Model SSCS (Search, Solve, Create, and Share) adalah model pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang terdiri atas 4 tahapan yaitu mencari informasi, memecahkan masalah, menciptakan solusi, dan berbagi hasil. Model ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep sains siswa melalui pendekatan pemecahan masalah.
1. MODEL SSCS
Search Solve Create and Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang memakai pendekatan
problem solving, didisain untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan
pemahaman terhadap konsep ilmu (Baroto: 2009). Model pembelajaran Search, Solve, Create
and Share melibatkan siswa dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya serta
memecahkan masalah-masalah yang nyata.
Ada 4 tahapan atau fase yang terdapat dalam model pembelajaran ini. Fase Search menyangkut
ide-ide lain yang mempermudah dan mengidentifikasi serta mengembangkan pertanyaan yang
dapat diselidiki (researchable question) atau, masalah dalam sains. Selain proses identifikasi dan
mengembangkan pertanyaan dan masalah selama fase search, siswa juga mengidentifikasi
kriteria untuk menetapkan permasalahan dan menyatakan pertanyaan dalam format pertanyaan
yang dapat diselidiki. Fase search membantu siswa untuk menghubungkan konsep-konsep yang
terkandung dalan permasalahan ke konsep-konsep sains yang relevan. Kemudian masalah
diidentifikasi dan diterapkan oleh siswa, yang berdasarkan skema konseptual siswa.
(Pizzini:1996).
Fase Solve berpusat pada permasalahan spesifik yang ditetapkan pada fase search dan
mengharuskan siswa untuk menghasilkan dan menerapkan rencana mereka untuk memperoleh
suatu jawaban. Selama fase Solve siswa mengorganisasikan kembali konsep-konsep yang
diperoleh dari fase Search menjadi konsep-konsep yang berada dalam ”higher-order” yang
mengidentifikasikan cara untuk menyelesaikan permasalahan dan jawaban yang diinginkan.
Penerapan konsep-konsep sains dalam fase solve memberikan kebermaknaan terhadap konsep
sewaktu siswa memperoleh pengalaman untuk menghubungkan antara konsep yang termuat
dalam permasalahan, konsep dari permasalahan yang diselesaikan, dari konsep yang diterapkan
dalam permasalahan, yang semuanya dihubungkan ke skema konseptual siswa, (Pizzini:1996).
Fase Create mengharuskan siswa untuk menghasilkan suatu produk yang terkait dengan
permasalahan, membandingkan data dengan masalah, melakukan generalisasi, jika diperlukan
memodifikasi. Siswa menggunakan keterampilan seperti mereduksi data menjadi suatu
penjelasan tingkat paling sederhana. Fase Create menyebabkan siswa untuk mengevaluasi proses
berpikir mereka. Hasil dari fase create adalah pengembangan suatu produk inovatif yang
mengkomunikasikan hasil fase search ke fase solve ke siswa lainnya (Pizzini: 1996).
Prinsip dasar fase Share adalah untuk melibatkan siswa dalam mengkomunikasikan jawaban
terhadap permasalahan atau jawaban pertanyaan. Produk yang dihasilkan menjadi fokus dari fase
share. Fase share tidak hanya sebatas mengkomunikasikan ke siswa lainnya. Siswa
menyampaikan buah fikirannya melalui komunikasi dan interaksi, menerima dan memproses
umpan balik, yang tercermin pada jawaban permasalahan dan jawaban pertanyaan, menghasilkan
kembali pertanyaan untuk diselidiki pada kegiatan lainnya. Bermunculnya pertanyaan terjadi bila
yang diterima menciptakan pertanyaan baru atau bila kesalahan dalam perencanaan hasil untuk
mengidentivikasi keterampilan Problem solving yang diperlukan, (Pizzini:1996).
Melalui Proses problem solving ini, L. Pizzini (1996) yakin bahwa para siswa akan mampu
menjadi seorang eksplorer mencari penemuan terbaru, inventor mengembangkan ide atau
2. gagasan untuk mampu menjadi penguji baru yang inovatif, desainer mengkreasi rencana dan
model terbaru, pengambilan keputusan, berlatih bagaimana menetapkan pilihan yang bijaksana,
dan sebagai komunikator mengembangkan metoda dan teknik untuk bertukar pendapat dan
berintereaksi.
Model SSCS problem solving ini mempunyai keunggulan dalam upaya merangsang para siswa
untuk menggunakan perangkat statistik sederhana dalam mengadministrasikan data atau fakta
hasil pengamatan studinya. Model SSCS adalah sangat efektif, dapat dipraktekkan, dan mudah
untuk digunakan. Model pemecahan masalah SSCS membuat studi konteks pada perkembangan
dan menggunakan perintah-perintah kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan hasilhasil pada
kondisi yang lebih penting pada kemampuan berpikir mentransfer dari satu ruang lingkup
pelajaran ke yang lain. Keunggulan pemecahan masalah model SSCS lebih spesifik di jelaskan
Pizzini (1996) sebagai berikut:
Bagi Guru:
(1) Dapat melayani minat siswa yang lebih luas, (2) Dapat melibatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA, (3) Melibatkan semua siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran, (4) Meningkatkan pemahaman antara sains teknologi dan masyarakat dengan
memfokuskan pada masalah-masalah real dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Siswa:
(1) Kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses pemecahan masalah, (2)
kesempatan untuk mempelajari dan memantapkan konsep-konsep IPA dengan cara
yang lebih bermakna, (3) Mengolah informasi dari IPA, (4) Menggunakan keterampilan berpikir
ting-kat tinggi, (5) Mengembangkan metode ilmiah dengan menggunakan peralatan-peralatan
la-boratorium, (6) Untuk mengembangkan minat terhadap IPA dan memberi pemaknaan IPA ke-
pada siswa melalui kegiatan-kegiatan IPA, (7) Memberi pengalaman bagaimana pengetahuan
IPA diperoleh dan ber-kembang, (8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung
jawab terhadap proses pembelajarannya, (9) Bekerja sama dengan orang lain, (10) Menetapkan
pengetahuan tentang grafik, pengolahan data, menyampaikan ide dalam bahasa yang baik dan
ke-terampilan yang lain dalam suatu sis-tem ke integrasi atau holistik.
Peran Guru dalam Model SSCS
Kemampuan yang membentuk perkembangan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan
masalah siswa merupakan sebuah tugas secara terus menerus oleh guru, para siswa diberikan
kegiatan-kegiatan yangng mengajak siswa untuk berpikir secara kritis dan mampu memecahkan
masalah secara aktif , siswa harus didorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan serta diberikan
bimbingan.
Model pemecahan masalah SSCS memberikan sebuah kerangka kerja yang dibuat untuk
memperluas keterampilan dalam penggunaan pada konsep ilmu pengetahuan, model ini
membantu guru berpikir kreatif untuk menciptakan siswa mampu yang berpikir secaara kritis.
Peranan guru pada pemecahan masalah model SSCS adalam memfasilitasi pengalaman untuk
3. menambah pengetahuan siswa. Peranan guru lebih lengkap pada tiap fase dijelaskan sebagai
berikut:
1. Fase Search (mendefinisikan masalah) : (a). Menciptakan situasi yang dapat
mempermudah muncul-nya pertanyaan, (b) Menciptakan dan mengarahkan kegiatan, (c)
Membantu dalam pengelompokan dan penjelasan permasalahan yang muncul.
2. Fase Solve (mendesain solusi) : (a) Menciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk
berpikir, (b) Membantu siswa mengaitkan pengalaman yang sedang dikembangkan
dengan ide, pendapat atau gagasan siswa tersebut, (c) Memfasilitasi siswa dalam hal
memperoleh informasi dan data.
3. Fase Create (Memformulasikan hasil) : (a) Mendiskusikan kemungkinan penetapan
audien dan audiensi, (b) Menyediakan ketentuan dalam analisis data dan tehnik
penayangannya, (c) Menyediakan ketentuan dalam menyiapkan presentasi.
4. Fase Share (Mengkomunikasikan hasil) : (a) Menciptakan terjadinya interaksi antara
kelompok/ diskusi kelas, (b) Membantu mengembangkan metode atau cara-cara dalam
mengevaluasi hasil penemuan studi selama persentasi, baik secara lisan maupun tulisan.