SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
KONFLIK PAPUA

                        MAKALAH
        ( Disusun untuk memnuhi salah satu tugas kelompok mata pelajaran Ilmu
                                Pengetahuan Sosial )




                                Disusun oleh :

                          1.   Ai Roudotul Munawaroh
                          2.   Fitri Nurhasanah
                          3.   Hardi Lukmanul Hakim
                          4.   Lutfi Nugraha
                          5.   Riska Feby Setia Permana

                                Kelas XI MM_ 1




                SMK NUURUL MUTTAQIIN
                               Cisurupan – Garut
                                     2011

Konflik Papua                                                                   Page 1
KATA PENGANTAR



Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa atas perlindunganNya dan
pertolonganNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, yaitu tentang KONFLIK SOSIAL. Oleh karena itu, makalah ini berisi tentang contoh-
contoh konkret konflik social yang terjadi di Indonesia. Di sini kami mengambil topic tentang
Konflik Papua.

Melalui makalah ini, kami harap para pembaca dapat mengetahui Akar Pokok Permasalahan
Papua serta dapat mengerti tentang Bagaimana Mencari Solusi Untuk Menyelesaikan Konflik
Papua yang telah berlangsung ± ½ abad sehingga penduduk Papua dapat hidup tenang di atas
Tanah Leluhur mereka.

Kami sadari bahwa tentu tak ada gading yang tak retak, makalah ini mungkin masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan makalah ini.




                                                                                   Penyusun




Konflik Papua                                                                         Page 2
DAFTAR ISI


Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 1

Daftar isi ………………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 3

       Latar Belakang ……………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………... 4

       1.   Penyebab konflik kekerasan sosial di Papua ……………………………….… 4
       2.   Sejarah Konflik Papua ……………………………………………………….. 5
       3.   Dampak dari konflik Papua …………………………………………….……. 6
       4.   Upaya Penyelesaian Konflik di Papua …………………………………..….... 7
       5.   Bentuk konflik di Papua …………………………………………….….……. 8
       6.   Argumentasi Terhadap Konflik Papua …………………………………….…. 9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………. 10

       1. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 10
       2. Saran ………………………………………………………………………… 10

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 11




Konflik Papua                                                        Page 3
BAB I

                                   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah lama Tanah Papua menjadi tanah konflik. Selain konflik horizontal antar warga sipil,
konflik vertikal yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan orang asli Papua telah
mengorbankan banyak orang. Konflik ini hingga kini belum diatasi secara tuntas. Masih
adanya konflik ini secara jelas diperlihatkan oleh adanya tuntutan Merdeka dan Referendum,
serta terjadinya pengibaran bendera bintang kejora, dan berlangsungnya aksi pengembalian
Undang-undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

Konflik yang belum diselesaikan ini sangat mempengaruhi kadar relasi diantara orang asli
Papua, orang Papua dengan penduduk lainnya, antara orang asli Papua dan Pemerintah RI. Di
satu pihak, orang Papua dicurigai sebagai anggota atau pendukung gerakan separatis. Adanya
stigma separatis membenarkan hal ini. Di pihak lain, orang Papua juga tidak mempercayai
Pemerintah. Dalam suasana kecurigaan dan ketidakpercayaan satu sama lain ini, dialog
konstruktif tidak pernah akan terjadi antara Pemerintah dan orang Papua.

Apabila berbagai masalah yang melatarbelakangi konflik ini tidak dicarikan solusinya, maka
Papua tetap menjadi tanah konflik. Korban akan terus berjatuhan. Hal ini pada gilirannya
akan menghambat proses pembangunan yang dilaksanakan di Tanah Papua.

Dari tengah situasi konflik inilah, para pemimpinan agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu
dan Budha Provinsi Papua melancarkan kampanye perdamaian. Kampanye ini dilakukan
dengan dengan moto: Papua Tanah Damai (PTD). Dalam perkembangan selanjutnya, para
pimpinan agama menjadikan Papua Tanah Damai sebagai suatu visi bersama dari masa depan
Tanah Papua yang perlu diperjuangkan secara bersama oleh setiap orang yang hidup di
Tanah Papua.

Sekalipun diakui oleh banyak orang bahwa damai merupakan hasrat terdalam dari setiap
orang, termasuk semua orang yang hidup di Tanah Papua, kenyataan memperlihatkan bahwa
banyak orang belum merasa penting untuk melibatkan diri dalam upaya menciptakan
perdamaian di Tanah Papua. Orang asli Papua, baik yang tinggal di kota maupun di kampung-
kampung, belum terlibat secara penuh dalam kampanye perdamaian ini. Pada hal mereka
sebagai pemilik negeri ini sudah semestinya memimpin-atau minimal terlibat dalam-berbagai
upaya untuk mewujudkan perdamaian di tanah leluhurnya.

Kini orang Papua bangkit dan bertekad untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya
menciptakan perdamaian di Papua. Mereka ingin memperbaharui tanah leluhurnya menjadi
tanah damai, dimana setiap orang yang hidup diatasnya menikmat suatu kehidupan yang
penuh kedamaian.




Konflik Papua                                                                      Page 4
BAB II

                                      PEMBAHASAN

1. Penyebab konflik kekerasan sosial di Papua.

  Konflik kekerasan di Papua pada umumnya disebabkan adanya kondisi sosial yang timpang
  antara masyarakat asli Papua dengan masyarakat migran yang datang dari luar Papua, sebagai
  akibat dari adanya kekeliruan kebijakan pembangunan di Papua yang berlangsung lama,
  sebagai berikut:

  a. Terjadinya Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA)

  Eksploitasi SDA telah menampilkan suatu ketidakadilan, berdasar fakta-fakta masyarakat
  Papua, pemegang hak adat atas SDA tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan,
  padahal semua konsekuensi negatif pasti dipikul oleh mereka bukan oleh pengambil
  keputusan. SDA merupakan sumber penghidupan utama bagi mereka dengan batas-batas
  pemilikan, pengakuan, dan penghargaan yang jelas dan tegas di antara para pemegang hak
  adat. Akibatnya, masyarakat menjadi penonton dan terasing di tanahnya sendiri. Masyarakat
  Papua sebagai komunitas lokal tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi,
  karena memang tidak dipersiapkan, dilatih, dan diberi kesempatan.

  Sebagai contoh: Kasus pengalihan hak atas tanah untuk keperluan transmigrasi telah
  mengurangi bahkan menghilangkan sumber-sumber ekonomi keluarga. Masyarakat
  kehilangan binatang buruan sebagai sumber protein, kayu untuk bangunan, kayu api, rusaknya
  ekosistem lokal sebagai sumber protein yang mendukung kehidupan masyarakat lokal,
  hilangnya sagu sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat. Eksploitasi tambang juga
  memberi dampak negatif yang besar buat penduduk lokal. Sebagai contoh: kasus Freeport,
  limbah tailing, telah mencemari sumber-sumber ekonomi seperti Moluska, sumber protein
  masyarakat Kamoro-Sempan di Omawita.

  b. Dominasi Migran di Berbagai Bidang-Bidang Kehidupan

  Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat Papua juga terjadi dalam bidang
  pemerintahan, dan proses-proses politik. Sadar atau tidak, selama pemerintahan Orde Baru,
  orang Papua kurang diberikan peran dalam bidang pemerintahan. Posisi-posisi utama selalu
  diberikan kepada orang luar dengan dalih orang Papua belum mampu. Walaupun untuk
  sebagian peran, dalih itu mungkin ada benarnya, tetapi pada umumnya untuk mencekal orang
  Papua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap orang Papua dilatarbelakangi oleh kecurigaan
  dan tuduhan terhadap semua orang Papua sebagai OPM.

  Dominasi masyarakat pendatang bukan hanya pada sektor pemerintahan saja, tetapi juga pada
  sektor swasta. Pada kegiatan di sektor industri manufaktur yang memanfaatkan eksploitasi
  sumber daya alam (SDA) sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari
  luar, seperti antara lain pabrik Plywood PT. Wapoga, Pabrik Pengalengan Ikan di Biak dan
  pabrik Pengalengan Ikan PT. Usaha Mina di Sorong. Sektor perbankan juga didominasi oleh
  pekerja dari kaum pendatang.
  Konflik Papua                                                                      Page 5
c. Penyeragaman Identitas Budaya dan Pemerintahan Lokal

 Secara singkat, pengembangan SDM justru tidak berpijak pada pengetahuan dan kearifan
 lokal. Menyadari ancaman terhadap eksistensi orang Papua, tokoh seperti Arnold Ap berusaha
 untuk menggali dan mengembangkan unsur-unsur budaya lokal. Tetapi, kelihatannya
 penguasa melalui aparat militer melihatnya secara sempit dan dipahami sebagai ancaman.
 Arnold Ap dibunuh dengan cara yang melukai hati orang Papua khususnya dan kemanusiaan
 pada umumnya. Dominasi dan penindasan tersebut, menjadikan identitas dan nasionalisme
 Papua makin mantap menopang tuntutan Papua Merdeka.

  d. Tindakan Represif oleh Militer

 Penindasan militer di tanah Papua meliputi beberapa bentuk, antara lain intimidasi, teror,
 penyiksaan, dan pembunuhan. Intimidasi, teror dan penyiksaan dilakukan berkenaan dengan
 pengambilalihan hak-hak adat masyarakat Papua atas SDA secara paksa untuk berbagai
 keperluan, seperti HPH, transmigrasi, pertambangan, dan industri manufaktur maupun jasa
 wisata. Ketika penduduk asli berusaha mempertahankan hak-haknya atas SDA mereka
 diintimidasi dan diteror.

 Penyebab lainnya adalah:

 Konflik Papua memiliki satu hal unik, yang membedakannya dengan konflik-konflik lokal
 lain di Indonesia. Keunikan ini adalah adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di
 dalam diri rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang
 mendorong rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan
 Belanda maupun Indonesia.

 Nasionalisme Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong
 praja di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika Belanda
 dan Indonesia bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai
 bangsa yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan anti-
 Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada masa Orde Baru
 tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru memperkuatnya.

2. Sejarah Konflik Papua

 1960 - 2000

        1966-67: pemboman udara Pegunungan Arfak
        1967: Operasi Tumpas (penghapusan operasi). 1.500 diduga tewas di Ayamaru,
        Teminabuan dan Inanuatan.
        Mei 1970: Pembantaian perempuan dan anak-anak oleh tentara Indonesia. Saksi
        melaporkan melihat seorang wanita memusnahkan, membedah bayinya di tempat dan
        pak bibi bayi-diperkosa.
        Jun 1971: Bapak Henk de Mari melaporkan bahwa 55 orang dari dua desa di Biak
        Utara dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri sebelum ditembak


 Konflik Papua                                                                         Page 6
Mei 1978: Lima OPM (Organisasi Papua Merdeka) pemimpin menyerah untuk
        menyelamatkan desa mereka tertangkap masuk Mereka dipukuli sampai mati dengan
        batang besi panas merah dan tubuh mereka dilemparkan ke dalam lubang jamban. 125
        penduduk desa maka mesin ditembak sebagai simpatisan OPM dicurigai.
        pertengahan 1985: 2.500 tewas di wilayah Kabupaten Paniai Danau Wissel, termasuk
        115 dari desa-desa Iwandoga dan Kugapa dibantai oleh pasukan 24/6/1985, 10 orang,
        desa, taman makanan, dan ternak desa Epomani, Obano Sub-distrik; 15 orang, desa,
        dan ternak dari kabupaten desa Ikopo Monemane, dan 517 orang, 12 desa, taman
        makanan, dan hidup-stok Monemane. Dsb.

 2000 - 2010

        Pada tanggal 31 Agustus 2002: pemberontak menyerang pada sekelompok profesor
        dari Amerika Serikat. 3 tewas dan 12 lainnya luka-luka. Polisi menuduh OPM
        bertanggung jawab.
        Pada tanggal 1 Desember 2003: Sekelompok 500 orang mengibarkan bendera
        separatis, beberapa tindakan lain telah terjadi 42 orang ditangkap.
        Pada tanggal 9 April 2009: Sebuah serangan bom di Jayapura menewaskan 5 orang
        dan beberapa orang terluka. Sementara itu, sekitar 500 militan menyerang sebuah pos
        polisi dengan busur dan anak panah dan bom bensin.. Polisi bereaksi dan membunuh
        seseorang.
        Pada 24 Januari 2010: Pemberontak menyergap sebuah konvoi penambang PT
        Freeport McMoran. Sembilan orang terluka, OPM menyangkal Tanggung Jawab.

3. Dampak dari konflik Papua

   Di Papua, masalah separatisme akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Bila situasi
   keamanan terus memburuk, banyak pengamat yang memperkirakan Papua bakal lepas dari
   NKRI. Tanda-tanda Papua akan segera lepas dari NKRI sudah sangat jelas. Mereka saat ini
   ditengarai sudah memiliki sponsor yang siap mendukung kemerdekaan wilayah di timur
   Indonesia ini, bahkan Papua saat ini sudah sangat siap untuk lepas dari Indonesia.

   Maraknya aksi penembakan dan penghadangan oleh kelompok separatis Papua telah
   meresahkan masyarakat Papua. Sasaran tembak kini tidak hanya kepada aparat TNI dan
   Polisi, namun masyarakat umum serta karyawan Freeport kini dijadikan target. Sehingga tak
   mengherankan bila hampir tiap hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak
   dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua.

   Penyebab separatisme Papua yang lain adalah tidak meratanya distribusi sumber daya
   ekonomi, sehingga meskipun Papua memiliki kekayaan yang luarbiasa, rakyatnya tetap
   miskin. Tambang tembaga raksasa Freeport adalah sebuah contoh bagaimana kapitalisme
   mengeksploitasi sumber daya lokal dengan sepuas-puasnya. Potensi konflik antar agama di
   Papua tinggi karena konflik yang bertikai menganggap dirinya sebagai korban. Warga Papua
   asli merasa terancam dengan mengalir masuknya pendatang baru yang mengatasnamakan
   agama baru, dimana dalam jangka panjang mereka akan menghadapi diskriminasi atau
   bahkan pengusiran.

 Konflik Papua                                                                       Page 7
Meskipun ada keretakan dan perpecahan yang signifikan di kedua belah pihak
   masyarakat, terutama mengenai nasionalisme yang bersaing perkembangan di Manokwari
   dan Kaimana mungkin menjadi pertanda lebih banyak bentrokan yang akan terjadi.
   Perubahan dalam demografi adalah bagian dari persoalan, tapi bahkan kalau besok para
   pendatang dari luar Papua disetop datang, polarisasi antar agama mungkin akan terus
   berlanjut karena perkembangan lain. Warga Papua sangat menyadari terjadinya
   penyerangan-penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah di daerah lain di Indonesia dan
   melihat Indonesia secara keseluruhan bergerak menuju dukungan yang lebih banyak kepada
   ajaran agama.

4. Upaya Penyelesaian Konflik di Papua

 Hasil eksplorasi terdapat 2 kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia, yaitu:

  a) Pendekatan Kekerasan

 Pendekatan kekerasan dilakukan dengan menggunakan kekuatan senjata atau sering dikenal
 dengan istilah pendekatan keamanan dilakukan oleh militer atau ABRI untuk menumpas
 setiap bentuk perlawanan masyarakat yang dianggap sebagai pemberontakan OPM di Papua
 yang dimulai sejak awal pemberontakan tahun 1970 sampai sekitar tahun 1996. Kegiatan itu
 dilakukan dengan menetapkan sebagian kawasan Papua, terutama di daerah perbatasan
 dengan Negara Papua New Guinea, sebagai Daerah Operasi Militer (DOM).

  b) Pendekatan Non kekerasan

 Sejak Papua masuk dalam wilayah Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963, maka
 kegiatan utama yang menjadi tugas pokok dari semua petugas Indonesia Papua menggantikan
 posisi petugas Belanda adalah “meng-Indonesiakan” orang-orang Papua. Aktivitas ini
 dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti lembaga pendidikan dan lembaga penerangan.
 Tema yang digunakan adalah menyatakan bahwa Indonesia, termasuk Papua dijajah oleh
 Belanda selama lebih dari 350 tahun. Masa penjajahan itu membuat rakyat Papua seperti
 halnya rakyat Indonesia lainnya, miskin, tertindas, dan melarat.

 Akan tetapi dalam kenyataannya kedua kebijakan pemerintah dalam upaya menyelesaikan
 konflik kekerasan yang terjadi di Papua tersebut berjalan tidak efektif atau tidak berhasil.
 Untuk itu ada beberapa-beberapa hal yang seyogiyanya dilakukan oleh pemerintah:

   1.    Hindari untuk mendukung kegiatan-kegiatan berbasis agama yang jelas-jelas memiliki
        agenda politik, sehingga tidak memperburuk persoalan yang sudah ada, dan
        menginstruksikan TNI dan Polri untuk memastikan bahwa para personil yang bertugas
        di Papua tidak dilihat berpihak kepada salah satu pihak.
   2.   Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan baru untuk menangani ketegangan antar
        agama di tingkat akar rumput, lebih dari sekedar kampanye dialog antar agama diantara
        para elit yang seringkali tidak efektif.
   3.   Memastikan bahwa pendanaan atau sumbangan keuangan pemerintah terhadap
        kegiatan-kegiatan agama dilakukan secara transparan dan diaudit secara independen,


 Konflik Papua                                                                        Page 8
dimana informasi mengenai jumlah dan para penerima dana bisa dilihat dengan mudah
        di situs-situs atau di dokumen publik.
   4.   Menghindari mendanai kelompok-kelompok yang menyerukan eksklusivitas atau
        permusuhan terhadap agama lain.
   5.   Memastikan debat publik mengenai persentase lapangan kerja bagi warga asli Papua
        dan dan dampak lebih jauh dari imigrasi penduduk dari luar Papua ke Papua sebelum
        menyetujui pembagian daerah administratif lebih lanjut.
   6.    Menolak peraturan daerah yang diskriminatif dan menghapus kebijakan-kebijakan yang
        memarjinalisasikan orang papua.
   7.   Ketujuh, Pemerintah harus memenuhi dan menjamin terpenuhinya hak-hak dasar orang
        papua seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraaan dan pelayanan publik.
   8.   Pemerintah memfasilitasi dialog antar ummat beragama bersama rakyat Papua agar
        terciptanya saling percaya antara Pemerintah Pusat dan Warga Papua. Kesembilan,
        Pemerintah harus mengakui secara jujur bahwa selama ini bertindak dengan salah dalam
        mengatasi konflik yang ada di Papua demi terciptanya rekonsiliasi.

 Secara teoritis, dikenal 3 sarana upaya penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Konsiliasi,
 umumnya dilakukan melalui lembaga legislatif atau parlemen yang bermaksud memberikan
 kesempatan kepada semua pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi atau memperdebatkan
 secara terbuka masalah yang terjadi dalam konteks mencapai kesepakatan atau kompromi
 bersama. Kedua, Mediasi mengajak atau mendorong kepada para pihak yang terlibat untuk
 kesepakatan melalui nasihat dari pihak ketiga yang disetujui. serta Ketiga, Arbitran, para
 pihak yang terlibat bersepakat untuk mendapatkan menunjuk wasit penilai untuk memberikan
 keputusan yang bersifat legal sebagai jalan keluar dari konflik.

 Jika dilihat dari aspek substansi, terdapat 4 cara atau pendekatan yang sering ditempuh oleh
 para pihak dalam proses penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Penghindaran, yaitu
 penyelesaian yang diharapkan timbul dengan sendirinya. Kedua, Kekuasaan. yaitu
 penyelesaian melalui cara paksa atau dengan penggunaan kekuatan bersenjata oleh institusi
 militer. Ketiga, Hukum, yaitu penyelesaian konflik melalui proses arbritase, pencarian fakta
 yang mengikat, proses legislasi, dan pembuatan kebijakan pejabat publik, serta Keempat,
 kesepakatan, yaitu penyelesaian oleh para pihak melalui proses negosiasi, mediasi, dan
 konsiliasi.

5. Bentuk konflik di Papua

   1. Konflik kelas social, karena konflik yang terjadi di Papua salah satunya terjadi akibat
      adanya kesenjangan social dan budaya yang ada di masyarakat Papua
   2. Konflik Rasial. Paling banyak penyebab konflik di Papua adalah karena terjadinya salah
      paham atau penghasutan antar suku yang ada di daerah Papua
   3. Konflik politik, konflik Papua salah satunya terjadi karena menyangkut dengan
      diskriminasi atau penggolongan-penggolongan antara rakyat biasa yang ada di Papua
      dengan imigran-imigran serta pejabat-pejabat pemerintah dan juga kaum elit politik.




 Konflik Papua                                                                        Page 9
6. Argumentasi Terhadap Konflik Papua

 Dari semua referensi dan catatan-catatan tentang masalah-masalah konflik yang terjadi di
 Tanah Papua dahulu hingga sekarang ini, kami dapat memahami latar belakang serta faktor
 penyebab terjadinya berbagai konflik kekerasan di tanah Papua. Umumnya kekerasan di
 Papua terkait dengan konflik antar warga dengan suku, separatisme, dan kriminalitas. Proses
 dan hasil pembangunan di Papua selama otonomi khusus belum dirasakan sepenuhnya oleh
 orang asli Papua, terutama di wilayah pedalaman. Sebagian besar masih berada di bawah garis
 kemiskinan dan terpinggirkan. Bahkan kondisi pembangunan Papua masih kalah jauh dengan
 kota-kota kelas dua di wilayah Pulau Jawa.Warga Papua merasa tidak dihargai dan diabaikan.

 Selain itu, minimnya sarana dan prasarana publik di daerah-daerah di Papua dan Papua Barat,
 kelaparan dan kondisi kurang gizi di daerah-daerah di Papua, serta rendahnya tingkat
 pendidikan di wilayah Indonesia bagian timur itu merupakan faktor-faktor yang berpotensi
 menimbulkan konflik.

 Tetapi di sisi lain penyebab konflik di Papua, OPM dan sejenisnya adalah sebagai salah satu
 penyebab konflik tsb. Tujuan mereka dalah menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat dan
 daerah serta pihak internasional bahwa Papua selalu tidak aman karena adanya OPM, ini
 jelas-jelas bertujuan menggagalkan ide dan keinginan luhur orang asli Papua untuk berdialog
 atau berdiskusi dengan pemerintah Indonesia dalam waktu dekat.

 Selain itu, banyaknya peristiwa kekrasan dan konflik yang ada di Papua menandakan bahwa
 institusi kepolisian yang ada di Tanah Papua beserta jajaran Polres-nya di seluruh tanah papua
 seringkali tidak mampu mengungkapkan kasus-kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di
 Papua tersebut. Di tambah lagi polisi di daerah ini susah sekali mendapatkan barang bukti
 yang bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkapkan sebab dan siapa pelaku dari setiap
 kasus tersebut.

 Selama kesenjangan itu terjadi, maka akan semakin banyak konflik yang akan tetap
 membakar masyarakat di Papua. Apapun kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak akan
 benar-benar memadamkan konflik yang terjadi. Justru sebaliknya, menurut kami masyarakat
 akan menilai kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut adalah sebagai akal-akalan
 mereka saja.

 Untuk itu, kami harap sebaiknya hal ini mendorong pemerintah maupun pihak-pihak yang
 terkait lainnya untuk mengupayakan solusi yang komprehensif dengan melakukan
 pembangunan secara intensif dan berkesinambungan di tanah Papua tersebut, kondisi ini bisa
 dijaga oleh pemerintah setempat dan pemangku kepentingan dengan cara bersinergi atau
 berkomunikasi dengan cukup baik. Dengan cara seperti itu kami yakin sedikit demi sedikit
 konflik yang ada di bumi cendrawasih tersebut akan memudar, bahkan mungkin masyarakat
 akan merasakan kmakmuran perhatian dari pemerintah terhadap tempat tinggalnya.

 Kami harap pemerintah dapat melaksanakan atau merealisasikan apa yang menjadi angan-
 angan dari kita semua khusunya kami, mengenai konflik yang terus menerus terjadi di Papua.




 Konflik Papua                                                                         Page 10
BAB III

                                        PENUTUP

  1. Kesimpulan

        Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelesaian konflik sangatlah
     besar peranannya sehingga perlu adanya pembatasan yang jelas dalam penyelesaian
     konflik tersebut.

        Yang perlu dicermati adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang sangat besar
     sehingga perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh Pemerintah
     Pusat jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang dapat mengakibatkan terjadinya
     konflik yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Pemerintah
     Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga konflik yang terjadi di papua
     dapat diselesaikan sacara baik tanpa menggunakan kekerasan dengan baik oleh
     Pemerintah Indonesia baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah

        Berbagai konflik horizontal yang terjadi maupun konflik politik vertikal yang
     dimanifestasikan dengan tuntutan Papua merdeka sebagai reaksi atas pelaksanaan
     PEPERA yang tidak demokratis maupun atas dominasi pusat pada daerah, dalam kurun
     waktu lama dilakukan melalui kebijakan dalam mengelola konflik yang represif dan
     kontra produktif, yaitu dengan cara mengirim pasukan militer dan merekayasa para
     tokoh atau elit masyarakat untuk berdamai secara seremonial.

2. Saran

       Konflik yang terjadi di papua hanya sebagian kecil saja yang terjadi di negeri ini maka
       dari pada itu di harapkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
       fleksibel dalam mengeluarkan kebijakan jangan hanya berpihak ke salah satu daerah
       saja karena akan menimbulkan kecemburuan sosial tiap daerah sehingga
       mengakibatkan konflik yang berkepanjangan.




Konflik Papua                                                                         Page 11
Daftar Pustaka



http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Papua

http://centraldemokrasi.com/info-regional/15092011/konflik-di-papua-dilatarbelakangi-politik/

http://pekeimbiijeffry.wordpress.com/2011/08/09/papua-masih-membara/

http://vogelkoppapua.org/?page=news.detail&id=415

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=154749

http://iposnews.com/index.php?view=article&catid=42%3Anasional&id=1580%3Aikrar-
denganpapuamainkandiplomasicantik&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content

http://www.interseksi.org/blog/files/konflik_maluku.php

http://ami23.wordpress.com/2011/01/21/solusi-dari-konflik-sosial-yang-terjadi-papua/

http://www.imparsial.org/id/2010/executive-summary-penelitian-papua-tahun-2011-kebijakan-
keamanan-militer-di-papua-dan-implikasinya-terhadap-ham.html




Konflik Papua                                                                               Page 12

More Related Content

What's hot

makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalManshur Changean
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDFox Broadcasting
 
Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knPertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knnatal kristiono
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...bulan purnama
 
Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranRezza Adzmi
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAlyaraisa Alpasha
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan NasionalMakalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan NasionalDewi Annisa
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiArya D Ningrat
 
Kelompok wawancara
Kelompok wawancaraKelompok wawancara
Kelompok wawancaradian19
 
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem EtikaSumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etikadayurikaperdana19
 
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIBUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIArmadira Enno
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporanYuliana
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaLestari Moerdijat
 
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaLaporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaFeren Jr
 
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUDAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUnurindah_nurisa
 

What's hot (20)

makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
 
Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knPertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
 
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam Membang...
 
Daftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiranDaftar isi dan lampiran
Daftar isi dan lampiran
 
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaMakalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Makalah integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan NasionalMakalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional
Makalah Penelitian: Dampak Konflik Papua Terhadap Ketahanan Nasional
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
 
Kelompok wawancara
Kelompok wawancaraKelompok wawancara
Kelompok wawancara
 
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem EtikaSumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
 
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INIBUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
BUKTI-BUKTI KEHIDUPAN PENGARUH HINDU-BUDDHA YANG MASIH ADA PADA SAAT INI
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporan
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basaLaporan Praktikum Kimia indikator asam basa
Laporan Praktikum Kimia indikator asam basa
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Resmi Praktikum Biologi Uji Makanan
 
Laporan fermentasi pembuatan yoghurt
Laporan fermentasi pembuatan yoghurtLaporan fermentasi pembuatan yoghurt
Laporan fermentasi pembuatan yoghurt
 
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARUDAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MASA ORDE BARU
 

Similar to Makalah konflik papua

PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUAPERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUAAulia Hamunta
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaanHaidar Bashofi
 
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxBab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxEvihApriani1
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4rahmad27
 
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSA
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSASEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSA
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSAAdeebFarhan2
 
The neglected genocide West Papua
The neglected genocide West PapuaThe neglected genocide West Papua
The neglected genocide West Papuaadgjll
 
Mahasiswa revolusi papua
Mahasiswa revolusi papuaMahasiswa revolusi papua
Mahasiswa revolusi papuaNotivikation
 
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdf
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdfadmin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdf
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdfQonitaNurFauziyah
 
booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016Budi Anugerah
 
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxIPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxsufamtsacp
 
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papua
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papuaKebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papua
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papuaAnisNurMaisyaroh
 
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURA
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURAKonflik antar suku DAYAK DAN MADURA
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURAlilifatri
 
Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079keluin candra
 
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasila
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasilasikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasila
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasilalunch lunch
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahFitrah Plur
 
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bMasyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bResti Muliani
 
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxKomingBlank
 

Similar to Makalah konflik papua (20)

PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUAPERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK  OTONOMI KHUSUS PAPUA
PERUBAHAN KOTA SORONG DARI DAMPAK OTONOMI KHUSUS PAPUA
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Moge news jilid1
Moge news jilid1 Moge news jilid1
Moge news jilid1
 
Problematika kebudayaan
Problematika kebudayaanProblematika kebudayaan
Problematika kebudayaan
 
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxBab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSA
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSASEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSA
SEJARAH SOSIAL PENGARUH PERADABAN DUNIA DALAM PEMBINAAN NEGARA BANGSA
 
The neglected genocide West Papua
The neglected genocide West PapuaThe neglected genocide West Papua
The neglected genocide West Papua
 
Mahasiswa revolusi papua
Mahasiswa revolusi papuaMahasiswa revolusi papua
Mahasiswa revolusi papua
 
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdf
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdfadmin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdf
admin,+Millah_Vol_12_No_2_07_Al-Hamid (3).pdf
 
booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016booklet lipi 05_01_2016
booklet lipi 05_01_2016
 
Ips 30 juli_2020
Ips 30 juli_2020Ips 30 juli_2020
Ips 30 juli_2020
 
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptxIPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
IPS SMP Kelas VII - Bab 4 Pemberdayaan Masyarakat.pptx
 
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papua
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papuaKebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papua
Kebijakan pemerintah Indonesia mengatasi konflik papua
 
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURA
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURAKonflik antar suku DAYAK DAN MADURA
Konflik antar suku DAYAK DAN MADURA
 
Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079Makalah pancasila 16060484079
Makalah pancasila 16060484079
 
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasila
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasilasikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasila
sikap separatisme sebagai dampak gagalnya implementasi sila ke 5 pancasila
 
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengahMicrosoft word   makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
Microsoft word makalah kebudayaan kependudukan kalimantan tengah
 
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4bMasyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
Masyarakat Multikultural " Resti Muliani/ 1113015000003/4b
 
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptxPPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
PPKn SMK FASE E KEBERAGAMAN.pptx
 

More from Ai Roudatul

Makalah Pemisahan Campuran
Makalah Pemisahan CampuranMakalah Pemisahan Campuran
Makalah Pemisahan CampuranAi Roudatul
 
Presentasi Pemisahan Campuran
Presentasi Pemisahan CampuranPresentasi Pemisahan Campuran
Presentasi Pemisahan CampuranAi Roudatul
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikAi Roudatul
 
Proposal Pendirian Usaha Distro
Proposal Pendirian Usaha DistroProposal Pendirian Usaha Distro
Proposal Pendirian Usaha DistroAi Roudatul
 
Contoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriContoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriAi Roudatul
 
Makalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATAMakalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATAAi Roudatul
 
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITAL
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITALPERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITAL
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITALAi Roudatul
 
Proposal seni tari
Proposal seni tariProposal seni tari
Proposal seni tariAi Roudatul
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikAi Roudatul
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaAi Roudatul
 

More from Ai Roudatul (10)

Makalah Pemisahan Campuran
Makalah Pemisahan CampuranMakalah Pemisahan Campuran
Makalah Pemisahan Campuran
 
Presentasi Pemisahan Campuran
Presentasi Pemisahan CampuranPresentasi Pemisahan Campuran
Presentasi Pemisahan Campuran
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organik
 
Proposal Pendirian Usaha Distro
Proposal Pendirian Usaha DistroProposal Pendirian Usaha Distro
Proposal Pendirian Usaha Distro
 
Contoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industriContoh laporan kunjungan industri
Contoh laporan kunjungan industri
 
Makalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATAMakalah alat optik | MATA
Makalah alat optik | MATA
 
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITAL
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITALPERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITAL
PERBEDAAN KAMERA ANALOG (MANUAL) DAN KAMERA DIGITAL
 
Proposal seni tari
Proposal seni tariProposal seni tari
Proposal seni tari
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organik
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

Makalah konflik papua

  • 1. KONFLIK PAPUA MAKALAH ( Disusun untuk memnuhi salah satu tugas kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ) Disusun oleh : 1. Ai Roudotul Munawaroh 2. Fitri Nurhasanah 3. Hardi Lukmanul Hakim 4. Lutfi Nugraha 5. Riska Feby Setia Permana Kelas XI MM_ 1 SMK NUURUL MUTTAQIIN Cisurupan – Garut 2011 Konflik Papua Page 1
  • 2. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa atas perlindunganNya dan pertolonganNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu tentang KONFLIK SOSIAL. Oleh karena itu, makalah ini berisi tentang contoh- contoh konkret konflik social yang terjadi di Indonesia. Di sini kami mengambil topic tentang Konflik Papua. Melalui makalah ini, kami harap para pembaca dapat mengetahui Akar Pokok Permasalahan Papua serta dapat mengerti tentang Bagaimana Mencari Solusi Untuk Menyelesaikan Konflik Papua yang telah berlangsung ± ½ abad sehingga penduduk Papua dapat hidup tenang di atas Tanah Leluhur mereka. Kami sadari bahwa tentu tak ada gading yang tak retak, makalah ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini. Penyusun Konflik Papua Page 2
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 1 Daftar isi ………………………………………………………………………………… 2 BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 3 Latar Belakang ……………………………………………………………………. 3 BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………... 4 1. Penyebab konflik kekerasan sosial di Papua ……………………………….… 4 2. Sejarah Konflik Papua ……………………………………………………….. 5 3. Dampak dari konflik Papua …………………………………………….……. 6 4. Upaya Penyelesaian Konflik di Papua …………………………………..….... 7 5. Bentuk konflik di Papua …………………………………………….….……. 8 6. Argumentasi Terhadap Konflik Papua …………………………………….…. 9 BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………. 10 1. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 10 2. Saran ………………………………………………………………………… 10 Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 11 Konflik Papua Page 3
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah lama Tanah Papua menjadi tanah konflik. Selain konflik horizontal antar warga sipil, konflik vertikal yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan orang asli Papua telah mengorbankan banyak orang. Konflik ini hingga kini belum diatasi secara tuntas. Masih adanya konflik ini secara jelas diperlihatkan oleh adanya tuntutan Merdeka dan Referendum, serta terjadinya pengibaran bendera bintang kejora, dan berlangsungnya aksi pengembalian Undang-undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Konflik yang belum diselesaikan ini sangat mempengaruhi kadar relasi diantara orang asli Papua, orang Papua dengan penduduk lainnya, antara orang asli Papua dan Pemerintah RI. Di satu pihak, orang Papua dicurigai sebagai anggota atau pendukung gerakan separatis. Adanya stigma separatis membenarkan hal ini. Di pihak lain, orang Papua juga tidak mempercayai Pemerintah. Dalam suasana kecurigaan dan ketidakpercayaan satu sama lain ini, dialog konstruktif tidak pernah akan terjadi antara Pemerintah dan orang Papua. Apabila berbagai masalah yang melatarbelakangi konflik ini tidak dicarikan solusinya, maka Papua tetap menjadi tanah konflik. Korban akan terus berjatuhan. Hal ini pada gilirannya akan menghambat proses pembangunan yang dilaksanakan di Tanah Papua. Dari tengah situasi konflik inilah, para pemimpinan agama Kristen, Katolik, Islam, Hindu dan Budha Provinsi Papua melancarkan kampanye perdamaian. Kampanye ini dilakukan dengan dengan moto: Papua Tanah Damai (PTD). Dalam perkembangan selanjutnya, para pimpinan agama menjadikan Papua Tanah Damai sebagai suatu visi bersama dari masa depan Tanah Papua yang perlu diperjuangkan secara bersama oleh setiap orang yang hidup di Tanah Papua. Sekalipun diakui oleh banyak orang bahwa damai merupakan hasrat terdalam dari setiap orang, termasuk semua orang yang hidup di Tanah Papua, kenyataan memperlihatkan bahwa banyak orang belum merasa penting untuk melibatkan diri dalam upaya menciptakan perdamaian di Tanah Papua. Orang asli Papua, baik yang tinggal di kota maupun di kampung- kampung, belum terlibat secara penuh dalam kampanye perdamaian ini. Pada hal mereka sebagai pemilik negeri ini sudah semestinya memimpin-atau minimal terlibat dalam-berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian di tanah leluhurnya. Kini orang Papua bangkit dan bertekad untuk berpartisipasi secara aktif dalam upaya menciptakan perdamaian di Papua. Mereka ingin memperbaharui tanah leluhurnya menjadi tanah damai, dimana setiap orang yang hidup diatasnya menikmat suatu kehidupan yang penuh kedamaian. Konflik Papua Page 4
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 1. Penyebab konflik kekerasan sosial di Papua. Konflik kekerasan di Papua pada umumnya disebabkan adanya kondisi sosial yang timpang antara masyarakat asli Papua dengan masyarakat migran yang datang dari luar Papua, sebagai akibat dari adanya kekeliruan kebijakan pembangunan di Papua yang berlangsung lama, sebagai berikut: a. Terjadinya Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) Eksploitasi SDA telah menampilkan suatu ketidakadilan, berdasar fakta-fakta masyarakat Papua, pemegang hak adat atas SDA tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, padahal semua konsekuensi negatif pasti dipikul oleh mereka bukan oleh pengambil keputusan. SDA merupakan sumber penghidupan utama bagi mereka dengan batas-batas pemilikan, pengakuan, dan penghargaan yang jelas dan tegas di antara para pemegang hak adat. Akibatnya, masyarakat menjadi penonton dan terasing di tanahnya sendiri. Masyarakat Papua sebagai komunitas lokal tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, karena memang tidak dipersiapkan, dilatih, dan diberi kesempatan. Sebagai contoh: Kasus pengalihan hak atas tanah untuk keperluan transmigrasi telah mengurangi bahkan menghilangkan sumber-sumber ekonomi keluarga. Masyarakat kehilangan binatang buruan sebagai sumber protein, kayu untuk bangunan, kayu api, rusaknya ekosistem lokal sebagai sumber protein yang mendukung kehidupan masyarakat lokal, hilangnya sagu sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat. Eksploitasi tambang juga memberi dampak negatif yang besar buat penduduk lokal. Sebagai contoh: kasus Freeport, limbah tailing, telah mencemari sumber-sumber ekonomi seperti Moluska, sumber protein masyarakat Kamoro-Sempan di Omawita. b. Dominasi Migran di Berbagai Bidang-Bidang Kehidupan Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat Papua juga terjadi dalam bidang pemerintahan, dan proses-proses politik. Sadar atau tidak, selama pemerintahan Orde Baru, orang Papua kurang diberikan peran dalam bidang pemerintahan. Posisi-posisi utama selalu diberikan kepada orang luar dengan dalih orang Papua belum mampu. Walaupun untuk sebagian peran, dalih itu mungkin ada benarnya, tetapi pada umumnya untuk mencekal orang Papua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap orang Papua dilatarbelakangi oleh kecurigaan dan tuduhan terhadap semua orang Papua sebagai OPM. Dominasi masyarakat pendatang bukan hanya pada sektor pemerintahan saja, tetapi juga pada sektor swasta. Pada kegiatan di sektor industri manufaktur yang memanfaatkan eksploitasi sumber daya alam (SDA) sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar, seperti antara lain pabrik Plywood PT. Wapoga, Pabrik Pengalengan Ikan di Biak dan pabrik Pengalengan Ikan PT. Usaha Mina di Sorong. Sektor perbankan juga didominasi oleh pekerja dari kaum pendatang. Konflik Papua Page 5
  • 6. c. Penyeragaman Identitas Budaya dan Pemerintahan Lokal Secara singkat, pengembangan SDM justru tidak berpijak pada pengetahuan dan kearifan lokal. Menyadari ancaman terhadap eksistensi orang Papua, tokoh seperti Arnold Ap berusaha untuk menggali dan mengembangkan unsur-unsur budaya lokal. Tetapi, kelihatannya penguasa melalui aparat militer melihatnya secara sempit dan dipahami sebagai ancaman. Arnold Ap dibunuh dengan cara yang melukai hati orang Papua khususnya dan kemanusiaan pada umumnya. Dominasi dan penindasan tersebut, menjadikan identitas dan nasionalisme Papua makin mantap menopang tuntutan Papua Merdeka. d. Tindakan Represif oleh Militer Penindasan militer di tanah Papua meliputi beberapa bentuk, antara lain intimidasi, teror, penyiksaan, dan pembunuhan. Intimidasi, teror dan penyiksaan dilakukan berkenaan dengan pengambilalihan hak-hak adat masyarakat Papua atas SDA secara paksa untuk berbagai keperluan, seperti HPH, transmigrasi, pertambangan, dan industri manufaktur maupun jasa wisata. Ketika penduduk asli berusaha mempertahankan hak-haknya atas SDA mereka diintimidasi dan diteror. Penyebab lainnya adalah: Konflik Papua memiliki satu hal unik, yang membedakannya dengan konflik-konflik lokal lain di Indonesia. Keunikan ini adalah adanya nasionalisme Papua yang telah tertanam di dalam diri rakyat Papua selama puluhan tahun. Rasa nasionalisme tersebutlah yang mendorong rakyat Papua membenci adanya penjajahan terhadap mereka, baik yang dilakukan Belanda maupun Indonesia. Nasionalisme Papua yang mulai ditanamkan oleh Belanda ketika didirikan sekolah pamong praja di Holandia, tertanam serta tersosialisasikan dari generasi ke generasi. Ketika Belanda dan Indonesia bukanlah pihak yang diharapkan, rakyat Papua melihat keduanya sebagai bangsa yang hendak menguasai Papua. Pemikiran ini yang menyebabkan gerakan anti- Indonesia sangat kuat dan mudah meluas di Papua. Kebijakan represif pada masa Orde Baru tidak mampu memadamkan nasionalisme ini, namun justru memperkuatnya. 2. Sejarah Konflik Papua 1960 - 2000 1966-67: pemboman udara Pegunungan Arfak 1967: Operasi Tumpas (penghapusan operasi). 1.500 diduga tewas di Ayamaru, Teminabuan dan Inanuatan. Mei 1970: Pembantaian perempuan dan anak-anak oleh tentara Indonesia. Saksi melaporkan melihat seorang wanita memusnahkan, membedah bayinya di tempat dan pak bibi bayi-diperkosa. Jun 1971: Bapak Henk de Mari melaporkan bahwa 55 orang dari dua desa di Biak Utara dipaksa untuk menggali kuburan mereka sendiri sebelum ditembak Konflik Papua Page 6
  • 7. Mei 1978: Lima OPM (Organisasi Papua Merdeka) pemimpin menyerah untuk menyelamatkan desa mereka tertangkap masuk Mereka dipukuli sampai mati dengan batang besi panas merah dan tubuh mereka dilemparkan ke dalam lubang jamban. 125 penduduk desa maka mesin ditembak sebagai simpatisan OPM dicurigai. pertengahan 1985: 2.500 tewas di wilayah Kabupaten Paniai Danau Wissel, termasuk 115 dari desa-desa Iwandoga dan Kugapa dibantai oleh pasukan 24/6/1985, 10 orang, desa, taman makanan, dan ternak desa Epomani, Obano Sub-distrik; 15 orang, desa, dan ternak dari kabupaten desa Ikopo Monemane, dan 517 orang, 12 desa, taman makanan, dan hidup-stok Monemane. Dsb. 2000 - 2010 Pada tanggal 31 Agustus 2002: pemberontak menyerang pada sekelompok profesor dari Amerika Serikat. 3 tewas dan 12 lainnya luka-luka. Polisi menuduh OPM bertanggung jawab. Pada tanggal 1 Desember 2003: Sekelompok 500 orang mengibarkan bendera separatis, beberapa tindakan lain telah terjadi 42 orang ditangkap. Pada tanggal 9 April 2009: Sebuah serangan bom di Jayapura menewaskan 5 orang dan beberapa orang terluka. Sementara itu, sekitar 500 militan menyerang sebuah pos polisi dengan busur dan anak panah dan bom bensin.. Polisi bereaksi dan membunuh seseorang. Pada 24 Januari 2010: Pemberontak menyergap sebuah konvoi penambang PT Freeport McMoran. Sembilan orang terluka, OPM menyangkal Tanggung Jawab. 3. Dampak dari konflik Papua Di Papua, masalah separatisme akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan. Bila situasi keamanan terus memburuk, banyak pengamat yang memperkirakan Papua bakal lepas dari NKRI. Tanda-tanda Papua akan segera lepas dari NKRI sudah sangat jelas. Mereka saat ini ditengarai sudah memiliki sponsor yang siap mendukung kemerdekaan wilayah di timur Indonesia ini, bahkan Papua saat ini sudah sangat siap untuk lepas dari Indonesia. Maraknya aksi penembakan dan penghadangan oleh kelompok separatis Papua telah meresahkan masyarakat Papua. Sasaran tembak kini tidak hanya kepada aparat TNI dan Polisi, namun masyarakat umum serta karyawan Freeport kini dijadikan target. Sehingga tak mengherankan bila hampir tiap hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua. Penyebab separatisme Papua yang lain adalah tidak meratanya distribusi sumber daya ekonomi, sehingga meskipun Papua memiliki kekayaan yang luarbiasa, rakyatnya tetap miskin. Tambang tembaga raksasa Freeport adalah sebuah contoh bagaimana kapitalisme mengeksploitasi sumber daya lokal dengan sepuas-puasnya. Potensi konflik antar agama di Papua tinggi karena konflik yang bertikai menganggap dirinya sebagai korban. Warga Papua asli merasa terancam dengan mengalir masuknya pendatang baru yang mengatasnamakan agama baru, dimana dalam jangka panjang mereka akan menghadapi diskriminasi atau bahkan pengusiran. Konflik Papua Page 7
  • 8. Meskipun ada keretakan dan perpecahan yang signifikan di kedua belah pihak masyarakat, terutama mengenai nasionalisme yang bersaing perkembangan di Manokwari dan Kaimana mungkin menjadi pertanda lebih banyak bentrokan yang akan terjadi. Perubahan dalam demografi adalah bagian dari persoalan, tapi bahkan kalau besok para pendatang dari luar Papua disetop datang, polarisasi antar agama mungkin akan terus berlanjut karena perkembangan lain. Warga Papua sangat menyadari terjadinya penyerangan-penyerangan terhadap tempat-tempat ibadah di daerah lain di Indonesia dan melihat Indonesia secara keseluruhan bergerak menuju dukungan yang lebih banyak kepada ajaran agama. 4. Upaya Penyelesaian Konflik di Papua Hasil eksplorasi terdapat 2 kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia, yaitu: a) Pendekatan Kekerasan Pendekatan kekerasan dilakukan dengan menggunakan kekuatan senjata atau sering dikenal dengan istilah pendekatan keamanan dilakukan oleh militer atau ABRI untuk menumpas setiap bentuk perlawanan masyarakat yang dianggap sebagai pemberontakan OPM di Papua yang dimulai sejak awal pemberontakan tahun 1970 sampai sekitar tahun 1996. Kegiatan itu dilakukan dengan menetapkan sebagian kawasan Papua, terutama di daerah perbatasan dengan Negara Papua New Guinea, sebagai Daerah Operasi Militer (DOM). b) Pendekatan Non kekerasan Sejak Papua masuk dalam wilayah Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963, maka kegiatan utama yang menjadi tugas pokok dari semua petugas Indonesia Papua menggantikan posisi petugas Belanda adalah “meng-Indonesiakan” orang-orang Papua. Aktivitas ini dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti lembaga pendidikan dan lembaga penerangan. Tema yang digunakan adalah menyatakan bahwa Indonesia, termasuk Papua dijajah oleh Belanda selama lebih dari 350 tahun. Masa penjajahan itu membuat rakyat Papua seperti halnya rakyat Indonesia lainnya, miskin, tertindas, dan melarat. Akan tetapi dalam kenyataannya kedua kebijakan pemerintah dalam upaya menyelesaikan konflik kekerasan yang terjadi di Papua tersebut berjalan tidak efektif atau tidak berhasil. Untuk itu ada beberapa-beberapa hal yang seyogiyanya dilakukan oleh pemerintah: 1. Hindari untuk mendukung kegiatan-kegiatan berbasis agama yang jelas-jelas memiliki agenda politik, sehingga tidak memperburuk persoalan yang sudah ada, dan menginstruksikan TNI dan Polri untuk memastikan bahwa para personil yang bertugas di Papua tidak dilihat berpihak kepada salah satu pihak. 2. Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan baru untuk menangani ketegangan antar agama di tingkat akar rumput, lebih dari sekedar kampanye dialog antar agama diantara para elit yang seringkali tidak efektif. 3. Memastikan bahwa pendanaan atau sumbangan keuangan pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan agama dilakukan secara transparan dan diaudit secara independen, Konflik Papua Page 8
  • 9. dimana informasi mengenai jumlah dan para penerima dana bisa dilihat dengan mudah di situs-situs atau di dokumen publik. 4. Menghindari mendanai kelompok-kelompok yang menyerukan eksklusivitas atau permusuhan terhadap agama lain. 5. Memastikan debat publik mengenai persentase lapangan kerja bagi warga asli Papua dan dan dampak lebih jauh dari imigrasi penduduk dari luar Papua ke Papua sebelum menyetujui pembagian daerah administratif lebih lanjut. 6. Menolak peraturan daerah yang diskriminatif dan menghapus kebijakan-kebijakan yang memarjinalisasikan orang papua. 7. Ketujuh, Pemerintah harus memenuhi dan menjamin terpenuhinya hak-hak dasar orang papua seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraaan dan pelayanan publik. 8. Pemerintah memfasilitasi dialog antar ummat beragama bersama rakyat Papua agar terciptanya saling percaya antara Pemerintah Pusat dan Warga Papua. Kesembilan, Pemerintah harus mengakui secara jujur bahwa selama ini bertindak dengan salah dalam mengatasi konflik yang ada di Papua demi terciptanya rekonsiliasi. Secara teoritis, dikenal 3 sarana upaya penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Konsiliasi, umumnya dilakukan melalui lembaga legislatif atau parlemen yang bermaksud memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat konflik untuk berdiskusi atau memperdebatkan secara terbuka masalah yang terjadi dalam konteks mencapai kesepakatan atau kompromi bersama. Kedua, Mediasi mengajak atau mendorong kepada para pihak yang terlibat untuk kesepakatan melalui nasihat dari pihak ketiga yang disetujui. serta Ketiga, Arbitran, para pihak yang terlibat bersepakat untuk mendapatkan menunjuk wasit penilai untuk memberikan keputusan yang bersifat legal sebagai jalan keluar dari konflik. Jika dilihat dari aspek substansi, terdapat 4 cara atau pendekatan yang sering ditempuh oleh para pihak dalam proses penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Penghindaran, yaitu penyelesaian yang diharapkan timbul dengan sendirinya. Kedua, Kekuasaan. yaitu penyelesaian melalui cara paksa atau dengan penggunaan kekuatan bersenjata oleh institusi militer. Ketiga, Hukum, yaitu penyelesaian konflik melalui proses arbritase, pencarian fakta yang mengikat, proses legislasi, dan pembuatan kebijakan pejabat publik, serta Keempat, kesepakatan, yaitu penyelesaian oleh para pihak melalui proses negosiasi, mediasi, dan konsiliasi. 5. Bentuk konflik di Papua 1. Konflik kelas social, karena konflik yang terjadi di Papua salah satunya terjadi akibat adanya kesenjangan social dan budaya yang ada di masyarakat Papua 2. Konflik Rasial. Paling banyak penyebab konflik di Papua adalah karena terjadinya salah paham atau penghasutan antar suku yang ada di daerah Papua 3. Konflik politik, konflik Papua salah satunya terjadi karena menyangkut dengan diskriminasi atau penggolongan-penggolongan antara rakyat biasa yang ada di Papua dengan imigran-imigran serta pejabat-pejabat pemerintah dan juga kaum elit politik. Konflik Papua Page 9
  • 10. 6. Argumentasi Terhadap Konflik Papua Dari semua referensi dan catatan-catatan tentang masalah-masalah konflik yang terjadi di Tanah Papua dahulu hingga sekarang ini, kami dapat memahami latar belakang serta faktor penyebab terjadinya berbagai konflik kekerasan di tanah Papua. Umumnya kekerasan di Papua terkait dengan konflik antar warga dengan suku, separatisme, dan kriminalitas. Proses dan hasil pembangunan di Papua selama otonomi khusus belum dirasakan sepenuhnya oleh orang asli Papua, terutama di wilayah pedalaman. Sebagian besar masih berada di bawah garis kemiskinan dan terpinggirkan. Bahkan kondisi pembangunan Papua masih kalah jauh dengan kota-kota kelas dua di wilayah Pulau Jawa.Warga Papua merasa tidak dihargai dan diabaikan. Selain itu, minimnya sarana dan prasarana publik di daerah-daerah di Papua dan Papua Barat, kelaparan dan kondisi kurang gizi di daerah-daerah di Papua, serta rendahnya tingkat pendidikan di wilayah Indonesia bagian timur itu merupakan faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan konflik. Tetapi di sisi lain penyebab konflik di Papua, OPM dan sejenisnya adalah sebagai salah satu penyebab konflik tsb. Tujuan mereka dalah menimbulkan kesan bagi pemerintah pusat dan daerah serta pihak internasional bahwa Papua selalu tidak aman karena adanya OPM, ini jelas-jelas bertujuan menggagalkan ide dan keinginan luhur orang asli Papua untuk berdialog atau berdiskusi dengan pemerintah Indonesia dalam waktu dekat. Selain itu, banyaknya peristiwa kekrasan dan konflik yang ada di Papua menandakan bahwa institusi kepolisian yang ada di Tanah Papua beserta jajaran Polres-nya di seluruh tanah papua seringkali tidak mampu mengungkapkan kasus-kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di Papua tersebut. Di tambah lagi polisi di daerah ini susah sekali mendapatkan barang bukti yang bisa menjadi petunjuk penting dalam mengungkapkan sebab dan siapa pelaku dari setiap kasus tersebut. Selama kesenjangan itu terjadi, maka akan semakin banyak konflik yang akan tetap membakar masyarakat di Papua. Apapun kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak akan benar-benar memadamkan konflik yang terjadi. Justru sebaliknya, menurut kami masyarakat akan menilai kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut adalah sebagai akal-akalan mereka saja. Untuk itu, kami harap sebaiknya hal ini mendorong pemerintah maupun pihak-pihak yang terkait lainnya untuk mengupayakan solusi yang komprehensif dengan melakukan pembangunan secara intensif dan berkesinambungan di tanah Papua tersebut, kondisi ini bisa dijaga oleh pemerintah setempat dan pemangku kepentingan dengan cara bersinergi atau berkomunikasi dengan cukup baik. Dengan cara seperti itu kami yakin sedikit demi sedikit konflik yang ada di bumi cendrawasih tersebut akan memudar, bahkan mungkin masyarakat akan merasakan kmakmuran perhatian dari pemerintah terhadap tempat tinggalnya. Kami harap pemerintah dapat melaksanakan atau merealisasikan apa yang menjadi angan- angan dari kita semua khusunya kami, mengenai konflik yang terus menerus terjadi di Papua. Konflik Papua Page 10
  • 11. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelesaian konflik sangatlah besar peranannya sehingga perlu adanya pembatasan yang jelas dalam penyelesaian konflik tersebut. Yang perlu dicermati adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang sangat besar sehingga perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga konflik yang terjadi di papua dapat diselesaikan sacara baik tanpa menggunakan kekerasan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Berbagai konflik horizontal yang terjadi maupun konflik politik vertikal yang dimanifestasikan dengan tuntutan Papua merdeka sebagai reaksi atas pelaksanaan PEPERA yang tidak demokratis maupun atas dominasi pusat pada daerah, dalam kurun waktu lama dilakukan melalui kebijakan dalam mengelola konflik yang represif dan kontra produktif, yaitu dengan cara mengirim pasukan militer dan merekayasa para tokoh atau elit masyarakat untuk berdamai secara seremonial. 2. Saran Konflik yang terjadi di papua hanya sebagian kecil saja yang terjadi di negeri ini maka dari pada itu di harapkan kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus fleksibel dalam mengeluarkan kebijakan jangan hanya berpihak ke salah satu daerah saja karena akan menimbulkan kecemburuan sosial tiap daerah sehingga mengakibatkan konflik yang berkepanjangan. Konflik Papua Page 11
  • 12. Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Papua http://centraldemokrasi.com/info-regional/15092011/konflik-di-papua-dilatarbelakangi-politik/ http://pekeimbiijeffry.wordpress.com/2011/08/09/papua-masih-membara/ http://vogelkoppapua.org/?page=news.detail&id=415 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=154749 http://iposnews.com/index.php?view=article&catid=42%3Anasional&id=1580%3Aikrar- denganpapuamainkandiplomasicantik&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content http://www.interseksi.org/blog/files/konflik_maluku.php http://ami23.wordpress.com/2011/01/21/solusi-dari-konflik-sosial-yang-terjadi-papua/ http://www.imparsial.org/id/2010/executive-summary-penelitian-papua-tahun-2011-kebijakan- keamanan-militer-di-papua-dan-implikasinya-terhadap-ham.html Konflik Papua Page 12