SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas 
batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat 
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau 
dehidrasi. (Guyton, 1990). 
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% 
pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, 
tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari 
sistem imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis 
kelamin. 
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau 
dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat 
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun 
penyakit lain. (Julia, 2000). 
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis, 
bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, 
otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan 
untuk penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, 
exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari 
febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi. 
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic 
sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera 
teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan 
diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa 
pasien. 
B. TUJUAN 
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 
1 
1. Untuk memahami definisi febris. 
2. Untuk memahami etiologi febris. 
3. Untuk memahami klasifikasi febris. 
4. Untuk memahami patofisiologi febris. 
C. MANFAAT 
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 
a. Bagi Penulis 
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam 
melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien sehingga dapat digunakan 
sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai perawat. 
b. Bagi Institusi Pendidikan 
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kperawatan. 
c. Bagi Klien dan Keluarga 
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien 
secara kesadaran bagi klien untuk memperhatikan kondisi tubuhnya. 
d. Bagi Lahan Praktek 
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih 
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. DEFINISI FEBRIS 
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 
380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). 
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) 
yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. 
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh 
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, 
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990). 
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang 
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C 
disebut demam tinggi (hiperpireksia) 
(Julia, 2000). 
B. ETIOLOGI FEBRIS 
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya 
1. Suhu lingkungan. 
2. Adanya infeksi. 
3. Pneumonia. 
4. Malaria. 
5. Otitis media. 
6. Imunisasi 
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat 
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun 
penyakit lain (Julia, 2000). 
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat 
toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor 
otak atau dehidrasi. 
2
C. KLASIFIKASI FEBRIS 
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah : 
Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis 
Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk 
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi 
dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan 
3 
Malignant 
Hyperthermia 
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai 
kekakuan otot karena anestesi total 
Tipe - tipe demam.diantaranya: 
1. Demam Septik 
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali 
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. 
Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik 
2. Demam remiten 
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. 
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar 
perbedaan suhu yang dicatat demam septik 
3. Demam intermiten 
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam 
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas 
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana 
4. Demam intermiten 
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang 
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia 
5. Demam siklik 
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas 
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula 
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe 
demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat 
dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran 
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu 
sebab yang jelas. 
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya 
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis 
lainnya.
D. PATOFISIOLOGI 
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan 
bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut 
hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan 
mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu 
yang baru. 
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang 
sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari 
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu 
infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya 
progesterone. 
Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut: 
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus)  menginduksi sel darah 
putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-, selain 
itu ada IL-6 dan IFN  bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada 
lamina terminalis (OVLT)  OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic 
nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum 
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih 
belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan 
sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan 
termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel 
di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak. 
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen 
endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata 
pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan 
produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 
(COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris 
oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-1 yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada 
cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris. 
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada 
respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas 
terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir 
dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk 
penyelamatan seluler. 
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik  stimulasi pengeluaran PG lokal, 
resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya 
seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, 
glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam 
D. MANIFESTASI KLINIS 
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam 
meliputi: 
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil) 
Tanda dan gejala 
- Peningkatan denyut jantung 
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan 
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot 
- Peningkatan suhu tubuh 
4
- Pengeluaran keringat berlebih 
- Rambut pada kulit berdiri 
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah 
Fase 2 ( proses demam) 
Tanda dan gejala 
- Proses mengigil lenyap 
- Kulit terasa hangat / panas 
- Merasa tidak panas / dingin 
- Peningkatan nadi 
- Peningkatan rasa haus 
- Dehidrasi 
- Kelemahan 
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat) 
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein. 
5 
Fase 3 (pemulihan) 
Tanda dan gejala 
- Kulit tampak merah dan hangat 
- Berkeringat 
- Mengigil ringan 
- Kemungkinan mengalami dehidrasi 
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 
1. Uji coba darah, 
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD 
dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa 
perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. 
Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, 
serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse 
alkali menurun. 
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. 
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. 
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan 
pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa 
F. PENATALAKSANAAN FEBRIS 
1. Secara Fisik 
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal 
b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal 
c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat 
d. Memberikan kompres 
Berikut ini cara mengkompres yang benar : 
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es 
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air 
hangat 
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada 
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat 
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di 
hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan 
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali 
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi 
pengeluaran panas tidak ada lagi. 
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke 
orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk 
mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak 
dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, 
jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani 
upaya penyembuhan. 
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan 
Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari; 
Petunjuk pemberian antipiretik: 
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol 
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup 
parasetamol 
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup 
parasetamol. 
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. 
Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 
ml setiap sendoknya. 
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat 
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis 
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam 
G. KOMPLIKASI FEBRIS 
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya: 
1. Takikardi 
2. Insufisiensi jantung 
3. Insufisiensi pulmonal 
4. Kejang demam 
6
BAB III 
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN 
7 
A. PENGUMPULAN DATA 
1. Identitas pasien 
Nama : An. Aldo 
Umur : 8 tahun 
Jenis kelamin : Laki-laki 
pekerjaan : - 
Status pernikahan : Belum menikah 
Pendidikan : - 
Alamat : Wapunto 
Agama : Islam 
Suku/bangsa : Muna / indonesia 
Tanggal masuk rumah sakit: 
Diagnosa medis : Febris 
2. Identitas penanggung jawab: 
Nama : 
Umur : 
Jenis kelamin : 
Hubungan dengan pasien : 
Pekerjaan : Ibu rumah tangga 
Alamat : Wapunto 
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF) 
1. KeluhanuUtama 
Ibu An. Aldo mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, 
lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu 
makan menurun, diaforesis, gangguan eliminasi, nyeri otot dan sendi). 
2. Riwayatakesehatanasekarang 
Ibu An. Aldo mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan 
dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya 
tapi panasnya belum turun juga. 
3. Riwayat kesehatan keluarga 
Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang 
dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran. 
C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF) 
a. Keadaan umum : lemas 
b. Kesadaran : composmentis 
c. Tanda vital : 
TD : 
Pols : 
Temp : 38 
RR : 
BB : 
TB :
Head to Toe 
a. Kepala 
Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering 
Mata : simetris, konjungtiva anemis 
Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada secret 
Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik 
Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis 
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid 
Wajah : tampak pucat dan lemas 
b. Dada 
Jantung I : IC tidak tampak 
P : IC kuat angkat 
P : Batas jantung tidak melebar 
A : Bunyi jantung I-II simetris 
Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris 
P : Fremitus seimbang 
P : Sonor 
A : Bunyi vesikuler 
c. Abdomen I : tidak ada distensi abdomen 
A : Peristaltik usus ± 15 x/menit 
P : Tidak teraba massa 
P : Tidak kembung 
d. Genetalia : genetalia bersih 
e. Ektremitas : lemah dalam menggerakkan tangan 
f. Turgorkulit :jelek 
g. PemeriksaanPenunjang 
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti 
ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan 
kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi 
pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, 
aortografi atau limfangiografi. 
8
9 
ASUHAN KEPERAWATAN 
Resiko tinggi infeksi b/d : 
- Penurunan sistem tubuh 
- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi 
- Prosedur infasif 
- Nosokomial. 
Tujuan/kriteria hasil : 
- Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu 
- Bebas dari sekresi purulen, bebas dari febris. 
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul 
- Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit 
- Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme 
- Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan 
diaporesisi 
Discharge Planning 
1. Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau 
Perawat 
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu 
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi 
4. Intruksikan untuk kontrol ulang 
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus. 
RENCANA KEPERAWATAN 
No. Diagnosa 
Keperawatan 
Tujuan dan Kriteria Hasil 
(NOC) 
Intervensi (NIC) 
1. Hipertemia 
berhubungan dengan 
proses penyakit. 
Batasan karakeristik : 
kenaikan suhu 
tubuh diatas 
rentang normal 
serangan atau 
konvulsi (kejang) 
kulit kemerahan 
pertambahan RR 
takikardi 
saat disentuh 
tangan terasa 
hangat 
Setelah dilakukan tindakan 
perawatan selama ….X 24 
jam, pasien mengalami 
keseimbangan termoregulasi 
dengan 
kriteria hasil : 
 Suhu tubuh dalam rentang 
normal 35,9 C – 37,5 C 
 Nadi dan RR dalam rentang 
normal 
 Tidak ada perubahan warna 
kulit 
 Tidak ada pusing 
Mengontrol panas 
Monitor suhu minimal tiap 2 
jam 
Monitor suhu basal secara 
kontinyu sesui dengan 
kebutuhan. 
Monitor TD, Nadi, dan RR 
Monitor warna dan suhu 
kulit 
Monitor penurunan tingkat 
kesadaran 
Monitor WBC,Hb, Hct 
Monitor intake dan output 
Berikan anti piretik 
Berikan pengobatan untuk 
mengatasi penyebab demam 
Selimuti pasien 
Lakukan Tapid sponge 
Berikan cairan intra vena
10 
Kompres pasien pada lipat 
paha, aksila dan leher 
Tingkatkan sirkulasi udara 
Berikan pengobatan untuk 
mencegah terjadinya 
menggigil 
Temperature Regulation 
Monitor tanda- tanda 
hipertermi 
Tingkatkan intake cairan 
dan nutrisi 
Ajarkan pada pasien cara 
mencegah keletihan akibat 
panas 
Diskusikan tetang 
pentingnya pengaturan suhu 
dan kemungkinan efek 
negative dari kedinginan 
Berikan obat antipiretik 
sesuai dengan kebutuhan 
Gunakan matras dingin dan 
mandi air hangat untuk 
mengatasi gangguan suhu 
tubuh sesuai dengan 
kebutuhan 
Lepasakan pakaian yang 
berlebihan dan tutupi pasien 
dengan hanya selembar 
pakaian. 
Vital Sign Monitoring 
Monitor TD, Nadi, Suhu, 
dan RR 
Catat adanya fluktuasi 
tekanan darah 
Monitor vital sign saat 
pasien berdiri, duduk dan 
berbaring 
Auskultasi TD pada kedua 
lengan dan bandingkan 
Monitor TD, Nadi, dan RR 
sebelum, selama, dan 
sesudah aktivitas 
Monitor kualitas dari nadi 
Monitor frekuensi dan irama 
pernapasan 
Monitor suara paru 
Monitor pola pernapasan 
Abnormal
11 
Monitor suhu, warna dan 
kelembaban kulit 
Monitor sianosis perifer 
Monitor adanya tekanan 
nadi yang melebar , 
bradikardi, peningkatan 
sistolik (Chusing Triad) 
Identifikasi penyebab dari 
perubahan vital Sign 
2. Resiko injury 
berhubungan dengan 
infeksi 
mikroorganisme 
Setelah dilakukan tindakan 
keperawatan selama …x 
24 jam, pasien tidak 
mengalami injury. 
Risk Injury 
Kriteria Hasil : 
 Klien terbebas dari cidera 
 Klien mampu menjelaskan 
cara/metode untuk 
mencegah injury atau cedera 
 Klien mampu menjelaskan 
factor resiko dari lingkunga atau 
perilaku personal 
 Mampu memodifikasi gaya 
hidup untuk mencegah injury 
 Menggunakan fasilitas 
kesehatan yang ada 
 Mampu mengenali 
perubahan status kesehatan 
 Sediakan lingkungan 
yang aman untuk pasien 
 Identifikasi kebutuhan 
Keamanan pasien sesuai 
dengan kondisi fisik dan 
fungsi kognitif pasien dan 
riwayat penyakit terdahulu 
pasien 
Menghindari lingkungan 
yang berbahaya misalnya 
memindahkan perabotan 
 Memasang side rail 
tempat tidur 
 Menyediakan tempat 
tidur yang nyaman dan 
bersih 
 Meletakan saklar lampu 
tempat yang mudah 
dijangkau pasien 
Membatasi pengunjung 
 Memberikan penerangan 
yang cukup 
 Menganjurkan keluarga 
untuk menemani pasien 
 Mengontrol lingkungan 
dari kebisingan 
 Memindahkan barang-barang 
yang dapat 
membahayakan 
 Berikan penjelasan pada 
pasien dan keluarga atau 
pengunjung adanya 
perubahan status kesehatan 
dan penyebab penyakit. 
3 Resiko kekurangan 
volume cairan 
dengan faktor resiko 
faktor yang 
mempengaruhi 
Setelah dilakukan tindakan 
keperawatan selama …x 24 jam, 
fluid balance dengan kriteria hasil 
: 
Mempertahankan urine output 
Fluid management: 
 Pertahankan catatan 
intake dan output yang 
akurat 
 Monitor status dehidrasi(
12 
kebutuhan cairan 
(hipermetabolik) 
sesuai dengan usia dan BB, BJ 
urine normal, HT normal 
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh 
dalam batas normal 
Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, 
elastisitas turgor kulit baik, 
membrane mukosa lembab, tidak 
ada rasa haus yang berlebihan. 
kelembaban membrane 
mukosa, nadi adekuat, 
tekanan darah ortostatik) 
 Monitor vital sign 
 Monitor asupan 
makanan/ cairan dan hitung 
intake kalori harian 
 Lakukan terapi IV 
 Monitor status nutrisi 
 Berikan cairan 
Berikan cairan IV pada suhu 
ruangan 
 Dorong masukan oral 
 Berikan penggantian 
nasogastrik sesuai output 
 Dorong keluarga untuk 
membantu pasien makan 
Anjurkan minum kurang 
lebih 7-8 gelas belimbing 
perhari 
 Kolaborasi dokter jika 
tanda cairan berlebih 
muncul memburuk 
 Atur kemungkinan 
transfusi
BAB IV 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas 
batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat 
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau 
dehidrasi. 
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat 
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun 
penyakit lain (Julia, 2000). 
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya 
a. Suhu lingkungan. 
b. Adanya infeksi. 
c. Pneumonia. 
d. Malaria. 
e. Otitis media. 
f. Imunisasi 
B. SARAN 
Demikian pembuatan makalah yang kami,dan kami mohon kritikan dan saran yang 
membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam 
membuat dan menyusun makalah.oleh karena itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki 
dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik. 
13
DAFTAR PUSTAKA 
1. Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit. 
2. Jakarta:EGC. 
3. Corwin.(2000). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC. 
4. Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana Keperawatan 
5. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC. 
6. Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: 
7. Salemba Medika. 
8. Nanda. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan 
9. Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika. 
10. Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: 
11. CV. Sagung Seto. 
14

More Related Content

What's hot

Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
Teye Onti
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
saharwakumoro
 
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkapTugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
syafa69
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
teguhprayitnopro
 

What's hot (20)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Iv. askep angina
Iv. askep anginaIv. askep angina
Iv. askep angina
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
9. asuhan keperawatan pada illeus
9. asuhan keperawatan pada illeus9. asuhan keperawatan pada illeus
9. asuhan keperawatan pada illeus
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkapTugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
Tugas kebutuhan rasa aman dan nyaman lengkap
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitisProses keperawatan pada anak dengan bronkitis
Proses keperawatan pada anak dengan bronkitis
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Colic abdomen
Colic abdomenColic abdomen
Colic abdomen
 

Viewers also liked

Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial baruxDaftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
Septian Muna Barakati
 

Viewers also liked (20)

Pemerintah kabupetn parigi mautong
Pemerintah kabupetn parigi mautongPemerintah kabupetn parigi mautong
Pemerintah kabupetn parigi mautong
 
Perkembangan dan konsep dasar
Perkembangan dan konsep dasarPerkembangan dan konsep dasar
Perkembangan dan konsep dasar
 
Makalah fisika kesehatan
Makalah fisika kesehatanMakalah fisika kesehatan
Makalah fisika kesehatan
 
Alat musik tradisional
Alat musik tradisionalAlat musik tradisional
Alat musik tradisional
 
Rencana pelaksanaan pembelajaran siti atika
Rencana pelaksanaan pembelajaran siti atikaRencana pelaksanaan pembelajaran siti atika
Rencana pelaksanaan pembelajaran siti atika
 
Makalah landasan pacu bagi pemimpin
Makalah landasan pacu bagi pemimpinMakalah landasan pacu bagi pemimpin
Makalah landasan pacu bagi pemimpin
 
Korelasi koefisiengrammer
Korelasi koefisiengrammerKorelasi koefisiengrammer
Korelasi koefisiengrammer
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Makalah razak
Makalah razakMakalah razak
Makalah razak
 
Makalah pykit jantung bawaan
Makalah pykit jantung bawaanMakalah pykit jantung bawaan
Makalah pykit jantung bawaan
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Makalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogenMakalah ikatan hidrogen
Makalah ikatan hidrogen
 
Makalah dpr
Makalah dprMakalah dpr
Makalah dpr
 
Gambar mistar terbaru
Gambar mistar terbaruGambar mistar terbaru
Gambar mistar terbaru
 
Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial baruxDaftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
Daftar hadir siswa dan guru pada kegiatan remedial barux
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutik
 
Pembentukan panitia pkk 2
Pembentukan panitia pkk 2Pembentukan panitia pkk 2
Pembentukan panitia pkk 2
 
Rediger sur internet
Rediger sur internetRediger sur internet
Rediger sur internet
 

Similar to Makalah febris (20)

Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Makalah febris
Makalah febrisMakalah febris
Makalah febris
 
Febris
FebrisFebris
Febris
 
Kejang abyi
Kejang abyiKejang abyi
Kejang abyi
 
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
Kejang abyi AKPER PEMKAB MUNA
 
12345
1234512345
12345
 
Sindromatologi demam
Sindromatologi demamSindromatologi demam
Sindromatologi demam
 
4. bab 2
4. bab 24. bab 2
4. bab 2
 
Anak
Anak Anak
Anak
 
PPT Termoregulasi.pptx
PPT Termoregulasi.pptxPPT Termoregulasi.pptx
PPT Termoregulasi.pptx
 
Lapkas kejang demam
Lapkas kejang demamLapkas kejang demam
Lapkas kejang demam
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
 
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docxKEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
KEJANG DEMAM PADA ANAK.docx
 
Modul Demam
Modul Demam Modul Demam
Modul Demam
 
Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam Bab I k.anak pada kejang dan demam
Bab I k.anak pada kejang dan demam
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 

More from Septian Muna Barakati

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah febris

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin. Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi. Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien. B. TUJUAN Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1 1. Untuk memahami definisi febris. 2. Untuk memahami etiologi febris. 3. Untuk memahami klasifikasi febris. 4. Untuk memahami patofisiologi febris. C. MANFAAT Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai perawat. b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan kperawatan. c. Bagi Klien dan Keluarga Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh pasien secara kesadaran bagi klien untuk memperhatikan kondisi tubuhnya. d. Bagi Lahan Praktek Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI FEBRIS Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003). Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi(Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2000). B. ETIOLOGI FEBRIS Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya 1. Suhu lingkungan. 2. Adanya infeksi. 3. Pneumonia. 4. Malaria. 5. Otitis media. 6. Imunisasi Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. 2
  • 3. C. KLASIFIKASI FEBRIS Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah : Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan 3 Malignant Hyperthermia Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot karena anestesi total Tipe - tipe demam.diantaranya: 1. Demam Septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik 2. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik 3. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana 4. Demam intermiten Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia 5. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
  • 4. D. PATOFISIOLOGI Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone. Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut: Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus)  menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-, selain itu ada IL-6 dan IFN  bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis (OVLT)  OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum pallusolum Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke otak. OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-1 yang menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris. Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler. Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik  stimulasi pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya demam D. MANIFESTASI KLINIS Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi: Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil) Tanda dan gejala - Peningkatan denyut jantung - Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan - Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot - Peningkatan suhu tubuh 4
  • 5. - Pengeluaran keringat berlebih - Rambut pada kulit berdiri - Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah Fase 2 ( proses demam) Tanda dan gejala - Proses mengigil lenyap - Kulit terasa hangat / panas - Merasa tidak panas / dingin - Peningkatan nadi - Peningkatan rasa haus - Dehidrasi - Kelemahan - Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat) - Nyeri pada otot akibat katabolisme protein. 5 Fase 3 (pemulihan) Tanda dan gejala - Kulit tampak merah dan hangat - Berkeringat - Mengigil ringan - Kemungkinan mengalami dehidrasi E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Uji coba darah, Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun. 2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan. 3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa F. PENATALAKSANAAN FEBRIS 1. Secara Fisik a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal b. Pakaian anak diusahakan tidak tebal c. Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat d. Memberikan kompres Berikut ini cara mengkompres yang benar : - Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es - Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangat - Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada - Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat 2. Obat- obat Antipiretik
  • 6. Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan. Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari; Petunjuk pemberian antipiretik: a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya. Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam G. KOMPLIKASI FEBRIS Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya: 1. Takikardi 2. Insufisiensi jantung 3. Insufisiensi pulmonal 4. Kejang demam 6
  • 7. BAB III MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN 7 A. PENGUMPULAN DATA 1. Identitas pasien Nama : An. Aldo Umur : 8 tahun Jenis kelamin : Laki-laki pekerjaan : - Status pernikahan : Belum menikah Pendidikan : - Alamat : Wapunto Agama : Islam Suku/bangsa : Muna / indonesia Tanggal masuk rumah sakit: Diagnosa medis : Febris 2. Identitas penanggung jawab: Nama : Umur : Jenis kelamin : Hubungan dengan pasien : Pekerjaan : Ibu rumah tangga Alamat : Wapunto B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF) 1. KeluhanuUtama Ibu An. Aldo mengatakan anaknya panas 4 hari, muntah dan mual bila makan dan minum, lemes, ( umumnya ada gejala lain yang menyertai demam misalnya mual muntah, nafsu makan menurun, diaforesis, gangguan eliminasi, nyeri otot dan sendi). 2. Riwayatakesehatanasekarang Ibu An. Aldo mengatakan anaknya panas 4 hari terus menerus, mual dan muntah bila makan dan nafsu makan dan minum menurun. Sebelumnya keluarga hanya mengompres anaknya tapi panasnya belum turun juga. 3. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga ada yang mengalami demam seperti pasien tanpa mual muntah seperti gejala yang dialami pasien, namun sembuh hanya dengan meminum obatyangdibelidipasaran. C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF) a. Keadaan umum : lemas b. Kesadaran : composmentis c. Tanda vital : TD : Pols : Temp : 38 RR : BB : TB :
  • 8. Head to Toe a. Kepala Rambut : warna hitam, kulit kepala nampak kering Mata : simetris, konjungtiva anemis Hidung : fungsi penciuman baik, tidak ada secret Telinga : tidak ada serumen, pendengaran baik Mulut : mukosa bibir kering tidak ada stomatitis Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Wajah : tampak pucat dan lemas b. Dada Jantung I : IC tidak tampak P : IC kuat angkat P : Batas jantung tidak melebar A : Bunyi jantung I-II simetris Paru I : Pengembangan dada ka = ki simetris P : Fremitus seimbang P : Sonor A : Bunyi vesikuler c. Abdomen I : tidak ada distensi abdomen A : Peristaltik usus ± 15 x/menit P : Tidak teraba massa P : Tidak kembung d. Genetalia : genetalia bersih e. Ektremitas : lemah dalam menggerakkan tangan f. Turgorkulit :jelek g. PemeriksaanPenunjang Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 8
  • 9. 9 ASUHAN KEPERAWATAN Resiko tinggi infeksi b/d : - Penurunan sistem tubuh - Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi - Prosedur infasif - Nosokomial. Tujuan/kriteria hasil : - Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu - Bebas dari sekresi purulen, bebas dari febris. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul - Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit - Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme - Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi Discharge Planning 1. Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau Perawat 2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu 3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi 4. Intruksikan untuk kontrol ulang 5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus. RENCANA KEPERAWATAN No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) 1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit. Batasan karakeristik : kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal serangan atau konvulsi (kejang) kulit kemerahan pertambahan RR takikardi saat disentuh tangan terasa hangat Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ….X 24 jam, pasien mengalami keseimbangan termoregulasi dengan kriteria hasil :  Suhu tubuh dalam rentang normal 35,9 C – 37,5 C  Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit  Tidak ada pusing Mengontrol panas Monitor suhu minimal tiap 2 jam Monitor suhu basal secara kontinyu sesui dengan kebutuhan. Monitor TD, Nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC,Hb, Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan Tapid sponge Berikan cairan intra vena
  • 10. 10 Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil Temperature Regulation Monitor tanda- tanda hipertermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tetang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai dengan kebutuhan Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar pakaian. Vital Sign Monitoring Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk dan berbaring Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan Abnormal
  • 11. 11 Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya tekanan nadi yang melebar , bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing Triad) Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign 2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, pasien tidak mengalami injury. Risk Injury Kriteria Hasil :  Klien terbebas dari cidera  Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury atau cedera  Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkunga atau perilaku personal  Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury  Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada  Mampu mengenali perubahan status kesehatan  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien  Identifikasi kebutuhan Keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien Menghindari lingkungan yang berbahaya misalnya memindahkan perabotan  Memasang side rail tempat tidur  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih  Meletakan saklar lampu tempat yang mudah dijangkau pasien Membatasi pengunjung  Memberikan penerangan yang cukup  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien  Mengontrol lingkungan dari kebisingan  Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan  Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. 3 Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko faktor yang mempengaruhi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam, fluid balance dengan kriteria hasil : Mempertahankan urine output Fluid management:  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Monitor status dehidrasi(
  • 12. 12 kebutuhan cairan (hipermetabolik) sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)  Monitor vital sign  Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian  Lakukan terapi IV  Monitor status nutrisi  Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan  Dorong masukan oral  Berikan penggantian nasogastrik sesuai output  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk  Atur kemungkinan transfusi
  • 13. BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya a. Suhu lingkungan. b. Adanya infeksi. c. Pneumonia. d. Malaria. e. Otitis media. f. Imunisasi B. SARAN Demikian pembuatan makalah yang kami,dan kami mohon kritikan dan saran yang membangun karena bagaimanapun kami tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan dalam membuat dan menyusun makalah.oleh karena itu dengan kritik dan saran bisa memperbaiki dan juga dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik. 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA 1. Ngastiah,Editor Setiawan S, Kep.(2005). Buku keperawatan anak sakit. 2. Jakarta:EGC. 3. Corwin.(2000). Hand Book Of Pathofisiologi.Jakarta:EGC. 4. Doenges,M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F.(2000). Rencana Keperawatan 5. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:EGC. 6. Hidayat,A. A.(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: 7. Salemba Medika. 8. Nanda. (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan 9. Klasifikasi. Jakarta:Prima Medika. 10. Suriadi dan Yuliani, R.(2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: 11. CV. Sagung Seto. 14