SlideShare a Scribd company logo
IDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR
IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR
Sri Utami" Bambang Sumiarto2
'Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar
2Bagian Kesmavet, Fakultas Kedokteran Rewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: pbb@ugm.ac.id
ABSTRACT
A Study on the identification of rabies virus in stray dogs was conducted in Makassar. The aims of this study
were to identify rabies virus in stray dogs in Makassar. A total of 32 brain samples of stray dogs tested for rabies
virus using Fluorescent antibody technique (FAT). The data of rabies virus identification from brain samples
were analyzed descriptively. The results of the brain samples showed that 32 samples were rabies negative. Brain
samples of stray dogs without clinical symptoms of rabies and the ones from slaughtered dog, are not good
sample identification of rabies in a region.
Keywords: stray dog, FAT,rabies virus
ABSTRAK
Telah dilakukan identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentitikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Sebanyak 32 sampel otak anjing liar diujiuntuk
identifikasivirus rabiesdengan metodeFluorescent antibody technique (FAT).Data identifikasi virusrabiesdari
sampel otak dianalisis secara deskriptif. Hasil pengujian sampel otak anjing liar menunjukkan sebanyak 32
sampelnegatifrabies. Sampel otak dari anjing liaryang ditangkaptanpa gejala klinis rabies dan sampelotak dari
tempat pemotongananjing bukan merupakan sampelyang baikuntuk identifikasi rabies pada suatuwilayah.
Kata kunci: anjing liar, FAT, virus rabies
PENDARULUAN
Rabies ataupenyakit anjing gila adalah penyakit
zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh
virus kelompok negatif sense single-stranded RNA,
golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae,
genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World
Health Organization (WHO), rabies menduduki
peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan
(MattosdanRupprecht, 2001).
Rabies menyerang susunan syaraf pusat,
disebabkan oleh virus rabies yang dapat menyerang
semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit
ini sangat ditakuti dan.q1engganggu ~etentramaq
hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis
penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri
dengankematian (Anonimous, 2008).
Sampai saat ini rabies telah menyebar hampir di
seluruh kepulauan di Indonesia, kecuali provinsi
. NTB, provinsi NTT (kecuali pulau Flores dan pulau
Lembata), Maluku dan Maluku Utara (kecuali
Ternate dan Ambon), provinsi Irian Jaya Barat,
69
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
Papua, provinsi DKI Jakarta, provinsi Jawa Timur,
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, provinsi
Jawa Tengah, dan sebagian pulau-pulau di sekitar
Sumatera. Sepanjangtahun 2008- 2010 telah terjadi
kasus rabies di daerah bebas seperti pulau Bali,
kabupaten Garut, kabupaten Tasikmalaya,
kabupaten Cianjur, kab';1paten/kota Sukabumi,
kabupaten Lebak di provinsi Banten, dan kota
GunungsitolaidipulauNias (Anonimous, 2010).
Tiga belas kabupaten/kota dari 23
kabupaten/kota di Sulawesi Selatan pernah
dilaporkan terjadi kasus rabies, dengan rata-rata
kasus tertinggiper tahunberurutan adalahkabupaten
Tana Toraja, kabupaten Maros, kota Makassar, dan
kabupaten Pangkep (Anonimus, 2005). Kota
Makassar memiliki wilayah strategis sebagai
ibukota propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan
pintu gerbang pusat perdagangan, pariwisata, lalu
lintas hewan dan produknya di kawasan Indonesia
Timur. Kota Makassar berpotensi menyebarkan
penyakit ke daerah lain jika penanggulangan rabies
tidakdilakukan sebaik-baiknya (Maroef, 1989).
Pemberantasan rabies di suatu daerah
tergantung reservoir utama dan jenis hewan rentan
(Beran dan Steele, 1994). Sebagian besar negara
berkembang diAsia,Afrika, danAmerika Latin 99 %
reservOir utama kasus rabies pada hewan dan
manUSla adalah anjing (Anonimous, 1992).
Identifikasi virus rabies pada anjing-anjing liar yang
tidak jelas pemiliknya perlu dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan penyebaran virus rabies,
terbukti di kota Makassar setiap tahUlmyaterdapat
laporangigitananjingdan positif rabies.
Identifikasi virus rabies pada otak anjing liar
dinyatakan positifjika ditemukan badan negri (negri
bodies). Hewan yang mati karena rabies 75 - 90 %
70
kemungkinan dapat ditemukan badan negri pada
hipokampus. Badan negri pada stadium awal infeksi
penyakit kemungkinan tidak ditemukan atau
jumlahnya belum banyak sehingga tidak terdeteksi
sewaktupemeriksaan dibawah mikroskop.
. Metode fluorescent antibody technique (FAT)
umum digunakan dalam diagnosis virus rabies.
Prinsip pengujian FAT adalah mengidentifikasi
protein virus rabies pada jaringan hewan terinfeksi.
Otak merupakan jaringan paling ideal untuk uji
antigen rabies karena virus rabies dapat ditemukan
pada jaringan syaraf. Antigen virus rabies akan
bereaksi dengan antibodi yang telah dilabel dengan
fluorescein isothiocyanate (FITC). Jika antibodi
yang dilabel ini diinkubasi dengan jaringan otak
hewan tersangka rabies, maka akan terjadi ikatan
dengan antigen/virus. Ikatan ini akan terlihat pada
mikroskop fluorescent warna hijau (jIuorescent-
apple-green ).
MATERI DAN METODE
Jumlah sampel otak anjing liar yang diambil
menggunakan rumus sampling untuk mendeteksi
penyakit (Martin dkk, 1987). Tingkat konfidensi 95
%, populasi anjing liar kota Makassar 4.331 ekor,
dan prevalensi rabies kota Makassar 54,5 %
(Anonimous, 2005)digurfakarr untuk sampling
sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 32
ekor.
Untuk identifikasi virus rabiespada anjing liardi
kota Makassar, sampel otak diambil dari anjing liar
dengan cara euthanasi dengan preparat strichnine
dan sebagian lagi sampel otak diambil dari tiga
tempat pemotongan anjing, yakni rumah makan
"Toraja", rumah makan "Buntu Torpedo", dan
Sri Utami, Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar
JT
W
rumah makan "RW". Sebanyak 32 sampel otak
anjing digunakan untuk identifikasi vims rabies.
Sebanyak 16 sampel otak dari anjing liar dan 16
sampel dari tempat pemotongan anjing yang
sebagian besar (11 sampel) anjingnya diperoleh dari
tangkapananjing liar.
Pereaksi yang digunakan untuk uji FAT yakni
PBS pH 7,4, acetone dingin, larutan evans blue
I:2000, buffer gliserin 50 % (mounting media),
konjugat rabies (Biorad), dan jaringan otak kontrol
positif/negatif. Identifikasi virus rabies pada anjing
liar dilakukan dengan uji FAT di Laboratorium
Virologi dan Serologi, Balai Besar Veteriner
(BBVet)Maros.
Sampel otak yang diperoleh kemudian dibuat
preparat tekan. Pertama, dibuat lingkaran pada
obyek gelas. Bagian otak hipokampus kemudian
dipotong dan diletakkan pada paper towel lalu
ditekan pada lingkaran yang telah dibuat. Preparat
kontrol positif dan negatif dibuat dengan cara yang
sarna dan dikering anginkan. Preparat difiksasi
dalam acetone dingin pada suhu -20°C selama 30
menit. Preparat diwarnai dengan meneteskan 0,I ml
larutankonjugatrabies yang sudah dicampur dengan
lamtan evans blue I %. Selanjutnya, preparat
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C.
Preparat kemudian dicuci dan direndam dengan PBS
selama 5 menit sebanyak dua kali. Preparat ditetesi
dengan buffer gliserin 50%, ditutup dengan cover
gelas,dandiperiksa dibawah mikroskop FAT.
Sampel otak dinyatakan positif rabies jika
lingkaran pada preparat yang ditetesi konjugat dan
evans blue berwarna hijau kuning (fluorescent).
Badan negri berfluorescent terlihat berbentuk bulat
atau lonjong sampai irreguler dengan ukuran antara
0,24-27 !lm. Hasil pengujian FAT sampel otak
I.
dianalisissecara deskriptif.
Identifikasi virus rabies dari sampel otak yang
dikirim ke laboratorium BBVet maros berdasarkan
adanya laporan gigitan pada manusia oleh anjing liar
dan tidak jelas status kepemilikannya digunakan
sebagai pembanding dengan identifikasivims rabies
pada anjing liar yang ditangkangkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota
Makassar dimaksudkan untuk mengetahui
keberadaan virus rabies di lapangan. Selamaperiode
penelitian tidak terjadi kasus gigitan yang
dilaporkan kepada Dinas Peternakan kota Makassar
maupunBBVetMaros.
Hasil pengujian sampel otak anjing dengan
pewarnaan Seller's dan FATmenuiijukkan sebanyak
32 sampel negatif rabies, tidak didapatkan badan
negri di hipokampusnya. Hal ini kemungkinan
karena pada saat anjing liar diambil sampel otaknya
dalam keadaan tidak terinfeksi virusrabies. Menumt
Tierkel (1975) hewan yang mati karena rabies
terdapat 75 - 90 % kemungkinan dapat
ditemukannya badan negri. Badan. negri mudah
diamati pada neuron besar di hipokampus, walaupun
di lokasi jaringan lainnya misalnya mesensefalon,
otak kecil, dan ganglia juga dapat dite~ukan.badan
negrI.
Anjing-anjing liar dan anjing dari tempat
pemotongan sebagai sampel tidak menunjukkan
gejala klinis rabies atau tanda-tanda pascagigitan
atau cakaran anjing terinfeksi rabies. MenurutBeran
(1981), anjing yang pernah digigit dan dicakar oleh
anjing penderita rabies kemungkinan dapat tertular
rabies. Derajat kerentanan terhadap rabies pada
71
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
anjingjuga mempengamhi terjadinya infeksi. Umur
anjingjuga mempengamhi kerentanan infeksi rabies
di manaanjingmuda lebihrentan daripada anjing tua
(Kitaladkk.,2001).
Hasil identifikasi vims rabies pada anjing liar
adalah negatif (0 %, 0/32). HasH ini tidak
menggambarkan kondisi .kota Makassar sebagai
daerah endemis rabies. Data BBVet Maros
digunakan sebagai pembanding untuk
menggambarkan prevatensi rabies pada anjing liar
berdasarkan sampel otak yang masuk di Makassar.
Sampel otak yang dikirim ke laboratorium
berdasarkan adanya laporan gigitan pada manusia
oleh anjing liar dan tidak jelas status kepe-
milikannya. Proporsi positif rabies anjing di kota
Makassar berdasarkan data sekunder sampel otak
yang masuk dan diuji di BBVet Maras tahun 2005
sampaidengan 2008 dapatdilihatpada Tabel1.
r
. ( (
"
Tabell. Proporsi positif rabies anjing di kota Makassar berdasarkan sampel otak yang masuk di BBVet
Maros tahun 2005 - 2008
No Kecamatan Sampel yang diperiksa dan proporsi positifrabies
2005 2006 2007 2008
55 % 100 % 100 % 67 % (2/3)
(6/11) (2/2) (5/5) 100 % (111)
0%(011) 50% 0%(0/0) 100%(111)
100 % (1/2) 0 % (0/0) 0 % (0/0)
(111) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0 % (0/0)
0%(0/1) 0 % (0/0) 100 % 0"% (0/0)
0%(0/0) 0 % (0/0) (1/1)
o % (0/0) 0 % (0/1) 0 % (0/0)
50 % 60 % 100 % 80 % (4/5)
(7/14) (3/5) (6/6)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biringkanaya
Manggala
Panakkukang
Tamalate
Rappocini
Tamalanrea
Rata-rata
Sumber : BBVetMaros
Enam dari 13 kecamatan (46 %) di kota
Makassar dilaporkan terdapat kasus rabies.
Prevalensi rabies dari kasus gigitan anjing tahun
2005, 2006, 2007, dan 2008 di enam kecamatan
bertumt-tumt sebesar 50 %, 60 %, 100%, dan 80 %.
Kecamatan dengan kasus tertinggi setiap tahunnya
adalah kecamatan Biringkanaya (55 %, 100 %, 100
%, dan67 %)yang lokasinya dipinggiran kota (rural
area).
Kecamatan Panakkukang tahun 2005 dan 2008
terdapat kasus positif rabies dengan prevalensi
masing-masing 100 %, sedangkan kecamatan
Rappocini juga pernah dilaporkan kasus positif
rabies dengan prevalensi 100 % pada tahun 2007.
72
Kecamatan Manggala dilaporkan terjadi kasus
rabies pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar
50% dan 100 % pada tahun 2008. Laporan adanya
kasus gigitan tetapi negatif rabies di kecamatan
Tamalate tahun 2005 dan 2006. Melihat kejadian
rabies tersebut menip~rlihatkan bahwa '.' koHl
Makassar adalah daerah endemik rabies dengan
prevalensi rabies cukup tinggi. Perhatian
pemerintah, lembaga swasta, dan perseorangan
dalam pemberantasan rabies di Makassar perlu
ditingkatkan untuk memberikan ketentraman batin
masyarakat.
Prinsip dasar program pemberantasan dan
penanggulangan rabies di daerah yaitu vaksinasi
...
Sri Utami. Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar
hewan pembawa rabies (HPR) di daerah endemis,
surveilans, eliminasi HPR liar dan tidak jelas status
vaksinasinya, karantina dan pengawasan lalu lintas
HPR, serta penyuluhan peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya rabies (Anonimous,
2001). Keterbatasan vaksin di daerah yang
disediakan pemerintah perlu ditingkatkan dengan
partisipasi masyarakat agar mau memvaksin hewan
kesayangannya dengan cara swadana. Rendahnya
cakupan vaksinasi rabies anjing bertuan di kota
Makassar 21 % (Utami dkk, 2008), rendahnya
tingkat kekebalan protektif (titer antibodi 0,5
IU/ml) anjing bertuan 12,2 % (Utami dkk, 2010 in
press), dan adanya laporan kasus rabies tiap tahun
mengindikasikan bahwa kota Makassar scbagai
daerah endemis merupakan ancaman terjadinya
wabah rabies pada hewan dan manusia ke wilayah
sekitarnya.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat
perbedaan antara hasil negatif rabies di kota
Makassar darisampel anjing liar yang ditangkap dan
hasil positif dari sampel kiriman kasus gigitan yang
diperoleh dari pemeriksaan BBVetMaros. Temuan
ini mengindikasikan bahwa sampel otak dari anjing
liar yang ditangkap tanpa gejala rabies dan tempat
pemotongan anjing bukan merupakan sampel yang
baik untuk identifikasi rabies pada suatu wilayah.
Anjing-anjing liar sebagaisampel pada penelitian ini
tidak menunjukkan gejala klinis rabies atau tanda-
tanda pasca-gigitan atau cakaran anjing terinfeksi
rabies. Hal ini disebabkan karena kendala di
lapangan dan kesulitan mendapatkan anjing-anjing
yang menunjukkan gejala klinis rabies. Menurut
Beran (1981), anjing yang pernah digigit, dicakar
anjing terinfeksi rabies terdapat kemungkinan
tertular rabies karena virus rabies di alam memiliki
masa inkubasi lebih singkat hanya 10 hari. Hasil
penelitian juga mengindikasikan bahwa perlu
penelitian lebih lanjut tentang metode identifikasi
keberadaan virus rabies pada anjing-anjing liar di
kota Makassar. Metode pengujian perlu dilanjutkan
hingga tahapidentifikasi molekuler dan isolasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Badan Pengembangan
SDM dan Badan Karantina Pertanian, Kementrian
Pertanian atas pemberian beasiswa dan dana
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1992. Expert Committee on Rabies.
VIII Report WHOTechnicalReport Series824.
. 200 I. Strategies for the control and
elimination of rabies in Asia. Report of WHO
interregional consultation Geneva Switzerland:
1-19. .
. 2005. Laporan tahunan Kasus
Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Balai Besar
VeterinerMaros.
. 2008. Penyakit Anjing Gila. Dinas
Peternakan dan Perikanan ProvinsiDK!Jakarta.
. 2010. Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian No.360/kpts/HK.
060/L/05/20 IO..P,edorrulO Pelaksanaar
Pemantauan Daerah Sebar PenyakifAnjing Gila
(Rabies) di Wilayah Pemantauan Karantina
Pertanian. Badan Karantina Pertanian,
Departemen Pertanian.
Beran G.W. 1981. "Rabies" . Dalam CRC Handbook
series in zoonosis. CRC Press, Inc. Boca Raton,
Florida, USA.
Beran, G.W., Steele, J.H. 1994. Rabies and
infections by rabies related virus. In: Beran,
73
J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Tit. 20/0
G.W. Handbook of Zoonoses section B, 2 ed..
CRC Press Inc., Boca Raton, Ann Arbor, 307-
357.
Kitala, P., McDermott, J., Kyule, M., Gathuma J.,
Perry, B., Wandeler,A. 2001. Dog ecology and
demography information to support the
planning of rabies control in Machakos District,
Kenya.ActaTropica 78: 217-230.
Maroef, S. 1989. Kepadatan PopulasiAnjing sebagai
Sumber Penularan Rabies di DK! Jakarta,
Bekasi, dan Kerawang. Buletin Penelitian
Kesehatan. 17 (1): 44-48
Martin, S.w., Meek, A.H., Willeberg, P. 1987.
VeterinaryEpidemiology, Iowa state University
Press,Ames, Iowa, USA: 36,;-37.
74
Mattos, c.A., Rupprecl1t,A. 2001. Rhabdoviruses.
In: Fieldsvirology, 1245-1277.
Priangle, c.R. 1991. The order Mononegavirales,
Archives ofvirology 117:137-140.
Tierkel, E.S. 1975. Canine Rabies. In: Baer, G.M
(ed.), The Natural History of Rabies. Vol. II.
Academic PressNew York: 123-136
Utami, S., Sumiarto, B., Susetya, H. 2008. Status
VaksinasiRabies padaAnjingdi kota Makassar.
: Jurnal Sain Veteriner, Vol. 26 No.2: 66 - 72.
Utami, S., Sumiarto, B. 2010. Tingkat dan Faktor
Risiko Kekebalan Protektif terhadap Rabies
padaAnjing dikota Makassar(In press).
"

More Related Content

What's hot

Penyakit rabies
Penyakit rabiesPenyakit rabies
Penyakit rabies
Paranody
 
Serologi fk 15
Serologi fk 15Serologi fk 15
Serologi fk 15
Jusak Nugraha
 
Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7
andreei
 
Vaksin n sera
Vaksin n seraVaksin n sera
Vaksin n sera
Rhiza Amalia
 
Leptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjingLeptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjing
ulfa ulfa
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
tristyanto
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
fikri asyura
 
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukIdentifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukSiti Aisyah
 
Penyakit rabies
Penyakit rabiesPenyakit rabies
Penyakit rabiesAchmad Nur
 
Epidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menularEpidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menular
Febby Wadoe
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
fikri asyura
 
Malaria
MalariaMalaria
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
Ainur
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropis
Kindal
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanAbd Wahid
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Tata Naipospos
 
Leptospirosis
Leptospirosis Leptospirosis
Leptospirosis
BintariFajarKurniani
 

What's hot (20)

Penyakit rabies
Penyakit rabiesPenyakit rabies
Penyakit rabies
 
Serologi fk 15
Serologi fk 15Serologi fk 15
Serologi fk 15
 
Tpibaru7
Tpibaru7Tpibaru7
Tpibaru7
 
Vaksin n sera
Vaksin n seraVaksin n sera
Vaksin n sera
 
Leptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjingLeptospirosis pada anjing
Leptospirosis pada anjing
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamukIdentifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
Identifikasi hitung-kepadatan-nyamuk
 
Penyakit rabies
Penyakit rabiesPenyakit rabies
Penyakit rabies
 
Jin3
Jin3Jin3
Jin3
 
Epidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menularEpidemiologi penyakit-menular
Epidemiologi penyakit-menular
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 
Malaria
MalariaMalaria
Malaria
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropis
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawan
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
Kewaspadaan Terhadap African Swine Fever - Ditkeswan - Presentasi Zoom, 20 Me...
 
Leptospirosis
Leptospirosis Leptospirosis
Leptospirosis
 
Rkk11
Rkk11Rkk11
Rkk11
 

Similar to makalah kedokteran hewan tentang jurnal-jurnal.

RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
AnggaPutraPerdana
 
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinakKhoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
khoirilliana12
 
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERNANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
risyanti ALENTA
 
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular RabiesPedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
MosesWingky
 
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdfBUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
AvinoMulanaFikri1
 
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
UNESA
 
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptxslide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
DimasMaulana84
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
IndahSariRumapea
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Tata Naipospos
 
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Tata Naipospos
 
10 KAK RABIES.docx
10 KAK RABIES.docx10 KAK RABIES.docx
10 KAK RABIES.docx
holipah2
 
penyakit flu burung
penyakit flu burung penyakit flu burung
penyakit flu burung
mertayasa
 
Power Point Biologi Bab Virus
Power Point Biologi Bab VirusPower Point Biologi Bab Virus
Power Point Biologi Bab Virus
Nafisatul Layli
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tata Naipospos
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
Rhiza Amalia
 
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananyaAbses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
ThompsonCat1
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Tata Naipospos
 
Rabies
RabiesRabies
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Tata Naipospos
 
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Tata Naipospos
 

Similar to makalah kedokteran hewan tentang jurnal-jurnal. (20)

RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
 
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinakKhoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
Khoiriil mikvir rabies dan cacar jinak
 
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERNANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERN
 
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular RabiesPedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
Pedoman dalam penanganan Gigitan Hewan Penular Rabies
 
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdfBUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
BUKU SAKU RABIES MODUL TROPIS.pdf
 
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)
 
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptxslide cacar monyet kelompok 2.pptx
slide cacar monyet kelompok 2.pptx
 
IW RABIES.pdf
IW RABIES.pdfIW RABIES.pdf
IW RABIES.pdf
 
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...
 
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
Manajemen Kedaruratan PMK - MEAT & LIVESTOCK AUSTRALIA (MLA) - 2 Juni 2022
 
10 KAK RABIES.docx
10 KAK RABIES.docx10 KAK RABIES.docx
10 KAK RABIES.docx
 
penyakit flu burung
penyakit flu burung penyakit flu burung
penyakit flu burung
 
Power Point Biologi Bab Virus
Power Point Biologi Bab VirusPower Point Biologi Bab Virus
Power Point Biologi Bab Virus
 
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
Tantangan Peternakan dan Strategi Pengendalian Pasca Masuknya LSD - BVet Meda...
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananyaAbses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
Abses Cerebri pada Pediatrik dan tatalaksananya
 
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
Respon Laporan Surveilans PMK 2021 dan Potensi Ancaman PMK Bagi Indonesia - P...
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
Kesiapsiagaan Penyakit Mulut dan Kuku - Rapat Koordinasi Balai Besar Veterine...
 

Recently uploaded

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan JiwaSejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
BayuEkaKurniawan1
 
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptxketerampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
pkmcinagara
 
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
haniekusuma
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdfPencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
PramitaHertasning
 
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
hendityas
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptxAsuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
hosnuinayati1
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docxASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
zalfazulfa174
 
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptxPENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
Hamzi Hadi
 
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
ImanChimonxNurjaman
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIFPENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
FredyMaringga1
 

Recently uploaded (17)

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan JiwaSejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
 
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptxketerampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
 
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdfPencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Dengan Penerapan Bundles Hais.pdf
 
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
Tatalaksana Infeksi Menular Seksual (IMS)
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptxAsuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docxASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
 
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptxPENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
 
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIFPENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
 

makalah kedokteran hewan tentang jurnal-jurnal.

  • 1. IDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR Sri Utami" Bambang Sumiarto2 'Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar 2Bagian Kesmavet, Fakultas Kedokteran Rewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: pbb@ugm.ac.id ABSTRACT A Study on the identification of rabies virus in stray dogs was conducted in Makassar. The aims of this study were to identify rabies virus in stray dogs in Makassar. A total of 32 brain samples of stray dogs tested for rabies virus using Fluorescent antibody technique (FAT). The data of rabies virus identification from brain samples were analyzed descriptively. The results of the brain samples showed that 32 samples were rabies negative. Brain samples of stray dogs without clinical symptoms of rabies and the ones from slaughtered dog, are not good sample identification of rabies in a region. Keywords: stray dog, FAT,rabies virus ABSTRAK Telah dilakukan identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah mengidentitikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Sebanyak 32 sampel otak anjing liar diujiuntuk identifikasivirus rabiesdengan metodeFluorescent antibody technique (FAT).Data identifikasi virusrabiesdari sampel otak dianalisis secara deskriptif. Hasil pengujian sampel otak anjing liar menunjukkan sebanyak 32 sampelnegatifrabies. Sampel otak dari anjing liaryang ditangkaptanpa gejala klinis rabies dan sampelotak dari tempat pemotongananjing bukan merupakan sampelyang baikuntuk identifikasi rabies pada suatuwilayah. Kata kunci: anjing liar, FAT, virus rabies PENDARULUAN Rabies ataupenyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (MattosdanRupprecht, 2001). Rabies menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan.q1engganggu ~etentramaq hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri dengankematian (Anonimous, 2008). Sampai saat ini rabies telah menyebar hampir di seluruh kepulauan di Indonesia, kecuali provinsi . NTB, provinsi NTT (kecuali pulau Flores dan pulau Lembata), Maluku dan Maluku Utara (kecuali Ternate dan Ambon), provinsi Irian Jaya Barat, 69
  • 2. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0 Papua, provinsi DKI Jakarta, provinsi Jawa Timur, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, provinsi Jawa Tengah, dan sebagian pulau-pulau di sekitar Sumatera. Sepanjangtahun 2008- 2010 telah terjadi kasus rabies di daerah bebas seperti pulau Bali, kabupaten Garut, kabupaten Tasikmalaya, kabupaten Cianjur, kab';1paten/kota Sukabumi, kabupaten Lebak di provinsi Banten, dan kota GunungsitolaidipulauNias (Anonimous, 2010). Tiga belas kabupaten/kota dari 23 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan pernah dilaporkan terjadi kasus rabies, dengan rata-rata kasus tertinggiper tahunberurutan adalahkabupaten Tana Toraja, kabupaten Maros, kota Makassar, dan kabupaten Pangkep (Anonimus, 2005). Kota Makassar memiliki wilayah strategis sebagai ibukota propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang pusat perdagangan, pariwisata, lalu lintas hewan dan produknya di kawasan Indonesia Timur. Kota Makassar berpotensi menyebarkan penyakit ke daerah lain jika penanggulangan rabies tidakdilakukan sebaik-baiknya (Maroef, 1989). Pemberantasan rabies di suatu daerah tergantung reservoir utama dan jenis hewan rentan (Beran dan Steele, 1994). Sebagian besar negara berkembang diAsia,Afrika, danAmerika Latin 99 % reservOir utama kasus rabies pada hewan dan manUSla adalah anjing (Anonimous, 1992). Identifikasi virus rabies pada anjing-anjing liar yang tidak jelas pemiliknya perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan penyebaran virus rabies, terbukti di kota Makassar setiap tahUlmyaterdapat laporangigitananjingdan positif rabies. Identifikasi virus rabies pada otak anjing liar dinyatakan positifjika ditemukan badan negri (negri bodies). Hewan yang mati karena rabies 75 - 90 % 70 kemungkinan dapat ditemukan badan negri pada hipokampus. Badan negri pada stadium awal infeksi penyakit kemungkinan tidak ditemukan atau jumlahnya belum banyak sehingga tidak terdeteksi sewaktupemeriksaan dibawah mikroskop. . Metode fluorescent antibody technique (FAT) umum digunakan dalam diagnosis virus rabies. Prinsip pengujian FAT adalah mengidentifikasi protein virus rabies pada jaringan hewan terinfeksi. Otak merupakan jaringan paling ideal untuk uji antigen rabies karena virus rabies dapat ditemukan pada jaringan syaraf. Antigen virus rabies akan bereaksi dengan antibodi yang telah dilabel dengan fluorescein isothiocyanate (FITC). Jika antibodi yang dilabel ini diinkubasi dengan jaringan otak hewan tersangka rabies, maka akan terjadi ikatan dengan antigen/virus. Ikatan ini akan terlihat pada mikroskop fluorescent warna hijau (jIuorescent- apple-green ). MATERI DAN METODE Jumlah sampel otak anjing liar yang diambil menggunakan rumus sampling untuk mendeteksi penyakit (Martin dkk, 1987). Tingkat konfidensi 95 %, populasi anjing liar kota Makassar 4.331 ekor, dan prevalensi rabies kota Makassar 54,5 % (Anonimous, 2005)digurfakarr untuk sampling sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 32 ekor. Untuk identifikasi virus rabiespada anjing liardi kota Makassar, sampel otak diambil dari anjing liar dengan cara euthanasi dengan preparat strichnine dan sebagian lagi sampel otak diambil dari tiga tempat pemotongan anjing, yakni rumah makan "Toraja", rumah makan "Buntu Torpedo", dan
  • 3. Sri Utami, Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar JT W rumah makan "RW". Sebanyak 32 sampel otak anjing digunakan untuk identifikasi vims rabies. Sebanyak 16 sampel otak dari anjing liar dan 16 sampel dari tempat pemotongan anjing yang sebagian besar (11 sampel) anjingnya diperoleh dari tangkapananjing liar. Pereaksi yang digunakan untuk uji FAT yakni PBS pH 7,4, acetone dingin, larutan evans blue I:2000, buffer gliserin 50 % (mounting media), konjugat rabies (Biorad), dan jaringan otak kontrol positif/negatif. Identifikasi virus rabies pada anjing liar dilakukan dengan uji FAT di Laboratorium Virologi dan Serologi, Balai Besar Veteriner (BBVet)Maros. Sampel otak yang diperoleh kemudian dibuat preparat tekan. Pertama, dibuat lingkaran pada obyek gelas. Bagian otak hipokampus kemudian dipotong dan diletakkan pada paper towel lalu ditekan pada lingkaran yang telah dibuat. Preparat kontrol positif dan negatif dibuat dengan cara yang sarna dan dikering anginkan. Preparat difiksasi dalam acetone dingin pada suhu -20°C selama 30 menit. Preparat diwarnai dengan meneteskan 0,I ml larutankonjugatrabies yang sudah dicampur dengan lamtan evans blue I %. Selanjutnya, preparat diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C. Preparat kemudian dicuci dan direndam dengan PBS selama 5 menit sebanyak dua kali. Preparat ditetesi dengan buffer gliserin 50%, ditutup dengan cover gelas,dandiperiksa dibawah mikroskop FAT. Sampel otak dinyatakan positif rabies jika lingkaran pada preparat yang ditetesi konjugat dan evans blue berwarna hijau kuning (fluorescent). Badan negri berfluorescent terlihat berbentuk bulat atau lonjong sampai irreguler dengan ukuran antara 0,24-27 !lm. Hasil pengujian FAT sampel otak I. dianalisissecara deskriptif. Identifikasi virus rabies dari sampel otak yang dikirim ke laboratorium BBVet maros berdasarkan adanya laporan gigitan pada manusia oleh anjing liar dan tidak jelas status kepemilikannya digunakan sebagai pembanding dengan identifikasivims rabies pada anjing liar yang ditangkangkap. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan virus rabies di lapangan. Selamaperiode penelitian tidak terjadi kasus gigitan yang dilaporkan kepada Dinas Peternakan kota Makassar maupunBBVetMaros. Hasil pengujian sampel otak anjing dengan pewarnaan Seller's dan FATmenuiijukkan sebanyak 32 sampel negatif rabies, tidak didapatkan badan negri di hipokampusnya. Hal ini kemungkinan karena pada saat anjing liar diambil sampel otaknya dalam keadaan tidak terinfeksi virusrabies. Menumt Tierkel (1975) hewan yang mati karena rabies terdapat 75 - 90 % kemungkinan dapat ditemukannya badan negri. Badan. negri mudah diamati pada neuron besar di hipokampus, walaupun di lokasi jaringan lainnya misalnya mesensefalon, otak kecil, dan ganglia juga dapat dite~ukan.badan negrI. Anjing-anjing liar dan anjing dari tempat pemotongan sebagai sampel tidak menunjukkan gejala klinis rabies atau tanda-tanda pascagigitan atau cakaran anjing terinfeksi rabies. MenurutBeran (1981), anjing yang pernah digigit dan dicakar oleh anjing penderita rabies kemungkinan dapat tertular rabies. Derajat kerentanan terhadap rabies pada 71
  • 4. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0 anjingjuga mempengamhi terjadinya infeksi. Umur anjingjuga mempengamhi kerentanan infeksi rabies di manaanjingmuda lebihrentan daripada anjing tua (Kitaladkk.,2001). Hasil identifikasi vims rabies pada anjing liar adalah negatif (0 %, 0/32). HasH ini tidak menggambarkan kondisi .kota Makassar sebagai daerah endemis rabies. Data BBVet Maros digunakan sebagai pembanding untuk menggambarkan prevatensi rabies pada anjing liar berdasarkan sampel otak yang masuk di Makassar. Sampel otak yang dikirim ke laboratorium berdasarkan adanya laporan gigitan pada manusia oleh anjing liar dan tidak jelas status kepe- milikannya. Proporsi positif rabies anjing di kota Makassar berdasarkan data sekunder sampel otak yang masuk dan diuji di BBVet Maras tahun 2005 sampaidengan 2008 dapatdilihatpada Tabel1. r . ( ( " Tabell. Proporsi positif rabies anjing di kota Makassar berdasarkan sampel otak yang masuk di BBVet Maros tahun 2005 - 2008 No Kecamatan Sampel yang diperiksa dan proporsi positifrabies 2005 2006 2007 2008 55 % 100 % 100 % 67 % (2/3) (6/11) (2/2) (5/5) 100 % (111) 0%(011) 50% 0%(0/0) 100%(111) 100 % (1/2) 0 % (0/0) 0 % (0/0) (111) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0%(0/1) 0 % (0/0) 100 % 0"% (0/0) 0%(0/0) 0 % (0/0) (1/1) o % (0/0) 0 % (0/1) 0 % (0/0) 50 % 60 % 100 % 80 % (4/5) (7/14) (3/5) (6/6) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Biringkanaya Manggala Panakkukang Tamalate Rappocini Tamalanrea Rata-rata Sumber : BBVetMaros Enam dari 13 kecamatan (46 %) di kota Makassar dilaporkan terdapat kasus rabies. Prevalensi rabies dari kasus gigitan anjing tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008 di enam kecamatan bertumt-tumt sebesar 50 %, 60 %, 100%, dan 80 %. Kecamatan dengan kasus tertinggi setiap tahunnya adalah kecamatan Biringkanaya (55 %, 100 %, 100 %, dan67 %)yang lokasinya dipinggiran kota (rural area). Kecamatan Panakkukang tahun 2005 dan 2008 terdapat kasus positif rabies dengan prevalensi masing-masing 100 %, sedangkan kecamatan Rappocini juga pernah dilaporkan kasus positif rabies dengan prevalensi 100 % pada tahun 2007. 72 Kecamatan Manggala dilaporkan terjadi kasus rabies pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar 50% dan 100 % pada tahun 2008. Laporan adanya kasus gigitan tetapi negatif rabies di kecamatan Tamalate tahun 2005 dan 2006. Melihat kejadian rabies tersebut menip~rlihatkan bahwa '.' koHl Makassar adalah daerah endemik rabies dengan prevalensi rabies cukup tinggi. Perhatian pemerintah, lembaga swasta, dan perseorangan dalam pemberantasan rabies di Makassar perlu ditingkatkan untuk memberikan ketentraman batin masyarakat. Prinsip dasar program pemberantasan dan penanggulangan rabies di daerah yaitu vaksinasi ...
  • 5. Sri Utami. Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar hewan pembawa rabies (HPR) di daerah endemis, surveilans, eliminasi HPR liar dan tidak jelas status vaksinasinya, karantina dan pengawasan lalu lintas HPR, serta penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya rabies (Anonimous, 2001). Keterbatasan vaksin di daerah yang disediakan pemerintah perlu ditingkatkan dengan partisipasi masyarakat agar mau memvaksin hewan kesayangannya dengan cara swadana. Rendahnya cakupan vaksinasi rabies anjing bertuan di kota Makassar 21 % (Utami dkk, 2008), rendahnya tingkat kekebalan protektif (titer antibodi 0,5 IU/ml) anjing bertuan 12,2 % (Utami dkk, 2010 in press), dan adanya laporan kasus rabies tiap tahun mengindikasikan bahwa kota Makassar scbagai daerah endemis merupakan ancaman terjadinya wabah rabies pada hewan dan manusia ke wilayah sekitarnya. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan antara hasil negatif rabies di kota Makassar darisampel anjing liar yang ditangkap dan hasil positif dari sampel kiriman kasus gigitan yang diperoleh dari pemeriksaan BBVetMaros. Temuan ini mengindikasikan bahwa sampel otak dari anjing liar yang ditangkap tanpa gejala rabies dan tempat pemotongan anjing bukan merupakan sampel yang baik untuk identifikasi rabies pada suatu wilayah. Anjing-anjing liar sebagaisampel pada penelitian ini tidak menunjukkan gejala klinis rabies atau tanda- tanda pasca-gigitan atau cakaran anjing terinfeksi rabies. Hal ini disebabkan karena kendala di lapangan dan kesulitan mendapatkan anjing-anjing yang menunjukkan gejala klinis rabies. Menurut Beran (1981), anjing yang pernah digigit, dicakar anjing terinfeksi rabies terdapat kemungkinan tertular rabies karena virus rabies di alam memiliki masa inkubasi lebih singkat hanya 10 hari. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa perlu penelitian lebih lanjut tentang metode identifikasi keberadaan virus rabies pada anjing-anjing liar di kota Makassar. Metode pengujian perlu dilanjutkan hingga tahapidentifikasi molekuler dan isolasi. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Badan Pengembangan SDM dan Badan Karantina Pertanian, Kementrian Pertanian atas pemberian beasiswa dan dana penelitian. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 1992. Expert Committee on Rabies. VIII Report WHOTechnicalReport Series824. . 200 I. Strategies for the control and elimination of rabies in Asia. Report of WHO interregional consultation Geneva Switzerland: 1-19. . . 2005. Laporan tahunan Kasus Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Balai Besar VeterinerMaros. . 2008. Penyakit Anjing Gila. Dinas Peternakan dan Perikanan ProvinsiDK!Jakarta. . 2010. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.360/kpts/HK. 060/L/05/20 IO..P,edorrulO Pelaksanaar Pemantauan Daerah Sebar PenyakifAnjing Gila (Rabies) di Wilayah Pemantauan Karantina Pertanian. Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Beran G.W. 1981. "Rabies" . Dalam CRC Handbook series in zoonosis. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida, USA. Beran, G.W., Steele, J.H. 1994. Rabies and infections by rabies related virus. In: Beran, 73
  • 6. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Tit. 20/0 G.W. Handbook of Zoonoses section B, 2 ed.. CRC Press Inc., Boca Raton, Ann Arbor, 307- 357. Kitala, P., McDermott, J., Kyule, M., Gathuma J., Perry, B., Wandeler,A. 2001. Dog ecology and demography information to support the planning of rabies control in Machakos District, Kenya.ActaTropica 78: 217-230. Maroef, S. 1989. Kepadatan PopulasiAnjing sebagai Sumber Penularan Rabies di DK! Jakarta, Bekasi, dan Kerawang. Buletin Penelitian Kesehatan. 17 (1): 44-48 Martin, S.w., Meek, A.H., Willeberg, P. 1987. VeterinaryEpidemiology, Iowa state University Press,Ames, Iowa, USA: 36,;-37. 74 Mattos, c.A., Rupprecl1t,A. 2001. Rhabdoviruses. In: Fieldsvirology, 1245-1277. Priangle, c.R. 1991. The order Mononegavirales, Archives ofvirology 117:137-140. Tierkel, E.S. 1975. Canine Rabies. In: Baer, G.M (ed.), The Natural History of Rabies. Vol. II. Academic PressNew York: 123-136 Utami, S., Sumiarto, B., Susetya, H. 2008. Status VaksinasiRabies padaAnjingdi kota Makassar. : Jurnal Sain Veteriner, Vol. 26 No.2: 66 - 72. Utami, S., Sumiarto, B. 2010. Tingkat dan Faktor Risiko Kekebalan Protektif terhadap Rabies padaAnjing dikota Makassar(In press). "