ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN DENGAN RISIKO TINGGI JARAK KURANG DARI 2 TAHUN, PERSALINAN, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS BANGKALAN TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA , PRODI DIII KEBIDANAN BANGKALAN TAHUN 2020
Semoga bermanfaat :)
Jangan Lupa untuk mendukung situs ini follow juga akun
Instagram : https://instagram.com/milaneocha?igshid=1bsv5i677rli5
.
Youtube Channel : https://www.youtube.com/channel/UCMY-cKdABOFluy428LEF6RA?view_as=subscriber
.
Twitter : https://twitter.com/occha_
.
Blog : https://millaoctaviana.wordpress.com/
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN DENGAN RISIKO TINGGI JARAK KURANG DARI 2 TAHUN, PERSALINAN, NIFAS, DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS BANGKALAN TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA , PRODI DIII KEBIDANAN BANGKALAN TAHUN 2020
Semoga bermanfaat :)
Jangan Lupa untuk mendukung situs ini follow juga akun
Instagram : https://instagram.com/milaneocha?igshid=1bsv5i677rli5
.
Youtube Channel : https://www.youtube.com/channel/UCMY-cKdABOFluy428LEF6RA?view_as=subscriber
.
Twitter : https://twitter.com/occha_
.
Blog : https://millaoctaviana.wordpress.com/
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post partum (HPP)
adalah konsekuensi. Perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit,
sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post
partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.3
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan post partum.
HPP yang menyebabkan kematian pada ibu 45% terjdi pada 24jam
pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan
82-88 dalam 2minggu stelah bayi lahir. (Sarwono Prawirotarjo. 523)
HPP adalah perdarahan yang masif yang berasal dari tempat implantasi
plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan
salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil
ektopik atau abortus. HPP bila tidak mendapat penanganan yang semestinya
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta proses penyembuhan
kembali.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus
dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk
plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia
merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun
terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan
2. tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai
penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi
vagina, cedera levator ani dan cedera pada serviks uteri.
Berdasarkan hal tersebut di atas dan dari temuan kami di klinik
diperoleh kasus retensio plasenta sebagai salah satu penyebab kasus HPP,
maka dari itu kami akan berupaya untuk mengkaji kasus tersebut.
1.2 Rumusan masalah
2.1 Apa konsep teori dari HPP(Hemorrhage Post Partum)?
2.2 Bagimana asuhan keperawatan pada klien dengan HPP (Hemorrhage
Post Partum)?
1.3 Tujuan
3. 1 Menghasilkan deskripsi tentang konsep teori HPP( Hemorrhage Post
Partum)
3. 2 Menghasilkan rincian tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan ( Hemorrhage Post Partum)
1.4 Manfaat
4.1 Bagi penyusun setelah mengerjakan makalah ini mendapatkan banyak
ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang membahas
tentang HHP ( Hemorrhage Post Partum)
4.2 Bagi pembaca setelah membaca makalah ini semoga bisa diterapkan
pada perwatan pasien ( Hemorrhage Post Partum) sesuai dengan teori
yang ada dalm makalah ini
3. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP TEORI
2.1 Definisi
HPP (Hemorrhage Post Partum)adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
dalam jam pertama setelah anak lahir atau setara dengan pengeluaran darah
1000 ml pada seksio secarea. (ilmu kandungan,2006)
HPP adalah perdarahan yang berasal dari tempat implantasi
plasenta,robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitar.
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi pada Kala IV
yang lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
(Rustam, 1998 : 300)
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500 cc dalam
24 jam pertama setelah bayi lahir. (Obstetri patologi hal 231)
Perdarahan post partum adalah perdarahan sesudah 24 jam setelah
anak lahir dan biasanya disebabkan jaringan placenta yang tertinggal.
(Obstetri patologi hal 231)
Perdarahan post partum adalah peradarahan dalam kala IV yang lebih dari
500 – 600 cc dalam 24 jam stelah anak dan placenta lahir. (Sinopsis Obstetri
EGC edisi 2 hal 300).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi perdarahan post partum di bagi menjadi 2
2.1 HPP Primer (Early post partum hemorrhage)
4. Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama ,penyebab utamanya:
Atonia uteri
Retensio plasenta
Sisa plasenta
Robekan jalan lahir
2.2 HPP Sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)Perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama .
2.3 Etiologi &Maniefestasi klinik
Berdasarkan klasifikasi dan penyebab,etiologi perdarahan post partum
adalah:
1. Atonia uteri
Yaitu keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi lahir
Faktor predisposisi:
Regangan rahim yang berlebihan karena
gemeli,polihidramion,atau anak terlalu besar.
Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
Ibu dengan keadaan umum yang jelek,anemis,atau
menderita penyakit menahun
Mioma uteri yang menggangu kontraksi rahim
Infeksi intra uterin (korioamnionitis)
Ada riwayat atonia uteri
Umur yang terlalu tua atau terlalu muda
Prioritas sering dijumpai pada multipara atau grande
multipara
Faktor social ekonomi yaitu malnutrisi
Gejala klinik :
Perdarahan pervaginam
5. Kontraksi uteri lemah
Anemia
Konsistensi rahim lunak
Diagnosis
Bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif,banyak, dan bergumpal.
Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi
pusat atau lebih.
Kontraksi yang lembek
Pada saat atonia uteri di diagnosis,maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000cc yang sudah
keluar dari pembuluh darah,tetapi tertangkap dalam uterus.
Penanganan
a. Sikap trendelenburg dan memberikan O2.
b. Merangsang kontraksi uterus dengan cara:
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
Pemberian oksitosin dan turunan egometrin IM,IV,atau
SC.
Pemberian derivate prostatglandin
Pemberian misoprostol 800-1000mg per rectal.
KBI/KBE dan kompresi aorta abdominalis(KAA).
Bila semua tindakan itu gagal,maka dipersiapkan untuk
dilakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan
bedah konservatif(mempertahankan uterus) atau
melakukan histerektomi.
c. kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
d. antisipasi dini kebutuhan darah dan lakukan tranfusi sesuai
kebutuhan
6. e. jika perdarahan terus berlangsung pastikan plasenta lahir
lengkap
f. lakukanKBI bila diperlukan
2. Robekan jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta lahir
lengkap,kontraksi rahim baik,dapat dipastikan bahwa perdarahan
tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Gejala klinik :
Darah segar yang mengalir segera bayi lahir.
Uterus berkontraksi dan keras.
Plasenta lengkap.
Pucat dan lemah.
Perlukaan jalan lahir terdiri dari:
Robekan perineum.
Hematoma vulva.
Robekan dinding vagina.
Robekan serviks.
Ruptur uteri.
Penanganan
a. Periksa dengan seksama dan perbaiki robekan pada
serviks, vagina, dan perineum
b. Lakukan uji beku darah jika perdarahan terus
berlangsung. Bila terjadi koagulopati lakukan
penanganannya.
3. Sisa plasenta
penanganan
a. raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.
Eksplorasi manual uterus .
b. keluarkan sisa plasenta dengan tangan,cunam ovum,atau
kuret besar
7. c. jika perdarahan terus berlangsung lakukan uji beku darah
4. Retensio plasenta
penanganan
a. jika plasenta terlihat di vagina minta ibu untuk mengedan.
b. Pastikan kandung kemih kosong
c. jika plasenta belum keluar, berika 10 unit oksitosin I. M.
d. jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi,
lakukan PTT
e. jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil cobalah
untuk melakukan plasenta manual
f. jika terdapat tanda tanda infeksi berikan antibiotika
5. Inverse uterus
Penanganan
a. jika ibu merasakan kesakitan, berikan petidin 1 mg /
kgBB secara I.V. atau I.M.
b. jika perdarahan berlangsung lakukan uji beku darah
c. berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal setelah
mereposisi uterus
d. jika terdapat tanda tanda infeksi berikan antibiotika untuk
metritis
(Rustam, 1998 : 300)
8. Kala I
Kala II
Sisa Plasenta
&selput ketuban
Robekan jln
lahir
Retensio
plasenta
Shock
Hipovolemia
Penurunan perfusi
jaringan
2.4 Patofisiologi
Persalinan Pervaginam
Kala III
Bila turun terjadi perdarahan yang terus menerus
Atonia
uteri
Perdarahan post
partum
TD Nadi dan RR Tubuh pucat
Ekstremitas dingin
Shock
Kala IV
Presyok
1. Nadi& TD
2. Akral dgin
3. Sering
menguap
4. Gelisah
Cemas
9. 2.5 Penaganan
1. Pencegahan perdarahan post partum
Mencegah atau sekurang – kurangnya bersikap siaga pada kasus – kasus
yang disangka akan terjadi perdarahan adlah penting, tindakan pencegahan
tidak hanya dilakukan sewaktu bersalinan, namun sudah dimulai sejak ibu
hamil dengan melakukan antenatal care yang baik, ibu yang mempunyai
riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin dirumah
sakit.
Dirumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umur, kadar Hb, golongan
darah, dan bila mungkin tersedia donor darah, sambil mengawasi
persalinan dipersiapkan untuk keprluan infus dan obat – obatan penguat
rahim (uterotonika) setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka
vulva, infus dipasang sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul mettergin atau
kombinasi dengan 5 satuan sintosinon (sintro metrin intravena) hasilnya
biasanya memuaskan.
2. Pengobatan perdarahan kala uri
Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri ialah :
- Berikan oksitoksin.
- Cobalah mengeluarkan placenta menurut cara crede (1 – 2 kali).
- Keluarkan placenta dengan tangan.
Jika masih ada sisa – sisa placenta yang melekat dan masih terdapat
perdarahan segera dilakukan utero vagina temporade selama 24 jam diikuti
pemberian uterotenika dan antibiotik selama 3 hari berturut – turut dan
pada hari keempat baru dilakukan kuretase untuk membersihkanya, jika
disebkan oleh luka, luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan
akan berhenti.
10. 3. Pengobatan perdarahan pada atonia uteri
Tergantung banyaknya perdarahan dan derajat atonio uteri dibagi dalam 3
tahap :
- Tahap I
Perdarahan yang tidak begitu banyak adapat diatasi cara pemberian
utorotonika mengurut rahim (masase) dan merangsang gureta.
- Tahap II
Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya
diberikan infus dan tranfunsi darah dan dapat dilakukan :
• Perasat (manuver) zorge meister.
• Perasat (manuver) fricth.
• Kompresi bimanual.
• Tamporade utero – vaginal.
• Jepitan uterina dengan cara hengkel.
- Tahap III
Bila upaya semua diatas tidak menolong juga, maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh dua cara
yaitu dengan neoligasi arteri tipogatrika atau histerektomi
2.6 Pemeriksaan
Tenaga professional perawatan kesehatan yang terlatih akan:
- Menelusuri uterus dengan lembut
- Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada
- Menjahit ulang luka jika perlu
Pantau kondisi pasien dengan cermat. Hal itu meliputi:
- Suhu
- Denyut nadi
- Pernafsan
- Tekanan darah
- Kondisi umum(mis, pucat, tingkat kesadaran)
11. - Asupan cairan dan haluaran urin
- Melakukan pencacatan yang akurat
Sediakan asuhan keperawatan yang baik, antara lain:
- Kenyamanan fisik dan hygiene
- Dukungan emosional
- Melakukan intruksi medis
- Melaporkan setiap perubahan pada dokter
2.7 . Pemeriksaan Penunjang
1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-
47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen :
masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial
(APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
6. Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
2.8 Penatalaksanaan medis
1. Masukkan ibu kerumah sakit sebagai salah satu kasus kedaruratan
2. Percepat kontraksi dengan cara melakukan mesase pada uterus jika
uterus masih dapat teraba
3. Kaji kondisi maternal dan, jika pada daerah yang terpencil ,
mulailah penatalaksanan sebelum pemindahan, jika memungkinkan
4. Berikan oksitosin 10 IU atau ergometrin 0,5 mg IV. Berikan secara
IM jika tidak tersedia
12. 5. Ambil darah untuk pemeriksaan Hemoglobin, golongan darah,
pencocokan silang
6. Pasang infuse IV. Gunakan normal salin atau natrium laktat
terlebih dahulu. Jika ibu mengalami syok , alirkan dengan
cepat(1liter dalam i5 menit) sampai kondisi ibu stabil.
7. Jika terjadi perdarahan yang berlebihan, tambahkan 40 IU oksitosin
perliter pada infuse IV dan alirkan sebanyak 40Tpm
8. Pada kasus syok yang parah, gunakan plasma ekspander atau
transfursi darah jika tersedia.
9. Mulai berikan antibiotic berspektrum luas dengan dosis tinggi(
ampisilin 1g IV diikuti 500mg secara IM setiap 6jam +
metronidazol 400 atau 500mg secra oral setiap 8 jam
10. Jika mungkin, persiapkan pasien untuk pemeriksaan segera di
bawah pengaruh anestesi
13. DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. 1998. Modul Hemorage postpartum. Jakarta:EGC
Bari, Saifuddin Abdul dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
KesehatanMaternal dan Neonatol. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono PrawirotarjoPillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak.
Jakarta : EGC
Sastrawinata, S. 1983. Obetetri Fisiologi. Bandung:FKU Padjajaran Bandung
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
14. B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Identitas klien, meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain
Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi,
penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan
penyakit menular.
Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta
2. Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
3. Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi
15. d. Riwayat Kehamilan sekarang
1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
II. Pengkajian 11 fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Menanyakan apakah klien sudah mengetahui tentang perdarahan
postpartum dan sudah pernah mendengar tentang hal itu.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Perhatikan pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah. makan
dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori,
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah – buahan.
3) Pola eliminasi
E3Perhatikan apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. BAB harus ada 3-4 hari post
partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri
(Rustam Mukthar, 1995 )
4) Pola Aktivitas Latihan
16. Lihat kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
5) Pola Istirahat dan tidur
Seberapa lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suarasuara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
6) Pola Kognitif dan perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena klien
masih dapat berkomunikasi.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD
atau karena bentuk tubuh yang pendek.
8) Pola Peran dan hubungan
Peran klien sebagai ibu biasanya akan terganggu . Karen penyakit
yang dideritanya. Begitu juga hubungan nya dengan orang lain
disekitarnya.
9) Pola sexsual reproduksi
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
frkguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan
seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse
pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan
lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
10) Pola koping dan toleransi stress
Perubahan peran, respon keluarga, yang bervariasi dapat menjadi
pendukung berkurang rasasakit atau nyeri yang dialami pasien.
11) Pola nilai dan kepercayaan
17. Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya.
Ini sering kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita erikan
nantinya
III. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
IV. Rencana tindakan keperawatan
1. Shock hipovolemik s/d perdarahan.
Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)
Rencana tindakan :
1. Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular
sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat
meningkatkan perfusi jaringan.
2. Observasitanda-tandavital tiap 4 jam
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya
dehidrasi secara dini.
3. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani
secara baik.
4. Observasi intake cairan dan output
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan
yang berlebihan.
5. Kolaborasi dalam :
Pemberian cairan infus / transfusi
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat
meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock
Pemberian koagulantia dan uterotonika
18. R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika
merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
Rencana keperawatan :
1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan
perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang
dingin
3. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
R/ Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan
dalam produksi ASI
4. Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan )
5. Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan ).
3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau
ancaman kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
R/ Memberikan dukungan emosi
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
19. R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping
yang tepat.