Case Report Peritonitis Generalisata ec App Perforasi
TEMU 3_Kelompok 2_Isolasi Sosial_askep keperawatan jiwa.pptx
1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
OLEH :
KELOMPOK 2
B15-B
NI MADE SRI PURNAMA SARI (223221332)
NI NYOMAN AYU DARMA SANTHINI (223221336)
LUH PUTU SINTYA DEVI (223221343)
KOMANGSUDARMANA (223221347)
NI KADEK SRI MIRAWATI (223221354)
2. 1. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan
lingkungan di sekitarnya secara wajar. Dalam membina hubungan sosial, individu berada
dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang
berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya.
BAB I
PENDAHULUAN
3. 2. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari isolasi sosial ?
2. Bagaimana proses terjadinya masalah ?
3. Bagaimana terjadinnya komplikasi ?
4. Apa saja Asuhan keperawatan Isolasi Sosial?
3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran tentang pasien dengan isolasi sosial
2. Mengetahui proses terjadinya pasien dengan isolasi sosial
3. Mengetahui komplikasi pasien dengan isolasi sosial
4. Mengetahui Asuhan Keperawatan pasien dengan isolasi
sosial
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Purba, dkk. 2008). Berikut beberapa pengertian isolasi sosial yang dikutip dari Pasaribu
(2008). Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.
5. • B. ETIOLOGI
Faktor perkembangan biologi dan sosiokultural merupakan faktor predisposisi terjadi
perilaku menarik diri, kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya
diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, tidak mampu merumuskan kegiatan dan merasa tertekan. Keadaan ini
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari –hari hampir terabaikan. Faktor
sosiokultural dan psikologis merupakan faktor presipitasi pada umunya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
yang berhubungan dengan orang lain menyebabkan ansietas. Faktor sosiokultural dapat
ditimbilkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya merupakan ansietas . misalnya, karena dirawat di RS. Faktor psikologis dapat
menimbulkan ansietas tinggi karena tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.
C. PROSES TERJADINYA MASALAH
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi
sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan.
6. D. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi sosial antara lain :
a. Defisit perawatan diri
b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi
Rentang Respon Sosial
Rentang respon sosial menurut (Gail W. Stuart ; 2006 hal 277) adalah :
Respons adaptif Respons maladaptif
Menyendiri
Manipulasi Menarik diri
Otonomi Ketergantungan
Implusif
Kebersamaan Narkisisme
Saling ketergantungan
7. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
• Menurut Keliat (2005 : hal 3) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri dari atas pengumpulan data dan perumusan masalah. Data yang
dikumpulkan meliputidata biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
• Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Larry,
2005).
b. Faktor Presipitasi
Menurut (Gail, 2006 : hal 280) faktor
presipitasi terdiri dari :
1) Stresor Sosiokultural
2) Stresor Psikologis
a. Faktor Predisposisi
Menurut Dalami (2009 : hal 3) faktor predisposisi antara lain :
1) Faktor Perkembangan
2) Faktor Biologis
3) Faktor Sosiokultural
4) Faktor Dalam Keluarga
8. Manifestasi Klinis
• Observasi yang dilakukan pada klien dengan
isolasi sosial akan ditemukan data objektif meliputi
apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari
orang lain, komunikasi kurang, klien tampak tidak
bercakap – cakap dengan klien orang lain, tidak ada
kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih
sering menunduk, berdiam diri di kamar klien.
Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari – hari, meniru posisi janin
pada saat tidur. Sedangkan untuk data subjektif sukar
didapat jika klien menolak komunikasi. Beberapa data
subjektif adalah menjawab dengan singkat, dengan kata
– kata “ tidak”, “ ya “, dan “tidak tahu”. (Dalami,
2009 : hal 10).
Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif, menggunakan berbagai mekanisme
dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah
hubungan yang spesifik (Gail, 2006 : hal
281). Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian anti sosial antara lain
:proyeksi, merendahkan orang lain. Koping ini
berhubungan dengan gangguan kepribadian
ambang : formasi reaksi, isolasi, idelisasi
orang lain dan merendahkan orang lain.
9. Sumber Koping
Menurut (Gail, 2006 : hal 280), sumber koping berhubungan dengan respon
sosial maladaptif meliputi : keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan
teman.
Pohon Masalah
Gangguan Persepsi Sensori
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
10. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
• DIAGNOSA KEPERAWATAN ADALAH IDENYIFIKASI ATAU PENILAIAN TERHADAP POLA
RESPONS KLIEN BAIK AKTUAL MAUPUN POTENSIAL (KELIAT, 2005 :HAL 7).
• 1. ISOLASI SOSIAL
• 2. HARGA DIRI RENDAH
• 3. GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
• C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
• PERENCANAAN KEPERAWATAN MERUPAKAN SERANGKAIAN TINDAKAN YANG DAPAT MENCAPAI
SETIAP TUJUAN KHUSUS. PERAWAT DAPAT MEMBERIKAN ALASAN ILMIAH TERBARU DARI TINDAKAN YANG
DIBERIKAN. ALASAN ILMIAH MERUPAKAN PENGETAHUAN YANG BERDASARKAN PADA LITERATUR, HASIL
PENELITIAN ATAU PENGALAMAN PRAKTEK.
11.
12. Penatalaksanaan Medis
Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit skizofrenia termasuk
isolasi sosial adalah:
a) Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala-gejala gangguan jiwa. Yang tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain:
Chlorpromazine (CPZ), Haloperidol (HLP), Tryhexipenidil (THP).
b). Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy)
c). Prinsip Keperawatan
13. D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanana tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan. Dan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) (Keliat,2005, hal 17). Jenis Tindakannya seperti:
1. Secara mandiri (independent)
2. Saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependen)
3. Rujukan atau ketergantungan (dependen)
14. E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons
klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal 17)
Hasil yang diharapkan pada klien, yaitu: klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan orang lain, klien dapat menyebutkan penyebab menarik
diri, klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, klien dapat
melaksanakan hubungan sosial, klien mampu menjelaskan perasaannya setelah
berhubungan sosial dengan orang lain, kelompok. Klien mendapat dukungan
keluarga dalam memperluas hubungan sosial, klien dapat memanfaatkan obat.