Penelitian ini mengidentifikasi virus rabies pada 32 ekor anjing liar di Kota Makassar menggunakan teknik Fluorescent Antibody. Hasilnya menunjukkan semua sampel otak anjing bersih dari virus rabies. Sampel otak anjing tanpa gejala klinis rabies atau dari tempat pemotongan bukan merupakan sampel yang baik untuk mengidentifikasi keberadaan virus rabies di suatu wilayah.
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia karena penyakit ini tersebar luas dan menyebabkan kematian pada hampir semua kasusnya baik pada manusia maupun hewan. Virus rabies dapat menular dari hewan ke manusia melalui gigitan atau air liur yang terkena luka. Pencegahan utamanya adalah vaksinasi hewan dan penanganan cepat luka gigitan untuk mencegah penularan virus.
Dokumen tersebut membahas tentang rabies, termasuk definisi, penularan, gejala, dan pengobatan rabies. Rabies adalah infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat dan ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, hingga hidrofobia. Pengobatannya meliputi pembersihan luka, imunoglubulin, dan vaksinasi.
Penelitian ini menguji efektivitas daun tanaman sukun sebagai insektisida alami untuk membunuh nyamuk Aedes. Hasilnya menunjukkan bahwa berat 300 mg daun sukun pada mat listrik efektif membunuh 53,33% nyamuk dalam 30 menit dan merupakan dosis LD50. Simpulannya, daun sukun berpotensi digunakan sebagai alternatif insektisida untuk mengendalikan nyamuk penular demam berdarah.
Rabies atau penyakit anjing gila adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat manusia dan mamalia dengan tingkat kematian 100% yang ditularkan melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi seperti anjing, kucing, kelelawar, dan rubah. Gejalanya meliputi demam, sakit tenggorokan, kejang, kesulitan menelan, dan ketakutan akan air. Pencegahan melalui vaksinasi dan penanganan luka gigitan
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan masalah kesehatan penting di Indonesia karena penyakit ini tersebar luas dan menyebabkan kematian pada hampir semua kasusnya baik pada manusia maupun hewan. Virus rabies dapat menular dari hewan ke manusia melalui gigitan atau air liur yang terkena luka. Pencegahan utamanya adalah vaksinasi hewan dan penanganan cepat luka gigitan untuk mencegah penularan virus.
Dokumen tersebut membahas tentang rabies, termasuk definisi, penularan, gejala, dan pengobatan rabies. Rabies adalah infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat dan ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing. Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, hingga hidrofobia. Pengobatannya meliputi pembersihan luka, imunoglubulin, dan vaksinasi.
Penelitian ini menguji efektivitas daun tanaman sukun sebagai insektisida alami untuk membunuh nyamuk Aedes. Hasilnya menunjukkan bahwa berat 300 mg daun sukun pada mat listrik efektif membunuh 53,33% nyamuk dalam 30 menit dan merupakan dosis LD50. Simpulannya, daun sukun berpotensi digunakan sebagai alternatif insektisida untuk mengendalikan nyamuk penular demam berdarah.
Rabies atau penyakit anjing gila adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat manusia dan mamalia dengan tingkat kematian 100% yang ditularkan melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi seperti anjing, kucing, kelelawar, dan rubah. Gejalanya meliputi demam, sakit tenggorokan, kejang, kesulitan menelan, dan ketakutan akan air. Pencegahan melalui vaksinasi dan penanganan luka gigitan
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke dalam keluarga Rhabdoviridae. Virus rabies menyebar melalui gigitan dan air liur hewan seperti anjing dan kucing. Di Indonesia, kasus gigitan hewan penular rabies mencapai puluhan ribu kasus setiap tahunnya dengan ratusan korban meninggal. Upaya preventif meliputi vaksinasi anjing, eliminasi anjing liar, dan sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan masyar
Teks tersebut membahas tentang pemeriksaan TUBEX-TF untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen LPS-09 Salmonella Typhi. TUBEX-TF mengukur kemampuan serum untuk menghambat reaksi antara partikel magnetik yang dilabeli antigen LPS-09 dan antibodi monoklonal yang dilabel warna. Hasilnya menunjukkan tingkat inhibisi yang menentukan status infeksi Salmonella Typhi pasien.
Vaksin adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif.
Sera adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasif).
Leptospirosis dikenal sebagai penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian (WHO, 2009).
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira spp. semua serotipe. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena sering menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir (Rampengan, 2016).
Dokumen tersebut membahas tentang Flu Singapore yang sebenarnya adalah Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD), penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh virus Picornaviridae."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
1. Dokumen tersebut membahas tentang beberapa penyakit tropis seperti demam berdarah dengue, demam tifoid, morbili, varisela, dan ekzantem subitum.
2. Demam berdarah dengue disebabkan oleh arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes, gejalanya berupa demam tinggi dan perdarahan.
3. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi dan gejalanya berupa demam, sakit perut, dan konstipasi.
Teks tersebut membahas tentang rabies pada hewan dan penularannya ke manusia. Secara ringkas, rabies disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi. Gejalanya bervariasi namun dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan jaringan otak dan tes laboratorium.
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke dalam keluarga Rhabdoviridae. Virus rabies menyebar melalui gigitan dan air liur hewan seperti anjing dan kucing. Di Indonesia, kasus gigitan hewan penular rabies mencapai puluhan ribu kasus setiap tahunnya dengan ratusan korban meninggal. Upaya preventif meliputi vaksinasi anjing, eliminasi anjing liar, dan sosialisasi pentingnya menjaga kesehatan dan keamanan masyar
Teks tersebut membahas tentang pemeriksaan TUBEX-TF untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen LPS-09 Salmonella Typhi. TUBEX-TF mengukur kemampuan serum untuk menghambat reaksi antara partikel magnetik yang dilabeli antigen LPS-09 dan antibodi monoklonal yang dilabel warna. Hasilnya menunjukkan tingkat inhibisi yang menentukan status infeksi Salmonella Typhi pasien.
Vaksin adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif.
Sera adalah suatu cairan tubuh yang mengandung sistem kekebalan terhadap suatu kuman yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kekebalan terhadap kuman yang sama (imunitas pasif).
Leptospirosis dikenal sebagai penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian (WHO, 2009).
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira spp. semua serotipe. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena sering menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir (Rampengan, 2016).
Dokumen tersebut membahas tentang Flu Singapore yang sebenarnya adalah Hand-Foot-Mouth Disease (HFMD), penyakit menular yang umum terjadi pada anak-anak dan disebabkan oleh virus Picornaviridae."
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies, termasuk penyebabnya (virus rabies), gejalanya, diagnosis, pemeriksaan laboratorium, pengobatannya, dan pencegahannya. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir selalu berakibat kematian jika tidak ditangani dengan tepat. Vaksinasi merupakan cara utama untuk mencegah penularan penyakit ini.
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
1. Dokumen tersebut membahas tentang beberapa penyakit tropis seperti demam berdarah dengue, demam tifoid, morbili, varisela, dan ekzantem subitum.
2. Demam berdarah dengue disebabkan oleh arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes, gejalanya berupa demam tinggi dan perdarahan.
3. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi dan gejalanya berupa demam, sakit perut, dan konstipasi.
Teks tersebut membahas tentang rabies pada hewan dan penularannya ke manusia. Secara ringkas, rabies disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi. Gejalanya bervariasi namun dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan jaringan otak dan tes laboratorium.
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL PENERAPAN BIOTEKNOLOGI MODERNrisyanti ALENTA
Penelitian ini menghasilkan vaksin rekombinan protein Sao-L dari bakteri Streptococcus suis untuk melindungi babi dari infeksi bakteri tersebut. Uji coba vaksin pada tikus dan babi menunjukkan peningkatan respons antibodi dan resistensi terhadap infeksi bakteri. Pengembangan vaksin ini sejalan dengan prinsip-prinsip bioetika karena memberikan manfaat bagi kesehatan hewan dan masyarakat.
Buku saku ini memberikan petunjuk teknis penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies di Indonesia. Dokumen ini membahas epidemiologi, etiologi, cara penularan, patogenesis, gejala klinis, pencegahan, vaksinasi, penanganan, dan surveilans rabies."
Artikel Ilmiah: Efektivitas SpltMNPV Terhadap Ulat Grayak (Spodopera litura)UNESA
Virologi merupakan sudi mengenai virus. Virus adalah orgaisme terkecil yang berperan dalam penyebaran penyakit dengan menginfeksi sel dan mengakibatkan perubahan yang membahayakan sel sampai mematikan sel. Salah satu jenis virus yang membahayakan adalah Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) yang mampu menginfeksi insecta, salah satunya adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV) dalam menginfeksi ulat grayak (Spodoptera litura) dengan perantara pakan buatan yang telah diinfeksi virus Spodoptera litura multiple Nuclear polyhedrosis virus (SpltMNPV). Data yang diperoleh berupa 1. Memperbanyak virus dengan metode infeksi secara in vivo 2. Pemurnian virus dilakukan dengan menghaluskan ulat yang terinfeksi menggunakan mortal kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000× 3. Perhitungan virus dengan menggunakan haemachytometer. Hasil dari penelitian ini adalah dari total 187 ekor ulat, banyaknya ulat yang mati instar 5 sebanyak 8 ekor, instar 6 sebanyak 27 ekor, dan instar 7 sebanyak 30 ekor, sisanya disebabkan karena beberapa hal yakni, mati diinstar karena virus dan bakteri. Jumlah virus yang paling banyak terdapat pada supernata instar ke-6 dan pelet instar ke-7 yaiu sebesar 1,04 x 107.
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak, mulai dari pengenalan penyakit, patogenesis, epidemiologi, dampak ekonomi, dan strategi pengendalian LSD. LSD disebabkan oleh virus yang menginfeksi sapi dan kerbau, menyebabkan gejala klinis seperti nodul kulit dan menurunkan produktivitas ternak. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara Asia dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak
Teks tersebut merupakan makalah tentang pengujian hewan coba pada mencit, tikus putih, kelinci dan marmut. Makalah ini membahas tentang definisi, klasifikasi, morfologi, karakteristik dan cara penanganan serta pemberian obat pada keempat jenis hewan coba tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit rabies di Kabupaten Cirebon dari tahun 2011 hingga Mei 2016. Tercatat ada 64 kasus rabies selama periode tersebut dengan jumlah kasus tertinggi pada tahun 2012 yaitu 11 kasus. Rabies disebabkan oleh virus rhabdovirus yang menyerang sistem saraf pusat dan menyebar ke seluruh jaringan saraf, menimbulkan kelumpuhan dan kematian. Penularan terjadi melalui gigitan hewan penular se
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. IDENTIFII(A.SI VIRUS RABIES PADAANJING LIAR DI KOTA MAKASSAR
IDENTIFICATION OF RABIES VIRUS IN STRAYDOGS IN MAKASSAR
Sri Utami" Bambang Sumiarto2
'Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar
2Bagian Kesmavet, Fakultas Kedokteran Rewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: pbb@ugm.ac.id
ABSTRACT
A Study on the identification of rabies virus in stray dogs was conducted in Makassar. The aims of this study
were to identify rabies virus in stray dogs in Makassar. A total of 32 brain samples of stray dogs tested for rabies
virus using Fluorescent antibody technique (FAT). The data of rabies virus identification from brain samples
were analyzed descriptively. The results of the brain samples showed that 32 samples were rabies negative. Brain
samples of stray dogs without clinical symptoms of rabies and the ones from slaughtered dog, are not good
sample identification of rabies in a region.
Keywords: stray dog, FAT,rabies virus
ABSTRAK
Telah dilakukan identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentitikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Sebanyak 32 sampel otak anjing liar diujiuntuk
identifikasivirus rabiesdengan metodeFluorescent antibody technique (FAT).Data identifikasi virusrabiesdari
sampel otak dianalisis secara deskriptif. Hasil pengujian sampel otak anjing liar menunjukkan sebanyak 32
sampelnegatifrabies. Sampel otak dari anjing liaryang ditangkaptanpa gejala klinis rabies dan sampelotak dari
tempat pemotongananjing bukan merupakan sampelyang baikuntuk identifikasi rabies pada suatuwilayah.
Kata kunci: anjing liar, FAT, virus rabies
PENDARULUAN
Rabies ataupenyakit anjing gila adalah penyakit
zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh
virus kelompok negatif sense single-stranded RNA,
golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae,
genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World
Health Organization (WHO), rabies menduduki
peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan
(MattosdanRupprecht, 2001).
Rabies menyerang susunan syaraf pusat,
disebabkan oleh virus rabies yang dapat menyerang
semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit
ini sangat ditakuti dan.q1engganggu ~etentramaq
hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis
penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri
dengankematian (Anonimous, 2008).
Sampai saat ini rabies telah menyebar hampir di
seluruh kepulauan di Indonesia, kecuali provinsi
. NTB, provinsi NTT (kecuali pulau Flores dan pulau
Lembata), Maluku dan Maluku Utara (kecuali
Ternate dan Ambon), provinsi Irian Jaya Barat,
69
2. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
Papua, provinsi DKI Jakarta, provinsi Jawa Timur,
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, provinsi
Jawa Tengah, dan sebagian pulau-pulau di sekitar
Sumatera. Sepanjangtahun 2008- 2010 telah terjadi
kasus rabies di daerah bebas seperti pulau Bali,
kabupaten Garut, kabupaten Tasikmalaya,
kabupaten Cianjur, kab';1paten/kota Sukabumi,
kabupaten Lebak di provinsi Banten, dan kota
GunungsitolaidipulauNias (Anonimous, 2010).
Tiga belas kabupaten/kota dari 23
kabupaten/kota di Sulawesi Selatan pernah
dilaporkan terjadi kasus rabies, dengan rata-rata
kasus tertinggiper tahunberurutan adalahkabupaten
Tana Toraja, kabupaten Maros, kota Makassar, dan
kabupaten Pangkep (Anonimus, 2005). Kota
Makassar memiliki wilayah strategis sebagai
ibukota propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan
pintu gerbang pusat perdagangan, pariwisata, lalu
lintas hewan dan produknya di kawasan Indonesia
Timur. Kota Makassar berpotensi menyebarkan
penyakit ke daerah lain jika penanggulangan rabies
tidakdilakukan sebaik-baiknya (Maroef, 1989).
Pemberantasan rabies di suatu daerah
tergantung reservoir utama dan jenis hewan rentan
(Beran dan Steele, 1994). Sebagian besar negara
berkembang diAsia,Afrika, danAmerika Latin 99 %
reservOir utama kasus rabies pada hewan dan
manUSla adalah anjing (Anonimous, 1992).
Identifikasi virus rabies pada anjing-anjing liar yang
tidak jelas pemiliknya perlu dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan penyebaran virus rabies,
terbukti di kota Makassar setiap tahUlmyaterdapat
laporangigitananjingdan positif rabies.
Identifikasi virus rabies pada otak anjing liar
dinyatakan positifjika ditemukan badan negri (negri
bodies). Hewan yang mati karena rabies 75 - 90 %
70
kemungkinan dapat ditemukan badan negri pada
hipokampus. Badan negri pada stadium awal infeksi
penyakit kemungkinan tidak ditemukan atau
jumlahnya belum banyak sehingga tidak terdeteksi
sewaktupemeriksaan dibawah mikroskop.
. Metode fluorescent antibody technique (FAT)
umum digunakan dalam diagnosis virus rabies.
Prinsip pengujian FAT adalah mengidentifikasi
protein virus rabies pada jaringan hewan terinfeksi.
Otak merupakan jaringan paling ideal untuk uji
antigen rabies karena virus rabies dapat ditemukan
pada jaringan syaraf. Antigen virus rabies akan
bereaksi dengan antibodi yang telah dilabel dengan
fluorescein isothiocyanate (FITC). Jika antibodi
yang dilabel ini diinkubasi dengan jaringan otak
hewan tersangka rabies, maka akan terjadi ikatan
dengan antigen/virus. Ikatan ini akan terlihat pada
mikroskop fluorescent warna hijau (jIuorescent-
apple-green ).
MATERI DAN METODE
Jumlah sampel otak anjing liar yang diambil
menggunakan rumus sampling untuk mendeteksi
penyakit (Martin dkk, 1987). Tingkat konfidensi 95
%, populasi anjing liar kota Makassar 4.331 ekor,
dan prevalensi rabies kota Makassar 54,5 %
(Anonimous, 2005)digurfakarr untuk sampling
sehingga jumlah sampel yang diambil adalah 32
ekor.
Untuk identifikasi virus rabiespada anjing liardi
kota Makassar, sampel otak diambil dari anjing liar
dengan cara euthanasi dengan preparat strichnine
dan sebagian lagi sampel otak diambil dari tiga
tempat pemotongan anjing, yakni rumah makan
"Toraja", rumah makan "Buntu Torpedo", dan
3. Sri Utami, Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar
JT
W
rumah makan "RW". Sebanyak 32 sampel otak
anjing digunakan untuk identifikasi vims rabies.
Sebanyak 16 sampel otak dari anjing liar dan 16
sampel dari tempat pemotongan anjing yang
sebagian besar (11 sampel) anjingnya diperoleh dari
tangkapananjing liar.
Pereaksi yang digunakan untuk uji FAT yakni
PBS pH 7,4, acetone dingin, larutan evans blue
I:2000, buffer gliserin 50 % (mounting media),
konjugat rabies (Biorad), dan jaringan otak kontrol
positif/negatif. Identifikasi virus rabies pada anjing
liar dilakukan dengan uji FAT di Laboratorium
Virologi dan Serologi, Balai Besar Veteriner
(BBVet)Maros.
Sampel otak yang diperoleh kemudian dibuat
preparat tekan. Pertama, dibuat lingkaran pada
obyek gelas. Bagian otak hipokampus kemudian
dipotong dan diletakkan pada paper towel lalu
ditekan pada lingkaran yang telah dibuat. Preparat
kontrol positif dan negatif dibuat dengan cara yang
sarna dan dikering anginkan. Preparat difiksasi
dalam acetone dingin pada suhu -20°C selama 30
menit. Preparat diwarnai dengan meneteskan 0,I ml
larutankonjugatrabies yang sudah dicampur dengan
lamtan evans blue I %. Selanjutnya, preparat
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C.
Preparat kemudian dicuci dan direndam dengan PBS
selama 5 menit sebanyak dua kali. Preparat ditetesi
dengan buffer gliserin 50%, ditutup dengan cover
gelas,dandiperiksa dibawah mikroskop FAT.
Sampel otak dinyatakan positif rabies jika
lingkaran pada preparat yang ditetesi konjugat dan
evans blue berwarna hijau kuning (fluorescent).
Badan negri berfluorescent terlihat berbentuk bulat
atau lonjong sampai irreguler dengan ukuran antara
0,24-27 !lm. Hasil pengujian FAT sampel otak
I.
dianalisissecara deskriptif.
Identifikasi virus rabies dari sampel otak yang
dikirim ke laboratorium BBVet maros berdasarkan
adanya laporan gigitan pada manusia oleh anjing liar
dan tidak jelas status kepemilikannya digunakan
sebagai pembanding dengan identifikasivims rabies
pada anjing liar yang ditangkangkap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota
Makassar dimaksudkan untuk mengetahui
keberadaan virus rabies di lapangan. Selamaperiode
penelitian tidak terjadi kasus gigitan yang
dilaporkan kepada Dinas Peternakan kota Makassar
maupunBBVetMaros.
Hasil pengujian sampel otak anjing dengan
pewarnaan Seller's dan FATmenuiijukkan sebanyak
32 sampel negatif rabies, tidak didapatkan badan
negri di hipokampusnya. Hal ini kemungkinan
karena pada saat anjing liar diambil sampel otaknya
dalam keadaan tidak terinfeksi virusrabies. Menumt
Tierkel (1975) hewan yang mati karena rabies
terdapat 75 - 90 % kemungkinan dapat
ditemukannya badan negri. Badan. negri mudah
diamati pada neuron besar di hipokampus, walaupun
di lokasi jaringan lainnya misalnya mesensefalon,
otak kecil, dan ganglia juga dapat dite~ukan.badan
negrI.
Anjing-anjing liar dan anjing dari tempat
pemotongan sebagai sampel tidak menunjukkan
gejala klinis rabies atau tanda-tanda pascagigitan
atau cakaran anjing terinfeksi rabies. MenurutBeran
(1981), anjing yang pernah digigit dan dicakar oleh
anjing penderita rabies kemungkinan dapat tertular
rabies. Derajat kerentanan terhadap rabies pada
71
4. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Th. 20/0
anjingjuga mempengamhi terjadinya infeksi. Umur
anjingjuga mempengamhi kerentanan infeksi rabies
di manaanjingmuda lebihrentan daripada anjing tua
(Kitaladkk.,2001).
Hasil identifikasi vims rabies pada anjing liar
adalah negatif (0 %, 0/32). HasH ini tidak
menggambarkan kondisi .kota Makassar sebagai
daerah endemis rabies. Data BBVet Maros
digunakan sebagai pembanding untuk
menggambarkan prevatensi rabies pada anjing liar
berdasarkan sampel otak yang masuk di Makassar.
Sampel otak yang dikirim ke laboratorium
berdasarkan adanya laporan gigitan pada manusia
oleh anjing liar dan tidak jelas status kepe-
milikannya. Proporsi positif rabies anjing di kota
Makassar berdasarkan data sekunder sampel otak
yang masuk dan diuji di BBVet Maras tahun 2005
sampaidengan 2008 dapatdilihatpada Tabel1.
r
. ( (
"
Tabell. Proporsi positif rabies anjing di kota Makassar berdasarkan sampel otak yang masuk di BBVet
Maros tahun 2005 - 2008
No Kecamatan Sampel yang diperiksa dan proporsi positifrabies
2005 2006 2007 2008
55 % 100 % 100 % 67 % (2/3)
(6/11) (2/2) (5/5) 100 % (111)
0%(011) 50% 0%(0/0) 100%(111)
100 % (1/2) 0 % (0/0) 0 % (0/0)
(111) 0 % (0/0) 0 % (0/0) 0 % (0/0)
0%(0/1) 0 % (0/0) 100 % 0"% (0/0)
0%(0/0) 0 % (0/0) (1/1)
o % (0/0) 0 % (0/1) 0 % (0/0)
50 % 60 % 100 % 80 % (4/5)
(7/14) (3/5) (6/6)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biringkanaya
Manggala
Panakkukang
Tamalate
Rappocini
Tamalanrea
Rata-rata
Sumber : BBVetMaros
Enam dari 13 kecamatan (46 %) di kota
Makassar dilaporkan terdapat kasus rabies.
Prevalensi rabies dari kasus gigitan anjing tahun
2005, 2006, 2007, dan 2008 di enam kecamatan
bertumt-tumt sebesar 50 %, 60 %, 100%, dan 80 %.
Kecamatan dengan kasus tertinggi setiap tahunnya
adalah kecamatan Biringkanaya (55 %, 100 %, 100
%, dan67 %)yang lokasinya dipinggiran kota (rural
area).
Kecamatan Panakkukang tahun 2005 dan 2008
terdapat kasus positif rabies dengan prevalensi
masing-masing 100 %, sedangkan kecamatan
Rappocini juga pernah dilaporkan kasus positif
rabies dengan prevalensi 100 % pada tahun 2007.
72
Kecamatan Manggala dilaporkan terjadi kasus
rabies pada tahun 2006 dengan prevalensi sebesar
50% dan 100 % pada tahun 2008. Laporan adanya
kasus gigitan tetapi negatif rabies di kecamatan
Tamalate tahun 2005 dan 2006. Melihat kejadian
rabies tersebut menip~rlihatkan bahwa '.' koHl
Makassar adalah daerah endemik rabies dengan
prevalensi rabies cukup tinggi. Perhatian
pemerintah, lembaga swasta, dan perseorangan
dalam pemberantasan rabies di Makassar perlu
ditingkatkan untuk memberikan ketentraman batin
masyarakat.
Prinsip dasar program pemberantasan dan
penanggulangan rabies di daerah yaitu vaksinasi
...
5. Sri Utami. Identitas Virus Rabies pada Anjing Liar di Kota Makassar
hewan pembawa rabies (HPR) di daerah endemis,
surveilans, eliminasi HPR liar dan tidak jelas status
vaksinasinya, karantina dan pengawasan lalu lintas
HPR, serta penyuluhan peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya rabies (Anonimous,
2001). Keterbatasan vaksin di daerah yang
disediakan pemerintah perlu ditingkatkan dengan
partisipasi masyarakat agar mau memvaksin hewan
kesayangannya dengan cara swadana. Rendahnya
cakupan vaksinasi rabies anjing bertuan di kota
Makassar 21 % (Utami dkk, 2008), rendahnya
tingkat kekebalan protektif (titer antibodi 0,5
IU/ml) anjing bertuan 12,2 % (Utami dkk, 2010 in
press), dan adanya laporan kasus rabies tiap tahun
mengindikasikan bahwa kota Makassar scbagai
daerah endemis merupakan ancaman terjadinya
wabah rabies pada hewan dan manusia ke wilayah
sekitarnya.
Hasil penelitian memperlihatkan terdapat
perbedaan antara hasil negatif rabies di kota
Makassar darisampel anjing liar yang ditangkap dan
hasil positif dari sampel kiriman kasus gigitan yang
diperoleh dari pemeriksaan BBVetMaros. Temuan
ini mengindikasikan bahwa sampel otak dari anjing
liar yang ditangkap tanpa gejala rabies dan tempat
pemotongan anjing bukan merupakan sampel yang
baik untuk identifikasi rabies pada suatu wilayah.
Anjing-anjing liar sebagaisampel pada penelitian ini
tidak menunjukkan gejala klinis rabies atau tanda-
tanda pasca-gigitan atau cakaran anjing terinfeksi
rabies. Hal ini disebabkan karena kendala di
lapangan dan kesulitan mendapatkan anjing-anjing
yang menunjukkan gejala klinis rabies. Menurut
Beran (1981), anjing yang pernah digigit, dicakar
anjing terinfeksi rabies terdapat kemungkinan
tertular rabies karena virus rabies di alam memiliki
masa inkubasi lebih singkat hanya 10 hari. Hasil
penelitian juga mengindikasikan bahwa perlu
penelitian lebih lanjut tentang metode identifikasi
keberadaan virus rabies pada anjing-anjing liar di
kota Makassar. Metode pengujian perlu dilanjutkan
hingga tahapidentifikasi molekuler dan isolasi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Badan Pengembangan
SDM dan Badan Karantina Pertanian, Kementrian
Pertanian atas pemberian beasiswa dan dana
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1992. Expert Committee on Rabies.
VIII Report WHOTechnicalReport Series824.
. 200 I. Strategies for the control and
elimination of rabies in Asia. Report of WHO
interregional consultation Geneva Switzerland:
1-19. .
. 2005. Laporan tahunan Kasus
Penyakit Rabies di Wilayah Kerja Balai Besar
VeterinerMaros.
. 2008. Penyakit Anjing Gila. Dinas
Peternakan dan Perikanan ProvinsiDK!Jakarta.
. 2010. Keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian No.360/kpts/HK.
060/L/05/20 IO..P,edorrulO Pelaksanaar
Pemantauan Daerah Sebar PenyakifAnjing Gila
(Rabies) di Wilayah Pemantauan Karantina
Pertanian. Badan Karantina Pertanian,
Departemen Pertanian.
Beran G.W. 1981. "Rabies" . Dalam CRC Handbook
series in zoonosis. CRC Press, Inc. Boca Raton,
Florida, USA.
Beran, G.W., Steele, J.H. 1994. Rabies and
infections by rabies related virus. In: Beran,
73
6. J. Sain Vet. Vol.28 No.2 Tit. 20/0
G.W. Handbook of Zoonoses section B, 2 ed..
CRC Press Inc., Boca Raton, Ann Arbor, 307-
357.
Kitala, P., McDermott, J., Kyule, M., Gathuma J.,
Perry, B., Wandeler,A. 2001. Dog ecology and
demography information to support the
planning of rabies control in Machakos District,
Kenya.ActaTropica 78: 217-230.
Maroef, S. 1989. Kepadatan PopulasiAnjing sebagai
Sumber Penularan Rabies di DK! Jakarta,
Bekasi, dan Kerawang. Buletin Penelitian
Kesehatan. 17 (1): 44-48
Martin, S.w., Meek, A.H., Willeberg, P. 1987.
VeterinaryEpidemiology, Iowa state University
Press,Ames, Iowa, USA: 36,;-37.
74
Mattos, c.A., Rupprecl1t,A. 2001. Rhabdoviruses.
In: Fieldsvirology, 1245-1277.
Priangle, c.R. 1991. The order Mononegavirales,
Archives ofvirology 117:137-140.
Tierkel, E.S. 1975. Canine Rabies. In: Baer, G.M
(ed.), The Natural History of Rabies. Vol. II.
Academic PressNew York: 123-136
Utami, S., Sumiarto, B., Susetya, H. 2008. Status
VaksinasiRabies padaAnjingdi kota Makassar.
: Jurnal Sain Veteriner, Vol. 26 No.2: 66 - 72.
Utami, S., Sumiarto, B. 2010. Tingkat dan Faktor
Risiko Kekebalan Protektif terhadap Rabies
padaAnjing dikota Makassar(In press).
"