perspektif yang jelas. Seringkali terjadi Repetada sebagai pedoman mengenai arah dan 
kebijaksanaan penyusunan program dan proyek disusun setelah RAPBD disyahkan sehingga 
7
kehilangan fungsi substansifnya. Sementara itu, menurut Asmara (2001) komitmen dan 
orientasi pelanggan (public driven) dalam sistemprogramming sektoral, belum mantap. 
Hal ini karena budaya birokrasi berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik seperti 
akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan kepentingan publik 
belum melembaga dengan baik. Akibatnya jaminan pengakomodasian usulan dari bawah 
sangat kurang. 
2.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa 
Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah bagaimana 
melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas. Program pembangunan 
desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan sangat kurang memperhatikan aspek 
keberlanjutan pembangunan desa dan partisipasi masyarakat. Sebagian besar kebijakan 
Pemerintah bernuansa “top-down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi, akibatnya antara lain 
banyak terjadi pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, tidak sesuai 
dengan potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak mempertimbangkan keunggulan dan 
kebutuhan lokal. 
Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih dominannya perencanaan dari 
atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena kualitas dan hasil perencanaan dari bawah 
lemah, yang disebabkan beberapa faktor antara lain: 
1. Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani perencanaan; 
2. Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; 
3. Dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah; 
4. Kualitas sumberdaya manusia khususnya di desa yang lemah; 
5. Lemahnya dukungan pendampingan dalam kegiatan perencanaan, dan 
6. Lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di 
tingkat desa dan kecamatan. 
2.5. Sasaran Pembangunan Desa 
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang 
terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat 
dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut: 
a. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya 
adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak 
dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan. 
8
Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa 
adalah: 
1. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan 
9 
kredit tanpa bunga. 
2. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan 
dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak 
3. Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah 
melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan 
prasarana dan sarana ekonomi desa. 
4. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka menunjang 
industri kecil perdesaan. 
b. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal 
Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan desa. 
Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan 
suatu desa. Program-program yang dapat dikembangkan diantaranya: 
1. Program pengembangan pendidikan 
2. Program peningkatan pelayanan kesehatan 
3. Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga 
4. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja. 
5. Pembinaan kehidupan beragama 
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat 
c. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan 
Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya, 
khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program 
pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang 
mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan 
sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan 
keterkaitan ekonomi antar wilayah. 
Beberapa program yang dapat dikembangkan dalam membangun infrastruktur pedesaan 
adalah: 
 Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan 
perdesaan. 
 Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian 
 Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan
2.6. Masalah-masalah Dalam Pembangunan 
Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas sistem sosial 
atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah 
tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini. Tetapi selain masalah yang 
berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyk masalah lain yang 
menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah-masalah 
10 
tersebut terutama adalah: 
1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin 
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam) 
2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi 
produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan, 
rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa. 
3. Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak 
dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar 
Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah: 
1. Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional) 
2. Masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar 
3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa tradisional) 
4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik local 
5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan 
6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase 
7. Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian 
8. Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan 
akumulasi modal) 
Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa 
transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat dengan cukup 
lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang 
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta 
kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan, 
seperti; 
1. Terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga 
menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-undangan 
yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai; 
2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sering terlambat; 
3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa;
4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi 
masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, 
memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan; 
5. Sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa 
6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan sumber pendapatan 
2.7. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa 
Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk 
memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara 
lain: 
a. Pemantapan kerangka aturan 
b. Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal Desa; 
c. Pemantapan kelembagaan; 
d. Pemantapan administrasi dan keuangan Desa; 
e. Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan 
f. Peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa. 
Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan 
dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi: 
a. Pemantapan kerangka aturan: 
Lingkup kegiatannya yaitu; mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan 
Daerah, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan 
Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi 
dan pemberdayaan masyarakat. 
11 
b. Penataan organisasi dan kewenangan: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan 
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan 
yang harus dimilikinya; 
c. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara 
Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan 
pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah 
provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna 
dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa. 
d. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan 
murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.
e. Pemantapan dan pengembangan kapasitas: 
Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, 
anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan 
kepada masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai 
sosial budaya setempat. 
12 
f. Pengadaan sarana dan prasarana: 
Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa yang 
memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat 
yang terdepan. 
Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan, misalnya 
program bidang pangan, program Inpres Desa Tertinggal, dan Program Pengembangan 
Terpadu Antar Desa ( PPTAD ) merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam rangka 
mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan. Guna 
mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan 
adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas (Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi 
Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra Insus. Selain itu guna menyokong program 
pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam 
memberikan permodalan dalam pengelolaan lahannya. 
Akan tetap program-program tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani 
karena harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras impor. 
Sedangkan dana penGembalian LUT sampai saat ini banyak yang menunggak karena petani 
tidak mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT dan PPTAD lebih cenderung 
pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap pembangunan masyarakat umum 
kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan pembangunan 
masyarakat desa sesungguhnya sangat mendesak, seperti ketertinggalaan desa dari kota 
hampIr di segala bidang, tidak terakomodasinya keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam 
program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan kesejahteraan masih rendah. 
Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya pendekataan pembangunan pedesaan 
mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat dari 
sisi kondisi, potensi dan prospek dari masing-masing daerah. 
Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara umum dapat dilihat 
dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu : 
a. Kebijakan secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin 
kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial 
ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan,
kesehatan, jalan, dan lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan perlindungan 
terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang. 
b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat 
13 
pedesaan. 
c. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya khusus, seperti penjaminan 
hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan dan 
kenyamanan masyarakat. 
Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui pendekatan 
sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan 
pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan 
pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik 
beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru 
kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam 
kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas, melainkan 
hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau 
daerah yang diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan 
ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) 
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat 
sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan Masyarakat Desa 
pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan 
untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup 
warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), 
fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan 
tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan 
oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. 
Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan 
pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan 
yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup 
masyarakatnya. 
Pembagian desa menurut tahap pembangunannya terbagi atas: 
3.1 saran 
makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya 
membangun sangat kami harapkan. 
14
DAFTAR PUSTAKA 
Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. 
Jakarta 
Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian 
Berencana. Orba Shakti. Bandung 
Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm 
Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center. 
Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations 
Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore 
Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan 
Pemerataan. CIDES. Jakarta 
Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT 
Gramedia, Jakarta. 
Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit : PT Ghalia Indonesia. 
15

More Related Content

What's hot

Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahOperator Warnet Vast Raha
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifFormasi Org
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongRessy Octaviani
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Muh Saleh
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaAgus hariyanto
 
Strategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulStrategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulnurulaulia_
 
Sekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexSekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexRusman R. Manik
 

What's hot (13)

Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerahManajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
Manajemen pemerintahan desa dalam rangka otonomi daerah
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa CigombongMakalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
Makalah Hasil Penelitian Desa Cigombong
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)Program Pengembangan  Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
Program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
 
Bab i grf
Bab i grfBab i grf
Bab i grf
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
 
Mengali Potensi Desa Barambai
Mengali Potensi Desa BarambaiMengali Potensi Desa Barambai
Mengali Potensi Desa Barambai
 
Strategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulStrategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurul
 
Sekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexSekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress Index
 

Similar to Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxHANIFPRASETYO10
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaOperator Warnet Vast Raha
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Operator Warnet Vast Raha
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaRandy Wrihatnolo
 
ppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxRaulGonzalez98900
 
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02Ang Xiao Yean
 

Similar to Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa (20)

Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
Makalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desaMakalah pembangunan desa
Makalah pembangunan desa
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
 
002 desa mandiri
002 desa mandiri002 desa mandiri
002 desa mandiri
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desaPeranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa
 
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
Peranan pemerintah-desa-memberdayakan-masyarakat-di-era-otoda-pada-desa(1)
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan Indonesia
 
Samiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibilitySamiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibility
 
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan DesaPeranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Peranan Masyarakat dalam Pembangunan Desa
 
ppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptxppt raull teori pembangunan.pptx
ppt raull teori pembangunan.pptx
 
Makalah perencanaan pembangunan 2
Makalah perencanaan pembangunan 2Makalah perencanaan pembangunan 2
Makalah perencanaan pembangunan 2
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah30769259 pembangunan-daerah
30769259 pembangunan-daerah
 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02
Bab4 pembangunanekonomidanhubunganetnik-091117022849-phpapp02
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 

Recently uploaded (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 

Makalah proses perencanaan pembangunan suatu desa

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar belakang Mubiyarto (1994) membagi tipologi desa tertinggal di Propinsi Jawa Tengah ke dalam sembilan tipologi berdasarkan komoditas basis pertanian dan kegiatan mayoritas petani pada desa tersebut. Kesembilan karakteristik desa adalah desa persawahan, desa lahan kering, desa perkebunan, desa peternakan, desa nelayan, desa hutan, desa industri kecil, desa buruh industri, serta desa jasa dan perdagangan. Pembangunan desa akan semakin menantang di masa depan dengan kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih demokratis. Akan tetapi desa sampai kini, masih belum beranjak dari profil lama, yakni terbelakang dan miskin. Meskipun banyak pihak mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi kota, namun tetap saja desa masih dipandang rendah dalam hal ekonomi ataupun yang lainnya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pembangunan pedesaan harus menjadi prioritas utama dalam segenap rencana strategi dan kebijakan pembangunan di Indonesia. Jika tidak, maka jurang pemisah antara kota dan desan akan semakin tinggi terutama dalam hal perekonomian. Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama, peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa; keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima, pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; dan keenam, pemantapan keterpaduan pembangunan desa berwawasan lingkungan. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Salah satu misi yang diusung oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional adalah membangun harmonisasi antara berbagai kutub perencanaan yang ada, yaitu perencanaan teknokratis, perencanaan politis, perencanaan partisipatif. Muara akhir dari upaya tersebut adalah terakomodirnya aspirasi dan kebutuhan berbagai stakeholders dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan.
  • 2. Realitas yang ada menunjukkan bahwa kutub perencanaan teknokratis dan perencanaan politis masih mendominasi alokasi anggaran pembangunan daerah. Sementara di lain pihak, hasil-hasil perencanaan partisipatif yang merupakan representasi aspirasi masyarakat masih kurang mendapat tempat dalam pembagian alokasi anggaran pembangunan. Ketimpangan tersebut tidak hanya memunculkan persoalan manajerial perencanaan saja, tetapi lebih jauh dari itu, telah muncul anggapan bahwa pengalokasian anggaran pembangunan daerah kurang mampu mengakomodir kepentingan dan aspirasi masyarakat. Permasalahan yang mengakibatkan munculnya ketimpangan berbagai kutub perencanaan tersebut adalah rendahnya mutu proses dan mutu hasil perencanaan partisipatif. Disamping itu, hasil-hasil perencanaan partisipatif belum mampu dikanalisasi untuk mewarnai hasil perencanaan teknokratis dan perencanaan politis. Berangkat dari kenyataan tersebut diatas, maka upaya memperkuat proses perencanaan partisipatif dipandang sebagai langkah strategis dalam mewujudkan harmonisasi perencanaan dan penganggaran pembangunan. Perbaikan tersebut meliputi aspek metodologi, kualitas proses dan dukungan pendampingan yang memadai. Panduan Pelaksanaan Musrenbang Desa ini diharapkan dapat membantu terwujudnya proses Musrenbang Desa yang lebih berkualitas. B. Tujuan Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercipanya kondisi ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara bertahap dengan langkah: pertama, peningkatan kualitas tenaga kerja di pedesaan; kedua, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa; ketiga, penguatan lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat desa; keempat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; kelima, pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kebijakan Kebijakan adalah pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam melaksanakan (memanage) suatu program untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan adalah semua kegiatan (planning) yang dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan, dari suatu program proyek, yakni menentukan tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur dan program. Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Todaro (1998) pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang. Rostow (1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi yang kurang dinamis. Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit. 3
  • 4. Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan. Menurut Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu: 1. Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. 2. isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat pemabangunan pedesaan. 3. Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung didesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia no : 72 tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa. Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan. 2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan Pembangunan Daerah. 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan 4 dan Pengawasan. 4. Mengoptimalkan Partisipasi Masyarakat 5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
  • 5. 2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa maka harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan dipaparkan desa berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut: 2.2.1. Desa Primitif Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi) manusia. Contoh: desa-desa di Irian Jaya, penduduknya masih menggunakan koteka, desa-desa masyarakat tertinggal di Riau dan Jambi (Orang Sakai), Desa-desa orang baduy di Jawa Barat dan desa-desa masyarakat Dayak di Kalimantan dengan cara bertani berpindah-pindah. Ciri-cirinya antara lain:  Masyarakat terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau sangat sedikit 5 bersentuhan  Cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan, pertanian berpindah-pindah  Belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu.  Kebanyakan masih memakai alat-alat primitive buatan tangan  Keper cayaan umumnya belum agama, tetapi masih berupa aliran kepercayaan 2.2.2. Desa tradisonal Beberapa ciri-cirinya;  Sudah mengalami sentuhan dengan kehidupan modern, tetapi adopsi kebudayaan baru lambat, umumnya terisolir  Tingkat kemajuan lambat, masih tahap prakapitalis  Pertumbuhan produksi hamper nol atau stagnan  Masih kuat memegang tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang berakar dalam  Kehidupan kelompok cukup kuat; masih ada hubungan patron clien alam kepemimpinan desaatau pemimpin marga, tokoh adat atau pedagang desa dan tuan tanah desa.  Sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih maasyrakat, namun kalu tidak sesuai pola hubungan patron klien kurang berhasil.  Pendidikan lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar lemah.  Sebagian besar desa tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau produksi untuk pasaar belum berkembang.  Penggunaan uang masih terbatas. Alat menabung masih fisik, seperti ternak atau emas. Juga berkeinginan menabung masih rendah.
  • 6. 2.2.3. Desa Transisonal Ciri-cirnya adalah:  Kontak dengan dunia luar sudah cukup besar, seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke kota/ tempat lain atau melalui perpindahan penduduk, termasuk urbanisasi.  Banyak mengadopsi tegnologi baru, siap menerima pembaharuan, penyuluhan dan 6 pendidikan  Produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan  Proses produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui adopsi tegnologi  Komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan membeli input produksi  Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja mulai berkembang  Tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk ruang 2.2.4. Desa Maju/Modern Ciri-cirinya:  Memanfaatkan tegnlogi baru  Produksi berorientasi pasar. Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi yang diproduksi selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.  Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis dan Agroindustri dan perdagangan berkembang.  Masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human investment  Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian, industry desa, pertambangan, pariwisata dan lain-lain. 2.3. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan Pembangunan (P5d) Konsep dan Proses Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 9 tahun 1982, pelaksanaan pembangunan daerah dilaksanakan melalui suatu proses yang relatif baku yaitu Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan (P5D). Proses P5D dimulai dari tingkat bawah (masyarakat) dalam bentuk Musyawarah Pembangunan Desa (Musbangdes), yang kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) Kabupaten, Rakorbang Propinsi, dan berakhir dengan Rakorbang Nasional.
  • 7. Mekanisme P5D, secara konsepsual telah mencoba melibatkan masyarakat semaksimal mungkin, dan mencoba memadukan perencanaan dari masyarakat (Bottom up planing) dengan perencanaan Dinas/Instansi sektoral (Top down planning).Akan tetapi, dari berbagai literatur dan hasil penelitian (P3P Unram, 2001; Siregar, 2001, Team Work Lapera, 2001; Hadi, Hilyana dan Hayati, 2003) diperoleh gambaran bahwa implementasi perencanaan pembangunan selama ini belum partisipatif seperti konsep dan kebijakan yang dikembangkan Pemerintah. Perencanaan dari atas lebih mendominasi hasil perencanaan. Hasil penelitian Hadi, Hilyana dan Hayati (2003) di tiga desa di Pulau Lombok, menemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musbangdes dan forum-forum perencanaan pembangunan di tingkat desa, hanya 10 % yang terlibat aktif, 50 % kadang-kadang terlibat, sedangkan 40 % tidak pernah dilibatkan. Namun dalam pelaksanaan program-program pembangunan, sebagian besar anggota masyarakat terlibat aktif, baik sebagai pelaksana maupun penerima manfaat. Sedangkan dalam pengawasan hasil-hasil pembangunan desa, keterlibatan masyarakat sangat kecil.Kenyataan ini menunjukkan bahwa berbagai keputusan umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam bentuk sosialisasi yang tidak bisa ditolak. Masyarakat hanya sekedar objek pembangunan yang harus memenuhi keinginan Pemerintah, belum menjadi subyek pembangunan, atau masyarakat belum ditempatkan pada posisi inisiator (sumber bertindak). Mekanisme perencanaan P5D cenderung menjadi ritual, menjadi semacam rutinitas formal, tidak menyentuh substansi dan kehilangan makna hakikinya. Pelaksanaan Musbangdes terkesan hanya seremonial, sehingga masyarakat merasakan kejenuhan mengikuti Musbangdes. Hasil penelitian P3P Unram (2001) menemukan bahwa usulan masyarakat dalam Musbangdes hanya sebagian kecil yang terakomodir dalam forum perencanaan supra desa. Keterwakilan masyarakat dalam forum-forum perencanaan yang ada sangat kurang. Hal ini karena peserta musyawarah dalam forum perencanaan yang dilaksanakan lebih didasarkan pada keterwakilan yang bersifat formal, sehingga susunan pesertanya didominasi para birokrat dan unsur lembaga formal. Dari sisi perencanaan jangka menengah dan jangka panjang, Pemerintah Kabupaten/Kota telah memiliki berbagai dokumen perencanaan (seperti Program Pembangunan Lima Tahun Daerah/Propeda, Rencana Strategis/Renstra, dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/RUTRW) dan seharusnya menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada). Akan tetapi dokumen-dokumen perencanaan tersebut tidak tersosialisasikan,sehingga hal ini mengakibatkan perencanaan dilaksanakan tanpa perspektif yang jelas. Seringkali terjadi Repetada sebagai pedoman mengenai arah dan kebijaksanaan penyusunan program dan proyek disusun setelah RAPBD disyahkan sehingga 7
  • 8. kehilangan fungsi substansifnya. Sementara itu, menurut Asmara (2001) komitmen dan orientasi pelanggan (public driven) dalam sistemprogramming sektoral, belum mantap. Hal ini karena budaya birokrasi berdasarkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik seperti akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan kepentingan publik belum melembaga dengan baik. Akibatnya jaminan pengakomodasian usulan dari bawah sangat kurang. 2.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah bagaimana melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas. Program pembangunan desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan sangat kurang memperhatikan aspek keberlanjutan pembangunan desa dan partisipasi masyarakat. Sebagian besar kebijakan Pemerintah bernuansa “top-down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi, akibatnya antara lain banyak terjadi pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, tidak sesuai dengan potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak mempertimbangkan keunggulan dan kebutuhan lokal. Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih dominannya perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena kualitas dan hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor antara lain: 1. Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani perencanaan; 2. Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; 3. Dukungan data dan informasi perencanaan yang lemah; 4. Kualitas sumberdaya manusia khususnya di desa yang lemah; 5. Lemahnya dukungan pendampingan dalam kegiatan perencanaan, dan 6. Lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan kecamatan. 2.5. Sasaran Pembangunan Desa Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut: a. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak dengan menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan. 8
  • 9. Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa adalah: 1. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan 9 kredit tanpa bunga. 2. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak 3. Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana dan sarana ekonomi desa. 4. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan. b. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang handal Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong kemajuan suatu desa. Program-program yang dapat dikembangkan diantaranya: 1. Program pengembangan pendidikan 2. Program peningkatan pelayanan kesehatan 3. Pembinaan generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga 4. Program perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja. 5. Pembinaan kehidupan beragama 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat c. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya, khususnya pengembangan ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program pembangunan infrastruktur pada dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu memberikan pelayanan guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Beberapa program yang dapat dikembangkan dalam membangun infrastruktur pedesaan adalah:  Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan perdesaan.  Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian  Pembangunan prasarana pemerintahan desa/kelurahan
  • 10. 2.6. Masalah-masalah Dalam Pembangunan Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas sistem sosial atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini. Tetapi selain masalah yang berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyk masalah lain yang menyebabkan timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah-masalah 10 tersebut terutama adalah: 1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam) 2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi produk juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan, rendahnya produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa. 3. Keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak dapat memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah: 1. Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional) 2. Masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar 3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa tradisional) 4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik local 5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan 6. Masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase 7. Masalah pemasaran hasil-hasil pertanian 8. Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan akumulasi modal) Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional maupun pada desa transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat dibuat dengan cukup lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan, seperti; 1. Terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai; 2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah masih sering terlambat; 3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa;
  • 11. 4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan; 5. Sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa 6. Belum terdapat kepastian mengenai kewenangan dan sumber pendapatan 2.7. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara lain: a. Pemantapan kerangka aturan b. Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal Desa; c. Pemantapan kelembagaan; d. Pemantapan administrasi dan keuangan Desa; e. Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan f. Peningkatan kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa. Untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi: a. Pemantapan kerangka aturan: Lingkup kegiatannya yaitu; mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yang sesuai dengan prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. 11 b. Penataan organisasi dan kewenangan: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa beserta kewenangan yang harus dimilikinya; c. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan desa: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah provinsi kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna dan hasil guna aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa. d. Penataan sistem informasi dan administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan murah terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar.
  • 12. e. Pemantapan dan pengembangan kapasitas: Lingkup kegiatannya yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan Permusyawaratan Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara demokratis, transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai sosial budaya setempat. 12 f. Pengadaan sarana dan prasarana: Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan desa yang memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat yang terdepan. Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah dilaksanakan, misalnya program bidang pangan, program Inpres Desa Tertinggal, dan Program Pengembangan Terpadu Antar Desa ( PPTAD ) merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan. Guna mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas (Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra Insus. Selain itu guna menyokong program pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam memberikan permodalan dalam pengelolaan lahannya. Akan tetap program-program tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani karena harga beras lokal masih relative lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras impor. Sedangkan dana penGembalian LUT sampai saat ini banyak yang menunggak karena petani tidak mampu membayar cicilan tersebut. Adapun program IDT dan PPTAD lebih cenderung pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan terhadap pembangunan masyarakat umum kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang membutuhkan penanganan pembangunan masyarakat desa sesungguhnya sangat mendesak, seperti ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang, tidak terakomodasinya keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan kesejahteraan masih rendah. Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya pendekataan pembangunan pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat dari sisi kondisi, potensi dan prospek dari masing-masing daerah. Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara umum dapat dilihat dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu : a. Kebijakan secara tidak langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, seperti penyediaan sarana dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan,
  • 13. kesehatan, jalan, dan lain sebagainya), penguatan kelembagaan, dan perlindungan terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat melalui undang- undang. b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat 13 pedesaan. c. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya khusus, seperti penjaminan hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat. Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan harus dilaksanakan melalui pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam perencanaan selalu dimulai dengan pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan regional lebih menitik beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan, baru kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-masing daerah. Di dalam kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka totalitas, melainkan hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah perbatasan, atau daerah yang diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.
  • 14. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Pembagian desa menurut tahap pembangunannya terbagi atas: 3.1 saran makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. 14
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian Berencana. Orba Shakti. Bandung Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center. Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. CIDES. Jakarta Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit : PT Gramedia, Jakarta. Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Penerbit : PT Ghalia Indonesia. 15