SlideShare a Scribd company logo
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DESALINASI AIR LAUT
MAKALAH DESALINASI
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Nama : Dewi Anggraeni
NIM : 1310190001
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2022
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas penyusunan
Makalah Desalinasi dengan judul Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut Sholawat
serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan
jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia.
Penulis selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luhur
Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Desalinasi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Begitulah adanya, makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala
kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang.
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi
kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di
waktu yang akan datang.
Tuban, 21 Oktober 2022
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................5
1.3 Tujuan penulis.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
2.1 Teknologi Membran....................................................................................................6
2.1.1 Membran-Membran Baru ....................................................................................6
2.1.2 Proses-proses Membran.....................................................................................10
2.2 Teknologi Termal......................................................................................................12
2.2.1 Distilasi Membran..............................................................................................12
2.2.2 Humidifikasi-Dehumidifikasi ............................................................................13
2.2.3 Desalinasi Adsorbsi ...........................................................................................14
2.2.4 Pervaporasi.........................................................................................................15
BAB III PENUTUP .................................................................................................................16
3. Kesimpulan ...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan hal yang paling penting dan krusial dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan
hampir seluruh manusia bergantung hidup dengan air mulai dari konsumsi untuk tubuh
hingga digunakan pada kebutuhan sehari-hari. Tanpa adanya air kehidupan di bumi ini tidak
akan bisa berjalan sebagaimana mestinya, oleh karena itu air merupakan hal yang paling
mendasar dalam kehidupan manusia di bumi. Air bersih atau layak konsumsi termasuk
kedalam sumber daya yang terbatas dimana hal tersebut membuat permintaan menjadi tinggi
terhadap tekanan yang disebabkan oleh kenaikan jumlah manusia dapat mendorong
keperluan dan ketersediaan air pada masyarakat semakin tinggi sehingga akan timbul
masalah kekurangan air untuk memenuhi penggunaan air per kapita (Milan, 2017). Jika
dilihat secara geografinya Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi air yang
sangat banyak karena dikelilingi oleh dua samudra. Hingga tidak dapat dipungkiri Indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim kemarau di Indonesia sering sekali mengakibatkan beberapa permasalahan seperti
kekeringan di berbagai daerah. Kekeringan sudah menjadi hal biasa di Indonesia karena
sering terjadi ketika musim kemarau tiba, salah satunya adalah daerah pesisir di Kabupaten
Pacitan. Kekeringan sendiri merupakan suatu kejadian yang terjadi ketika ketersediaan air
disuatu tempat semakin menipis dan hampir habis sehingga kurang mencukupi kebutuhan.
Padahal apabila dilihat secara global air merupakan salah satu komponen terbesar yang
dimuka bumi ini yang terdiri sekitar 70% namun hanya dapat digunakan sebesar 0,7% saja,
dimana 97,2 % nya berupa air laut dan sisanya sebesar 2,1% berbentuk es (Hendrayana
dalam (Widada dkk., 2017). Teknologi desalinasi air laut menjadi satu inovasi yang cukup
efektif dalam mengatasi kasus dunia yang mendesak seperti pasokan air pada masyarakat
untuk kebutuhan rumah tangga, industry bahkan pertanian (Abdullaev dkk., 2019). Pacitan
merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki garis pantai panjang.
Sehingga jika dilihat dari topografinya pacitan memiliki potensi air yang sangat besar.
Namun sayangnya beberapa daerah di Pacitan seperti di daerah pesisir memiliki jenis tanah
berupa tanah karst yang bersifat tidak dapat menyerap air dan menyimpan air sehingga
seringkali terjadi kekeringan di Pacitan. Seperti di kecamatan donorojo dan pringkuku yang
memiliki lahan berupa tanah tegal bukan tanah persawahan dengan rincian sekitar 94%
5
merupakan tanah tegalan (Krisdiarto dkk., 2020). Tanah di desa Watu Karung ini hanya
dimanfaatkan sebagai lahan tegalan yang biasanya ditanami tumbuhan umbi dan juga
diperuntukan sebagai hutan oleh masyarakat setempat. Selain itu Desa Watu Karung
memiliki tanah kering dengan luas 678,99 dengan curah hujan sekitar 191,43 /Tahun (BPS
Kabupaten Pacitan, 2019). Hal ini yang menyebabkan sering terjadinya kekurangan air
bersih di desa Watu Karung pada masyarakatnya bahkan pada sektor pariwisatanya.
Walaupun penyediaan air disekitar telah menggunakan PDAM akan tetapi masih kurang.
Padahal dalam kasus dunia kekurangan air bersih terutama sumber air minum merupakan
suatu permasalahan yang kompleks yang meliputi investasi sistematis pada lingkungan
hingga inovasi teknologi pada air bersih (Van Hoang dkk., 2018). Sebenarnya jika dilihat
secara geografinya desa Watu Karung memiliki potensi air yang besar yaitu berupa air laut.
Akan tetapi air laut tidak dapat dipakai langsung dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya
pemurnian terlebih dahulu karena air laut cenderung memiliki kandungan yang kuat dan
dapat merusak atau bersifat korosi. Menurut Nugraha dan Mahida (2013) air laut memiliki
kandungan Total Dissolved Solid (TDS) yang melebihi 3000 ppm. Dimana menurut WHO
dalam air yang baik dikonsumsi harus memiliki Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari
1000 ppm. Sehingga pengembangan teknologi desalinasi air laut ini mampu menjadi salah
satu solusi alternatif yang cocok diterapkan di desa Watu Karung dalam tujuan pemenuhan
kebutuhan air bersih. Desalinasi air laut merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses
yang dilakukan untuk memurnikan air laut menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi.
Menurut Poter (2004) teknologi desalinasi air laut ini memiliki proses berupa evaporasi yang
menggunakan energy dari luar untuk merangkap air dalam suatu kaca, selain itu juga terjadi
suatu transfer kalor pada air dengan dilanjutkan pada proses penguapan setelah penguapan
ini lah uap akan mengalami kondensasi dibagian atas alat desalinasi sehingga menghasilkan
tetesan air berupa air murni dari pengembunan uap (Krisdiarto dkk., 2020). Penulis disini
akan membahas tentang perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi
membran dan teknologi yang berbasiskan termal.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi membran
dan teknologi yang berbasiskan termal ?
1.3 Tujuan penulis
Untuk mengetahui perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi
membran dan teknologi yang berbasiskan termal.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi Membran
Dalam bagian ini, teknologi membran muncul berdasarkan proses membran yang telah
didiskusikan. Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang pengembangan
dan aplikasi dari generasi baru material membran sendiri untuk desalinasi serta bagian kedua
tentang review tentang kemunculan teknologi membran untuk desalinasi.
2.1.1 Membran-Membran Baru
Membran thin film nanotechnology (TFN) yang menggabungkan nanopartikel zeolit tipe
A menjadi membran lapisan film tipis untuk menambah permeabilitas dari air dan
mempertahankan garam di sisi yang lainya. Zeolit tipe A ini adalah zeolit alumina silikat
yang mempunyai pori tiga dimensi dengan pori tegak lurus terhadap yang lainnya dalam
zona x, y, dan z. Kegunaan dari nanopartikel ini adalah untuk meningkatkan fluks saat
melewati membran dan menyediakan kesempatan untuk menurunkan konsumsi energi
melalui penurunan tekanan umpan dengan mempertahankan jumlah produksi air. Teknologi
TFN berguna dalam polimerisasi interfasial dimana nanopartikel terdispersi di dalam satu
atau lebih dari monomer untuk menciptakan membran nanokomposit. Membran ini bersifat
halus, lebih hidrofilik, dan memilki permukaan yang bermuatan negatif jika dibandingkan
dengan membran murni thin film composite (TFC). Sifat permukaan ini akan meningkatkan
permeabilitas dari membran dan air dapet melewati matriks karena lorong dari membran ini
jauh lebih bersifat hidrofilik. Karena pemukaannya lebih bermuatan negatif menyebabkan
pertukaran ion semakin eksklusif dengan mempertahankan garam pada sisi lainnya. Sifat
hidrofilik ini menyebabkan membran secara keseluruhan membran semakin kecil peluang
untuk terjadi fouling. Laju alir volumetrik di dalam TFN dapat mencapai 52 m 3 /hari dan
NaCl yang tertahan sebesar 99,7%. Penelitian mengungkapkan dengan membandingkan
membran TFN dengan TFC dalam skala pilot dan dihasilkan fakta bahwa permeabilitas TFN
1,4 kali dari permeabilitas TFC. Walaupun membran TFN memilki permeabilitas yang lebih
tinggi terhadap air, tetapi salt rejection dan boron rejection yang dimilki membran TFN jauh
lebih rendah dibandingkan TFC. Generasi baru TFN dengan peningkatan boron rejection
telah ditemukan, tetapi nilai dari permeabilitas air yang dimilki sama dengan nilai
permeabilitas air dari TFC. Konsumsi energi spesifik untuk membran TFN adalah sebesar
2,24-2,55 kWh/m3 dengan fluks sebesar 11,9- 15,3 Lm-2 h-1 dan perolehan sebesar 40–
7
55%. Konsumsi energi spesifik untuk membran TFC adalah sebesar 2,28–2,61 kWh/m3
dengan fluks sebesar 11,9-15,3 Lm-2 h1 dengan perolehan sebesar 40–55%. Oleh karena itu,
konsumsi energi akan 6% lebih rendah dengan menggunakan TFN. Bagaimanapun, dalam
desalinasi air laut dengan menggunakan sistem reverse osmosis dengan membran air payau
pada pH 10,3 berguna untuk mencapai lever terendah dari boron pada aliran air. Pemilihan
membran TFN dibandingkan membran TFC karena umur membran ini jauh lebih tahan lama
daripada TFC, walaupun harga kapital dari membran TFC jauh lebih mahal dibandingkan
dengan membran TFC. Aquaporin adalah protein yang mengontrol fluks air melalui
membran biologis. Perpindahan air di dalam aquaporin sangat selektif dan difusi yang sangat
cepat karena adanya gradien osmotik yang sangat tinggi. Aquaporin dengan sifatnya selektif
ekstraseluler maupun intraseluler menyebabkan molekul air dapat melewati lorong dengan
sangat cepat, tetapi untuk molekul protein dan ion lainnya tidak bisa melewati 3 lorong ini
karena adanya mekanisme elektrostatik. Oleh karena itu, hanya molekul air saja yang akan
ditransportasikan melalui saluran aquaporin dan ion yang bermuatan akan tertahan.
Membran aquaporin 100 kali lebih permeabel daripada komersial membran reverse osmosin.
Permeabilitas dan selektivitas yang tinggi berdasarkan saluran pada protein. Aquaporin
dipilih berdasarkan kemampuan yang tinggi di dalam permeasi dan selektivitas. Bentuk
kopolimernya yang simetri dengan sifat hidrofobik yang tinggi menjadi alasan utama.
Membran aquaporin juga menahan glukosa, gliserin, garam, dan urea dalam jumlah tertentu.
Ada dua faktor yang yang mempengaruhi transport dari molekul air yaitu molekular dan
permeabilitas difusi. Fluks air yang melewati membran berkisar pada 73,8 Lm-2 h-1 . Secara
eksperimen didapatkan fluks air nyata 10% dibawah fluks air teoritik yang didapatkan dari
pemodelan komputer. Studi menunjukkan bahwa membran aquaporin telah tersedia sebagai
membran komersial. Jenis membran aquaporin yang terlah terkomersialisasi adalah NF270
dan NTR7450 dengan pH 2,0. Penelitian menunjukkan lipid bilayer pada membran
nanofiltrasi dapat dioperasikan dibawah gaya mekanik seperti pada membran RO. Membran
NF dapat dipilih untuk membantu meningkatkan permeabilitas dan menurunkan kekasaran
permukaan untuk meminimalkan distorsi dari lipid bilayer. Membran berbasis aquaporin
merupakan membran yang sangat menjanjikan untuk desalinasi dimana mekanisme gaya
dorongnya berasal dari konsentrasi garam atau dengan kata lain berasal dari gradien tekanan
osmotiknya. Hal ini jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membran reverse
osmosis dimana gaya dorongnya membutuhkan energi dari luar. Dengan adanya 75%
membran aquaporin diprediksi akan terjadi peningkatan permeabilitas air. Jika tidak
memperhitungkan tekanan yang diaplikasikan, maka konsumsi energi yang diperkirakan
8
akan lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan membran reverse osmosis. Karena
kesulitan dalam pengolahan protein dalam jumlah besar dan produksi area material membran
dalam jumlah besar, membran aquaporin tidak terkomersialisasi secara luas. Karbon
nanotubes telah dievaluasi untuk desalinasi dalam kecepatannya mentransportasikan air, luas
permukaan yang luas, dan dapat digunakan dengan mudah. Konsumsi energi yang digunakan
dalam desalinasi menggunakan karbon nanotubes bisa jauh lebih kecil dibandingkan dengan
membran reverse osmosis sebesar dua hingga lima kali dari prediksi secara teoritik dengan
persamaan Hagen-Poiseuille. Air dan ion akan ditransportkan melalui membran dengan
diameter karbon nanotubes dari 6 hingga 10 Å. Tingginya nilai dari laju alir volumetrik
disebabkan karena atom yang sangat kecil dan molekul dari nantubes melewati molekul air
hanya dengan proses satu dimensi. Tantangan menggunakan karbon nantubes untuk
desalinasi adalah kompleksitasnya yang melibatkan fabrikasi dari tabung subnanometernya.
Karbon nanotubes menggabungkan beberapa tipe dari substrat dengan menggunakan
chemical vapor deposition (CVD). Hasil dari desalinasi dengan menggunakan karbon
nanotubes adalah dapat menyebabkan seluruh ion tidak dapat masuk pada bukaan nanotubes
karena bukaan ini terbuat dari formasi ikatan hidrogen yang stabil. Sebaliknya, air tidak
dapat membentuk ikatan hidrogen yang stabil dengan nanotubes dan permeat secara cepat.
Membran dengan teknologi karbon nanotubes merupakan penemuan yang sangat
menjanjikan untuk desalinasi air karena ukuran dan bentuk dari tubes-nya yang dapat
menahan ion masuk. Ion yang tidak bisa masuk pada membran karbon nanotubes ini
disebabkan karena adanya efek sterik antara pori-pori pada nano dengan diameter hidrat
sepanjang kesetimbangan Donnan dari permukaan membran. Ion yang tertahan oleh karbon
nanotube tergantung ukuran pori dari nanotubes sendiri. Saat diameter dalam dari nanotubes
ditingkatkan dari 0,32 mm hingga 0,75 mm, maka efisiensi dari garam yang tertahan
menurun dari 100% menjadi 58%. Bagaimanapun, hasil ini hanya berdasarkan simulasi dan
tidak berdasarkan eksperimen secara nyata. Hasil efisiensi dari banyaknya garam yang
tertahan dengan menggunakan membran karbon nanotubes mengalami peningkatan dengan
adanya muatan pada permukaan yang menyebabkan peningkatan interaksi elektrostatik.
Dengan memodifikasi sifat atau properti dari permukaan membran nanotubes akan
meningkatkan efisiensi dari desalinasi. Dibandingkan dengan membran konvensional,
keuntungan lainnya adalah membran nanotubes lebih tahan lama secara mekanik. Selain itu,
boron nitrit nanoutubes memiliki aliran air yang sangat superior dibandingkan dengan
karbon nanotubes karena mampu menahan garam hingga 100%. Karbon nanotubes dengan
radius 4,14 Å yang berfungsi sebagai membran yang selektif terhadap kation, sedangkan
9
karbon nanotubes dengan radius 5,52 Å yang berfungsi sebagai membran yang selektif
terhadap anion. Karbon nanotubes telah dievaluasi pada kapasitas adsorbsi garamnya.
Penelitian menunjukkan bahwa plasma pada karbon nanotubes menghasilkan kapasitas
adsorsi garam yang sangat tinggi mencapai 400% dari berat total. Modifikasi karbon
nanotubes difabrikasi dengan deposisi dari lapisan tipis dari nanotubes. Kapasitas adsorpsi
garam akan diperoleh ssecara keseluruhan dengan tap water rinse. Peningkatan dari kapasitas
adsorbsi garam disebabkan karena adanya sisi yang bersifat defektif yang tercipta pada
permukaan plasma. 4 Keuntungan yang signifikan dari penggunaan membran nanotubes
dibandingkan dengan membran konvensional lainnya adalah dapat mengurangi gaya dorong
yang berupa tekanana hidrolik dan harga konsumsi energi akan menjadi lebih rendah. Akan
tetapi produktivitas akan menjadi terbatas karena adanya tekanan osmotik dari batasan dari
termodinamika. Karbon nanotubes adalah material yang dapat diproduksi dengan mudah
dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, fabrikasi merupakan kunci dari komersialisasi
karbon nanotubes. Membran yang berbasis grafena dikembangkan untuk desalinasi
tranportasi air yang cepat dan properti mekanik yang baik. Dengan mekanisme yang sama
pada membran nanotubes, grafena yang memiliki dua dimensi nanokapilar mengijinkan
adanya gesekan ringan pada aliran pada satu lapisan pada spray-coating atau spin-coating.
Walaupun grafena bersifat impermeabel terhadap molekul air, tranportasi masih tetap terjadi
melalui sifat kapilaritas dan bisa lebih cepat daripada molekul air yang melewati suatu
bukaan. Sifat kapilaritas ini muncul karena adanya gugus fungsi seperti hidroksil dan epoksi
yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya nanokapiler. Dari penelitian, grafena
tersusun atas satu atom tebal karbon alotrop. Grafena terbentuk dengan mengeliminasi
beberapa ikatan karbon di dalamnya dengan ikatan asetilenik untuk membentuk a-grafena,
bgrafena, dan g-grafena beserta analognya. Dari hasil tersebut, 100% garam akan tertahan
pada sisi yang lainnya dengan membran grafena monolayer yang memiliki permeabilitas dua
kali lebih besar dari membran komersial seperti contohnya reverse osmosis. Dinamik
molekular dan simulasi di komputer telah digunakan dalam menganalisis fenomena transport
dari molekul air melalui membran grafena. Analisis ini menunjukkan bahwa permeabilitas
molekul air melalui membran grafena dapat meningkat dua kali lipat ketika ukuran pori
kapiler meningkat dengan kapabilitas 100% garam akan tertahan pada sisi membran yang
lainnya. Grafena dapat diproduksi dengan kemungkinan laminasi yang sangat tinggi dengan
fleksibelitas dan kekuatan tahanan yang tinggi. Gugus fungsi dari grafena menunjukkan
bahwa kegunaannya terhadap membran osmosis dapat menurunkan polarisasi konsentrasi
internal dan dapat meningkatkan fluks dari air. Bagaimanapun, produktivitas air pada
10
membran grafena sama dengan membran karbon nanotubes yaitu keterbatasan pada tekanan
osmotik karena adanya batasan termodinamika. Komersialisasi grafena sebagai membran
untuk desalinasi air tergantung pada kemampuan sintesis dari materialnya yang harus
disintesis dalam jumlah yang besar serta tahanan mekanik dari nanolayer ketika
diaplikasikan pada tekanan hidrostatik.
2.1.2 Proses-proses Membran
Semi-batch RO proses mengom-binasikan air umpan mentah dengan sirkulasi
konsentrasi yang telah diketahui rasionya. Proses penggunaannnya mengombinasikan
variabel tekanan operasi dengan resirkulasi konsentrasi internal dan konfigurasi membran
yang terdiri dari tiga atau empat elemen per tekanan pada vesel untuk mengurangi konsumsi
energi. Proses ini membutuhkan tekanan umpan yang cukup rendah sehingga menghasilkan
konsumsi energi yang rendah. Proses ini dimulai dari tekanan umpan yang rendah kemudian
secara bertahap ditingkatkan dengan mempertahankan laju alir volumetrik dari permeasi.
Pada prosesnya membutuhkan waktu sekitar 6,5 menit untuk memenuhi satu buah siklus
dimana tekanan operasi berkisar diantara 40 sampai 70 bar. Proses resirkulasi dari
konsentrasi menghasilkan perolehan air umpan sebesar 50% atau lebih untuk desalinasi air
laut dan 90% untuk desalinasi air payau. Perolehan air umpan tergantung pada jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan resirkulasi. Proses resirkulasi dilakukan pada chamber
isobarik berisi air. Sesudah siklus berakhir, bukaan valve dan membran akan akan dibilas
dengan air bertekanan dari chamber dengan laju alir volumetrik dari permeasi yang tetap
dinyalakan. Kemudian, sisi chamber akan ditutup, tekanan diturunkan dengan membiarkan
penurunan dari konsentrasi, diisi kembali dengan air umpan, dan ditekan kembali dari
putaran desalinasi. Aliran bertekanan dilepaskan dari proses ini. Kemudian, tekanan yang
tersedia di dalam konsentrat ini akan digunakan sebelum discharge dan energy recovery
device (ERDs) tidak digunakan. Dari proses ini akan didapat proses fouling yang akan
menurun secara drastis. Kualitas air permeasi dari semi-batch RO juga hampir sama dengan
sistem konvensional RO. Faktor yang menentukan pemilihan semi-batch RO adalah
kebutuhan kelengkapan alat. Semi-batch RO membutuhkan tambahan tekanan vesel yang
digunakan sebagai sisi kanal untuk menggantikan sistem dengan air umpan segar dan
menahan air asin untuk kelangsungan siklus desalinasi. Walaupun ERD tidak dibutuhkan
dalam membran semi-batch RO, kelengkapan tambahan yang berupa automated pneumatic
valve tetap dibutuhkan untuk kelangsungan sistem operasi. Harga dari valve ini termasuk
dalam evaluasi dari harga kapital (capital cost). Semua kebutuhan pompa dalam
11
konvensional RO juga dibutuhkan dalam sistem semi-batch RO dengan tambahan berupa sisi
kanal pompa. Forward osmosis adalah proses komersial yang sangat umum diketahui dari
tahun 1930an dan telah diaplikasikan di berbagai sektor desalinasi air. Pada proses ini,
walaupun menggunakan tekanan hidrolik seperti pada sistem konvensional RO pada proses 5
desalinasi, konsentrat dari draw solution digunakan untuk menciptakan tekanan osmotik
yang tinggi dengan dorongan dari air melalui membran semipermeabel dari larutan umpan.
Draw solution akan dipisahkan dari draw solution encer untuk kemudian digunakan kembali
dan menghasilkan produk air akhir. Campuran dari amonia dan gas karbon dioksida akan
digunakan sebag predominant draw solution. Ketika amonia dan gas karbon dioksia
dicampur dalam komposisis yang tepat, larutan dengan tekanan osmotik yang tinggi akan
terbentuk. Larutan ini akan digunakan sebagai umpan air garam. Keuntungan dari campuran
ini adalah kemampuan dari regenerasi panas yang dapat digunakan kembali pada proses FO.
Oleh karena itu, proses FO dapat dikatakan sebagai kombinasi dari proses membran dan
panas. Untuk penurunan lebih lanjut kebutuhan energi FO, draw solution tidak memerlukan
penanganan khusus untuk proses pemisahan yang harus dikembangkan. Ketika pupuk (yaitu
KCl, NaNO3, Ca (NO3)2, dll) digunakan sebagai agen osmotik, produk desalinasi FO adalah
draw solution pekat yang dapat diterapkan untuk tanaman melalui fertigasi. Sebagai pupuk
kimia yang digunakan secara luas, metode ini merupakan cara yang efektif dan hemat biaya
untuk memasok air dan nutrisi untuk tanaman. Dalam aplikasi serupa FO, gula (glukosa,
fruktosa, sukrosa) dan makanan parsial dehidrasi telah digunakan sebagai agen osmotik
dalam aplikasi dimana draw water tidak memerlukan perlakuan dan menjadi solusi nutrisi
untuk penggunaan akhir. Dalam pendekatan lain, pelarut polaritas yang dapat dipisahkan
secara mekanik dan dievaluasi unjuk kerjanya. Campuran CO2, air, dan amina tersier
sebagai draw water dalam forward osmosis. Keuntungan utama dengan metode ini terletak
pada pemanfaatan limbah CO2 pada tekanan atmosfer untuk mengubah sifat-sifat pelarut
polaritas. Setelah draw solution diencerkan, polaritas pelarut dipisahkan secara mekanik
menggunakan teknik filtrasi dengan tekanan rendah yang sederhana. Di dalam pendekatan
atau asumsi sederhana, 1 atm CO2 dengan pemanasan ringan menghasilkan konversi yang
polaritas pelarut dari kutub ke fase nonpolar, yang kemudian diikuti dengan pemisahan
mekanik. Konsumsi energi dengan pelarut polaritas switchable dihasilkan sebesar 35-48%
lebih rendah daripada menggunakan NH3/CO2 untuk draw solution. Ketika membran
dengan selulosa triasetat (CTA) digunakan, draw solution mengandung pelarut polaritas
switchable. Bagaimanapun, membran poliamida bersifat stabil dan tidak terdegradasi. Oleh
karena itu, kompabilitas material membran membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam
12
aplikasi FO, air garam digunakan sebagai draw solution, kemudian sebagai larutan umpan.
Aplikasi paling sederhana dari FO adalah RO pretreatment. Dalam kasus ini, penyediaan air
laut sebagai draw solution dan umpan air segar sebagai larutan umpan yang kemudian
ditekan. Pada proses yang sama, pretreatment dari air RO dapat digantikan dengan air
sebagai latrutan umpan. Keuntungan dengan menggunakan tipe air ini adalah penambahan
konsentrasi air umpan RO menjadi lebih sesuai dengan komdisi operasi. Pada penelitian
sebelumnya, konsumsi energi spesifik dari sistem RO two-pass untuk desalinasi air laut
dengan FO akan dibandingkan. Untuk desalinasi air laut dengan TDS sebesar 35.000 mg/L
dan perolehan 50%, konsumsi energi dari sistem RO two-pass adalah sebesar 3 kWh/m3
termasuk pretreatment dari ultrafiltrasi. Pada kondisi yang sama, konnsumsi energi untuk
proses FO adalah sebesar 3,58 kWh/m3 dengan pengentalan draw solution dan proses
regenerasi mengonsumsi masing-masing 0,1 dan 3,48 kWh/m3 . Selanjutnya, agar FO dapat
bersaing dengan RO dalam segi konsumsi energi, maka proses regenerasi haruslah jauh lebih
efisien dibandingkan dengan RO. Bagaimanapun, proses FO memiliki keuntungan karena
memiliki tingkat fouling yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan RO karena tidak
adanya tekanan hidrostatik. Proses FO juga tepat digunakan untuk air dengan tingkat
salinitas air yang tinggi yang diolah terlebih dahulu dengan proses RO.
2.2 Teknologi Termal
Prinsip dari proses desalinasi berbasis termal bergantung dari transisi fasa dengan
penambahan atau pengurangan untuk menghilangkan air segar dari air garam. Hal yang
paling penting dari distilasi termal adalah tahap bertingkat atau dengan istilah multi-stage
flash (MSH), distilasi multiefek (MED), dan kompresi uap (VC). Pada beberapa tahun
terakhir, modifikasi dari teknologi desalinasi termal menunjukkan peningkatan efisiensi pada
proses yang berlangsung. Peningkatan difokuskan terhadap teknologi yang dikombinasikan
dengan perubahan fasa termal dengan membran. Teknologi ini termasuk membran distilasi
dan pervaporasi. Untuk menurunkan konsumsi energi yang murni dengan proses termal,
teknologi seperti humidifikasi maupun dehumidifikasi dan desalinasi adsorbsi telah
dikembangkan.
2.2.1 Distilasi Membran
Distilasi membran (MD) adalah membran dengan gaya dorong berupa termal, membran
berbasis proses yang dikombinasikan dengan teknologi membran beserta pross evaporasi di
dalam satu unit. Hal ini melibatkan perpindahan dari uap air melalui pori dari membran
hidrofobik dengan gradien temperatur saat melalui membran. Gradien ini disebabkan karena
13
perbedaan tekanan uap yang berefek pada produksi 6 uap melalui membran hidrofobik ke
permukaan kondensasi. Dalam MD, performa tidak dipengaruhi oleh salinitas air umpan.
Bagaimanapun, fluks dari permeasi sangat dipengaruhi oleh temperatur umpan.
Pemasangkan MD dengan energi surya, energi geotermal, dan panas sisa untuk mengurangi
laju komsumsi energi dan harga. Walaupun keberadaan sumber panas sisa yang bisa
digunakan dalam proses MD, akan tetapi penelitian tentang proses MD masih terbatas dan
perbandingan direct cost pada MD dengan membran konvensional seperti RO belum
tersedia. Selebihnya, industri secara umum belum menggunakan MD karena beberapa alasan
diantaranya fluks air yang rendah, efisiensi energi yang tidak terlalu tinggi, dan performa
yang singkat pada membran mikropori. Wetting pada permukaan membran akan
menciptakan deposisi bahan organik semakin cepat. Wetting ini merupakan sebauh
pretreatment yang secara langsung akan menyebabkan kenaikan dari biaya. Oleh karena itu,
perlu dibuat MD yang bersifat inovatif agar material pada membran ini memilki porositas,
hidrofobisitas, termal konduktivitas yang rendah, dan fouling yang rendah. Hal ini akan
membuat MD akan semakin dimininati dan dikomersialisasikan. Penelitian MD seharusnya
difokuskan pada penyiapan dari material membran dengan struktur yang dapat memfasilitasi
tranfer massa dan fluks air. Seperti contoh, karbon nanotubes yang diletakkan pada membran
hidrofobik sehingga menyebabkan interaksi yang berefek pada peningkatan permeabilitas
dari uap dan mencegah penetrasi dari cairan masuk ke pori membran.
2.2.2 Humidifikasi-Dehumidifikasi
Humidifikasi-dehumidifikasi (HDH) adalah proses distilasi dan didasarkan pada
meningkatkan kemampuan udara untuk membawa uap air pada suhu tinggi. Sebuah aliran
udara panas dibawa dalam kontak dengan air umpan yang perlu diolah. Udara ekstrak pada
kuantitas tertentu dari uap di zona humidifikasi. Air suling adalah perolehan di zona
dehumidifikasi dengan mempertahan-kan kontak dari udara lembab dengan pendinginan
yang permukaan menyebab-kan kondensasi bagian dari uap dicampur dengan udara. Sistem
ini terdiri dari humidifier, dehumidifier, dan pemanas untuk memanaskan baik gas pembawa
atau aliran air umpan. Karena konsumsi energi yang tinggi terkait dengan jenis teknologi
desalinasi, berbagai modifikasi, dan perbaikan telah dievaluasi. Inovasi ini telah termasuk
penggunaan siklus multitahap udara yang dipanaskan, kompresi didorong dengan sistem
mekanik, kesetimbangan termodinamika, sistem dengan transfer panas yang umum, dan
sistem hibrid dengan RO. Perkembangan lebih lanjut telah melibatkan penggunaan sistem
reverse osmosis untuk menghilangkan garam yang ada di air garam dari humidifier. Dalam
14
konfigurasi ini, sistem HDH dioperasikan menggunakan sistem kompresi uap panas. Gas
pembawa dari humidifier dikompresi dalam sistem kompresi uap panas dengan
menggunakan pasokan uap dan kemudian dikirim ke dehumidifier. Gas kering diekspansi
untuk perolehan energi dalam bentuk kerja yang kemudian digunakan untuk mengoperasikan
sistem reverse osmosis. Konfigurasi ini menunjukkan nilai yang lebih rendah dalam
konsumsi energi termal. Bagaimanapun, ketersediaan uap tekanan menengah sangat penting.
2.2.3 Desalinasi Adsorbsi
Desalinasi adsorbsi adalah teknologi berbasis termal yang bekerja pada suhu rendah
dengan sumber energinya adalah limbah panas atau panas matahari untuk menjalankan siklus
penyerapan menggunakan silika gel yang sangat berpori. Dalam metode ini, penguapan air
terjadi di evaporator diikuti oleh uap adsorpsi atau desorpsi ke silika gel dan kondensasi di
kondensor. Siklus desalinasi adsorbsi dioperasikan dalam sistem batch di dalam satu atau
lebih pasang reaktor. Di satu reaktor (satu setengah siklus), adsorben silika gel digunakan
untuk menyerap uap yang dihasilkan di evaporator. Silika gel jenuh di tempat yang lain
(setengah siklus) dibuat diproduksi ulang pada sumber panas bertemperatur rendah (biasanya
50-850 C) atau panas matahari. Uap diserap kemudian dikondensasi pada permukaan tabung
kondensor. Komponen utama yang terlibat adalah evaporator, tempat adsorber dengan silika
gel, dan kondensor. Metode desalinasi yang muncul ini menghasilkan air minum berkualitas
tinggi dan daya pendinginan dengan satu sumber panas. Adsorben silika gel memiliki
afinitas yang tinggi terhadap uap air karena adanya ikatan rangkap pada permukaan yang ada
di antara silika gel mesopori dan uap air. Hal ini menghasilkan penyerapan uap air yang
tinggi dan regenerasi oleh sumber limbah panas (panas buang) suhu rendah yang dapat
dibuang ke atmosfer. Sebuah solar sistem bertenaga telah dipasang di Arab Saudi dan
Singapura. Prototype lain telah dipasang di Singapura yang memanfaatkan sumber limbah
panas. Tiga sistem berskala besar juga sedang direncanakan untuk pelaksanaan di Arab
Saudi. Konsumsi energi spesifik kurang dari 1,5 kWh/m3 telah dilaporkan untuk desalinasi
air laut menggunakan teknologi ini yang secara substansial lebih rendah (dengan kehadiran
sumber limbah panas) 7 dari desalinasi air laut dengan menggunakan konvensional termal
berbasis dan membran berbasis teknologi.
15
2.2.4 Pervaporasi
Pervaporasi proses campuran yang terpisah dalam kontak dengan membran melalui
preferensial. Penghapusan salah satu komponen dari campuran karena afinitas yang lebih
tinggi dengan dan atau lebih cepat berdifusi melalui membran. Dalam proses desalinasi,
pervaporasi memiliki keuntungan untuk menahan garam sebesar 100% dengan potensi
konsumsi energi yang rendah. Ini adalah kombinasi dari permeasi membran dan penguapan.
Pervaporasi larutan garam dapat dianggap sebagai pemisahan campuran pseudo-cair yang
mengandung molekul air bebas dan ion terhidrasi terbentuk dalam larutan pada disosiasi
garam dalam air. Beberapa bahan membran telah dievaluasi untuk proses tersebut. Membran
alkohol polivinil (PVA) telah dipelajari secara mendalam sebagai bahan pervaporasi di
berbagai bidang karena pembentukan film dan sangat hidrofilik dimana merupakan sifat
yang sangat baik dan derajat yang tinggi dari pembengkakan akibat kehadiran kelompok-
kelompok hidroksil. Dalam penelitian lain, hibrid membran organik-anorganik berdasarkan
PVA, asam maleat, dan silika telah digunakan. Membran hibrid menunjukkan fluks air yang
lebih tinggi dan menahan hingga 99,9% garam. Pengenalan terhadap silika nanopartikel
dalam matriks polimer meningkatkan baik fluks air dan garam yang tertahan karena
meningkatnya koefisien difusi air melalui membran. Kerugian utama dari proses pervaporasi
adalah fluks air rendah. Pada suhu rendah, konsentrasi garam dalam larutan umpan
menunjukkan efek pada fluks air dan koefisien difusi dapat diabaikan. Pada suhu tinggi (50-
600 C), fluks dan difusivitas air menurun dengan konsentrasi garam meningkat karena air
menurunkan tekanan uap dan konsentrasi air di permukaan membran. Suhu air umpan adalah
parameter penting karena peningkatan difusivitas dan pengurangan viskositas yang terjadi di
pemanasan. Selain itu, kehadiran ruang hampa, ketebalan membran, dan permeabilitas yang
melekat polimer membran adalah parameter penting yang menentukan kinerja proses.
16
BAB III
PENUTUP
3. Kesimpulan
Beberapa teknologi baru telah dikembangkan untuk desalinasi dalam beberapa tahun
terakhir. Mulai muncul teknologi berbasis membran tertentu, seperti membran nanokomposit
dan sirkuit tertutup desalinasi yang sangat menjanjikan bagi pengefisienan energi dan baru-
baru ini telah dikomersialisasikan. Meskipun teknologi berdasarkan aquaporins dan nanotube
menunjukkan nilai yang sangat menjanjikan untuk permeabilitas tinggi dan konsumsi energi
minimum, namun teknologi ini tidak dikembangkan dan komersialisasi dan lebih lanjut
diperlukan komersialisasi pada skala yang lebih besar. Selain itu, teknologi yang didasarkan
pada nanotube masih terbatas karena masih adanya batasan termodinamika dan tekanan
osmotik serta belum jelas apakah energi nyata yang dibutuhkan bernilai signifikan dalam
pengurangan energi dapat melampaui konsumsi minimum energi teoritis. Membran berbasis
teknologi, seperti reverse osmosis, bisa mencapai konsumsi energi yang lebih rendah hanya
jika limbah sumber panas yang tersedia untuk regenerasi solusi seimbang. Konfigurasi proses
lain dengan FO dan RO untuk mengolah limbah cair dan air laut menunjukkan prospek yang
menjanjikan, tetapi parameter kualitas air yang berkaitan dengan pencampuran dari
kontaminan muncul dengan air laut perlu diperhitungkan. Teknologi yang berkaitan dengan
selsel mikroba tidak memerlukan sumber energi eksternal, tetapi efisiensi teknologi ini untuk
aplikasi desalinasi skala besar perlu dipertanyakan. Teknologi termal dan distilasi membran
inovatif menunjukkan peluang komersial yang besar untuk keduanya jika fluks operasional
dapat ditingkatkan. Di antara teknologi alternatif dievaluasi dalam ulasan ini, teknologi
kapasitif deionization berdasarkan berpotensi dapat memberikan konsumsi energi yang jauh
lebih rendah serta kinerja yang unggul bila dibandingkan dengan desalinasi lainnya teknologi,
tetapi membutuhkan operasi dalam kombinasi dengan teknologi lainnya untuk kinerja yang
berkelanjutan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullaev, K. M., Agamaliev, M. M., & Akhmedova, D. A. (2019). Technology for
Combined Desalination of Sea Water. Journal of Water Chemistry and Technology,
41(2), 119–124. https://doi.org/10.3103/S1063455X19020097
BPS Kabupaten Pacitan. (2019). Kecamatan Pringkuku Dalam Angka Pringkuku Subdistric
in Figures 2019. Kabupaten Pacitan: BPS Kabupaten Pacitan
Krisdiarto, A. W., Ferhat, A., Krisdiarto, A. W., & Bimantio, M. P. (2020). Penyediaan Air
Bagi Masyarakat Pesisir Terdampak Kekeringan dengan Teknologi Desalinasi Air Laut
Sederhana. DIKEMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 4(2).
https://doi.org/10.32486/jd.v4i2.532
Milan, B. F. (2017). Clean water and sanitation for all: Interactions with other sustainable
development goals. Sustainable Water Resources Management, 3(4), 479–489.
https://doi.org/10.1007/s40899-017-0117-4
Nugraha, D. H., & Mahida, M. (2013). Kesiapan Masyarakat Menerapkan Teknologi Tepat
Guna Pengolahan Air Minum (Studi Kasus: Pulau Palu’e, Nusa Tenggara Timur).
Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum, 5(2).
Potter M. (2004). New Technology for Point of Use Desalination. Solar Dew. New York
City. www.solardew.com.
Van Hoang, N., Thanh, T. N., Roi, N. D., Huy, T. D., & Tung, T. T. (2018). Potential for the
desalination of a brackish groundwater aquifer under a background of rising sea level
via salt intrusion prevention river gates in the coastal area of the Red River Delta,
Vietnam. Environment, Development and Sustainability, 20(6), 2747–2771.
https://doi.org/10.1007/s10668-017-0014-x
Widada, S., Satriadi, A., & Rochaddi, B. (2017). Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data
Geolistrik Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung,
Kabupaten Kendal, Privinsi Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis, 20(1), 35.
https://doi.org/10.14710/jkt.v20i1.1352

More Related Content

Similar to Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Anggraeni)

Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Luhur Moekti Prayogo
 
pemanenan air hujan
pemanenan air hujanpemanenan air hujan
pemanenan air hujan
Z Hakim Hasfi
 
Laporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajayaLaporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajaya
iankurniawan019
 
Laporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajayaLaporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajaya
iankurniawan019
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Luhur Moekti Prayogo
 
Tugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah IITugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah II
YustinaLarasati
 
Sistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan DrainaseSistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan Drainase
Reski Aprilia
 
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depanMakalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
Hibaten Wafiroh
 
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
Risda moe
 
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copyDampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
andika anjas
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
TIRASBALYO
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
TIRASBALYO
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
Nurul Aulia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
cevo
 
Makalah limbah
Makalah limbahMakalah limbah
Makalah limbah
embek19
 
Tugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah IITugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah II
YustinaLarasati
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
Amphie Yuurisman
 
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Tugas psda1   kelompok 1 a2Tugas psda1   kelompok 1 a2
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Aswar Amiruddin
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiaDhytha Asyidiq
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
Luhur Moekti Prayogo
 

Similar to Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Anggraeni) (20)

Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
pemanenan air hujan
pemanenan air hujanpemanenan air hujan
pemanenan air hujan
 
Laporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajayaLaporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajaya
 
Laporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajayaLaporan akhir pkm sukajaya
Laporan akhir pkm sukajaya
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
Tugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah IITugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah II
 
Sistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan DrainaseSistem Penerapan Drainase
Sistem Penerapan Drainase
 
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depanMakalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
Makalah pengetahuan lingkungan air untuk masa depan
 
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-20106 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
6 pak saparuddin-so-edit-mei-2010
 
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copyDampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
 
MAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docxMAKALAH BARU.docx
MAKALAH BARU.docx
 
Makalah iis
Makalah iisMakalah iis
Makalah iis
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah limbah
Makalah limbahMakalah limbah
Makalah limbah
 
Tugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah IITugas ilmu ukur tanah II
Tugas ilmu ukur tanah II
 
Hidrologi
HidrologiHidrologi
Hidrologi
 
Tugas psda1 kelompok 1 a2
Tugas psda1   kelompok 1 a2Tugas psda1   kelompok 1 a2
Tugas psda1 kelompok 1 a2
 
krisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesiakrisis air bersih di kota besar di indonesia
krisis air bersih di kota besar di indonesia
 
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. M. Rizki...
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Luhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 

Recently uploaded

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 

Recently uploaded (20)

Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 

Makalah Desalinasi - Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut (By. Dewi Anggraeni)

  • 1. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DESALINASI AIR LAUT MAKALAH DESALINASI Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng Nama : Dewi Anggraeni NIM : 1310190001 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2022
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya, penulis bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Desalinasi dengan judul Perkembangan Teknologi Desalinasi Air Laut Sholawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat pada umat manusia. Penulis selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Desalinasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Begitulah adanya, makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang akan datang. Tuban, 21 Oktober 2022 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2 DAFTAR ISI..............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4 1.1 Latar belakang...........................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................5 1.3 Tujuan penulis.............................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6 2.1 Teknologi Membran....................................................................................................6 2.1.1 Membran-Membran Baru ....................................................................................6 2.1.2 Proses-proses Membran.....................................................................................10 2.2 Teknologi Termal......................................................................................................12 2.2.1 Distilasi Membran..............................................................................................12 2.2.2 Humidifikasi-Dehumidifikasi ............................................................................13 2.2.3 Desalinasi Adsorbsi ...........................................................................................14 2.2.4 Pervaporasi.........................................................................................................15 BAB III PENUTUP .................................................................................................................16 3. Kesimpulan ...................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air merupakan hal yang paling penting dan krusial dalam kehidupan. Hal ini dikarenakan hampir seluruh manusia bergantung hidup dengan air mulai dari konsumsi untuk tubuh hingga digunakan pada kebutuhan sehari-hari. Tanpa adanya air kehidupan di bumi ini tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya, oleh karena itu air merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia di bumi. Air bersih atau layak konsumsi termasuk kedalam sumber daya yang terbatas dimana hal tersebut membuat permintaan menjadi tinggi terhadap tekanan yang disebabkan oleh kenaikan jumlah manusia dapat mendorong keperluan dan ketersediaan air pada masyarakat semakin tinggi sehingga akan timbul masalah kekurangan air untuk memenuhi penggunaan air per kapita (Milan, 2017). Jika dilihat secara geografinya Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi air yang sangat banyak karena dikelilingi oleh dua samudra. Hingga tidak dapat dipungkiri Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau di Indonesia sering sekali mengakibatkan beberapa permasalahan seperti kekeringan di berbagai daerah. Kekeringan sudah menjadi hal biasa di Indonesia karena sering terjadi ketika musim kemarau tiba, salah satunya adalah daerah pesisir di Kabupaten Pacitan. Kekeringan sendiri merupakan suatu kejadian yang terjadi ketika ketersediaan air disuatu tempat semakin menipis dan hampir habis sehingga kurang mencukupi kebutuhan. Padahal apabila dilihat secara global air merupakan salah satu komponen terbesar yang dimuka bumi ini yang terdiri sekitar 70% namun hanya dapat digunakan sebesar 0,7% saja, dimana 97,2 % nya berupa air laut dan sisanya sebesar 2,1% berbentuk es (Hendrayana dalam (Widada dkk., 2017). Teknologi desalinasi air laut menjadi satu inovasi yang cukup efektif dalam mengatasi kasus dunia yang mendesak seperti pasokan air pada masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga, industry bahkan pertanian (Abdullaev dkk., 2019). Pacitan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki garis pantai panjang. Sehingga jika dilihat dari topografinya pacitan memiliki potensi air yang sangat besar. Namun sayangnya beberapa daerah di Pacitan seperti di daerah pesisir memiliki jenis tanah berupa tanah karst yang bersifat tidak dapat menyerap air dan menyimpan air sehingga seringkali terjadi kekeringan di Pacitan. Seperti di kecamatan donorojo dan pringkuku yang memiliki lahan berupa tanah tegal bukan tanah persawahan dengan rincian sekitar 94%
  • 5. 5 merupakan tanah tegalan (Krisdiarto dkk., 2020). Tanah di desa Watu Karung ini hanya dimanfaatkan sebagai lahan tegalan yang biasanya ditanami tumbuhan umbi dan juga diperuntukan sebagai hutan oleh masyarakat setempat. Selain itu Desa Watu Karung memiliki tanah kering dengan luas 678,99 dengan curah hujan sekitar 191,43 /Tahun (BPS Kabupaten Pacitan, 2019). Hal ini yang menyebabkan sering terjadinya kekurangan air bersih di desa Watu Karung pada masyarakatnya bahkan pada sektor pariwisatanya. Walaupun penyediaan air disekitar telah menggunakan PDAM akan tetapi masih kurang. Padahal dalam kasus dunia kekurangan air bersih terutama sumber air minum merupakan suatu permasalahan yang kompleks yang meliputi investasi sistematis pada lingkungan hingga inovasi teknologi pada air bersih (Van Hoang dkk., 2018). Sebenarnya jika dilihat secara geografinya desa Watu Karung memiliki potensi air yang besar yaitu berupa air laut. Akan tetapi air laut tidak dapat dipakai langsung dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya pemurnian terlebih dahulu karena air laut cenderung memiliki kandungan yang kuat dan dapat merusak atau bersifat korosi. Menurut Nugraha dan Mahida (2013) air laut memiliki kandungan Total Dissolved Solid (TDS) yang melebihi 3000 ppm. Dimana menurut WHO dalam air yang baik dikonsumsi harus memiliki Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 1000 ppm. Sehingga pengembangan teknologi desalinasi air laut ini mampu menjadi salah satu solusi alternatif yang cocok diterapkan di desa Watu Karung dalam tujuan pemenuhan kebutuhan air bersih. Desalinasi air laut merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses yang dilakukan untuk memurnikan air laut menjadi air tawar yang dapat dikonsumsi. Menurut Poter (2004) teknologi desalinasi air laut ini memiliki proses berupa evaporasi yang menggunakan energy dari luar untuk merangkap air dalam suatu kaca, selain itu juga terjadi suatu transfer kalor pada air dengan dilanjutkan pada proses penguapan setelah penguapan ini lah uap akan mengalami kondensasi dibagian atas alat desalinasi sehingga menghasilkan tetesan air berupa air murni dari pengembunan uap (Krisdiarto dkk., 2020). Penulis disini akan membahas tentang perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi membran dan teknologi yang berbasiskan termal. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi membran dan teknologi yang berbasiskan termal ? 1.3 Tujuan penulis Untuk mengetahui perkembangan teknologi desalinasi air laut menggunakan teknologi membran dan teknologi yang berbasiskan termal.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teknologi Membran Dalam bagian ini, teknologi membran muncul berdasarkan proses membran yang telah didiskusikan. Bagian ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama tentang pengembangan dan aplikasi dari generasi baru material membran sendiri untuk desalinasi serta bagian kedua tentang review tentang kemunculan teknologi membran untuk desalinasi. 2.1.1 Membran-Membran Baru Membran thin film nanotechnology (TFN) yang menggabungkan nanopartikel zeolit tipe A menjadi membran lapisan film tipis untuk menambah permeabilitas dari air dan mempertahankan garam di sisi yang lainya. Zeolit tipe A ini adalah zeolit alumina silikat yang mempunyai pori tiga dimensi dengan pori tegak lurus terhadap yang lainnya dalam zona x, y, dan z. Kegunaan dari nanopartikel ini adalah untuk meningkatkan fluks saat melewati membran dan menyediakan kesempatan untuk menurunkan konsumsi energi melalui penurunan tekanan umpan dengan mempertahankan jumlah produksi air. Teknologi TFN berguna dalam polimerisasi interfasial dimana nanopartikel terdispersi di dalam satu atau lebih dari monomer untuk menciptakan membran nanokomposit. Membran ini bersifat halus, lebih hidrofilik, dan memilki permukaan yang bermuatan negatif jika dibandingkan dengan membran murni thin film composite (TFC). Sifat permukaan ini akan meningkatkan permeabilitas dari membran dan air dapet melewati matriks karena lorong dari membran ini jauh lebih bersifat hidrofilik. Karena pemukaannya lebih bermuatan negatif menyebabkan pertukaran ion semakin eksklusif dengan mempertahankan garam pada sisi lainnya. Sifat hidrofilik ini menyebabkan membran secara keseluruhan membran semakin kecil peluang untuk terjadi fouling. Laju alir volumetrik di dalam TFN dapat mencapai 52 m 3 /hari dan NaCl yang tertahan sebesar 99,7%. Penelitian mengungkapkan dengan membandingkan membran TFN dengan TFC dalam skala pilot dan dihasilkan fakta bahwa permeabilitas TFN 1,4 kali dari permeabilitas TFC. Walaupun membran TFN memilki permeabilitas yang lebih tinggi terhadap air, tetapi salt rejection dan boron rejection yang dimilki membran TFN jauh lebih rendah dibandingkan TFC. Generasi baru TFN dengan peningkatan boron rejection telah ditemukan, tetapi nilai dari permeabilitas air yang dimilki sama dengan nilai permeabilitas air dari TFC. Konsumsi energi spesifik untuk membran TFN adalah sebesar 2,24-2,55 kWh/m3 dengan fluks sebesar 11,9- 15,3 Lm-2 h-1 dan perolehan sebesar 40–
  • 7. 7 55%. Konsumsi energi spesifik untuk membran TFC adalah sebesar 2,28–2,61 kWh/m3 dengan fluks sebesar 11,9-15,3 Lm-2 h1 dengan perolehan sebesar 40–55%. Oleh karena itu, konsumsi energi akan 6% lebih rendah dengan menggunakan TFN. Bagaimanapun, dalam desalinasi air laut dengan menggunakan sistem reverse osmosis dengan membran air payau pada pH 10,3 berguna untuk mencapai lever terendah dari boron pada aliran air. Pemilihan membran TFN dibandingkan membran TFC karena umur membran ini jauh lebih tahan lama daripada TFC, walaupun harga kapital dari membran TFC jauh lebih mahal dibandingkan dengan membran TFC. Aquaporin adalah protein yang mengontrol fluks air melalui membran biologis. Perpindahan air di dalam aquaporin sangat selektif dan difusi yang sangat cepat karena adanya gradien osmotik yang sangat tinggi. Aquaporin dengan sifatnya selektif ekstraseluler maupun intraseluler menyebabkan molekul air dapat melewati lorong dengan sangat cepat, tetapi untuk molekul protein dan ion lainnya tidak bisa melewati 3 lorong ini karena adanya mekanisme elektrostatik. Oleh karena itu, hanya molekul air saja yang akan ditransportasikan melalui saluran aquaporin dan ion yang bermuatan akan tertahan. Membran aquaporin 100 kali lebih permeabel daripada komersial membran reverse osmosin. Permeabilitas dan selektivitas yang tinggi berdasarkan saluran pada protein. Aquaporin dipilih berdasarkan kemampuan yang tinggi di dalam permeasi dan selektivitas. Bentuk kopolimernya yang simetri dengan sifat hidrofobik yang tinggi menjadi alasan utama. Membran aquaporin juga menahan glukosa, gliserin, garam, dan urea dalam jumlah tertentu. Ada dua faktor yang yang mempengaruhi transport dari molekul air yaitu molekular dan permeabilitas difusi. Fluks air yang melewati membran berkisar pada 73,8 Lm-2 h-1 . Secara eksperimen didapatkan fluks air nyata 10% dibawah fluks air teoritik yang didapatkan dari pemodelan komputer. Studi menunjukkan bahwa membran aquaporin telah tersedia sebagai membran komersial. Jenis membran aquaporin yang terlah terkomersialisasi adalah NF270 dan NTR7450 dengan pH 2,0. Penelitian menunjukkan lipid bilayer pada membran nanofiltrasi dapat dioperasikan dibawah gaya mekanik seperti pada membran RO. Membran NF dapat dipilih untuk membantu meningkatkan permeabilitas dan menurunkan kekasaran permukaan untuk meminimalkan distorsi dari lipid bilayer. Membran berbasis aquaporin merupakan membran yang sangat menjanjikan untuk desalinasi dimana mekanisme gaya dorongnya berasal dari konsentrasi garam atau dengan kata lain berasal dari gradien tekanan osmotiknya. Hal ini jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membran reverse osmosis dimana gaya dorongnya membutuhkan energi dari luar. Dengan adanya 75% membran aquaporin diprediksi akan terjadi peningkatan permeabilitas air. Jika tidak memperhitungkan tekanan yang diaplikasikan, maka konsumsi energi yang diperkirakan
  • 8. 8 akan lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan membran reverse osmosis. Karena kesulitan dalam pengolahan protein dalam jumlah besar dan produksi area material membran dalam jumlah besar, membran aquaporin tidak terkomersialisasi secara luas. Karbon nanotubes telah dievaluasi untuk desalinasi dalam kecepatannya mentransportasikan air, luas permukaan yang luas, dan dapat digunakan dengan mudah. Konsumsi energi yang digunakan dalam desalinasi menggunakan karbon nanotubes bisa jauh lebih kecil dibandingkan dengan membran reverse osmosis sebesar dua hingga lima kali dari prediksi secara teoritik dengan persamaan Hagen-Poiseuille. Air dan ion akan ditransportkan melalui membran dengan diameter karbon nanotubes dari 6 hingga 10 Å. Tingginya nilai dari laju alir volumetrik disebabkan karena atom yang sangat kecil dan molekul dari nantubes melewati molekul air hanya dengan proses satu dimensi. Tantangan menggunakan karbon nantubes untuk desalinasi adalah kompleksitasnya yang melibatkan fabrikasi dari tabung subnanometernya. Karbon nanotubes menggabungkan beberapa tipe dari substrat dengan menggunakan chemical vapor deposition (CVD). Hasil dari desalinasi dengan menggunakan karbon nanotubes adalah dapat menyebabkan seluruh ion tidak dapat masuk pada bukaan nanotubes karena bukaan ini terbuat dari formasi ikatan hidrogen yang stabil. Sebaliknya, air tidak dapat membentuk ikatan hidrogen yang stabil dengan nanotubes dan permeat secara cepat. Membran dengan teknologi karbon nanotubes merupakan penemuan yang sangat menjanjikan untuk desalinasi air karena ukuran dan bentuk dari tubes-nya yang dapat menahan ion masuk. Ion yang tidak bisa masuk pada membran karbon nanotubes ini disebabkan karena adanya efek sterik antara pori-pori pada nano dengan diameter hidrat sepanjang kesetimbangan Donnan dari permukaan membran. Ion yang tertahan oleh karbon nanotube tergantung ukuran pori dari nanotubes sendiri. Saat diameter dalam dari nanotubes ditingkatkan dari 0,32 mm hingga 0,75 mm, maka efisiensi dari garam yang tertahan menurun dari 100% menjadi 58%. Bagaimanapun, hasil ini hanya berdasarkan simulasi dan tidak berdasarkan eksperimen secara nyata. Hasil efisiensi dari banyaknya garam yang tertahan dengan menggunakan membran karbon nanotubes mengalami peningkatan dengan adanya muatan pada permukaan yang menyebabkan peningkatan interaksi elektrostatik. Dengan memodifikasi sifat atau properti dari permukaan membran nanotubes akan meningkatkan efisiensi dari desalinasi. Dibandingkan dengan membran konvensional, keuntungan lainnya adalah membran nanotubes lebih tahan lama secara mekanik. Selain itu, boron nitrit nanoutubes memiliki aliran air yang sangat superior dibandingkan dengan karbon nanotubes karena mampu menahan garam hingga 100%. Karbon nanotubes dengan radius 4,14 Å yang berfungsi sebagai membran yang selektif terhadap kation, sedangkan
  • 9. 9 karbon nanotubes dengan radius 5,52 Å yang berfungsi sebagai membran yang selektif terhadap anion. Karbon nanotubes telah dievaluasi pada kapasitas adsorbsi garamnya. Penelitian menunjukkan bahwa plasma pada karbon nanotubes menghasilkan kapasitas adsorsi garam yang sangat tinggi mencapai 400% dari berat total. Modifikasi karbon nanotubes difabrikasi dengan deposisi dari lapisan tipis dari nanotubes. Kapasitas adsorpsi garam akan diperoleh ssecara keseluruhan dengan tap water rinse. Peningkatan dari kapasitas adsorbsi garam disebabkan karena adanya sisi yang bersifat defektif yang tercipta pada permukaan plasma. 4 Keuntungan yang signifikan dari penggunaan membran nanotubes dibandingkan dengan membran konvensional lainnya adalah dapat mengurangi gaya dorong yang berupa tekanana hidrolik dan harga konsumsi energi akan menjadi lebih rendah. Akan tetapi produktivitas akan menjadi terbatas karena adanya tekanan osmotik dari batasan dari termodinamika. Karbon nanotubes adalah material yang dapat diproduksi dengan mudah dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, fabrikasi merupakan kunci dari komersialisasi karbon nanotubes. Membran yang berbasis grafena dikembangkan untuk desalinasi tranportasi air yang cepat dan properti mekanik yang baik. Dengan mekanisme yang sama pada membran nanotubes, grafena yang memiliki dua dimensi nanokapilar mengijinkan adanya gesekan ringan pada aliran pada satu lapisan pada spray-coating atau spin-coating. Walaupun grafena bersifat impermeabel terhadap molekul air, tranportasi masih tetap terjadi melalui sifat kapilaritas dan bisa lebih cepat daripada molekul air yang melewati suatu bukaan. Sifat kapilaritas ini muncul karena adanya gugus fungsi seperti hidroksil dan epoksi yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya nanokapiler. Dari penelitian, grafena tersusun atas satu atom tebal karbon alotrop. Grafena terbentuk dengan mengeliminasi beberapa ikatan karbon di dalamnya dengan ikatan asetilenik untuk membentuk a-grafena, bgrafena, dan g-grafena beserta analognya. Dari hasil tersebut, 100% garam akan tertahan pada sisi yang lainnya dengan membran grafena monolayer yang memiliki permeabilitas dua kali lebih besar dari membran komersial seperti contohnya reverse osmosis. Dinamik molekular dan simulasi di komputer telah digunakan dalam menganalisis fenomena transport dari molekul air melalui membran grafena. Analisis ini menunjukkan bahwa permeabilitas molekul air melalui membran grafena dapat meningkat dua kali lipat ketika ukuran pori kapiler meningkat dengan kapabilitas 100% garam akan tertahan pada sisi membran yang lainnya. Grafena dapat diproduksi dengan kemungkinan laminasi yang sangat tinggi dengan fleksibelitas dan kekuatan tahanan yang tinggi. Gugus fungsi dari grafena menunjukkan bahwa kegunaannya terhadap membran osmosis dapat menurunkan polarisasi konsentrasi internal dan dapat meningkatkan fluks dari air. Bagaimanapun, produktivitas air pada
  • 10. 10 membran grafena sama dengan membran karbon nanotubes yaitu keterbatasan pada tekanan osmotik karena adanya batasan termodinamika. Komersialisasi grafena sebagai membran untuk desalinasi air tergantung pada kemampuan sintesis dari materialnya yang harus disintesis dalam jumlah yang besar serta tahanan mekanik dari nanolayer ketika diaplikasikan pada tekanan hidrostatik. 2.1.2 Proses-proses Membran Semi-batch RO proses mengom-binasikan air umpan mentah dengan sirkulasi konsentrasi yang telah diketahui rasionya. Proses penggunaannnya mengombinasikan variabel tekanan operasi dengan resirkulasi konsentrasi internal dan konfigurasi membran yang terdiri dari tiga atau empat elemen per tekanan pada vesel untuk mengurangi konsumsi energi. Proses ini membutuhkan tekanan umpan yang cukup rendah sehingga menghasilkan konsumsi energi yang rendah. Proses ini dimulai dari tekanan umpan yang rendah kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan mempertahankan laju alir volumetrik dari permeasi. Pada prosesnya membutuhkan waktu sekitar 6,5 menit untuk memenuhi satu buah siklus dimana tekanan operasi berkisar diantara 40 sampai 70 bar. Proses resirkulasi dari konsentrasi menghasilkan perolehan air umpan sebesar 50% atau lebih untuk desalinasi air laut dan 90% untuk desalinasi air payau. Perolehan air umpan tergantung pada jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan resirkulasi. Proses resirkulasi dilakukan pada chamber isobarik berisi air. Sesudah siklus berakhir, bukaan valve dan membran akan akan dibilas dengan air bertekanan dari chamber dengan laju alir volumetrik dari permeasi yang tetap dinyalakan. Kemudian, sisi chamber akan ditutup, tekanan diturunkan dengan membiarkan penurunan dari konsentrasi, diisi kembali dengan air umpan, dan ditekan kembali dari putaran desalinasi. Aliran bertekanan dilepaskan dari proses ini. Kemudian, tekanan yang tersedia di dalam konsentrat ini akan digunakan sebelum discharge dan energy recovery device (ERDs) tidak digunakan. Dari proses ini akan didapat proses fouling yang akan menurun secara drastis. Kualitas air permeasi dari semi-batch RO juga hampir sama dengan sistem konvensional RO. Faktor yang menentukan pemilihan semi-batch RO adalah kebutuhan kelengkapan alat. Semi-batch RO membutuhkan tambahan tekanan vesel yang digunakan sebagai sisi kanal untuk menggantikan sistem dengan air umpan segar dan menahan air asin untuk kelangsungan siklus desalinasi. Walaupun ERD tidak dibutuhkan dalam membran semi-batch RO, kelengkapan tambahan yang berupa automated pneumatic valve tetap dibutuhkan untuk kelangsungan sistem operasi. Harga dari valve ini termasuk dalam evaluasi dari harga kapital (capital cost). Semua kebutuhan pompa dalam
  • 11. 11 konvensional RO juga dibutuhkan dalam sistem semi-batch RO dengan tambahan berupa sisi kanal pompa. Forward osmosis adalah proses komersial yang sangat umum diketahui dari tahun 1930an dan telah diaplikasikan di berbagai sektor desalinasi air. Pada proses ini, walaupun menggunakan tekanan hidrolik seperti pada sistem konvensional RO pada proses 5 desalinasi, konsentrat dari draw solution digunakan untuk menciptakan tekanan osmotik yang tinggi dengan dorongan dari air melalui membran semipermeabel dari larutan umpan. Draw solution akan dipisahkan dari draw solution encer untuk kemudian digunakan kembali dan menghasilkan produk air akhir. Campuran dari amonia dan gas karbon dioksida akan digunakan sebag predominant draw solution. Ketika amonia dan gas karbon dioksia dicampur dalam komposisis yang tepat, larutan dengan tekanan osmotik yang tinggi akan terbentuk. Larutan ini akan digunakan sebagai umpan air garam. Keuntungan dari campuran ini adalah kemampuan dari regenerasi panas yang dapat digunakan kembali pada proses FO. Oleh karena itu, proses FO dapat dikatakan sebagai kombinasi dari proses membran dan panas. Untuk penurunan lebih lanjut kebutuhan energi FO, draw solution tidak memerlukan penanganan khusus untuk proses pemisahan yang harus dikembangkan. Ketika pupuk (yaitu KCl, NaNO3, Ca (NO3)2, dll) digunakan sebagai agen osmotik, produk desalinasi FO adalah draw solution pekat yang dapat diterapkan untuk tanaman melalui fertigasi. Sebagai pupuk kimia yang digunakan secara luas, metode ini merupakan cara yang efektif dan hemat biaya untuk memasok air dan nutrisi untuk tanaman. Dalam aplikasi serupa FO, gula (glukosa, fruktosa, sukrosa) dan makanan parsial dehidrasi telah digunakan sebagai agen osmotik dalam aplikasi dimana draw water tidak memerlukan perlakuan dan menjadi solusi nutrisi untuk penggunaan akhir. Dalam pendekatan lain, pelarut polaritas yang dapat dipisahkan secara mekanik dan dievaluasi unjuk kerjanya. Campuran CO2, air, dan amina tersier sebagai draw water dalam forward osmosis. Keuntungan utama dengan metode ini terletak pada pemanfaatan limbah CO2 pada tekanan atmosfer untuk mengubah sifat-sifat pelarut polaritas. Setelah draw solution diencerkan, polaritas pelarut dipisahkan secara mekanik menggunakan teknik filtrasi dengan tekanan rendah yang sederhana. Di dalam pendekatan atau asumsi sederhana, 1 atm CO2 dengan pemanasan ringan menghasilkan konversi yang polaritas pelarut dari kutub ke fase nonpolar, yang kemudian diikuti dengan pemisahan mekanik. Konsumsi energi dengan pelarut polaritas switchable dihasilkan sebesar 35-48% lebih rendah daripada menggunakan NH3/CO2 untuk draw solution. Ketika membran dengan selulosa triasetat (CTA) digunakan, draw solution mengandung pelarut polaritas switchable. Bagaimanapun, membran poliamida bersifat stabil dan tidak terdegradasi. Oleh karena itu, kompabilitas material membran membutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam
  • 12. 12 aplikasi FO, air garam digunakan sebagai draw solution, kemudian sebagai larutan umpan. Aplikasi paling sederhana dari FO adalah RO pretreatment. Dalam kasus ini, penyediaan air laut sebagai draw solution dan umpan air segar sebagai larutan umpan yang kemudian ditekan. Pada proses yang sama, pretreatment dari air RO dapat digantikan dengan air sebagai latrutan umpan. Keuntungan dengan menggunakan tipe air ini adalah penambahan konsentrasi air umpan RO menjadi lebih sesuai dengan komdisi operasi. Pada penelitian sebelumnya, konsumsi energi spesifik dari sistem RO two-pass untuk desalinasi air laut dengan FO akan dibandingkan. Untuk desalinasi air laut dengan TDS sebesar 35.000 mg/L dan perolehan 50%, konsumsi energi dari sistem RO two-pass adalah sebesar 3 kWh/m3 termasuk pretreatment dari ultrafiltrasi. Pada kondisi yang sama, konnsumsi energi untuk proses FO adalah sebesar 3,58 kWh/m3 dengan pengentalan draw solution dan proses regenerasi mengonsumsi masing-masing 0,1 dan 3,48 kWh/m3 . Selanjutnya, agar FO dapat bersaing dengan RO dalam segi konsumsi energi, maka proses regenerasi haruslah jauh lebih efisien dibandingkan dengan RO. Bagaimanapun, proses FO memiliki keuntungan karena memiliki tingkat fouling yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan RO karena tidak adanya tekanan hidrostatik. Proses FO juga tepat digunakan untuk air dengan tingkat salinitas air yang tinggi yang diolah terlebih dahulu dengan proses RO. 2.2 Teknologi Termal Prinsip dari proses desalinasi berbasis termal bergantung dari transisi fasa dengan penambahan atau pengurangan untuk menghilangkan air segar dari air garam. Hal yang paling penting dari distilasi termal adalah tahap bertingkat atau dengan istilah multi-stage flash (MSH), distilasi multiefek (MED), dan kompresi uap (VC). Pada beberapa tahun terakhir, modifikasi dari teknologi desalinasi termal menunjukkan peningkatan efisiensi pada proses yang berlangsung. Peningkatan difokuskan terhadap teknologi yang dikombinasikan dengan perubahan fasa termal dengan membran. Teknologi ini termasuk membran distilasi dan pervaporasi. Untuk menurunkan konsumsi energi yang murni dengan proses termal, teknologi seperti humidifikasi maupun dehumidifikasi dan desalinasi adsorbsi telah dikembangkan. 2.2.1 Distilasi Membran Distilasi membran (MD) adalah membran dengan gaya dorong berupa termal, membran berbasis proses yang dikombinasikan dengan teknologi membran beserta pross evaporasi di dalam satu unit. Hal ini melibatkan perpindahan dari uap air melalui pori dari membran hidrofobik dengan gradien temperatur saat melalui membran. Gradien ini disebabkan karena
  • 13. 13 perbedaan tekanan uap yang berefek pada produksi 6 uap melalui membran hidrofobik ke permukaan kondensasi. Dalam MD, performa tidak dipengaruhi oleh salinitas air umpan. Bagaimanapun, fluks dari permeasi sangat dipengaruhi oleh temperatur umpan. Pemasangkan MD dengan energi surya, energi geotermal, dan panas sisa untuk mengurangi laju komsumsi energi dan harga. Walaupun keberadaan sumber panas sisa yang bisa digunakan dalam proses MD, akan tetapi penelitian tentang proses MD masih terbatas dan perbandingan direct cost pada MD dengan membran konvensional seperti RO belum tersedia. Selebihnya, industri secara umum belum menggunakan MD karena beberapa alasan diantaranya fluks air yang rendah, efisiensi energi yang tidak terlalu tinggi, dan performa yang singkat pada membran mikropori. Wetting pada permukaan membran akan menciptakan deposisi bahan organik semakin cepat. Wetting ini merupakan sebauh pretreatment yang secara langsung akan menyebabkan kenaikan dari biaya. Oleh karena itu, perlu dibuat MD yang bersifat inovatif agar material pada membran ini memilki porositas, hidrofobisitas, termal konduktivitas yang rendah, dan fouling yang rendah. Hal ini akan membuat MD akan semakin dimininati dan dikomersialisasikan. Penelitian MD seharusnya difokuskan pada penyiapan dari material membran dengan struktur yang dapat memfasilitasi tranfer massa dan fluks air. Seperti contoh, karbon nanotubes yang diletakkan pada membran hidrofobik sehingga menyebabkan interaksi yang berefek pada peningkatan permeabilitas dari uap dan mencegah penetrasi dari cairan masuk ke pori membran. 2.2.2 Humidifikasi-Dehumidifikasi Humidifikasi-dehumidifikasi (HDH) adalah proses distilasi dan didasarkan pada meningkatkan kemampuan udara untuk membawa uap air pada suhu tinggi. Sebuah aliran udara panas dibawa dalam kontak dengan air umpan yang perlu diolah. Udara ekstrak pada kuantitas tertentu dari uap di zona humidifikasi. Air suling adalah perolehan di zona dehumidifikasi dengan mempertahan-kan kontak dari udara lembab dengan pendinginan yang permukaan menyebab-kan kondensasi bagian dari uap dicampur dengan udara. Sistem ini terdiri dari humidifier, dehumidifier, dan pemanas untuk memanaskan baik gas pembawa atau aliran air umpan. Karena konsumsi energi yang tinggi terkait dengan jenis teknologi desalinasi, berbagai modifikasi, dan perbaikan telah dievaluasi. Inovasi ini telah termasuk penggunaan siklus multitahap udara yang dipanaskan, kompresi didorong dengan sistem mekanik, kesetimbangan termodinamika, sistem dengan transfer panas yang umum, dan sistem hibrid dengan RO. Perkembangan lebih lanjut telah melibatkan penggunaan sistem reverse osmosis untuk menghilangkan garam yang ada di air garam dari humidifier. Dalam
  • 14. 14 konfigurasi ini, sistem HDH dioperasikan menggunakan sistem kompresi uap panas. Gas pembawa dari humidifier dikompresi dalam sistem kompresi uap panas dengan menggunakan pasokan uap dan kemudian dikirim ke dehumidifier. Gas kering diekspansi untuk perolehan energi dalam bentuk kerja yang kemudian digunakan untuk mengoperasikan sistem reverse osmosis. Konfigurasi ini menunjukkan nilai yang lebih rendah dalam konsumsi energi termal. Bagaimanapun, ketersediaan uap tekanan menengah sangat penting. 2.2.3 Desalinasi Adsorbsi Desalinasi adsorbsi adalah teknologi berbasis termal yang bekerja pada suhu rendah dengan sumber energinya adalah limbah panas atau panas matahari untuk menjalankan siklus penyerapan menggunakan silika gel yang sangat berpori. Dalam metode ini, penguapan air terjadi di evaporator diikuti oleh uap adsorpsi atau desorpsi ke silika gel dan kondensasi di kondensor. Siklus desalinasi adsorbsi dioperasikan dalam sistem batch di dalam satu atau lebih pasang reaktor. Di satu reaktor (satu setengah siklus), adsorben silika gel digunakan untuk menyerap uap yang dihasilkan di evaporator. Silika gel jenuh di tempat yang lain (setengah siklus) dibuat diproduksi ulang pada sumber panas bertemperatur rendah (biasanya 50-850 C) atau panas matahari. Uap diserap kemudian dikondensasi pada permukaan tabung kondensor. Komponen utama yang terlibat adalah evaporator, tempat adsorber dengan silika gel, dan kondensor. Metode desalinasi yang muncul ini menghasilkan air minum berkualitas tinggi dan daya pendinginan dengan satu sumber panas. Adsorben silika gel memiliki afinitas yang tinggi terhadap uap air karena adanya ikatan rangkap pada permukaan yang ada di antara silika gel mesopori dan uap air. Hal ini menghasilkan penyerapan uap air yang tinggi dan regenerasi oleh sumber limbah panas (panas buang) suhu rendah yang dapat dibuang ke atmosfer. Sebuah solar sistem bertenaga telah dipasang di Arab Saudi dan Singapura. Prototype lain telah dipasang di Singapura yang memanfaatkan sumber limbah panas. Tiga sistem berskala besar juga sedang direncanakan untuk pelaksanaan di Arab Saudi. Konsumsi energi spesifik kurang dari 1,5 kWh/m3 telah dilaporkan untuk desalinasi air laut menggunakan teknologi ini yang secara substansial lebih rendah (dengan kehadiran sumber limbah panas) 7 dari desalinasi air laut dengan menggunakan konvensional termal berbasis dan membran berbasis teknologi.
  • 15. 15 2.2.4 Pervaporasi Pervaporasi proses campuran yang terpisah dalam kontak dengan membran melalui preferensial. Penghapusan salah satu komponen dari campuran karena afinitas yang lebih tinggi dengan dan atau lebih cepat berdifusi melalui membran. Dalam proses desalinasi, pervaporasi memiliki keuntungan untuk menahan garam sebesar 100% dengan potensi konsumsi energi yang rendah. Ini adalah kombinasi dari permeasi membran dan penguapan. Pervaporasi larutan garam dapat dianggap sebagai pemisahan campuran pseudo-cair yang mengandung molekul air bebas dan ion terhidrasi terbentuk dalam larutan pada disosiasi garam dalam air. Beberapa bahan membran telah dievaluasi untuk proses tersebut. Membran alkohol polivinil (PVA) telah dipelajari secara mendalam sebagai bahan pervaporasi di berbagai bidang karena pembentukan film dan sangat hidrofilik dimana merupakan sifat yang sangat baik dan derajat yang tinggi dari pembengkakan akibat kehadiran kelompok- kelompok hidroksil. Dalam penelitian lain, hibrid membran organik-anorganik berdasarkan PVA, asam maleat, dan silika telah digunakan. Membran hibrid menunjukkan fluks air yang lebih tinggi dan menahan hingga 99,9% garam. Pengenalan terhadap silika nanopartikel dalam matriks polimer meningkatkan baik fluks air dan garam yang tertahan karena meningkatnya koefisien difusi air melalui membran. Kerugian utama dari proses pervaporasi adalah fluks air rendah. Pada suhu rendah, konsentrasi garam dalam larutan umpan menunjukkan efek pada fluks air dan koefisien difusi dapat diabaikan. Pada suhu tinggi (50- 600 C), fluks dan difusivitas air menurun dengan konsentrasi garam meningkat karena air menurunkan tekanan uap dan konsentrasi air di permukaan membran. Suhu air umpan adalah parameter penting karena peningkatan difusivitas dan pengurangan viskositas yang terjadi di pemanasan. Selain itu, kehadiran ruang hampa, ketebalan membran, dan permeabilitas yang melekat polimer membran adalah parameter penting yang menentukan kinerja proses.
  • 16. 16 BAB III PENUTUP 3. Kesimpulan Beberapa teknologi baru telah dikembangkan untuk desalinasi dalam beberapa tahun terakhir. Mulai muncul teknologi berbasis membran tertentu, seperti membran nanokomposit dan sirkuit tertutup desalinasi yang sangat menjanjikan bagi pengefisienan energi dan baru- baru ini telah dikomersialisasikan. Meskipun teknologi berdasarkan aquaporins dan nanotube menunjukkan nilai yang sangat menjanjikan untuk permeabilitas tinggi dan konsumsi energi minimum, namun teknologi ini tidak dikembangkan dan komersialisasi dan lebih lanjut diperlukan komersialisasi pada skala yang lebih besar. Selain itu, teknologi yang didasarkan pada nanotube masih terbatas karena masih adanya batasan termodinamika dan tekanan osmotik serta belum jelas apakah energi nyata yang dibutuhkan bernilai signifikan dalam pengurangan energi dapat melampaui konsumsi minimum energi teoritis. Membran berbasis teknologi, seperti reverse osmosis, bisa mencapai konsumsi energi yang lebih rendah hanya jika limbah sumber panas yang tersedia untuk regenerasi solusi seimbang. Konfigurasi proses lain dengan FO dan RO untuk mengolah limbah cair dan air laut menunjukkan prospek yang menjanjikan, tetapi parameter kualitas air yang berkaitan dengan pencampuran dari kontaminan muncul dengan air laut perlu diperhitungkan. Teknologi yang berkaitan dengan selsel mikroba tidak memerlukan sumber energi eksternal, tetapi efisiensi teknologi ini untuk aplikasi desalinasi skala besar perlu dipertanyakan. Teknologi termal dan distilasi membran inovatif menunjukkan peluang komersial yang besar untuk keduanya jika fluks operasional dapat ditingkatkan. Di antara teknologi alternatif dievaluasi dalam ulasan ini, teknologi kapasitif deionization berdasarkan berpotensi dapat memberikan konsumsi energi yang jauh lebih rendah serta kinerja yang unggul bila dibandingkan dengan desalinasi lainnya teknologi, tetapi membutuhkan operasi dalam kombinasi dengan teknologi lainnya untuk kinerja yang berkelanjutan.
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Abdullaev, K. M., Agamaliev, M. M., & Akhmedova, D. A. (2019). Technology for Combined Desalination of Sea Water. Journal of Water Chemistry and Technology, 41(2), 119–124. https://doi.org/10.3103/S1063455X19020097 BPS Kabupaten Pacitan. (2019). Kecamatan Pringkuku Dalam Angka Pringkuku Subdistric in Figures 2019. Kabupaten Pacitan: BPS Kabupaten Pacitan Krisdiarto, A. W., Ferhat, A., Krisdiarto, A. W., & Bimantio, M. P. (2020). Penyediaan Air Bagi Masyarakat Pesisir Terdampak Kekeringan dengan Teknologi Desalinasi Air Laut Sederhana. DIKEMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 4(2). https://doi.org/10.32486/jd.v4i2.532 Milan, B. F. (2017). Clean water and sanitation for all: Interactions with other sustainable development goals. Sustainable Water Resources Management, 3(4), 479–489. https://doi.org/10.1007/s40899-017-0117-4 Nugraha, D. H., & Mahida, M. (2013). Kesiapan Masyarakat Menerapkan Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Minum (Studi Kasus: Pulau Palu’e, Nusa Tenggara Timur). Jurnal Sosial Ekonomi Pekerjaan Umum, 5(2). Potter M. (2004). New Technology for Point of Use Desalination. Solar Dew. New York City. www.solardew.com. Van Hoang, N., Thanh, T. N., Roi, N. D., Huy, T. D., & Tung, T. T. (2018). Potential for the desalination of a brackish groundwater aquifer under a background of rising sea level via salt intrusion prevention river gates in the coastal area of the Red River Delta, Vietnam. Environment, Development and Sustainability, 20(6), 2747–2771. https://doi.org/10.1007/s10668-017-0014-x Widada, S., Satriadi, A., & Rochaddi, B. (2017). Kajian Potensi Air Tanah Berdasarkan Data Geolistrik Resistiviti Untuk Antisipasi Kekeringan Di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal, Privinsi Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis, 20(1), 35. https://doi.org/10.14710/jkt.v20i1.1352