1. Limbah B3 adalah limbah berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan.
2. Sumber limbah B3 berasal dari rumah tangga, rumah sakit, pabrik dan lainnya.
3. Metode pengolahan limbah B3 meliputi chemical conditioning, solidification/stabilization, dan incineration.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...Muhamad Imam Khairy
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu tentang berbagai masalah kesehatan sebagai akibat dari hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan, zat yang memiliki potensi sebagai penyebab sakit (agent) yang timbul akibat adanya perubahan-perubahan lingkungan dengan masyarakat, serta menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehatan yang ditimbulkannya
Pengertian (cont.)
Studi tentang faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit, dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif (Achmadi, 1991)
Environmental epidemiology may be defined as the study of environmental factors that influence the distribution and determinants of diseases in human population (Cordis, 1994)
Faktor lingkungan lebih ditonjolkan
Kawasan:
Lingkungan kerja
Lingkungan pemukiman
Tempat-tempat umum dan transportasi
Wilayah habitat manusia daerah aliran sungai, daerah pantai, daerah pegunungan
Agent yang berpotensi bahaya penyakit dapat dikelompokkan sbb:
Golongan fisik: kebisingan, radiasi, cuaca panas, dll
Golongan kimia: pestisida, asap rokok, limbah pabrik
Golongan biologi: spora jamur, bakteri, cacing, dll
Golongan sosial: hubungan antar tetangga, antara bawahan atasan, dll
POKOK-POKOK STUDI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dinamika Bahan Toksik
Parameter Kesehatan Lingkungan
Kemampuan Mengidentifikasi Population at Risk
Standard Normalitas
Desain Studi
Analisis Pemajanan
1. PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN
Paradigma/konsep/model kesehatan lingkungan menggambarkan hubungan interaktif antara berbagai komponen lingkungan dengan dinamika perilaku penduduk
Merupakan dasar bagi analisis kejadian sehat sakit dalam suatu kawasan
2. DINAMIKA PERJALANAN BAHAN TOKSIK
Mempelajari dinamika atau kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit (fisik, kimia, mikroba) yg berada dalam “vehicle” transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
Pemahaman kinetika agent akan menentukan teknik mengukur atau analisis pemajanan
Contoh:
Pb udara/air/tanah/makanan tubuh manusia
3. Parameter Kesehatan Lingkungan
Pemahaman terhadap berbagai parameter kesehatan lingkungan
Bagaimana mengukur berbagai parameter perubahan lingkungan
TEORI SIMPUL
Pengukuran parameter kesehatan lingkungan
Pada simpul A: pengukuran pada sumbernya (pengukuran emisi)
Pada simpul B: pengukuran komponen penyebab sakit pada ambient
Pada simpul C: pengukuran pada spesimen tubuh manusia (biomarker atau bioindikator)
Pada simpul D: sudah terjadi outcome berupa kejadian penyakit, misal jumlah penderita keracunan
4. KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI POPULATION AT RISK
Mengidentifikasi:
Populasi mana yang terkena dampak
Besar/dosis
Lama waktu/durasi pemaparan oleh agent
Cara
Population at risk tidak selalu dala
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersusp...Muhamad Imam Khairy
SNI 19-7119.3-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 3: Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN
PENGERTIAN
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu tentang berbagai masalah kesehatan sebagai akibat dari hubungan interaktif antara berbagai bahan, kekuatan, zat yang memiliki potensi sebagai penyebab sakit (agent) yang timbul akibat adanya perubahan-perubahan lingkungan dengan masyarakat, serta menerapkan upaya pencegahan gangguan kesehatan yang ditimbulkannya
Pengertian (cont.)
Studi tentang faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit, dengan cara mempelajari dan mengukur dinamika hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya pada suatu waktu dan kawasan tertentu, untuk upaya promotif (Achmadi, 1991)
Environmental epidemiology may be defined as the study of environmental factors that influence the distribution and determinants of diseases in human population (Cordis, 1994)
Faktor lingkungan lebih ditonjolkan
Kawasan:
Lingkungan kerja
Lingkungan pemukiman
Tempat-tempat umum dan transportasi
Wilayah habitat manusia daerah aliran sungai, daerah pantai, daerah pegunungan
Agent yang berpotensi bahaya penyakit dapat dikelompokkan sbb:
Golongan fisik: kebisingan, radiasi, cuaca panas, dll
Golongan kimia: pestisida, asap rokok, limbah pabrik
Golongan biologi: spora jamur, bakteri, cacing, dll
Golongan sosial: hubungan antar tetangga, antara bawahan atasan, dll
POKOK-POKOK STUDI EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dinamika Bahan Toksik
Parameter Kesehatan Lingkungan
Kemampuan Mengidentifikasi Population at Risk
Standard Normalitas
Desain Studi
Analisis Pemajanan
1. PARADIGMA KESEHATAN LINGKUNGAN
Paradigma/konsep/model kesehatan lingkungan menggambarkan hubungan interaktif antara berbagai komponen lingkungan dengan dinamika perilaku penduduk
Merupakan dasar bagi analisis kejadian sehat sakit dalam suatu kawasan
2. DINAMIKA PERJALANAN BAHAN TOKSIK
Mempelajari dinamika atau kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor penyebab penyakit (fisik, kimia, mikroba) yg berada dalam “vehicle” transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk
Pemahaman kinetika agent akan menentukan teknik mengukur atau analisis pemajanan
Contoh:
Pb udara/air/tanah/makanan tubuh manusia
3. Parameter Kesehatan Lingkungan
Pemahaman terhadap berbagai parameter kesehatan lingkungan
Bagaimana mengukur berbagai parameter perubahan lingkungan
TEORI SIMPUL
Pengukuran parameter kesehatan lingkungan
Pada simpul A: pengukuran pada sumbernya (pengukuran emisi)
Pada simpul B: pengukuran komponen penyebab sakit pada ambient
Pada simpul C: pengukuran pada spesimen tubuh manusia (biomarker atau bioindikator)
Pada simpul D: sudah terjadi outcome berupa kejadian penyakit, misal jumlah penderita keracunan
4. KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI POPULATION AT RISK
Mengidentifikasi:
Populasi mana yang terkena dampak
Besar/dosis
Lama waktu/durasi pemaparan oleh agent
Cara
Population at risk tidak selalu dala
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
PELATIHAN K3RS AND PENANGANAN B3 DI RSUD Dr SOETOMO SURABAYA_SEPT 2014 1577sujatno angga
1. PELATIHAN PENANGANAN HAZMAT (B3) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr . SOETOMO SURABAYA, SEPTEMBER 2014
2. LANGKAH2 PENILAIAN K3RS AND B3 DLM RANGKA AKREDITASI RS 2012
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan merusakan lingkungan hidup dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah B3, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) 18/99 jo PP 85/99, adalah bahan berbahaya,
beracun, dan berisiko tinggi. Limbah ini memiliki satu atau lebih sifat: mudah meledak, mudah terbakar,
reaktif, menyebabkan infeksi, korosif, beracun, dapat menyebabkan kanker, menyebabkan perubahan gen,
bersifat radioaktif, dan lain-lain.
Limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (
toxicity
,
flammability
,
reactivity
, dan
corrosivity
) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Contoh
limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti
pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia
tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri
kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-
logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Contoh limbah B3 dalam
kehidupan sehari-hari antara lain oli, baterai, aki mobil, obat kedaluwarsa, aerosol, dan hairspray.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
2. LATAR BELAKANG
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat atau konsentrasinya atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan atau merusakan lingkungan hidup atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain. Kebanyakan dari
masyarakat khususnya masyarakat Indonesia tidak
mengetahui kandungan-kandungan bahaya yang terdapat
pada Limbah B3
(Bahan Beracun dan Berbahaya) yang dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan khusunya kerusakan lingkungan.
Maka dari itu sampai sekarang banyak limbah B3 yang
masih dihasilkan oleh masyarakat karena ketidaktahuanya
terhadap limbah berbahaya tersebut.
3. PENGERTIAN LIMBAH B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud
dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusakan
lingkungan hidup dan atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain.
4. SUMBER LIMBAH B3
Sumber Limbah B3 adalah setiap orang atau
badan usaha yang menghasilkan Limbah B3
dan menyimpanya untuk sementara waktu di
dalam lokasi atau area kegiatan sebelum
Limbah B3 tersebut diserahkan lepada pihak
yang bertanggung jawab untuk dikumpulkan
dan diolah. Sumber Limbah B3 berasal dari
misalnya rumah sakit, PLTN, Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Penelitian.
5. IDENTIFIKASI LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN)
Berdasarkan Sumber
Berdasarkan Kharakteristik
6. Berdasarkan Sumber :
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal
dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa
organik yang stabil dan mudah menguap.
1. Chemical sludge, yaitu limbah yang
dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi.
7. Excess activated sludge, yaitu limbah yang
berasal dari proses pengolahan dengan lumpur
aktif sehingga banyak mengandung padatan
organik berupa lumpur dari hasil proses
tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal
dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana
padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil
dan banyak mengandung padatan organik.
8. BERDASARKAN KHARAKTERISTIKNYA
1. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi
kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala
akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran
karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
9. 4. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun
yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3
dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah
laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang
mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang
menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja,
yaitu memiliki Ph sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah
yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang
bersifat basa.
10. PENGOLAHAN LIMBAH
A. Metode Limbah B3
1. Chemical conditioning
2. Solidification/Stabilization
3. Incineration
11. Chemical Conditioning
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
a. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur.
b. mereduksi volume dengan mengurangi
kandungan air
dalam lumpur.
c. mendestruksi organisme patogen.
d. memanfaatkan hasil samping proses chemical
conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti
gas
methane yang dihasilkan pada proses digestion.
e. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke
lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima
lingkungan.
12. CHEMICAL CONDITIONING TERDIRI DARI BEBERAPA
TAHAPAN SEBAGAI BERIKUT:
a. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi
volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan.
Alat yang umumnya digunakan pada
tahapan ini ialah gravity thickener dan solid
bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya
merupakan tahapan awal sebelum limbah
dikurangi kadar airnya pada tahapan de-
watering selanjutnya.
13. b. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk
menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi
dapat dilakukan melalui proses pengkondisian
secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian
secara kimia berlangsung dengan adanya
proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara
fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara
pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara
biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi
oksidasi.
14. c. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi kandungan air dan sekaligus
mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada
tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi.
d. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3.
Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3
dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan
composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3
umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection
well.
15. SOLIDIFICATION/STABILIZATION
Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan
sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan
suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama.
16. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan
mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana
bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar.
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip
macroencapsulation tetapi bahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal
pada tingkat mikroskopik.
c. Precipitation, yaitu proses dimana bahan akan
diendapkan
17. d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar
diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan
pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat.
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu
senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan
hilang sama sekali.
18. INCINERATION
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif
yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari
sistem pengolahan limbah padat karena pada
dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak
kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi
dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki
beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah
berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi
memerlukan lahan yang relatif kecil.
19. Aspek penting dalam sistem insinerasi
adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan
dalam mempertahankan berlangsungnya
proses pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi.
20. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan
untuk membakar limbah padat B3 :
1. Liquid Injection Incinerator
Hanya dapat menerima limbah dalam bentuk cair, gas ,
lumpur, cair yang dapat dipompakan melalui nozzle.
2. Rotary Kilin Incinerator
Dapat dipakai untuk mengolah limbah dalam bentuk padat
termasuk limbah yang dimasukkan dalam drum, gas, cair,
lumpur pekat.
3. Fluid Bed Incinerator
Memakai media pasir sebagai penghantar panas. Kelebihanya
mempunyai turbulensi yang sangat tinggi, luas daerah transfer
panas untuk bercampurnya limbah, oksigen, dan media lebih
besar.
21. SIMPULAN
1. Limbah atau sampah B3 rumah tangga adalah
Limbah “ Bahan Beracun dan Berbahaya “ Rumah
Tangga yang berada di rumah tangga merupakan
hasil aktif kegiatan sehari-hari manusia sehingga
dapat membawa dampak yang sangat berbahaya-
baik dalam jangka pendek maupun panjang-bagi
manusia itu sendiri, hewan, tanaman maupun
lingkungan pada umumnya.
2. Sumber Limbah B3 adalah setiap orang ataubadan
usaha yang menghasilkan Limbah B3 Dan
menyimpanya untuk sementara waktu di dalam
lokasi atau area kegiatan sebelum Limbah B3
tersebut diserahkan lepada pihak yang bertanggung
jawab untuk Dikumpulkan dan diolah.
22. 3. Pengidentifikasian Limbah B3 dibagi menjadi
berdasarkan suber dan kharakteristiknya.
4. Metode Pengolahan Limbah B3 ada tiga cara
yaitu dengan Chemical Conditioning dan
Solidification/Stabilization, Incineration
5. Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah
dan menanggulangi pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.