SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
MODEL SSCS

Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan
problem solving, didisain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan
pemahaman terhadap konsep ilmu (Baroto: 2009). Model pembelajaran Search, Solve, Create
and Share melibatkan siswa dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta
memecahkan masalah-masalah yang nyata.

Ada 4 tahapan atau fase yang terdapat dalam model pembelajaran ini. Fase Search menyangkut
ide-ide lain yang mempermudah dan mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang
dapat diselidiki (researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan
mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga mengidentifikasi
kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan pertanyaan dalam format pertanyaan
yang dapat diselidiki. Fase search membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang
terkandung dalan permasalahan ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah
diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, yang berdasarkan skema konseptual siswa.
(Pizzini:1996).

Fase Solve berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan
mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka untuk memperoleh
suatu jawaban. Selama fase Solve siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang
diperoleh dari fase Search menjadi konsep-konsep yang berada dalam ”higher-order” yang
mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang diinginkan.
Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan kebermaknaan terhadap konsep
sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk menghubungkan antara konsep yang termuat
dalam permasalahan, konsep dari permasalahan yang diselesaikan, dari konsep yang diterapkan
dalam permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa, (Pizzini:1996).

Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan
permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan
memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan seperti mereduksi data menjadi suatu
penjelasan tingkat paling sederhana. Fase Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi proses
berpikir mereka. Hasil dari fase create adalah pengembangan suatu produk inovatif yang
mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini: 1996).

Prinsip dasar fase Share adalah untuk melibatkan siswa dalam mengkomunikasikan jawaban
terhadap permasalahan atau jawaban pertanyaan. Produk yang dihasilkan menjadi fokus dari fase
share. Fase share tidak hanya sebatas mengkomunikasikan ke siswa lainnya. Siswa
menyampaikan buah fikirannya melalui komunikasi dan interaksi, menerima dan memproses
umpan balik, yang tercermin pada jawaban permasalahan dan jawaban pertanyaan, menghasilkan
kembali pertanyaan untuk diselidiki pada kegiatan lainnya. Bermunculnya pertanyaan terjadi bila
yang diterima menciptakan pertanyaan baru atau bila kesalahan dalam perencanaan hasil untuk
mengidentivikasi keterampilan Problem solving yang diperlukan, (Pizzini:1996).

Melalui Proses problem solving ini, L. Pizzini (1996) yakin bahwa para siswa akan mampu
menjadi seorang eksplorer mencari penemuan terbaru, inventor mengembangkan ide atau
gagasan untuk mampu menjadi penguji baru yang inovatif, desainer mengkreasi rencana dan
model terbaru, pengambilan keputusan, berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana,
dan sebagai komunikator mengembangkan metoda dan teknik untuk bertukar pendapat dan
berintereaksi.

Model SSCS problem solving ini mempunyai keunggulan dalam upaya merangsang para siswa
untuk menggunakan perangkat statistik sederhana dalam mengadministrasikan data atau fakta
hasil pengamatan studinya. Model SSCS adalah sangat efektif, dapat dipraktekkan, dan mudah
untuk digunakan. Model pemecahan masalah SSCS membuat studi konteks pada perkembangan
dan menggunakan perintah-perintah kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan hasilhasil pada
kondisi yang lebih penting pada kemampuan berpikir mentransfer dari satu ruang lingkup
pelajaran ke yang lain. Keunggulan pemecahan masalah model SSCS lebih spesifik di jelaskan
Pizzini (1996) sebagai berikut:

Bagi Guru:

(1) Dapat melayani minat siswa yang lebih luas, (2) Dapat melibatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA, (3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran, (4) Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan
memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Siswa:

(1) Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses pemecahan masalah, (2)
kesempatan           untuk  mempelajari dan memantapkan konsep-konsep IPA dengan cara
yang lebih bermakna, (3) Mengolah informasi dari IPA, (4) Menggunakan keterampilan berpikir
ting-kat tinggi, (5) Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan-peralatan
la-boratorium, (6) Untuk mengembangkan minat terhadap IPA dan memberi pemaknaan IPA ke-
pada siswa melalui kegiatan-kegiatan IPA, (7) Memberi pengalaman bagaimana pengetahuan
IPA diperoleh dan ber-kembang, (8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung
jawab terhadap proses pembelajarannya, (9) Bekerja sama dengan orang lain, (10) Menetapkan
pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, menyampaikan ide dalam bahasa yang baik dan
ke-terampilan yang lain dalam suatu sis-tem ke integrasi atau holistik.

Peran Guru dalam Model SSCS

Kemampuan yang membentuk perkembangan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan
masalah siswa merupakan sebuah tugas secara terus menerus oleh guru, para siswa diberikan
kegiatan-kegiatan yangng mengajak siswa untuk berpikir secara kritis dan mampu memecahkan
masalah secara aktif , siswa harus didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan serta diberikan
bimbingan.

Model pemecahan masalah SSCS memberikan sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk
memperluas keterampilan dalam penggunaan pada konsep ilmu pengetahuan, model ini
membantu guru berpikir kreatif untuk menciptakan siswa mampu yang berpikir secaara kritis.
Peranan guru pada pemecahan masalah model SSCS adalam memfasilitasi pengalaman untuk
menambah pengetahuan siswa. Peranan guru lebih lengkap pada tiap fase dijelaskan sebagai
berikut:

   1. Fase Search (mendefinisikan masalah) : (a). Menciptakan situasi yang dapat
       mempermudah muncul-nya pertanyaan, (b) Menciptakan dan mengarahkan kegiatan, (c)
      Membantu dalam pengelompokan dan penjelasan permasalahan yang muncul.
   2. Fase Solve (mendesain solusi) : (a) Menciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk
      berpikir, (b) Membantu siswa mengaitkan pengalaman yang sedang dikembangkan
      dengan ide, pendapat atau gagasan siswa tersebut, (c) Memfasilitasi siswa dalam hal
      memperoleh informasi dan data.
   3. Fase Create (Memformulasikan hasil) : (a) Mendiskusikan kemungkinan penetapan
      audien dan audiensi, (b) Menyediakan ketentuan dalam analisis data dan tehnik
      penayangannya, (c) Menyediakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi.
   4. Fase Share (Mengkomunikasikan hasil) : (a) Menciptakan terjadinya interaksi antara
      kelompok/ diskusi kelas, (b) Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam
      mengevaluasi hasil penemuan studi selama persentasi, baik secara lisan maupun tulisan.

More Related Content

What's hot

2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning
Zo Ri
 
4.perencanaan desain pembelajaran
4.perencanaan desain pembelajaran4.perencanaan desain pembelajaran
4.perencanaan desain pembelajaran
Kary Adi
 
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
smpbudiagung
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
yudith tae
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf

What's hot (17)

2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning
 
3.7. problem based learning
3.7. problem based learning3.7. problem based learning
3.7. problem based learning
 
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...
 
Revisi ppt inovasi
Revisi ppt inovasiRevisi ppt inovasi
Revisi ppt inovasi
 
4.perencanaan desain pembelajaran
4.perencanaan desain pembelajaran4.perencanaan desain pembelajaran
4.perencanaan desain pembelajaran
 
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
Pembelajaran Berbasis Kontekstual 1
 
1. pengertian, tujuan, fungsi, dan ruang
1. pengertian, tujuan, fungsi, dan ruang1. pengertian, tujuan, fungsi, dan ruang
1. pengertian, tujuan, fungsi, dan ruang
 
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...
 
Project based learning
Project based learningProject based learning
Project based learning
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematikaPendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
Pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran matematika
 
03 pbl sudarman
03 pbl sudarman03 pbl sudarman
03 pbl sudarman
 
Bab.2.pdf
Bab.2.pdfBab.2.pdf
Bab.2.pdf
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Review pengembangan fix
Review pengembangan fixReview pengembangan fix
Review pengembangan fix
 
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery LearningMakalah Model Pembelajaran Discovery Learning
Makalah Model Pembelajaran Discovery Learning
 
Format format media
Format format mediaFormat format media
Format format media
 

Similar to M O D E L S S C S

PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
hilda405137
 
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.pptPPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
BellaAyu26
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Taryadi Taryadi
 
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
Inasuriyani1
 
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptxPPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
RuthSerepVinneSihite
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
lalumhw88
 

Similar to M O D E L S S C S (20)

3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
3.2 Model-Model Pembelajaran.pptx
 
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptxPROBLEM BASED LEARNING.pptx
PROBLEM BASED LEARNING.pptx
 
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.pptPPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
PPT ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN.ppt
 
LK 2.1.docx
LK 2.1.docxLK 2.1.docx
LK 2.1.docx
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
 
Tugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptxTugas 3 SMP.pptx
Tugas 3 SMP.pptx
 
Pengertian dan karakteristik pencapaian konsep
Pengertian dan karakteristik pencapaian konsepPengertian dan karakteristik pencapaian konsep
Pengertian dan karakteristik pencapaian konsep
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
model pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalahmodel pembelajaran berbasis masalah
model pembelajaran berbasis masalah
 
440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf440-704-1-SM.pdf
440-704-1-SM.pdf
 
2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah2. model pemb. masalah
2. model pemb. masalah
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi.pdf
 
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
02.BOBOT PENILAIAN, LEMBAR KERJA PENGEMBANGAN PERANGKAT.docx
 
Laporan pkp la firman
Laporan pkp la firmanLaporan pkp la firman
Laporan pkp la firman
 
Karya ilmiah la firman
Karya ilmiah la firmanKarya ilmiah la firman
Karya ilmiah la firman
 
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptxLANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN  KUR 13.pptx
LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KUR 13.pptx
 
model-pembelajaran-untuk HOTs.pptx
model-pembelajaran-untuk HOTs.pptxmodel-pembelajaran-untuk HOTs.pptx
model-pembelajaran-untuk HOTs.pptx
 
Model inquiry
Model inquiryModel inquiry
Model inquiry
 
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptxPPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
PPT-EFEKTIVITAS MODEL KOOPERATIF TIPE NHT.pptx
 
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsxModel Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
Model Pembelajaran Kurikulum Merdeka.ppsx
 

M O D E L S S C S

  • 1. MODEL SSCS Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan problem solving, didisain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep ilmu (Baroto: 2009). Model pembelajaran Search, Solve, Create and Share melibatkan siswa dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta memecahkan masalah-masalah yang nyata. Ada 4 tahapan atau fase yang terdapat dalam model pembelajaran ini. Fase Search menyangkut ide-ide lain yang mempermudah dan mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang dapat diselidiki (researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga mengidentifikasi kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan pertanyaan dalam format pertanyaan yang dapat diselidiki. Fase search membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang terkandung dalan permasalahan ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, yang berdasarkan skema konseptual siswa. (Pizzini:1996). Fase Solve berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka untuk memperoleh suatu jawaban. Selama fase Solve siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang diperoleh dari fase Search menjadi konsep-konsep yang berada dalam ”higher-order” yang mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang diinginkan. Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan kebermaknaan terhadap konsep sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk menghubungkan antara konsep yang termuat dalam permasalahan, konsep dari permasalahan yang diselesaikan, dari konsep yang diterapkan dalam permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa, (Pizzini:1996). Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan seperti mereduksi data menjadi suatu penjelasan tingkat paling sederhana. Fase Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi proses berpikir mereka. Hasil dari fase create adalah pengembangan suatu produk inovatif yang mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini: 1996). Prinsip dasar fase Share adalah untuk melibatkan siswa dalam mengkomunikasikan jawaban terhadap permasalahan atau jawaban pertanyaan. Produk yang dihasilkan menjadi fokus dari fase share. Fase share tidak hanya sebatas mengkomunikasikan ke siswa lainnya. Siswa menyampaikan buah fikirannya melalui komunikasi dan interaksi, menerima dan memproses umpan balik, yang tercermin pada jawaban permasalahan dan jawaban pertanyaan, menghasilkan kembali pertanyaan untuk diselidiki pada kegiatan lainnya. Bermunculnya pertanyaan terjadi bila yang diterima menciptakan pertanyaan baru atau bila kesalahan dalam perencanaan hasil untuk mengidentivikasi keterampilan Problem solving yang diperlukan, (Pizzini:1996). Melalui Proses problem solving ini, L. Pizzini (1996) yakin bahwa para siswa akan mampu menjadi seorang eksplorer mencari penemuan terbaru, inventor mengembangkan ide atau
  • 2. gagasan untuk mampu menjadi penguji baru yang inovatif, desainer mengkreasi rencana dan model terbaru, pengambilan keputusan, berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana, dan sebagai komunikator mengembangkan metoda dan teknik untuk bertukar pendapat dan berintereaksi. Model SSCS problem solving ini mempunyai keunggulan dalam upaya merangsang para siswa untuk menggunakan perangkat statistik sederhana dalam mengadministrasikan data atau fakta hasil pengamatan studinya. Model SSCS adalah sangat efektif, dapat dipraktekkan, dan mudah untuk digunakan. Model pemecahan masalah SSCS membuat studi konteks pada perkembangan dan menggunakan perintah-perintah kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan hasilhasil pada kondisi yang lebih penting pada kemampuan berpikir mentransfer dari satu ruang lingkup pelajaran ke yang lain. Keunggulan pemecahan masalah model SSCS lebih spesifik di jelaskan Pizzini (1996) sebagai berikut: Bagi Guru: (1) Dapat melayani minat siswa yang lebih luas, (2) Dapat melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA, (3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, (4) Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Siswa: (1) Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses pemecahan masalah, (2) kesempatan untuk mempelajari dan memantapkan konsep-konsep IPA dengan cara yang lebih bermakna, (3) Mengolah informasi dari IPA, (4) Menggunakan keterampilan berpikir ting-kat tinggi, (5) Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan-peralatan la-boratorium, (6) Untuk mengembangkan minat terhadap IPA dan memberi pemaknaan IPA ke- pada siswa melalui kegiatan-kegiatan IPA, (7) Memberi pengalaman bagaimana pengetahuan IPA diperoleh dan ber-kembang, (8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses pembelajarannya, (9) Bekerja sama dengan orang lain, (10) Menetapkan pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, menyampaikan ide dalam bahasa yang baik dan ke-terampilan yang lain dalam suatu sis-tem ke integrasi atau holistik. Peran Guru dalam Model SSCS Kemampuan yang membentuk perkembangan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan masalah siswa merupakan sebuah tugas secara terus menerus oleh guru, para siswa diberikan kegiatan-kegiatan yangng mengajak siswa untuk berpikir secara kritis dan mampu memecahkan masalah secara aktif , siswa harus didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan serta diberikan bimbingan. Model pemecahan masalah SSCS memberikan sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk memperluas keterampilan dalam penggunaan pada konsep ilmu pengetahuan, model ini membantu guru berpikir kreatif untuk menciptakan siswa mampu yang berpikir secaara kritis. Peranan guru pada pemecahan masalah model SSCS adalam memfasilitasi pengalaman untuk
  • 3. menambah pengetahuan siswa. Peranan guru lebih lengkap pada tiap fase dijelaskan sebagai berikut: 1. Fase Search (mendefinisikan masalah) : (a). Menciptakan situasi yang dapat mempermudah muncul-nya pertanyaan, (b) Menciptakan dan mengarahkan kegiatan, (c) Membantu dalam pengelompokan dan penjelasan permasalahan yang muncul. 2. Fase Solve (mendesain solusi) : (a) Menciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk berpikir, (b) Membantu siswa mengaitkan pengalaman yang sedang dikembangkan dengan ide, pendapat atau gagasan siswa tersebut, (c) Memfasilitasi siswa dalam hal memperoleh informasi dan data. 3. Fase Create (Memformulasikan hasil) : (a) Mendiskusikan kemungkinan penetapan audien dan audiensi, (b) Menyediakan ketentuan dalam analisis data dan tehnik penayangannya, (c) Menyediakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi. 4. Fase Share (Mengkomunikasikan hasil) : (a) Menciptakan terjadinya interaksi antara kelompok/ diskusi kelas, (b) Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam mengevaluasi hasil penemuan studi selama persentasi, baik secara lisan maupun tulisan.